Laman

Kamis, 18 Agustus 2011

Derita Astrid

Juli 4, 2007
Astrid

Namanya Astrid Anindita, dia adalah seorang wartawan yang bekerja di sebuah surat kabar ibu kota. Umurnya baru 25 tahun. Sangat disayangkan sebetulnya kalau Astrid bekerja sebagai wartawan. Astrid memiliki wajah yang sangat cantik, banyak yang membandingkannya dengan Siti Nurhaliza, penyanyi dari Malaysia yang memang jelita itu, kulitnyapun putih mulus dengan bodi aduhai. Tingginya mungkin mencapai 170 cm dan bobotnya ideal. Tubuhnya juga ramping berisi. Payudaranya yang kencang sekitar 36B sering sekali menjadi pusat perhatian teman-teman prianya. Daya tarik Astrid yang paling besar adalah rambutnya yang panjang dan hitam legam berkilau, mungkin kalau jadi bintang iklan shampopun Astrid tidak terlalu mengecewakan.

Bos Astrid bernama Pak Bob, pria tua yang gendut dan mata keranjang. Wajahnya bulat dengan leher pendek, tidak pernah muat memakai baju model apapun. Berkumis lebat dan tidak teratur dengan sedikit jenggot yang sudah mulai memutih. Orangnya galak bukan main. Kalau marah suaranya bisa menggentarkan seisi ruangan. Dua kali Pak Bob menyatakan cinta pada Astrid, tapi Astrid menolaknya karena tahu bosnya sudah beristri bahkan punya anak yang hampir berumur 17 tahun.

Belakangan ini Astrid sering mendapat teror dari orang tidak dikenal, ini terkait dengan pemberitaan yang diliputnya tentang tindak kriminal yang sering terjadi di ibu kota. Hal itu membuat teman-temannya cemas akan keselamatannya. Tapi Astrid hanya menanggapinya dengan ucapan ‘tenang aja, gue nggak apa-apa’. Padahal teror itu sering mampir ke padanya, lewat telepon maupun surat kaleng yang isinya benar-benar jorok dan melecehkan. Rata-rata surat kaleng yang ditujukan kepada Astrid berisi foto wanita cantik telanjang yang sedang disetubuhi, dengan tulisan “Gue bakal perkosa elo”

Malam itu sekitar pukul 23.00 terlihat Astrid terlihat keluar dari kantornya setelah kerja lembur. Pikirannya masih menyangkut pada naskah yang sudah hampir deadline. Dia berjalan dengan langkah lambat dan pandangan menunduk. Astrid berjalan menyusuri tempat parkir, mencari-cari tempat mobilnya diparkir. Mobil itu pemberian orang tuanya sesaat setelah dia lulus dan diterima bekerja.

Dengan gerakan pelan Astrid membuka pintu mobilnya lalu mobil itu meluncur manuju ke jalan raya yang lengang. Satu dua mobil yang berlari kencang mendahuluinya dengan kilatan lampu seperti mendesing. Mobil Astrid tidak terpengaruh oleh mobil lain yang seolah memprovokasinya. Dia tetap melaju dengan konstan. Tapi ketika membelok ke sebuah jalan kecil yang sangat sepi Astrid merasakan gerakan mobilnya oleng ke kiri dengan suara gradak-gruduk dari arah depan dan terdengar suara gesekan keras seperti suara benda logam menggesek aspal jalan.

Astrid segera turun dari mobilnya lalu memeriksa bagian depan. Dilihatnya ban depan sebelah kiri kempes total.

“Damn..” Astrid mengutuk pendek. “Kenapa musti bocor? Dan kenapa musti di sini?” pikirnya, perasaaan gelisah mulai merayapi punggungnya. Dan dalam kegelisahan itulah tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari balik kegelapan, Astrid hanya sempat melihatnya sekilas karena sesaat bayangan yang jelas-jelas manusia itu memukul tengkuknya membuat kepalanya pusing. Pandangan Astrid yang mengabur sempat melihat wajah dari sosok bayangan itu, tapi sedetik kemudian satu kepalan besar negarah ke dagunya membuatnya terlempar dan jatuh terkapar. Kemudian dunia menjadi gelap baginya.

Keatika tersadar Astrid menemukan dirinya berada dalam sebuah ruangan yang pengap. Dan dia sangat terkejut ketika mengetahui dirinya dalam keadaan terikat pada sebuah tiang besar. Dia mencoba meronta tapi ikatan yang membelit tangan dan kakinya begitu kuat. Dalam kebingungan dia mencoba melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan itu seperti bagian dari sebuah rumah semi permanen dengan dinding separo tembok dan separo kayu papan, diterangi oleh lampu listrik bertenaga batere ukuran besar di atasnya. Ukuran ruangan itu cukup besar tapi terkesan sempit oleh tumpukan barang, Astrid melihat ada sebuah lemari bobrok tanpa pintu di sebelah kirinya dan sebuah meja kayu usang dan bocel-bocel berwarna cokelat plitur pudar di dekatnya serta sebuah sofa usang berwarna merah marun yang sudah rusak. Ada sebuah ranjang ukuran besar di depannya yang – anehnya – dibuat sangat rapi dan bersih, kontras dengan suasana si sekitarnya. Ranjang itu terlihat bagus dan nyaman dengan kain bed cover berwarna putih.

Astrid terlonjak ketika pintu kayu yang ada di samping kanannya berderit dan terbuka. Astrid langsung terkesiap pucat. Dua orang pria berwajah sangar masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya.

“Kamu…” Astrid menjerit tertahan. Dia kenal dua orang itu. Dua orang itu adalah penjahat kambuhan yang sering keluar masuk penjara, kebetulan kasus terakhirnya terungkap berkat investigasi Astrid. Kasus perampokan disertai perkosaan yang menimpa seorang gadis foto model berusia 19 tahun. Yang satu sering disapa Jack meski nama aslinya Joko. Orangnya beringas, wajahnya ditumbuhi kumis dan janggut yang tidak rapi, rambutnya gondrong dan awut-awutan. Badannya penuh tato, tinggi besar dan menyeramkan. Memakai kaus buntung dan celana jeans robek-robek. Yang satunya sering disapa dengan sebutan Jon, Astrid tidak tahu nama aslinya, orangnya bertampang tolol dan menjengkelkan dengan senyum-senyum mirip orang gila, wajahnya hitam dengan bekas luka dijahit melintang di pipinya, kumis dan janggutnya juga jarang-jarang, badannya lebih kecil dari Jack, bahkan lebih pendek dari Astrid, tapi berotot dan bertato. Astrid melihat ada tato naga hijau yang melilit lengan kirinya sampai ke batas siku.

“Hallo Nona manis.. masih ingat gue kan?” Jack membuka suara. Suaranya terdengar berat dan kasar.

“Apa-apaan ini?” Astrid memberontak. “Lepasin saya!” Lepasin!”

“Tsk.. tsk..” Jack menggeleng. “Masih saja galak dan sombong ya..” dia mendekati Astrid, lalu dengan gerakan lembut dia membelai pipi Astrid yang mulus. Astrid langsung melengos ketakutan.

“Jangan .. Jangan Bang..” Astrid merintih ketakutan, dari sudut matanya mulai menetes air mata. “Ambil saja uang saya, tapi jangan sakiti saya..”

“Jangan sakiti? Jangan sakiti katanya..” Jack tertawa keras, Jon di belakangnya ikut tertawa dengan suara sember. “Enak saja elo bilang jangan sakiti.. Karena berita yang elo buat kami berdua masuk penjara. Memang enak dipenjara?”

“Tapi.. Tapi.. itu karena..” Ucapan Astrid putus oleh bunyi Plak keras. Jack menampar pipinya, meninggalkan bekas kemerahan di pipi yang putih mulus itu. Astrid merasa kepalanya berputar, bintang-bintang seperti terhambur di depan matanya. Tapi itu belum cukup, Jack kembali membenamkan tinjunya ke perut Astrid, Astrid terhenyak kasakitan. Perutnya seperti pecah. Air mata mengalir dari sudut matanya karena manahan sakit.

“Hehehehe.. itu tadi baru icip-icip..” kata Jack santai seolah tidak terjadi apa-apa. “Kalau elo tidak mau gue siksa elo harus nurutin apa mau gue. Ngerti?” Jack menjambak rambut Astrid dan menyentakkannya sehingga wajah Astrid menengadah, tepat berhadapan dengan wajahnya yang sangar. “Atau kalau tidak..” Jack mengeluarkan sebilah pisau komando besar dari bagian belakang tubuhnya. Pisau berwarna putih berkilau itu ditempelkannya ke wajah Astrid. Darah Astrid seakan berhenti melihat pisau itu menelusuri wajahnya.

“Gimana Nona cantik?” Jack bertanya. Astrid memejamkan mata menghindari tatapan Jack yang liar. Perlahan dia mengangguk. Jack langsung tertawa berderai sampai badannya terguncang-guncang. Dia mau, dia mau katanya sambil menoleh ke arah Jon yang juga tertawa. Dia lalu memerintahkan Jon melepaskan ikatan di kaki dan tangan Astrid. Astrid langsung terpuruk ke lantai yang dingin. Sekilas dilihatnya Jack mengambil sesuatu. Astrid tidak tahu apa itu, dia sudah tidak mampu berpikir lagi karena katakutan. Tiba-tiba Jon mencengkeram tangannya dan menyentaknya membuat Astrid terpaksa berdiri. Jack mendekat dan memberikan secarik kertas pada Astrid.

“Baca ini dengan baik!” perintahnya sambil menyodorkan kertas itu ke wajah Astrid. Astrid membacanya sekilas, tulisannya besar berwarna merah.

“Tidak.. jangan..” Astrid ketakutan dan meronta seperti melihat sesuatu yang mengerikan di kertas itu. Tapi Jack segera mengacungkan pisaunya membuat Astrid terdiam meskipun masih saja menangis sesenggukan.

“Baca yang baik, jangan pakai menangis soalnya ini mau direkam..”

Ucapan Jack membuat Astrid tersentak seperti disambar gledek, wajahnya memucat dan makin memelaskan, dia menggeleng-geleng pertanda tidak mau. Dia sekarang tahu apa yang ada di tangan Jack, sebuah handycam.

“Ayo kita mulai..” Jack mulai menyalakan handycamnya dan merekam ke arah Astrid. Dia memberi tanda ke arah Astrid yang sedang menghapus air matanya. Astrid berusaha tersenyum di kamera, lalu.

“Hai, nama saya Astrid, saya adalah bintang film bokep, dan saya paling suka disetubuhi. Ini adalah film saya yang terbaru.”

Astrid berujar datar dengan perasaan tidak karuan, berusaha untuk sewajar mungkin meskipun perasaannya hancur bukan main. Inilah yang rupanya direncanakan oleh kedua penjahat yang menculiknya. Astrid merasa hidupnya sudah berakhir. Sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua penjahat yang brutal.

“Bagus.. bagus..” Jack berujar. “Sekarang buka bajunya..” perintahnya kalem tapi menusuk hati, seolah memerintahkan seorang pelacur murahan saja. Astrid dengan gemetar mulai menjamah bajunya, dilepaskannya kancing-kancing bajunya satu persatu, diiringi tegukan ludah kedua bajingan di hadapannya. Perlahan-lahan tubuh bagian atas Astrid tersingkap saat baju itu jatuh ke lantai.

“Uoohh.. muluss..” Jon berkomentar. Dia menatap liar ke tubuh putih itu. Terutama ke payudara Astrid yang mencuat indah dan hanya tertutup BH berenda warna putih. Payudara itu terlihat sangat kecang dan montok, ukurannya terlihat lebih besar ketimbang saat Astrid memakai baju. Sementara perut Astrid terlihat ramping dan padat dan sangat rata, Astrid memang termasuk hobi olah raga sehingga perutnya sangat kencang.

“Celananya juga.. celananya juga..”

Astrid mulai menangis lagi mendengar perintah itu. Dia mulai melepaskan sabuk di celana panjangnya lalu memelorotkan celana panjang itu. Sepasang paha putih berkilau langsung menjadi pemandangan yang sangat indah. Paha Astrid benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang yang ramping. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih tertutup celana dalam putih berenda-renda.

“Sekarang lepas itu BH dan celana dalam.” Perintah Jack datar. Astrid terkesiap pucat. Dia menggeleng takut.

“Jangan .. jangan telanjangi saya..” Astrid menghiba memohon memuat wajahnya semakin memelas tapi justru membuat Jack dan Jon tertawa senang.

“Buka!” Jack membentak. Astrid tidak punya pilihan lain, dengan gematar dia mulai meraih kait BH di bagian belakang punggungnya lalu perlahan BH itu merosot dari tempatnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di depan Jack dan Jon, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna merah muda segar. Astrid secara reflek menutupi payudaranya dengan kedua lengannya. Tapi Jack segera melarangnya.

“Siapa yang suruh menutupi, ayo sekarang copot itu celana dalam.”

Astrid tidak mampu berbuat banyak, dia menurut dan memelorotkan celana dalamnya sendiri. Sekarang Astrid sudah bediri telanjang bulat di hadapan kedua penjahat itu, satu-satunya yang masih melekat di badannya Cuma kalung dan jam tangannya. Astrid berusaha sekuat tenaga menutupi bagian-bagian vital tubuhnya dengan kedua belah tangannya.

“Nah Astrid, Elo senang nggak waktu kami telanjangi?” tanya Jack sambil terus merekam Astrid yang berdiri bugil.

“Se.. senang Bang..” jawab Astrid terbata di sela tangisnya.

“Jangan panggil Bang, panggil Tuan, ngerti?”Jack berkata lagi.

“Nger.. ngerti Tuan..” kembali Astrid terbata menjawab.

“Nah, karena kamu suka kami telanjangi, sekarang kamu berdiri yang tegak, pentangkan kaki lebar-lebar, dan angkat tanganmu ke belakang kepala.” Jack memberi perintah jelas seperti seorang sutradara mengarahkan artisnya. “Ngerti?”

“I.. iya Tuan.. saya ngerti Tuan..” kata Astrid diiringi isakan tangis. Astrid lalu berpose seperti yang ddinginkan Jack, dibukanya kedua kakinya lebar-lebar lalu tangannya diangkat dibelakang kepala, pose tersebut membuat bagian selangkangannya terbuka lebar sehingga memperlihatkan vaginanya dengan jelas. Vagina Astrid yang masih perawan terlihat terawat dengan baik, ditumbuhi rambut-rambut halus dan rapi, Astrid selalu merawat bagian genitalnya dengan sangat cermat. Sementara dengan tangan di belakang kepala membuat payudaranya makin membusung dan mencuat menggemaskan.

“Oke.. ini dia pelacur kita.. ” Jack mengarahkan kameranya ke bagian payudara dan vagina Astrid yang telanjang berkali-kali. Astrid merasa harga dirinya sudah hancur sama sekali, dirinya bahkan disamakan dengan pelacur oleh Jack. Jack lalu mengarahkan kameranya ke wajah Astrid yang basah oleh air mata.

“Nah, sekarang karena kamu suka kami telanjangi, bolah nggak kami meraba tubuhmu?” tanya Jack kalem dengan nada ramah.

Astrid tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu.

“I.. iya Tuan, tentu saja boleh Tuan..” Astrid meneguk ludah. Dia melihat Jack meletakkan kameranya di meja tinggi sehingga Astrid yakin kamera itu bisa merekam seluruh tubuhnya.

“Sekarang kita mulai ya..” kata Jack, Astrid hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan Jack bergerilya di wajahnya.

“Uhh.. wajahmu mulus sekali Non..” Jack lalu mencium pipi Astrid, antara geli dan jijik Astrid memajamkan mata. Lalu Jack mulai menelusuri bibir Astrid yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Astrid sampai megap-megap saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Jack. Tapi Jack terus berusaha mendesakkan bibirnya mengulum bibir Astrid, lidahnyamencoba menerobos masuk ke mulut Astrid, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Astrid. Astrid menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Astrid, tangan Jack juga memelintir-melintir puting payudara Astrid dengan gerakan kasar. Astrid meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Jack justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Astrid menegang saat sensasi itu melandanya, tanpa sadar Astrid mulai mendesah.

“Hoi Jon.. ngapain lu bengong di situ?” Jack memanggil kawannya yang agak bego yang dari tadi cuma menonton sambil mengocok penisnya sendiri. “Sini, Pelacur ini nggak puas kalau berdua.”

Astrid makin menderita mendengar ucapan itu, kali ini dua orang yang mengerubutinya, mereka meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Jon bahkan meremas-remas payudara kiri Astrid dengan kasar, sementara sebelah tangannya meraba dan meremas pantat Astrid yang sekal.

“Uohh.. Jack, Pentilnya dahsyat, pantatnya juga nih.. kayaknya enak nih kalo ditidurin,” kata Jon. Sementara Jack sedang asyik berkutat dengan payudara Astrid sebelah kanan. Dia menjilati dan menyentil puting payudara Astrid dengan lidahnya.

“Ohh.. baru tahu lu?” Jack tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Astrid. Astrid hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Jack mulai menggerayangi vaginanya.

“Ohh.. tempiknya bagus banget nih Jon..” Jack menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Astrid, sementara Jon kali ini sibuk menciumi dan menjilati payudara Astrid sementara tangannya membelai-belai perut Astrid yang licin.

“Ohh..” Astrid menjerit kecil saat saat Jack mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Astrid.

“Jangan Tuan..” Astrid merintih. “Saya masih perawan.. tolong jangan lakukan..”

“Masih perawan ya..? kebetulan..” kata Jack dingin, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Astrid bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Astrid. Astrid merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu.

“Hei Jack.. kayaknya lonte ini sudah mulai terangsang nih..tuh lihat dia mulai merintih, keenakan kali ye..?” ujar Jon diiringi tawa, Astrid makin sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan kedua penjahat itu.

“Janganhh..ohh…” Astrid mulai meracau tidak karuan saat Jack mulai menjilati vaginanya. Astrid menjerit saat lidah Jack bermain di klitorisnya. Lidah Jack mencoba mendesak ke bagian dalam vagina Astrid sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok vagina itu.

“Ahkkhh.. ohh.. janganhh..” Astrid menggeliat. Semantara Jon kali ini berdiri di belakang Astrid sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua payudara Astrid dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara Astrid dipilin-pilin dengan ujung jarinya seperti orang sedang mencari gelombang radio. Astrid mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua penjahat itu terlihat makin bernafsu.

“Ayo terus Jack..sebentar lagi dia orgasme..” Jon berteriak-teriak kegirangan seperti anak kecil sambil terus menerus meremas payudara Astrid sementara Jack masih menelusupkan wajahnya ke selangkangan Astrid. Lidahnya terus menyapu bibir vagina Astrid dan sesekali menyentil klitorisnya. Astrid menjerit kecil setiap kali lidah Jack menyentuh klitorisnya, semantara tangannya juga bermain meremasi pantat Astrid. Tubuh Astrid sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah padam. Tapi Astrid akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Jack dan menggerakkannya maju mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Astrid tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang.

“OOHHHKKHHHH…. AHHHH…” Astrid mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula “Crt… crt… crt…” cairan vaginanya muncrat keluar membasahi wajah Jack. Tanpa sadar Astrid mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas lalu jatuh terpuruk, Jon menahan tubuh Astrid dengan kedua tangannya yang kekar.

“hahahahaha…” Jack tertawa. “Pelacur di mana-mana sama, bilang nggak tapi muncrat juga.”

“Iya nih.. dasar pelacur..” Jon menambahi. Dibiarkannya tubuh Astrid terpuruk di lantai. Astrid merasa sangat hina, ditelanjangi dan dilecehkan seperti seorang pelacur. Dia menangis sesenggukan.

“heheh.. lihat , dia menangis..” Jack kembali melontarkan penghinaan. “Oke Jon, sekarang rekam yang ini..” Jack mengangkat wajah Astrid yang bersimbah air mata. Jon mulai merekam adegan tersebut.

“Nah Nona, sekarang Nona gue minta untuk ngemutin kontol gue.. Nona mau nggak ngemut kontol gue?” ujar Jack ringan. Astrid terkesiap mendengar permintaan Jack.

“Jangan Tuan.. jangan..” Astrid menggeleng mencoba menolak.

“Mau menolak ya?” Jack mengacungkan pisaunya. Hal itu mambuat Astrid ketakutan setengah mati.

“Ti..tidak Tuan.. i.. iya Tuan.. saya mau ngemutin kontolnya tuan..” kata Astrid terbata-bata.

“Sekarang elo kesini.. merangkak, lalu memohon buat ngemutin gue punya kontol ya..” kata Jack dengan ringan. Astrid menunduk malu campur takut. Belum pernah sekalipun dalam hidupnya dia melakukan permainan seks model apapun dan sekarang dia dipaksa untuk melakukannya. Tidak punya pilihan, Astrid akhirnya menuruti perintah itu. Dia merangkak menuju ke arah Jack lalu menatap ke arah Jack dengan tatapan memelas.

“Tuan, boleh.. bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, plis Tuan.. ijinkan saya ngemut kontolnya Tuan, ” kata Astrid dengan cukup jelas.

“Coba ulangi dengan lebih mesra..” kata Jack. Wajah Astrid langsung merah padam mendengar ucapan itu, dipaksakannya untuk bicara.

“Tuan, boleh nggak saya ngemut kontolnya Tuan, plis.. ijinkan dong .. saya sudah enggak tahan.” Astrid berkata dengan senyum dipaksakan.

“Berapa gue harus bayar elo buat ngemut kontol gue?” Jack bertanya yang membuat Astrid kebingungan.

“Ehh… gratis Tuan.. Tuan nggak usah bayar.. saya sukarela kok,” kata Astrid akhirnya.

“Hehehehe.. gratis ya? Jadi elo sukarela ya? Bukan paksaan kan?” tanya Jack.

“Eh.. iya Tuan.. saya nggak terpaksa..” jawab Astrid pendek.

“Yah.. karena elo yang memaksa, buruan gih..” Jack membuka ritsletingnya sendiri, lalu Astrid menurunkan celana jeans butut itu, seketika penis Jack yang panjnag menonjol dari balik celana dalamnya yang kumal. Astrid dengan gerakan terburu-buru memelorotkan celana dalam itu. Penis Jack yang besar dan panjang langsung mencuat tegak di depan wajah Astrid. Penis itu besar sekali, mungkin sekitar 20 cm dengan diameter hampir 4 cm, hitam dan berurat mengerikan. Astrid memalingkan wajahnya saking jijiknya memandang penis itu.

“Lho katanya mau ngemut, kok malah melengos sih?” Jack berkata datar membuat Astrid tersadar. Perlahan Astrid mulai memegang penis itu yang terasa penuh dalam genggamannya, lalu dengan gerakan pelan Astrid mulai mengocok-ngocok penis itu. Astrid lalu mendekatkan penis itu ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, kemudian Astrid menahan nafas dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis itu, meskipun tidak pengalaman tapi naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Astrid mulai menikmati penis Jack.

“Ohh.. yess.. ahh… enak tenan… nggak kayak pelacur-pelacur pinggir jalan, asyik tenan, mirip artis-artis bokep jepang atau bule.” kata Jack mengomentari kuluman Astrid. “Ayo teruss Nona.. teruss.. ” Jack mengerang. Astrid mempercepat gerakan kulumannya, sesekali penis itu dikeluarkan dari mulutnya lalu dimasukkan kembali, Astrid berusaha sekuat tenaga memuaskan Jack, terlihat penis itu dikulumnya sampai mentok ke tenggorokannya, dikeluarkan lalu dimasukkan lagi, dikeluarkan lagi dimasukkan lagi, persis seperti orang sedang manikmati es mambo.

“Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Jack mengerang, sampai akhirnya dia menjambak rambut Astrid lalu menekan wajah Astrid ke selangkangannya dan dengan gerakan kasar Jack mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut Astrid, Astrid sampai tersedak dan kehabisan nafas,api Jack tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya dengan liar.

“AHH.. AHHH.. AHHHH…” gerakan Jack baru berhenti setelah dia mengerang keras, Astrid merasakan semburan cairan kental di dalam mulutnya yang meluncur langsung ke dalam tenggorokannya, rupanya Jack berejakulasi di dalam mulut Astrid, cairan spermanya banyak sekali sampai memenuhi mulut Astrid, sebagian cairan putih kental itu meleleh keluar di sudut bibir Astrid yang terpuruk di lantai sambil terengah-engah kehabisan nafas.

Astrid tersengal mencoba mengambil nafas dengan terpaksa dia menelan sperma Jack yang ditumpahkan ke dalam mulutnya. Dia hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu, tapi dia tidak kuasa melawan. Tapi penderitaan Astrid belumlah selesai. Tiba-tiba Jack menyentak rambut Astrid dengan kasar.

“Sekarang Nona cantik merangkak ke teman gue yang di situ, lalu memohon untuk ngemut kontolnya, ingat ya.. harus sopan,” Jack berujar kalem.

“Iya Tuan.. ,” Astrid mengangguk ketakutan. Dia lalu merangkak ke arah Jon yang sudah tidak sabar. Jon bahkan sudah tidak memakai apa-apa lagi seningga penisnya yang besar mengacung tegak. Dengan perasaan jijik Astrid belutut sehingga wajahnya tepat berada di depan penis Jon yang besar dan hitam.

“Tuan yang baik, bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, saya ingin sekali ngemut kontolnya Tuan, boleh ya?” Astrid berkata dengan suara tertahan, bernada memelaskan, tapi dia berusaha tersenyum semanis mungkin. Sementara Jack beraksi merekam adegan demi adegan yang dilakukan Astrid dengan kameranya.

“Hehehe.. Nona ini sudah cantik, sopan pula..” Joan melontarkan sindiran. “Tapi nggak bayar kan Non?”

“Tidak Tuan.. tidak.. saya rela kok.. nggak usah bayar..” Astrid menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Yah.. karena Nona cantik dan sopan, saya mau deh Non, ayo jangan malu-malu kalau mau ngemut..” Jon memajukan pinggulnya membuat penisnya mengacung lebih dekat ke wajah Astrid. Dengan gerakan ragu Astrid mulai menggenggam penis Jon, lalu dengan lembut mulai mengocok penis yang seukuran genggaman tangannya itu. Jon langsung mengejang menerima kocokan itu. Astrid lalu menjilati ujung penis Jon dengan ujung lidahnya, sesekali lidahnya juga menyapu batang penis Jon sambil terus mengocoknya dengan gerakan lembut.

“Ohhh.. Ohhhh.. enakhh.. ” Jon mengerang. “Benar-benar nggak kayak lonte-lonte murahan yang biasa kita entotin itu Jack..”

Astrid berdesir mendengar hinaan itu, hatinya terasa sakit, air matanya kembali menetes disamakan dengan pelacur murahan. Tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah kedua penjahat itu dengan harapan mereka akan segera melepaskannya.

“Masukan ke mulut dong Non..” kata Jon ringan. Astrid hanya melirik sekilas lalu mulai membenamkan batang penis Jon ke mulutnya dan menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis itu keluar masuk di mulutnya.

“Diemut yang benar dong Non!” perintah Jon yang langsung dituruti oleh Astrid, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada penis itu. Jon melenguh nikmat merasakan kuluman Astrid, lalu tangannya menjulur ke bawah meraih buah dada Astrid yang menggantung kenyal. Astrid menjerit kecil saat tangan Jon yang kasar mulai meremas payudaranya dengan gerakan kasar, tapi remasan itu justru membuat dorongan seks dari diri Astrid semakin menggelegak menimbulkan sensasi tersendiri membuatnya semakin bergairah melakukan kuluman di penis Jon.

“Ohh.. enak Non.. ahh.. ahh teruss..” Jon mengerang sambil tangannya terus menerus meremas-remas payudara Astrid dengan kasar, Astrid merasa sakit pada payudaranya, tapi gerakan kasar itu sekaligus membakar nafsu seksualnya membuat wajahnya merah padam dan gerakan kepalanya menjadi semakin teratur makin lama makin lembut membelai dan mengocok penis Jon dengan bibir mungilnya.

“Ahhkhh.. Ohhh..” Tiba-tiba Jon mengejang dan mengerang. Dengan kasar dia mencabut penisnya dari cengkeraman bibir Astrid lalu memaksa Astrid menggenggam penis itu.

“Kocok.. ayo kocok..” perintahnya. Astrid menurut dan mengocok penis Jon dengan lembut. Jon menjadi semakin liar, tubuhnya mengejang dan menyentak-nyentak.

“Ohhh.. gue mau ngecroott.. Ahhhh..” Jon mengerang lalu menjambak rambut Astrid membuat wajah Astrid menengadah tepat di depan penisnya, lalu.

“Crott.. crott.. crott..” sperma Jon muncrat dengan deras menyembur tepat di wajah Astrid, Astrid gelagapan saat wajahnya tersemprot cairan putih kental itu, dia mencoba menghindar tapi cengkeraman Jon pada rambutnya membuatnya tidak berkutik, akhirnya dia pasrah Jon menyemprotkan sperma ke wajahnya. Wajah Astrid yang cantik langsung berlumuran sperma kental, sebagian meleleh membasahi payudaranya dan sebagian lagi mengalir masuk ke mulutnya.

“Ahhhh….” Jon mengerang lega. Dia merasakan kepuasan yang luar biasa saat beejakulasi di wajah cantik itu. Dia langsung melepaskan cengkeramannya dari rambut Astrid membuat Astrid langsung tersimpuh di lantai dan menangis tersedu-sedu. Tubuhnya yang putih mulus kini basah oleh keringat dan sperma. Sementara Jon dengan santainya merebahkan tubuhnya di sofa merah marun yang sudah rusak yang ada di dekatnya.

“Hehehee.. ” Jack menunjukkan kameranya. “Nona berbakat juga lho jadi bintang film bokep. Benar-benar mirip sekali dengan bintang bokep mandarin..”

Astrid memejamkan mata, mencoba tidak mendengarkan penghinaan penjahat-penjahat itu, hatinya seperti ditindih sebongkah batu besar dan berat membuatnya kembali menangis tersedu-sedu.

“Oke Jon, kayaknya Nona cantik ini harus membersihkan diri dulu,” kata Jack lagi. Jon mengacungkan jempolnya ke atas, dia lalu keluar dari ruangan dan masuk lagi beberapa saat kemudian dengan membawa seember air.

“Bersihin wajah sama badan elo!” perintah Jack sambil menunjuk ember yang dibawa Jon. Astrid melirik sekilas, ada air bersih dan kain di dalamnya, lalu dengan takut-takut dia mulai membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel di wajah dan payudaranya.

“Sekarang berdiri Nona..” Jack memerintahkan.

“Ampun Tuan.. lepasin saya.. saya kan sudah menuruti semua perintah Tuan..” Astrid memohon dengan memelaskan sambil menangis tersedu.

“Oho.. jangan buru-buru Nona cantik, bagian terbaiknya belum lagi dimulai,” kata Jack dingin. “sekarang Nona naik ke atas ranjang itu!” perintahnya dingin.

“Jangan Tuan..” Astrid terperanjat mengetahui apa yang bakal menimpanya. “Jangan perkosa saya Tuan! Saya masih perawan.. ampun Tuan.. jangan perkosa saya..!” Wualn menjerit menghiba dan memohon.

“PLAKK!!” sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi Astrid membuat Astrid terhuyung ke belakang disertai jeritan.

“Berani membangkang?” Jack menghunus pisau besarnya kembali, darah Astrid seperti berhenti melihat kilatan pisau itu. Astrid gemetar ketakutan begitu melihat Jack mengacungkan pisau itu tepat di wajahnya.

“Bagaimana? Berani menolak?” Tanya Jack kalem. Astrid memalingkan wajahnya, air matanya mengalir makin deras. Dia tidak punya pilihan lain, dengan hati hancur dia menggeleng lemah, dia sudah tidak punya harapan lagi mengetahui sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua preman brutal.

“Hehehe.. bilangnya yang sopan dong masa Cuma menggeleng gitu,” Jack tertawa sinis. “Ayo bilang yang sopan.”

“Iya Tuan, saya mau..” jawab Astrid sambil terisak.

“Mau apa?” Jack bertanya galak.

“Ehh.. saya.. saya mau dikenthu sama tuan berdua..” jawab Astrid dengan perasaan hancur.

“Mau apa kepingin?” Jack bertanya dengan nada menghina.

“Eh.. iya Tuan, saya kepingin dikenthu sama Tuan berdua, saya pingin Tuan berdua menyetubuhi saya, “jawab Astrid gemetar.

“Kalau gitu memohon yang sopan dong..” Jack berujar datar, membuat Astrid makin terhina, inilah tujuan Jack, makin terhina Astrid berarti semakin dia berkuasa pada diri Astrid.

“Tuan yang baik, maukah Tuan berdua menyetubuhi saya, please Tuan, saya sudah nggak tahan pingin kenthu..Please..” Astrid memohon-mohon untuk disetubuhi.

“Bayar nggak?” Tanya Jack kalem.

“Tidak Tuan, saya mau dikenthu tanpa bayaran, gratis Tuan, gratis.” Astrid memohon-mohon seperti pelacur murahan.

“Kalau gitu sih boleh.. “Jack tersenyum liar. “Nona sekarang tiduran deh di ranjang.” Astrid menuruti perintah itu, dia langsung naik ke ranjang yang sepertinya memang sudah direncanakan untuk memperkosa Astrid.

“Terlentang dong.. masa cuma duduk begitu, Gimana caranya gue ngentotin elo kalau elo cuma duduk di situ” Jack memberi perintah ketika melihat Astrid Cuma duduk di tepi ranjang. Astrid lalu merebahkan badannya dan terlentang.

“Bagus sekali Nona cantik, sekarang pentangkan kaki elo lebar-lebar, rentangkan tangan ke atas.” Jack memberi perintah lagi dan Astrid dengan pasrah menurut, dipentangkannya tangan dan kakinya sesuai perintah. Sekarang posisi Astrid lebih mirip huruf X dengan tangan dan kaki terbentang, huruf X yang sangat bagus.

“Hadap ke sini dong Sayang..” Jack mengarahkan handycamnya ke tubuh Astrid yang telanjang bulat mulai dari ujung kaki sampai ujung tangan, pada bagian vagina dan payudara sengaja disyut lebih lama dengan berbagai posisi.

“Ayo Non, bilang lagi yang sopan kalau mau dikenthu,” Jack memerintah.

“Mari Tuan, silakan, buruan kenthu saya Tuan, nikmati tubuh saya..” Astrid berkata dengan gemetar. Jack lalu menyerahkan Handycamnya pada Jon.

“Tentu Nona manis, dengan senang hati, ” kata Jack sambil mendekati Astrid, dia lalu berbaring di dekat Astrid. Astrid gemetar ketakutan saat Jack mulai membelai wajahnya dan menciumi pipinya, kumisnya yang kasar seperti duri menusuk-nusuk pipi Astrid yang halus. Jack lalu menciumi bibir Astrid dengan gerakan lembut berulang-ulang sambil tidak lupa tangannya bergerak ke payudara Astrid yang kenyal dan lembut, payudara yang putih mulus itu dibelai-belai dan diremas dengan lembut, sesekali Jack mempermainkan puting payudara Astrid yang berwarna pink segar dengan jari-jarinya. Astrid berusaha menahan agar tidak terhayut oleh perlakuan itu, tapi gerakan-gerakan Jack yang sangat berpengalaman membuat pertahanannya sedikit demi sedikit bobol. Perlahan Astrid mulai memberikan respon pada ciuman Jack, tanpa disadari, Astrid mulai membuka mulutnya dan membiarkan lidah Jack bermain-main dengan lidahnya, bahkan Astrid mulai ikut memainkan lidahnya sendiri dan membiarkan bibirnya berpagutan dengan bibir Jack. Sambil terus berciuman, Jack terus membelai dan meremas-remas payudara Astrid dengan lembut. Lalu Jack mengarahkan ciumannya ke bagian leher Astrid. Astrid menerima perlakuan itu sambil mendesah pelan.

“hehehe.. udah mulai terangsang ya Non.. ” Jack tertawa pelan sambil terus menciumi sekujur leher Astrid, lalu ciumannya bergerak menelusuri bagian payudara Astrid. Dengan lidahnya, Jack menjilat-jilat payudara mulus itu dengan lembut, ujung lidahnya sesekali menyapu puting payudara Astrid membuat Astrid makin terangsang. Desahan nafasnya mulai memburu, wajah Astridpun mulai memerah.

“Wah.. ini memang pentil yang sangat indah,” kata Jack ditengah usahanya menciumi payudara Astrid, sementara bibir dan lidahnya mengarah ke payudara sebelah kiri, tangan Jack tetap meremas-remas payudara Astrid yang sebalah kanan.

“Memang pentil yang baguss, gue belum pernah menikmati barang yang segini bagus kayak punya Non, beda lho sama pentilnya lonte-lonte yang pernah gue pakai..” kata Jack dengan nafas tidak teratur. Tapi Astrid sudah tidak bisa mendengarkan ucapan itu, gejolak nafsu seksnya begitu besar menghantamnya.

Jack lalu menelusuri bagian perut Astrid yang licin dengan lidahnya dan terus ke bawah, dilihatnya belahan vagina Astrid yang mulai basah untuk sesaat.

“Wuah.. tempik Non emang yahud banget, belum pernah dipakai ya..?” Jack tersenyum buas.

“Ahh.. jangan Tuan.. jangan di situ.. ohhh..” Astrid menggeliat saat Jack mulai menjilati vaginanya sambil tangannya mengelus-elus sepasang paha Astrid yang mulus.Jack lalu membuka paha Astrid lebih lebar untuk lebih leluasa menjilati vagina Astrid, dan kali ini lidahnya berputar-putar di bagian klitoris Astrid. Astrid mengejang sesaat ketika klitorisnya dijilati.

“Jangan Tuan.. ” Astrid meronta saat Jack dengan perlahan mulai menindih tubuhnya. Tapi ucapannya terhenti saat bibirnya kembali dilumat oleh Jack dengan ganas. Dan sambil berciuman Jack mengarahkan penisnya ke vagina Astrid. Astrid menggeliat saat merasakan ada benda tumpul yang mencoba menerobos ke dalam vaginanya.

“Tidak Tuan.. jangann.. jangann..” Astrid meronta dan bergumam tidak jelas. Astrid menggeliat saat Jack mendesakkan pantatnya mendorong penisnya masuk ke dalam vagina Astrid.

“Ahhkh.. sakiitt..” Astrid menjerit kecil saat penis itu mengoyak vaginanya, air mata meleleh di pipinya. Astrid memejamkan mata dan menangis, keperawanannya yang dijaga seumur hidup kini direnggut paksa oleh seorang preman bengis.

“Ohh.. masuk juga akhirnya..” Jack mendengus lega. “Gila, tempiknya Nona seret banget lho..”

Lalu Jack mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mula-mula pelan, tapi setelah beberapa saat gerakannya makin teratur, Vagina Astrid yang masih sempit mulai licin dan lancar meskipun masih sangat menjepit. Astrid tidak tahan lagi, dorongan nafsu seksualnya sudah mangalahkan akal sehatnya, diapun mengerang dan mendesah seirama gerakan penis Jack yang menggenjot vaginanya. Gesekan penis di dalam vaginanya memberikan sensasi luar biasa pada sekujur tubuh Astrid membuatnya mengejang dan bergerak liar. Astrid akhirnya menikmati persetubuhan yang baru pertama kali dilakukannya ini. Dan setelah beberapa menit diperkosa, Astrid sudah tidak lagi kelihatan seperti orang yang sdang diperkosa tapi justru menikmati persetubuhannya. Dia bahkan membiarkan saja saat Jack kembali menciumi bibirnya ditengah-tengah persetubuhan. Bahkan ketika Jack menghentikan genjotannya, secara tidak sadar Astrid gantian menggerak-gerakkan pantatnya, dan Astrid pun menurut saja ketika Jack menyuruhnya berganti posisi. Kali ini Astrid disuruhnya nungging dengan gaya Doggy style. Lalu dari arah belakang Jack kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Astrid dan kembali menyetubuhinya. Astrid kali ini tidak melawan lgi, dia bahkan bergoyang seirama dengan genjotan Jack dengan lenguhan dan desahan penuh nikmat. Sementara Jon dengan gaya kameraman professional sibuk mengambil adegan pemerkosaan itu dari berbagai sudut.Dia paling suka mengarahkan kamera ke wajah Astrid yang merintih-rintih nikmat, dan sesekali mengarahkan kameranya tepat di vagina Astrid yang sedang digenjot oleh penis Jack sehingga suara gesekannya terekam dengan jelas.

Tapi ditengah-tengah usaha memperkosa Astrid tiba-tiba Handphone milik Astrid berdering dengan nyaring, hal itu menyadarkan Astrid dari sensasi seksual yang sedang dialaminya. Astrid kembali menangis, tapi Jack tidak mempedulikan tangisan itu.

Jon mengambil handphone Astrid, dilihatnya sesaat, lalu diserahkannya pada Jack. Lalu Jack menyodorkan handphone itu kepada Astrid yang masih disetubuhinya.

“Jawab!” perintahnya. “Tapi ingat, jangan sampai dia curiga, kalau tidak..” Jack menyodorkan Handphone itu disertai ancaman. Astrid menerimanya, panggilan itu dari temannya, Rani.

“Hallo..” Astrid menjawab panggilan Rani dengan susah payah ditengah-tengah persetubuhan yang dia lakukan. Astrid berusaha setengah mati sewajar mungkin untuk tidak membuat temannya curiga, tapi menjawab telepon sambil disetubuhi membuatnya sesekali kelepasan dan mengerang. Gilanya Jack bukannya menghentikan genjotannya, dia justru mempercepat gerakannya membuat tubuh bugil Astrid tersentak-sentak. Sekuat tenaga Astrid menahan nada suaranya agar terdengar biasa sementara dari belakang Jack menyetubuhinya dengan ganas. Astrid menggigit bibirnya menahan agar tidak mengerang sampai wajahnya memerah, tapi Jack melihat Astrid yang kepayahan menahan diri justru semakin senang, digenjotnya vagina Astrid dengan kuat sehingga Astrid tersentak ke depan dan mau tidak mau Astrid melenguh tertahan.

“Trid, elo nggak apa-apa kan?” suara Rani dari telepon terdengar cemas.

“Ngaakk.. ahhkkh..” Astrid tiba-tiba berteriak, pada saat yang bersamaan Jack kembali menyodok vaginanya kuat-kuat membuat Astrid terlonjak. “Gue nggak apa-apa…ohh.. ohh.. “Astrid mengerang perlahan.

“Tapi kok suara elo aneh gitu, elo lagi ngapain sih?” tanya Rani lagi.

“Gue nggak ngapa-ngapain.. ahh.. ahh..” kembali Astrid mengerang lirih. “Udah ya.. gue mau tidur dulu..” lalu buru-buru Astrid memutuskan hubungan teleponnya sambil mengerang keras melepaskan tekanan seksual yang dari tadi menyiksanya.

“Ahhkhhh… ohhhh…” Astrid menggeliat saat Jack menyentakkan penisnya kuat-kuat.

“Hehehehe.. enak ya Non, ngentot sambil telepon..” Jack mengejek. Astrid diam saja sambil menggigit bibirnya. Jack makin bersemangat menggenjotkan penisnya sampai tubuh bugil; Astrid tersentak-sentak maju-mundur. Dorongan seksual dari dalam diri Astrid kembali menggelegak membuat tubuhnya mengejang kuat sekali. Dan pada saat mendekati klimaks Astrid tiba-tiba bergerak dengan liar mengimbangi genjotan Jack.

“AHHHHH……… AHHHH………” Astrid mengerang keras sambil menggeliat liar, tubuhnya menegang, tangannya mencengkeram kasur dengan kuat dan kemudian perlahan mengendur lagi lalu melemas kehabisan tenaga, rupanya Astrid kembali mengalami orgasme yang kali ini bahkan lebih dahsyat dari orgasme sebelumnya. Tapi rupanya Jack belum merasa puas, mungkin karena sudah berejakulasi sebelum menyetubuhi Astrid. Dia membalikkan tubuh bugil Astrid yang terengah-engah sehingga kebali terlentang di ranjang. Bagian vagina Astrid terlihat mengalirkan lendir bercampur darah segar pertanda memang Astrid masih perawan sebelum diperkosa olehnya. Jack lelu mengangkat kedua paha Astrid dan membukanya lebar-lebar, dengan memagan kedua pergelangan kaki Astrid Jack kembali mengarahkan penisnya ke vagina Astrid, Astrid menggeliat saat vaginanya kembali dimasuki oleh penis Jack, tapi dorongan seksual sudah menguasai Astrid, dia diam saja ketika Jack mulai kembali menyetubuhinya, bahkan kembali mendesah-desah penuh kenikmatan saat Jack menyodok-nyodokkan penisnya dengan brutal.

Astrid sangat tidak berdaya menghadapi sodokan-demi sodokan Jack, dia memilih untuk menyerahkan ketotalan kepasrahan dirinya untuk diapakan saja oleh Jack, untuk di garap habis – habisan dan kepasrahan itu mambuat Astrid kembali merasakan orgasme membuat tubuhnya kembali menegang, melihat Astrid kembali orgasme Jack semakin keras saja mengenjot vagina Astrid, ia memompa Astrid habis habisan sampai Astrid merasakan ada busa-busa mengalir disekitar vaginanya.

“Argggghhhh emmhhh oohhh yeahhhh yeahhhhhh yahhhh…. gua mau kluar… enak banget nih…. oooiiiii ahhhh… ahhh ahhhhhh….” teriak Jack, dan akhirnya semburan spermanya memenuhi rongga vagina Astrid.

Astrid terkapar lemas di ranjang, tubuhnya yang putih mulus basah kuyup oleh keringat membuat tubuh bugil itu berkilau. Nafasnya naik turun membuat payudaranya ikut naik turun menggairahkan. Astrid kembali menangis ketika ingat Jack menyemprotkan sperma di dalam vaginanya yang bisa membuatnya hamil, beruntung saat ini bukan masa subur baginya.

“Hehehee.. Uenak tenan Jon, bisa merawanin cewek secakep ini, elo coba deh,” kata Jack. Astrid gemetar mendengar ucapan Jack. Dilihatnya mereka bertukar tugas, kali ini Jack yang bertugas merekam adegan saat dirinya diperkosa.

“Tenang aja ya Non, Non bakal ketagihan nanti,” kata Jon sambil mendekati Astrid yang masih terbaring kelelahan. Dia lalu mulai membaringkan Astrid dengan posisi terlentang, lalu dia membungkuk mengarahkan mulutnya ke payudara Astrid. Dilumatnya payudara itu dengan kenyotan dan gigitan-gigitan ringan. Hal itu menyebabkan Astrid menggeliat-geliat dan mengeluarkan desahan, perasaannya terombang-ambing dalam ketakutan dan kenikmatan yang tak bisa dibendungnya. Hisapan pria itu pada putingnya menaikkan libidonya walaupun itu diluar kehendaknya. Astrid hanya bisa pasrah saja, tangannya meremas-remas rambut Jon karena rasa geli akibat kenyotan pada payudaranya, payudara yang lain juga sedang diremasi tangan Jon, nampak jari-jarinya menggesek-gesek putingnya memanaskan birahi gadis itu. Desahannya bercampur dengan suara tangis sesenggukan.

“Hmmm…Non emang sempurna banget, punya body montok gini siapa yang ga ngiler” gumam Jon sambil tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Astrid.

Lalu Jon menindih tubuhnya, dipeluknya tubuh Astrid dan diresapi kehangatan dan kemulusannya. Astrid dapat merasakan benda keras dengan daerah kemaluannya. Astrid memalingkan wajah ketika Jon menyentuh bibirnya, tapi ruang gerak yang terbatas Jon berhasil juga melumat bibirnya.

“Mmhh…uummm !” gumamnya saat menciumi Astrid dan berusaha memasukkan lidahnya ke mulut gadis itu yang masih menutup.

Astrid sendiri dapat merasakan hembusan nafas pria itu pada wajahnya, panas dan bau rokok. Dia merasa tidak enak dengan nafas Jon yang bau rokok itu tapi toh pertahanannya bobol juga karena sulit bernafas dan Jon terus merangsangnya dengan menggerayangi tubuhnya. Lidah Jon pun mulai bermain-main di rongga mulutnya, Astrid tidak sanggup lagi mengelak darinya karena setiap kali lidahnya bergerak yang terjadi adalah saling beradu dengan lidah Jon sehingga diapun membiarkan lidah Jon menari-nari di mulutnya. Matanya terpejam dengan air mata membasahi kelopak matanya. Percumbuan itu membuat nafasnya makin memburu, badannya bertambah panas.

“Jangan Tuan.. jangan lagi…” Astrid merintih pelan saat benda tumpul itu mulai menyentuh kemaluannya.

“Nikmatin aja Non, jangan!” kata Jon dekat telinganya. “Tahan yah Non, agak sakit, tapi nantinya bakal enak deh. Gue ga bakal kasar kok kalo Non nurut..!” kata Jon, lalu dia mulai menekan kepala penisnya yang sudah menempel di bibir vagina Astrid.

“Aahh…sakit…!! Oohh…tolong hentikan !” rintih Astrid menahan sakit sampai tubuhnya menggeliat dan dadanya terangkat hingga makin membusung, keringat mengucur membasahi tubuhnya.

“Sabar yah Non, sabar !” Jon menenangkannya sambil membelai rambut gadis itu, dia dapat merasakan genggaman tangan gadis itu yang makin erat karena telapak tangan mereka saling genggam.

“Sempit oi, enak banget !” gumam Jon sambil terus mendorong-dorongkan penisnya ke vagina Astrid. Kepala penis yang seperti jamur itu sudah menancap di vagina Astrid, lalu Jon mendorong lebih dalam lagi.

“Aakkhh…aaaahhh !” jerit Astrid tubuh makin mengejang.

“Pheeww…masuk juga akhirnya, asoy banget tempik perawan nih !” kata Jon sambil menghembuskan nafas panjang. Sementara Jack terus merekam adegan perkosaan itu sambil tertawa-tawa.

Mulut Jon mulai menjalar naik ke bahu, leher, hingga bibirnya. Bibir yang sudah berkerut itupun bertemu dengan bibir Astrid yang mungil dan segar sehingga erangannya teredam. Lidah pria itu mengaduk-aduk mulutnya, Astrid pun secara refleks menggerakkan lidahnya sehingga tanpa terasa dia malah hanyut melayani permainan lidah Jon, ini juga dikarenakan sodokan-sodokan Jon yang menimbulkan rasa nikmat yang tidak bisa disangkalnya. Penjahat itu makin bersemangat menggenjot vagina Astrid sambil menggumam tak jelas.

“Okh-oohh…enak, ohh-uuuuh…udah perawan, cantik lagi uhh..!” ceracaunya sambil menikmati kontraksi dinding vagina Astrid yang memijati penisnya.

Tangan kekar Jon yang memegangi paha gadis itu membelai-belai menikmati kemulusan pahanya, sesekali juga meremasi bongkahan pantatnya. Kontras sekali pemandangannya saat itu, tubuh mulus seorang gadis jelita dihimpit tubuh hitam kekar penuh tato dan menyeramkan.

Hampir liambelas menit lamanya Jon menggenjot tubuh bugil yang makin melemah itu. Astrid sudah kehabisan tenaga untuk melawan, tubuhnya kini tersentak-sentak mengikuti setiap genjotan penis Jon di vaginanya. Tiba-tiba Jon berdiri lalu membalikkan tubuh Astrid, Pantat Astrid ditunggingkannya sehingga posisi Astrid sekarang menungging dengan tangan menutupi bagian dadanya.

“Uih.. pantatnya asoy banget, gede, mulus lagi..” Jon membelai-belai dan meremasi pantat Astrid. Astrid menegang sesaat ketika tangan Jon membelai belahan vaginanya yang berlendir. Jon lalu mengarahkan penisnya bersiap menyetubuhi gadis itu dalam posisi doggie. Astrid meringis ketika merasakan penis Jon yang besar menyeruak masuk ke vaginanya, dia merintih, perih, namun kali ini sudah lebih mendingan berkat cairan kewanitaan yang melicinkan vaginanya.

“Aahh…!” itulah yang keluar dari mulut Astrid saat Jon menyentakkan penisnya hingga amblas seluruhnya.

Jon mulai maju-mundur sambil tangannya berkeliaran menggerayangi pantat, punggung dan payudaranya yang menggelantung indah. Sementara Jack asyik merekam adegan demi adegan perkosaan itu dengan seksama. Bagian yang paling sering dia sorot adalah wajah Astrid yang terlihat begitu memelaskan tapi sekaligus terangsang hebat.

“Ayo.. teruss Jon.. teruss.. sebentar lagi dia ngecret lagi.. teruss..” Jack menyemangati kawannya seperti menyemangati tim sepak bola membuat Jon mendesakkan penisnya dengan kuat, Astrid tersentak berkali -kali saat Jon menyodokkan penisnya dengan kuat.

Sepuluh menit lamanya dia digumuli dalam posisi itu, sodokan-sodokan Jon mendatangkan kembali perasaan aneh yang tadi dirasakannya, kembali tubuh Astrid mengejang disertai erangan panjang. Dirinya serasa terbang selama 1-2 menit, dan dia harus mengakui kenikmatannya.

“Ahhhhkkhhhh… Ohhhh…” Astrid melenguh panjang merasakan orgasme untuk kesekian kalinnya gelombang orgasme yang menerpa Astrid dirasakan juga nikmatnya oleh Jon karena otot-otot vaginanya semakin menghimpit penisnya serta menghangatkannya dengan cairan yang dihasilkan. Hal ini tentu memicu Jon menggenjotnya lebih cepat lagi dan membuatnya ejakulasi.

“AHHHH… Ahhhh…” Jon menerang keras-keras sambil menekan penisnya dalam-dalam di vagina Astrid merasakan kenikmatan ejakulasi, penisnya menyemprotkan sperma dengan derasnya ke rahim Astrid. Setelah mengeluarkan isinya, Jon menarik lepas penisnya, ketika dikeluarkan terlihat cairan kental belepotan di batangnya yang lalu dilapkan pada belahan pantat gadis itu.

Astrid langsung tersungkur di ranjang karena kelelahan, sementara Jon berdiri sempoyongan.

“Ohhh.. gile… tempik perawan memang beda, seret banget, nggak kayak punya lonte-lonte pinggiran jalan..” Jon menggumam sendiri sambil berjalan. Astrid kembali menangis sesenggukan, dirinya sudah tidak berharga lagi, diperkosa oleh dua penjahat dan dilecehkan habis-habisan, direndahkan bahkan lebih hina dibandingkan pelacur pinggiran jalan.

Masih belum cukup penghinaan dan pelecehan yang diterimanya, kedua penjahat itu memaksanya untuk berpose dalam keadaan telanjang bulat, dan dengan kamera milik Astrid sendiri kedua penjahat itu memotret pose-pose Astrid yang berpose dengan gaya persis bintang film porno.

“Hehehehe… Nona memang pantas menjadi pintang film bokep, gayanya natural sekali lho..” ujar Jack santai sambil terus memotret tubuh bugil Astrid dalam berbagai posisi. Baru setelah puas mereka mengijinkan Astrid pulang ke rumahnya sambil disertai ancaman.

“Jangan berani-berani cerita macam-macam ya! Gue tahu persis keluarga elo, jadi kalau mau keluarga elo selamat, elo mulai sekarang harus nurutin apa mau gue..” Jack mengancam. Dia membiarkan Astrid berpakaian, tapi dia mengambil BH dan celana dalam Astrid. Dia juga bilang kalau mobil Astrid akan dikembalikan. Astrid berjalan dengan pikiran kalut. Mendapati dirinya baru saja diperkosa saja sudah merupakan mimpi buruk, apalagi sekarang dia diancam bila bercerita para penjahat itu akan menghabisi keluarganya. Astrid merasa penderitaannya baru saja dimulai.

END OF PART I
--------------

4 Tanggapan ke “Derita Astrid 1”

  1. bagus banget,gue suka jalan ceritanya.
  2. bagus,gue suka jalan ceritanya
  3. di/pada Juli 14, 2008 pada 4:11 pm samuel da costa
    enak bwener nih cerita ini kita ngak jadi bingung buat ngebacanya,,,,,,,,,,,,,,
    …………heboh tuh jalan ceritanya………………….
  4. mantap bos ceritanya…keren…ditunggu cerita2 yg laennya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar