11 Mei 2008 oleh shusaku
Eps. 2: Feilin, Si Kucing Liar
Kali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,
“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud dibawah kaki mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika ciumanku semakin turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit kecil bagian dadanya ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya, lidahku menyelinap liar dari sela-sela seragam sekolah Tarida . “hmmm errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit mang Dhani berdiri tuhhh…. Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi nunggu Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku berdiri dihadapan Tiga Gadis Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang berada ditengah langsung menjilati kepala kemaluanku, Feilin dan Nina menciumi batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik kekanan Oleh Feilin dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh Nia, Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga Gadis Chinese sesekali bercanda , tawa mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku semakin naik keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga Chinese , kudorong bahu Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku kini menyibakkan rok seragam Feilin sehingga pahanya yang kuning langsat kini terpampang dihadapanku.
Aku memandangi wajah Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam putihnya, Feilin hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua tanganku. “Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya terdengar begitu merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah dulu jadi siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang aku sering tersinggung dengan permintaan Feilin yang aneh-aneh dan berulang kali menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit kenikmatan aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa sakit hati aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan menggongong “Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong layaknya seekor Anjing, Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan kedua Chinese Lainnya tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini… jilati nih!!!” Feilin memerintahku Sambil merangkak aku menghampiri kaki Feilin aku menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus naik-naik dan naik , Feilin mengangkangkan kedua kakinya seolah – olah memberi jalan bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku mengendus-ngendus selangkangan Feilin. “Good Boyyy…. “tangan Feilin menepuk-nepuk kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun kemudian dengan kasar menendang bahuku sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang kebelakang, aku semakin geram dengan perlakuan Feilin yang semena-mena . “Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku. “Iya ihhh… koqq kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut membelaku, Tarida dan Nia memang baik hati berbeda sekali dengan Feilin, Gadis Chinese yang satu ini memang bandel, genit, nakal, dan galak.
“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia duduk bersandar disofa. Tarida dan Nia membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa kan ?” Nia bertanya dengan lembut. “Jangan dimasukkan dihati mang, Feilin memang seperti itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik yah…” Tarida berbisik ditelingaku. Aku menelan ludahku ketika Tarida menyuruhku agar menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya berdiri mematung menatap mata Tarida. “Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes kayak balon panjang aja….. kena paku ya mang….? Kudu ditambal donggg supaya he he he he” Tarida mengodaku, terus terang aku masih geram dengan perlakuan Feilin sehingga nafsu seksku turun. Tarida meraih tanganku dan meletakkan tanganku pada buah dadanya “Terserah mang Dhani mau ngapain…..” Tarida memandangiku dengan tatapan matanya yang menggoda, aku seperti api yang hampir padam terkena guyuran minyak , kedua tanganku kini meremas-remas buah dada Tarida, aku membalikkan tubuh Tarida dan memeluknya dari belakang ” Tarida… “aku meremas-remas kedua dada Tarida, sambil melakukan remasan-remasan tanganku melepaskan kancing baju seragam Tarida, setelah selesai melepaskan pakaian seragam Tarida , aku melepaskan pengait bra dan kemudian kuloloskan bra putih Tarida. Kedua tanganku kini mengusap-ngusap dan meremas lembut buah dada bagian bawah yang sangat halus dan lembut.. Aku melirik Nia, hatiku merasa tersentuh karena Nia yang baik seperti kebingungan , aku menarik tangannya dan juga membalikkan tubuhnya kemudian melepaskan pakaian seragam sekolah Nia dan juga Bra warna pink yang dikenakannya. “Ihhhhhh mang Dhani serakah amattt he he he Hmm Mmmmm” Tarida berkomentar, namun mulutnya kusekap dengan bibirku. Tanganku yang satu bergerilya meremas-remas buah dada Nia sedangkan yang satunya asik meremas-remas buah dada Tarida. Tarida menarik wajahnya sehingga ciumanku terlepas, kedua tangannya kini menarik kepala kemaluanku, diselipkannya kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya yang hangat, kemudian Tarida menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh… belajar dari mana Non ? ” Aku bertanya pada Tarida. Tarida tidak menjawabku ia hanya tersenyum, kadang-kadang aku meringis kegelian karena himpitan buah pantat Tarida. “Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida malah balik bertanya padaku.
***************
Lima belas tahun yang lalu
“Diam kau gadis tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau pada seorang gadis cantik, si cantik ketakutan, tanganku bergerak menjamahi buah dadanya dan kemudian..
“Jangan Bang ampunnn….”Sicantik memelas memohon kepadaku ketika aku meremas-remas buah dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya yang indah
“Brak…… hajar…. Siram!!!! Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu tiba-tiba didobrak dari luar , segerombolan orang menyerbu masuk, mereka menghajarku, menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku sudah banjir darah babak-belur dihajar massa . Seseorang mengguyurku dengan bensin…. Dan…
**************
“Lohhh….ditanya koq bengong sih mang ? “suara Tarida tiba-tiba menyadarkan lamunanku. Aku mengecup bibir Tarida, Nia menggeliat melepaskan tubuhnya dari pelukanku, kemudian Nia bersujud dihadapan Tarida dan… “Uchhhh Niaaa….. enakk…”tubuh Tarida menggelepar hebat ketika Nia menjilati bibir Vagina Tarida. Kedua tanganku mencengkram pinggul Tarida kemudian aku menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut, tubuh Tarida bergerak terdorong perlahan kadang-kadang ia terdorong dengan kuat ketika aku melakukan tekanan yang kuat pada belahan pantatnya. Serangan Nia dan seranganku membuat Tarida meringis-ringis dan “Aaaa Ahh… Crrrr” tubuh Tarida mengeliat indah dan terkulai lemas dalam pelukanku, setelah menciuminya dengan lembut Aku melepaskan Tarida. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika melihat Nia yang masih asik menjilati vagina Tarida, Aku mengangkat tubuh Nia, kudorong tubuhnya agar berpelukan dengan Tarida dan mereka berciuman dengan lembut. Aku bersujud dihadapan buah pantat Nia, tanganku meremas-remas buah pantatnya yang padat dan kencang kemudian lidahku terjulur memoles-moles sela-sela pantat Nia, Nia menggoyang-goyangkan pantatnya , rupanya dia kegelian. Aku menekan buah pantat Nia dan kemudian lidahku menggeliat-geliat, lidahku semakin kuat menggeliat kedalam anus Nia. “Auhhhh…. Mang Dhanii….” Nia menarik pantatnya dan menepiskan tanganku yang mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa ?” Tarida bertanya karena tiba-tiba ciumannya yang lagi hot-hotnya dengan Nia jadi terganggu. “Lidah mang Dhani… Euh.. “ Nia tidak melanjutkan kata-katanya, wajahnya merah padam. Aku merangkak dan menghampiri Nia, lidahku terjulur menjilati Vagina Nia, tubuh Nia bergetar hebat, rintihan-rintihan Nia. Membuatku ingin melakukan aktivitas yang lebih mengasikkan
“Non.. kalau dicelup gimana…? Mau ?” Aku bertanya pada Nia. Nia memandangiku tidak mengerti. “Maksud mang Dhani……….” Nia tidak melanjutkan kata-katanya sepertinya dia baru tersadar maksudku. “Tapi… aku masih perawan manggg..” Nia tampak keberatan. “Ya ngak masalah… kan Cuma maen diluar aja…. Tapi nikmatnya wahhhh… 1000 x lebih nikmat ketimbang dijilat…..”kataku ambil mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa menunggu jawabannya aku menidurkan Nia diatas permadani bermotif bunga matahari . “Tapi…. Mang dhani yakin… ngak akan sampai itu…” Nia menggeser pantatnya ketika aku mencoba menggesekkan kepala kemaluanku menjilati Bagian bibir vaginanya .”Saya yakin Non… keperawanan letaknya kan didalam… jadi kalo sebatas kepala kemaluan sih masih aman-aman saja koqq”Aku menjawab keraguannya. “Hmmm berarti.. beneran yah yang ada dibuku pelajaran biologi….” Tarida memandangiku, aku hanya tersenyum sambil menangkap kedua kaki Nia. Nafas Nia terdengar sangat berat ketika aku mulai menggesek-gesekkan kepala kemaluanku pada gundukan mungilnya. “Hmmhh… “pinggangnya melenting keatas ketika aku berusaha mencelupkan kepala kemaluanku pada belahan diantara bibir Vaginanya. Aku menekan berkali-kali berusaha memelarkan bibir Vagina yang masih peret akhirnya menekan sekali lagi kali ini dengan disertai sentakan yang kuat dan “Crebbbb Slepppsss” kepala kemaluanku seperti melesat dan dijepit oleh bibir Vagina Nia. “Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya terbuka seperti huruf O, tubuhnya melenting-lenting berusaha melepaskan diri namun aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh gilaaa… Nia.. Mang Dhani aduhhhh….!!!” Tarida terkejut, sementara nafas Nia yang tadinya tersenggal-senggal kini mulai dapat mengatur nafasnya , keringat – keringat nakal mulai membasahi tubuhnya yang putih dan mulus. Tangan kirinya meraba-raba gundukan Vaginanya , matanya mulai berair “Mang Dhani… Hhhh… Hhhhhh” Nia agak terisak, aku kebingungan, Nia menjelaskan sambil terisak rupanya ia takut keperawanannya terrengut olehku.
”Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu artinya keperawanan masih aman…”Aku menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara rinci dan teliti Nia berhenti terisak-isak. Aku memegang Batang kemaluanku, sesekali kugerakkan kemaluanku berputar dan sesekali kugoyangkan ke kanan dan ke kini, Bibir Vagina Nia yang masih mengemut kepala kemaluanku juga ikut monyong keana kemari mengikuti gerakanku. Mata Nia terpejam-pejam, bibirnya mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala kemaluanku kekiri dan kekanan. “Achhhh… Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia melenguh panjang, tubuhnya menggeliat dalam gerakan yang fantastis dan gemulai, keringat nakal tambah banyak dan kini menetes deras membasahi tubuhnya yang menggairahkan. “Aku mangg….” Tarida berbaring disisi Nia dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Aku meneduhi tubuhnya dan menciumi buah dada Tarida, aku senang banget sama Dada Tarida karena dadanya lebih gede dibandingkan kedua temannya, ciumanku merambat turun, turun dan turun sampai hinggap digundukan mungil diantara selangkangannya, lidahku menggeliat-geliat liar , menyelinap diantara belahan bibir vagina Tarida, Tarida menekan-nekan kepalaku sambil sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan kepala kemaluanku pada Bibir Vaginanya, terus aku mulai mencongkel-congkel sampai Tarida mendesis-desis dan merintih panjang. “Manggg…..” Tarida menarik pinggulnya sambil menutupi bagian Vaginanya dengan kedua belah tangannya, ia menarik pinggulnya kebelakang ketika kepala kemaluanku mulai mendesak bibir vaginanya rupanya ia ragu-ragu. Aku menyingkirkan kedua tangan Tarida, dan sekali lagi kembali kutempelkan kepala kemaluanku pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku lalu ku tekan kepala kemaluanku perlahan-lahan dan “Akhhhhhh Mangg…!!! ” Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku melesat masuk, Tarida terkulai lemas, nafasnya memburu kencang, sesekali ia merintih keras ketika aku menggoyang kepala kemaluanku dengan liar. “Owww rrcckkk Crrrrr” Tarida memejamkan matanya rapat-rapat menikmati kenikmatan yang datang menerpanya. Feilin menghampiriku namun aku tidak mempedulikannya , aku malahan asik memainkan buah dada Nia yang kini kembali mendesah-desah, sambil mendengus kesal Feilin meninggalkan kami bertiga. “Sudah- sudah…. Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin cemberut, Nia dan Tarida terkekeh-kekeh kemudian mereka berdua menolak keinginanku untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi, aku kemudian mengantarkan Nia dan Tarida pulang.
************************
Seminggu Setelah aku menaklukkan “sikucing liar Feilin”
“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.
“Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku. “Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..”
*************************
Setelah mengantarkan Tarida dan Nia, aku dipanggil oleh Feilin kedalam kamarnya kemudian “Buka seluruh pakaianmu mang..” Feilin menatapku liar, dengan ogah-ogahan aku membuka seluruh pakaianku. “Auhhhh…”Aku agak terkejut ketika Feilin menyambar kemaluanku, sambil bersujud dia mengocok-ngocok kemaluanku, aku meringis ketika merasakan sedotan yang kuat dikepala kemaluanku, mau tidak mau perlahan-lahan aku melirik kebawah, mulut Feilin yang biasa dipakai untuk menyinggung perasaanku kini sedang sibuk mengemut-ngemut kemaluanku (ini adalah pertama kalinya aku berduaan dengan Feilin, biasanya mereka selalu bertiga , menjadikanku objek seks mereka), diluar hujan mulai turun , mula-mula rintik-rintik namun semakin lama semakin lebat.
Selintas pikiran yang teramat jahat melintas dikepalaku, ekspresi wajahku semakin dingin, apalagi ketika Feilin membuka pakaian seragamnya. “Tadi gimana mang… supaya.. itu….” Feilin rupana ingin merasakan hal yang sama, Feilin menjerit kecil ketika aku menarik tubuhnya dan menidurkannya diatas ranjang. “Cuma kepalanya doang…. Inget baik-baik….”ia mengingatkanku. Aku tidak menggubris perkataannya kemudian aku mulai menekan-nekankan kepala kemaluanku. “Sebentarr… kamu yang dibawah…..” Feilin tampak tidak percaya kepadaku , aku hanya tersenyum sinis kemudian aku tidur terlentang mengangkang. “Kalau beginikan kamu… ngak akan bisa macam-macam…..!!”sambil berkata begitu Feilin naik keatas tubuhku. Buah pantatnya bergerak mencari posisi yang baik kemudian ia menekan pinggulnya turun, namun kemaluanku terpeleset kekiri dan kekanan ketika akan masuk kedalam lubang Vagina Feilin , aku memegangi batang kemaluanku agar tidak terpeleset kesana-kemari, Feilin menekan kembali pinggulnya dan “Ssssllllleepppp…. Akkkkkk”Diiringi jeritan kecil kepala kemaluanku akhirnya berhasil juga masuk dalam jepitan bibir Vaginanya yang sempit, nafas Feilin terengah-engah seperti kecapaian, pinggul Feilin mulai bergerak memutar. “Ohhhhh… ternyata enak…”matanya berbinar-binar dan terpejam-pejam. Kedua tanganku kini bergerak-meremas-remas pinggulnya, tidak ada lagi senyuman diwajahku dan…
“Heiiiii….Ngapain Akksss……… mampusss aku…….aduhh Akkkk!!!”Mata Feilin melotot seakan-akan tidak percaya, ketika aku menarik pinggulnya sambil menyentakkan kemaluanku keatas, sesuatu yang besar dan panjang menerobos semakin dalam dan akhirnya merobek-robek selaput daranya,Feilin mendadak lemas tubuhnya terjatuh diatas tubuhku nafasnya tersengal-senggal. Tanganku yang satu menekan buahpantatnya sedangkan yang satu menekan punggungnya erat-erat. Aku tertawa sinis “He he he segitu sih blon mampussss…. Tapi yang ini pasti bikin lo mampussssssss ha ha ha hihhhhh!!!!!!!!” Dengan sekuat tenaga aku menyentakkan kemaluanku sehingga kemaluanku amblas semakin dalam “Awwww sakittttt…..Ouggggg… Akkkss Ampunnnn….Owwww perihhhhh sakittttt”begitulah erangan dan jeritan Feilin, ia menangis terisak-isak tanpa daya sedikitpun. Aku bangkit dari posisi ku yang terlentang kini Feilin dan Aku dalam posisi duduk saling berhadapan dengan kemaluanku menancap dalam-dalam dilubang vaginanya, kusentak-sentakkan kemaluanku mengebor lubang yang masih seret dan sempit, mulut Feilin terbuka seperti huruf “A” dan matanya mendelik-delik kesakitan ketika aku mengeluar masukkan kemaluanku.
Wajahnya yang menyebalkan mendadak menjadi begitu mengasikkan untuk dipandang, biarpun feilin masih menangis ekspresi wajahnya sangat sensual dan seksi, mulutnya meringis-ringis ketika kukocok-kocok liang vaginanya yang sempit, kedua tangannya mencengkram bahuku kuat-kuat karena menahan sakit diliang vaginanya yang sedang kuaduk-aduk dengan kemaluanku yang besar dan panjang, sudah sangat lama sekali aku tidak merasakan hangatnya lubang Vagina, sambil mengajaknya berciuman aku terus memompa lubang Vagina Feilin, kedua tanganku meremas-remas buah pantatnya yang bulat dan kencang “Akhhh Crrrttt… crrrr” kedua tangannya semakin kuat mencengkram bahuku, air keringat mulai mengalir dari pori-porinya, lubang sempitnya . Aku mencopot kemaluanku dari lubang Vagina Feilin, kemudian kutidurkan tubuhnya yang lemas tidak berdaya diatas ranjang, air mata masih meleleh dari matanya yang kadang-kadang terpejam, untuk beberapa saat aku aku berbaring disisinya , tanganku menarik-narik putting susunya yang semakin lama semakin mengeras, beberapakali aku mengulum bibirnya dengan sangat kasar sampai terdengar bunyi berdecak-decak yang semakin keras, tangisannya mulai berhenti.
Pada saat aku menempelkan kepala kemaluanku pada bibir vaginanya Feilin memandangiku dengan tatapan mata yang kosong, tatapan matanya penuh keputusasaan. Sambil membelai-belai paha Feilin aku kembali menekankan kepala kemaluanku dengan kasar, sampai tubuhnya tersentak dengan kuat ketika aku menjebloskan kepala kemaluanku memasuki lubang Vaginanya yang kini terasa licin akibat air maninya yang menjadi pelumas, kemaluanku semula keluar masuk perlahan-lahan namun semakin lama gerakanku semakin liar, kupercepat kocokan-kocokanku mengocok lubang Vagina Feilin, tubuhnya terguncang-guncang akibat sodokanku, kuputar-putar gerakan pinggulku seolah-olah sedang mengaduk-ngaduk isi Vagina Feilin. Feilin memalingkan wajahnya kekanan, mulutnya terbuka disertai erangan tertahan “Ennghhh….” Tubuh nya meliuk dalam gerakan yang erotis, kemudian air panas itu kembali menyempot dari dalam Vagina Feilin, denyutan-denyutan yang kuat memberikan sensasi tersendiri pada kemaluanku yang masih asik berendam dan menjulur kelar masuk dengan kasar didalam lubang Vagina Feilin, Malam hari itu kulahap kenikmatan dari tubuh Feilin sepuas-puasnya, karena aku tahu orang tua Feilin tidak pulang selama seminggu.
Keesokan paginya selesai mandi pagi , aku menuju kamar Feilin, pada saat itu jam didinding masih menunjukkan pukul 07.00, kubuka pintu kamar dengan perlahan, Feilin ternyata sudah sadar(kemarin malam Feilin sempat pingsan beberapakali) dan terbangun, ia sedang berusaha memakai bra, posisinya yang membelakangiku membuat kehadiranku tidak diketahui olehnya. “Oww…. “Feilin terkejut ketika aku memeluknya dari belakang, ia membalikkan tubuhnya , wajahnya menahan marah yang bergejolak penuh dendan membara. “Mahluk rendahh… apa lagi sih yang kamu mauu!!!” ia membentakku dengan kasar. “Plakkkkkk……!!!” dengan keras aku menamparnya hingga dia terhunyung kebelakang, tanganku menjambak rambutnya dan kemudian “plakkkkk… plakkkkkkkkk… Awwwww” Feilin meringis. “berani lu ngebentak-bentak gua hahhh!!! Plakkkkk….”Kudorong tubuhnya hingga dia tersungkur. Kakiku terangkat dan hendak menendangnya wajahnya “Am Ampunn… Manggggg” Wajah Feilin pucat pasi kedua tangannya berusaha melindungi wajahnya. “Berani lagi lu ngebentak-bentak gua ?” aku bertanya dengan beringas, Feilin menggelengkan kepalanya. Aku duduk disisi ranjang “Sini lu…!!!” Feilin berdiri dan menghampiriku, tubuhnya bergetar ketakutan, “Buka tuh beha…. Gua mau nyusu” pikirku pagi-pagi begini pasti enak netek disusu Feilin. “Ouchhh…. ” tubuh Feilin seera kuraih dan dengan rakus aku menyusu didadanya, kedua tangannya bahkan tidak berani mencegahku bahkan ketika aku mengigit-gigit kecil buah dadanya yang ranum ia hanya mengerang ketika aku mengigit putting susunya keras – keras, aku tersenyum penuh kemenangan, kucing liar yang genit dan nakal ini telah sepenuhnya berhasil kutaklukkan, aku tahu Feilin masih ketakutan , aku berusaha bersifat lunak.
“Sekarang lu jilatin kontol gua….”tanpa banyak bicara Feilin menuruti keinginanku, aku menekan kepalanya sampai terdengar suara ingin muntah dari mulut Feilin ketika kemaluanku masuk mendera tenggorokannya. “Uhukkk… uhukkk… “Feilin terbatuk-batuk karena tersedak. Aku ingin menjejalkan kemaluanku kembali kedalam mulut Feilin, namun tanpa kusangka Feilin malah menarik batang kemaluanku dan menghisapi kepala kemaluanku dan mengocok-ngocok batang kemaluanku, aku tersenyum mengerti rupanya Feilin berusaha memberikan servicenya agar tidak di Deep Throat olehku. “Bagus…bagus…Feilin memang pandai hehehe”Aku menepuk-nepuk kepalanya. “Hhmmmm Emmmm…..”Suara mulut Feilin yang sedang sibuk mengemut-ngemut kontolku. “karena kamu pintar… jadi kamu boleh pilih…. Mau diperkosa terus disodomi atau lu mau masukkin sendiri kontol gua ke bool lu…. He he he”, mendengar perkataanku Feilin memohon , wajahnya tampak pucat, ia terus memohon , aku menampar mulutnya agar ia diam. Aku menyuruhnya berdiri membelakangiku kemudian Tanganku menarik pinggulnya, kemudian aku selipkan telunjukku dibelahan pantatnya, telunjukku mencari – cari lubang Anus Feilin, setelah kurasakan pas aku menekan jari telunjukku berusaha memekarkan lubang anus Feilin dan “Oooohhh!!” Mulut Feilin terbuka seperti huruf O , kepalanya terangkat keatas , menahan rasa sakit dianusnya, aku terus menekan jari telunjukku sedalam-dalamnya , sesekali kugerakkan jari telunjukku memutar-mutar didalam lubang anus Feilin, Feilin meringis-ringis, agak lama juga aku memainkan lubang Anus Feilin.
Setelah melumasi kemaluanku dengan Baby Oil ,”Ayo kita masukkan” Aku menariknya naik keatas ranjang, tubuhku sudah siap terlentang mengangkang, kuperintahkan Feilin agar naik mengangkangi tubuhku, wajahnya tampak kuatir ketika aku menyuruhnya memasukkan kemaluanku pada lubang anusnya. ”Hehhhh !!! koq diam sihh!!! Aku membentaknya, Feilin sampai tersentak kaget, perlahan-lahan pinggul Feilin turun , posisi Feilin seperti lagi jongkok mau buang air kecil, ditekankannya kepala kemaluanku pada lubang anusnya. Berkali-kali Feilin Gagal, sepertinya ia sengaja , lama-kelamaan aku mulai geram “Awas kalau sampe ngak masuk!!!”Aku mulai tidak sabaran, kali ini Feilin sepertinya mulai berusaha bersungguh-sungguh berkali-kali tubuhnya bergetar hebat ketika melakukan usaha keras yang mulai membuahkan hasil, Feilin menggigit bibirnya ketika kepala kemaluanku mulai melesak masuk kedalam lubang anusnya, Nafasnya terengah-engah, keringat mengucur dari lubang pori-porinya, membuat tubuhnya berkilauan dengan indah. Dengan sekali sentakan kuat kusodokkan kemaluanku keatas membobol lubang anusnya, akhirnya masuk juga biarpun baru ujungnya. “Hekkkkk… “Nafas Feilin tertahan, matanya mendelik, mulutnya terbuka lebar dan kemudian ia mulai terisak menangis menahan rasa sakit dianusnya,tangisan Feilin semakin keras ketika kusodok-sodokkan kemaluanku dengan kuat berusaha memasuki lubang anus Feilin yang terasa hangat dan seret. “Sakit… manggg pelan-pelan… okkkkhhh aduuw..owwhh”Feilin merintih, Aku tersenyum “Boleh saja… tapi kamu musti belajar….ngentot.. He he he.. Gimana ??” kusuruh Feilin menaik turunkan pinggulnya dan kuajarkan cara bermain diatas tubuhku, Feilin mengangguk pasrah.
Setelah beberapa saat, susu Feilin bergerak dalam irama yang teratur ketika ia berusaha untuk menaik-turunkan pinggulnya, gerakannya memang masih perlahan dan amatir namun cukup enak kurasakan ketika kemaluanku keluar masuk lubang anusnya yang seret namun sepertinya Feilin takut untuk memasukkan kemaluanku lebih dalam lagi kedalam anusnya, kedua tanganku bergerak memelintir-melintir dan menarik-narik putting Susu Feilin yang kini mengeras, sambil kukombinasikan permainanku, menggesek-gesek clitorisnya dengan jempolku, Aku meraih pinggulnya dan kutarik pinggulnya lebih turun lagi sehingga kemaluanku semakin dalam memasuki lubang anus Feilin, kepala Feilin terangkat keatas, matanya terpejam rapat, kedua tangannya bertumpu didadaku, tubuhnya berkali – kali merinding seperti terkena sengatan listrik ketika kemaluanku semakin dalam terus masuk dan amblas dengan sempurna kedalam lubang anus Feilin .Feilin kini duduk dengan leluasa diatas kemaluanku kedua buah pantatnya yang empuk terasa Hangat menggesek-gesek tubuhku, pinggulnya berputar perlahan-lahan, jika ia memutarkan pinggulnya ke kanan maka aku memutar kemaluanku kearah kiri sehingga lubang anus Feilin seperti diaduk-aduk oleh kemaluanku.
Seranganku pada anusnya dan juga Serbuan jempolku yang semakin kuat menggesek-gesek Clitorisnya mulai membuat Feilin Gelisah “Akhhhhh… Crrrtttt.. Crrrrrrrr”Ekspresi Wajah Feilin tampak begitu renyah ketika badai kenikmatan menghantam dirinya, tubuhnya meliuk erotis diatas tubuhku. Aku menyuruhnya menungging diatas ranjang, dan aku menggeser posisiku mendekati buah pantat Feilin yang menungging, Dalam posisi menungging seperti itu aku dapat melihat dua buah lubang, lubang anus Feilin yang merekah dan memar akibat kusodomi, kusentuh lingkaran anusnya perlahan. “Enhhh…”Feilin menarik pantatnya, sepertinya ia masih merasakan perih. Yang Satunya lubang Vagina yang baru kemarin malam kuperkosa, Tanganku mempermainkan lubang Vagina Feilin, kucari-cari daging kecil kesukaanku dan dengan lembut kusentil-sentil daging kecil itu yang membuat pemiliknya berkali-kali merintih tersentak keenakan. Aku mulai mempersiapkan serangan , kutempelkan kepala kemaluanku pada belahan bibir Vagina Feilindan dengan satu sentakan kuat melesatlah kemaluanku menjelajahi dunia kenikmatan dilubang Vagina Feilin, tidak ada lagi erangan dan keluhan kesakitan yang keluar dari mulut Feilin, yang ada hanya rintihan manja dan jeritan-jeritan kenikmatan yang terdengar liar namun mengasikkan “Akkkkkhhhh mangggg enakhh…. Mmm Akkhhh…. Ooow”. Semakin liar Feilin menjerit semakin liar pula aku menyetubuhi tubuhnya yang mulus.
Berkali-kali Feilin meraih kenikmatan setelah kupacu lubang Vaginanya yang seret dalam posisi doggie style, akhirnya kutarik pinggulnya sambil kutusukkan kemaluanku kuat-kuat.
“Brrrccctt…brrcoott” sambil memeluk Feilin dari belakang kujatuhkan tubuhku menindihnya. Suasana hangar-bingar yang tadi terdengar kini mendadak hilang, yang ada hanya suara desahan nafas memburu yang semakin lama semakin perlahan – lahan terdengar teratur. Kucabut kemaluanku yang sudah bersenang-senang didalam lubang Vagina Feilin. Aku bangkit melangkahkan kakiku dengan gembira keluar dari kamar tidur Feilin, setelah kuambil segelas air dan sebutir pil pencegah kehamilan aku baru kembali kekamar Feilin.
Didalam kamar kulihat Feilin masih tidur dalam posisi terlentang mengangkang, kuciumi kupingnya dan kugigit-gigit kecil daun telinganya, matanya terbuka sedikit, mata sayunya memandangiku, kekecup keningnya sambil berkata dengan lembut “Bangunlah kucing kecilku… minum ini dulu….”Aku membantunya untuk duduk, kusodorkan segelas air dan kumasukkan pil pencegah kehamilan kedalam mulutnya, dengan lahap Feilin menghabiskan air yang kubawa, sepertinya ia sangat kehausan,Aku memperhatikan jam didinding sudah pukul 10.30 berarti selama tiga setengah jam aku melahap kenikmatan dan kehangatan tubuh Feilin. Aku memperhatikan Feilin yang tertunduk memandangi lantai dengan tatapan kosong, Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya, yang aku tahu betapa nikmatnya tubuh dihadapanku , tubuh Feilin yang mungil dan mulus. “Kringg…. Kring!!” Aku mendengar bunyi telepon diluar kamar, aku bergegas untuk mengangkat telepon.
“Halooo…”
************************
Malam Harinya
Sambil memeluk dan mengelus-ngelus tubuh mulus sikucing liar Feilin, ia tertidur kelelahan setelah bergoyang dengan liarnya, tubuh Feilin yang mulus dan halus terkulai lemas diatas tubuhku yang cacat penuh luka bakar, Aku gelisah……
Terjadi pertentangan Batin yang hebat didalam hatiku, Nia dan Tarida merekalah yang aku pikirkan, apakah aku harus memperkosa mereka ?. Disatu sisi aku merasa tidak tega pada Nia dan Tarida karena mereka selama ini begitu baik padaku, yang satu cantik periang dan baik hati, yang satunya seksi , lembut, biarpun agak pendiam dan pemalu tapi kadang-kadang keberaniannya bisa meledak-ledak dan membuatku kagum.
Disisi lain……………. Binatang buas didalam diriku yang selama ini terkurung selama 15 tahun terus meronta-ronta…. Ingin memangsa Nia dan Tarida, Nafsu binatangku sebagai penjahat dan pemerkosa yang sadis.
**************************
Vote By mupengers
Kali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,
“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud dibawah kaki mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika ciumanku semakin turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit kecil bagian dadanya ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya, lidahku menyelinap liar dari sela-sela seragam sekolah Tarida . “hmmm errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit mang Dhani berdiri tuhhh…. Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi nunggu Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku berdiri dihadapan Tiga Gadis Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang berada ditengah langsung menjilati kepala kemaluanku, Feilin dan Nina menciumi batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik kekanan Oleh Feilin dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh Nia, Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga Gadis Chinese sesekali bercanda , tawa mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku semakin naik keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga Chinese , kudorong bahu Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku kini menyibakkan rok seragam Feilin sehingga pahanya yang kuning langsat kini terpampang dihadapanku.
Aku memandangi wajah Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam putihnya, Feilin hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua tanganku. “Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya terdengar begitu merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah dulu jadi siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang aku sering tersinggung dengan permintaan Feilin yang aneh-aneh dan berulang kali menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit kenikmatan aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa sakit hati aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan menggongong “Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong layaknya seekor Anjing, Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan kedua Chinese Lainnya tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini… jilati nih!!!” Feilin memerintahku Sambil merangkak aku menghampiri kaki Feilin aku menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus naik-naik dan naik , Feilin mengangkangkan kedua kakinya seolah – olah memberi jalan bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku mengendus-ngendus selangkangan Feilin. “Good Boyyy…. “tangan Feilin menepuk-nepuk kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun kemudian dengan kasar menendang bahuku sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang kebelakang, aku semakin geram dengan perlakuan Feilin yang semena-mena . “Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku. “Iya ihhh… koqq kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut membelaku, Tarida dan Nia memang baik hati berbeda sekali dengan Feilin, Gadis Chinese yang satu ini memang bandel, genit, nakal, dan galak.
“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia duduk bersandar disofa. Tarida dan Nia membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa kan ?” Nia bertanya dengan lembut. “Jangan dimasukkan dihati mang, Feilin memang seperti itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik yah…” Tarida berbisik ditelingaku. Aku menelan ludahku ketika Tarida menyuruhku agar menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya berdiri mematung menatap mata Tarida. “Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes kayak balon panjang aja….. kena paku ya mang….? Kudu ditambal donggg supaya he he he he” Tarida mengodaku, terus terang aku masih geram dengan perlakuan Feilin sehingga nafsu seksku turun. Tarida meraih tanganku dan meletakkan tanganku pada buah dadanya “Terserah mang Dhani mau ngapain…..” Tarida memandangiku dengan tatapan matanya yang menggoda, aku seperti api yang hampir padam terkena guyuran minyak , kedua tanganku kini meremas-remas buah dada Tarida, aku membalikkan tubuh Tarida dan memeluknya dari belakang ” Tarida… “aku meremas-remas kedua dada Tarida, sambil melakukan remasan-remasan tanganku melepaskan kancing baju seragam Tarida, setelah selesai melepaskan pakaian seragam Tarida , aku melepaskan pengait bra dan kemudian kuloloskan bra putih Tarida. Kedua tanganku kini mengusap-ngusap dan meremas lembut buah dada bagian bawah yang sangat halus dan lembut.. Aku melirik Nia, hatiku merasa tersentuh karena Nia yang baik seperti kebingungan , aku menarik tangannya dan juga membalikkan tubuhnya kemudian melepaskan pakaian seragam sekolah Nia dan juga Bra warna pink yang dikenakannya. “Ihhhhhh mang Dhani serakah amattt he he he Hmm Mmmmm” Tarida berkomentar, namun mulutnya kusekap dengan bibirku. Tanganku yang satu bergerilya meremas-remas buah dada Nia sedangkan yang satunya asik meremas-remas buah dada Tarida. Tarida menarik wajahnya sehingga ciumanku terlepas, kedua tangannya kini menarik kepala kemaluanku, diselipkannya kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya yang hangat, kemudian Tarida menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh… belajar dari mana Non ? ” Aku bertanya pada Tarida. Tarida tidak menjawabku ia hanya tersenyum, kadang-kadang aku meringis kegelian karena himpitan buah pantat Tarida. “Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida malah balik bertanya padaku.
***************
Lima belas tahun yang lalu
“Diam kau gadis tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau pada seorang gadis cantik, si cantik ketakutan, tanganku bergerak menjamahi buah dadanya dan kemudian..
“Jangan Bang ampunnn….”Sicantik memelas memohon kepadaku ketika aku meremas-remas buah dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya yang indah
“Brak…… hajar…. Siram!!!! Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu tiba-tiba didobrak dari luar , segerombolan orang menyerbu masuk, mereka menghajarku, menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku sudah banjir darah babak-belur dihajar massa . Seseorang mengguyurku dengan bensin…. Dan…
**************
“Lohhh….ditanya koq bengong sih mang ? “suara Tarida tiba-tiba menyadarkan lamunanku. Aku mengecup bibir Tarida, Nia menggeliat melepaskan tubuhnya dari pelukanku, kemudian Nia bersujud dihadapan Tarida dan… “Uchhhh Niaaa….. enakk…”tubuh Tarida menggelepar hebat ketika Nia menjilati bibir Vagina Tarida. Kedua tanganku mencengkram pinggul Tarida kemudian aku menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut, tubuh Tarida bergerak terdorong perlahan kadang-kadang ia terdorong dengan kuat ketika aku melakukan tekanan yang kuat pada belahan pantatnya. Serangan Nia dan seranganku membuat Tarida meringis-ringis dan “Aaaa Ahh… Crrrr” tubuh Tarida mengeliat indah dan terkulai lemas dalam pelukanku, setelah menciuminya dengan lembut Aku melepaskan Tarida. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika melihat Nia yang masih asik menjilati vagina Tarida, Aku mengangkat tubuh Nia, kudorong tubuhnya agar berpelukan dengan Tarida dan mereka berciuman dengan lembut. Aku bersujud dihadapan buah pantat Nia, tanganku meremas-remas buah pantatnya yang padat dan kencang kemudian lidahku terjulur memoles-moles sela-sela pantat Nia, Nia menggoyang-goyangkan pantatnya , rupanya dia kegelian. Aku menekan buah pantat Nia dan kemudian lidahku menggeliat-geliat, lidahku semakin kuat menggeliat kedalam anus Nia. “Auhhhh…. Mang Dhanii….” Nia menarik pantatnya dan menepiskan tanganku yang mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa ?” Tarida bertanya karena tiba-tiba ciumannya yang lagi hot-hotnya dengan Nia jadi terganggu. “Lidah mang Dhani… Euh.. “ Nia tidak melanjutkan kata-katanya, wajahnya merah padam. Aku merangkak dan menghampiri Nia, lidahku terjulur menjilati Vagina Nia, tubuh Nia bergetar hebat, rintihan-rintihan Nia. Membuatku ingin melakukan aktivitas yang lebih mengasikkan
“Non.. kalau dicelup gimana…? Mau ?” Aku bertanya pada Nia. Nia memandangiku tidak mengerti. “Maksud mang Dhani……….” Nia tidak melanjutkan kata-katanya sepertinya dia baru tersadar maksudku. “Tapi… aku masih perawan manggg..” Nia tampak keberatan. “Ya ngak masalah… kan Cuma maen diluar aja…. Tapi nikmatnya wahhhh… 1000 x lebih nikmat ketimbang dijilat…..”kataku ambil mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa menunggu jawabannya aku menidurkan Nia diatas permadani bermotif bunga matahari . “Tapi…. Mang dhani yakin… ngak akan sampai itu…” Nia menggeser pantatnya ketika aku mencoba menggesekkan kepala kemaluanku menjilati Bagian bibir vaginanya .”Saya yakin Non… keperawanan letaknya kan didalam… jadi kalo sebatas kepala kemaluan sih masih aman-aman saja koqq”Aku menjawab keraguannya. “Hmmm berarti.. beneran yah yang ada dibuku pelajaran biologi….” Tarida memandangiku, aku hanya tersenyum sambil menangkap kedua kaki Nia. Nafas Nia terdengar sangat berat ketika aku mulai menggesek-gesekkan kepala kemaluanku pada gundukan mungilnya. “Hmmhh… “pinggangnya melenting keatas ketika aku berusaha mencelupkan kepala kemaluanku pada belahan diantara bibir Vaginanya. Aku menekan berkali-kali berusaha memelarkan bibir Vagina yang masih peret akhirnya menekan sekali lagi kali ini dengan disertai sentakan yang kuat dan “Crebbbb Slepppsss” kepala kemaluanku seperti melesat dan dijepit oleh bibir Vagina Nia. “Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya terbuka seperti huruf O, tubuhnya melenting-lenting berusaha melepaskan diri namun aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh gilaaa… Nia.. Mang Dhani aduhhhh….!!!” Tarida terkejut, sementara nafas Nia yang tadinya tersenggal-senggal kini mulai dapat mengatur nafasnya , keringat – keringat nakal mulai membasahi tubuhnya yang putih dan mulus. Tangan kirinya meraba-raba gundukan Vaginanya , matanya mulai berair “Mang Dhani… Hhhh… Hhhhhh” Nia agak terisak, aku kebingungan, Nia menjelaskan sambil terisak rupanya ia takut keperawanannya terrengut olehku.
”Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu artinya keperawanan masih aman…”Aku menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara rinci dan teliti Nia berhenti terisak-isak. Aku memegang Batang kemaluanku, sesekali kugerakkan kemaluanku berputar dan sesekali kugoyangkan ke kanan dan ke kini, Bibir Vagina Nia yang masih mengemut kepala kemaluanku juga ikut monyong keana kemari mengikuti gerakanku. Mata Nia terpejam-pejam, bibirnya mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala kemaluanku kekiri dan kekanan. “Achhhh… Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia melenguh panjang, tubuhnya menggeliat dalam gerakan yang fantastis dan gemulai, keringat nakal tambah banyak dan kini menetes deras membasahi tubuhnya yang menggairahkan. “Aku mangg….” Tarida berbaring disisi Nia dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Aku meneduhi tubuhnya dan menciumi buah dada Tarida, aku senang banget sama Dada Tarida karena dadanya lebih gede dibandingkan kedua temannya, ciumanku merambat turun, turun dan turun sampai hinggap digundukan mungil diantara selangkangannya, lidahku menggeliat-geliat liar , menyelinap diantara belahan bibir vagina Tarida, Tarida menekan-nekan kepalaku sambil sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan kepala kemaluanku pada Bibir Vaginanya, terus aku mulai mencongkel-congkel sampai Tarida mendesis-desis dan merintih panjang. “Manggg…..” Tarida menarik pinggulnya sambil menutupi bagian Vaginanya dengan kedua belah tangannya, ia menarik pinggulnya kebelakang ketika kepala kemaluanku mulai mendesak bibir vaginanya rupanya ia ragu-ragu. Aku menyingkirkan kedua tangan Tarida, dan sekali lagi kembali kutempelkan kepala kemaluanku pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku lalu ku tekan kepala kemaluanku perlahan-lahan dan “Akhhhhhh Mangg…!!! ” Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku melesat masuk, Tarida terkulai lemas, nafasnya memburu kencang, sesekali ia merintih keras ketika aku menggoyang kepala kemaluanku dengan liar. “Owww rrcckkk Crrrrr” Tarida memejamkan matanya rapat-rapat menikmati kenikmatan yang datang menerpanya. Feilin menghampiriku namun aku tidak mempedulikannya , aku malahan asik memainkan buah dada Nia yang kini kembali mendesah-desah, sambil mendengus kesal Feilin meninggalkan kami bertiga. “Sudah- sudah…. Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin cemberut, Nia dan Tarida terkekeh-kekeh kemudian mereka berdua menolak keinginanku untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi, aku kemudian mengantarkan Nia dan Tarida pulang.
************************
Seminggu Setelah aku menaklukkan “sikucing liar Feilin”
“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.
“Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku. “Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..”
*************************
Setelah mengantarkan Tarida dan Nia, aku dipanggil oleh Feilin kedalam kamarnya kemudian “Buka seluruh pakaianmu mang..” Feilin menatapku liar, dengan ogah-ogahan aku membuka seluruh pakaianku. “Auhhhh…”Aku agak terkejut ketika Feilin menyambar kemaluanku, sambil bersujud dia mengocok-ngocok kemaluanku, aku meringis ketika merasakan sedotan yang kuat dikepala kemaluanku, mau tidak mau perlahan-lahan aku melirik kebawah, mulut Feilin yang biasa dipakai untuk menyinggung perasaanku kini sedang sibuk mengemut-ngemut kemaluanku (ini adalah pertama kalinya aku berduaan dengan Feilin, biasanya mereka selalu bertiga , menjadikanku objek seks mereka), diluar hujan mulai turun , mula-mula rintik-rintik namun semakin lama semakin lebat.
Selintas pikiran yang teramat jahat melintas dikepalaku, ekspresi wajahku semakin dingin, apalagi ketika Feilin membuka pakaian seragamnya. “Tadi gimana mang… supaya.. itu….” Feilin rupana ingin merasakan hal yang sama, Feilin menjerit kecil ketika aku menarik tubuhnya dan menidurkannya diatas ranjang. “Cuma kepalanya doang…. Inget baik-baik….”ia mengingatkanku. Aku tidak menggubris perkataannya kemudian aku mulai menekan-nekankan kepala kemaluanku. “Sebentarr… kamu yang dibawah…..” Feilin tampak tidak percaya kepadaku , aku hanya tersenyum sinis kemudian aku tidur terlentang mengangkang. “Kalau beginikan kamu… ngak akan bisa macam-macam…..!!”sambil berkata begitu Feilin naik keatas tubuhku. Buah pantatnya bergerak mencari posisi yang baik kemudian ia menekan pinggulnya turun, namun kemaluanku terpeleset kekiri dan kekanan ketika akan masuk kedalam lubang Vagina Feilin , aku memegangi batang kemaluanku agar tidak terpeleset kesana-kemari, Feilin menekan kembali pinggulnya dan “Ssssllllleepppp…. Akkkkkk”Diiringi jeritan kecil kepala kemaluanku akhirnya berhasil juga masuk dalam jepitan bibir Vaginanya yang sempit, nafas Feilin terengah-engah seperti kecapaian, pinggul Feilin mulai bergerak memutar. “Ohhhhh… ternyata enak…”matanya berbinar-binar dan terpejam-pejam. Kedua tanganku kini bergerak-meremas-remas pinggulnya, tidak ada lagi senyuman diwajahku dan…
“Heiiiii….Ngapain Akksss……… mampusss aku…….aduhh Akkkk!!!”Mata Feilin melotot seakan-akan tidak percaya, ketika aku menarik pinggulnya sambil menyentakkan kemaluanku keatas, sesuatu yang besar dan panjang menerobos semakin dalam dan akhirnya merobek-robek selaput daranya,Feilin mendadak lemas tubuhnya terjatuh diatas tubuhku nafasnya tersengal-senggal. Tanganku yang satu menekan buahpantatnya sedangkan yang satu menekan punggungnya erat-erat. Aku tertawa sinis “He he he segitu sih blon mampussss…. Tapi yang ini pasti bikin lo mampussssssss ha ha ha hihhhhh!!!!!!!!” Dengan sekuat tenaga aku menyentakkan kemaluanku sehingga kemaluanku amblas semakin dalam “Awwww sakittttt…..Ouggggg… Akkkss Ampunnnn….Owwww perihhhhh sakittttt”begitulah erangan dan jeritan Feilin, ia menangis terisak-isak tanpa daya sedikitpun. Aku bangkit dari posisi ku yang terlentang kini Feilin dan Aku dalam posisi duduk saling berhadapan dengan kemaluanku menancap dalam-dalam dilubang vaginanya, kusentak-sentakkan kemaluanku mengebor lubang yang masih seret dan sempit, mulut Feilin terbuka seperti huruf “A” dan matanya mendelik-delik kesakitan ketika aku mengeluar masukkan kemaluanku.
Wajahnya yang menyebalkan mendadak menjadi begitu mengasikkan untuk dipandang, biarpun feilin masih menangis ekspresi wajahnya sangat sensual dan seksi, mulutnya meringis-ringis ketika kukocok-kocok liang vaginanya yang sempit, kedua tangannya mencengkram bahuku kuat-kuat karena menahan sakit diliang vaginanya yang sedang kuaduk-aduk dengan kemaluanku yang besar dan panjang, sudah sangat lama sekali aku tidak merasakan hangatnya lubang Vagina, sambil mengajaknya berciuman aku terus memompa lubang Vagina Feilin, kedua tanganku meremas-remas buah pantatnya yang bulat dan kencang “Akhhh Crrrttt… crrrr” kedua tangannya semakin kuat mencengkram bahuku, air keringat mulai mengalir dari pori-porinya, lubang sempitnya . Aku mencopot kemaluanku dari lubang Vagina Feilin, kemudian kutidurkan tubuhnya yang lemas tidak berdaya diatas ranjang, air mata masih meleleh dari matanya yang kadang-kadang terpejam, untuk beberapa saat aku aku berbaring disisinya , tanganku menarik-narik putting susunya yang semakin lama semakin mengeras, beberapakali aku mengulum bibirnya dengan sangat kasar sampai terdengar bunyi berdecak-decak yang semakin keras, tangisannya mulai berhenti.
Pada saat aku menempelkan kepala kemaluanku pada bibir vaginanya Feilin memandangiku dengan tatapan mata yang kosong, tatapan matanya penuh keputusasaan. Sambil membelai-belai paha Feilin aku kembali menekankan kepala kemaluanku dengan kasar, sampai tubuhnya tersentak dengan kuat ketika aku menjebloskan kepala kemaluanku memasuki lubang Vaginanya yang kini terasa licin akibat air maninya yang menjadi pelumas, kemaluanku semula keluar masuk perlahan-lahan namun semakin lama gerakanku semakin liar, kupercepat kocokan-kocokanku mengocok lubang Vagina Feilin, tubuhnya terguncang-guncang akibat sodokanku, kuputar-putar gerakan pinggulku seolah-olah sedang mengaduk-ngaduk isi Vagina Feilin. Feilin memalingkan wajahnya kekanan, mulutnya terbuka disertai erangan tertahan “Ennghhh….” Tubuh nya meliuk dalam gerakan yang erotis, kemudian air panas itu kembali menyempot dari dalam Vagina Feilin, denyutan-denyutan yang kuat memberikan sensasi tersendiri pada kemaluanku yang masih asik berendam dan menjulur kelar masuk dengan kasar didalam lubang Vagina Feilin, Malam hari itu kulahap kenikmatan dari tubuh Feilin sepuas-puasnya, karena aku tahu orang tua Feilin tidak pulang selama seminggu.
Keesokan paginya selesai mandi pagi , aku menuju kamar Feilin, pada saat itu jam didinding masih menunjukkan pukul 07.00, kubuka pintu kamar dengan perlahan, Feilin ternyata sudah sadar(kemarin malam Feilin sempat pingsan beberapakali) dan terbangun, ia sedang berusaha memakai bra, posisinya yang membelakangiku membuat kehadiranku tidak diketahui olehnya. “Oww…. “Feilin terkejut ketika aku memeluknya dari belakang, ia membalikkan tubuhnya , wajahnya menahan marah yang bergejolak penuh dendan membara. “Mahluk rendahh… apa lagi sih yang kamu mauu!!!” ia membentakku dengan kasar. “Plakkkkkk……!!!” dengan keras aku menamparnya hingga dia terhunyung kebelakang, tanganku menjambak rambutnya dan kemudian “plakkkkk… plakkkkkkkkk… Awwwww” Feilin meringis. “berani lu ngebentak-bentak gua hahhh!!! Plakkkkk….”Kudorong tubuhnya hingga dia tersungkur. Kakiku terangkat dan hendak menendangnya wajahnya “Am Ampunn… Manggggg” Wajah Feilin pucat pasi kedua tangannya berusaha melindungi wajahnya. “Berani lagi lu ngebentak-bentak gua ?” aku bertanya dengan beringas, Feilin menggelengkan kepalanya. Aku duduk disisi ranjang “Sini lu…!!!” Feilin berdiri dan menghampiriku, tubuhnya bergetar ketakutan, “Buka tuh beha…. Gua mau nyusu” pikirku pagi-pagi begini pasti enak netek disusu Feilin. “Ouchhh…. ” tubuh Feilin seera kuraih dan dengan rakus aku menyusu didadanya, kedua tangannya bahkan tidak berani mencegahku bahkan ketika aku mengigit-gigit kecil buah dadanya yang ranum ia hanya mengerang ketika aku mengigit putting susunya keras – keras, aku tersenyum penuh kemenangan, kucing liar yang genit dan nakal ini telah sepenuhnya berhasil kutaklukkan, aku tahu Feilin masih ketakutan , aku berusaha bersifat lunak.
“Sekarang lu jilatin kontol gua….”tanpa banyak bicara Feilin menuruti keinginanku, aku menekan kepalanya sampai terdengar suara ingin muntah dari mulut Feilin ketika kemaluanku masuk mendera tenggorokannya. “Uhukkk… uhukkk… “Feilin terbatuk-batuk karena tersedak. Aku ingin menjejalkan kemaluanku kembali kedalam mulut Feilin, namun tanpa kusangka Feilin malah menarik batang kemaluanku dan menghisapi kepala kemaluanku dan mengocok-ngocok batang kemaluanku, aku tersenyum mengerti rupanya Feilin berusaha memberikan servicenya agar tidak di Deep Throat olehku. “Bagus…bagus…Feilin memang pandai hehehe”Aku menepuk-nepuk kepalanya. “Hhmmmm Emmmm…..”Suara mulut Feilin yang sedang sibuk mengemut-ngemut kontolku. “karena kamu pintar… jadi kamu boleh pilih…. Mau diperkosa terus disodomi atau lu mau masukkin sendiri kontol gua ke bool lu…. He he he”, mendengar perkataanku Feilin memohon , wajahnya tampak pucat, ia terus memohon , aku menampar mulutnya agar ia diam. Aku menyuruhnya berdiri membelakangiku kemudian Tanganku menarik pinggulnya, kemudian aku selipkan telunjukku dibelahan pantatnya, telunjukku mencari – cari lubang Anus Feilin, setelah kurasakan pas aku menekan jari telunjukku berusaha memekarkan lubang anus Feilin dan “Oooohhh!!” Mulut Feilin terbuka seperti huruf O , kepalanya terangkat keatas , menahan rasa sakit dianusnya, aku terus menekan jari telunjukku sedalam-dalamnya , sesekali kugerakkan jari telunjukku memutar-mutar didalam lubang anus Feilin, Feilin meringis-ringis, agak lama juga aku memainkan lubang Anus Feilin.
Setelah melumasi kemaluanku dengan Baby Oil ,”Ayo kita masukkan” Aku menariknya naik keatas ranjang, tubuhku sudah siap terlentang mengangkang, kuperintahkan Feilin agar naik mengangkangi tubuhku, wajahnya tampak kuatir ketika aku menyuruhnya memasukkan kemaluanku pada lubang anusnya. ”Hehhhh !!! koq diam sihh!!! Aku membentaknya, Feilin sampai tersentak kaget, perlahan-lahan pinggul Feilin turun , posisi Feilin seperti lagi jongkok mau buang air kecil, ditekankannya kepala kemaluanku pada lubang anusnya. Berkali-kali Feilin Gagal, sepertinya ia sengaja , lama-kelamaan aku mulai geram “Awas kalau sampe ngak masuk!!!”Aku mulai tidak sabaran, kali ini Feilin sepertinya mulai berusaha bersungguh-sungguh berkali-kali tubuhnya bergetar hebat ketika melakukan usaha keras yang mulai membuahkan hasil, Feilin menggigit bibirnya ketika kepala kemaluanku mulai melesak masuk kedalam lubang anusnya, Nafasnya terengah-engah, keringat mengucur dari lubang pori-porinya, membuat tubuhnya berkilauan dengan indah. Dengan sekali sentakan kuat kusodokkan kemaluanku keatas membobol lubang anusnya, akhirnya masuk juga biarpun baru ujungnya. “Hekkkkk… “Nafas Feilin tertahan, matanya mendelik, mulutnya terbuka lebar dan kemudian ia mulai terisak menangis menahan rasa sakit dianusnya,tangisan Feilin semakin keras ketika kusodok-sodokkan kemaluanku dengan kuat berusaha memasuki lubang anus Feilin yang terasa hangat dan seret. “Sakit… manggg pelan-pelan… okkkkhhh aduuw..owwhh”Feilin merintih, Aku tersenyum “Boleh saja… tapi kamu musti belajar….ngentot.. He he he.. Gimana ??” kusuruh Feilin menaik turunkan pinggulnya dan kuajarkan cara bermain diatas tubuhku, Feilin mengangguk pasrah.
Setelah beberapa saat, susu Feilin bergerak dalam irama yang teratur ketika ia berusaha untuk menaik-turunkan pinggulnya, gerakannya memang masih perlahan dan amatir namun cukup enak kurasakan ketika kemaluanku keluar masuk lubang anusnya yang seret namun sepertinya Feilin takut untuk memasukkan kemaluanku lebih dalam lagi kedalam anusnya, kedua tanganku bergerak memelintir-melintir dan menarik-narik putting Susu Feilin yang kini mengeras, sambil kukombinasikan permainanku, menggesek-gesek clitorisnya dengan jempolku, Aku meraih pinggulnya dan kutarik pinggulnya lebih turun lagi sehingga kemaluanku semakin dalam memasuki lubang anus Feilin, kepala Feilin terangkat keatas, matanya terpejam rapat, kedua tangannya bertumpu didadaku, tubuhnya berkali – kali merinding seperti terkena sengatan listrik ketika kemaluanku semakin dalam terus masuk dan amblas dengan sempurna kedalam lubang anus Feilin .Feilin kini duduk dengan leluasa diatas kemaluanku kedua buah pantatnya yang empuk terasa Hangat menggesek-gesek tubuhku, pinggulnya berputar perlahan-lahan, jika ia memutarkan pinggulnya ke kanan maka aku memutar kemaluanku kearah kiri sehingga lubang anus Feilin seperti diaduk-aduk oleh kemaluanku.
Seranganku pada anusnya dan juga Serbuan jempolku yang semakin kuat menggesek-gesek Clitorisnya mulai membuat Feilin Gelisah “Akhhhhh… Crrrtttt.. Crrrrrrrr”Ekspresi Wajah Feilin tampak begitu renyah ketika badai kenikmatan menghantam dirinya, tubuhnya meliuk erotis diatas tubuhku. Aku menyuruhnya menungging diatas ranjang, dan aku menggeser posisiku mendekati buah pantat Feilin yang menungging, Dalam posisi menungging seperti itu aku dapat melihat dua buah lubang, lubang anus Feilin yang merekah dan memar akibat kusodomi, kusentuh lingkaran anusnya perlahan. “Enhhh…”Feilin menarik pantatnya, sepertinya ia masih merasakan perih. Yang Satunya lubang Vagina yang baru kemarin malam kuperkosa, Tanganku mempermainkan lubang Vagina Feilin, kucari-cari daging kecil kesukaanku dan dengan lembut kusentil-sentil daging kecil itu yang membuat pemiliknya berkali-kali merintih tersentak keenakan. Aku mulai mempersiapkan serangan , kutempelkan kepala kemaluanku pada belahan bibir Vagina Feilindan dengan satu sentakan kuat melesatlah kemaluanku menjelajahi dunia kenikmatan dilubang Vagina Feilin, tidak ada lagi erangan dan keluhan kesakitan yang keluar dari mulut Feilin, yang ada hanya rintihan manja dan jeritan-jeritan kenikmatan yang terdengar liar namun mengasikkan “Akkkkkhhhh mangggg enakhh…. Mmm Akkhhh…. Ooow”. Semakin liar Feilin menjerit semakin liar pula aku menyetubuhi tubuhnya yang mulus.
Berkali-kali Feilin meraih kenikmatan setelah kupacu lubang Vaginanya yang seret dalam posisi doggie style, akhirnya kutarik pinggulnya sambil kutusukkan kemaluanku kuat-kuat.
“Brrrccctt…brrcoott” sambil memeluk Feilin dari belakang kujatuhkan tubuhku menindihnya. Suasana hangar-bingar yang tadi terdengar kini mendadak hilang, yang ada hanya suara desahan nafas memburu yang semakin lama semakin perlahan – lahan terdengar teratur. Kucabut kemaluanku yang sudah bersenang-senang didalam lubang Vagina Feilin. Aku bangkit melangkahkan kakiku dengan gembira keluar dari kamar tidur Feilin, setelah kuambil segelas air dan sebutir pil pencegah kehamilan aku baru kembali kekamar Feilin.
Didalam kamar kulihat Feilin masih tidur dalam posisi terlentang mengangkang, kuciumi kupingnya dan kugigit-gigit kecil daun telinganya, matanya terbuka sedikit, mata sayunya memandangiku, kekecup keningnya sambil berkata dengan lembut “Bangunlah kucing kecilku… minum ini dulu….”Aku membantunya untuk duduk, kusodorkan segelas air dan kumasukkan pil pencegah kehamilan kedalam mulutnya, dengan lahap Feilin menghabiskan air yang kubawa, sepertinya ia sangat kehausan,Aku memperhatikan jam didinding sudah pukul 10.30 berarti selama tiga setengah jam aku melahap kenikmatan dan kehangatan tubuh Feilin. Aku memperhatikan Feilin yang tertunduk memandangi lantai dengan tatapan kosong, Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya, yang aku tahu betapa nikmatnya tubuh dihadapanku , tubuh Feilin yang mungil dan mulus. “Kringg…. Kring!!” Aku mendengar bunyi telepon diluar kamar, aku bergegas untuk mengangkat telepon.
“Halooo…”
************************
Malam Harinya
Sambil memeluk dan mengelus-ngelus tubuh mulus sikucing liar Feilin, ia tertidur kelelahan setelah bergoyang dengan liarnya, tubuh Feilin yang mulus dan halus terkulai lemas diatas tubuhku yang cacat penuh luka bakar, Aku gelisah……
Terjadi pertentangan Batin yang hebat didalam hatiku, Nia dan Tarida merekalah yang aku pikirkan, apakah aku harus memperkosa mereka ?. Disatu sisi aku merasa tidak tega pada Nia dan Tarida karena mereka selama ini begitu baik padaku, yang satu cantik periang dan baik hati, yang satunya seksi , lembut, biarpun agak pendiam dan pemalu tapi kadang-kadang keberaniannya bisa meledak-ledak dan membuatku kagum.
Disisi lain……………. Binatang buas didalam diriku yang selama ini terkurung selama 15 tahun terus meronta-ronta…. Ingin memangsa Nia dan Tarida, Nafsu binatangku sebagai penjahat dan pemerkosa yang sadis.
**************************
Vote By mupengers
- jika jawabannya sudah cukup…. The end deh, yang dua selamet ^^
- jika jawabannya….. belum cukup…. Wakkkkkk, abis deh tiga-tiganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar