Laman

Sabtu, 30 Juli 2011

Dynasty Warrior: Diao Chan

26 November 2007
Diao Chan

nb: cerita ini berdasar dari game Dynasty Warrior, jadi kalau gak pernah main, jangan dibaca, ntar pusyink loh…. lumayan loh, bisa buat pelajaran sejarah Cina

Namaku adalah Diao Chan, aku adalah anak dari Wang Yun yang merupakan seorang ahli pikir yang sangat pintar. Sejak kecil aku menjadi pusat perhatian di sekolah karena wajahku yang luar biasa cantik. Aku terus belajar agar aku bisa menyaingi kepintaran ayahku. Umur 19 tahun aku menyelesaikan sekolahku dan belajar sedikit bela diri karena sangat penting bagiku yang memiliki wajah yang cantik untuk bisa membela diri jika ada laki-laki hidung belang yang menggodaku. Bersamaan dengan lulusnya aku dari sekolah, ayahku, Wang Yun, menjadi anak buah dari Dong Zhuo yang merupakan raja yang sedang dalam masa keemasannya. Dong Zhuo sering dipanggil ‘Raja Babi’ karena dia memang mempunyai hidung besar, wajah yang jelek, dan perut yang buncit, ditambah lagi sifatnya yang rakus, aku rasa sebutan itu memang cocok untuknya. Terdengar kabar kalau para raja-raja dari daerah lain berencana untuk menghancurkan kekuasaan tirani Dong Zhuo, mendengar hal ini, Dong Zhuo langsung merekrut Lu Bu dengan imbalan Red Hare, kuda yang bisa lari sejauh 500 km dalam sehari.


Keesokan harinya, tentara sekutu yang terdiri dari Liu Bei dan saudara-saudara angkatnya, keluarga Sun, Cao Cao dan pasukannya, serta Yuan Shao sebagai pemimpin tentara sekutu sudah mulai bergerak menuju Lou Yang. Dong Zhuo langsung menyuruh Hua Xiong menghadang tentara sekutu, sementara Lu Bu menunggu di Hulao Gate untuk menghancurkan sisanya. Aku jadi penasaran bagaimana rupa Lu Bu, yang menurut rumor Lu Bu adalah orang terkuat di Cina dan bisa mengalahkan 5000 orang jika dia sudah mulai bergerak. Aku menunggu di depan gerbang kota supaya aku bisa melihatnya. Beberapa Perwira sudah melewatiku dan aku belum melihat kuda berwarna merah yang disebut-sebut sebagai Red Hare itu. Akhirnya, aku melihat seorang perwira menaiki kuda merah mendekati pintu gerbang. Orang itu sangat gagah dan besar, wajahnya juga tampan, dia melemparkan senyuman kepadaku, aku memberikan senyuman juga kepadanya, dalam waktu yang cepat aku tau kalau dia adalah Lu Bu.

Setelah melihatnya, aku langsung pulang sambil bertanya-tanya apakah penisnya cukup besar dibanding badannya yang gagah itu dan aku pun mulai membayangkan bagaimana kalau Lu Bu telanjang. Tak lama kemudian, ayah pulang dan membawa kabar kalau pasukan Dong Zhuo dipukul mundur oleh tentara sekutu bahkan Hua Xiong tewas dalam pertempuran dan Lu Bu berhasil dipukul mundur oleh kerja sama Guan Yu, Zhang Fei, dan Liu Bei. Karena terdesak, Dong Zhuo memerintahkan semua bawahannya untuk memindahkan kekuasaan pasukannya ke kota Chang An dan menyuruh Lu Bu untuk mengambil semua harta dari penduduk Luo Yang dan membakar Luo Yang. Dong Zhuo berhasil memindahkan kekuasaannya ke Chang An dan memukul mundur pasukan Cao Cao yang mengejarnya dengan serangan penyergapan dari Xu Rong yang akhirnya terbunuh juga. Takut tak ada kesempatan lagi, pasukan sekutu mulai merencanakan untuk menghancurkan pasukan Dong Zhuo dari dalam. Ayahku yang mulai benci kepada Dong Zhuo mengirim pesan kepada Yuan Shao kalau dia setuju untuk membantu pasuka sekutu. Ayahku memikirkan bagaimana caranya membunuh Dong Zhuo, akhirnya dia mendapat ide untuk menggunakan anak angkat Dong Zhuo yaitu Lu Bu. Ayahku menyuruh aku untuk mendekati Dong Zhuo dan Lu Bu.
“Diao Chan, anakku, apa kau benar ingin melakukan ini?”.
“ya ayah, aku akan melakukan apapun demi kedamaian negeri ini”.
“tapi, apa kau yakin bisa mendekati keduanya?”.
“serahkan saja padaku, ayah, aku sangat ahli dalam hal menggoda”.
“baik, kalau begitu”. Keesokan harinya, ayah dipanggil ke istana untuk diberi tugas.
“wah, kebetulan sekali, aku akan perkenalkan kau pada Dong Zhuo”, kata ayah kepadaku.
“baik, kalau begitu aku akan memakai pakaian yang bagus”. Aku langsung memakai pakaian yang biasa kupakai untuk menari yang tentunya sangat menggoda. Kami berdua langsung pergi ke istana, ternyata Dong Zhuo bukan memanggil ayahku untuk tugas tapi untuk mengajak semua bawahannya berpesta karena dia bisa selamat dari serangan pasukan sekutu.
“Baginda Dong Zhuo, perkenalkan ini anakku”.
“wow, cantik sekali, siapa namanya?”.
“namanya adalah Diao Chan”, jawab ayahku sambil menarik tanganku.
“perkenalkan Baginda, namaku adalah Diao Chan, suatu kehormatan bisa bertemu dengan Baginda”.
“gwa,,ha,,,haa,,,haa,,, kau sangat cantik sekali”.
“terima kasih, tuan”.
“wanita cantik sepertimu pasti pintar menari, ya kan?”.
“tentu bisa Baginda, itu adalah keahlianku”. Aku langsung menuju ke tengah-tengah ruangan, dimana semua perwira duduk di sekeliling dan sambil minum-minum, dan kulihat Lu Bu juga ada, dia memperhatikanku tanpa berkedip sekalipun, mungkin karena melihat kecantikan wajahku dan kulitku yang putih mulus.

Aku bergerak mengikuti irama dengan lemah gemulai karena aku memang ahli dalam hal menari, tepuk tangan pun mengikuti irama gerakanku, sedangkan Dong Zhuo menatap setiap gerakanku dengan pandangan penuh hawa nafsu. Aku tau itu, karena setiap lelaki hidung belang seperti Dong Zhuo pasti akan menatapku seperti itu. Setelah 15 menit aku menari, akhirnya Dong Zhuo menghentikan pestanya dan menyuruh para perwira untuk pulang ke rumah masing-masing termasuk ayahku. Ketika aku akan pulang dengan ayahku, Dong Zhuo menghentikanku dan menyuruhku untuk tinggal sebentar sementara ayahku disuruh pulang olehnya.
“belum apa-apa, udah kena perangkap gue”, kataku dalam hati.
“Diao Chan, kemari sebentar”. Aku pun mendekatinya yang sedang duduk di singgasananya sambil memegang segelas minuman.
“ada apa, Baginda?”. Tiba-tiba saja dia langsung memeluk pinggangku dan menarik tubuhku ke arahnya dan dia langsung menciumi perutku yang masih terbalut baju.
“aahh,, Baginda,, jangan,,”.
“tenang saja, cantik, disini hanya ada kita berdua”. Dong Zhuo langsung membuang gelas yang ada di tangannya, kemudian dia meremas-remas payudaraku dengan kedua tangannya yang besar itu.
“aahh,,mmhhh,,”, desahku.
“hmm,,, toketmu sangat kencang dan kenyal, aku jadi ingin melihat secara langsung”.
“jangan,, Baginda”.
“ayo, sekarang buka bajumu”.
“jangan,,,Baginda”.
“ayo !!!”. Sebenarnya, aku mau membuka baju untuk kesuksesan misiku tapi aku pura-pura tidak mau supaya rencanaku tidak terbongkar.

Dengan pura-pura menangis, aku membuka pakaianku sedangkan Dong Zhuo hanya menatap setiap gerakanku dan sambil tersenyum licik. Tak lama kemudian, aku sudah telanjang di hadapan lelaki yang bukan suamiku. Tubuhku yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun, payudaraku yang berukuran 34B yang kencang dan kenyal, juga vagina yang masih merah merekah, ditambah dengan putingku yang masih berwarna merah muda menandakan kalau aku sama sekali belum pernah disentuh lelaki.
“gwa,,haha,,, tubuhmu seindah wajahmu”.
“terima kasih, Baginda”. Dong Zhuo langsung mencium bibir mungilku yang kuoles dengan lipstik berwarna pink. Aku jijik menerima ciumannya itu karena nafasnya yang bau, tapi demi kesuksesan misiku, aku harus menahannya. Sementara Dong Zhuo melumat bibirku, tangan kirinya meremas-remas kedua payudaraku secara bergantian, dan tangan kanannya meremas-remas bongkahan pantatku yang kencang dan kenyal. Aku mulai terbiasa dengan lumatan Dong Zhuo terhadap bibirku dan mulai membalas ciumannya dan juga memainkan lidahku sehingga lidah kami saling membelit. Setelah puas melumat bibirku, Dong Zhuo melepaskan ciumannya.
“bibir kamu lembut sekali”. Belum sempat aku berbicara, dia sudah menurunkan kepalanya sehingga sekarang wajahnya tepat berada di depan payudaraku, dan dia langsung menjilati kedua putingku, aku merasakan sensasi yang belum pernah kurasakan selama ini. Aku merasa geli dan nikmat secara bersamaan, aku sangat bingung karena baru kali ini, aku merasakan hal seperti ini. Sementara kedua tangannya meremas-remas bongkahan pantatku, dia tetap menjilati, menggigit-gigit, serta menarik-narik kedua putingku secara bergantian. Tidak hanya putingku saja, setiap senti dari payudaraku dijilati olehnya sampai kedua buah payudaraku basah dan berlumuran air liurnya.

Puas dia melahap payudaraku, dia menurunkan wajahnya ke vaginaku.
“ho,,ho,,hoho,,, sungguh vagina yang menggugah selera”. Tanpa membuang waktu, Dong Zhuo langsung menyapu di sekitar bibir vaginaku dengan lidahnya, sama seperti sebelumnya sensasi yang kudapat dari sapuan lidah Dong Zhuo baru kali ini kurasakan, lalu dia membuka bibir vaginaku dengan 2 jarinya sehingga terlihatlah klitorisku dan lubang vaginaku yang berwarna merah merekah. Dong Zhuo kini mulai menjilati bibir vagina bagian dalamku, dan kadang-kadang dia menyentil-nyentilkan lidahnya ke klitorisku sehingga aku merasakan ada sengatan listrik di sekitar tubuhku.
“aahhh,,,mmhhh,,,baagiinndaaa,,,ooohhh !!!”, teriakku ketika aku merasakan ada yang ingin meledak di dalam tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan badanku ringan sekali seperti bulu dan aku merasa kalau ada yang mengalir keluar dari vaginaku dan Dong Zhuo langsung menyeruput cairan yang keluar dari vaginaku seperti orang kehausan karena dia malah berjongkok di bawahku sehingga dia benar-benar di bawahku yang sedang berdiri dan dia membenamkan kepalanya ke selangkanganku, aku menjepit kepalanya dengan kedua pahaku seolah aku tak ingin Dong Zhuo menghentikan sapuan lidahnya.
“sllurrpp,,,sluurrpp”, bunyi yang muncul ketika dia tak henti-hentinya menyeruput cairanku, sementara aku hanya bisa membuka mulutku tanpa mengeluarkan suara karena tenagaku habis oleh suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan selama ini.
“hmmm,, cairanmu manis sekali,, aku sangat suka”. Lalu dia menggendong tubuhku yang sangat mungil jika dibandingkan dengan tubuhnya yang gendut dan besar itu.

Dia membawa tubuhku yang sudah kelelahan ke kamarnya, ternyata kamarnya sangat indah, tidak seperti pemiliknya.
“apakah aku akan kehilangan kesucianku malam ini?”, tanyaku dalam hati.
“tapi, tak apalah, demi kedamaian negeri ini”, tambahku dalam hati untuk menguatkan diri. Dong Zhuo menaruh tubuhku di ranjangnya yang berselimutkan sprei berwarna putih sehingga tubuhku seperti menyatu dengan ranjang Dong Zhuo karena warna kulitku putih mulus sama dengan sprei. Dong Zhuo mulai melepaskan bajunya satu per satu sehingga tak lama kemudian, terlihatlah olehku, tubuhnya yang gendut, menjijikan, dan penuh bulu itu, tapi aku lumayan takjub melihat benda yang tergantung di selangkangannya itu, meskipun tidak terlalu panjang, tapi aku duga diameter penisnya sekitar 10 cm, dan bulu kemaluan yang menghias di atas penisnya itu sangat lebat.
“ayo cantik, aku ingin merasakan hangatnya tubuhmu”, kata Dong Zhuo sambil naik ke atas ranjang. Dia tidur disampingku dan menyuruhku untuk menaiki tubuhnya dan menduduki wajahnya yang brewokan itu. Rupanya, dia masih ketagihan dengan cairanku yang katanya sangat manis.

Aku heran apakah dia tidak kesulitan bernafas jika kepalanya kuapit dengan kedua pahaku, tapi apa peduliku yang penting jilatannya bisa memberikan kenikmatan yang tiada tara kepadaku.
“mmhh,,mmahh,,”, desahku pelan menerima setiap jilatannya. Aku hanya bisa duduk manis di atas kepala Dong Zhuo dan kadang-kadang aku menggerakkan pinggulku ke depan dan ke belakang sehingga vaginaku bergesek-gesekkan dengan jenggotnya menambah sensasi nikmat sekaligus geli, dan tak lama kemudian tubuhku mengejang hebat seperti sebelumnya dan cairanku mengalir lebih deras dari sebelumnya dan tentu saja Dong Zhuo yang tepat berada di bawah vaginaku langsung membuka mulutnya untuk menerima cairanku. Cairanku tidak tertelan semua olehnya, tapi ada juga yang membasahi wajahnya. Setelah itu, aku langsung disuruh bangun dan menjilati wajahnya yang berlumuran cairanku sendiri. Aneh rasanya merasakan cairanku dan ditambah baru kali ini aku merasakan cairan vagina dan itu punyaku sendiri. Rasanya agak sedikit asin, tapi gurih seperti santan, dan juga ada rasa manis sedikit.
“bagaimana Diao Chan, apakah cairanmu manis?”.
“ya, baginda, cairanku manis sekali”.
“gwa,,haa,,,haha,,, kalau begitu sekarang giliranmu untuk menjilat”.

“tapi, baginda, aku tidak tau bagaimana caranya menjilati penis seorang pria”.
“oh, jadi kamu sama sekali belum pernah disentuh lelaki mana pun?”.
“benar, baginda”.
“hwa,,haha,,,haha,, bagus sekali, berarti aku yang akan mengambil kesucianmu”.
“untuk baginda, semuanya akan kuberikan”.
“bagus,,bagus !! karena kau adalah gadis penurut, maka akan kuajari bagaimana caranya memuaskan seorang pria”.
“mohon bantuannya, baginda”.
“baiklah, pertama-tama, buka mulutmu dan tuntun kontolku ke dalam mulutmu yang mungil itu”. Kali ini aku tidak berpura-pura karena baru kali ini aku melihat kemaluan seorang pria selain punya ayahku karena aku dan ayahku sering mandi bersama, antara ayah dan anak tentunya. Aku memegang batang penisnya yang besar itu dan mulai memasukkan kepala penisnya ke dalam mulutku yang mungil. Untuk memasukkan kepala penisnya saja aku harus membuka mulutku lebar-lebar, setelah kepala penisnya sudah berada di dalam mulutku, Dong Zhuo langsung menggerakkan pinggulnya maju sehingga penisnya terdorong masuk ke dalam mulutku dan membuatku gelagapan karena penisnya yang begitu besar. Aku belum terbiasa, tapi ida sudah mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya keluar masuk, rasanya aku ingin muntah. Dia memegangi kepalaku, oleh karena itu aku hanya bisa menahan mati-matian agar tidak tersedak sampai-sampai ada satu atau dua butir air mata keluar dari sudut mataku.

Lalu dia mencabut penisnya dari mulutku sehingga aku bisa bernafas dengan normal lagi.
“nah, cantik, sekarang jilati kontolku”. Aku menggenggam penisnya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meremas-remas buah zakarnya, lalu aku mulai telusuri sejengkal demi sejengkal penisnya dengan lidahku. Aku melakukannya seperti orang yang sudah ahli padahal baru kali ini, aku menjilati penis laki-laki.
“oohh,,,aahh,,kamu memang diciptakan untuk memuaskan pria,, kulumanmu sangat nikmat”. Aku juga bingung kenapa aku sangat lihai melakukan ini. Aku gerakkan lidahku naik-turun dan memutari batang penisnya itu membuat Dong Zhuo menggeliat keenakan apalagi aku juga memijiti buah zakarnya dengan tangan kiriku secara lembut.

“cukup,,cukup,, bidadariku,, aku juga ingin merasakan kehangatan vaginamu”. Lalu Dong Zhuo menyuruhku tidur terlentang dan membentangkan kakiku lebar-lebar sehingga kini vaginaku yang merah merekah dan sudah basah akibat cairanku sendiri terlihat jelas di hadapannya seolah menantangnya untuk segera menembus masuk ke dalam vaginaku. Tanpa membuang kesempatan yang telah ada di depan mata, Dong Zhuo langsung mengangkat kakiku ke bahunya dan mengelus-eluskan kepala penisnya di belahan bibir vaginaku membuat birahiku semakin memuncak sehingga tanpa sadar aku mengucapkan kata-kata yang tak biasa kuucapkan.
“oohh,,,baginda,,,ayo,, cepat masukkan kontolmu,,, aku sudah gak tahan !!!”.
“ho,,ho,,rupanya kamu sudah tidak sabar ya,,ha,,haha,,,”.

Tiba-tiba dia langsung menghujamkan penisnya yang besar itu ke dalam vaginaku yang benar-benar masih sangat rapat sehingga rasa sakit langsung terasa di sekujur tubuhku terutama di bagian selangkanganku.
“aawwww,,,oowwwwhhh”teriakku kencang, mungkin terdengar ke seluruh pelosok istana. Tanpa memperdulikanku, Dong Zhuo mulai menggerakkan penisnya keluar masuk dengan cepat, darah keperawananku langsung sedikit meleleh keluar dari sela-sela vaginaku menandakan kalau aku sudah tidak perawan lagi. Setiap hujaman penis Dong Zhuo membuat sakit yang luar biasa, tapi Dong Zhuo tetap saja menghujamkan penisnya keluar masuk vaginaku dengan penuh nafsu. Tapi lama kelamaan, rasa sakit itu hilang dan berganti rasa nikmat sehingga yang tadinya aku berteriak kesakitan sekarang aku malah mendesah keenakan. Penis Dong Zhuo terasa sesak di dalam vaginaku yang msih sangat sempit sehingga setiap hujaman penisnya bergesekan dengan dinding vaginaku yang semakin menambah rasa nikmat yang kurasakan. Aku merasakan sebuah tekanan dari dalam tubuhku seoerti ingin keluar, rupanya tubuhku mengejang lebih hebat daripada sebelumnya dan ketika itu cairanku langsung mengalir keluar, tapi tertahan penis Dong Zhuo yang sedang tertanam di vaginaku sehingga bunyi kecipak air setiap kali dia memompa penisnya ke dalam vaginaku.

20 menit sudah ‘si babi’ Dong Zhuo menikmati tubuh ranumku yang belum disentuh lelaki manapun. Aku berpikir betapa beruntungnya ‘si babi’ ini, andaikan saja aku bisa melihat kepalanya lepas dari lehernya yang gemuk itu, tapi aku harus sabar karena semua harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ketahuan oleh penasehat raja yaitu Li Ru yang sangat pintar itu. Ketika aku sedang berpikir, tiba-tiba Dong Zhuo mempercepat frekuensi genjotannya, aku tidak tau apa sebabnya karena aku memang belum pernah melakukannya. Selang beberapa menit kemudian, aku merasakan penis Dong Zhuo berdenyut-denyut di dalam vaginaku dan akhirnya kurasakan ada yang menyembur ke dalam vaginaku dan terasa hangat sekali. Setelah kira-kira 3 kali semburan, Dong Zhuo terlihat kelelahan dan mencabut penisnya lalu langsung tidur terlentang di sebelahku.
“aaahh,,, tubuhmu memang nikmat”. Aku hanya tersenyum ke arahnya yang sudah mulai menutup matanya akibat mabuk dan kelelahan.

Setelah beberapa menit aku menunggu dan berpura-pura tidur, aku membuka mataku dan dia sudah tertidur pulas sampai mendengkur seperti babi. Aku langsung melepaskan pelukannya, lalu aku melihat ke arah selangkanganku dan kutemukan cairan merah muda yang bercampur dari cairan vaginaku, sperma ‘si babi’ berengsek, dan juga DARAH KESUCIANKU. Aku menangis, mengapa aku harus memberikan kesucianku kepada orang yang menjijikan seperti Dong Zhuo, tapi aku terus berpikir kalau Dong Zhuo nanti akan terbunuh oleh lelaki impianku yaitu Lu Bu, dengan berpikir seperti itu, aku jadi tegar kembali sehingga aku memutuskan untuk pulang dan mulai mengatur rencana yang kedua dengan ayahku yaitu menggoda Lu Bu.Aku segera ke kamar mandi yang ada di kamar Dong Zhuo untuk membersihkan sisa-sisa cairan yang masih ada di vaginaku, aku menyemprotkan air ke vaginaku. Setelah vaginaku bersih kembali, aku mengeringkan daerah selangkanganku dengan handuk yang ada, entah itu punya siapa.

Setelah daerah selangkanganku sudah bersih dan kering kembali, aku bergegas ke ruang perjamuan karena disanalah bajuku tertinggal. Untungnya, tidak ada orang, jika ada, melihatku yang telanjang bulat, pasti aku langsung diperkosa. Dengan gerakan cepat aku mengambil bajuku dan memakainya kembali, dan menyelinap keluar lewat jalan rahasia yang telah ditunjukkan oleh ayahku sebelumnya sehingga aku bisa keluar dari istana tanpa terlihat siapapun. Ketika aku sedang berjalan, aku melihat sesosok orang yang gagah sedang berada di atas gerbang istana. Aku tidak menghiraukan bayangan itu karena harus cepat-cepat sampai ke rumah, tapi tiba-tiba bayangan itu sudah ada di depanku dan menunjukku dengan senjatanya.
“siapa kau?”.
“aa,,kkuu,,,Diao Chan”.
“oh, ternyata kau Diao Chan”. Lalu akhirnya terlihat jelas olehku kalau bayangan itu adalah Lu Bu.
“tuan Lu Bu, aku sangat senang bertemu denganmu”.
“aku juga, tapi kenapa selarut ini kau ada di jalanan?”.
“aku habis dari istana, tuan sendiri?”.
“oh, aku sedang berpatroli malam”.
“eee,, apa tuan tidak mengantuk jam segini?”.
“tidak, aku baru bisa mengantuk jika aku sudah benar-benar lelah”.
“oh, begitu,, ee, tuan, aku senang sekali mengobrol dengan tuan, tapi aku harus pulang”.
“oh, kalau begitu, biar kuantar”.
“terima kasih, tuan Lu Bu”.

Lalu aku dan Lu Bu berjalan bersama-sama dan diterangi oleh cahaya bulan purnama, suasana yang sangat romantis, apalagi aku ditemani lelaki yang paling kukagumi.
“ee, Diao Chan,, apa kau sudah menikah?”.
“belum tuan,, memang kenapa?”.
“aa,,kkk,,,uuu,,,”.
“ada apa, tuan?”. Aku sedikit tertawa karena tidak disangka jendral yang paling ditakuti di seluruh pelosok Cina ternyata gugup jika berhadapan dengan seorang wanita.
“akku,,sukkkaa,,, padamu”.
“apakah itu benar, tuan Lu Bu?”.
“bbennar,,”.
“tapi rasanya aku tidak pantas”.
“kenapa?”.
“karena tuan adalah jendral yang paling terhormat dan paling kuat sedangkan aku hanyalah wanita lemah yang tidak ada artinya”.
“tapi aku sangat mencintaimu,, Diao Chan”. Ketika itu kami sudah sampai di depan rumahku.
“dan satu masalah lagi, tuan Lu Bu”.
“apa itu?”.
“aku sudah tidak perawan lagi”.
“hah?! wanita terhormat sepertimu sudah tidak suci lagi ?!”.
“bukan begitu tuan, keperawananku bukan kuberikan pada orang dengan suka rela tapi direbut paksa oleh seseorang”.
“APA?! siapa orang itu,, biar aku cincang”.
“orang itu adalah baginda Dong Zhuo”.
“APA?!! baiklah kalau begitu, dia akan kubunuh malam ini juga”.

“tunggu, tuan Lu Bu, jika kau pergi sekarang kau pasti akan terbunuh”.
“tidak mungkin, aku adalah orang yang paling kuat di negeri ini”.
“tuan Lu Bu, dengarkan aku dulu !!”, seruku sambil memegang erat tangannya dengan kedua tanganku.
“tuan Lu Bu, apa kau mencintaiku meskipun aku sudah tidak suci lagi?”.
“ya,, Diao Chan sayang,, aku menyayangimu melebihi diriku sendiri”.
“kalau begitu, masuklah ke dalam rumahku dan kita akan membuat rencana pembunuhan Dong Zhuo dengan ayahku”.
“baiklah”. Lalu di dalam rumah, aku, Lu Bu, dan ayahku merencanakan pembunuhan Dong Zhuo yang akan dilakukan malam besok karena besok malam direncakan hampir 3/4 perwira yang ada di kota akan pergi menahan serangan dari pasukan sekutu yang tentunya sudah direncanakan pasukan sekutu dengan ayahku. Karena di rumah itu hanya ada ayahku dan Lu Bu orang yang paling kucintai, aku memutuskan untuk melepaskan pakaianku di depan mereka sehingga tubuh putih mulusku yang sudah tidak terbalut apa-apa terpampang jelas di hadapan mereka berdua.
“Diao Chan,, apa yang kau lakukan ?!”, tanya Lu Bu keheranan.
“ini adalah bukti cintaku padamu, mulai malam ini dan selanjutnya, tubuhku hanyalah milikmu seorang”.
“ttaapiii,,,”.
“apa kau tidak ingin menjadikanku istrimu?”.
“mmaauu,,”.
“yaudah, kalau begitu, mulai malam ini, kau berhak memiliki tubuhku,, bagaimana ayah?”.
“terserah padamu, anakku yang cantik”. Melihat ekspresi wajah Lu Bu yang masih keheranan dan kebingungan karena aku telanjang di hadapannya, aku pun mengambil inisiatif untuk mendekati tubuhnya yang besar dan gagah itu.
“ayolah calon suamiku,, apa kau tidak ingin menyentuhku”, kataku sambil meletakkan tangan kekarnya ke payudara kananku. Akhirnya dengan insting laki-lakinya, dia mulai menggerakkan tangannya meremas-remas payudaraku.
“aahh,,ohhh,,,benar,,,begitu,,tuanku,,”.

Merasa sudah tidak canggung lagi, Lu Bu kini meremas-remas payudaraku dengan kedua tangannya, dan semua ini terjadi tepat di hadapan ayahku yang hanya tersenyum melihat anaknya yang sudah dewasa dan bisa menggoda pria. Ketika Lu Bu akan menjilat payudaraku, aku terpaksa menghentikannya karena aku tak mau tubuhku yang habis dijilati oleh Dong Zhuo kuberikan ke orang yang paling kucintai, aku mau memberikan tubuhku yang segar dan wangi ke Lu Bu.
“eiiit,,tuan Lu Bu,, nanti dulu,, biarkan aku mandi agar aku wangi kembali”.
“baiklah kalau begitu”, kemudian dia pun langsung menggendongku dengan mudah seolah-olah aku hanyalah sekarung kapas saja baginya. Sesampainya kami di kamarku, Lu Bu mendirikanku.
“nah, tuan Lu Bu, sekarang kamu tunggu dulu disini, biar aku mandi dulu”.
“baiklah sayangku”.

Aku menuju kamar mandi sementara Lu Bu menunggu di ranjang sambil tidur terlentang. Aku membilas tubuhku dan mengolesi tubuh putihku dengan sabun khusus milikku. Setelah tubuhku sudah tertutup sabun semua, aku membilas tubuhku lagi dengan air. Lalu aku mengeringkan tubuhku yang sudah wangi dan segar kembali dengan handukku. Setelah tubuhku sudah benar-benar bersih dan kering, aku keluar dari kamar mandi. Ketika aku keluar dari kamar mandi, kulihat Lu Bu sama sekali tidak mengedipkan matanya dan terus memandang tubuhku dari rambut sampai kakiku yang tidak terbalut apa-apa.
“kenapa, tuan Lu Bu, tubuhku tidak bagus ya?”.
“tidak,,tubuhmu sangat bagus,, aku jadi ragu apakah aku pantas menerima kehangatan tubuhmu”.
“tenang saja, tuan Lu Bu adalah orang yang paling pantas merasakan hangatnya tubuhku”.

Aku berjalan mendekati Lu Bu yang sedang tiduran di ranjangku, meskipun sedang dalam posisi relax, tapi Lu Bu kelihatannya sangat tegang, mungkin dikarenakan aku yang mendekatinya tanpa memakai sehelai benangpun. Ketika aku sudah sampai di sampingnya, aku mengelus-elus wajahnya dengan tanganku yang sangat halus agar dia tidak tegang, dan dia pun mengelus-elus pipiku. Tiba-tiba dia menarik tubuhku dengan lembut ke arahnya lalu dia mulai mencium bibirku, beda sekali rasanya ketika berciuman dengan Dong Zhuo. Ciuman Lu Bu benar-benar terasa lembut, dan Lu Bu membiarkanku yang memainkan lidahku di dalam rongga mulutnya, ciuman kami sangat mesra hingga aku tak sadar kalau kami sudah berciuman hampir lebih dari 8 menit, ketika aku melepaskan ciumanku, terlihat ludah kami saling menyatu.

“tuan Lu Bu, mari kubukakan pakaianmu”.
“tidak usah Diao Chan, biar aku yang buka sendiri”. Lu Bu membuka baju perangnya sehingga dia tinggal memakai kaos dalam dan juga celana bahan yang panjang, setelah itu dia membuka semuanya sehingga tinggal celana dalamnya saja yang melekat di tubuhnya yang besar dan gagah itu.
“tuan Lu Bu, biarkan aku yang membuka celana dalammu”. Lalu aku berjongkok di hadapannya sehingga kini wajahku berada tepat di depan tonjolan besar yang menonjol di celana dalamnya. Hatiku jadi deg-degan karena melihat tonjolan yang besar di bailk celana dalamnya itu dan akhirnya aku bisa melihat penis Lu Bu yang selama ini hanya kubayangkan secara langsung. Ketika celana dalamnya sudah kuturunkan, penisnya langsung menyembul keluar sampai menyentuh daguku.
“wow, gede banget, bisa mati keenakan nih gua”, kataku dalam hati.
“kenapa, Diao Chan?”.
“ah, enggak tuan”.

Aku benar-benar takjub melihat penis Lu Bu yang mempunyai panjang 22cm dan berdiameter 9 cm. Oleh karena itu, aku sudah tidak sabar ingin mencicipi penis Lu Bu itu, aku mulai dengan menaiki tubuhnya dan mengambil posisi 69 agar kami berdua bisa saling mencicipi. Lu Bu memulai dengan menjilati daerah sekitar bibir vaginaku sementara jari telunjuk tangan kanannya bergerak naik turun di belahan bibir vaginaku membuat birahiku menjadi tinggi dalam waktu sebentar saja, lalu setelah daerah selangkanganku sudah basah, Lu Bu mulai membuka bibir vaginaku dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Setelah bibir vaginaku sudah terbuka sehingga bagian dalam vaginaku bisa dilihat olehnya dengan jelas, dan dia langsung menyerbu klitorisku dengan lidahnya membuat tubuhku merinding merasakan geli dan nikmat yang amat sangat, puas dengan menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya, Lu Bu mulai memasukkan lidahnya ke dalam lubang vaginaku dan menjilati dinding vaginaku.

Sementara Lu Bu asyik melahap vaginaku, aku juga memulai gerakanku, aku kecup ujung kepala penis milik Lu Bu yang besar itu dan menyentil lubang kencingnya dengan lidahku membuat pemiliknya menggeliat, lalu aku mulai masukkan kepala penisnya ke dalam mulutku, ternyata hanya untuk memasukkan kepalanya saja, aku harus sekuat tenaga karena bibirku yang mungil tidak bisa terbuka cukup lebar untuk menerima penis perkasa milik Lu Bu, akhirnya aku menyerah karena penis Lu Bu hanya 1/4nya saja yang bisa kupaksakan masuk ke dalam mulutku. Aku keluarkan lagi penisnya dan kujilati naik-turun dan memutar mulai dari ujung kepala penisnya sampai ke buah zakarnya sampai penisnya benar-benar basah akibat air liurku, aku tau kalau Lu Bu merasa keenakan karena dia sangat semangat sekali melahap vaginaku yang terhidang di depan wajahnya. Ketika sedang asyik menikmati ‘lolipop’ milik Lu Bu, tiba-tiba tubuhku mengejang hebat yang menandakan aku mengalami orgasme karena jilatan-jilatan Lu Bu. Tentu saja, Lu Bu tidak membuang-buang waktu dan meminum semua cairan vaginaku yang memang mengalir tepat ke wajahnya yang memang ada di depan vaginaku.

Setelah cairanku sudah diminum habis, aku langsung memutar badanku sehingga wajah kami saling bertemu, aku langsung melumat bibirnya yang masih ada sisa-sisa cairan vaginaku sehingga aku bisa merasakan betapa lezatnya cairanku sendiri.
“ayo,, tuan Lu Bu,, aku sudah tak sabar ingin merasakan kejantananmu”.
“baiklah, sayangku,, tapi jika kamu merasa sakit, bilang saja”.
“baik,, sayangku”. Kami berputar sehingga sekarang aku yang berada di bawah dan Lu Bu berada di atasku. Aku membuka kakiku lebar-lebar dan melingkarkan kakiku pada pinggang kekasihku. Dia meletakkan kepala penisnya di depan lubang vaginaku.
“tahan ya,,sayang”. Lalu dia mulai memasukkan kepala penisnya ke dalam vaginaku secara perlahan dan sangat lembut. Rasanya seperti ada sebuah benda besar yang masuk ke dalam tubuhku dan terasa sesak sekali sampai-sampai aku tidak bisa bernafas.

Tapi, karena Lu Bu memasukkan penisnya secara perlahan dan lembut, rasa sakitnya tidak terlalu membuatku tersiksa meskipun masih ada sedikit rasa terbakar di daerah selangkanganku. Selama masa ‘penetrasi’, Lu Bu melumat bibirku serta kadang-kadang meremas-remas dan menjilati kedua putingku secara bergantian agar rasa sakitnya tidak terlalu terasa olehku. Tak terasa, kini 3/4 penisnya sudah berada di dalam vaginaku dan itu sudah mentok, Lu Bu sama sekali tidak menggerakkan pinggulnya, mungkin dia ingin agar aku terbiasa dahulu. Setelah sekitar 5 menit, Lu Bu mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku, aku masih merasakan rasa pedih setiap kali Lu Bu memompa penisnya masuk ke dalam vaginaku tapi akhirnya rasa pedih itu lama kelamaan berubah menjadi rasa nikmat yang membuatku seolah terbang ke angkasa. Lu Bu mulai mempercepat frekuensi genjotannya.
“aaahh,,,mmhh,,,oohhh,,terruusss,,,tuankuuu”, desahanku menerima serangan penisnya yang keluar masuk vaginaku.

Sudah 15 menit dia mengenjot vaginaku tapi, dia sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan orgasme, malah dia meminta berganti posisi dengan posisi dia berdiri sementara aku digendongnya dan kakiku melingkar di pinggangnya dan tanganku melingkar di lehernya. Sambil terus menggenjot vaginaku, Lu Bu melumat bibirku dengan penuh nafsu sekaligus mesra. Payudaraku berguncang naik-turun sesuai dengan irama. 15 menit dia menghujamkan penisnya itu ke dalam vaginaku, dia juga belum menandakan tanda-tanda akan orgasme sementara aku sudah di ambang batas orgasmeku yang ke tiga.
“aahh,,,oohhh”, desahku kencang ketika aku mencapai orgasme yang kudapat setelah orgasme kedua ketika posisi kami masih tidur di kasur. Lu Bu meminta untuk berganti posisi lagi dan kini ia memintaku untuk naik ke atasnya yang sudah tidur lagi di ranjang. Aku langsung menaiki tubuhnya dan menempatkan tubuhku di atas penisnya yang mengacung tegak ke arah vaginaku, lalu aku menurunkan tubuhku perlahan karena takut terasa sakit lagi, tapi aku salah, kali ini penis Lu Bu melesat degan mudah masuk ke dalam vaginaku, mungkin karena vaginaku yang sudah banjir akibat caoranku sendiri. Ketika penis Lu Bu sudah masuk 3/4 ke dalam vaginaku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun sementara Lu Bu meremas-remas payudaraku dengan kedua tangannya.

Karena aku sudah tidak punya tenaga lagi, aku berhenti menggerakkan tubuhku naik turun di menit ke 8, lalu kini Lu Bu yang menggerakkan tubuhnya naik turun sehingga tubuhku juga naik turun sesuai dengan irama. Dalam keadaan seperti ini, aku mengalami orgasme untuk yang keempat kalinya sehingga vaginaku benar-benar sangat becek oleh cairanku sendiri yang menimbulkan suara kecipak air yang sangat kencang setiap kali Lu Bu mnghujamkan penisnya ke dalam vaginaku. Sudah 45 menit, Lu Bu menggarapku tapi dia sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda orgasme sedangkan aku sendiri sudah kehabisan tenaga akibat 4 kali orgamse, ternyata Lu Bu tidak hanya hebat di medan perang tapi dia juga sangat hebat bertempur di ranjang. Lu Bu tau kalau aku sudah kehabisan tenaga, maka dari itu dia menyuruhku terlentang kemudian dia mengangkat kakiku dan mendorong kakiku sehingga kakiku berada di samping kanan dan kiri kepalaku. Dalam posisi ini, aku merasakan penisnya benar-benar masuk ke dalam vaginaku dibandingkan dengan posisi-posisi sebelumnya. Lu Bu masih memompa vaginaku dengan penuh semangat dan tidak kelelahan sama sekali, sementara aku sudah mati-matian agar aku tidak pingsan. Akhirnya sekitar 15 menit kemudian, aku merasakan penisnya berdenyut-denyut yang menandakan akan orgasme dan aku juga akan mengalami orgasme juga.

Aku menahan orgasmeku agar bisa bersamaan dengan Lu Bu, tak lama kemudian Lu Bu mendesah.
“aaakkhhh,,,,Diao Chan”. Dan akhirnya aku merasakan semburan sperma yang hangat menyemprot ke dalam vaginaku, bersamaan dengan itu aku menlepaskan orgasme yang sudah lama kutahan sehingga kami berdua mencapai puncak dalam waktu yang hampir bersamaan.
“Diao Chan,, terima kasih,, aku sangat mencintaimu”.
“aku juga sangat mencintaimu, Lu Bu”. Lalu kami berdua pun tidur dengan saling memeluk.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Lu Bu sudah berangkat lagi ke istana sementara aku masih tidur. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku sehingga aku bangun.
“siapa,,hhooaahhmm?”, tanyaku sambil menguap.
“ini ayah”.
“sebentar yah”. Lalu aku membuka pintu tanpa memakai sehelai benang pun.
“ada apa, ayah?”.
“Li Ru menyadari rencana kita”.
“apa?!!!”.
“tapi Li Ru sudah dibunuh oleh Dong Zhuo karena Li Ru menyarankan untuk menyerahkanmu pada Lu Bu, untungnya Dong Zhuo terlalu sombong sehingga dia tidak mendengarkan nasihat Li Ru dan malah membunuhnya”.
“untung saja,,,”, kataku lega. Lalu ayahku melihat ke arah vaginaku yang masih ada sisa sperma Lu Bu yang sudah mengering.
“hhmm,, rupanya Lu Bu sudah menanamkan benihnya ke dalam tubuhmu ya?”.
“ya,, ayah,, mudah-mudahan aku hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki sekuat Lu Bu”.

“sekarang kamu mandi sana, kita akan pergi ke istana lagi, agar Dong Zhuo tidak curiga”.
“baik,,ayah”. Tidak ada kejadian istimewa yang terjadi, paling-paling Dong Zhuo meremas-remas payudaraku. Malam harinya, seperti yang direncanakan,aku mengajak Dong Zhuo untuk bersetubuh di kamar Dong Zhuo dimana Lu Bu telah menyelinap dan sedang bersembunyi. Aku membuka bajuku di hadapan Dong Zhuo sehingga tubuhku yang putih mulus bisa dilihat secara jelas oleh Dong Zhuo untuk kedua kalinya.
“oohh, Diao Chan,, tubuhmu memang sangat indah”, katanya sambil mendekatkan tangannya untuk meremas payudaraku.
“eiitt,, tunggu baginda”, kataku sambil melangkah mundur.
“ada apa, bidadariku?”.
“selamat tinggal, babi sialan”, balasku sambil menggoyang-goyangkan dadaku sehingga payudaraku berayun ke kanan dan ke kiri.
“APA KAU BILANG?!!”. Dan Lu Bu muncul di belakang Dong Zhuo.
“slaashhh,,,”, terpotonglah kepala Dong Zhuo dari lehernya, tapi tangannya memegang gelas sehingga menimbulkan bunyi berisik dan para penjaga yang ada di depan pintu kamar langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan Dong Zhuo yang sudah tak ada kepalnya, Lu Bu yang memegang senjata berlumuran darah, dan aku yang telanjang bermandikan darah yang berasal dari cipratan darah leher Dong Zhuo.
“tuan Lu Bu,, kau harus lari !!!”.
“tidak, Diao Chan, aku akan melindungimu !!”.
“kau harus lari tuanku, jika tidak pasti nanti kau akan dihukum mati !!”.
“tidak tanpamu, Diao Chan”.
“dengar tuanku, jika kau mencintaiku, kau harus lari, tolonglah tuanku”. Lu Bu menatap mataku dalam-dalam.
“baiklah, Diao Chan, aku akan kembali untuk menyelamatkanmu”.

Lu Bu langsung menembus keluar dengan mudah sementara aku ditangkap oleh para prajurit pengawal istana, dan ayahku juga langsung ditangkap malam itu, dan langsung dipenggal kepalanya di tempat. Sementara itu, aku di penjara tanpa mengetahui ayah sudah terbunuh oleh penerus Dong Zhuo yaitu Li Jue. Melihat tubuhku yang putih mulus tanpa memakai sehelai benangpun, para penjaga penjara membawaku keluar untuk diperkosa beramai-ramai dengan seluruh pasukan karena kapan lagi bisa menyetubuhi 1 dari empat orang tercantik sepanjang masa di Cina yaitu aku. Ketika semua prajurit sudah berkumpul sekitar 1000 orang dan semuanya sudah melepaskan celana mereka dan menatapku dengan nafsu binatang buas. Tapi, ketika salah satu mereka akan memasukkan penis mereka ke dalam vaginaku, tiba-tiba Lu Bu dan temannya yaitu Zhang Liao datang dan membunuh semua prajurit yang ada di situ hanya dalam waktu 3 menit. Kemudian aku menaiki Red Hare bersama Lu Bu sementara Zhang Liao mengikuti kami di belakang, kami bertiga menembus gerbang dan berhasil keluar dari Chang An. dan langsung lari ke Hulao Gate. Keesokan harinya, ternyata para pengikut Dong Zhuo seperti Song Xian, Gao Shun, Zang Ba, dan lain-lain datang ke Hulao Gate untuk menjadi bawahan Lu Bu, dengan jumlah perwira dan jumlah prajurit yang cukup aku dan Lu Bu mendirikan kelompok petualang untuk memulai pasukan sendiri, akhirnya aku bisa berperang dan melihat kekuatan kekasihku dengan mata kepalaku sendiri.

bersambung….
Written by: Dina Nakal

2 komentar:

  1. Baguuuus, maantaab, hebat, semua thumbs keatas !
    Cerita yang berlatang belakang sejarah memang sangat menarik, apalagi disertai gambar wanita dalam pakaian yang sesuai. Hidup sis Dina !.
    Hidup Republik Mupeng !

    SATYR

    BalasHapus
  2. Mantap,... pertamax gan.
    Susah ya dapet gambar Diao Chan yang versi mendekati asli. Banyaknya kartun/anime. Klo ada ane tambahin pertamaxnya. :D
    Btw penyampaian ceritanya bagus and mudah untuk di ikuti. Pertamax

    BalasHapus