Laman

Jumat, 12 Agustus 2011

Marshanda vs MVP : The Other Side of Story

14 Maret 2009

Masih inget kasus Marshanda versus Multivision Plus beberapa tahun lalu?!! Kisah berikut ini merupakan kisah rekaan mengenai apa yang sebenarnya terjadi antara Marshanda dan bekas PH yang menaunginya. Jadi silahkan anda nikmati kisah yang lahir dari pikran-pikiran kotor sang penulis berdasarkan sumber-sumber yang sama sekali tidak dapat dipercaya he… he… he…
************************
So the story begins……
Marshanda

“CUT…CUT….Nice work everyone. Syuting hari ini sampai disini. Terima kasih. Besok kita ketemu lagi di set yang berikutnya OK.”, kata sang sutradara yang segera disambut meriah oleh seluruh artis dan krew film yang terlibat.

Marshanda yang menjadi pemeran utama dalam syuting sinetron Bidadari itu pun bernafas lega. Gadis remaja yang cantik itu mengusap peluh yang sedikit membasahi peluhnya. Marshanda duduk beristirahat di bangkunya sambil menikmati es jeruk, melepas lelah setelah syuting seharian mulai dari waktu pulang sekolah. Tas sekolah pun masih dia bawa, bahkan Marshanda pergi ketempat syuting masih mengenakan seragam sekolahnya. Hhmmm siapa bilang jadi artis itu gampang? Capeknya gak kalah sama kerja lainnya.



“Cha, kamu gak dijemput mama kamu?”, tanya sang sutradara pada artis belia itu.

“Nggak, Oom. Mama sama keluarga yang lainnya lagi ketempat nenek. Kemarin ada telpon katanya nenek Chacha sakit.”, jawab Marshanda.

“Oooh, tapi nenek kamu nggak apa-apa khan?”

“Nggak apa-apa sih Oom. Paling cuma masuk angin atau apalah. Biasanya kalo kangen sama keluarganya, nenek suka sakit, biar ditengokin. Ntar kalo semua udah ngumpul disana, sakitnya sembuh deh.”

“Itu mah kangen keluarga, bukannya sakit. Ya, udah biar kamu pulang diantar sama Raj Kumar aja. Biar dia nggak cuma makan gaji buta aja.”

“Oh nggak usah Oom. Biar Chacha naik taksi aja.”

“Eh, jangan. Sekarang khan udah malem. Bahaya buat kamu naik taksi sendirian malem-malem gini di Jakarta. Udah biar si Kumar yang nganter kamu. HOOII KUMAR…. SINI LOE.”

Seorang laki-laki setengah baya berbadan tinggi besar segera berlari menghampiri Marshanda dan sutradara. Laki-laki itu keturunan India, maklum masih ada hubungan saudara sama pemilik PH, Ram Punjabi. Bahkan karena hubungan keluarga itulah, Raj Kumar bisa bekerja disini. Tanpa skill atau pengetahuan apapun di bidang perfilman, Raj Kumar pun ditempatkan di seksi umum dengan job deskription yang serabutan, sekedar bantu sana bantu sini.

Marshanda agak kurang suka sama lelaki yang satu ini. Nggak bisa apa-apa tapi sok banget. Crew lain pun juga nggak suka. Nggak bisa apa-apa, tapi gayanya sok banget.Untungnya dia masih ada hubungan saudara sama si Boss, jadi krew lain nggak berani negor tingkahnya. Selain itu Marshanda suka serem kalo ngeliat dia. Badan tinggi besar, berowokan, tangan dan kakinya penuh bulu, sepintas mengingatkan Marshanda akan Gorilla raksasa.

“Ada apa nih? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Raj Kumar dengan mata jelalatan melihat Marshanda, gadis remaja yang cantik yang sering kali menghiasi pikiran dan khayalan kotornya.

“Eh, kamu tolong antar Chacha pulang kerumahnya ya. Dia nggak ada yang jemput soalnya semua keluarganya lagi pergi kerumah neneknya.”

“Eh… gak usah Oom. Terima kasih. Biar chacha pulang naik taksi aja.”, tolak Marshanda.

“Udah biar Oom Kumar aja yang ngantar kamu. Bahaya naek taksi malem-malem gini. Oom nggak keberatan kok.”, jawab Raj Kumar.

“Iya Cha. Sekarang biar si Kumar yang nganter kamu. Entar kalo kamu naek taksi, trus ada apa-apa, saya yang disalahkan sama keluarga kamu.”, imbuh sang sutradara.

Akhirnya dengan agak berat hati, Marshanda pun meng-iyakan tawaran tersebut. Marshanda pun segera naik ke mobil Raj Kumar, dan mobil itu pun segera berlalu dari lokasi syuting.

* * * * * * * * * * * * * * * * * *

“Capek ya Cha? Gimana kalo kita makan-makan dulu? Oom tahu restoran yang masakannya enak banget.”, tanya Raj Kumar sambil tersenyum. (Senyum menjijikkan pikir Marshanda)

“Nggak usah Oom. Terima kasih. Tapi Chacha nggak laper. Anterin Chacha pulang aja.”, tolak Marshanda.

“Ooohhh…. ya udah deh. Eh kamu udah dapet skenario yang buat besok nggak?”

“Udah Oom.”

“Kapan kamu dikasih skenario itu?”

“Kemaren lusa. Mbak Lusi yang ngasih.”

“Lho kemaren lusa?? Kamu nggak denger kalo skenarionya ada perubahan. Kemaren si penulis naskah mengganti sebagian dialognya. Kalo skenario yang kamu punya itu dikasih kemaren lusa berarti itu skenario yang lama, bukan yang udah direvisi kemaren.”

“Eh, masa sih. Kok nggak ada yang ngasih tau Chacha sih?”

“Mungkin Lusi lupa ngasih ke kamu. Tadi dia kan nggak masuk. Oh ya Oom punya copiannya di rumah. Kamu bawa aja.”

Marshanda agak ragu nge-jawabnya. Dia butuh skrip yang baru, tp artinya dia harus kerumah orang ini dulu. Entah kenapa Marshanda merasa gak enak harus kerumah Raj Kumar.

“Besok kita langsung syuting setelah loe pulang sekolah. Kalo kamu nggak baca skrip yang baru sekarang, ntar kamu nggak bisa menjiwai karakter kamu lho. Kita mampir sebentar ke rumah oom buat ngambil skrip itu, trus Oom langsung antar kamu puloang. Gimana?”

“Eeng…Iya deh. Tapi nanti langsung antar Chacha pulang ya? Takut kemaleman.”

“Iya, kamu tenang aja.”, jawab Raj Kumar sambil tersenyum mencurigakan.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Mobil Raj Kumar akhirnya memasuki halaman parkir sebuah rumah yang cukup mewah di salah satu kawasan perumahan elit di jakarta. Raj Kumar segera turun dari mobil, lalu mengajak Marshanda masuk kerumahnya. Dia meminta Marshanda untuk membantu mencari naskah itu karena dia menaruhnya diantara tumpukan berkas yang lain. Marshanda pun mengikuti ajakan Raj Kumar. Lebih cepat urusan ini diselesaikan, lebih baik pikir Marshanda dalam hati.

“Sini, Cha. Skripnya ada di sini. Kamu cari aja di tumpukan kertas di meja itu. Oom mau ke kamar dulu.

Marshanda memasuki ruangan yang keliatannya seperti ruang menonton televisi atau film. Fasilitas Home Theatre terlihat di satu sisi kamar. Di sisi lainnya ada sofa besar. Di sebelah sofa itu, ada meja yang diatasnya ada tumpukan kertas yang berantakan. Marshanda segera menghampiri meja itu dan mulai mencari skrip baru yang dibutuhkannya. Sedangkan Raj Kumar pergi ke kamarnya yang terletak di sebelah ruangan itu.

“Sudah ketemu Cha?”, tanya Raj Kumar.

“Belum, Oom. Dimana sih Oom nar….”, jawaban Marshanda terhenti setelah memperhatikan keadaaan sekitarnya. Dia melihat Raj Kumar duduk di sofa besar itu dengan mengenakan piyama. Gelagat tidak enak segera menyergap pikiran Marshanda. Dia segera beranjak menghampiri pintu ruangan itu yang sekarang dalam keadaan tertutup. Marshanda mencoba membuka pintu, tapi tak berhasil. Pintu itu terkunci. Rasa takut segera memenuhi perasaan Marshanda.

“Chacha mau pulang Oom. Tolong oom bukain pintunya. Chacha mau pulang. Sekarang.”

“He…he…he…Kenapa buru-buru Cha? Kita santai aja disini dulu.”, jawab Raj Kumar sambil bergerak perlahan mendekati gadis remaja yang ketakutan itu.

Raj Kumar perlahan mendekati Marshanda. Langkahnya perlahan tapi pasti, membuat Marshanda tak bisa bergerak melarikan diri. Marshanda seperti kelinci mungil yang ketakutan menghadapi hewan buas yang akan memangsanya. Senyum Raj Kumar makin melebar melihat calon mangsanya itu, gadis belia cantik yang sering menghinggapi mimpi-mimpi kotornya. Dan tak lama lagi segala angan-angan kotornya itu akan terwujud.

“Chacha mau pulang Oom. TOLONG…TOLONG…..”, teriak Marshanda. Kepanikan mulai melanda dirinya. Tangannya berusaha membuka kenop pintu, tapi pintu itu tetap tak mau terbuka.

“Percuma saja kamu teriak terus. Hanya bikin bibir kamu yang indah jadi capek he..he… Ini ruang Home Theathre yang sengaja dilapisi peredam suara. Jadi walaupun kamu teriak sekenceng-kencengnya, kagak bakalan ada yang denger.”, kata Raj Kumar sambil berusaha memeluk tubuh Marshanda.

“Eeh…i..ini.. Oom mau apa? le..lepasin Chacha Oom. Lepas.. uukh..lepasin Chacha Oom”, rengek Marshanda.

Marshanda berusaha memberontak dari dekapan Raj Kumar. Tapi apalah daya tenaga seorang gadis melawan raksasa ini. Airmata mulai menggenangi mata bintang artis remaja itu. Walaupun Marshanda masih remaja dan belum pernah pacaran tapi dia tahu betul nasib apa yang akan menimpa dirinya. Sepasang tangan berbulu lelaki India itu segera memegang kedua tangan Marshanda. Tangan Marshanda kemudian ditelikung dibelakang punggungnya sendiri, lalu diikat dengan sapu tangan yang agaknya sudah dipersiapkan Raj Kumar untuk menjalankan aksinya. Kemudian Raj Kumar membopong tubuh Marshanda lalu diletakkan di sofa besar yang ada di ruangan itu. Raj Kumar lalu duduk juga disamping Marshanda yang mulai menangis meminta dilepaskan.

“Hiks..hiiks… tolong lepasin Chacha Oom. Ka..kalo Oom mau uang, berapa saja nanti Chacha kasih, tapi hiks.. tolong lepasin Chacha Oom.”

“Aku sama sekali gak butuh uang, sayang. Kalo butuh uang, aku tinggal minta sama bos kamu, saudaraku yang tercinta itu. Yang aku butuhkan adalah hangatnya tubuh indah kamu, anak manis he.. he… he….”

Sambil terkekeh girang, Raj Kumar mulai menjalankan aksinya. Salah satu kakinya ditumpangkan ke atas paha Marshanda agar gadis itu tak bisa bangun dari sofa. Salah satu tangannya merangkul tubuh gadis belia itu agar tetap bersandar di bantalan sofa. Sehingga tangan yang lainnya bisa bebas membuka kancing seragam sekolah yang dikenakan Marshanda. Tampaknya hari itu memang hari keberuntungan Raj Kumar karena Marshanda hari itu mengenakan beha dengan pengait pembuka di bagian depan. Jemari Raj Kumar pun langsung membuka pengait beha chacha hingga tubuh bagian depan artis remaja itu kini terbuka bebas di depan mata Raj Kumar yang seperti keranjang ( emang laki-laki mata keranjang itu matanya kaya keranjang ya he he he ).

Mata Raj Kumar pun semakin bersinar penuh nafsu saat melihat payudara artis belia yang cantik itu. Payudara Marshanda memang masih kecil mengingat usianya yang remaja. Tapi hal itu tak mengurangi keindahannya. Kencang dengan putting coklat muda yang terlihat menantang. Bibir Raj Kumar pun segera melahap payudara mungil itu. Putingnya ia permainkan dengan ujung lidah, sesekali bahkan dihisap dengan kuat.

“Huu..huu..jangan Oom. Lepasin Chacha Oom hu.. hu.. Chacha gak ma….uukh…”

Marshanda masih menangis. Dia benci dengan lelaki jahanam ini. Sebelumnya belum pernah ada laki-laki yang melihat dada telanjangnya. Bajingan ini bahkan dengan kurang ajarnya berani mempermainkannya dengan mulutnya. Pada mulanya Marshanda hanya merasa jijik atas perlakuan Raj Kumar di payudaranya itu. Dia hanya merasa agak geli. Tapi lama-lama rasa geli itu mengakibatkan sesuatu yang lain dirasakan oleh Marshanda. Jilatan-jilatan lidah kasar Raj Kumar yang menyapu seluruh bagian buah dadanya itu terutama di putingnya, hisapan bibirnya yang kuat seakan menarik putingnya, serta cambang dan kumis Raj Kumar yang bergesekan dengan kulit payudaranya yang sensitif itu, lambat laun menimbulkan sensasi lain yang belum pernah dirasakan Marshanda. Desah kenikmatan mulai muncul di sela-sela tangisnya.

“Hentikan Oom… aahh.. ja…sstt..jangan Oom ….”

Mendengar desahan Marshanda, Raj Kumar pun tambah bersemangat. Tangannya mulai bergerilya, membelai paha mulus artis remaja itu di balik rok seragam sekolahnya. Bahkan tangannya mulai nakal mengusap vagina Marshanda yang masih tertutup celana dalam. Raj Kumar pun menyeringai senang saat dia rasakan kelembapan pada celana dalam gadis cantik itu, yang menandakan gejolak birahi yang mulai menghinggapi korbannya.

“He..he..he.. Enak khan Cha. Kamu jangan nangis. Oom nggak akan menyakiti kamu. Oom hanya mau memberikan kenikmatan sama kamu. Dan sebentar lagi kamu akan merasa lebih nikmat ha…ha…ha…”

Raj Kumar pun segera melucuti celana dalam Marshanda, dan dia pun segera terpana melihat keindahan yang ada di depan matanya. Vagina Marshanda masih tampak rapat hingga tanpa memeriksa selaput dara didalamnya, Raj Kumar sudah tahu kalau artis remaja ini masih perawan. Vagina itu baru ditumbuhi bulu-bulu halus yang lembut dan tertata rapi.

Airmata Marshanda masih menetes meratapi nasib yang dia tahu akan menimpa dirinya. Rasa jengah dan malu juga menghinggapi dirinya ketika harta yang selama ini dijaganya kini menjadi tontonan bajingan ini. Tiba-tiba …..

“Uuugh…. sst… stop Oom. Aah.. anu Chacha om apa… in aaah…”

Artis remaja itu tiba-tiba tersentak, tubuhnya menggeliat, ketika bibir Raj Kumar mulai menjilati vaginanya. Sensasi ini baru pertama kalinya dirasakan Marshanda. Marshanda hanya merasakan kegelian di selangkangannya, bukan hanya rasa geli biasa tapi rasa geli yang mengirimkan getaran-getaran birahi ke seluruh syaraf tubuhnya.

Raj Kumar tambah bersemangat meneruskan aksinya. Lidahnya yang besar dan kasar dengan lincah menelusuri lorong-lorong vagina gadis remaja itu. Clitoris mungil Marshanda pun tak luput dari sergapan lidahnya, bahkan terkadang dihisapnya kuat sampai tubuh Marshanda mengejang. Tapi kedua tangan Raj Kumar memegangi kedua paha Marshanda sehingga dia dapat meneruskan aksinya tanpa terganggu rontaan gadis belia itu.

“Aaahh…ampun Oom Ja..aahh.. jangan diterusin Oom. Chacha nggak kuat aahh..”

“Ha..ha..ha… kamu nggak usah pura-pura cantik, kamu pasti merasa nikmat. Kamu suka kalo Oom jilatin memek kamu, hisapin itil kamu sampai kamu mendesah nggak karuan ha..ha…”

“Nggak. Aahh… Chacha nggak suka. Sstt…. ja..jangan diterusin Oom. AAAHHH…….”

Tubuh gadis remaja itu mengejang hebat ketika orgasme pertama dalam hidupnya dirasakannya. Raj Kumar dengan rakus menjilati cairan kenikmatan yang mengalir dari lubang surga Marshanda.

Marshanda memejamkan matanya. Tubuhnya lemas setelah mengalami orgasme pertama kali dalam hidupnya. “Inikah kenikmatan seks itu?”, pikir Marshanda. Tapi dibalik rasa nikmat yang baru saja dirasakannya, terselip perasaan sesal, marah dan malu. Marshanda malu dan marah pada dirinya, bagaimana dia bisa merasakan kenikmatan padahal dia sedang diperkosa.

Tiba-tiba Marshanda merasakan ada benda hangat yang menggesek permukaan vaginanya. Mulanya Marshanda membiarkannya karena gesekan-gesekan itu mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan di tubuhnya apalagi saat benda hangat itu juga menggesek clitorisnya. Tapi ketika Chacha merasakan benda hangat itu mulai mencoba menerobos masuk liang vaginanya dia pun membuka matanya. Dia melihat Raj Kumar mencoba memasukkan penisnya ke dalam liang vaginanya. Marshanda kaget dan takut, bagaimana bisa penis raksasa yang besarnya hampir menyamai pergelangan tangan Marshanda itu mau dimasukkan ke dalam vaginanya yang kecil.

“JA..JANGAN OOM. SAKIIT.. AAKHH.. JANGAN OOM.”

“He.. he… he.. tenang saja manis. Pertamanya memang agak sakit, tapi lama-lama nanti kamu pasti menikmatinya dan minta lagi he.. he… he…”

Marshanda menjerit kesakitan, vaginanya terasa perih dan panas ketika benda raksasa itu memaksa masuk ke liang vaginanya. Raj Kumar tak memperdulikan jeritan Marshanda, dia terus memaksakan kepala penisnya masuk ke belahan vagina yang indah itu. Setelah kepala penisnya sudah memasuki liang vagina Marshanda, Raj Kumar berhenti sejenak. Dia melakukan ini agar vagina yang perawan itu agak terbiasa dengan benda asing di dalamnya.

“Uughh, memek kamu sempit banget Cha. Enaaakkk he…he…he…”

“Hiks… keluarin Oom. Sakit… aakhh….”

Raj Kumar segera melumat bibir Marshanda agar rengekannya terhenti. Tangannya mulai lagi meremas kedua payudara Artis remaja itu. Kedua putingnya dia permainkan dengan jari-jarinya yang lincah. Raj Kumar mulai melakukan gerakan memompa kecil-kecil dan perlahan, tapi dia tetap menjaga agar penisnya tidak menerobos selaput Marshanda. Raj Kumar ingin agar memek Marshanda yang sempit itu terbiasa dulu dengan penisnya, sehingga nanti saat dia memperawani artis belia itu, Marshanda tidak merasa terlalu sakit.

Marshanda menangis tanpa suara. Suara tangisnya tertahan karena bibirnya dilumat bibir Raj Kumar dengan ganas. Lidah Raj Kumar dengan liar menjelajahi mulutnya. Pada mulanya Marshanda hanya merasakan vaginanya perih dan panas ketika penis Raj Kumar mulai melakukan gerakan memompa dengan perlahan. Tapi lama-lama disamping rasa perih yang semakin memudar karena otot vaginanya mulai agak terbiasa, Marshanda juga merasakan kenikmatan karena penis Raj Kumar menggesek-gesek klitorisnya. Dinding vaginanya yang dengan ketat menjepit penis raksasa itu juga mengirim sinyal-sinyal kenikmatan karena gerakan Raj Kumar itu. Putingnya yang dipermainkan Raj Kumar seakan tak mau kalah, memberikan rangsangan yang semakin meningkatkan birahi artis remaja itu. Disamping perasaan marah, sedih, dan malu yang melanda dirinya, Marshanda juga merasa sedikit lega karena perbuatan Raj Kumar itu membuat vaginanya mulai mengeluarkan cairan kenikmatan lagi yang mengurangi rasa perih dan panas yang dirasakannya. Tapi tiba-tiba…..

“AAAKKKHHH……. SAAKKIIT……. ADUUHH……”

Marshanda menjerit kesakitan ketika Raj Kumar memaksa penisnya menerobos selaput dara gadis belia itu. Raj Kumar memaksakan penisnya masuk dalam satu gerakan sampai mentok. Dia melihat masih ada sedikit bagian penisnya yang tidak bisa masuk. Dia mendiamkan dulu gerakan memompanya agar vagina Marshanda terbiasa. Bibirnya kembali melumat bibir ranum artis remaja itu agar teriakannya tak terdengar. Selain itu Raj Kumar sengaja tidak melakukan apa-apa karena dia tidak mau keluar lebih dulu, karena saat dia mengambil keperawanan Marshanda, otot vaginanya menjepit penisnya dengan kuat. Rontaan Marshanda saat penetrasi itu dilakukan membuat vaginanya membuat gerakan meremas dan menyedot penisnya dengan kuat.

“Uuughh…. memek kamu nikmat banget Cha. Baru kali ini Oom merasakan vagina yang bisa meremas dan menyedot kaya gini.”

“Huu…hu… hiks… sa..sakit Oom. Lepasin Chacha Oom, sakit…hu…huu..”

“Tenang saja manis. Memang sakit waktu pertama kali, tapi entar pasti enak kok. Oom Janji he…he..”

Setelah berhenti sebentar, Raj Kumar memulai gerakan memompanya, perlahan-lahan dia tarik penisnya sampai hanya ujung kepala penisnya yang tertinggal, lalu dia masukkan lagi penisnya sampai mentok tak bisa maju lagi. Raj Kumar terus melakukan hal itu dengan perlahan sambil bibir dan tangannya yang seakan tak ingin ketinggalan menjelajah lekuk indah tubuh artis belia itu. Bibirnya yang dikelilingi jambang tebal itu bergerak liar, kadang melumat bibir manis Marshanda sampai gadis itu hampir kehabisan nafas, kadang menciumi leher Marshanda, meninggalkan bekas cupang yang memerah kontras dengan kulit Marshanda yang putih mulus, kadang bahkan bibir itu turun sampai ke bagian dada artis belia itu, menghisap gemas putting Marshanda yang kini mengacung makin keras karena rangsangan-rangsangan yang diberikan permainan Raj Kumar.

Marshanda kembali memejamkan mata, berusaha tidak memperdulikan segala apa yang dilakukan Raj Kumar. Tapi apalah daya seorang gadis muda yang sama sekali tak berpengalaman dalam seks terhadap permainan seorang maniak seks yang sangat berpengalaman. Desahan lirih Marshanda mulai terdengar saat birahi kembali menjalari seluruh tubuhnya. Permainan yang ahli dari bibir Raj Kumar yang menjelajah bibir, leher, bahkan menghisap putingnya yang semakin sensitif, gesekan bulu cambang yang kasar di permukaan kulitnya, dan juga gerakan penis Raj Kumar yang besar yang menggetarkan syaraf kenikmatan di seluruh dinding rongga vaginanya, klitorisnya yang terjepit dan tergesek oleh gerakan penis Raj Kumar, memberikan getaran-getaran birahi yang terus menjalar ke seluruh tubuh gadis belia itu.

“Aaahh…..ssstt…aaahh….”, desah Marshanda yang dilanda birahi seksual.

“He…he… kamu cantik sekali Cha. Memek kamu juga enak. Bener2 memek paling enak yang pernah Oom entot.”

Marshanda tak kuasa meladeni omongan kotor Raj Kumar. Dia sudah tenggelam dalam gelombang kenikmatan yang baru kali ini dia rasakan. Apalagi Raj Kumar mulai menigkatkan tempo tusukannya saat dia merasakan vagina gadis cantik yang ditindihnya itu bertambah basah dengan cairan kenikmatan. Keringat mulai membasahi tubuh kedua insan yang dilanda birahi itu, padahal ruangan itu ber-AC.

“Uuughh…. Chacha….aakkhh……Oom…. Chacha….aaaahhh….”

Tubuh Marshanda mengejang dengan liar ketika orgasme menerpa dirinya. Kedua kakinya mengapit erat pantat Raj Kumar seakan dia ingin agar penis Raj Kumar menusuk lebih dalam. Raj Kumar pun tak kuasa menahan orgasmenya. Vagina artis cantik itu seakan mengisap dan meremas kuat penisnya. Kontraksi otot vagina Marshanda saat dia orgasme memang luar biasa, sampai seorang Raj Kumar yang biasanya mampu bertahan lama sekarang tak kuasa menahan semprotan maninya yang membanjiri liang vagina Marshanda.

“Aakkkhhh…. Oom juga nyampe Cha. Aaakkhh.. ayo Cha peras semua mani Oom sayang. Biar kamu hamil anak Oom he.. he…”

“Aakhh…sstt…aahhh…”

Setelah orgasme panjang yang melanda mereka berdua, Raj Kumar dan Marshanda pun lemas menikmati sisa-sisa orgasme mereka. Beberapa saat kemudian, Raj Kumar yang pertama kali bangkit. Dia membalikkan tubuh Marshanda sehingga gadis remaja itu tengkurap di atas sofa dengan kaki di atas lantai yang dilapisi karpet. Lutut Marshanda menjadi poros penahan tubuhnya. Kemudian Raj Kumar melepaskan ikatan pada kedua tangan Marshanda. Marshanda yang masih lemas tak mampu berbuat apa-apa, dia hanya bernafas lega karena bajingan ini akhirnya mau membebaskannya. Tapi Marshanda salah besar jika dia berpikir Raj Kumar sudah puas dengan permainanya, karena tak lama kemudian dia merasakan penis raksasa Raj Kumar kembali memasuki vaginanya dari belakang.

“Uuukhh…. ja.. jangan lagi Oom. Chacha capek aaakh….”

Raj Kumar tak memperdulikan rengekan Marshanda. Dia hanya ingin memuaskan nafsunya. Pantat Marshanda yang membulat dia pegangi dengan kedua tangan dan dia langsung memompa gadis belia itu dengan kecepatan tinggi. Terkadang tangannya menampar pantat indah itu hingga Marshanda menjerit kesakitan. Memang lelaki india itu luar biasa, walaupun tadi sudah orgasme tapi kontolnya masih keras dan siap beraksi lagi. Lama-lama Marshanda yang tadinya lemas menjadi bangkit lagi gairahnya. Desahannya pun kembali terdengar memenuhi ruangan. Raj Kumar pun bertambah semangat mendengar desahan gadis belia yang mulai terhanyut dalam permainannya itu.

Marshanda memang sudah benar-benar terhanyut dalam kenikmatan seks. Pantatnya juga mulai bergerak maju mundur seakan menyambut tusukan Raj Kumar yang ganas. Desahannya yang tadinya lirih menjadi semakin keras, berpadu bagai simponi indah dengan dengusan Raj Kumar yang merasa keenakan menikmati tubuh gadis belia itu. Marshanda seakan lupa dengan kenyataan bahwa dia sedang diperkosa. Bahkan dengan tanpa malu artis remaja yang cantik itu berteriak mengekspresikan kenikmatannya saat orgasme kembali meledak di tubuhnya.

Raj Kumar yang belum keluar merubah posisinya. Kini Marshanda dia gendong berhadapan dengan sambungan lutut gadis itu dia kaitkan ke lengannya dan kedua tangannya menahan pantat Marshanda. Kemudian dia kembali memompa gadis belia itu sambil berdiri. Marshanda mengalungkan kedua tangannya di leher Raj Kumar agar dia tidak terjatuh. Dengan posisi ini penis Raj Kumar seakan dapat menusuk lebih dalam sampai ke mulut rahim gadis belia itu. Tubuh mereka yang berhimpitan membuat Marshanda merasa nikmat karena payudara dan putingnya yang mengacung tegak bergesekan dengan dada Raj Kumar yang berbulu lebat. Bahkan ketika Raj Kumar mulai melumat bibirnya, tanpa sadar artis cantik itu membalas juga dengan liar. Mereka terus berpacu dalam nafsu sampai puncak kenikmatan itu kembali datang. Mereka orgasme bersamaan, orgasme panjang yang lebih intens dari yang sebelumnya. Bahkan Marshanda untuk pertama kalinya merasakan multi orgasme. Badannya menggeliat liar dalam gendongan Raj Kumar. Raj Kumar pun mendengus liar, menyemprotkan banyak sekali maninya ke vagina gadis itu, seakan-akan semua cadangan spermanya dia tumpahkan semuanya ke memek Marshanda. Raj Kumar pun menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dengan Marshanda masih dalam gendongannya. Marshanda merasa kenikmatan yang dirasakannya melolosi seluruh tulang di tubuhnya, dia merasa lemah sekali sehingga dia membiarkan tubuhnya diatas pangkuan Raj Kumar dengan posisi memeluk bajingan yang menodainya dan alat kelamin mereka berdua masih bersatu. Saking lelahnya setelah berpacu dalam nafsu hampir dua jam lamanya, tak lama kemudian Marshanda pun tertidur masih dengan posisi seperti itu.

“He..he… gue beruntung banget bisa nikmatin tubuh cewek cantik kayak kamu Cha. Artis remaja yang sedang naik daun yang jadi impian berjuta lelaki sudah aku nikmati he…he…he…”.

Raj Kumar membiarkan posisi mereka seperti itu. Dia membiarkan kontolnya lemas dalam vagina Marshanda yang hangat. Tak lama kemudian Raj Kumar pun tertidur juga dengan memeluk Marshanda.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Raj Kumar terbangun ketika mendengar dering jam bekernya. Jam weker di rumahnya selalu dia stel dengan alarm jam 5 pagi. Raj Kumar kaget karena dia mendapati Marshanda sudah tak ada lagi dalam pelukannya. Tapi setelah dia mengamati keadaan disekelilingnya, dia pun bernafas lega. Ternyata Marshanda tak pergi kemana-mana. Gadis itu duduk meringkuk sambil menangis di dekat pintu. Raj Kumar pun bersyukur karena dia kemarin sempat menyembunyikan kunci pintu ruangan ini hingga Marshanda tidak dapat melarikan diri. Dia pun menghampiri Marshanda yang masih menangis.

“Hu…hu…hu…..hiks..hu..hu….”

“Kenapa kamu nangis sayang? Oom kan nggak nyakitin kamu. Oom cuma pengen ngajari Chacha kalo ML itu enaaaaak beneer. Chacha ingat kan kalo kemaren Chacha juga nikmatin ML sama Oom sampe teriak-teriak kenceng bener he..he…he…”.

“Hu…hu… Oom jahat. Oom memperkosa Chacha. Chacha udah nggak perawan lagi. En…entar kalo Chacha hamil gimana hu..hu…hu..”.

“Tenang aja Cha. Kalo Chacha hamil, Oom mau kok jadi suami Chacha he… he…he…”.

Marshanda tak bisa membayangkan jika dia harus menjadi istri bajingan ini. Tangisnya pun makin keras.

“Udah… udah… kamu jangan nangis lagi. Sekarang kamu mandi dulu biar badan kamu seger, habis gitu Oom akan antar kamu pulang.”.

Marshanda pun akhirnya berhenti menangis karena harapan dia untuk dapat bebas timbul setelah mendengar janji Raj Kumar. Gadis belia itu pun menurut ketika diajak Raj Kumar menuju kamar mandi karena dia memang ingin membersihkan diri dari bekas perlakuan Raj Kumar terhadapnya.

“Oom keluar dulu, Chacha mau mandi.”, kata Marshanda ketika dia melihat Raj Kumar mengikuti dia kedalam kamar mandi.

“Kenapa Cha? Malu? Oom khan udah lihat semuanya he…he…”, jawab Raj Kumar dengan santai sambil menutup pintu kamar mandi.

Rasa takut, marah, dan juga malu kembali menghinggapi benak Marshanda, tapi dia akhirnya menyerah dan membiarkan tingkah Raj Kumar karena Marshanda ingin bisa lekas pulang dan bebas dari bajingan ini.

Marshanda segera berbilas di bawah shower yang ada di kamar mandi itu mencoba membersihkan tubuhnya yang dia rasakan sangat kotor, kotor oleh aib yang diperbuat oleh Raj Kumar terhadapnya. Hati Marshanda kembali terasa perih ketika dia mencoba membersihkan bekas darah di pangkal pahanya. Dia sudah tak perawan lagi, kehormatannya sudah hilang, diambil secara paksa oleh lelaki yang sekarang dengan santainya melihat dia mandi. Marshanda memejamkan matanya sambil menyabuni seluruh badannya, mencoba melupakan keberadaan lelaki itu. Tapi tiba-tiba sepasang lengan mendekapnya dari belakang.

“Eeh Oom mau ngapain lagi?”, tanya Marshanda ketakutan.

“Tenang, sayang. Oom cuma mau bantu kamu mandi he..he… Sekarang biar Oom yang menyabuni badan kamu yang indah ini.”

Marshanda ingin berontak, tapi akhirnya dia sadar apalah daya seorang gadis seperti dia berhadapan dengan lelaki ini. Marshanda pun akhirnya pasrah dan mendiamkan perbuatan Raj Kumar. Tangan Raj Kumar dengan nakal segera menyerbu buah dada Marshanda. Marshanda mendesah perlahan ketika Raj Kumar mengusap-usap payudaranya yang belum tumbuh sempurna itu dengan sabun. Terkadang Raj Kumar meremas pelan payudara itu, terkadang putingnya dijepit dengan jari-jari Raj Kumar kemudian dipilin lembut. Putting artis belia itu menjadi semakin keras karena rangsangan lelaki yang sudah sangat berpengalaman itu. Tak cuma itu, bibir Raj Kumar pun mulai ikut aktif, mengciumi belakang telinga Marshanda, kuduknya, sampai ke lehernya. Marshanda merasakan kontol Raj Kumar yang sedari tadi terhimpit belahan pantatnya mulai membesar dan mengeras.

“Uugh… Oom aah…”, desah Marshanda makin mengeras ketika salah satu tangan Raj Kumar mulai mengelus-elus vaginanya. Jari lelaki itu dengan lincah segera menemukan klitorisnya dan mempermainkannya.

Ketika birahi Marshanda mulai meningkat, Raj Kumar tiba-tiba menghentikan aksinya. Tanpa sadar Marshanda sedikit merasa kecewa. Raj Kumar menyuruh Marshanda agar membungkukkan badannya dengan kaki sedikit mengangkang sambil berpegangan ke tembok. Raj Kumar lalu berjongkok di belakang Marshanda. Lidah dan mulutnya yang ganti menjelajahi vagina Marshanda dari belakang. Marshanda kembali mendesah nikmat, lidah Raj Kumar yang besar dan panjang menyelusup linacah ke dalam liang vaginanya. Klitorisnya kembali digosok jari Raj Kumar yang tak mau tinggal diam. Bahkan Marshanda merasakan nikmat lain ketika terkadang dengan tanpa rasa jijik lidah Raj Kumar menjilati anusnya. Rangsangan yang gadis belia itu rasakan makin meningkatkan gairah seksualnya sampai akhirnya setelah beberapa menit Marshanda pun menjerit nikmat diterpa orgasme seksual yang kembali dirasakannya setelah kemarin malam.

“AAKHH…. CHACHA AAAHH… EENAAKK OOM…”

Raj Kumar pun dengan rakus menjilati cairan kenikmatan yang mengalir dari lubang surga Marshanda. Tangannya memegangi tubuh Marshanda agar gadis itu tidak terjatuh.

Raj Kumar lalu duduk diatas dudukan toilet yang tertutup. Dia membiarkan gadis cantik itu menikmati sisa-sisa orgasmenya. Kemudian dia memanggil Marshanda lalu menyuruhnya berjongkok di depannya.

“Itu tadi namanya Oral Seks Cha. Enak khan? Oom sudah memberikan kenikmatan sama kamu tanpa kontol Oom masuk ke memek kamu. Sekarang ganti kamu yang harus memberikan kenikmatan oral seks sama Oom.”

“Ma…ma…maksud Oom apa? Chacha nggak ngerti Oom.”

“Kamu jilatin kontol Om dengan lidah kamu, lalu kamu hisep2 pake mulut dan bibir kamu yang seksi itu he…he….”.

“Ah Enggak Oom. Chacha nggak mau, khan jijik.”.

“Eits kamu jangan egois gitu donk. Oom tadi kan nggak jijik waktu jilatin memek kamu, bahkan anus kamu pun Oom jilatin, dan kamu nikmatin semua itu kan?”.

“Ta.. tapi Chacha nggak bisa Oom.”

Tangan Raj Kumar pun segera menjambak rambut Marshanda, lalu dia membentak gadis manis yang ketakutan itu.

“UDAH!! Jangan banyak omong. Pokoknya sekarang kamu jilatin kontol Oom atau Oom nggak akan ngelepasin kamu. Ngerti!!”

Dengan perasaan takut dan jijik, Marshanda pun mulai menjilati kontol Raj Kumar.

“Nah, gitu dong. Aaakh… enak. Jilatin juga kepalanya aakhh… bagus. Lubang kencingnya juga Aakhh….”

Slruup…sllrrupp….

“Sekarang masukin kontol Oom ke mulut kamu. Hisap kayak kamu menghisap permen lolipop.”

Marshanda mencoba memasukkan kontol yang besar itu ke dalam mulutnya, tapi hanya kepala dan sebagian kecil dari batangnya saja yang bisa masuk. Raj Kumar mendesah keenakan, dia menyuruh gadis cantik itu mengeluar masukkan kontolnya ke mulut. Raj Kumar memberi Marshanda petunjuk tentang cara blowjob. Petunjuk Raj Kumar pun dituruti Marshanda dengan baik agar dia tak lagi menerima perlakuan kasar dari bajingan itu. Raj Kumar pun mendesah keenakan karena Marshanda ternyata cepat sekali belajar dan sekarang sudah bisa melakukan blowjob dengan bibirnya yang lembut itu.

“Aaaakhh….. yak gitu Cha aakhh… enak. Kamu pinter banget Cha. Kayaknya kamu berbakat. Natural Cocksucker aahh…. Oom mau nyampe aaakkhhh….. telen semua mani Oom Cha aaaaakkhhh…”

Raj Kumar pun akhirnya orgasme karena nikmatnya blowjob Marshanda. Dia menahan kepala Marshanda agar tak melepas kulumannya. Maninya menyemprot deras di dalam mulut Marshanda. Artis belia itu pun terpaksa menelan sebagian sperma Raj Kumar, sebagian lagi meleleh di sela-sela bibirnya yang masih disumbat kontol raksasa Raj Kumar.

“Uhuk..uhk…”, Marshanda terbatuk-batuk setelah dia bisa melepaskan kontolkan Raj Kumar dari mulutnya.

“Aaahh…. kamu benar-benar cewek yang luar biasa Cha. Nggak cuma memek kamu aja yang enak, mulut kamu juga yahut he… he… he…”

Setelah Marshanda selesai batuknya, Raj Kumar segera menarik gadis itu ke arahnya. Raj Kumar menyuruh Marshanda memasukkan kontol Raj Kumar kedalam memeknya sambil duduk di pangkuan Raj Kumar.

“Ja.. jangan Oom. Chacha nggak mau lagi. Jangan.”

“Sayang, kemaren kita khan juga udah ngelakuin jadi sekali lagi nggak masalah khan?! Awas, kalo kamu nggak nurut perintah Oom, Oom nggak akan ngelepasin kamu dan Oom akan memperkosa kamu terus tiap hari. Kalo kamu nurut apa kata Oom, Oom janji habis ini Oom akan ngelepasin kamu dan nganterin kamu pulang.”.

Marshanda pun akhirnya memilih untuk mematuhi semua perintah bajingan terkutuk ini agar ia bisa bebas. Raj Kumar menyuruhnya untuk mengangkangi Raj Kumar yang masih duduk di toilet. Posisi badan mereka berhadapan.

“Nah, sekarang kamu pegang kontol Oom, lalu masukin sendiri ke memek kamu. Cepat.”

“Akkhh… aduh.”

Marshanda merintih ketika memaksa kontol besar itu ke memeknya yang sempit. Gadis itu melakukannya dengan perlahan agar tidak terlalu sakit, sampai akhirnya kepala kontol Raj Kumar pun bisa masuk ke memek sempit itu. Raj Kumar pun menyuruh artis remaja itu untuk memasukkan lebih dalam. Marshanda pun menurutinya, dia memaksa kontol itu semakin masuk ke dalam liang vaginanya sampai akhirnya dia merasa ujung kontol yang besar dan panjang sampai menyentuh mulut rahimnya. Raj Kumar lalu menyuruhnya melakukan gerakan naik turun sehingga sekarang kelihatan seperti Marshanda yang ngentot Raj Kumar.

“Aaahh….ssst…aahhh…”, rintihan dan desahan nikmat Marshanda mulai terdengar lagi.

“Aaakhh…. kamu pinter Cha. Terus aaahhh…. enak. Sambil goyangin pantat kamu. Puter-puter kayak goyangan ngebornya si Inul aaakhh…”

Marshanda terlarut dalam birahinya. Pantatnya terus dia naik turunkan menunggangi penis Raj Kumar. Kadang pantatnya dia goyangkan, berputar, maju-mundur yang membuat Raj Kumar makin keenakkan. Bahkan ketika Raj Kumar memeluk lalu melumat bibirnya, Marshanda membalasnya tak kalah bernafsu. Desah kenikmatan mereka makin keras berpadu dengan indahnya. Setelah hampir setengah jam mereka berpacu dalam birahi, Marshanda merasakan kalo orgasmenya akan datang. Dia semakin liar menggoyang Raj Kumar, insting alami yang dimilikinya membuat ia tanpa sadar makin mempercepat tempo genjotannya. Raj Kumar yang juga merasa kalo orgasmenya akan datang, segera memegangi pantat Marshanda, membantunya agar naik turun lebih cepat. Bahkan Raj Kumar dengan paksa mencoba membuat kontolnya menusuk lebih dalam sampai-sampai Marshanda seakan merasa kalo kontol itu menusuk sampai ke perutnya.

“AAAAKKKHH…….Oom nyampe Cha aaaaakhh….”

“Chacha juga aaaaaakkhhh………..”

Kedua insan itu orgasme bersamaan. Mereka berpelukan erat menikmati sensasi luar biasa yang baru saja mereka rasakan. Setelah beberapa lama mereka tetap dalam posisi itu, Raj Kumar lalu mengajak Marshanda mandi kembali. Setelah mandi dan berganti pakaian, Raj Kumar mengantarkan Marshanda pulang. Dan didalam mobil, dalam perjalanan pulang, Raj Kumar menyuruh Marshanda sekali lagi melakukan blowjob sampai akhirnya dia keluar dalam mulut dengan lesung pipit manis itu. Sebelum melepaskan Marshanda, Raj Kumar mengancam agar gadis itu tidak menceritakan perbuatannya kepada siapapun terutama Polisi. Raj Kumar bilang dia merekam persetubuhan mereka berdua tadi malam dalam kamar untuk koleksi pribadi, tapi kalau Marshanda macam-macam, rekaman itu akan disebarkannya hingga karir Marshanda pun akan hancur. Marshanda menangis memohon Raj Kumar agar tidak melakukan hal itu. Raj Kumar menyanggupinya asalkan Marshanda tidak berbuat macam-macam.

Setelah kejadian itu Marshanda tak mau datang ke lokasi syuting. Dia mendesak mamanya agar dia bisa pindah ke PH lain. Mamanya bingung dan mencoba bertanya ada masalah apa, tapi Marshanda tak mau menjelaskan pokoknya dia mau pindah dari Multivision Plus yang telah mengontraknya. Mama Marshanda pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali menuruti permintaan putrinya itu. Maka terjadilah skandal perseteruan antara Marshanda dan Multivision Plus seperti yang diberitakan di beberapa media cetak beberapa waktu lalu.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

.

beberapa tahun kemudian………..

“Ah..ahh….ahhh….”

Desahan-desahan nikmat terdengar bersahutan dari sebuah apartemen di Jakarta. Seorang gadis cantik dengan liarnya menunggangi seorang laki-laki yang tidur terlentang di ranjang dalam kamar salah satu apartemen itu. Gadis itu bagaikan seorang joki yang ahli sedang mengendarai kudanya. Goyangannya begitu erotis dan panas. Sang lelaki cuma bisa mengerang nikmat karena goyangan si gadis cantik. Liukan liar sang gadis membuat pria itu tak bisa bertahan lama dan dia pun menyemprotkan spermanya ke liang kenikmatan gadis itu. Sang gadis yang belum mencapai puncaknya makin mempercepat goyangannya agar dia bisa mendapatkan puncaknya sendiri. Tapi apa daya penis sang lelaki telah lemas padahal baru satu ronde mereka berpacu. Sang gadis yang penasaran segera turun dari tubuh sang lelaki. Penis sang lelaki yang sudah lemas itu segera dikulum dengan mulutnya. Hisapan mulut, permainan lidah dan segala teknik yang dimilikinya dalam oral seks dikeluarkan gadis itu dengan harapan sang penis bisa berdiri kembali.

“Aaahh…. sudah Cha. Gue udah capek nih. Kamu memang bener-bener cewek yang luar biasa. Permainan kamu diranjang ganas banget. Aahh… gue puas banget bisa ngentot sama kamu. Makasih ya sayang. Sekarang gue mau tidur sebentar, nanti sore khan kita syuting lagi.”, kata Baim Wong sambil memejamkan matanya, mencoba beristirahat sesudah puas berpacu dalam birahi.

Gadis itu yang ternyata adalah Marshanda yang telah tumbuh menjadi gadis dewasa dengan lekak-lekuk tubuh yang makin indah. Payudara membulat penuh, tak seberapa besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Payudara itu dihiasi putting indah yang terlihat selalu mengacung menantang. Vagina yang terawat rapi tanpa rambut. Kaki jenjang. Wajah manis dengan lesung pipit di kedua pipinya. Benar-benar suatu keindahan yang sempurna.

Dengan kesal Marshanda meninggalkan Baim yang tak sanggup memuaskannya dan menuju ke kamar mandi. Dalam kamar mandi, dibukanya lemari kecil yang ada di dalam kamar mandi itu. Marshanda mengambil sesuatu dari lemari itu. Ternyata benda yang diambilnya adalah sebuah dildo yang berukuran besar, dua kali lebih besar dari penis si Baim. Lalu artis cantik yang sedang naik daun itu segera memasukkan dan memainkan dildo itu di dalam memeknya. Dia berusaha mencapai puncak yang gagal dia dapatkan dalam persetubuhannya dengan Baim Wong. Desahannya pun mulai memenuhi kamar mandi itu.

“Aah..ahh…ini baru namanya Kontol aah…”

Marshanda mendesah nikmat. Dildo dengan ukuran inilah yang bisa memuaskannya, dildo dengan ukuran sebesar kontol Raj Kumar, bajingan yang mengambil keperawanannya. Marshanda masturbasi sambil mengenang pengalamannya waktu diperkosa Raj Kumar. Dia teringat bagaimana rasanya saat kontol Raj Kumar yang besar, panjang, dan keras menusuk sampai dalam ke dalam lubang memeknya. Membuatnya orgasme berkali-kali. Marshanda masih ingat kalo kontol Raj Kumar masih bisa berdiri dengan gagahnya setelah mengeluarkan maninya. Dia teringat bagaimana hanya dengan permainan lidah Raj Kumar, Marshanda bisa mencapai orgasme. Kenangan-kenangan itu semakin meningkatkan birahi Marshanda, sampai akhirnya dia pun menjerit keras saat orgasmenya pun datang.

Setelah sejenak beristirahat menikmati sisa-sia orgasmenya, Marshanda pun lalu mandi dan kembali lagi ke kamar. Dia melihat Baim sudah terlelap dalam tidurnya. Dasar cowok lemah dan egois, maki Marshanda dalam hati.

Marshanda memang dikenal dalam pandangan khalayak umum sebagai artis yang baik-baik, jarang digosipin. Tapi dikalangan selebriti sendiri, Chacha lebih dikenal sebagai cewek yang bisa diajak “having fun”. Asal cocok, mereka bisa menikmati tubuh Marshanda yang indah itu. Bahkan kepiawaian Marshanda dalam urusan seks menjadi legenda tersendiri dalam kalangan selebritis. Tapi sayang jarang banget yang dapat memuaskan Marshanda dalam urusan birahi.

Marshanda melamun dalam kamar itu. Dia berpikir siapa lelaki yang dapat membuatnya merasakan kenikmatan seperti saat pertama kali dia mengenal seks. Kenikmatan yang begitu intens dan berulang-ulang. Bahkan sampai saat ini tak ada seorang pun yang bisa membuatnya multi orgasme seperti waktu itu. Akhirnya setelah melamun hampir satu jam, Marshanda pun bangkit dari duduknya. Dia meraih Handphonenya lalu memencet-mencet nomor dalam keypadnya. Terdengar nada tunggu.

Tut…. tut…..

“Halo?”, jawab seorang lelaki dari speaker handphone Marshanda.

Marshanda ragu untuk menjawab, dia hanya diam.

“Halo?! Siapa nih?”, tanya laki-laki itu lagi.

Setelah menarik nafas panjang dan mengumpulkan keberaniannya, Marshanda pun berbicara melalui handphonenya.

“Halo. Eeeng.. Oom Kumar. Enggg…. i…ini Chacha Oom.”

?????????????????

Tamat
Copyright (c) Joe_Anchoexs
(Thank you for all your support & permission)
------------------

2 Tanggapan

  1. pada 14 Maret 2009 pada 14:55 | Balas Agumonfever
    Dah pernah boz di tetangga sebelah
    duh gmn seh…
    Btw nih story mank g
    Re: iya ini emang ceritanya bos Joe yg diminta pindahin kesini
  2. wah tetangga sebelah yg mana om??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar