Laman

Sabtu, 30 Juli 2011

Itu Aku...

24 September 2008

2 Jam,.. lebih dari 2 jam aku menunggu disini,..
Hujan diluar benar-benar lebat,..
Aku mengambil ponsel-ku dari dalam tas,.
Kutekan satu tombol diponsel-ku, nomor 3,.. layar ponsel-ku menampilkanDialing…
^Luvely Edward^

Tak ada yang mengangkat,.. sudah lebih dari 10 kali aku mencoba menghubunginya,..
Tapi kenapa tak juga diangkatnya,..

” Sudah siap untuk memesan ?? ” Tanya seorang pelayan padaku,..
Aku tersenyum sambil menggeleng,.. Ia balas tersenyum sambil menuangkan air putih ke gelas-ku yang tinggal setengah terisi,..
Hari ini tepat 3 tahun sejak pertama kali kami bertemu, ditempat ini,..
Tepat 2 tahun sejak Edward menyatakan cintanya untuk-ku,..juga ditempat ini

Dan hari ini juga, harus-nya kami sudah duduk berdua ditempat ini,..
Di meja ini, selalu di meja yang sama seperti kenangan-kenangan kami akan tempat ini,..
Sebuah tempat yang indah, dengan hutan kota yang indah,..
Makanan yang lezat dengan suasana alam yang begitu indah,.. namun tak pernah seperti ini sebelumnya,..

Tak pernah ada kenangan seperti ini sebelumnya,..
Angin yang begitu kencang, hujan yang begitu menderu,…
Langit begitu gelap,.
Beberapa tamu yang lain pun seperti memperlihatkan kekhawatiran yang sama dengan-ku,..
Wajah mereka tampak pucat,..

Aku melihat jam yang sengaja digantung di dekat pintu masuk,, pukul 7 lewat 15,., hampir 3 jam aku menunggu sekarang,..Sementara hujan seolah masih tak mau berhenti,..

Dalam kekawatiran aku menunggu, aku takut terjadi hal-hal yang tak kuinginkan, aku takut,..perjalanan kesini cukup curam, banyak tikungan-tikungan tajam dan curam,.. aku takut,…

Terbayang oleh-ku senyuman Edward,.. senyuman yang hangat,..
Terbayang oleh-ku kejutan-kejutannya, yang membuat kesal dan penasaran..
Aku tak mau,..
Aku takut bila harus membayangkan kehilangan senyuman dan kejutan-kejutannya,..
Aku takut,..
Buang… Buang jauh-jauh pikiran itu,..
Ya Tuhan,…

Ponsel-ku bordering tiba-tiba,,
Menyadarkan-ku dari segala bayangan ketakutan-ku tadi,..

Edward

Ya ampun…. Terima Kasih Tuhan,..

” Halo,… Kamu dimana ?? ” Jawab-ku cepat,..
” Kamu dimana sayang ?? Aku sudah sampai,.. ” Nafas Edward terdengar seperti orang yang habis berlari,..
” Aku didalam,.. di tempat kita biasa,.. kamu dimana ?? ” Aku bertanya-tanya kebinggungan,..
” Kamu dimana sayang ?? Gelap,.. di dalam gelap,.. “
” Jangan becanda ah sayang,.. pasti kamu mau kasih aku kejutan lagi,.. ” Aku tersenyum mendengar sandiwara-nya itu,..

” Aku gak bercanda sayang,.. aku masuk,.. aku cari cara dulu buat masuk ya,.. kamu disana, kamu disana jangan kemana-mana,.. ” Aneh, suaranya sama sekali tak terdengar seperti orang yang sedang berbohong,..

Aku menatap kearah pintu masuk,..
Seorang lelaki setengah baya, bersama pasangannya yang sejak tadi duduk di samping-ku sedang berjalan menuju pintu keluar,..

Tak ada, tak ada sedikit pun sosok Edward diluar sana, kemana dia, apa jangan-jangan dia belum sampai dan membohongi-ku,..

” Aku,.. aku gak bisa masuk,.. ” kata Edward mengagetkan-ku saat mulai mengkhayal saat-saat aku dan Edward sudah setua mereka, dan kami masih ketempat ini,..

Suara itu benar-benar terdengar panik,..

” Jangan bohong sayang,.. tadi baru aja ada kakek-kakek dan nenek-nenek yang keluar kan,.. dasar,.. ” Aku tersenyum kecil, mendengar permainan nakalnya,.. sambil mencoba menerka kejutan apa yang disiapkannya,..

” Kakek-kakek ?? Gak ada,.. gak ada seorang pun yang keluar dari tadi,.. aku berdiri disini, tepat di depan pintu restoran,.. “
” Udahlah, jangan bercanda terus gak kasian apa sama aku ?? ” gerutu-ku,..
” Sayang, aku gak bercanda, restoran ini tutup, ditutup hari ini karena terlalu bahaya untuk naik keatas,.. Aku memaksa untuk bisa masuk ke areal ini,. “

Jantung-ku berdebar keras,.. kata-kata itu tak terdengar sedikitpun seperti orang yang sedang berbohong, kata-kata itu terdengar begitu ketakutan,.. jelas terdengar suara sengau dari kata-kata yang diucapkan Edward,..

” Aku keluar-aku keluar sekarang,.. ” Aku mengambil tas-ku sambil berlari kearah pintu keluar,..

Aku mendorong pintu itu, diluar hujan masih begitu deras,..

” Kamu dimana ?? “
” Depan pintu masuk,.. “
” Gak ada sayang, gak ada,.. kamu dimana ??? ” , ” Tolong jangan bercanda lagi,.. aku takut,.. “
” Aku gak bercanda sayang, aku juga, aku takut,….. kamu dimana ??? ” Suaranya terdengar penuh keputus asaan,..

Aku masuk kembali kedalam restoran itu,.. aku mendekati pelayan restorant di meja kasir,..

” Ada Pintu Masuk yang lain ?? ” Tanya-ku panik,..
Pelayan itu menggeleng,..
” Dibawah, dibawah ada restoran kan ?? “
Kali ini pelayan itu mengganguk,..

Aku kembali keluar dari restorant itu,..
” Sayang, kamu jangan main-main, ini hujan besar, kamu dimana ?? Kamu ada di depan restoran di bawah ya ?? Aku kesana,.. aku kesana sekarang,.. “
” Aku diatas, aku bener-bener diatas sayang,.. gak ada mobil kamu, mana mobil kamu ?? “
” Kamu disana aja, biar aku yang kesana,.. ” Aku menutup telepon itu,..

Aku menerobos hujan yang begitu deras,.. aku menyalakan mesin mobil-ku,.. perlahan aku mengendarai mobil-ku keluar dari tempat parkir restorant itu,..turun,.. perlahan tak bisa cepat, pandangan-ku tak jauh,.. hujan terlalu lebat dan lagi kabut turun yang begitu tebal,..

Ponsel-ku kembali berbunyi,.. sebuah sms,..

” Sayang aku tunggu kamu dibawah,.. “

Aku tersenyum,.. aku tahu sekarang, semua cuma sedikit keisengannya, untuk kejutan-kejutannya,..
Selalu begini, selalu seperti ini setiap kali ia menyiapkan kejutan yang benar-benar tak terduga, membuat jantung berdebar kencang, rasa kesal dan takut yang keluar tiap kali,.. dan selalu begitu cepat pudar saat ia muncul dnegan senyumannya yang hangat, senyuman yang membuat aku tak bisa menahan tangis, tangisan air mata bahagia,..

Perlahan, aku tak lagi harus khawatir terjadi sesuatu dengan Edward sekarang,.. Perlahan sekali aku mengendarai mobil-ku turun,,.. samar terlihat kerumunan orang, dengan lampu-lampu pembatas jalan yang kelap-kelip menyala,.. aku melewatinya perlahan,..

Tak lama kemudian aku sampai di depan restoran tua itu, restoran yang sudah lama tutup sejak dipindahkan keatas,.. pantas saja, restorantnya tutup dasar Edward,.. itu ada mobilnya diparkir disana,..

Aku mengambil payung dari dalam mobil-ku,.. aku perlahan melangkah kedepan pintu restoran itu,.., kosong gelap tak ada siapa-pun didalam sana,.. Pasti dimobil,.. terlintas begitu saja dalam pikiran-ku,..

Aku mendekat kearah mobil Edward,..
Benar saja, ia ada dibalik kemudinya,.. aku mengintip di jendela belakang, sebuah bucket bunga mawar yang indah, dasar benar saja semua ini adalah sebuah surprise darinya,..

Aku membuka pintu sebelah kemudi, duduk disebelahnya sambil tersenyum,..

Tatapan mata Edward kosong,.. tak ada senyuman diwajahnya,.. ia memalingkan wajahnya kearah jendela disebelahnya,..
” Ed,.. ” Panggil-ku,..
Ia tak menjawab,..
” Hey,.. dasar jangan bikin aku kesal donk,.. kamu tuch bikin aku khawatir aja “
Ia masih tak menjawab, berlagak seperti orang yang tak mendengar,..
” Ed,… ” Kesal aku menamparnya jendela disebelah-ku, sehingga embun-embun dikaca itu menghilang berganti bekas telapak tangan-ku,..

Edward akhirnya menengok,.. ia melirik kearah-ku, aku sengaja membuang wajah-ku, kesal padanya,..

Wajahnya tersenyum, tapi air mata mengalir dari matanya,..

” Ed,..” tanya-ku,..

Ia hanya tersenyum, tangannya mengurat sesuatu di kaca depan mobilnya yang penuh embun,..

Gendut ??

Dasar, masih saja ia mengejek-ku seperti biasa,..
Aku tahu, ia mau main tulis-tulisan diembun ya,..
Aku layanin,..

Apa buncit !!!

Kesel ya nunggu, hehehe,.. tanyanya

Iya tahu, BT kamu tuch godain aku terus,.. dasar

Biarin kapan lagi gangguin kamu, hehehe

Kamu tuch ya, awas nanti aku bales,.weeee

Dasar kamu tuch,.. sayang bunga dibelakang suka gak ??

Hmmm, jelek ah, tapi kamu yang ngasih sich jadi bagus dech,.. hehehe,..

Tak terasa kami terus bercanda, sampai seluruh kaca mobil itu hampir penuh oleh tulisan tangan kami,..

Edward berhenti,.. ia diam sesaat, aku baru menyadari sendari tadi tangannya menggengam sesuatu,..
Belum sempat aku bertanya, menghilangkan rasa penasaran-ku,.. Edward kembali menulis sesuatu,..

Kamu sayang aku ?? Wajahnya tampak begitu serius,..

Aku tersenyum menatap wajahnya,..

Tanpa sadar aku mengganguk,.. namun ia masih diam sambil menatap bagian kosong yang tersisa di bagian belakang kaca mobil itu,..

Aku sedikit sulit menggapainya, sebelum aku mulai menulis,..
Sayang,… sayaaaaaaang banget sama kamu

Edward tersenyum, sama seperti-ku,..

Selamanya ??

Aku tersenyum menatap wajah Edward,.. kembali aku menulis di kaca belakang mobil itu,..

Selama-lamanya,.. sampai dunia ini kiamat,.. dan gak akan pernah ada yang akan bisa misahin kita,.. ^^

Wajah Edward terlihat begitu bahagia

Janji ??

Aku mengganguk,.. sambil kembali menulis di embun kaca itu

Janji donkk,.. hehehe,..

Edward tersenyum, wajahnya terlihat begitu bahagia,..

Aku mau kasih liat kamu sesuatu,..

Perlahan ia menjalankan mobilnya perlahan, hujan masih begitu lebat,.. perlahan kami berjalan,. Sebelum kemudian berhenti,..tak terlalu jauh,.. tak jauh, cahaya kelap-kelip dari mobil mereka dan pembatas jalan, samar terlihat beberapa orang yang mengelilingi tempat itu,..

Edward keluar, tanpa payung membiarkan dirinya terguyur hujan yang lebat iu, ia berjalan mendekati tempat itu… kesal juga seolah tak perduli dengan-ku,.. ia keluar begitu saja,.. aku baru menyadari sejak tadi Edward memang sudah basah kuyup,..

Aku mengambil payung-ku sambil berjalan keluar,.. aku mendekat memayungi Edward yang basah oleh hujan yang begitu deras,..

Payung dalam pegangan-ku terlepas, jantung-ku berdegup begitu kencang, tubuh-ku terasa dingin seketika,.. aku takut, aku mengigil ketakutan, sementara aku dapat melihat jelas air mata yang mengalir diantara bulir-bulir hujan diwajah Edward,.. tak ada lagi senyumannya yang biasa,..

Aku ikut menangis tak percaya,.. aku menatap kedepan-ku, aku terjatuh,.. aku terduduk di jalanan yang basah itu, aku menatap didepan-ku itu,.. sebuah mobil yang hancur,.. dan orang-orang yang tengah berusaha mengeluarkan-ku dari dalam mobil itu,.. aku melangkah mendekat, menatap wajah itu, wajah yang sama dengan-ku,.. tergeletak tak berdaya, tak ada sedikit pun nafas yang ditarik maupun keluar, aku,… rasanya tubuh-ku begitu gemetar,.. Aku menatap Edward yang tengah menangis, tangannya menggengam benda yang sejak tadi digengamnya erat-erat,.. aku melihat jelas itu adalah sebuah cincin, cincin yang begitu indah,..

Oh Tuhan,..

aku menatap wajah itu lagi,..

Aku tahu,… itu AKU

Perlahan aku tersadar , aku mulai mengingat semuanya,..

Tadi malam, semua berjalan begitu cepat,..

Semua terekam jelas, seolah sebuah film terputar didepan-ku,..

Tadi malam, saat itu aku masih bisa bercanda, sambil sedikit minum dengan teman-teman-ku,.. merayakan kenaikan jabatan-ku,..

Pak Dion,.. aku menggantikannya menjabat disana, aku membongkar penggelapan uang yang dilakukannya selama ini, namun karena berbagai jasanya dimasa lalu, ia tidak dipecat dan tetap dipertahankan meski jabatannya diturunkan,.. dengan alasan Regenerasi,..

Ia juga datang diacara-ku, aku tak perlu khawatir, perusahaan berjanji tak akan memberitahukan pada siapa pun kalau aku yang membongkar skandal penggelapan itu, semua berjalan normal malam itu, termasuk Pak Dion, semua terlihat normal di depan…

Aku teringat saat kepala-ku mulai terasa pusing,..

Aku terbangun di sebuah tempat yang begitu asing,.. seperti sebuah gudang tua
Aku menatap asing sekelilingku, sementara perlahan seseorang mulai menyentuh tubuh-ku, aku berbalik menatap sosok itu, Pak Dion, wajahnya tersenyum namun penuh kebencian,..

Ia menarik wajah-ku,. Sementara tubuh-ku terasa begitu lemah,..Ia mencoba mencium-ku, melumat bibir-ku, tak ada lagi yang bisa kulakukan, tubuh-ku terasa begitu berat, aku hanya bisa memalingkan wajah-ku ke kanan dan ke kiri, berusaha menghindari ciumannya itu,.

Namun ia tak pernah berhenti, lelaki tua itu terus mencoba mencium-ku, pertama pipiku didapatkannya, rasanya begitu menjijikan saat merasakan bibirnya yang tebal itu dengan bulu-bulu halus dari kumis dan jenggotnya yang tak tercukur rapi itu menempel di pipi-ku,..

Aku menahan rasa marah sambil menggeram penuh ketakutan aku berusaha mendorong Pak Dion yang mulai menarik lepas kancing kemeja-ku satu persatu, 3 kancing telah terlepas dari lubangnya sebagian bra-ku terbayang di sepasang mata Pak Dion, namun aku tahu ia belum puas, sementara rasa takut yang menghinggapi-ku itu mulai memberikan sebuah keberanian untuk melawan,..

Aku meronta,.. meronta ketakutan,,.. rasa takut yang begitu menjadi aku begitu merasakan ketakutan itu sama seperti kemarin,.. namun rontaan itu tak membuahkan hasil,..perlahan ia menarik pakaian-ku hingga tercecer sobek di lantai,.. ia menindih-ku,.. mencoba mencium-ku,..

Ia mencium wajah-ku, sementara aku berulang memukulnya, namun ia menangkap kedua tangan-ku,.. sementara ia terus mencium wajah-ku, aku menangis ketakutan,.. perlahan ia membuka sendiri pakaiannya,..

Ia meremas dada-ku,.. meremasnya kasar, memainkan dada-ku semaunya,.. aku menjerit ketakutan,..sementara tangannya itu meremas-remas kasar tubuh-ku, penisnya yang kian mengeras di perut-ku membuat-ku kian ketakutan sejadinya,..

Bagaimana tangannya yang kasar itu meremas dada-ku,. Menciumnya,.. bulu-bulu halus dari dagunya yang tajam itu seolah menusuk di dada-ku itu,.. aku masih berusaha melawan,. Namun malah tangan kanannya mulai turun, melepas kancing celana-ku,.. ia mendorong celana-ku hingga tubuh-ku nyaris telanjang bulat sekarang,..

Tangannya masuk ke dalam celana dalam-ku,.. jemarinya yang kasar itu menyentuh bibir kemaluan-ku itu, aku menutup mata-ku saat merasakan jemari itu mencoba menusuk kedalam, tertahan… aku masih perawan sampai detik ini, aku tak mau orang ini merebut mahkota-ku itu,.. aku berusaha melawan,..

Berusaha mengigit bibirnya yang tengah mencium-ku, aku mengigitnya keras-keras, hingga Pak Dion meronta kesakitan,.. aku mengumpulkan tenaga-ku yang tersisa, berusaha bangkit berdiri dan hendak berlari namun

Dalam kemarahannya Pak Dion menarik tubuh-ku jatuh,.. Ia menampar pipi-ku, dua kali,.. sebelum kemudian Ia membalikan tubuh-ku,.. ia menarik lepas celana dalam-ku sedikit perlahan hingga tak sempat sobek seperti kemeja-ku tadi,.. aku menahan rasa takut, sementara penisnya itu sudah menempel dipaha-ku..

Menempel di kulit-ku, terasa sedikit bergerak-gerak, begitu keras dan tangan Pak Dion mulai membimbing kemaluannya itu ke arah kemaluan-ku, perlahan kurasakan penisnya itu menekan kemaluan-ku, aku menjerit kesakitan merasakan benda tumpul yang ditekannya masuk itu, masih ke kemaluan-ku yang kering,..

Berulang kali ia mencoba menarik kembali kemaluannya itu, sambil kembali mendorongnya masuk, namun tetap tak bisa, dan itu menyakitkan, aku merasakan rasa sakit yang teramat sangat,.. kali ini ia menarik lepas penisnya,.. ia menunduk ke bawah, meludahi lubang kemaluan-ku itu, ia menggerakan tangannya, jemari-jemarinya itu di lubang kemaluan-ku, mencoba membasahi lubang kemaluan-ku itu, sebelum kembali penisnya itu ditekan masuk dalam vagina-ku,..

Tertutup, mata-ku tertutup menahan rasa sakit, sementara lelaki tua ini berusaha menekan masuk penisnya masuk, kembali berulang-ulang memberikan-ku rasa sakit yang tak tertahankan, namun yang paling menyakitkan itu terjadi, saat penis itu akhirnya berhasil merobek selaput dara-ku, aku menangis sejadinya, perih sakit namun ada rasa sakit lain yang begitu terasa,..

Rasa sakit dan marah saat kesucian-ku harus terengut paksa oleh lelaki tua ini,..

Perlahan kembali menggerakan bagian bawah tubuhnya itu, perlahan aku masih dapat merasakan bagaimana lelaki tua ini memperkosa-ku,..Perlahan gerakannya kian cepat, kian cepat sehingga kemaluannya yang berada dalam vagina-ku itu kian bergerak cepat di dalam sana, perih, sakit meski ada sedikit rasa nyaman, namun rasa marah-ku mengalahkan segalanya kecuali keputus asaan yang kian menggenapi diri-ku,..Tawanya yang menusuk telinga-ku, sementara tak ada yang bisa kulakukan, selain mendesah dan menahan rasa sakit ini,..

Tangannya meremas dada-ku sambil terus menggerakan tubuh bagian bawahnya itu, menumbukan kemaluannya masuk, begitu keras dan cepat, keringat mengucur di wajah-ku, sementara tawa Pak Dion terdengar begitu menusuk telinga-ku,..

Aku menurunkan tangan-ku, menyentuh kemaluan-ku yang terasa begitu panas,.. aku mendesah Manahan rasa sakit yang tak tertahan itu, sambil menutup mata-ku, menutupnya rapat-rapat, menahan rasa sakit yang teramat sangat itu,..

Lelah mengerjaiku dari belakang, Pak Dion mendorong tubuh-ku dan langsung menindih-ku, sepasang kaki-ku ditariknya keatas,.. kembali dirapatkan, sebelum kemudian penisnya itu kembali ditekan masuk dalam kemaluan-ku itu, aku menahan perih yang kembali kurasakan, sementara kurasakan tetesan darah keperawanan-ku yang menetes turun kemaluan-ku menetes terus kepaha-ku,..

Ia kembali mengerjaiku dari posisi itu, sambil menutup mata-ku menahan rasa sakit itu, aku masih harus menerima ciuman Pak Dion, ia menyelipkan lidahnya dalam mulut-ku, namun aku tak pernah membalas permainan lidahnya itu, aku hanya mendesah merasakan penisnya yang berada dalam tubuh-ku itu,..

Tetesan keringat Pak Dion yang turun menetes di wajah-ku itu, ditambah lagi nafasnya yang mulai turun naik dengan cepat, aku tahu ia sudah lelah, sementara kian lama kian cepat juga ia menggerakan kemaluannya itu dalam vagina-ku, sebelum kurasakan penisnya itu menegang di dalam sana sebelum ia mendesah panjang dan menumpahkan spermanya itu dalam vagina-ku,..

Aku menarik nafas panjang, lelah dan marah, namun tak ada yang bisa kulakukan lagi, sementara kurasakan didalam sana kemaluan Pak Dion yang sudah tak sekeras tadi,.. mulai menyusut meski masih tertahan di dalam sana, aku mencoba mengumpulkan keberanian, sementara Pak Dion mulai menarik penisnya itu dari dalam kemaluan-ku, bersamaan itu sperma hangat yang ada dalam vagina-ku mulai turun keluar, tercampur dengan darah keperawanan-ku,..

Belum sempat ia pindah, turun disebelah-ku,. Aku mengumpulkan tenaga-ku, mencoba melawan, aku memukul dan menendang Pak Dion, ia terjatuh ,..Perlahan ia bangun, wajahnya tampak begitu marah, ia mencoba mencari sesuatu, aku melihatnya ia mengambil sebuah benda besar, aku berusaha bangun apa lagi melihat Pak Dion yang terlihat begitu marah dan hendak menyerangku,..

Namun langkah-ku terkejar olehnya, menangkap tubuh-ku dari belakang, mencengkram leher-ku dan melemparku kearah tembok,.. ia memukulkan benda keras itu ke kepala-ku, sekali… dua kali….

Sakit,.. sakit itu kembali begitu terasa,..

Perlahan Pak Dion melihat keadaan-ku, ia menarik tubuh-ku, membersihkan darah yang menetes dari kepala-ku,.. saat itu ponsel-ku berdering,. Sebuah sms dari Edward,.. Pak Dion melihat pesan itu, entah darimana ia mendapatkan ide itu,.. perlahan ia membopong tubuh-ku masuk dalam mobil-ku,.. menunggu waktu yang tepat dan menabrakan mobil-ku kearah tebing,..

Aku tersadar, aku menangis sejadinya,.. Pak Dion, Pak Dion dibelakang semua ini,..

Seorang petugas memberikan payung pada Edward,.. Perlahan ia menepuk pundak Edward,.. berkata

” Kecelakaan,.. ” Kata Petugas itu,..

Aku menangis tak percaya,… Sementara Edward tampak pasrah,..

Ia masih tak henti, menangis,..

Kecelakaan ?? Jangan Bercanda,.. jangan Bercanda lagi,,..

Ini bukan kecelakaan,..

Bukan !!! Bukan !!! Bukan !!!

Aku,… Aku dibunuh,…. DIBUNUH

Aku menangis, aku menatap jasad-ku, perlahan aku melihat wajah-ku yang ditutup oleh para petugas itu, dan melihat perlahan mereka memasukan jasad-ku kedalam mobil mereka,.. sebelum berjalan pergi,.. pergi meninggalkan mobilku yang hancur di tikungan itu, pergi meninggalkan-ku,..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar