Laman

Rabu, 17 Agustus 2011

Malapetaka KKN: Pelanggar Adat

Juli 3, 2007

Hampir semua orang di desa itu setuju kalau para mahasiswa dan mahasiswi yang datang ke desa mereka dalam rangka Kuliah Kerja Nyata berasal dari kalangan berada, terbukti dengan dandanan dan gaya mereka yang sangat tidak lazim di tengah-tengah kehidupan penduduk desa yang rata-rata adalah petani. Dari sekian banyak mahasiswa dan mahasiswi itu, terdapat enam mahasiswi yang paling cantik di antara yang cantik. Mereka adalah Asty, Bella, Clara, Lia, Alya dan Fanny. Bisa dilihat secara kasat mata kalau mereka berenam berasal dari kalangan berada. Selain wajah mereka yang cantik, tubuh dan kulit merekapun sangat terawat ditambah dandanan mereka yang selalu bagus dan rapi. Merekapun rata-rata sudah punya pasangan yang juga berasal dari kalangan kaya.
Kehidupan desa yang sepi dan jauh dari peradaban rupanya tidak cocok bagi mereka, terbukti setelah sepuluh hari mereka di sana, mereka sudah banyak mengeluh, mulai dari makanan, air sampai toilet yang jorok. Apalagi desa itu tampaknya masih terikat tradisi bahwa berdua-duaan antara pria dan wanita dianggap sebagai pelanggaran adat. Mereka sudah terbiasa dengan pergaulan bebas tidak tahan menghadapi kehidupan yang serba terisolir dan terbatas di desa yang sering mereka sebut primitif itu. Beberapa dari mereka – atau bisa juga semuanya – secara sembunyi-sembunyi kadang berusaha menemui pacar-pacar mereka dengan berbagai macam cara.

Asty

Pagi itu Asty terlihat berdandan lengkap dengan make-up yang terlihat rapi membuat wajahnya yang cantik menjadi lebih memesona. Asty bisa dibilang sempurna untuk ukuran wanita. Tingginya yang 170 cm didukung dengan bodi ramping tapi padat membuat banyak pria mengaguminya, rambutnya panjang ikal hitam biasanya dikuncir ekor kuda kali ini dibiarkannya tergerai dan hanya diberi bando putih, terlihat kontras dengan rambutnya yang tebal berkilat. Kakinya yang padat dan langsing terbalut celana panjang jins ketat membentuk lekukan tubuh yang nyaris sempurna.

“Rapi amat lo,” Tegur temannya yang sedang duduk di ruangan tengah ketika melihat Asty. “Ada janjian sama Alex ya..?” celetuknya.

“Elo mau tahu aja..” Asty nyengir memamerkan sederet gigi yang rapi dan putih. “Udah gak tahan nih.. masa gak bisa ngapa-ngapain di sini, bosan, kan…?”

Temannya hanya mencibir dangan mimik lucu.

“Entar bilang aja Gue ada janji sama Alex..” kata Asty ambil lalu. Temannya hanya sempat mendengar kata terakhirnya karena Asty sudah keburu pergi dengan gerakan cepat.

Asty bergegas menuju ke tempat dimana Alex menginap. Beberapa orang penduduk desa yang lewat menyapanya kalem, meskipun terlihat jelas beberapa pria memelototi wajah dan tubuhnya yang seksi. Asty hanya menjawabnya sekilas tanpa memedulikan tatapan mereka. Bersama Alex pacarnya, Asty pergi berduaan dengan sedapat mungkin menghindari bertemu penduduk desa. Mereka berjalan menuju ke hutan di pinggiran desa. Sebuah hutan kecil tapi cukup lebat dan sunyi.

“Udah Lex.. jangan jauh-jauh, entar kita kesasar..” kata Asty setelah masuk agak ke dalam. “Lagian ngapain sih elo ngajakin gue ke tempat ini?”

Asty memandang ke sekeliling. Mereka berada di tepi sebuah sungai kecil yang berair jernih. Sekelilingnya ditumbuhi rumput dan ilalang tinggi menciptakan sebuah tanah lapang berwarna hijau, memisahkan deretan pohon dan sungai yang berkelok.

“Di sini nih..” kata Alex sambil tersenyum aneh menatap Asty.

“Di sini apaan..?” Asty bergumam tanpa memandang Alex.

“Tempat yang pas buat pacaran..” Alex tertawa kecil. Dia lalu berjalan mendekati Asty yang masih memunggunginya lalu perlahan memeluknya dari belakang.

“Uhmm…” Asty mendesah saat Alex mendaratkan ciuman kecil ke tengkuknya. Udara yang masih dingin membuat kuduk Asty meremang.

“Gimana Sayang..? Tempat ini ideal kan..?” Alex kembali menciumi tengkuk Asty, lalu menyusuri leher dan pundaknya dengan sentuhan bibirnya.

“Ohhh..” Asty mendesah. “Elo kalau urusan kayak gini paham banget..” Asty menggeliat kecil sambil memegangi pinggang Alex. Alex dengan sigap membalikkan tubuh Asty sehingga mereka berdekapan satu sama lain. Tanpa menunggu ijin dari Asty, Alex langsung melumat bibir Asty yang merah segar dengan gerakan ganas. Asty membalasnya dengan ciuman mesra. Selama hampir satu menit bibir mereka saling beradu seolah dilekatkan oleh lem yang begitu lengket.

“Oh.. mmh.. gak sabaran amat sih Sayang..” Ujar Asty sambil mendesah di tengah pergulatan bibir yang seru itu. Dia mencengkeram rambut Alex dan menekankan wajahnya ke wajahnya sendiri.

“Sudah sepuluh hari nih.. Gue udah ngebet tahu..’ Alex membalas perlakuan Asty dengan cara yang sama. Pergulatan bibir it uterus berlanjut sampai keduanya menjatuhkan diri di rerumputan dan bergulingan sambil tubuh dan bibir masih melekat satu sama lain. Saking serunya bergumul, mereka tidak menyadari kalau aksi mereka sedang diintip oleh tiga pasang mata yang melotot sambil panas dingin menahan gejolak menggebu.

Pergulatan Alex dan Asty makin seru. Mereka bahkan mulai melucuti pakaiannya masing-masing hingga nyaris telanjang. Ketiga pasang mata yang mengintip itu langsung melotot ketika melihat Asty yang sekarang hanya tinggal memakai Bra dan celana dalam saja. Tubuhnya terlihat begitu mulus dan putih. Payudaranya yang tidak begitu besar terlihat padat di balik Bra tipisnya sehingga terlihat jelas puting susunya. Pinggangnya yang kecil berakhir pada pinggul yang bulat terlihat begitu menggairahkan sementara selangkangannya yang masih tertutup celana dalam berenda warna putih membayang jelas pada belahan vaginanya.

Alex yang sudah dikuasai nafsu tanpa menunggu langsung mendekap dan menindih tubuh putih mulus Asty yang setengah telanjang sambil terus melumat bibir Asty dengan gerakan lembut.

“Wah.. wah.. Wah.. lihat siapa ini..?” terdengar suara bernada mengejek dari atas mereka.

Bak disambar geledek keduanya langsung melompat dan saling menjauh dengan sekujur tubuh gemetar sebagai campuran reaksi antara kaget, marah, malu dan takut sekaligus. Betapa terkejutnya mereka, tahu-tahu tiga orang lelaki bertampang kasar sudah berdiri di dekat mereka. Asty dan Alex mengenal ketiganya. Ketiganya adalah mantri hutan setempat, yang satu bernama Pak Arman, pria kekar dan bercambang lebat yang merupakan Mantri kepala, yang satu lagi bertampang mirip pemadat, kurus kering dengan wajah pucat menyeringai menyebalkan, sering disapa dengans sebutan Pak Man, dan yang terakhir bertubuh hitam gemuk agak tua dengan rambut beruban di banyak tempat, dia Pak Johan. Secara refleks Asty mendekap bagian dadanya yang hanya berbalut Bra tipis. Sementara bagian bawahnya yang hanya tertutup celana dalam bebas dipelototi oleh ketiga mantri hutan itu.

“hehehehe.. orang kota suka seenaknya saja..” kata Pak Arman sambil melirik ke bagian bawah tubuh Asty yang nyaris telanjang. Asty beringsut dan mencoba menutupi tubuhnya dengan tangan dengan usaha yang nyaris sia-sia karena tangannya terlalu kecil untuk menutupi tubuhnya.

“Ma.. maaf Pak.. kami khilaf..” Alex berujar terbata-bata karena takut dan malu.

“Iya Pak.. maafkan kami..” Asty memohon dengan suara memelas. Wajahnya yang semula putih sekarang berubah kemerahan karena malu dan takut.

“Heheheh.. soal minta maaf itu mudah, tapi karena kalian sudah melanggar aturan adat maka kalian harus dihukum,” Pak Arman berujar lantang dan datar mencoba menyembunyikan kondisi dirinya yang menahan gejolak melihat tubuh Asty yang putih mulus nyaris telanjang itu.

“Jangan Pak.. jangan hukum kami..” Asty kali ini nyaris menangis saking putus asanya.

“Iya Pak.. jangan hukum kami, kami akan bayar berapapun..” Alex menambahi dan berharap kata-kata terakhirnya merupakan senjata ampuh untuk menghindari hukuman. Tapi harapannya langsung menguap saat Pak Arman menanggapi dingin.

“Dasar orang kaya, kalian pikir semua bisa diselesaikan pakai uang begitu..?” Pak Arman membentak, membuat tubuh Asty seolah menciut ke ukuran botol.

“Sekarang ayo ikut kami!” kembali Pak Arman membentak.

Dengan ketakutan kedua orang itu menurut. Asty mencoba memungut bajunya yang bertebaran, Pak Arman yang melihatnya langsung melotot.

“Siapa yang suruh kamu pakai baju? Kalian tidak boleh pakai baju!” bentaknya. Asty kaget bukan kepalang. Matanya mulai berkaca-kaca karena ketakutan. Dilemparkannya kembali bajunya ke atas rerumputan. Lalu dengan keadaan nyaris bugil, Anie dan Alex digiring masuk lebih jauh ke dalam hutan. Mereka sengaja diajak berjalan berputar-putar supaya bingung kalau mencoba melarikan diri.

Rasanya sudah berjam-jam mereka masuk ke dalam hutan. Rasa takut, ditambah haus dan lapar membuat Asty dan Alex makin tersiksa, apalagi di sepanjang perjalanan berkali-kali tangan usil para mantri hutan itu juga sibuk meraba dan mencubiti bagian-bagian tubuh Anie yang terbuka. Pantat Asty yang mulus dan sekal menjadi bagian yang paling favorit bagi tangan para mantri hutan itu. Diperlakukan demikian Asty hanya bisa menahan tangis dan rasa ngerinya.

Mereka kemudian sampai di sebuah pondok kayu kecil, tapi kokoh karena terbuat dari kayu-kayu gelondongan. Anehnya mereka tidak mambawa Asty dan Alex masuk ke dalam pondok kayu itu. Mereka justru mengikat Alex pada sebuah pohon. Alex berusaha meronta tapi menghadapi tiga pria yang jauh lebih kuat darinya perlawanannya hanyalah usaha yang sia-sia.

“Nah.. Nona yang cantik.. sekarang waktunya kalian harus menerima hukuman dari kami..” ujar Pak Arman sambil matanya menyapu ke sekujur tubuh putih mulus Asty yang berdiri hanya mengenakan Bra dan celana dalam.

Asty diam saja seolah menunngu vonis yang akan dijatuhkan.

“Hmm.. hukumannya apa ya..” Pak Arman bergumam tidak jelas seolah bertanya pada dirinya sendiri.

“Ah iya… Nona Asty, hukuman buat Nona yang pertama adalah menari buat kami.. tapi dengan catatan, sambil menari, Nona harus buka kutang sama celana dalam Nona…” kata Pak Arman datar, nyaris tanpa emosi. Asty tersentak, seketika tubuhnya gemetar..

Asty terkesiap, dia tidak mengira akan dipaksa melakukan tarian telanjang. Tubuhnya gemetar karena shock, dia hanya menggelengkan kepalanya sambil menahan tangis yang setiap saat siap meledak.

“Jangan!” Bukan Asty yang berteriak tapi Alex yang masih terikat di pohon. “Asty cepat lari! Cepat lari!”

“Diam tolol!” Pak Johan yang berdiri di dekat Alex langsung meninju perut Alex. Pak Johan lalu menyumbat mulut Alex dengan secarik kain kotor.

“Heheheh.. Kamu juga boleh melihat kok pacar kamu menari bugil, kamu pasti senang deh..” Pak Johan menyeringai licik.

“Hehehehe.. “ Pak Arman menyeringai. “Kalau mau lari juga tidak apa-apa, paling-paling Nona hanya akan bertemu macan di sekitar sini. Lagipula tidak ada yang tahu tempat ini selain kami.”

Asty gemetar ketakutan, bendungan air matanya yang sedari tadi bertahan akhirnya jebol, sebutir kristal bening mulai mengaliri pipinya yang mulus. Asty tahu dia tidak punya pilihan lain, dia memang tidak tahu jalan pulang, ditambah kemungkinan benar ucapan Pak Arman tentang harimau yang masih berkeliaran. Asty menggelengkan kepalanya kuat-kuat mencoba pasrah.

“Bagaimana Non..?” Pak Arman bertanya datar. Asty diam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Tawa ketiga mantri hutan itu langsung meledak penuh kemenangan.

“Horee.. Asiik.. hari ini kita bakal dapat tontonan bagus, jarang lho ada cewek kota secantik Non mau menari bugil buat kami,” kata Pak Man – yang dari tadi diam saja – dengan nada dibuat-buat.

Asty menunduk sambil menggigit bibirnya menahan malu dan takutnya yang makin memuncak.

“Tunggu dulu, pakai musik dong..” kata Pak Arman, dia lalu masuk ke pondokan dan keluar lagi membawa sebuah tape recorder kecil bertenaga batere. Ketika disetel, alunan musik dangdut mulai bergema di sekitar tempat itu.

“Nah.. ayo dong Non.. mulai goyangnya..” kata Pak Arman mengimbangi suara musik yang lumayan keras.

Asty mencoba tersenyum. Dia lantas mulai menggoyangkan tubuhnya yang setengah bugil itu dengan gerakan gerakan erotis. Tangannya diangkat ke atas lalu pinggulnya digoyang-goyangkan membuat seluruh tubuhnya berguncang. Seketika mereka bertiga bersuit-suit melihat goyangan pinggul dan pantat Asty.

“Buka kutangnya! Buka! Kami mau lihat pentilnya,” teriak mereka sambil terus memelototi Tubuh Asty yang bergoyang erotis. Asty lalu perlahan mulai melepas Bra yang menutup payudaranya lalu melemparkannya ke tanah. Payudara Asty sekarang tergantung telanjang begitu putih mulus dan kencang. Payudara itu berguncang seirama gerakan Asty. Melihat payudara yang begitu mulus itu telanjang, Ketiga mantri hutan itu makin liar dan berteriak meminta Asty membuka celana.

Asty dengan sesenggukan mulai memelorotkan celana dalamnyanya dan melemparkannya ke tanah, Sekarang Asty sudah sempurna telanjang bulat di hadapan ketiga mantri hutan yang memelototinya dengan penuh nafsu, Asty meneruskan tariannya dengan berbagai gaya yang diingatnya. Ketiga mantri hutan itu paling suka saat Asty melakukan goyang ngebor ala Inul dan goyang patah-patah. Pantatnya yang montok dan mulus bergoyang-goyang secara erotis. Sesekali Asty juga berpura-pura melakukan onani dengan meremas payudaranya sendiri sambil merintih-rintih dan mendesah-desah seperti orang yang terangsang nafsu seksualnya.

Selama hampir satu jam Asty menghibur ketiga mantri hutan itu dengan tarian bugilnya, tubuhnya sampai basah karena keringat membuat tubuh yang putih mulus itu terlihat berkilat-kilat. Acara itu baru selesai setelah Pak Arman menyuruhnya berhenti.

“Hehehehe… Ternyata Nona pintar juga narinya.. kami jadi terangsang lho..” kata Pak Arman sambil tersenyum keji.

“Sudah cukup Pak, saya sudah menuruti permintaan Bapak, sekarang lepasin kami..” pinta Asty sengan memelas sambil setengah mati berusaha menutupi payudara dan vaginanya yang telanjang.

“Cukup..?” Pak Arman tertawa. “Hukuman kalian belum lagi dimulai.”

Asty merasa mual mendengar ucapan itu, kalau yang tadi belum apa-apa, Asty ngeri membayangkan apa yang akan mereka minta berikutnya.

“Hukuman selanjutnya, sekarang Non berdiri sambil ngangkang, lalu angkat tangan Non ke belakang kepala!” Pak Arman memerintah dengan jelas.

Asty tersedu sesaat, lalu dia mulai membuka kakinya lebar-lebar membuat bagian selangkangannya terkuak, tangannya diangkat dan jari-jarinya ditumpukan di belakang kepalanya membuat payudaranya yang putih dan kenyal sedikit terangkat. pose tersebut membuat bagian selangkangannya terbuka lebar sehingga memperlihatkan vaginanya dengan jelas. Vagina Asty terlihat terawat dengan baik, ditumbuhi rambut-rambut halus dan rapi, Asty selalu merawat bagian genitalnya dengan sangat cermat. Sementara dengan tangan di belakang kepala membuat payudaranya makin membusung dan mencuat menggemaskan.

“Nah, sekarang boleh nggak kami meraba tubuhnya Neng?” tanya Pak Arman..

Asty tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu.

“I.. iya Pak, boleh..” Asty meneguk ludah.

“Sekarang kita mulai ya..” kata Pak Arman, Asty hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan Pak Arman bergerilya di wajahnya.

“Uhh.. wajahmu mulus sekali Non..” Pak Arman lalu mencium pipi Asty, antara geli dan jijik Asty memajamkan mata. Lalu Pak Arman mulai menelusuri bibir Asty yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Pak Arman terus berusaha mendesakkan bibirnya mengulum bibir Asty, lidahnya mencoba menerobos masuk ke mulut Asty, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Asty. Asty menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Asty, tangan Pak Arman juga memelintir-melintir puting payudara Asty dengan gerakan kasar. Asty meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Pak Arman justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Asty menegang saat sensasi itu melandanya, tanpa sadar Asty mulai mendesah.

“Ayo, kalian juga boleh ikut..?” Pak Arman memanggil kawan-kawannya. Asty makin menderita mendengar ucapan itu, kali ini tiga orang yang mengerubutinya, mereka meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Pak Man yang berangasan bahkan meremas-remas payudara kiri Asty dengan kasar, sementara sebelah tangannya meraba dan meremas pantat Asty yang sekal.

“Uohh.., Pentilnya dahsyat, pantatnya juga nih.. kayaknya enak nih kalo ditidurin,” kata Pak Man. Sementara Pak Johan sedang asyik berkutat dengan payudara Asty sebelah kanan. Dia menjilati dan menyentil puting payudara Asty dengan lidahnya.

“Ohh.. baru tahu ?” Pak Arman tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Asty. Asty hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Pak Arman mulai menggerayangi vaginanya.

“Ohh.. tempiknya bagus banget nih Pak Man..” Pak Arman menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Asty, sementara Pak Man dan Pak Johan kali ini sibuk menciumi dan menjilati payudara Asty sementara tangannya membelai-belai perut Asty yang licin.

“Ohh..” Asty menjerit kecil saat saat Pak Arman mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Asty.

“Jangan Tuan..” Asty merintih, tapi rintihan Asty ibarat perangsang bagi Pak Arman dan kawan-kawannya, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Asty bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Asty. Asty merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu.

“Hei Pak Arman.. kayaknya Nona ini sudah mulai terangsang nih..tuh lihat dia mulai merintih, keenakan kali ye..?” ujar Pak Johan diiringi tawa, Asty makin sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan mereka.

“Janganhh..ohh…” Asty mulai meracau tidak karuan saat Pak Arman mulai menjilati vaginanya. Asty menjerit saat lidah Pak Arman bermain di klitorisnya. Lidah Pak Arman mencoba mendesak ke bagian dalam vagina Asty sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok vagina itu.

“Ahkkhh.. ohh.. janganhh..” Asty menggeliat. Semantara Pak Man dan Pak Johan kali ini berdiri di belakang Asty sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua payudara Asty dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara Asty dipilin-pilin dengan ujung jarinya seperti orang sedang mencari gelombang radio. Asty mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua penjahat itu terlihat makin bernafsu.

Alex tidak bisa berbuat apa-apa melihat kekasihnya diperlakukan dengan biadab seperti itu, bahkan diam-diam dia juga terangsang melihat adegan gadis secantik Asty dikeroyok tiga orang pria kasar. Dalam batinnya diapun sebenarnya ingin ambil bagian dalam adegan pengeroyokan itu.

“Ayo terus..sebentar lagi dia nyampe..” Pak Man berteriak-teriak kegirangan seperti anak kecil sambil terus menerus meremas payudara Asty sementara Pak Arman masih menelusupkan wajahnya ke selangkangan Asty. Lidahnya terus menyapu bibir vagina Asty dan sesekali menyentil klitorisnya. Asty menjerit kecil setiap kali lidah Pak Arman menyentuh klitorisnya, semantara tangannya juga bermain meremasi pantat Asty. Tubuh Asty sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah padam. Tapi Asty akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Pak Arman dan menggerakkannya maju mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Asty tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang.

“OOHHHKKHHHH…. AHHHH…” Asty mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula “Crt… crt… crt…” cairan vaginanya muncrat keluar. Tanpa sadar Asty mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas lalu terpuruk, Pak Man dan Pak Johan menahan tubuh Asty supaya tidak jatuh. Pak Arman tertawa senang melihat bagaimana Asty mengalami orgasme dengan begitu dahsyat.

“Hehehehe…” Pak Arman tertawa seperti orang sinting. “Enak ya Non..? galak juga kalau lagi orgasme..” sindirnya. Asty hanya diam saja, tubuhnya masih lemas setelah mengalami orgasme yang begitu hebat, sekujur syaraf seksualnya seolah digetarkan dengan begitu kuat seperti dihimpit oleh truk raksasa membuat dorongan seksualnya entah bagaimana menggelegak hebat membuatnya serasa ingin disetubuhi.

“Nah.. sekarang hukuman ketiganya..” Pak Arman memberi isyarat pada Pak Johan. Pak Johan segera bergegas masuk ke dalam pondok dan keluar dengan mengusung sebuah kasur busa usang yang berbau lembab lalu menghamparkannya di tanah begitu saja.

“Nah.. Nona sekarang tiduran di situ ya.. “ Pak Arman menunjuk ke arah kasur bau itu. Asty hanya mengangguk, didorong oleh gejolak seksualnya yang menggelora dia merebahkan dirinya terlentang di atas kasur, kemudian membuka kaki lebar-lebar, sehingga posisi Asty telentang di atas karpet dengan kaki mengangkang lebar. Ketiga mantri hutan itu terkagum-kagum melihat Asty yang sangat cantik siap untuk disetubuhi. Sementara Alex yang terikat hanya bisa pasrah melihat kekasihnya sebentar lagi akan diperkosa.

Pak Arman kemudian membuka seluruh bajunya dan langsung menindih tubuh Asty sambil mengarahkan penisnya yang besar itu ke vagina Asty.

“Sudah siap kan Neng..?” Pak Arman berkata lirih. Dia lalu mendorongkan penisnya ke dalam vagina Asty.

“Aagghh…, ” Asty merintih ketika penis besar Pak Arman mulai memasuki vaginanya. Pak Arman dengan kasar langsung memasukkan penisnya sampai mentok ke dalam vagina Asty yang sudah basah itu. Karena besarnya diameter penis Pak Arman, vagina Asty terlihat tertarik dan penuh dan menjadi berbentuk bulat melingkar ketat di penis Pak Arman. Meskipun Asty sudah tidak perawan lagi, tapi baru kali ini vaginanya dimasuki penis sebesar penis Pak Arman. Asty meringis menahan sakit sambil mengigit bibirnya.

Pak Arman mulai memompa penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Asty. Asty yang belum pernah vaginanya dipompa oleh penis sebesar penis Pak Arman hanya bisa mengerang-erang dengan mata tertutup dan mulut sedikit terbuka.

“AAAHHH… .UUUUHHHH… … OOOHHHH” teriak Asty sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-remas kasur yang cukup tebal itu.

Pak Arman semakin cepat memompa vagina Asty dengan penisnya. Kaki Asty terangkat ke atas memberikan kesempatan kepada Pak Arman untuk terus memompa vaginanya dengan lebih cepat lagi.

“Aaahh… enak… terus… ooh… .” Asty mulai meracau dengan mata tertutup dan tanggannya semakin keras meremas-remas kasur.

Setelah 20 menit disetubuhi Pak Arman, tiba-tiba badan Asty mengejang, kedua kakinya dirapatkan menjepit pinggang Pak Arman, tangannya memeluk erat leher Pak Arman.

“AAAAGGHHH… … .” erang Asty mencapai orgasme yang sangat tinggi.

Kemudian badan Asty melemah, pelukan tangannya lepas dari leher Pak Arman, kakinya yang tadinya memeluk pinggang Pak Arman jatuh ke kasur, vagina Asty yang tersumpal rapat oleh penis Pak Arman terlihat mengeluarkan cairan sampai membasahi karpet. Setelah beberapa lama persetubuhan itu berlangsung. akhirnya si mantri hutan kasar itu pun menyemprotkan spermanya dengan sodokan yang keras ke dalam kemaluan Asty. Spermanya keluar sangat banyak hingga tak tertampung oleh vagina Asty. Rembesannya keluar membasahi kasur itu. Di saat yang bersamaan, rupanya Asty pun kembali mengalami orgasme. Kali ini tubuhnya menggelinjang hebat tak terkendali. Sementara Pak Arman yang mengetahuinya, segera mendekap tubuh wanita itu seerat-eratnya. Pinggulnya terus mendorong-dorong kemaluannya seakan ingin mendekam dan bersarang di kemaluan Asty. Lalu diciuminya seluruh wajah Asty. dikulumnya dalam-dalam bibir wanita itu. Asty yang sudah kecapaian tak kuasa menolaknya. Dia mambiarkan bibirnya dilumat oleah Pak Arman dengan kasar.

Setalah menuntaskan segala kepuasannya, Pak Arman berdiri meninggalkan tubuh Asty yang lemas telanjang di atas kasur. Tubuh putih itu sekarang berkilau basah oleh keringat, pada vaginanya terlihat mengalir cairan sperma kental berwarna putih susu.

“Ohhhh..” Pak Arman mengejang penuh kepuasan. Baru kali ini dia merasakan nikmatnya menyetubuhi seorang gadis kota yang sangat cantik. Berbeda sekali dengan pelacur-pelacur yang pernah dipakainya selama ini.

Asty hanya bisa menangis meratapi nasibnya diperkosa oleh Pak Arman, tapi dalam hatinya sebetulnya dia menikmati saat dirinya disetubuhi oleh Pak Arman. Rasa yang sangat berbeda dari yang pernah didapatnya dari Alex, bahkan Asty merasa Alex tidak ada apa-apanya dibandingkan Pak Arman. Karena itu ketika Pak Man mendekatinya dia hanya diam saja, menunggu persetubuhannya yang kedua.

“Nah.. sekarang giliran Gue..” kata Pak Man tenang sambil melepas pakaiannya satu-persatu, dia menyeringai kegirangan mirip anak kecil yang diberi permen. “kita ganti gaya ya Neng” kata Pak Man kalem. Mungkin karena saking terangsangnya, Asty menurut saja apa yang dimintanya, Pak Man membalikkan tubuh Anie dengan pantat agak ditunggingkan, tangan dan lutut Asty bertumpu di kasur dengan gaya nungging. Pak Man membelai pantat Asty yang mulus telanjang itu sambil sesekali menamparnya ringan dan mencubitinya.

“Buseet.. pantatnya, guede, putih, mulus lagi…” kata Pak Man kegirangan. Lalu penis Pak Man mulai memasuki vagina Asty dari belakang.

“Oohh.. gile..” Pak Man mengejang ketika penisnya amblas sepenuhnya di dalam vagina Asty. “Tempiknya Neng masih seret aja..” Pak Man berujar. Asty hanya diam saja sambil memejamkan mata kaerna kesakitan sekaligus merasakan nikmat pada dinding vaginanya sebelah dalam.Dalam posisi demikian, Pak Man memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada pantat Asty. Asty serasa melayang, sekonyong-konyong dia tidak merasa diperkosa karena turut menikmatinya. Pak Man lalu menjambak rambut Asty dan ditariknya hingga wajahnya terangkat memperlihatkan ekspresi kesakitan tapi penuh kenikmatan setiap kali Pak Man menggenjotkan penisnya.

“Ahhh… ahhhh…. oohhhhh… oohhhh…” Asty mengerang setiap kali Pak Man menyodokkan penisnya, di lain pihak, Pak Arman dan Pak Johan ikut memberi semangat setiap kali Pak Man menyodok vagina Asty.

“Ayoo.. terusss.. teruss Nona … yeahh… oohhh… baguss..” Pak Johan memberi semangat pada Asty. Asty yang sudah dikuasai nafsu birahi mengerang-erang kuat setiap kali sentakan penis Pak Man menyodok bagian dalam vaginanya.

Menit demi menit berlalu, Pak Man masih bersemangat menggenjot Asty. Sementara Asty sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah Pak Man. Kemudian Pak Man mengganti gaya lagi, kali ini ditelentangkannya lagi tubuh Asty, lalu diangkatnya kedua paha Asty dan disampirkannya ke pundaknya, lalu kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Asty, dan menariknya kuat-kuat, kemudian Pak Man kembali mendesakkan penisnya ke vagina Asty dan menggenjotnya. Asty menggeliat antara sakit bercampur nikmat, Di ambang klimaks, tanpa sadar saat Pak Man melepaskan pegangannya dan kembali menindih tubuhnya, Asty memeluk Pak Man dan memberikan ciuman di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Asty mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat lengan Pak Man. Tapi Pak Man belum terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia kembali menggerakkan penisnya maju mundur di dalam vagina Asty.

“Uugghh…oohh !” desah Asty dengan mencengkeram kasur dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Asty menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Asty membuat Pak Man semakin bernafsu sehingga meraih payudara Asty dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh mulus itu.

Limabelas menit lamanya Pak Man menyetubuhinya sampai akhirnya Pak Man menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya.

“Crtt…crt…crt….,” sperma Pak Man menyembur membasahi rahim Asty dengan sangat deras. Pak Man merasakan sekujur syaraf seksualnya meledak saat itu, bagai seekor binatang ganas yang keluar mengoyak tubuhnya dari dalam. Tubuh Pak Man menegang selama beberapa detik merasakan kenikmatan yang diperolehnya sebelum akhirnya melemas kembali dan tergolek mendekap tubuh mulus Asty. Lalu setelah puas dia segera bangkit. Dibiarkannya Asty terkapar di ranjang itu, wajahnya tampak sedih dan basah oleh keringat, cairan sperma yang sangat banyak mengalir keluar dari vaginanya.

Pak Johan yang mendapat giliran terakhir maju sambil bersungut-sungut, dia yang sedari tadi sudah telanjang hanya bisa mengocok penisnya sendiri sambil memelototi adegan persetubuhan kedua temannya dengan gadis yang sangat cantik dan seksi itu.

“Jangan tiduran saja di situ Nona cantik..” Pak Johan lalu menarik tangan Asty dengan kasar membuat Asty tersentak ke depan. Diangkatnya wajah Asty yang tertunduk, ditatapnya sejenak dan disekanya air mata yang mengalir sebelum dengan tiba-tiba melumat bibir mungil itu dengan ganas.

Mata gadis itu membelalak menerima serangan kilat itu, dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendorong dada Pak Johan, namun sia-sia karena Pak Johan memeluknya begitu kuat dengan tangan satunya memegangi kepalanya. Ciuman Pak Johan makin merambat turun ke leher jenjangnya lalu dia membungkukkan badan agar bisa menciumi payudaranya. Dari leher mulut Pak Johan turun lagi ke dadanya, dia membungkuk agar bisa menyusu dari payudara berukuran 32B yang montok itu. Dijilatinya dengan liar hingga permukaan payudara itu basah oleh ludahnya, terkadang dia juga menggigiti putingnya memberikan sensasi tersendiri bagi Asty. Tangan satunya turun meraba-raba kemaluannya dan memainkan jarinya disitu menyebabkan daerah itu makin berlendir.

“Pak…Pak……oohh…. aaah !” desahnya antara menolak dan menerima. Pak Johan diam saja, lalu kembali dilumatnya bibir Asty, lalu pelan-pelan Pak Johan merebahkan tubuh Asty kembali ke kasur dan menekan penisnya ke liang vagina Asty.

“Sshhh…sakit, aawhhh…!!” rintih Asty ketika penis Pak Johan yang besar itu menerobos vaginanya. Sementara Pak Johan terus berusaha memasukkan penisnya sambil melenguh-lenguh.

“Ough…..aduhhhh… Pakkkkk !!!! pelannnn…..!!!!!! ahhh……… auggghhhh….” jerit Asty sambil mendorong tubuh Pak Johan menjauh. Namun Pak Johan tetap tidak peduli. Iapun terus mendorong penisnya masuk perlahan. Gesekan yang ditimbulkan batang penis dan dinding rahim Asty membuat Asty merasakan kesakitan di selangkangannya. Apalagi ia harus menahan bobot tubuh Pak Johan yang terbilang agak berat itu. Mengetahui kondisi dan tidak ingin terlalu membuat Asty tersiksa Pak Johanpun mendorongnya dengan kekuatan penuh. Hingga akhirnya amblas semuanya. Kedua tangannya memegang pinggul Asty dan agar tidak terlepas dari liang itu.

Pak Johan pun menarik penisnya yang masih tertancap di vagina yang sempit itu. Gerakan maju mundurnya membuat Asty mengigit bibir bawahnya seolah rasa perih mulai hilang diganti rasa nikmat karena gesekan kulit daerah organ vital mereka berdua. Goyangan maju mundur Pak Johan terus menerus seolah ingin menancapkan penisnya sedalam mungkin Cukup lama ia melakukan gerakan menekan dan memutar liang itu. Beberapa menit berlalu sebuah erangan panjang keluar dari mulut Asty.

“Ooooughhhhhhh….. ough…. ooooohhhhhhhhh….. Paaak……“ Tubuhnya mengejang, kakinyapun menekan pinggul Pak Johan. Cengkeraman kukunya di lengan Pak Johan menandakan ia telah orgasme untuk kesekian kalinya, setelah dua kali diperkosa, tiada lagi daya dalam diri Asty untuk mengimbangi Pak Johan. Melihat kejadian itu Pak Johanpun lalu mempercepat gerakannya, Pak Johan meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu menggesek dan menekan klitoris Asty ke dalam setiap kali menghujam. Kedua payudaranya yang membusung tegak itu ikut berguncang hebat seirama guncangan badannya. Pak Johan meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Gairah Asty mulai bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya, yang tidak didapatnya saat bercinta dengan Alex, tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan pinggulnya seolah merespon gerakan Pak Johan. Tapi Belum lagi sempat Asty menarik napas, Pak Johan dengan kasar mengangkat dan membalikan tubuh Asty, Pak Johan membuat Asty sekarang dalam posisi menungging. Pantat Asty terangkat tinggi, sedangkan kepalanya tertunduk ke kasur dan badannya bertumpu pada kedua lutut dan tangannya. Tiba-tiba Pak Johan dengan kasar dan dalam tempo yang cepat mulai kembali memompa vagina Asty.

“Aaaaghh… egghhhh… ..sakiiit… .” teriak Asty mendapat perlakuan kasar dari Pak Johan.

Mendengar itu Pak Johan malah semakin bersemangat dan semakin keras menghajar vagina Asty dengan penisnya dari belakang. Tangan Pak Johan memegang pinggang Asty dan mulai menarik maju mundur badan Asty, sehingga pompaan penisnya dalam vagina Asty semakin keras dan cepat. Mendapat perlakuan demikian, Asty hanya bisa mengerang-erang keras, tangannya kembali meremas-remas kasur. Badan Asty maju mundur mengikuti pompaan keras penis Pak Johan. Setiap kali Pak Johan memasukkan penisnya sampai mentok ke vagina Asty, terdengar teriakan Asty.

“AAHGHH… ..AAGHHHH… .AGHHH… ” teriak Asty berulang-ulang. Semakin cepat lagi Pak Johan memompa penisnya semakin keras erangan Asty. Kemudian Pak Johan merubah posisinya yang tadinya berlutut menjadi berjongkok di belakang Asty. Posisi itu membuat Pak Johan dapat makin cepat lagi memompa vagina Asty dari belakang dan membuat penisnya dapat makin keras menekan vagina Asty, meskipun sebenarnya penis yang besar itu sudah mentok di dalam vagina Asty. Pak Johan tidak mengurangi kecepatan pompaan penisnya dan tetap menjambak rambut Asty.

“Aaaaahh… uuuuhh… … ..aaaaahhhh… .eeeeehhhgggh….” teriak Asty makin keras menggema di tengah hutan itu. Penis Pak Johan yang besar terlihat makin cepat keluar masuk vagina Asty yang masih sempit itu. Tangan kanan Pak Johan makin keras menjambak rambut Asty.

Asty dalam posisi demikian tidak dapat berbuat apa-apa selain mengikuti irama permainan Pak Johan. Mengikuti apa maunya Pak Johan, beberapa menit bermain cepat, kemudian melambat dan menjadi cepat lagi.

Wajah Asty yang terdongak karena jambakan Pak Johan pada rambutnya menunjukkan betapa Asty sebenarnya menikmati perlakuan kasar Pak Johan. Mata Asty merem melek dan mulutnya terbuka lebar menikmati serbuan penis Pak Johan dari belakang. Tangan Asty makin keras meremas-remas kasur, payudaranya yang padat bergantung dan bergoyang keras ke depan dan ke belakang, vaginanya sudah sangat basah, cairan vaginanya yang bercampur sperma bukan saja meleleh banyak di kedua paha bagian dalamnya tapi sedikit-sedikit mulai menetes ke kasur yang dijadikan alas.

Setengah jam lamanya Pak Johan menyetubuhi Asty. Dan diperlakukan demikian, sudah tidak terhitung berapa kali Asty mencapai orgasme. Cairan kewanitaannya semakin deras membasahi kedua paha dalamnya, kakinya sudah mulai bergetar karena terlalu letih dan orgasme yang berulang-ulang. Sementara Pak Johan masih saja terus menggenjotkan penisnya seolah tidak akan berhenti, sampai akhirnya ketika Asty orgasme lagi, Pak Johan mengejang kuat-kuat. Sambil menyentakkan penisnya ke dalam vagina Asty kuat-kuat, Pak Johan melenguh keras.

“AAAAHHHHKKKHHHH…!” Pak Johan merasakan kenikmatan yang luar biasa menghantam sekujur tubuhnya, dan seketika itu pula spermanya menyembur dengan sangat deras di dalam rahim Asty. Seketika didorongnya tubuh Asty sehingga tertelungkup di kasur, sementara dia sendiri terkapar terengah-engah merasakan kenikmatan yang luar biasa menyetubuhi gadis yang begitu cantik dan seksi seperti Asty.

Dan selama sehari semalam, ketiga orang mantri hutan itu memperlakukan Asty tidak lebih dari budak nafsu yang harus siap melayani nafsu seksual mereka bertiga. Selama sehari semalam mereka tidak mengijinkan Asty untuk berpakaian barang selembarpun. Mereka juga memaksa Asty untuk menjadi pelayan di pondokan mereka, tentunya dengan tetap telanjang bulat. Dan semalaman, mereka bertiga memaksa Asty untuk melakukan hubungan seksual dengan berbagai gaya dan cara yang bisa mereka praktekkan pada tubuh Asty. Mereka baru menyudahi pesta seksual tersebut sekitar jam 4 pagi setalah Asty benar-benar tidak kuasa lagi bergerak. Mereka berempat kemudian tertidur di lantai beralas karpet usang tanpa busana. Pak Johan tidur sambil menggenggam payudara Asty, Pak Arman dan Pak Man tidur di sebelahnya. Sementara Alex dibiarkan saja masih terikat di luar ruangan, hanya mengenakan selembar celana dalam, menahan dingin, lapar dan haus.

END OF KKN I
###########################

Tidak ada komentar:

Posting Komentar