Laman

Kamis, 18 Agustus 2011

Malapetaka KKN 3: Terjebak Rayuan

Juli 3, 2007
Clara

Clara adalah satu-satunya mahasiswi yang tidak punya pacar. Dia baru saja putus dengan pacarnya yang ketahuan selingkuh dengan temannya sendiri. Tapi Clara adalah tipe gadis yang periang, sehingga dia tidak terlalu memusingkan hubungannya yang bubar karena prselingkuhan sang pacar. Dia bahkan mengatakan justru lebih senang sendirian ketimbang harus kesana-kemari jalan berduaan dan terikat satu sama lain. Sifat periangnya itu pula yang membuatnya sekarang akrab dengan salah satu pemuda desa yang bernama Jono.

Banyak yang bilang kalau mereka sebenarnya serasi, Jono meskipun anak desa tapi bunya wajah yang menarik, sifatnya juga kalem dan pendiam, serasi dengan Clara yang ramai dan tentunya cantik. Clara punya tubuh yang bagus, tingginya sekitar 168 cm dengan payudara 34B. Clara juga bekerja sampingan sebagai fotomodel di luar tugasnya sebagai mahasiswi jurusan Sastra. Kebetulan pula mereka punya minat yang sama dalam dunia buku. Beberapa kali Clara dan Jono terlihat berdiskusi berdua dan sekali dua kali terlihat mereka berjalan berduaan untuk kepentingan KKN Clara.

Hari itu Clara terlihat bersiap untuk pergi, rupanya dia dan Jono ada janji unutuk pergi mengunjungi desa sebelah guna membicarakan kerja sama program KKN nya dengan salah satu kelompok di desa sebelah. Sepanjang perjalanan Jono terlihat diam sekali, nyaris tidak bicara sepatahpun. Clara melihat keanehan ini, meskipun dia maklum karena Jono memang pendiam. Tapi mendadak setelah agak jauh berjalan, Clara entah bagaimana merasa gelisah. Seperti ada sesuatu yang menggelayuti hatinya dengan perasaan aneh.

Perasaan Clara makin gelisah ketika Jono mengajaknya ke sebuah rumah yang sma sekali tidak dikenalnya, rumah itu terletak sangat terpencil, jauh dari rumah penduduk yang lain bahkan bisa dibilang tersembunyi oleh pepohonan yang tumbuh di sekitarnya.

“Kok kita ke sini Jon? Kita kan mau ke desa sebelah?” Clara bertanya dengan nada sedikit curiga.

“Kita mampir sebentar, ini rumah teman saya,” kata Jono dengan nada gemetar tidak wajar.

“Tapi kayaknya rumah nin agak menyeramkan,” Clara menghentikan langkahnya. “Aku ngeri nih.”

“Jangan takut Clara,” kita cuma mampir sebantar kok.” Kata Jono lagi.

“Tapi..” Clara ragu-ragu untuk meneruskan langkahnya.

“Ayo, jangan takut, nggak ada apa-apa,” Jono memaksa. “Ayo… jangan takut.”

Akhirnya meskipun dengan masih sedikit ragu, Clara mengikuti Jono yang masuk ke rumah itu. Rumah itu cukup besar meski terkesan tidak terawat. Diding rumahnya terbuat dari bata yang belum dipoles, menampakkan batu bata merah yang saling bersambungan. Oleh Jono, Clara disuruh menunggu di sebuah kamar yang jendelanya tertutup dan berterali besi. Clara agak jengah menatap kamar berukuran 3 kali 3 meter itu. Dindingnya tertempel banyak sekali poster dan gambar wanita cantik yang hanya memakai bikini super mini dengan berbagai pose. Clara duduk di sebuah ranjang besar yang ada di tengah kamar, ranjang itu bersih, dengan kasur yang dilapisi seprei merah dan berbau kamper.

Selama beberapa menit Clara menunggu membuatnya tidak sabar. Karena itu ketika terengar ada orang yang melangkah masuk, Clara langsung membalik.

“Sudah selesai….” Clara tertegun, pertanyaannya spontan terputus oleh kekagetan. Dia menyangka tadinya Jono yang masuk ke dalam kamar, tapi yang ada sekarang adalah laki-laki gemuk dan agak botak, berumur, mungkin limapuluh atau enampuluh tahunan, terlihat dari kerut wajah dan uban di rambutnya yang tinggal sedikit. Laki-laki itu tersenyum senyum seperti orang gila sambil menelusuri sekujur tubuh Clara dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Siapa Bapak? Dimana teman saya..?” Clara bertanya takut-takut sepertinya laki-laki itu akan menelannya hidup-hidup.

“Oh.. ya..” laki-laki itu membuka suara. “Nama Bapak Jamal, Bapak yang punya rumah ini.” katanya dengan lagak sok penting, seolah dirinya semacam penguasa desa. “Dan soal teman Neng, jangan kuatir, dia baik-baik saja, malahan dia tadi ada pesan buat Neng, supaya Neng Clara melayani kami dengan baik.”

“Melayani? Apa Maksud Bapak?” Clara merasa merinding mendengar ucapan Pak Jamal yang bernada cabul itu.

“Ah.. ya.. Bapak lupa memberitahu Neng sesuatu,” Pak Jamal berjalan mendekati Clara, membuat Clara beringsut mundur.

“Perlu Neng ketahui, Jono dan orang tuanya sebetulnya punya hutang pada Bapak. Sangat besar, sampai-sampai tidak akan mungkin dibayar oleh mereka Bahkan jika mereka bekerja seumur hidup pada Bapak.”

“Tapi apa hubungannya dengan saya?’ tanya Clara bingung.

“Itu dia yang paling penting,” ujar Pak Jamal datar. “Bapak tahu Jono dekat dengan Neng Clara, jadi kami membuat kesepakatan, Jono dan keluarganya saya bebaskan dari hutang, asal dia bisa membawa Neng Clara ke sini.”

Clara mulai gemetar memikirkan ucapan Pak Jamal berikutnya sambil berharap dugaannya salah.

“Tapi.. apa maksud Bapak menyuruh Jono membawa saya ke sini..?” Clara bertanya takut-takut, sekujur tubuhnya merinding meskipun saat itu cuaca tidak terlalu dingin.

“Masa perlu diterangkan lagi sih Neng..?” Pak Jono tersenyum liar sambil menjilati bibirnya sendiri. “Bapak mau Neng Clara jadi piaraan Bapak, soalnya Bapak ingin merasakan gimana rasanya ngentotin cewek kota seperti Neng..”

Clara seperti disambar petir mendengar ucapan Pak Jamal yang tanpa tedeng aling-aling itu. Spontan kemarahannya meledak.

“TUA BANGKA TIDAK TAHU MALU!!” Clara berteriak penuh emosi. “Jangan mimpi saya sudi melayani anda!”

“Oh ya, Neng pasti mau saya entotin, bahkan malah akan memohon-mohon untuk saya entotin,” Pak Jamal mengejek sambil tersenyum penuh makna. “Neng tahu, saya orang paling kaya di sini, bahkan kepala desapun tunduk pada saya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada Neng dan semua teman-teman Neng kalau saya perintahkan seluruh penduduk desa untuk menyerang pondokan tempat Neng menginap. Mungkin penduduk desa akan membakar teman-teman Neng hidup-hidup, atau.. bagaimana kira-kira kalau saya perintahkan mereka supaya ditelanjangi terlebih dulu lalu kemudian diperkosa secara bergiliran di tengah lapangan sebelum dibakar hidup-hidup..”

Clara terkesiap pucat mendengar ucapan Pak Jamal. Mungkin itu sekedar gertak sambal, tapi mungkin juga tidak, Clara tidak bisa berpikir jernih mendengar ucapan Pak Jamal yang bagaikan teror menggedor hatinya.

“Anda.. anda bohong.. tidak mungkin penduduk percaya pada anda..” Clara menukas, meskipun dia sendiri ragu terhadap ucapannya barusan.

“Kalau Neng tidak percaya ya terserah Neng, kita lihat saja siapa yang bohong. Desa ini terpencil dan jauh dari mana-mana Neng, tidak ada yang akan memperhatikan kalau rombongan KKN sebanyak itu mati mendadak,” Pak Jamal beranjak pergi meninggalkan Clara yang galau. Clara menyadari sebagian yang diucapkan Pak Jamal benar. Bagaimana kalau Pak Jamal benar-benar menghasut warga untuk menyerang teman-temannya, lagipula Pak Jamal bisa saja memperkosa dirinya tanpa perlu membeberkan rencananya. Clara benar-benar kalut, pikirannya yang biasanya cemerlang mendadak buntu. Jantungnya seolah berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, kegalauan di hatinya menimbulkan perang batin yang luar biasa, apalagi saat Pak Jamal berjalan meninggalkannya.

“Tu.. tunggu Pak Jamal..” Clara berkata parau mencegah langkah Pak Jamal, dia lalu berjalan menyusul Pak Jamal dengan langkah terburu-buru membuatnya nyaris terpeleset jatuh.

“Ada apa Neng..” Pak Jamal pura-pura bego. Clara hanya berdiri mematung di hadapan Pak Jamal sampai akhirnya dia berkata.

“Sa.. saya mau..” kata Clara lirih.

“Mau..? Mau apaan?” kembali Pak Jamal bertanya tolol. Clara merasa harga dirinya hancur dengan perlakuan Pak Jamal.

“Saya mau melayani Pak Jamal asal Pak Jamal tidak menyakiti teman-teman saya..” kata Clara sambil terisak, sebutir air mata menetes di pipinya.

“Wah.. perjanjian batal Neng.. saya yang sekarang tidak mau,” ujar Pak Jamal sok jual mahal. Dia lalu membalikkan badannya dan meninggalkan Clara.

“Jangan! Jangan pergi Pak..!” Clara mengejar Pak Jamal dan menarik tangannya. “Tolong jangan pergi. Saya mau Bapak setubuhi, saya mau Bapak entot sampai Bapak puas, nikmati saya.. nikmati tubuh saya..”

“Yang benar?” Pak Jamal menyeringai puas. “Coba ucapkan sekali lagi dengan manis.. sambil memohon tentunya.”

Clara kembali tersedu, ucapan Pak Jamal yang tadi didengarnya, bahwa dirinya akan memohon-mohon untuk disetubuhi ternyata menjadi kenyataan.

“Saya mohon Pak.. saya mohon, setubuhi saya, entoti saya semau Bapak, saya mau Bapak entoti, buruan Pak, Buruan entoti saya..”

“Yang sopan dong, masa sambil marah-marah begitu..” kata Pak Jamal mempermainkan dan melecehkan harga diri Clara. Clara merasa sangat terhina sekali, tapi dia tidak kuasa menolaknya, kahirnya dia paksakan diri untuk tersenyum.

“Pak Jamal yang baik, saya mohon entotin saya Pak..” ujar Clara, kali ini sambil tersenyum semanis mungkin. “Saya sudah kebelet Pak.. Saya mohon.. Entotin saya..”

“Ooh Bapak musti bayar berapa buat ngentotin Neng?” tanya Pak Jamal pura-pura,Clara kebingungan sesaat harus menjawab apa, sampai kemudian Clara berujar lirih.

“Ehh… gratis Pak.. Bapak nggak usah bayar.. saya sukarela kok,” kata Clara akhirnya.

“Hehehehe.. gratis ya? Jadi Neng sukarela ya? Bukan paksaan kan?” tanya Pak Jamal sambil tertawa pelan.

“Eh.. iya Pak.. saya nggak terpaksa..” jawab Clara tertahan.

“Sekarang buka bajunya.. Bapak kepingin lihat kayak apa sih pentilnya cewek kota..” perintah Pak Jamal kalem tapi menusuk hati, seolah memerintahkan seorang pelacur murahan saja.

“Jangan Pak.. jangan ..” Clara kembali terisak. Tapi Pak Jamal memaksanya dengan ancaman mengerikan, mambuat Clara tidak berani menolak lagi. Clara dengan gemetar mulai menjamah bajunya, dilepaskannya kancing-kancing bajunya satu persatu, diiringi tegukan ludah Pak Jamal. Perlahan-lahan tubuh bagian atas Clara tersingkap saat baju itu jatuh ke lantai.

“Uoohh.. muluss..” komentar Pak Jamal. Dia menatap liar ke tubuh putih itu. Terutama ke payudara Clara yang mencuat indah dan hanya tertutup BH berenda warna putih. Payudara itu terlihat sangat kencang dan montok, ukurannya terlihat lebih besar ketimbang saat Clara memakai baju. Sementara perut Clara terlihat ramping dan padat dan sangat rata, Clara memang termasuk hobi olah raga sehingga perutnya sangat kencang.

“Celananya juga.. celananya juga..”

Clara mulai menangis lagi mendengar perintah itu. Dia mulai melepaskan celana panjangnya lalu memelorotkan celana panjang itu. Sepasang paha putih berkilau langsung menjadi pemandangan yang sangat indah. Paha Clara benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang yang ramping. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih tertutup celana dalam putih berenda-renda.

“Sekalian kutang sama celana dalamnya dong Neng…” Perintah Pak Jamal datar. Clara terkesiap pucat. Clara tidak punya pilihan lain, dengan gemetar dia mulai meraih kait BH di bagian belakang punggungnya lalu perlahan BH itu merosot dari tempatnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di depan laki-laki tua itu, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna merah muda segar. Clara secara reflek menutupi payudaranya dengan kedua lengannya. Tapi Pak Jamal segera melarangnya.

“Siapa yang suruh menutupi, ayo sekarang copot itu celana dalam.”

Clara tidak mampu berbuat banyak, dia menurut dan memelorotkan celana dalamnya sendiri. Sekarang Clara sudah bediri telanjang bulat di hadapan Pak Jamal, satu-satunya yang masih melekat di badannya Cuma kalung dan jam tangannya. Clara berusaha sekuat tenaga menutupi bagian-bagian vital tubuhnya dengan kedua belah tangannya meskipun dia tahu usahanya sia-sia.

Pak Jamal berdiri mematung memelototi tubuh mulus Clara yang bugil di hadapannya sambil berdecak-decak penuh birahi.

“Astaga, bukan main mulusnya.. beda banget sama yang pernah Bapak bayangkan,” Pak Jamal menantap liar ke bagian payudara Clara yang polos. Kemudian Pak Jamal mendekati Clara, lalu tangan nakalnya mulai bergerilya di bagian-bagian tubuh Clara yang tidak tertutup selembar benangpun itu, tangannya meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Lalu perlahan Pak Jamal mulai menjamah payudara Clara dengan lembut dan mulai meremasnya pelan. Clara tersengat merasakan sentuhan tangan kasar itu di payudaranya. Sebuah sensasi aneh mulai melandanya, mambuat tubuhnya gemetar, darahnya seolah bergolak dan mafasnya perlahan mamburu tidak teratur.

Kemudian Pak Jamal mulai mencumbui payudara Clara, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang itu. Clara hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan sentyuhan bibir yang kasar itu pada kedua payudaranya. Clara menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Clara, tangan Pak Jamal juga memelintir-melintir puting payudara Clara dengan gerakan kasar. Belaian dan cumbuan Pak Jamal pada kedua payudara Clara membuat desakan sensasi di dalam tubuh Clara makin menggelora membuat Clara perlahan mendesah-desah dengan nafas tersengal.

tiba-tiba Pak Jamal memagut bibir dosennya itu dan melumatnya dengan kasar. Clara tersentak kaget, dia berusaha melepaskan ciuman itu, tapi Pak Jamal lebih cepat memegangi leher Clara dan membenamkan bibirnya di bibir Clara.

“Mmmhh…!” Clara sempat berontak selama beberapa saat namun ciuman dan belaian Pak Jamal pada daerah sensitifnya membuat dirinya seolah tidak bertenaga, tubuhnya mulai dikuasai oleh deskan libido membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Baru kali ini Clara melakukannya dengan laki-laki yang sama sekali jauh dibawahnya, tua gendut dan jelek, tapi Clara justru merasakan kenikmatan yang berbeda yang menggodanya untuk meneruskan lebih jauh.

Rangsangan dari dalam dirinya menyebabkan Clara menyambut ciuman Pak Jamal. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit. Sementara itu tangan Pak Jamal tetap meremas lembut payudara Clara, Clara sendiri sudah mulai berani mengelus punggung Clara. Dorongan birahinya yang menggelegak membuatnya diam saja saat Pak Jamal mulai membimbingnya dan membaringkannya di atas ranjang.

Perlahan belaian dan cumbuan Pak Jamal meluncur turun menyusuri perut Clara yang licin dan rata, sampai akhirnya wajahnya membenam di selangkangan Clara membuat Clara melenguh keras.

“Mmhh…eengghh…udah Pakk… ohhhh…. sshh…nanti ada yang lihat…!” desahnya merasakan kedua putingnya makin mengeras.

“Tenang saja Neng, disini aman kok, rumah ini jauh dari tetangga, kita bisa senang-senang sepuasnya..” Pak Jamal berujar lembut. Selanjutnya Pak Jamal kembali membenamkan wajahnya pada kemaluan Clara dan dengan rakus menjilati vaginanya. Tangan kirinya mengelusi paha dan pantatnya, terkadang jarinya iseng menyusup ke pantat Clara.

“Aahhh…Pak…aahhh…jangan !” Clara mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Pak Jamal menelusuri gundukan bukit kemaluannya

Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Pak Jamal untuk menjilatinya. Tubuh Clara seperti kesetrum ketika lidah Pak Jamal yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. Clara semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak karuan akibat jilatan Pak Jamal sehingga Pak Jamal harus memegangi kedua belah paha Clara.

“Pak…ahhh…oohh…..” desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Pak Jamal memainkan klitorisnya. Clara menjerit kecil setiap kali lidah Pak Jamal menyentuh klitorisnya, sementara tangannya juga bermain meremasi pantat Clara. Tubuh Clara sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah padam. Tapi Clara akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Pak Jamal dan menggerakkannya maju mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Clara tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang.

“OOHHHKKHHHH…. AHHHH…” Clara mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula cairan vaginanya muncrat keluar membasahi sprei. Tanpa sadar Clara mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas di atas ranjang. Ketika Clara memandang ke atas, dilihatnya wajah tua gelap pria itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kemenangan karena telah berhasil menaklukkan korbannya.

Perlahan Pak Jamal mulai memuka pakaiannya sampai bertelanjang bulat di depan Clara. Clara dengan jijik melihat sekilas penis Pak Jamal yang cukup besar berwarna hitam itu sudah mencuat siap untuk menembus vaginanya. Sekarang Pak Jamal merangkak ke atas tubuh Clara dan mengatur posisi kaki Clara hingga terkuak mengangkang seperti kodok. Kini di atas ranjang dua tubuh telanjang berlainan jenis dan kasta telah siap melakukan persetubuhan. Yang wanita adalah seorang gadis kota yang terbaring tak berdaya setelah dijebak dengan tubuh yang langsing, kulit putih mulus dan wajah cantik rupawan. Sedangkan si pria di atasnya yang siap menyetubuhinya adalah seorang Tuan tanah hidung belang yang gendut berwajah jelek.

Pak Jamal perlahan menindih tubuh bugil Clara, membuat Clara merasakan dadanya sesak deperti diduduki kuda nil. Dna perlahan Pak Jamal memajukan pinggulnya membuat ujung penisnya mendesak maju menerobos bibir vagina Clara. Clara langsung menjerit kesakitan ketika kepala penis Pak Jamal mulai membuka bibir vaginanya. Dia tidak pakai kondom, Clara takut dirinya akan hamil akibat persetubuhan ini, meski begitu dia hanya bisa pasrah.

“Aduuhh… pelan-pelan Paakk…” Clara merintih merasakan perih di vaginanya. Clara memang beberapa kali melakukan hubungan seksual dengan mantan pacarnya, namun penis Pak Jamal jauh lebih besar dari penis pacarnya membuatnya kesakitan.

“Hehehehehe.. sakit ya Neng? Pelan-pelan nanti juga enak kok..” kata Pak Jamal mengejek sambil terus berusaha memasukkan penisnya lebih dalam. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis Pak Jamal ke dalam vagina Clara. Saat itu airmata Clara meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya.

“Huhh…masuk juga akhirnya, tempiknya Neng seret banget, Bapak suka yang kaya gini.” katanya dekat telinga Clara.

Sesaat kemudian, Pak Jamal sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Clara benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali penis Pak Jamal menggenjot vaginanya. Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Clara sehingga matanya merem melek dan mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan.

Menit demi menit berlalu, Pak Jamal masih bersemangat menggenjot Clara. Sementara Clara sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah bajingan tua itu. Ketika memandang ke depan, dilihatnya wajah tua gelap pria itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya. Pak Jamal mengenyot payudara Clara sambil menikmati goyangan pinggulnya. Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian. Perlakuan Pak Jamal itu membuat gejolak di dalam tubuh Clara kembali menggelegak, tanpa sadar Clara memeluk Pak Jamal dan mereka berciuman dengan ganas seolah saling memakan satu sama lain.

Pak Jamal memacu tubuh telanjang Clara yang sekarang sudah mengkilap oleh keringat, tapi tidak menunjukkan akan selesai, sampai akhirnya setelah hampir 20 menit diperkalukan sedemikian rupa, badan Clara mengejang keras, kakinya menghentak-hentak, tangannya memeluk ketat kedua bahu Pak Jamal, matanya terpejam erat dan mulutnya sedikit terbuka menandakan Clara semakin mendekati orgasme.

“Aaaaaaaaaahhhhhhh… … ” teriak Clara keras sambil mengeraskan pegangannya pada bahu Lim. Clara mengalami orgasme yang sangat tinggi, kedua pahanya dirapatkan dan badannya mengejang keras untuk beberapa menit. Sungguh dahsyat orgasme yang didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia dapat dari kekasihnya melainkan dari seorang pria tua jelek.

Tapi Pak Jamal belum mau selesai, kali ini dia memaksa Clara berdiri dan menunggingkan pantatnya sementara kedua tangan Clara menekan kasur. Pak Jamal melebarkan kedua paha Clara membuat ruangan yang lebar di selangkangannya. Clara sekarang dalam keadaan berdiri, menungging 90 derajat dengan kaki terbuka lebar. kemudian Pak Jamal mulai memegang kedua bongkahan pantat Clara dan menguakkannya lebar-lebar, semantaranya jari-jari Pak Jamal menggesek-gesek dan mengocok liang vagina Clara.

“Aaaahhhhhhhhhhhhh…” Tiba-tiba terdengar rintihan lirihan Clara. Rupanya Pak Jamal mulai memasukkan penisnya yang besar ke dalam liang vagina Clara.

“Aahhkk…” teriak Clara ketika secara perlahan tapi pasti penis Pak Jamal masuk ke dalam vagina Clara.

“UUhhh… masih seret dan sempit aja nih…” kata Pak Jamal ketika seluruh penisnya sudah masuk ke dalam lubang vagina Clara.

Kemudian Pak Jamal mendorong badan Clara lebih ke bawah lagi, dan kedua tangan Clara menekan ranjang. Sekarang posisi Clara makin menungging dengan kedua tangannya berpegangan pada meja sofa, kepala tertunduk dan di lubang vaginanya terbenam seluruh penis Pak Jamal yang besar.

3 menit tidak ada pergerakan baik dari Pak Jamal maupun Clara, mereka seakan-akan sedang berpose dalam posisi seperti itu.

“Aaagg… aaggghhh… ” jerit pelan Clara ketika Pak Jamal mulai menarik penisnya secara perlahan dari lubang vagina Clara sampai tinggal kepala penis Pak Jamal yang masih terbenam dalam lubang vagina Clara.

“AAAAGGGHHHHHHH… ..” jerit Clara dengan keras ketika secara tiba-tiba dan kasar memasukkan kembali seluruh penisnya ke dalam lubang vagiannya.

Hal tersebut dilakukan Pak Jamal berulang-ulang. Pak Jamal menarik secara perlahan penisnya dari vagina Clara dan kemudian kembali memasukan penisnya dengan cepat ke dalam vagina Clara.

Setiap kali Pak Jamal secara perlahan menarik penisnya dari vagina Clara, terdengar jeritan kecil seperti desahan dari mulut Clara dan setiap kali Pak Jamal dengan kasar memasukkan penisnya kembali ke dalam vagina Clara terdengar jeritan keras Clara. Begitu kasarnya Pak Jamal memasukkan penisnya ke dalam vagina Clara, mengakibatkan setiap kali penis besar itu masuk ke dalam vagina Clara, Clara menjerit panjang, kepalanya terdongak ke atas dan kedua kakinya menjadi menjinjit karena dorongan Pak Jamal dari belakang. Pak Jamal kemudian memegang pinggul Clara dari belakang dan mulai mempercepat pompaan penisnya pada vagina Clara.

“Aahh… uuuhhh… aaaggghhh… uuuggghhhh….. ” terdengar jeritan Clara disertai deru napas Clara yang terengah-engah. Badan Clara terguncang-guncang keras maju mundur, kakinya terjinjit,tangannya dengan keras memegang pinggir meja, kedua payudaranya bergoyang cepat, kepala terdongak ke atas dan bibirnya terkatup rapat antara menahan sakit dan sensasi yang Clara rasakan dalam vaginanya.

“Aaahhh..uuhhhhh… aaahhhh… ” desahan keras Clara mulai terdengar manja. Rasa sakit pada vaginanya telah hilang dan digantikan oleh kenikmatan yang luar biasa. Vagina Clara yang tidak berbulu itu terlihat mengkilap, cairan kewanitaannya membanjiri vaginanya dan terus meleleh ke kedua paha dalamnya. Badan Clara mulai mengikuti irama permainan laki-laki tua itu. Rupanya Pak Jamal sudah sangat berpengalaman dalam mengerjai tubuh wanita. Clara yang baru berumur 23 tahun terlihat sekali belum berpengalaman dan kepayahan melayani permainannya.

Puluhan menit dikerjai oleh Pak Jamal ditambah orgasme yang datang bertubi-tubi dan silih berganti membuat Clara mabuk kepayang. Matanya menjadi sayu, racauan-racauan mulai keluar dari mulut Clara dan gerakan-gerakan tubuh Clara menjadi makin tidak terkendali menunjukkan betapa Clara menikmati permainan ini.

Kemudian Pak Jamal kembali merebahkan Clara di atas ranjang. Pak Jamal kemudian langsung menindih tubuh Clara sambil memompa penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Clara. Clara hanya bisa mengerang-erang merasakan kenikmatan pada vaginanya.

“Aaaaahhhh……. oohhhh…. aahhkkhhhh… ooohhhhh…..” teriak Clara sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-remas seprei kasur. Gerakan liar Calara membuat pak Jamal makin bernafsu. Pak Jamal semakin cepat memompa vagina Clara dengan penisnya. Kaki Clara terangkat ke atas memberikan kesempatan kepada Pak Jamal untuk terus memompa vaginanya dengan lebih cepat lagi.

“Aaahh…… oohhh… .” Clara mulai meracau dengan mata tertutup dan tangannya semakin keras meremas-remas seprei. sungguh adegan persetubuhan yang sangat menggairahkan dimana seorang pria setengah baya dengan perut buncit sedang menyetubuhi seorang wanita muda yang sangat cantik.

Tiba-tiba badan Clara mengejang, kedua kakinya dirapatkan menjepit pinggang Pak Jamal, tangannya memeluk erat leher Pak Jamal dan badannya terangkat cukup tinggi. Saat itulah Clara kembali mengalami orgasme.

AAAAHHHHHHHHHHKK…………….” Clara menjerit kuat-kuat melepaskan gejolak birahi yang sedari tadi menggedor tubuhnya selepas-lepasnya. Tubuhnya menggelepar-gelepar bagaikan ikan yang meloncat ke daratan, dia memeluk tubuh Pak Jamal dengan erat seolah tidak akan dilepaskan. Dan Pada saat yang bersamaan Pak Jamalpun tidak tahan lagi. Dengan erangan bagaikan seekor banteng, Pak Jamal melepaskan orgasmenya. Semburan spermanya begitu banyak mengisi rahim Clara. Pak Jamal akhirnya ambruk menindih tubuh Clara.

Setelah itu, karena penat, Pak Jamal bergeser ke sebelah Clara dan tertidur. Ada gurat kepuasan di wajahnya setelah berhasil merasakan bagaimana nikmatnya bersenggama dengan gadis kota yang cantik jelita seperti Clara. Sementara itu, Clara yang telah pulih kembali pikiran dan akal sehatnya yang sebelumnya tertutup oleh hawa nafsu hanya bisa menangis. Clara berusaha bangun dari ranjang tapi Pak Jamal melarangnya, dia menyuruh Clara tidur bersamanya dalam keadaan telanjang bulat. Clara terpaksa menurut karena ia tidak dapat lagi melawan. Lalu ia berbaring di samping Pak Jamal yang masih bugil hingga malam menjelang.

Sesekali di atas ranjang saat mereka tidur berdampingan, tangan Pak Jamal meremas payudara Clara yang tidak tertutup apa-apa itu. Clara pun selalu melepaskan tangan Tuan tanah mata keranjang yang gatal itu. Tapi karena kelelahan, tak lama kemudian, mereka berdua pun tertidur.

Clara tidak tahu berapa lama dia tertidur, saat terbangun tubuhnya terasa seperti baru saja dilindas rombongan gajah mengamuk. Sekujur badannya terasa seperti remuk dan nyaris tidak bisa bangun. Clara melihat dirinya masih dalam keadaan bugil. Bekas-bekas perkosaan masih ada pada sekujur tubuhnya. Sisa-sisa sperma Pak Jamal masih menempel di selangkangannya. Clara berusaha mencari pakaiannya, tapi tidak ada di kamar. Pakaiannya pasti sudah diambil oleh Pak Jamal. Maka Clara menarik seprei dari ranjang untuk menutupi tubuhnya yang telanjang bulat. Dengan tertatih-tatih Clara berjalan keluar kamar. Badannya yang penat dan letih mambuat Clara berusaha mencari kamar mandi, yang dia temukan di bagian belakang. Clara segera membuka kain yang melilit tubuhnya dan menyiramkan air dari bak mandi yang terasa menyegarkan. Clara teringat segala kejadian yang baru saja dialaminya. Perlahan air matanya kembali menetes. Clara menangis tersedu menyadari keadaan dirinya.

Setelah puas menumpahkan kesedihannya di kamar mandi, Clara merasakan tubuhnya segar kembali. Tapi ketika dia membuka pintu kamar mandi, betapa terkejutnya dia saat melihat ada Pak Jamal berdiri di depan pintu dengan cengar-cengir. Clara merasa Pak Jamal baru saja mengintipnya. Tapi belum sempat Clara bersuara, tiba-tiba Pak Jamal sudah menyeretnya ke ruangan tengah. Clara tidak berani berontak, pertama karena takut, kedua dia tidak mau kain yang dipakainya untuk menutup tubuhnya yang telanjang melorot.

“Neng Clara silakan kenalan dengan anak saya, Kirno” kata Pak Jamal sambil menunjuk ke arah seorang pemuda yang duduk di kursi panjang. Pemuda itu sama jeleknya dengan Pak Jamal, bahkan lebih jelek lagi. Badannya pendek dan gemuk serta agak bungkuk, membuatnya mirip seperti seekor gorila. Tampangnya mirip orang sinting karena sering terenyum sendiri, rambutnya tumbuh panjang dan tidak terawat. Mukanya yang hitam dan tebal ditumbuhi banyak jerawat besar-besar, sementara kumisnya yang jarang-jarang tumbuh tidak beraturan. Matanya besar dan terlihat mengantuk.

Kirno menatap tubuh Clara dari atas sampai ke bawah sambil menjilati bibirnya sendiri seolah sedang menaksir hewan ternak. Clara merasa jijik melihat tingkah Narto yang seperti orang sinting itu.

“Hallo Neng manis, hehehe wah beruntung banget lho saya bisa ketemu Neng. Soalnya Neng Clara cantik banget sih.. aku belum pernah bilang yah?” ujar Kirno mengomentari Clara. Clara merasa sebal mendengar ocehan Kirno yang tidak jelas itu. Dia segera menoleh kepada Pak Jamal

”Pak Jamal, apa maksudnya ini pak…?’ tanya Clara dengan suara bergetar antara muak bercampur takut.

“Hehehehehe… jangan marah begitu dong Neng yang cantik.” kata Pak Jamal kalem tapi nadanya membuat telinga Clara jadi panas.

“Neng Clara kan tadi habis gituan sama saya,’ kata pak Jamal tetap dengan nada kalem. “Sekarang giliran Neng begituan sama anak saya. Soalnya dia juga pengen ngerasain tempiknya cewek kota seperti Neng.”

Bagaikan disengat listrik, Clara tersentak dari tempat duduknya.

“Jangan Pak.. jangan.. Bapak tadi sudah janji saya Cuma ngelayani Bapak..” Clara terisak, wajahnya yang basah oleh air mata tampak memelaskan.

“Hehehehehe… Bapak kan nggak bilang begitu Neng,” Pak Jamal mengelak kalem. “Perjanjiannya kan Neng jadi piaraan saya, jadi saya boleh menyuruh Neng ngentot sama siapa saja yang saya ijinkan.”

Clara terpukul mendengar ucapan itu. Tubuhnya seolah tidak punya daya lagi. Pak Jamal benar-benar telah menjebaknya habis-habisan. Clara merasa kehidupannya benar-benar hancur.

“Bagaimana Neng? Neng Clara mau kan?” tanya Pak Jamal berlagak bodoh, padahal wajahnya menunjukkan seringai kemenangan.

“I… iya.. Pak.. sa.. saya mau diapain aja..” Clara menjawab sambil terisak.

“Hehehehehe… sekarang ayo Neng buka kainnya, hehehe”perintah Kirno sambil menyeringai menunjukan gigi–giginya yang berwarna kuning kehitam–hitaman itu.

Maka dengan amat terpaksa Clara membuka kain yang melilit tubuhnya, yang langsung menunjukan tubuhnya yang putih mulus, telanjang berdiri di depan Kirno dan Pak Jamal. Kirno langsung dapat melihat payudara dan kemaluan Clara yang telanjang.

“Astaganaga…” Kirno membelalak menatap tubuh putih mulus yang telanjang bulat itu, seolah sedang mimpi. “ Bukan main… putihnya.. mulusnya..” suara Kirno gemetar menahan ledakan birahinya. Kirno lalu membimbing Clara masuk ke dalam kamar. Kamar dimana sebelumnya Clara diperkosa oleh bapaknya, sambil sesekali menciumi pipi dan leher Clara. Clara merasa muak, tapi sekaligus juga bernafsu setelah habis habisan diperkosa oleh bapaknya, kini birahi Clara kembali naik saat giliran sang anak yang mengerjainya.

Sesampainya di kamar dan menutup pintunya, Kirno menyuruh Clara berlutut di hadapannya.

“Berlutut Neng.” Ujarnya sambil menekan pundak Clara memaksa Clara berlutut, Clara hanya bisa menurut.

“Sekarang Neng Clara ngemutin punya saya ya..” katanya pelan sambil membuka baju dan celananya. Sekarang hanya tersisa celana dalam saja yang dipakainya. Clara tersedak mendengar perintah Kirno yang datar itu.

“Mau kan Neng cantik?” tanya Kirno. Clara hanya mengangguk pelan.

“Eh, ditanya kok diem saja?” kata Kirno lagi. Clara menunduk antara malu bercampur geram dan takut.

“Ehh… ya Mas… saya mau ngemut punya Mas Kirno,” kata Clara tersendat. Lalu tangan Clara meraih selangkangan Kirno dari luar celananya. Dipijatnya bagian yang sudah menggelembung itu dengan lembut.

“Hehehe…udah nggak sabar yah Neng? Buka aja Neng, saya nggak keberatan kok.” Kata Kirno sambil menunjuk ke arah kemaluannya sendiri. Clara tertegun sesaat, lalu dengan gerakan pelan dia menurunkan celana dalm Kirno.

Clara tertegun melihat penis Kirno yang panjangnya sekitar 17 cm, hitam dan mengacung diantara pahanya yang besar dan berbulu. Clara pelan pelan mencengkeramkan tangannya menggenggam penis Kirno dan mulai menjilati kepala penisnya sesuai permintaan pria itu.

“Diisep ya Neng.” perintah Kirno yang langsung dituruti Clara dengan memasukkan penis itu ke mulutnya, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada penis itu.

Kirno melenguh nikmat merasakan kuluman Clara, tangannya menjulur ke bawah meraih buah dadanya yang menggantung. Kini titik-titik sensitif tubuhnya diserang habis-habisan membuat libidonya kembali naik. Kenikmatan itu diekspresikan Clara dengan semakin bersemangat mengulum penis Kirno, desahan halus terdengar di sela-sela oral seksnya.

“Oohh…iyahhh…terus Neng, enak banget… emut terus.” Kirno mengerang blingsatan karena sepongan Clara, dia meremasi rambut gadis itu sesekali juga payudaranya. Clara yang libidoya bangkit mulai bersemangat, dengan tangan dan mulutnya, penis Kirno dikocoknya kuat-kuat membuat pemuda itu mengejang-ngejang menahan kenikmatan. Tapi Kirno belum mau cepat-cepat keluar, dia menyuruh Clara berhenti. Kirno rupanya sudah ingin mencoba vagina Clara, disuruhnya Clara tidur telentang di atas ranjang, tempat tadi Clara diperkosa oleh bapaknya. Kirno mengangkat kedua kaki Clara sampai mengangkang. Setelah posisinya pas, Kirno merenggangkan kedua belah paha Clara dan menempelkan ujung penisnya pada bibir vagina Clara.

“Ooohh…!” desah Clara dengan tubuh bergetar ketika penis Kirno mulai memasukinya. Sementara itu Krino meletakkan tangannya di payudara Clara lalu mulai meremas-remas kedua belah payudra putih mulus itu.. Perlahan Kirno mulai memaju-mundurkan pantatnya. Clara mengerang kecil setiap kali penis Kirno mendsak vaginanya.

“Enak yah Non, kapan nih pertama kali ngentot ?” tanya Kirno menghentikan genjotannya dan remasan tangannya dari payudara Clara.

“Dulu… aaahhhh di… SMU… hhhmmmhh…tujuh… aah… belas tahun.” Jawab Clara dengan merintih-rintih nikmat.

“Sekarang udah ada pacar Non?” tanya Kirno lagi sambil memelintir putingnya.

“Lagi nggak…aahhh…aahh…punyaahhh oohhh..…enakh.. aahhkhh !” Clara mengerang menahan sensasi yang meleadakkan tubuhnya dari dalam.

“Kalau begitu Neng mau nggak jadi pacar saya? Nanti kita bisa ngentot tiap hari.” tanya Kirno lagi diiringi satu desakan kuat penisnya di vagina Clara, membuat Clara tersentak.

“Ahhhkhh.. mauuu… ahhhhh…. ooooohhh….” Clara tanpa sadar mendesah penuh nikmat.

Mendengar hal itu Kirno makin liar menggenjot vagina Clara. Hampir sepuluh menit lamanya vagina Clara digenjot. Kirno yang menindihnya menaik-turunkan tubuhnya sambil menciumi lehernya. Rasa nikmat itu diungkapkan Clara lewat desahannya, sesekali dia menggigiti jarinya sendiri, perlahan kedua tungkainya mulai melingkari pinggang Kirno seolah meminta ditusuk lebih dalam lagi. Kirno meningkatkan frekuensi genjotannya sambil melenguh nikmat merasakan seretnya vagina yang menghimpit penisnya.

Setelah duapuluh menit, Kirno meminta Clara untuk menungging seperti seekor anjing. Pantatnya diangkat sehingga lebih tinggi dari kepalanya. Lalu dari arah belakang Kirno kembali mendesakkan penisnya ke dalam vagina Clara sambil meremas-remas pantatnya. Clara tidak berdaya menahan sensasi yang ditimbulkan dari setiap sodokan penis Kirno, membuatnya menggeliat dan merintih sensual. Hal itu membuat Kirno makin bersemangat menggenjotkan penisnya sampai tubuh bugil Clara tersentak-sentak maju-mundur. Dorongan seksual dari dalam diri Clara kembali menggelegak membuat tubuhnya mengejang kuat sekali. Dan pada saat mendekati klimaks Clara tiba-tiba bergerak dengan liar mengimbangi genjotan Kirno.

“AHHHHH……… AHHHH………” Clara mengerang keras sambil menggeliat liar, tubuhnya menegang, tangannya mencengkeram kasur dengan kuat dan kemudian perlahan mengendur lagi lalu melemas kehabisan tenaga, rupanya Clara kembali mengalami orgasme yang kali ini bahkan lebih dahsyat dari orgasme sebelumnya. Tapi rupanya Kirno belum merasa puas, dia membalikkan tubuh bugil Clara yang terengah-engah sehingga kebali terlentang di ranjang. Bagian vagina Clara terlihat mengalirkan lendir. Kirno lelu mengangkat kedua paha Clara dan membukanya lebar-lebar ke samping, dengan memegangi kedua pergelangan kaki Clara Kirno kembali mengarahkan penisnya ke vagina Clara yang terkuak lebar, Clara menggeliat saat vaginanya kembali dimasuki oleh penis Kirno, tapi dorongan seksual sudah menguasai Clara, dia diam saja ketika Kirno mulai kembali menyetubuhinya, bahkan kembali mendesah-desah penuh kenikmatan saat Kirno menyodok-nyodokkan penisnya.

Clara sangat tidak berdaya menghadapi setiap genjotan penis Kirno, dia memilih untuk menyerahkan ketotalan kepasrahan dirinya untuk diapakan saja oleh Kirno, untuk di garap habis–habisan dan kepasrahan itu membuat Clara kembali merasakan orgasme membuat tubuhnya kembali menegang, melihat Clara kembali orgasme Kirno semakin keras saja mengenjot vagina Clara, ia memompa Clara habis habisan

“Argggghhhh emmhhh oohhh yeahhhh yeahhhhhh yahhhh…. enak banget nih…. oooiiiii ahhhh… ahhh ahhhhhh….” teriak Kirno. Tubuh Kirno menegang dan akhirnya semburan spermanya memenuhi rongga vagina Clara.

Clara terkapar lemas di ranjang, tubuhnya yang putih mulus basah kuyup oleh keringat membuat tubuh bugil itu berkilau. Nafasnya naik turun membuat payudaranya ikut naik turun menggairahkan.

Semula Clara merasa lega saat Kirno menyudahi perkosaan pada dirinya. Tapi ternyata penderitaannya belum selesai. Pak Jamal tiba-tiba menyerbu masuk ke dalam kamar. Rupanya sedari tadi Pak Jamal ikut mengintip dari pintu yang sengaja tidak dikunci.

“Astaga, enak sekali tempik cewek kota.” Kata Kirno pada bapaknya. “Bapak memang pintar memilih.”

“Neng Clara ini sekarang sudah jadi piaraanku… jadi gundikku, dia tidak akan lagi bisa lepas dariku.” Jawab Pak Jamal sambil tertawa. Kirno juga tertawa.

“Mau lihat buktinya?” Pak Jamal yang juga sudah bugil itu memanggil Clara dengan isyarat tangannya. Clara dengan gemetar bangkit dan mendekati Pak Jamal dengan campuran antara malu dan takut. Pak Jamal lalu berbaring terlentang sehingga penisnya yang sudah tegang mangacung bak tiang bendera.

“Ayo Neng, sekarang tancepin kontol Bapak ke tempiknya Neng.” Perintah Pak Jamal. Clara hanya bisa pasrah. Dia berlutut mengangkangi penis Pak Jamal. Vaginanya tepat diarahkan ke penis Pak Jamal.

“Ayo Neng.. cepat!” Pak Jamal tidak sabar. Clara perlahan menurunkan pantatnya, membuat penis Pak Jamal perlhana mendesak maduk ke dalam liang vaginanya. Vagina Clara yang sudah basah itu tidak kesulitan menampung penis Pak Jamal.

“Ehhkk…” Clara mengerang kecil merasakan vaginanya kembali penuh. Clara tahu apa yang harus dia lakukan. Perlahan Clara mulai menggerakkan pantatnya naik turun membuat penis Pak Jamal yang membenam di dalam vaginanya terkocok keluar-masuk. Pak Jamal merem melek merasakan nikmatnya jepitan vagina Clara. Lama lama Clara mulai mempercepat goyangan pantatnya sehingga sekarang yang terdengar hanyalah suara kecipak akibat gesekan dua alat kelamin yang bersatu diiringi desahan-desahan erotis Clara.

“Hehehehehe… pintar.. Neng memang pintar,” ujar Pak Jamal sambil tangannya sibuk menjamahi payudara Clara. Clara makin tidak terkendali, gerakannya makin liar. Lalu Pak Jamal menarik tubuh Clara sehingga dada Clara berhimpit dengan dadanya dan memeluk Clara dengan erat. Tiba-tiba Clara merasakan ada tangan yang menjamah pantatnya. Clara bergetar, dilihatnya Kirno mulai membuka belahan pantatnya. Clara gematar mengetahui apa yang akan dilakukan Kirno.

“Jangan! Jangan di situ! Ampun… jangan disitu..” Clara menjerit saat Kirno mengarahkan penisnya di lubang anusnya.

“Diam cerewet!’ Kirno membentak. Clara menangis tersedu saat dirasakannya sebuah kepala penis mendorong tepat di liang anusnya yang kecil dan rapat.

“Jangaann!” Clara melolong ketika penis Kirno mulai menembus masuk anusnya senti demi senti. Dengan satu dorongan final, penis Kirno terbenam seluruhnya dalam anus Claraa.

“Aaarrhhkkhh!” Clara menjerit merasakan sakit di pantatnya. Kirno diam selama bebarapa menit membiasakan Clara merasakan penisnya. Kemudian ditariknya penisnya keluar pan-pelan membuat Clara meringis, antara kesakitan dan nikmat.

Kemudian bapak dan anak itu mulai secara kompak memompa penisnya masing keluar masuk vagina dan lubang pantat Clara. Pompaan mereka semakin lama semakin cepat, membuat tubuh Clara tergoncang-goncang. Kepala Clara bergoyang tidak beraturan karena nikmat yang dirasakannya. Kedua payudara Clara dijilati oleh Pak Jamal dari bawah sedangkan kedua tangannya sibuk memainkan puting payudara Clara seperti orang mencari signal radio.

Rupanya tidak seperti sebelumnya, kali ini bapak dan anak itu ingin mempermainkan Clara lebih jauh. Ketika Clara hampir orgasme, mereka memelankan pompaan mereka pada mulut, vagina dan lubang pantat Clara, bahkan kadangkala menghentikannya atau bahkan menekan keras penis di lubang pantat dan vagina Clara dan menjambak rambut Clara dengan keras sehingga Clara tidak jadi orgasme.

Hal itu membuat Clara semakin liar dan semakin tidak bisa mengontrol dirinya. Erangan-erangan Clara semakin keras, badan dan kepala semakin bergoyang-goyang tidak beraturan Clara terlihat sekali berusaha melayani bapak dan anak itu itu dengan sebaik-baiknya, Clara berusaha sekuat tenaga membuat mereka terangsang dan menikmati permainan ini.

Namun ternyata kedau bapak anak itu sudah sangat pengalaman itu tidak membiarkan diri mereka cepat hanyut dan tidak membiarkan Clara untuk orgasme.

“Ammmpunn..egggghhh… .ampun…..” erang Clara keras, namun harapannya tinggal harapan, karena mereka masih ingin mempermainkan Clara dalam waktu yang lama.

Dua jam Clara digarap habis oleh kedua pria bejat itu. Dua jam pula Clara memohon-mohon untuk dibiarkan orgasme. Mata Clara sudah sayu dan merem melek menerima kenikmatan yang rasanya tidak ada akhirnya. Badannya bergoyang erotis mengikuti setiap genjotan penis pada vagina dan lubang pantatnya.

Terlihat sekali Clara sedang menikmati permainan tersebut, Clara menjadi tidak peduli dengan sekelilingnya. Clara sudah tidak mempedulikan lagi bahwa dirinya sedang diperkosa. Clara menggelinjang liar dan erotis, tubuhnya dibiarkan mengikuti apa mau bapak dan anak itu.

Tiba-tiba, tanpa melepaskan penisnya dari dalam lubang pantat Clara, Kirno menelentangkan dirinya di karpet sambil ikut menarik tubuh Clara sehingga penis Pak Jamal lepas dari vagina Clara. Sekarang tubuh Clara terlentang di atas tubuh Kirno dengan penis tetap tertancap di lubang pantatnya. Kedua kaki Clara terbuka lebar ditarik oleh kaki Kirno ke arah luar dan kedua tangan Clara diangkat ke atas ke samping kiri kanan kepalanya.

Kirno memegangi kedua tangan Clara di sekitar ketiak Clara, kedua kakinya yang mengait kedua kaki Clara ke arah luar, membuat Clara menjadi mengangkang sangat lebar. Dada Clara membusung karena tertkan perut Kirno. Melihat pemandangan yang sangat menggairahkan itu Pak Jamal segera berlutut dihadapan selangkangan Clara. Clara yang kedua tangan dan kakinya yang sudah tidak dapat bergerak karena pegangan dan kaitan tangan dan kaki Kirno hanya bisa melihat penis Pak Jamal menerobos ke dalam vaginanya.

“Aaaggg… aahhggggh… aaahhggggh…. oooohhhhhhhh..” erang Clara kenikmatan ketika Pak Jamal dan Kirno mulai memompa penisnya masing-masing dalam vagina dan lubang pantat Clara dengan keras.

“Apa Neng mau dihamili sama saya? Tanya Pak Jamal tiba-tiba.

“Mau…… eeeggghhhhh… .aagghhhhh…. Clara mau……ugghhhh…” jawab Clara.

Mendengar itu Kirno menarik lengan Clara makin ke atas, sehingga dada Clara semakin membusung. Dan dengan kompak Kirno dan Pak Jamal memompa vagina dan lubang pantat Clara dengan sangat cepat.

Pak Jamal memompa vagina Clara dari atas dengan sangat cepat dari atas, sambil menjilati dan menggigit puting payudara, seluruh dada Clara sampai ketiak Clara yang terbuka lebar tidak luput dari jilatan dan gigitannya, sedangkan Kirno memompa lubang pantat Clara dari bawah dengan sangat cepat sambil mulutnya menjilati dan menggigit leher Clara yang jenjang.

“Aaaahhh… ahhhhhhhhh…..” Clara hanya bisa mengerang-ngerang keras kepalanya terdongak ke belakang, mata Clara terpejam dan giginya menggigit bibirnya sendiri.

Setengah jam Pak Jamal dan Kirno memompa keras vagina dan lubang pantat Clara. Ruangan tersebut menjadi hingar bingar oleh suara erangan dan rintihan nikmat Clara serta dengus napas Kirno dan Pak Jamal. Mereka bertiga seakan-akan sedang dalam suatu perlombaan mengejar garis finish yang sudah dekat.

Tiba-tiba badan Clara mengejang keras, Mulut Clara terbuka lebar badannya menggeliat keras, kedua kakinya yang dikait kaki Pak Jamal bergetar hebat dan kedua tangannya meraih dan meremas-remas karpet dengan kuatnya.

“AAAAAAAAAGGGGGGGGGGGGGGGGGGGH……” Clara menjerit kuat-kuat pada saat orgasme yang sudah ditunggu-tunggunya berjam-jam akhirnya datang juga.

Bersamaan dengan itu Pak Jamal juga menekan keras penisnya ke dalam vagina Clara dari atas dan Kirno menekan keras penisnya ke dalam lubang pantat Clara dari bawah.

“AAGGHHHHHHHH… ” Lenguh Pak Jamal dan Kirno bersamaan, sambil memuncratkan spermanya masing-masing ke dalam vagina dan lubang pantat Clara

Mereka bertiga mengalami orgasme yang sangat panjang, sampai akhirnya tubuh Kirno rubuh ke atas tubuh Clara, sehingga Clara terjepit ditengah-tengah. Ketiganya terkulai lemas dengan nafas memburu seperti baru saja menyelesaikan lari marathon puluhan kilometer jauhnya.

Kedua pria bejat itu merasa sangat puas bisa melampiaskan nafsu seksualnya pada gadis kota yang secantik Clara. Bagi mereka, bisa menyetubuhi Clara ibarat mimpi yang jadi kenyataan. Mereka sering melampiaskan nafsu seksualnya pada beberapa wanita desa yang menjadi gundik mereka, tapi mereka merasakan perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan semua wanita desa yang pernah mereka gauli selama ini. Sensasi kenikmatan yang didapatnya dari vagina Clara membuat membuat mereka ketagihan. Yang mereka inginkan saat ini adalah bagaimana agar menikmati tubuh yang mulus dan seksi itu sepuas-puasnya sesering yang mereka bisa. Berbagai rencana sudah ada di dalam otak mereka yang bejat. Apalagi saat ini mereka telah berhasil menjebak Clara dalam sebuah jerat mematikan yang akan membuat Clara menuruti apapun yang mereka inginkan.
-------------------

1 komentar:

  1. saya bingung dengan alur ceritanya.
    1. Rumah itu
    cukup besar meski terkesan tidak terawat. Diding
    rumahnya terbuat dari bata yang belum dipoles,
    menampakkan batu bata merah yang saling
    bersambungan.
    Vs “Perlu Neng ketahui, Jono dan orang tuanya
    sebetulnya punya hutang pada Bapak. Sangat besar,
    sampai-sampai tidak akan mungkin dibayar oleh
    mereka Bahkan jika mereka bekerja seumur hidup
    pada Bapak.” katanya orang trkaya didesa, kok rumahnya masih bata merah???
    Trus ada lagI
    tiba-tiba Pak Jamal memagut bibir dosennya itu dan
    melumatnya ini cerita dosen vs mahasiswi atau maha siswi dengan orang trkaya didesa??
    Satu lagi tambahan...
    Tiba-tiba, tanpa melepaskan penisnya dari dalam
    lubang pantat Clara, Kirno menelentangkan dirinya di
    karpet sambil ikut menarik tubuh Clara sehingga
    penis Pak Jamal lepas dari vagina Clara. Sekarang
    tubuh Clara terlentang di atas tubuh Kirno dengan
    penis tetap tertancap di lubang pantatnya. Kedua kaki Clara terbuka lebar ditarik oleh kaki Kirno ke
    arah luar dan kedua tangan Clara diangkat ke atas ke
    samping kiri kanan kepalanya.
    Vs
    Mereka bertiga mengalami orgasme yang sangat
    panjang, sampai akhirnya tubuh Kirno rubuh ke atas
    tubuh Clara, sehingga Clara terjepit ditengah-tengah.
    Ketiganya terkulai lemas dengan nafas memburu
    seperti baru saja menyelesaikan lari marathon
    puluhan kilometer jauhnya.
    Katanya kirno pindah ke posisi bawah, kok endingnya bisa di atas ya??? :D
    Hanya komen y min...
    Mohon penjelasannya.... :D

    BalasHapus