29 Juli 2007
Sudah seminggu aku melayani Mang Ucup dan Mang Yadi secara non stop di rumahku sendiri, sampai hari minggu aku suruh mereka pulang.
“mang Yadi ama mang Ucup pulang dong, aku kan capek ngelayanin terus”.
“yah, 1 hari lagi deh, Rasti sayang, abang ama Mang Yadi masih ketagihan ama vagina kamu”.
“yah, bang, pliis pulang ya, soalnya aku juga pengen nemuin orang tuaku”.
“tau Lo Cup, kan kasihan neng Rasti, masa ngelayanin kita terus”.
“yaudah deh, gak papa, kalau gitu kami beres-beres dulu ya, sayangku”, setelah beres-beres aku mengantar mereka sampai ke pintu tanpa memakai baju dan dengan tubuh yang berlumur sperma.
“sayangku, kapan lagi kita ketemu?”.
“hari senin minggu depan ya Mang Ucup,, soalnya selama 1 minggu, aku mau nemuin orang tuaku”.
“ok, kalau gitu, sampai ketemu senin minggu depan ya, sayangku”.
“ati-ati sayang, oh ya Mang Yadi kalau misalnya kapan-kapan mau aku layanin lagi, telpon ke hpku aja ya, nomernya udah aku kasih kan?”.
“udah, nih dia. Ok deh, neng Rasti tapi kayaknya dalam waktu cepat abang bakal nelpon neng lagi deh, soalnya abang ketagihan ama vagina neng, sempit ‘n peret banget”.
“ah, Mang Yadi bisa aja,, udah, nanti dicariin ama keluarganya loh”.
“yaudah, kami pulang dulu, makasih ya atas pelayanannya,,kayak di hotel aja,, hehe”, lalu sebelum mereka pergi mereka meremas-remas payudaraku dan menarik putingku.
“dah,,,”, kemudian mereka naik motor Mang Ucup dan pergi menjauh dari rumahku.Akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuhku yang kelelahan ini, lalu aku pergi ke kamarku dan merebahkan tubuhku di atas ranjang yang tercecer noda sperma di mana-mana baik yang sudah mengering maupun yang masih basah, lama kelamaan mataku berat dan akhirnya aku tertidur dalam ruangan yang dipenuhi bau sperma. Kubuka mataku yang masih lengket, dan aku meregangkan tubuhku yang kini sudah tidak pegal lagi, kulihat jam dinding ternyata sudah jam 10 siang, aku bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah selesai mandi, aku turun ke bawah untuk makan, kemudian aku membersihkan kamarku dari sperma yang tercecer di lantai maupun di atas ranjang. Lalu setelah semuanya beres, aku menelpon.
“halo, international airport”.
“ya, bisa kami bantu?”.
“saya ingin memesan tiket pesawat terbang”.
“tujuan mana?”.
“Amerika”.
“atas nama siapa?”.
“atas nama Rasti Lestari”.
“kelas apa, nona Rasti?”.
“kelas VIP”
“baik, terima kasih atas pemesanannya, penerbangan pada jam 1.30 siang”.
“terima kasih”, kemudian aku menutup telpon.
Lalu aku mengemas baju, celana, pakaian dalam, dan segalanya, tapi aku lupa siapa yang akan menjaga rumah ini, untungnya aku ingat kalau tanteku dan keluarganya akan menempati rumahku selama aku liburan seperti biasa. Akhirnya jam 11 siang tanteku dan keluarganya datang, kemudian aku menyediakan makanan dan mengobrol-obrol dengan mereka, aku tau anak tanteku yang pertama yaitu si Yudi selalu mencuri-curi pandang ke arah dadaku, Yudi berumur 15 tahun, jadi aku maklumi betapa dia sangat penasaran melihat payudaraku, tapi aku buang jauh-jauh pikiran nakalku karena sebentar lagi aku akan pergi ke bandara. Tak terasa sudah jam 1/2 1 siang, aku berpamitan kepada tanteku untuk pergi, setelah sampai di bandara aku langsung naik ke pesawat, dan 10 menit kemudian pesawat berangkat. Di sebelahku ada ibu dengan anak perempuannya, ibu itu sangat ramah kepadaku dan anaknya yang berusia 15 tahun itu juga baik dan ramah, akhirnya mereka berdua memperkenalkan diri. Sang ibu bernama Sandra, asalnya dari New York, wajahnya cantik untuk perempuan yang sudah berumur 42 tahun, sedangkan anaknya bernama Monic, dia mewarisi kecantikan ibunya, bahkan melebihi kecantikan ibunya, dan biarpun umurnya baru 15 tahun, tapi badannya hampir menyaingiku karena payudaranya kelihatan sangat montok dan kencang seperti payudaraku.
“nak Rasti, sebenarnya mau kemana?”.
“oh, saya mau ke rumah orang tua saya yang ada di Florida, kalau ibu sendiri?”.
“ini, si Monic ngajak liburan di New York, oh ya memangnya di Indonesia, kamu tinggal dimana?”.
“ya tinggal di rumah orang tua, tapi sama saudara saya, soalnya orang tua saya sering pergi ke Florida karena pekerjaan,,,”.
“oh begitu,,”.
“kalau ibu tinggal di Indonesia atau tinggal di Amerika?”.
“sebenarnya saya tinggal di Indonesia, tapi suami saya dapat kerja di New York, jadi saya dan anak saya berlibur ke New York sekaligus bertemu dengan suami saya,,,”.
“oh, gitu, ngomong-ngomong udah berapa lama tinggal di Indonesia?”.
“10 tahun,, memangnya kenapa?”.
“pantes aja,, bahasa Indonesia ibu lancar”.
“oh, kirain ibu kenapa,,”, kemudian hpnya berbunyi.
“sebentar ya nak Rasti,,”, lalu aku mengobrol dengan Monic.
“kak Rasti, kakak cantik ya,,”.
“kamu juga kok,,,”, setelah itu ibu Sandra selesai menelpon dan kami bertiga mengobrol sambil memakan hidangan sore yang tadi sudah diantarkan oleh pramugari.
Setelah selesai makan, obrolan kami menjadi menjurus ke hal-hal pribadi, ternyata ukuran bh Bu Sandra 36C, dan Monic 32B. Disaat kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara ledakan.
“para penumpang, harap tidak usah panik, sepertinya pesawat mengalami kerusakan mesin, tolong pakai sabuk pengaman, pelampung dan masker oksigen yang telah disediakan karena pesawat akan melakukan pendaratan darurat”. Aku melakukan semua yang disuruh, dan setelah itu aku menutup mataku dan berdoa agar aku selamat, tiba-tiba aku mendengar suara benda jatuh ke air dan guncangan yang hebat, setelah guncangan aku sudah tidak sadar. Tiba-tiba aku sadar dan merasakan rasa sakit yang hebat di kepala dan sekujur tubuhku, dan ternyata tubuhku mengambang di air. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku berenang ke arah pantai yang terdekat. Setelah sampai di tepi pantai, aku merangkak agar lebih aman dari sapuan arus, lalu aku rebah di pasir sambil merasakan nyeri di sekujur tubuhku dan kepalaku, aku terus terbaring di pasir sampai malam. Tiba-tiba aku merasakan seseorang mendekatiku, kemudian tubuhku diangkat oleh orang itu, aku sudah terlalu lemah untuk melihat siapa orang itu. Yang aku tau, aku sudah berada di dekat api unggun, akhirnya aku melihat wajah orang itu karena diterangi api unggun, ternyata orang itu adalah seorang kakek dengan tampangnya yang sangat arif dan bijaksana juga badan yang tegap.
“maaf, aku akan memberimu obat”, lalu dia meminumkan suatu ramuan yang sangat pahit kepadaku. Awalnya aku ingin muntah, kemudian aku diberikan suatu ramuan lagi, tapi kali ini rasanya sangat manis sehingga rasa mualku tadi akibat rasa pahit jadi hilang. Lalu si kakek mendekati api unggun dan membakar sesuatu, sementara aku masih lemas terbaring di tanah dengan bajuku yang sudah sobek dimana-mana begitu juga dengan celana jeansku.
Beberapa menit kemudian lukaku tidak terasa perih lagi dan badanku juga tidak lemas lagi sehingga aku bisa duduk dan menyapa kakek itu.
“mmm,,, pak, terima kasih ya, udah nolongin saya”.
“oh, gak apa-apa, udah jadi tugas buat saya, nolongin orang”.
“bapak juga korban kecelakaan pesawat Air Zone ya?”.
“ya, untungnya luka saya gak parah jadi saya bisa selamat, oh ya perkenalkan nama saya Bambang”.
“nama saya Rasti, ngomong-ngomong ramuan apa yang bapak berikan ke saya?”.
“oh, itu ramuan dari berbagai macam tanaman obat jadi rasanya sangat pahit, ya kan?”.
“ehm,,,”, balasku sambil menganggukkan kepalaku.
“tapi, fungsinya apa, pak?”.
“luka adek gak terasa perih lagi kan?”.
“oh itu, fungsinya, terus yang kedua buat apa?”.
“biar badan adek jadi seger”.
“oh gitu, itu terbuat dari apa?”.
“dari madu, tanaman obat, dan sperma babi hutan”.
“sperma babi hutan? Gimana cara bapak ngedapetinnya?”.
“gak usah ditanya, yang penting adek selamat”.
“yaudah, tapi ngomong-ngomong bapak kok bisa tau banyak obat sih?”.
“dulu saya tentara, jadi saya diajari cara bikin obat kalau ada di hutan dan untungnya hutan ini banyak tumbuhan obatnya”.
“ooh gitu,,,”.
“pantes aja badannya tegap, bekas tentara toh, wah pasti kontolnya gede ‘n berurat, jadi pengen liat”, pikirku dalam hati.
“oh ya pak, lagi masak apa sih?”.
“lagi masak daging kelinci buat makan malam, oh ya dek Rasti gak jijik kan kalau makannya gak pake bumbu apa-apa?”.
“saya sih kalau laper, semua saya sikat, pak”.
“untung dek Rasti bukan cewek manja jadi bapak gak perlu repot-repot”, kemudian kami tertawa bersama, tak lama kemudian dagingnya matang juga.
“hmm,, baunya enak nih”, lalu dia menyerahkan daging kelinci yang sudah matang itu dan kami mulai makan.
Ketika aku sedang enak-enaknya melahap daging, aku melihat dia mencuri-curi pandang ke arah tubuhku yang dibalut dengan pakaian yang sudah compang-camping. Tadinya sih, aku gak ada niat untuk menggodanya, tapi setelah melihat dia begitu, aku jadi ada niat untuk menggodanya.
“mmmhh, kayaknya boleh juga nih ngasih tubuh gue ke pak Bambang, itung-itung balas budi lagian gue juga pengen nyobain kontolnya”, kemudian aku mulai menyusun rencana.
“pak Bambang, bapak punya baju buat aku gak?”.
“gak ada tuh,,”.
“aduh, gimana ya,, badanku udah gatel, deket sini ada sungai gak pak?”.
“oh, dek Rasti mau mandi ya, disana ada sungai”.
“yaudah pak, saya mandi dulu ya”. Segar rasanya setelah mandi, setidaknya badanku tidak lusuh lagi meskipun luka masih berbekas di badanku. Baju dan celana jeans serta bhku kubuang karena rencanaku setelah ini kembali ke pak Bambang dengan telanjang bulat untuk membuatnya semakin menginginkanku.
Lalu aku berjalan ke tempat pak Bambang tadi dengan telanjang bulat dan berpura-pura menutup dada dan vaginaku dengan kedua tanganku, setelah sampai di hadapan pak Bambang.
“Dek Rasti, kok telanjang?, baju dek Rasti kemana?”.
“gak tau pak, begitu saya abis mandi, baju saya udah ilang”.
“oh, mungkin baju dek Rasti dicuri monyet”.
“kena dia, gue bo’ongin”, pikirku.
“yaudah, nih pake baju bapak aja biar gak kedinginan”.
“makasih pak, ngomong-ngomong udah jam berapa sih pak?”, balasku sambil memakai kaos pak Bambang.
“oh, gak tau dek, jam bapak rusak”.
“oh,, gitu ya pak”. Ternyata kaos pak Bambang hanya bisa menutupi sampai 5 cm di bawah vaginaku saja sehingga jika aku duduk pasti kaos itu akan terangkat dan vaginaku bisa terlihat jelas. Aku memancing obrolan ke hal-hal yang lebih nakal, ternyata sudah 10 tahun dia tidak dilayani oleh seorang wanita karena dia tetap setia kepada istrinya yang sudah meninggal, sekarang dia tinggal di rumahnya dengan anaknya dan beserta keluarganya.
“maaf dek Rasti, sebenarnya tidak sopan menanyakan ini, tapi boleh gak bapak pegang dada dek Rasti? soalnya bapak udah gak tahan, tapi kalau gak boleh juga gak apa-apa”.
“mmmm,,,, gimana ya? Boleh deh pak, nih silakan”.
“bener nih, dek Rasti, makasih ya”, kemudian tangannya mulai meraba-raba dadaku, meremas-remas dadaku secara perlahan dari belakang, lalu tanpa kusuruh tangannya sudah menyusup ke balik bajuku. Kedua tangannya memegang kedua buah payudaraku seperti sedang memegang 2 melon, dia mulai meremas-remas kedua payudaraku lagi tapi kali ini dia juga memilin-milin dan menarik-narik putingku. Meskipun dia sedang bernafsu, dia tetap meremas-remas payudaraku secara lembut, sepertinya dia tidak ingin menyakitiku walau sekecil apapun. 5 menit kemudian, sepertinya dia sudah puas meremas-remas payudaraku dan mengeluarkan tangannya.
“dek Rasti, makasih ya, udah biarin bapak grepe kamu,,,”.
“gak usah makasih, saya juga merasa enak, kok”.
“ngomong-ngomong payudara dek Rasti ukurannya berapa sih?”.
“34B, kenapa?”.
“pantes aja dipegangnya terasa mantap di tangan bapak, udah gitu payudara dek Rasti masih kencang lagi, sering minum jamu ya”.
“ya semacam itulah. Ngomong-ngomong pak, masa cuma grepe-grepe doang?”.
“maksud dek Rasti apa?”.
“aku mau kok ngelayanin bapak”.
“ngelayanin bapak, kok Dek Rasti mau? padahal kan bapak udah tua”.
“karena bapak udah nolongin saya, saya mau balas budi, dan hanya ini yang bisa saya berikan”, sambil membuka kaos yang membalut tubuhku.
“beneran nih, dek Rasti?”.
“bener, pak. Mulai saat ini tubuh saya tersedia 24 jam untuk memuaskan bapak, dan bapak gak perlu khawatir, saya gak punya penyakit menular”.
“24 jam?”.
“iya, pokoknya kapan dan dimana saja bapak mau, saya akan melayani bapak, tapi ada 1 syarat, kita pake aku-kamu aja gimana?”.
“syaratnya gampang banget, yaudah boleh gak aku mulai sekarang?”.
“silakan, terserah kamu, kan sekarang badanku milik kamu”. Lalu dia mulai mendekati tubuh telanjangku, pertama-tama dia melumat bibirku, aku balas dengan melumat bibirnya juga, kemudian dia mulai memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, aku juga memainkan lidahku sehingga lidah kami saling membelit, kami bercumbu seperti sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
Seusai dia puas mencumbuku, dia menurunkan ciuman dan jilatannya terus sampai akhirnya mulutnya tiba di payudaraku yang montok. Dia menjilati payudaraku setiap senti demi senti bahkan dia juga menjilati ketiakku, sepertinya dia sangat tergila-gila dengan tubuhku karena sama sekali dia tidak ada rasa jijik sedikit pun menjilati ketiakku sampai basah oleh air liurnya, dan juga payudaraku sudah basah oleh air liurnya. Kemudian dia mulai mengulum putingku, memainkan putingku dengan lidahnya, dan kadang-kadang dia menarik-narik putingku secara perlahan, sementara aku mendesah dan tubuhku menggelinjang karena aku merasakan vaginaku sudah sangat gatal karena birahiku sudah melebihi puncak akibat foreplaynya. Dia sudah puas memainkan mulutnya di payudaraku, kemudian dia langsung menjilati vaginaku, mulai dari paha, selangkangan, bibir vaginaku, bibir dalam vaginaku, dan juga dia menyentil klitorisku dengan lidahnya.
“aaaahhhh,,,,oohhhh,,,,hhmmmm,,,,terus”, desahku. Akhirnya tubuhku mengejang dan orgasme melanda tubuhku yang menyebabkan cairanku mengalir deras langsung menuju mulutnya yang sedang asik menjilati vaginaku, cairanku langsung diseruput habis olehnya hanya dalam hitungan 7 detik.
“wah, kamu aus ya? cairanku langsung abis”.
“hehe, soalnya cairanmu manis sih, gurih lagi”.
“ayo, pak, sini biar aku bukain celananya”.
Aku sudah membuka celana panjangnya, dan kusiapkan hatiku untuk melihat penisnya yang ada di balik boxernya. Ketika aku sudah membuka boxernya, penis itu langsung muncul. Ternyata penisnya lumayan besar, dengan ukuran panjang 22 cm, dan diameter 10 cm, penis itu mengacung tegak ke arah wajahku.
“wah, pak Bambang, ternyata gede juga”.
“gimana, Rasti, kuat gak?”.
“kuat dong”.
“yaudah kamu ambil posisi doggy style ya”.
“tar dulu dong pak, biar saya kulum dulu biar licin”.
“yaudah nih”, kemudian dia menyodorkan penisnya ke mulutku. Aku mulai mengemuti kepala penisnya, kujilati batang penisnya yang berurat itu sampai ke pangkalnya, serta melahap buah zakarnya.
“nah, sekarang udah licin nih”.
“ayo mulai, tapi Rasti, nanti spermanya aku semprot dimana?”.
“di dalam vaginaku aja ya,,,”.
“gak takut hamil?”.
“udah deh, pokoknya ntar harus di vaginaku, aku pengen ngerasain angetnya sperma kamu, nah baru deh selanjutnya terserah kamu nyemprot dimana”.
“ok, yuk kita mulai”. Lalu aku bertumpu pada kedua lutut dan sikuku yang kutaruh di tanah, kemudian pak Bambang mulai memposisikan dirinya di belakangku.
“wah, Rasti, kamu masih perawan ya? Kayaknya masih sempit banget”.
“aku udah gak perawan kok. Udah ah, ayo pak, aku udah gak sabar”. Lalu dia mengelus-elus sekitar vaginaku dengan penisnya, dan dia mulai memposisikan kepala penisnya di depan vaginaku, kemudian dia mulai memasukkan penisnya ke dalam vaginaku secara perlahan-lahan.
Senti demi senti penis Pak Bambang menyeruak masuk ke dalam vaginaku, dan urat-urat yang menghiasi penisnya bergesekan dengan dinding vaginaku membuat aku merasa semakin nikmat.
“oooohhhh Rasti,,,sempit banget!!”.
“aaa,,,,yooo paak,,,,masukiiin,,,teruuusss!”. Akhirnya, penis pak Bambang tertanam di vaginaku, dia mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku. Gesekan urat-urat penis pak Bambang dengan dinding vaginaku membuatku semakin merasa keenakan. Dalam waktu 15 menit tubuhku sudah mengejang dan akhirnya aku orgasme, sementara pak Bambang masih asik memompa penisnya keluar masuk vaginaku. 20 menit kemudian aku merasakan penis pak Bambang berdenyut-denyut di dalam vaginaku.
“aaahhhh,,, Rasti,, aku keluar!!!”. Lalu pak Bambang menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku, beberapa kali semburan.
“enak banget vagina kamu, peret banget,,,”.
“yaudah, pak, kita istirahat dulu ya…”.
“tapi, ntar lagi ya…”.
“ya pak, tenang aja”. Aku duduk beristirahat di pangkuannya, sementara dia duduk di sebatang pohon yang sudah ia tebang dan dijadikan tempat duduk olehnya.
Selama beristirahat pak Bambang terus melumat bibirku dan tangannya meremasi kedua buah payudaraku.
“aduh pak, kok diremes-remes terus sih?”.
“abisnya aku suka banget ama dada kamu, sekel ‘n kenceng banget”.
“ah, kamu bisa aja… Gimana pak, udah cukup belum istirahatnya?”.
“kayaknya udah, emang kenapa, kamu pengen lagi”.
“ya nih, abisnya aku gak tahan ngeliat penis bapak nganggur”.
“wah, gak nyangka ya cewek secantik kamu ternyata nakal juga”. Kemudian dia menyuruhku untuk membelakanginya sambil memeluk pohon yang ada di dekat kami, rupanya dia ingin menyutubuhiku dari belakang dengan posisi berdiri.
“boleh gak aku masukkin penis aku ke pantat kamu?”.
“gak perlu minta izin,, dimana aja boleh kok”.
“tapi boleh gak nyemprot di dalam anus kamu?”.
“udah aku bilangin, tubuh aku milik kamu jadi terserah kamu”.
“yaudah,, aku mulai ya,,”.
Kemudian dia mulai memasukkan penisnya ke dalam anusku secara perlahan. Ternyata, biarpun aku sudah sering melakukan anal sex tapi karena ukuran penis pak Bambang lumayan besar, aku merasa sedikit kesakitan. Sepertinya, dia tau kalau aku kesakitan jadi dia benar-benar memasukkan penisnya secara perlahan, akhirnya dari kepala penis pak Bambang sampai ke pangkal batangnya tertanam di dalam anusku. Setelah penisnya tertancap di dalam vaginaku, dia berkomentar.
“lobang pantat kamu sempit banget, kalau kayak gini bisa-bisa cuma tahan 15 menit”. Aku membalasnya dengan menolehkan kepalaku ke belakang dan memberikan senyumanku padanya, kemudian dia mulai menggenjotku sambil kedua tangannya terus menerus meremas-remas payudaraku. Seperti yang dia bilang, sekitar 15 menitan dia sudah menyemburkan spermanya di dalam lubang anusku. Kemudian dia mengeluarkan penisnya dari anusku, dan tentu saja spermanya meleleh keluar dari anusku.
“Rasti, jalan-jalan yuk, kan jarang bisa jalan-jalan di hutan sambil telanjang”.
“yaudah yuk,,,,tapi bapak udah apal belum hutan ini, tar kita malah kesasar”.
“gak apa-apa kesasar asalkan masih ada kamu di sampingku”.
“ah, bapak jago ngegombal deh,,,”.
“tapi tenang aja, aku udah lumayan apal, soalnya udah beberapa kali aku ngiter-ngiter di daerah dekat sini dan juga aku tau jalan ke pantai tempat aku nemuin kamu”.
“yaudah mendingan ke pantai aja yuk, siapa tau masih ada orang yang selamat selain kita”.
Lalu pak Bambang menggandeng tanganku untuk berjalan bersamanya. Selama perjalanan, kami mengobrol yang diselingi remasan demi remasan di kedua buah payudaraku, pak Bambang memang sangat tergila-gila dengan payudaraku yang kencang dan montok seperti yang tadi dia bilang. Ternyata, lumayan jauh juga jarak dari tempat kami tadi ke pantai. Di tengah-tengah perjalanan, aku melihat penisnya yang menciut karena dingin.
“aduh, aduh, kasihan penis pak Bambang kedinginan, boleh gak aku angetin?”.
“boleh, tapi pake mulut ya,,”.
“beres,,sayang”. Kemudian kami berhenti, dan aku mulai mengulum penisnya yang lama kelamaan mulai membesar.
“aaahhh,,,mulut kamu anget banget”, desahnya. 12 menit kemudian dia menyemburkan lahar putihnya ke dalam mulutku yang langsung kutelan tak bersisa. Setelah spermanya habis kuminum dan penisnya kujilati sampai mengkilap, kami melanjutkan perjalanan kami. Di pantai, kami berjalan-jalan sekitar pantai dengan harapan menemukan orang yang selamat, tapi ternyata sia-sia. Tak ada satu orang pun kami temukan, tapi pak Bambang menemukan tas khusus kempingnya, di dalamnya ada tenda, sleeping bag, dan berbagai peralatan lainnya. Kemudian kami berjalan ke tempat kami tadi untuk mendirikan tenda. Seperti tadi, selama perjalanan dia meremas-remas payudaraku dan setelah sampai di tempat kami tadi, dia memintaku untuk mengulum penisnya sebelum mendirikan tenda. Seusai kukulum, dia mulai mendirikan tenda sementara aku memasak 2 daging kelinci yang tadi kami tangkap saat perjalanan pulang. Setelah dia selesai mendirikan tenda, kami memakan kelinci yang sudah aku masak tadi, lalu dia mengajakku masuk ke tenda untuk beristirahat sambil ‘menghangatkan’ diri.
Pak Bambang sama sepertiku, meskipun tidak bisa lama-lama menahan orgasme tapi setelah istirahat sebentar nafsu dan tenaganya memuncak lagi persis sepertiku sehingga di dalam tenda itu sudah berkali-kali dia menyemburkan spermanya baik di mulut, anus, maupun vaginaku, tapi sepertinya jumlah semburan spermanya tak berkurang meskipun dia sudah berkali-kali menyemprotkan spermanya kepadaku yang senang hati menerimanya. Entah sudah berapa kali kami melakukan persetubuhan, akhirnya kami memutuskan untuk tidur agar tidak terlalu lemas besok pagi. Mungkin hanya 4 jam kami tidur, tiba-tiba terdengar suara, aku dan pak Bambang langsung keluar tenda dan kaget melihat banyak laki-laki berkulit hitam memakai topeng, memegang tombak, dan tanpa memakai apa-apa.
“Rasti, cepat lari, biar aku tahan mereka!!!”.
“ta,,,tapiii,,,,”.
“cepat larii!!!”.Dengan berat hati aku lari meninggalkannya yang tetap menghadapi mereka hanya untuk melindungiku, sebelum aku masuk ke dalam hutan, aku menoleh ke belakang untuk melihatnya sekali lagi, rupanya dia sedang bertarung dengan orang-orang itu, tapi akhirnya perut Pak Bambang ditusuk dengan tombak oleh salah seorang dari mereka. Aku lari ketakutan ke dalam hutan yang lebih hebat dengan sekuat tenaga sambil menangis memikirkan pak Bambang yang telah dibunuh oleh orang-orang hitam itu. Karena lariku tidak beraturan, kakiku tersandung kemudian kepalaku membentur keras batu yang lumayan besar dan aku langsung tidak sadarkan diri dan aku tidak tau apa yang akan terjadi pada tubuhku selanjutnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar