Laman

Minggu, 21 Agustus 2011

XY 2: The Lucky Bastard

24 Oktober 2008

  • Karya cipta ini dilindungi undang -undang hukum alam gaib. Dilarang mengcopy-paste, mengubah isinya, atau mengaku-ngaku sebagai yang nulis. Para pelanggar dijamin akan mandul!
  • Cerita berikut hanyalah fiksi semata, jika ada kesamaan, mungkin sekali emang disengaja.
********

Tiga hari berlalu sejak aku memperawani Marsya, sejak saat itu, tiap malam Acha selalu menyelinap kekamarku untuk menuntaskan hasrat yang sepertinya tidak ada habis-habisnya. Selain Acha, belum ada penghuni rumah yang mengetahui tentang keberadaanku, termasuk sepupunya Intan, yang sering sekali menginap di rumah itu. Seringkali aku mengamati Intan dari balik jendela jika ia masuk atau keluar rumah,atau malah jika ia sedang berenang di kolam renang. Kebetulan dari jendela kamarku bisa terlihat sebagian besar area kolam renang yang terdapat di belakang rumah tersebut. Intan yang sepertinya hobi berenang, hampir tiap sore menggunakan kolam tersebut. Tubuh belianya yang hanya berbalut baju renang sering wara-wiri didepan jendelaku. Untuk anak seusianya (16 tahun), Intan termasuk bongsor, tinggi semampai dengan bentuk badan yang telah berkembang sempurna. Tubuhnya itu seringkali membuatku harus mengingatkan diri bahwa yang ada di hadapanku adalah gadis yang dari segi usia, masih pantas menjadi anakku. Malam itu hujan turun dan sesekali ada petir menyambar di dekat rumah itu, seperti biasa aku dan Acha sedang memainkan permainan favorit kami. Tubuhnya yang indah terbaring diatas tempat tidurku, sementara aku menindihnya dengan batang penisku terbenam dalam-dalam pada liang vaginanya yang sudah amat basah.
Kupompa batang penisku dengan teknik-teknik baru yang sedang dalam tahap pengembangan. Kulihat kedua tangan Acha memegang ujung ranjang dengan mata terbelalak dan nafas bagaikan kuda pacu disertai keringat mengalir disekujur tubuhnya tanda kenikmatan yang didapatkannya. Sedangkan keadaan diriku juga tidak lebih baik, meskipun sudah berkali-kali aku menikmati tubuh Acha, tapi tetap saja permainan ini selalu membuatku lupa diri, dan memacu diriku hingga kelewat batas.



Tiba-tiba terdengar suara jeritan tertahan dari arah pintu.

“Ahhhh Acha… lagi ngapain?!” teriak suara itu.

Petir yang menyambar diluar rumah pun bagiku terasa kalah mengejutkannya dari suara teriakan itu. Aku menghentikan genjotanku dan menoleh kearah pintu. Intan berdiri didepan pintu, satu tangannya melintang didepan mulut, sementara matanya melotot, ia sepertinya shock melihat ada seorang lelaki didalam rumah itu, lebih shock lagi melihat apa yang sedang diperbuat lelaki itu dengan sepupunya. Marsya tersadar dari birahinya, ia memekik dan mendorong tubuhku yang masih menindihnya hingga aku terguling kesamping. Acha segera meloncat turun dari tempat tidur dan menyambar kaus dan celana pendek yang tadi ia kenakan, lalu dengan tergesa segera memakainya.

“Intan… ngapain kamu kesini malem-malem? Hujan-hujan gini lagi?” kata Acha sambil mengenakan pakaiannya.

“Sori lampu rumah gue ngedadak mati, mama belom pulang. Jadi daripada gue dirumah sendirian, mendingan gue kesini… ini siapa?” kata Intan kelihatan masih shock melihatku.

Acha langsung berjalan keluar kamar dan menyambar lengan sepupunya itu, mereka berdua pun segera menghilang sepertinya menuju ruang tengah. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa akhirnya mengenakan kembali pakaian bekas ayah Marsya yang telah dihadiahkan kepadaku.



Sejenak aku menimbang-nimbang apa yang harus kulakukan, terus terang aku khawatir bahwa Intan akan melaporkan keberadaan ku pada PAMEO. Semoga Acha bisa meyakinkannya untuk tutup mulut. Cukup lama juga mereka pergi, hingga akhirnya Acha memasuki kamarku, wajahnya tampak lebih tenang.

“Jangan kuatir mang, aku udah ngomong dan ngejelasin semuanya pada Intan. Ia udah janji gak akan bilang pada siapapun mengenai mang Yaris. Jadi mang Yaris tenang aja” katanya menenangkanku.

Aku menarik nafas lega.

“Ya udah kalo gitu. Jadi mang Yaris masih bisa tinggal sampai lusa?” tanyaku.

“Ya mama emang bakal pulang 3 hari lagi, tapi kenapa mang Yaris gak terus aja tinggal disini. Mang kan bisa terus sembunyi disini selama mama dirumah, paling 2 minggu lagi juga mama pergi lagi” katanya masih mencoba mencegah kepergianku.

“Tapi mang Yaris gak mau kalau sampai menyusahkan Acha, neng kan udah baik banget ngebantuin mamang selama ini” kataku jujur.

“Gak nyusahin kok, mang Yaris tenang aja sekarang, biar nanti deh kita pikirin lagi masalah ini. Sekarang mang Yaris tidur aja, aku mesti nemenin Intan dulu”

Aku mengangguk mengiyakan, dan Acha pun pergi meninggalkan kamarku.

Aku membaringkan tubuhku dan memejamkan mata, aku menimbang apa rumah ini masih aman buatku, ataukah sebaiknya aku secepatnya pergi dari sini?



*****

Semenjak Intan memergokiku, keadaan menjadi lebih menyenangkan. Aku sekarang sudah bisa bebas berkeliaran di dalam rumah, dan tidak terkurung dalam kamar saja. Begitu para pembantu pamit meninggalkan rumah pada sore hari, aku bisa keluar kamar dan melakukan apa saja; aku bisa menonton tv layar besar di ruang keluarga, menggunakan ruang olahraga dengan peralatan yang cukup lengkap, aku bisa berenang di kolam renang, atau mengobrol dengan Acha atau Intan sepuasku. Keakraban diantara kami bertiga langsung terjalin dengan cepat, sudah kuduga seperti juga Marsya, Intan sebenarnya amat kesepian dan kurang perhatian. Meskipun diluaran mereka seperti biasa, namun didalam rumah tidak ada siapapun yang bisa menjadi tempat berlindung untuk mereka. Seringkali aku merasa bahwa meskipun aku dan mereka berbeda bagaikan bumi dan langit, namun kami juga memiliki kemiripan, sama-sama tidak memiliki tempat bernaung yang bisa diandalkan pada saat susah. Malam itu, kami bertiga sedang bersiap-siap, besok sore mama Acha akan kembali dari luar negeri. Jadi malam ini atas usul Intan, aku akan mengungsi ke villa milik keluarga mereka untuk sementara, setidaknya hingga mama Acha kembali mengadakan perjalanan bisnis. Kami sibuk memasukkan barang-barang yang mungkin akan kami perlukan. Makanan, pakaian, kebutuhan sehari-hari seperti pasta gigi, sabun, dan sikat gigi, semuanya kami jejalkan di bagasi. Tak lama kemudian mobil yang kami tumpangi pun segera melaju melewati lalu lintas malam yang cukup sepi dari kendaraan. Intan yang enggan ditinggal sendirian di rumah akhirnya memutuskan untuk ikut mengantarku. Karena tidak terhalang macet, perjalanan itu sendiri tidak memakan waktu lama, hanya 1 jam kemudian mobil yang dikemudikan Acha itu sampai di depan gerbang sebuah Villa yang dikelilingi oleh tembok tinggi. Intan segera turun dan membuka pintu gerbang yang terkunci. Begitu terbuka, mobil segera masuk dan menuju pelataran parkir, sementara Intan langsung menutup pintu gerbang dan menguncinya kembali.



Tak lama kemudian, kami bertiga sudah berada didalam villa tersebut. Sungguh villa yang amat mewah, meskipun dengan interior yang sederhana, namun desain yang artistik membuat suasana mewah itu begitu kental. Bagi kalian yang mungkin penasaran akan darimana keluarga Acha dan Intan bisa mendapat kekayaan yang begitu berlimpah, kuberitahu saja, bahwa mama mereka adalah salah satu pemegang saham dari salah satu perusahaan terbesar dan terkaya di dunia saat ini. Bukan… perusahaan itu bukanlah Microsoft milik om Bill Gates, tapi perusahaan muda yang bernama Dildosoft. Dari namanya sudah ketahuan kan apa produk utama dari perusahaan itu? Ya betul! Berbagai macam jenis dildo dengan segala bentuk dan variasi. Mulai dari yang polos sederhana, bergirinjal-gerinjal, hingga yang bertekstur dan terasa seperti penis asli. Dan didunia dimana kaum pria hampir punah dari muka bumi ini, tidak heran bahwa perusahaan ini bisa menangguk profit yang amat besar dari usahanya. Sebagai anggota dewan komisaris perusahan multinasional seperti Dildosoft, tentu saja materi mengalir bagaikan air pada keluarga Acha dan Intan, namun melimpahnya materi juga harus dibarengi dengan kerja keras dan waktu untuk keluarga yang banyak tersita oleh kesibukannya.

“Mang Yaris boleh pilih mau tidur di kamar yang mana aja, makanan buat persediaan seminggu udah disimpen di dapur, kalo ampir abis telepon Acha aja, ntar Acha anterin makanan lagi” Kata Marsya memecah lamunanku.

“Eh iya non, makasih, jadi nggak enak udah ngerepotin” kataku.

“Ah nggak ngerepotin kok. Mang Yaris bebas ngelakuin apa aja didalam atau dihalaman rumah, tapi inget jangan sampe keliatan ama penduduk sekitar” kata Acha.

“Pasti non, kalo masalah itu mah gak usah diingetin”

“Ya udah kalo gitu, aku ama Intan mau pulang dulu, nanti kalo mama udah berangkat lagi keluar negeri, mang Yaris juga pulang kerumah ya, jangan kabur!” kata Marsya khawatir.

“Hmmm” aku menganggukan kepala.

Tak lama kemudian, mobil Acha pun berjalan pergi, meninggalkan aku sendiri di villa mewah ini.



*******

Satu minggu telah berlalu sejak aku pertama tiba di villa ini. Kegiatanku tiap hari selalu itu-itu saja; tidur 9 jam, bangun, ngopi, sarapan, mandi, nonton tivi, baca majalah, dan bla-bla-bla membosankan lainnya. Andai saja Acha ada disampingku, pasti dunia ini tidak terasa membosankan seperti ini. Sesekali Acha atau Intan memang meneleponku, tapi tidak sama rasanya. Aku ingin melihat wajah cantik Acha, menghirup wangi rambutnya, merasakan kehangatan tubuhnya yang menentramkan. Untunglah sore ini Acha akan datang untuk mengantarkan ransum makanan buatku, aku mungkin bisa membujuknya untuk “ehmm- ehmm” dulu sebelum pulang. Hari itu masih siang, tapi aku sudah semakin tidak sabar menunggu kedatangan Acha. Aku melihat kearah jam dinding, sudah pukul 3 tepat, Acha baru akan datang jam 4 nanti. Ehmm ada mobil berhenti didepan gerbang villa. Dari jendela kamarku yang tepat menghadap gerbang, aku melongok dan melihat sebuah mobil yang tidak kukenal berhenti di depan gerbang. Apa Marsya datang lebih cepat? Mobil siapa itu, apa mobilnya mogok atau rusak? Pikirku. Pintu mobil itu pun terbuka, dan sesosok tubuh melangkah menuju gerbang.. Intan! Bukan Acha. Pantas saja mobilnya tak kukenal. Aku langsung bergegas turun menuju pintu depan, begitu sampai aku langsung membuka kunci pintu dan membuka daun pintunya. Intan berdiri sambil membawa dua kantong plastik besar ditangannya, aku langsung meraih kedua kantong plastik di tangannya dan menyuruhnya masuk. Dengan tergopoh-gopoh aku membawa kedua kantung plastik itu kedapur dan meletakkannya begitu saja diatas meja. Dan bergegas kembali ke ruang tengah. Sampai di sana aku terkejut setengah mati, ternyata Intan tidak sendirian! Ia datang bersama dengan teman-temannya. Ada 3 orang cewek sebayanya yang saling berbisik dan saling sikut ketika melihat kedatanganku. Mereka semua masih mengenakan seragam sekolah SMU.
“Kenalin ini mang Yaris, last man on earth yang masih bisa jalan-jalan bebas” Kata Intan memperkenalkanku sambil tersenyum.

“Non Intan…aduh sih non ini gimana sih… ” kataku panik.

“Lho mang Yaris tenang aja, ini semua temen-temen baik Intan. Semuanya udah janji gak akan ngelaporin ataupun cerita pada siapapun soal keberadaan mang Yaris, jadi tenang aja oke” Kata Intan yang melihatku seperti kebakaran jenggot.

“Iya mang tenang aja. Kita gak akan bilang-bilang kok. Kita tuh Cuma pengen ngeliat aja kayak gimana sih bentuknya laki-laki itu. Ternyata aneh juga yah. Hi hi hi” kata salah seorang dari mereka sambil cekikikan.
Kaget juga aku dikerjain Intan seperti ini. Tapi karena memang sudah kepalang tanggung, satu persatu kusalami mereka. Mereka semua cantik-cantik. Tidak kalah cantik dengan Intan. Gadis pertama bernama Imelda, atau biasa disapa Imel. Wajahnya cantik khas keturunan tionghoa dengan mata yang sipit, hidungnya membulat, rambutnya lurus sebahu. Lalu gadis kedua bernama Indah, wajahnya cantik mirip Acha, hidungnya mancung, rambutnya lurus panjang sebahu, ia tampak senyam senyum sendiri, sepertiya tipe gadis yang cuek dan agak agak liar. Gadis yang ketiga, inilah yang membuatku terpana, namanya Jihan. Sepertinya masih keturunan Arab, atau mungkin India. Cantik sekali, rambutnya panjang agak bergelombang, hidungnya sangat mancung, dan sepertinya agak judes. Tubuhnya kecil dan imut, membuatku gemas setengah mampus.



Tak lama kemudian, kami berlima sudah mengobrol akrab seperti teman lama saja. Dibumbui oleh makanan dan minuman yang terus menerus mengalir. Intan kemudian memberitahuku bahwa Marsya sebenarnya ingin datang sendiri, tapi ia ada acara keluarga mendadak, hingga ia meminta Intan untuk mengantarkan jatah makanan. Aku hanya manggut-manggut kayak kuda. Obrolan ngalor ngidul pun berjalan tanpa juntrungan. Tapi kelihatan sekali bahwa mereka ingin tahu lebih banyak soal aku, ehmm maksudnya soal laki-laki. Aku tiba-tiba tersadar bahwa laki-laki sudah sama langkanya dengan politisi yang bernurani. Tentu saja aku sudah mengetahuinya, tapi aku baru menyadari artinya; buat aku, buat para gadis yang saat ini duduk mengelilingiku. “badak bercula satu” inipun mulai timbul pikiran kotornya.

“Eh mang Yaris, ngomong-ngomong kita … ehmmm… boleh liat anunya gak?” Imel yang memang dari tadi paling cerewet tiba-tiba berkata.

Kalimat itu langsung disambut tawa cekikikan dan cubitan-cubitan yang mendarat di badan Imel.

“Ihhh apaan sih? Kok pada salting gini? Ngaku aja kalian juga pada pengen liat kan!” kata Imel dengan wajah memerah.

“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah keempat gadis dihadapanku yang merona merah.

Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka kancing dan resleting celanaku dan terakhir sedikit kuplorotkan celana dalamku dan megeluarkan batang penisku yang masih melayu.

kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut keempat gadis dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot.



“Ih kok keriput gitu…” kata Imel.

“Iya, kok loyo yah? Bukannya katanya keras?” sambut Jihan.

“Iya yah, kalo gini sih mirip kepala kura-kura” timpal Intan.

Walah sialan! Batang kebanggaanku kok dihina habis-habisan kayak gini

“Aduh neng, dimana-mana yang namanya penis tuh yah kayak gini! Kalo udah kerangsang baru bangun dan keras. Kalo belom yah loyo atuh” kataku sedikit emosi.

“Walah si mamang kok jadi emosi gitu? Santai aja atuh mang, namanya juga kita baru liat yang kayak ginian. Ya udah atuh bangunin gih, kita pengen liat nih” kata Indah dengan logat sunda yang kental.

“Ya elah emangnya lampu, bisa dinyalain dimatiin seenak udel?” kataku. Aku mulai melancarkan seranganku.

“Ya udah atuh trus mesti digimanain” kata Indah lagi.

“Mesti dikocok dulu ama salah satu dari kalian…” belum selesai kalimatku, tawa keempat gadis itu sudai berderai.

“Hua haha ha….”

”hi hi hi….” Tawa mereka saling timpal.

“He he, kayak obat batuk aja, mesti dikocok dulu sebelum dipakai?” kata Intan sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca karena tertawa terlalu keras.

Tiba-tiba aku merasa malu sendiri. Jika tadinya aku mengira bahwa akulah yang jadi pemburu dan mereka mangsaku, aku kini sadar bahwa merekalah yang berperan sebagai pemburu. Aku segera mebenahi letak celanaku.



“Ehhh tunggu, kok dimasukin lagi? Kita kan belum kelar” kata Intan lagi.

“Iya lu sih kejem banget, mang Yaris jadi marah tuh” kata Indah masih cekikikan.

“ya udah deh. Gimana kalo kita undi aja. Yang kalah mesti ngocokin penis mang yaris” usul Imel.

Ketiga gadis lainnya mengangguk setuju. Dan mereka berempat pun melakukan undian.

Tak lama kemudian Jihan mengerang kecewa. Tampaknya ia yang kalah, karena kini tubuhnya sedang didorong oleh Intan dan Imel kearahku.

“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Jihan malah mendorong tubuh Indah.

“Ih kan tadi udah perjanjian! Merpati aja gak pernah ingkar janji, masa lu kalah ama burung?” kata Indah ngasal.

Dengan tampang gugup Jihan pun menurut ketika digiring ke sofa tempatku duduk. Aku yang memang sejak tadi sudah gemas melihat Jihan langsung kembali bernafsu. Aku kembali mengeluarkan tanduk tunggalku dari balik celanaku dan mengocok-ngocoknya sambil memandang wajah Jihan yang merah padam. Jihan pun akhirnya duduk disebelahku, tapi kedua tangannya masih berpangku diatas pangkuannya. Jadi akupun meraih satu tangannya dan menggenggamkannya ke batang penisku. Ia tampak tersentak, tapi tidak melawan. Jadi akupun menggerakkan tangannya naik turun menyusuri batang penisku yang kini mulai mengembang karena merasakan kehalusan tangan Jihan.

”Eehhhh …ihhh……tambah gede tuh” Indah berseru kagum, seakan ia sedang melihat gajah yang sedang salto. Diiringi seruan ahhh dan uhhh dari para penonton sirkus ini.



“Ehhh……”Aku sempat tersentak Jihan kini berlutut dan tanpa ragu-ragu mengocok dan meremas-remas batang kemaluanku tanpa perlu bimbinganku lagi.

“Gimana rasanya ??” Imel bertanya penuh selidik pada Jihan. Ia tampaknya amat penasaran.

”Hangat…. Lembut juga, tapi kerasa urat-uratnya….” Jihan menjelaskan.

Kini Imel mendekat dan berlutut disamping Jihan. Ia mengulurkan tangannya dan mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku dengan ujung jemarinya. Tawa cekikikan pun kembali keluar dari mulutnya.

“Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Imel mengomentari kemaluanku.

“Wadauw!” aku berteriak kesakitan ketika Imel mencubit batanganku.

“Hi hi hi sori, abis gemes sih” kata Imel sambil meutup mulutnya menahan tawa.

Busyet! Seumur-umur baru kali ini kata gemes ditujukan padaku.

“Hussh udah, udah! Jangan gangguin mang Yaris lagi. Mang Yaris masih harus beresin kamar belakang tuh” kata Intan sambil mendorong kesamping kedua temannya, dan menarik tanganku hingga bangun.

“Lho beresin apaan?…” kata-kataku langsung terpenggal kedipan mata Intan.
Aku menurut saja ketika tanganku di seret ke dalam oleh Intan sambil berpamitan pada teman-temannya. Intan ternyata menarikku ke kamar tamu di dekat dapur. Dan setelah menutup pintu kamar dan sepertinya mengunci pintu, kekagetanku tambah satu lagi. Tubuhku langsung didorong hingga rebah ke kasur, ia lalu menindihku sambil mulutnya menciumiku. Busyet dah! Agresif banget!



“Non Intan, tunggu dulu… ” kataku gugup.

“Napa mang? Mang Yaris gak suka ama Intan” katanya sambil menegakkan tubuhnya hingga ia duduk tepat diatas selangkangannku. Jari-jarinya mempermainkan kancing seragam sekolahnya, ia tampak mengerling manja. Waduh mana tahan! sungguh mati aku nggak bisa menolaknya.

Aku pun segera menarik tubuhnya hingga menempel menindihku, aku langsung membalas menciumannya. Nafsu birahiku menanjak tajam dan segera menarik tubuhnya kesamping dan berbalik menindihnya. Kancing bajunya satu demi satu kulepas. Buah dadanya yang terbungkus BH kuremas dengan gemas. Dari leher hingga perutnya kutelusuri agak brutal. Dan Intan yang meronta-ronta tak kuberi ampun sedikitpun. Kakinya mengangkang lebar kala tanganku mulai merambat ke atas pahanya dan berhenti tepat di tengah selangkangan. Gundukan kemaluan yang empuk membuat tanganku gemetar kala meremasnya. Dan jari tengahku mencongkel sebuah liang yang menganga di tengahnya. Celana dalamnya mulai lembab menghadapi seranganku yang bertubi-tubi.
Dengan tak sabar segera kusingkap roknya keatas, kemudian kupelorotkan celana dalamnya. Seketika jantungku berhenti berdetak, seluruh susunan syarafku mengeras, sampai dada ini seperti mau meledak. Sebuah pemandangan yang menakjubkan terpampang begitu saja di depanku. Vagina Intan begitu rapat, dan rapi, sunguh menggoda. Kerinduan akan aroma vagina yang khas membuat kepalaku tertarik ke arah selangkangan Intan. Aku mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar dan terpana sesaat melihat vagina Intan yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Intan yang sebesar kacang kedelai, vaginanya berwarna kemerahan dengan rambut yang tidak begitu lebat tumbuh diatasnya.



Kubenamkan kepalaku di sela pahanya. Mulutku memperoleh kenikmatan yang tiada tara kala mengunyah dan memainkan bibirku pada bibir kemaluannya. Intan pun semakin menggila gerakannya apalagi ketika lidahku mengorek-ngorek isi vaginanya. Nikmat sekali rasanya. Klitorisnya yang menyembul kecil jadi sasaran bibir dan lidahku, dan Intan pun langsung hilang kendali, tangannya dengan kacau meremas segala yang dapat diraih dan erangan sensual merentet keluar dari mulutnya. Demikian juga halnya denganku. kulihat mata Intan merem melek menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya, ia pun menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.
“ohh mang, enak banget sih, terussinnn… maannggg” pinta Intan.
Aku meneruskan menghisap-hisap vaginanya, dan ia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin ia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya. Tubuhnya pun mengejang, tangannya meremas kepalaku dan menekankannya keselangkangannya dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang berada di antara selangkangannya. Intan ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Kulihat dari bibir vaginanya merembes keluar cairan cukup banyak. Dengan tidak sabar, batang penisku kuarahkan ke liang vagina Intan. Ternyata sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin ia merasakan kesakitan, jadi aku melakukannya dengan perlahan, dn sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk. Sekilas kulihat Intan menggigit bibirnya sendiri, mungkin mencoba menahan jeritan yang hendak k eluar dari mulutnya. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku kutekan ke bawah. Benar-benar kunikmati ketika senti demi senti batang penisku melesak ke dalam liang vaginanya. Indah sekali menyaksikan perubahan wajah Intan kala makin dalam kemaluanku menelusuri bagian dalam liang vaginanya.

Akhirnya, “Blesss..”
Habis sudah seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kenikmatannya.



“Aduuuhhh maaanngg” Intan seperti merengek dan membenamkan kukunya di pinggangku, sakit-sakit enak rasanya.

Selanjutnya dengan lancar kutarik dan kubenamkan lagi. Makin lama makin asyik saja. Memang luar biasa vagina Intan, begitu lembut dan mencengkeram. Sambil kuterus berpacu, aku menyingkapkan kemeja seragam dan cup bra-nya, lalu kuremas-remas dengan gemas payudara mengkal gadis itu. Lembut sekaligus kenyal. Puting susunya kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Intan pun aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Pokoknya aku melampiaskan nafsuku dengan gemas pada gadis remaja itu.

“Cieh cieh yang lagi asyik! Dunia serasa milik berdua saja, kita-kita ampe dianggap angin lalu nih!” sebuah suara yang kutahu milik Imel tiba-tiba terdengar dari arah pintu.

Aku menghentikan gerakanku dan menoleh kearah pintu dan langsung terperanjat. Imel, Indah, dan Jihan, ketiganya berdiri di ambang pintu kamar sambil ketawa cekikikan. Aku langsung meloncat turun dari atas ranjang dengan kedua tangan menutup selangkangan. Bukannya tadi Intan sudah mengunci pintu? Atau ia Cuma pura-pura saja? Apa semua ini memang sudah direncanakan? Dan sejuta pikiran lainnya berkecamuk dibenakku.

“Lho kok udahan mang? Terusin aja, lagi seru gitu kok!” kata Jihan sambil tak lupa cekikikan.

“Maangg!” Intan menarik tanganku mengajakku kembali naik keatas ranjang.

Ahhh aku sadar rupanya aku sedang dipermainkan oleh para gadis cantik ini. Ini semua pasti rencana mereka untuk memanfaatkan tubuhku, hu hu hu. Bukannya aku keberatan, hanya saja aneh rasanya, bukannya kalo dulu para pria yang jadi pihak yang agresif, kok sekarang malah aku yang dimanfaatin para gadis… dunia memang sudah terbalik. Kalau sudah begini, aku hanya bisa memenuhi tuntutan skenario saja.



Aku membalikkan tubuh Intan dan menyuruhnya menungging, akupun berlutut diatas ranjang, tepat dibelakang pantat Intan yang menungging. Kuarahkan kepala senjataku ke liang vaginanya. Tanpa diminta, Intan memegang batang penisku dan membimbingnya memasuki vaginanya. Tanpa kesulitan, lubang vagina yang sudah banjir dengan cairan itu menerima kepala dan batang penisku. Aku langsung menyetubuhi Intan dari belakang. Kugerakkan pantatku maju mundur, sambil memegang pinggulnya.
“Ahh…, mang…, mang…, Terus.., nikmat sekali”, Intan mengerang nikmat. Tubuhnya tampak berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang. Kupilin-pilin puting susunya, dan erangannya pun semakin hebat.
Tiba-tiba Imel, sekarang telah berlutut di sampingku dan tangannya sibuk menelusuri tubuhku. Ditariknya wajahku hingga miring dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sambil berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga tampak buah dadanya yang tidak terlalu besar, tetapi tampak padat. Sementara Indah dan Dina, melihat dengan sedikit melotot seolah tidak percaya batang kejantananku yang hitam, panjang dan lumayan besar bisa masuk ke liang vagina Intan. Aku menggerakan maju mundur, mulai dari perlahan lalu bertambah cepat, semakin lama semakin dahsyat aku menghujamkan batangku sampai Intan tak kuasa menahan erangan dan desahan sensual, didepan teman- temannya sendiri. sekitar 15 menit kemudian. Aku sudah merasakan Intan akan mencapai puncak orgasmenya. Betul saja, tidak lama kemudian, wajahnya tersapu warna merah seakan segenap pembuluh darahnya menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan jeritan yang panjang. Dari dalam lubang surganya aku merasakan ada semprotan yang keras menerpa kepala kejantananku yang masih tertancap di dalam lubang vaginanya. Ia langsung terjatuh dan terkulai lemas, sedangkan batang kejantananku masih kokoh.



Baru saja selesai dengan Intan, Imel langsung mendorongku hingga terbanting telentang diatas kasur. Imel lalu mengangkangiku tepat diatas selangkangan, tubuhnya sudah tanpa penutup apa-apa. Kakinya membuka lebar, seperti sengaja memamerkan keindahan lekukan di selangkangannya. Gundukan vaginanya berbulu jarang sehingga jelas kelihatan bibir kemaluannya yang merah muda. Wajahnya yang cantik dengan paduan tubuh kecil yang mulus namun sekal ini benar-benar sempat membuatku menahan nafas. Imel langsung menindihku dan menciumku dengan liar, tangannya menggenggam batang penisku dan mengocoknya dengan agak kasar. Kelakuannya yang begitu agresif dan liar, sungguh berlawanan dengan ekspresi wajahnya yang terlihat amat polos dan innocent. Aku langsung balas menciumi bibir Imel yang itu, kupagut dengan tak kalah liarnya. Tanganku bergerak mengusap dan meremas payudaranya yang tergantung diatasku, tak lupa kupijit pijit dan kupuntir puting susu unik miliknya.
“Ouwww… mmmaaang… genit banget..” keluhan campur desahan yang menggoda itu membuatku sempat memaki dalam hati. Busyet nih perawan! Bisaan banget godaiinnya!
“Ya mang, masukin sekarang aja ya…” Imel rupanya sudah tidak bisa menahan nafsu akibat menonton pergumulanku dengan Intan tadi.

Kuarahkan kepala penisku dan membimbingnya memasuki liang vagina Imel, sementara ia menekan pinggulnya turun, namun penisku terpeleset kekiri dan kekanan ketika akan masuk kedalam lubang Vagina itu, Sejenak aku menggesek-gesekan kepala penisku ke bibir vaginanyaI, dan cairan pelumas pun membasahi kepala penisku. mel kembali menekan kembali pinggulnya dan

“Akkkkkkhhh”Diiringi jeritan kecil Imel, kepala penisku akhirnya berhasil juga masuk dalam jepitan bibir Vaginanya yang sempit.Nafas Imel terengah-engah seperti orang yang baru saja cross country.



Kedua tanganku kini bergerak-meremas-remas pinggulnya, dan aku menarik pinggulnya sambil menyentakkan kemaluanku keatas, penisku pun menerobos semakin dalam dan merobek-robek selaput daranya dengan kasar,

“Heiiiii….aadduuuuhh……… mampusss …….aduhh Akkkk!!!” Mata Imel melotot kesakitan.

Spontan ia hendak menarik tubuhnya keatas, tanganku yang satu menekan pantatnya sedangkan yang satu menekan punggungnya erat-erat hingga menempel ke tubuhku. Penisku pun amblas semakin dalam “Awwww ….. Ampunnnn maanngg….pelan-pelan dong, sakittttt” Erang Imel.

Karena kasihan padanya, aku menghentikan gerakanku, dan membiarkan batang penisku tertancap didalam vaginanya Memang luar biasa sekali rasanya, begitu lembut dan mencengkeram. Ingin rasanya berlama-lama dalam liang itu. Mataku pun terpejam menikmati sensasi ini. Tiba-tiba terdengar suara perlahan.

“Mang Yaris… Indah ikutan yah”

Akupun membuka mataku dan… Busyet! Yang pertama kulihat adalah vagina yang tepat berada diatas kepalaku yang masih terbaring. Vagina itu bergerak turun hingga si empunya menduduki mulutku.

“Hmmmppp…” kataku tak jelas karena mulutku tersumpal vagina milik Indah yang tiba-tiba nongol.

Tanpa mempedulikan protesku, Indah menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur, hingga vaginanya mengosok-gosok mulut dan hidungku.



Karena tidak ada pilihan lain (dan karena emang pengen!) mulut dan lidahku segera beroperasi. Pelan-pelan menggunakan hidung dan bibirku, aku menguak kedua labia mayora Indah secara bergantian. Kemudian, lidahku mencongkel keras ke pangkal pertemuan pasangan labia itu, dan berputar-putar di tonjolan daging kecil yang tumbuh disanan. Efeknya luar biasa, sekujur tubuh Indah bergoncang dan bergetar.

“Ihhh hi hi hi… geli, geli” Indah tertawa cekikikan, mungkin sekaligus untuk menahan nikmat yang kuberikan.

Lidahku berayun-ayun dengan semakin liar. Aroma yang khas pun muncul, seiring mengalirnya lendir encer dari dalam vaginanya, yang sebagian masuk kedalam mulutku, sedangkan sebagian lagi membasahi daerah sekitar mulutku hingga belepotan. Tapi aku tidak peduli, malahan lidahku terus menjelajah ke dalam liang vagina Indah. Saat itu pula kurasakan Imel mulai menggerakkan pinggulnya, mula-mula hanya bergoyang perlahan maju mundur, lalu turun naik, hingga mulut vaginanya menelan batang penisku, menyusurinya turun naik. Erangan tertahan pun keluar dari mulut Imel.

“Aduuhh… ehh…. Gilaaa” mungkin antara sakit dan nikmat.
Mulanya memang perlahan saja, tapi lama-kelamaan gerakan Imel seperti orang kesetanan. Dengan cukup brutal, Imel pun “menunggangiku” seperti kuda. Tapi sumpah aku tidak keberatan, abisnya luar biasa enak sekali rasanya.

Entah berapa lama waktu berlalu. Aku benar-benar kewalahan menghadapi dua gadis cantik yang sedang “memperkosaku” ini, boro-boro liat jam, baru menghentikan gerakanku sejenak saja, nada protes langsung terdengar dari mulut Imel dan Indah.



“Aduhhh.. mmmaanng.. enakkk banget.. Oo.. ohhh…” Akhirnya Imel mendesis-desis keenakan. Dan ia menghentakkan pinggulnya keras sekali, seakan ingin menenggelamkan penisku sedalam mungkin ke dalam liang vaginanyanya. Cairan lumayan kental pun mengalir dari liang kewanitaannya. Cairan itu berwarna kemerahan dan mengalir turun dari penisku hingga luber di selangkanganku.

Dengan satu desahan pajang, Imel pun terguling dan ambruk diatas ranjang, dadanya yang indah turun naik seperti kehabisan nafas, semetara kedua matanya terpejam, menghayati kenikmatan yang baru saja melandanya.

“Asyik, sekarang giliran aku!” Indah yang tersenyum senang lalu bergeser ke arah selangkanganku.

Tangan Indah meraih batang penisku, dan mengarahkannya ke liang vaginanya. Tapi baru saja kepala penisku menyentuh bibir vaginanya, aku tak bisa menahan lebih lama lagi,.., dan aku pun meledakkan lahar putih dari penisku,menyembur ke bibir vagina Indah. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku terkuras habis-habisan. Beberapa kali batang kemaluanku mengedut dan mengeluarkan sperma kental. Oh..andai saja aku bisa bertahan lebih lama lagi.

“Ihh kok jadi loyo gini mang?! Kerasin lagi dong” Indah protes ketika melihat penisku yang berada dalam genggamannya mendadak lemas.

“Aduh nn.ak.. wisaa… dah.. lemee…” aku berusaha menjawab, tapi lidahku telah mati rasa karena kelamaan menservis vagina Indah tadi.

“Ahhh si mamang kok gitu sih, pilih kasih!” Indah langsung duduk bersila diatas ranjang, wajahnya tampak cemberut dan memerah karena marah.



“Ihh biasa aja dong Dah, namanya juga manusia, mana bisa terus-terusan tegang kayak dildo” hibur Intan yang sudah berpakaian lengkap.

“Iya-iya, tahu. Aku kan Cuma kesel aja dibikin nanggung kayak gini” kata Indah masih cemberut.

“Tunggu aja dulu, setengah jam lagi, ntar juga mamang dah siap tempur lagi” kataku.

Mata Indah pun berbinar mendengar proposalku.

“Gak, gak. Kita mesti balik sekarang. Udah setengah enam nih. Aku mesti dah sampai rumah paling telat jam tujuh”, kata Amel yang sepertinya sudah bersiap untuk pulang.

“Yaahh… “

Aku kira yang mengeluh barusan itu Indah, tapi ternyata itu suara Jihan. Dalam hati aku tertawa senang, ternyata Jihan pun ingin merasakan kenikmatan bercinta! Hi-hu, kesempatan nih.

Dengan sedikit protes dari Indah dan Jihan, mereka berempat pun akhirnya bersiap-siap untuk pulang. Tak lama kemudian mobil yang mereka tumpangi pun sudah berjalan, pulang kembali ke Bogor. Akupun kembali ke kamarku dan membaringkan badanku yang terasa amat lelah diatas kasur. Aku telentang, sedikit melamun. Aku yakin ini bukan terakhir kalinya aku melihat gadis-gadis cantik yang liar itu. Aku pun tersenyum membayangkan kenikmatan yang akan kuraih nanti.



*******

Sementara itu didepan rumahnya yang amat luas dan mewah, Marsya tampak sedang bersiap-siap untuk melakukan perjalanan jauh. Ia sedang mengangkuti koper-koper dan beberapa bingkisan kado yang terbungkus rapi. Bingkisan itu merupakan kado ulang tahun untuk bibi-nya dari pihak ibu, yang akan berulang tahun besok. Bibinya itu saat ini tinggal di Bandung, dan kesanalah Acha hendak pergi.

“Kenapa Acha mesti pergi duluan sih? Kenapa kita gak bareng aja? Kan enak kita bisa ngobrol dijalan, Acha juga masih kangen ama mama”, kata Acha pada sang mama yang sedang berdiri mengawasi.

“Yah kan gak enak ama bibi kamu, kita kan udah janji mau dateng malam ini. Sementara mama masih ada urusan di kantor. Gak apa-apa kok, besok siang juga mama berangkat nyusul kok ” kata mama Linda lemah lembut.

“Ya udah deh, kalo gitu Acha berangkat yah. Inget, pesta ulang tahunnya jam 7 malem, jangan telat yah ma” kata Acha sambil melambaikan tangannya dan menjalankan mobilnya.

Mama Linda pun balas melambaikan tangan sambil tersenyum ramah. Tapi begitu mobil yang membawa Acha telah hilang dari pandangan, senyumnya langsung lenyap. Ia bergegas kembali masuk kedalam rumah, berjalan tergesa sambil mengeluarkan master keycard yang bisa membuka seluruh pintu didalam rumahnya. Ia menuju kamar belakang dekat dapur. Kamar dimana Yaris biasa tidur dan bersembunyi, setidaknya hingga seminggu yang lalu. Mama Linda membuka pintu kamar tersebut dan memeriksa seluruh ruangan, tapi tidak menemukan sesuatu hal yang aneh. Ia teringat kembali percakapannya dengan salah satu pembantu-nya yang melaporkan kejanggalan yang ia temui, ketika mama Linda masih di luar negeri.



“Bener nyonya! Waktu itu malem- malem, seluruh RW ini heboh, karena katanya ada laki-laki! Waktu dikejar banyak yang bilang kalau laki-laki itu masuk ke rumah ini. Abis malam itu, non Acha ngelarang saya masuk ke kamar belakang itu, dan anehnya saya sering dengar kayak ada suara-suara orang disitu. Tapi saya gak berani tanya macam-macam… “

Mama Linda walaupun setengah tak percaya akan kebenaran cerita itu, namun tetap memutuskan untuk cek dan ricek juga. Tapi ia tidak menemukan sesuatu yang aneh dikamar itu, jadi ia pun mengambil kesimpulan bahwa pembantunya itu mungkin terlalu melebih-lebihkan kejadian sebenarnya. Mama Linda pun berbalik dan hendak meninggalkan ruangan tersebut, ketika tidak sengaja sudut matanya membentur sesuatu yang menarik perhatiannya… bekas noda-noda diatas seprai! Mama Linda memeriksanya dengan hati-hati, hmm ada bekas noda kecoklatan disitu, lalu ada juga noda-noda mengering seperti bekas iler, tapi yang ini letaknya justru tepat ditengah-tengah kasur. Mana ada orang dewasa tidur lalu kepalanya tepat berada di tengah kasur! Pikirnya. Bukti sekecil ini, jika digabungkan dengan urutan kejadian yang ia dengar dari pembantunya, telah cukup untuk menimbulkan kecurigaan di hati Mama Linda. Tanpa sadar ia berbicara sendiri.

“Hmm ada sesuatu yang disembunyikan oleh Acha… apa mungkin… “



*******

Sementara itu di markas PAMEO, cabang Jabodetabek dan sekitarnya (kayak azan maghrib aja, hi- hu).

“Agent Ree, bagaimana hasil penyelidikan kamu mengenai sighting subyek XY di Bogor beberapa hari yang lalu”, kata seorang perempuan setengah baya yang merupakan kepala cabang PAMEO, dan dikenal sebagai M, bukan karena ingin meniru nama bos-nya James Bond, tapi karena nama aslinya adalah ceu (bahasa sundanya mbak) E’em Sutisna, jadi pendeknya yah jadi M aja.

“Lapor M, menurut hasil penyelidikan saya, subyek XY berhasil diidentifikasi sebagai Yaris Riziek, yang kabur dari Lab PAMEO 5 tahun yang lalu. Saat ini keberadaanya belum diketahui, tapi ada beberapa petunjuk yang bisa saya follow through” , lapor agent Ree (dibaca Ri, bukan Rai, Re, apalagi Re’e).

Agent Dee yang bernama asli Riska Amelia, adalah agen PAMEO terbaik di Indonesia, walaupun usianya sekarang baru 23 tahun. Ia lulus dari sekolah agen rahasia dengan nilai tertinggi sepanjang sejarah akademi, dan menjadi Field Agent PAMEO pada usia hanya 19 tahun. Bukan hanya pintar dan terlatih dalam segala jenis seni perang, ia juga cantik luar biasa. Pendeknya, ia adalah James Bond versi perempuan.

“Baik, teruskan penyelidikan! Jangan sampai nama PAMEO Indonesia jadi tercoreng hanya karena ada satu subyek yang berkeliaran bebas tak tertangkap” perintah M tegas.

“Siap M!” Agent Dee memberi hormat lalu keluar dari kantor sang atasan.

30 menit kemudian, setelah mempersiapkan berbagai peralatan canggih untuk memudahkan penyelidikannya, Agent Dee pun meninggalkan kantor cabang PAMEO. Tujuannya jelas, untuk menemukan Yaris Riziek, dimanapun ia berada!

To Be Continued…
PS: Hi-hu, sorry kalo perkembangan ceritanya jadi agak aneh he3x. Soalnya gue kalo nulis cerita gak pernah pake kerangka cerita, apa yang terlintas di pikiran langsung gue ketik.
BTW para pembaca masih mau goyang?! lanjut jangan nih?! Ditunggu feedback-nya dari pembaca.
Peace Out!

********
Sneak peek preview of the next episode :

Tangan Indah kini menyusuri pinggang Jihan, lalu merayap untuk melepaskan kancing celana pendek Jihan, lalu perlahan-lahan ditariknya turun resleting celana itu. Tangan itu lalu bergerak merayap kebalik celana dalam Jihan melalui atasnya, dan mengusap-ngusap gundukan mungil diselangkangannya yang berbulu tipis. Indah tampak asik mempermainkan dan menggesek-gesek belahan bibir vagina Jihan. Sesekali tubuh Jihan tersentak-sentak sambil menengadahkan kepalanya keatas seolah-olah memberikan ruangan bagi Indah untuk terus menciumi dan menjlati lehernya.

“Indahh… udah dong please… iya deh, aku duluan” desah Jihan yang sudah terbuai nafsu.

Mendengar itu, Indah menghentikan rangsangannya dan berdiri kembali sambil menarik tubuh Jihan hingga berdiri, dan celana pendek yang tidak terkancing itupun jatuh kelantai, memperlihatkan paha mulusnya dan celana dalam putih yang ia kenakan.

Setelah ragu-ragu sejenak, Jihan lalu membuka kausnya sendiri yang sudah kusut. Ia juga terus membuka kait bra-nya,dan meloloskannya melalui kedua tangannya hingga melorot jatuh kelantai. Kini keindahan payudaranya yang berukuran sedang telah terpampang jelas.

Jihan pun berjalan menghampiriku. Begitu dekat, aku langsung meraih bagian pinggang celana dalamnya, kakinya agak menegang. Sedikit demi sedikit terus kutarik ke bawah, dan lepaslah celana dalamnya tanpa perlawanan lagi. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilatan di depanku. Aku segera mencampakan celana dalam milik Jihan kesembarang tempat.

This story are Property of Death Note Production@ All right reserved 2008
****************

19 Tanggapan

  1. pada 24 Oktober 2008 pada 00:49 | Balas Damien Winogratsky
    Huaaaa.Finally muncul juga.Kemaren gw baca xy yg pertama waktu khotbah sholat ied.Skarang ud keluar lagi.Seep.Semangat bos
    Re: weleh2 ngomongin cerita seru kok bawa2 sholat ied, ati2 loh kualat hehehe
  2. pada 24 Oktober 2008 pada 01:53 | Balas The-Penetrator
    MANTAFFFF Bos Raito, seru banget ceritanya kaya pilem ajah.
    sambung terus yah. thx
  3. Wuiss udah keluar aja ni cerita!
    @damien
    Baca cerita XY sambil sholat ied? sampai ketemu di neraka brur :P
    @the Penetrator and semua yang ngarep supaya cerita ni lanjut
    Sehubungan dengan rencana gue buat pensiun, Abis gue cek lagi, ternyata cerita XY epsode tiga udah kelar 70%, jadinya mungkin kapan2 gue kelarin dulu, trus gue posting, abis itu baru deh pensiun. Bulan depan kayaknya brur.
    Mungkin ada yang nanya, napa sih gue buru2 declare pensiun, padahal masih ada cerita yang pending di bos shu?
    sebenernya gara2 abis tiap posting cerita gue, selalu diikutin daftar request panjang dari mupenger. jadi daripada gue janji2 kosong, atau gue cuekkin, mending gue kasih tahu kemaren, dan berhasil kan? nggak ada yang request tuh :P
    PS: di bagian akhir ada salah ketik, nama agent Ree, jadi agent Dee, asli cuma salah ketik, jangan disamain jadi Dee yang pengarang Supernova yah, ntar gue di somasi lagi.
    Thanx buat yang udah repot2 baca.
    Peace!
  4. Gila udh cepet ini gue masih kagk bisa koment yg pertama
    Kagak sempet baca lagi gue kyknya bagus dah
    kirim koment dulu takut keduluan orang
    wkwkwkwkwwk
  5. pada 24 Oktober 2008 pada 06:12 | Balas Damien Winogratsky
    Wew.Raito kok gitu.Ak kan kemaren ud request mulan jameela,tyas mirasih,velove vexia and terry putri.Pokoknya request.Wakaka.
  6. waduh klo bener2 pensiun gw ngibarin bendera setengah tiang deh karena kehilangan sastrawan besar… jangan lah
    keep exist dong… biar kami msh bisa ber imajinasi…
    Re: ya nih banyak yg cinta ama cerita2 raito, gw juga sayang banget kalau pensiun dini
  7. Bos Raito..
    sbenernya ga perlu pensiun lah…
    Ceritanya dah berkualitas banget..
    ada baiknya bukan pensiun, tapi istirahat sejenak..
    jadi ketika kangen buat nulis cerita, bos raiyo ga perlu malu. karena selama ini bos raito cuma istirahat doank..
  8. pada 24 Oktober 2008 pada 09:20 | Balas siCknesSpassIon
    baru aja posting yah???
    busethh..
    mantab om raito,,
    eniwei episode 3 nya tu tamat yah???
    -_-”
    bagus loh..!!!
    good work. .
  9. akhirnya xy2 release juga ya makasih boss shu, eh boss shu karya mbak yo yang lain juga ya di keluarin (jangan marah & ngambek ya boss di minta terus)
    Re: iya2 sabar, ada bbrp yg masih pending soalnya masih perlu dirapikan baik tata bahasa maupun paragraf, supaya yg baca kan enak juga, sabar ya
  10. Pokoknya semua jempol buat Mr RAito…
    Good work Mr Raito ^^
    Always Mantapp… selalu
  11. edddaannnn…
    mantap bgd bos!!
    kapan sekuel ketiga kluar??
    g sabar nihh..
  12. pada 25 Oktober 2008 pada 06:57 | Balas Kenbishi Torii
    waaw akhirnya release juga ni cerita faforit gw :-D
    Boz kapan XY 3 nxa release ?
    Pensiun jgn dong boz
  13. hore,,ada nama gue,,hahahai
    thanx banget bro Raito,,heiho,,
    cuma numpang nama doang,,hohohoho,,
    apa ada perannya bro Raito??
  14. pada 25 Oktober 2008 pada 14:05 | Balas binal dari utara
    cerita cerita di sini oke banget
  15. Top quality series nih. Lanjutin dong.
    @raito
    gak usah pensiun cuman gara2 itu dong. Nyante aja lagi, pembacanya juga pasti ngerti kok, kalo kita ni kerja suka rela. Kalo belum sempet ngetik, ya istirahat dulu. Lagian di blog ini yg nulis kan banyak. Jd sembari nunggu karya loe lanjut, kita semua masih bisa baca karya bos shu, yohana, chad, dll.
    Inget kita semua cuma hobby nulis, jd gak boleh ngelupain hidup kita sebenernya, iya gak?????
    Re: betul itu
  16. Mr.Raito…Coba dech bikin cerita ttng kehdpan anak benkel!.Pst menarik tuh.and to xy2 mantap bnget,d-tggu_a xy3nya.good luck 4 bos raito.
  17. pada 27 Oktober 2008 pada 02:15 | Balas no body you dont know
    bung raito mending jadi ghost writer aja!!!!
  18. pada 27 Oktober 2008 pada 03:32 | Balas hentaibeibeh
    boz raito saia mohon dgn sgt agar rencana pensiunnya dibatalkan..
    saia slalu menunggu dgn setia karya2 boz raito yg te o pe2
    terutama cerita “asmirandah”nya..
    semangat!!
  19. cer!Ta t0p aB!Z oeey….

1 komentar:

  1. bagusss. fondasi ceritanya kuat. potensinya masih luas
    klo boleh usul seh nanti pameo yang notabene d isi cwe2 cantik d gulingkan oleh pemberontakan laki2 yang terisolasi dgn taktis. dan karena melwati bnyk eksperimen tanpa mreka sadari laki2 tersebut sudah menjadi kebal dgn virus tersebut dan siap mengembalikan dominasi ato justru memperarahnya :)

    BalasHapus