Laman

Kamis, 10 November 2011

Balada Viana 2: Birth of the Slut

Chapter 1

Viana

Suasana terdengar hiruk-pikuk dalam kelas XII IPA-2, semua murid terlihat gelisah dan berharap Pak Joko tidak memberikan ulangan kimianya hari ini. Viana pun tampak agak cemas, karena iapun merasa belum siap untuk ulangan hari itu, tapi posisi sebagai anak pintar di kelasnya membuat Viana berusaha untuk tidak menampakkan kecemasannya. Saodah yang duduk di sebelahnya malah sibuk bertanya cara membuat isomer dari C7H16O, untunglah Viana cukup menguasai bagian isomer sehingga dia dapat menjelaskannya pada Saodah.

“ Hmmm untung ga tanya masalah reaksi senyawa….hehehehe” pikirnya lega.

Saodah yang polos merasa Vianalah satu-satunya teman yang baik dan mau mengajarinya, sedangkan Viana merasa Saodah adalah teman yang lugu dan layak menjadi temannya. Tidak seperti teman-teman wanitanya yang lain yang berkesan menjaga jarak dengannya. Memang di sekolah itu Viana menjadi incaran hampir semua murid pria, dan kenyataan ini membuatnya agak dijauhi oleh teman wanitanya karena iri atau cemburu. Dijauhi wanita adalah efek dari banyak didekati pria, itu adalah hukum alam yang terjadi pada Viana. Kecantikan, tubuh indah, kulit putih, halus dan lembut adalah kenyataan yang sulit diterima oleh murid wanita lain terutama yang pacarnya malah sibuk mendekati Viana. Untunglah para guru di kota kecil itu rata-rata sopan, tidak seperti guru-guru di sekolah Viana dulu, banyak yang mesum pada muridnya. Belum setahun Viana di sekolah itu, prestasinya sudah sangat menonjol, ini membuat para guru kagum pada Viana yang selain cantik tapi juga cerdas. Tapi bagi Viana sekolah di desa itu sangat mudah, tidak seperti di kota besar yang sangat sulit. Karena itu Viana menganggap terlalu berlebihan kalau mengira dirinya sepintar itu, mungkin itu karena kemampuan anak-anak yang lain memang di bawahnya.

“Baiklah anak-anak, ulangan kimia diundur sampai lusa” pengumuman dari Pak Joko seperti air di tengah gurun, semua anak menarik nafas lega, “hari ini ada rapat awal tahun dari kepala sekolah, jadi pelajaran hari ini cukup sampai disini, kalian boleh pulang dan belajar di rumah. Selamat siang anak-anak!” Pak Joko kembali mengumumkan berita gembira, makin riuhlah suasana kelas karena sudah bisa pulang jam 10 pagi.

“Viana, Viana… pulang bareng yuk, aku antar ya…!” terlihat Ridwan beserta segerombolan anak dari kelas sebelah menghampirinya.

“Aduh sory, aku lagi tunggu dijemput, barusan sudah sms” kata Viana berusaha menolaknya. Ridwan yang terkenal playboy malah cengengesan sok cakep tapi ancur.

“ Dijemput siapa neng? Mending sama aku, bisa sambil jalan-jalan”

“ Gak deh, lain kali ya wan, aku sudah minta dijemput papa”

“Owh, ok deh tuan putri” kata Ridwan menyerah diikuti oleh tawa teman-temannya yang namanya pun Viana tidak tahu.

Sesaat kemudian tatapan Viana seperti kosong, gadis itu terkenang pada SMA nya di Jakarta, saat seperti ini mungkin dia sedang ke mall bersama Sylvi, Fang-fang, Susan teman mainnya atau malah Johan mantan pacarnya yang brengsek itu. Sesaat timbul rasa kesendirian dalam hati Viana, dia menyadari bahwa dirinya tidak terbiasa sendirian seperti itu, ia ingin banyak teman main seperti dulu, ataupun seorang pria yang dapat selalu menemaninya tapi disini jangankan teman, mencari pria yang sesuai seleranya pun sangat sulit. Yang ada di sekelilingnya kini hanyalah anak-anak kampung yang sudah pasti tidak sesuai dengan selera gadis bermata sipit itu. Tiba-tiba juga Viana kangen mama… drrrrttttdrttttttdrrrrt…Viana membuka handphonenya yang baru saja bergetar tanda sms masuk. “TUNGGU 15 MENIT LAGI NON, INI BARU BERANGKAT”. Viana tersenyum kecil membaca sms itu, ia tidak mengira Udin dan Tarjo bisa mendekatinya. Mereka terlihat seperti pemuda kasar di Jakarta dulu, tapi ternyata cuma mereka berdua yang bersikap baik padanya dan adiknya, meskipun tatapan mereka padanya selalu mengarah pada hal-hal cabul, namun justru itu yang membuat Viana senang ada yang menginginkannya disaat dia sedang kesepian dan entah mengapa hatinya selalu bergetar jika dipandang oleh mereka bedua, terutama oleh Tarjo. Padahal mereka berdua sama sekali bukan tipe pria yang disukai Viana dilihat dari penampilan, wajah ataupun ekonomi. Dengan langkah santai Viana bergerak menuju ke gerbang sekolah, tampak Airin, adiknya sedang dikerumuni anak-anak sma, Vianapun bergegas menghampiri adiknya.

“Rin, tunggunya didalam sekolah aja yuk.., jangan disini”

“Sebentar cie, aku lagi beli basotahu” rupanya Airin sedang beli makanan di gerbang depan sekolah, sementara anak-anak smu yang tadi mengerumuninya kembali menggoda Airin.

“Oooo, nama kamu Rini yaaa, tadi itu kakak kamu kan? Koq sombong sih Rin…”

“Kenalan dooonggg……”

“kamu mirip kakaknya yah, sama-sama cantik….”

“ Rinrin, udah kedatangan bulan belum….hahaha”

“ Rin, kakak kamu udah punya pacar belum?”

“kamu sudah ada yang punyakah?”

“ Rin, nama Cina kamu apa? Rinmoy gitu?”

Begitulah godaan demi godaan yang ditanggapi Airin dengan cuek dan tanpa menjawab sedikitpun.


Airin
“Ini basotahunya neng” tukang baso tahu pun cengengesan melihat tampang Airin yang kemerahan karena panas matahari.

Segera Airin mengambil mangkok basotahunya lalu lari menuju Viana kakaknya. Dari jauh Viana melihat anak-anak smu maupun tukang baso tahu melotot kearah betis putih Airin yang berlari menjauhi mereka. Suit-suitpun terdengar dari arah gerombolan anak smu itu.Viana tampak dongkol sekali melihat adiknya yang masih 3 smp digoda teman-teman smanya sendiri, tapi dia lega karena Airin tidak menanggapi mereka. Viana dan Airin sama-sama menunggu jemputan diareal sekolah sambil makan basotahu.

“Kamu kenal mereka tadi rin?”

“enggak tau cie, mereka kan teman-teman cici, harusnya aku yang tanya cie-cie” kata Airin sambil terus melahap basotahunya.

“Cici juga gak kenal, kayaknya mereka anak-anak IPS tuh, dasar anak cowok”

“yah biar aja cie, kirain aku cici kenal mereka”

“kalau kenal, udah cici labrak tuh mereka yang udah gangguin kamu tadi, eh, tuh mang Udin sama Tarjo datang, ayo rin kita pulang” kata Viana meraih tangan adiknya.

“ Iya cie, antar aku bayar basotahu dulu yah”

“Yaudah ayo sambil jalan ke depan, motor kan gak boleh masuk ke dalam sini” Viana dan Airin berjalan lagi ke gerbang sekolah menuju Udin dan Tarjo yang menjemput mereka setelah sebelumnya membayar makanan.

Seperti biasanya, Viana dibonceng Udin dan Airin dibonceng Tarjo. Masih di depan sekolah tangan jahil Udin meraba paha Viana yang tadi sempat tersingkap sewaktu menaiki motornya, secara reflek Viana mencubit punggung Udin dengan wajah merona merah sementara Tarjo senyum-senyum memandanginya. Sekilas Viana melirik Airin yang ternyata memang sedang melihat ke arahnya. Merekapun langsung tancap gas meninggalkan sekolah.

“Mang Udin, lain kali jangan pegang-pegang via di depan umum, apalagi tadi ada Airin, kan malu, gimana kalau Airin lapor sama papa?!” tegur Viana

“Iya, maaf non, tadi kirain gak ada yang lihat, trus abisnya mamang kangen sama non Via, udah satu minggu koq ga pernah mampir lagi ke gudang non?” jawab Udin nyengir kuda.

“Pokoknya Via gak mau dipegang-pegang didepan umum, kemarin via lagi males ke gudang, ga enak badan, pegal-pegal, jadi via istirahat total.” Sahut Viana masih dengan nada galak.

“pantes aja, kirain non marah sama mamang akibat kejadian minggu lalu itu tuh..hehehe, padahal gak apa-apa non dateng aja temenin mang Udin dikamar, nanti mang Udin pijitin biar ga pegal-pegal.”

“Lho, memangnya mang Udin bisa pijit ya?”

“Wah non, mang Udin ini ahlinya, tukang pijit buta dikota aja belajarnya sama mang Udin” sahut Udin tanpa merasa bersalah karena bohong. Viana yang masih berumur 18 tahun dan masih belum bisa mengenal orang dengan baik itupun percaya saja pada kata-kata Udin, di samping Viana memang sering terkena ilmu gendam Udin sehingga untuk mempengaruhi Viana bukanlah hal yang sulit bagi Udin.

“Kebetulan dong mang, kalau Via lagi pegal bisa dong pijitin Via ”

“Beres non, dijamin enak deh, pasti non ketagihan mamang pijit”

Sementara itu, dimotor lainnya pun Tarjo dan Airin sedang mengobrol ringan dan menjurus pada percabulan. “Non Airin koq gak pernah mampir kegudang kayak non Via sih? Mampir dong non sekali-kali” kata Tarjo memulai pembicaraan.

“Nanti deh mang, kemarin dulu juga cici suka ajak Airin, tapi Airin suka sibuk kalau malam gitu, soalnya rin gak biasa belajar siang, jadi harus malam atau pagi”

“Siang juga gak apa-apa koq non hehehe…”

“Lho, siang kan kalian juga kerja ditoko, masa Airin ajak ngobrol, papa bisa marah tuh”

“OOO iyaya betul juga.. hehehe”

“yeahhh gimana sih nih mang Tarjo, pikun ya…” kata Airin galak namun ceria.

“Bukan pikun sih non, tapi karena ada non Airin di belakang mamang jadi gak bisa mikir lurus, apalagi tadi liat non Viana diraba-raba Udin, mamang jadi kepingin.. hehehe tadi non Airin lihat gak?”

“Iya, tadi liat, koq kalian kurang ajar gitu ya sama cici”

“hehehe harusnya non Airin tanya cici non, kenapa mau diraba gitu sama si Udin. Kalau cowok sih gak usah ditanya, siapa yang nolak apalagi ceweknya secantik non Viana, mang Tarjo juga mau tuh”

“Memangnya kenapa mang? Jangan-jangan kalian sering lakuin kalau di gudang” serang Airin mulai curiga.

“Eh, engga koq non, gak ngapa-ngapain.tapi memang kita suka koq sama kalian berdua, jadi boleh dong cari kesempatan, siapa tau cici non mau.hehehe” kata Tarjo mengelak.

“Kalau suka kan juga gak usah pegang-pegang segala, gimana kalau ada yang liat, kan nama baik cici bisa tercemar”

“Iya deh non, nanti mamang marahin si Udin itu. Tapi seandainya cici non mau, non Airin marah gak?”

“Ya engga dong mang, kalau cicinya mau sich gak masalah, tapi gak boleh paksain lho… harus jantan” kata Airin menggurui, namun dalam hatinya merasa sangat penasaran akan kebenaran cerita pegawainya itu, diam-diam Airin bertekad akan mencaritau apa yang sedang terjadi pada diri cicinya itu.

Perjalanan pulang menjadi lebih lambat, karena baik Udin ataupun Tarjo sengaja memperlambat laju motor mereka untuk bisa “berduaan” dengan pasangan masing-masing. Tiba di rumah seperti biasa kedua gadis itu langsung masuk ke kamarnya masing-masing, sedangkan Udin dan Tarjo kembali bekerja.

###########################

Chapter 2



Keseharian Viana dan Airin di desa kecil itu memang monoton, tidak seperti kebiasaan mereka sewaktu di Jakarta dulu yang penuh acara hura-hura. Teman ngobrol mereka memang hanya Udin dan Tarjo, sehingga tidaklah aneh jika mereka terlihat begitu akrab, tidak seperti hubungan nona majikan dan kuli rendahan. Lebih tidak aneh lagi jika orang tahu pelayanan Viana terhadap para kulinya itu dalam gudang sembakonya. Pak Sumarga, ayah Viana mengira hubungan anak dan para kulinya itu hanya karena sering antar jemput sekolah saja hingga tidak curiga sedikitpun ada hubungan terlarang di antara mereka. Tak seorangpun dapat mengira apa yang dipikirkan seseorang, termasuk Udin dan Tarjo, mereka tidak tahu dampak dari apa yang mereka lakukan pada Viana selama ini, bagi mereka yang terbiasa bermain pelacur, perlakuan pada Viana minggu lalu belum ada apa-apanya, sehingga mereka menganggap itu biasa saja. Lain lagi dengan Viana, efek ilmu gendam cabul dari kedua kulinya lambat laun mengakar dalam hati dan pikirannya hingga mempengaruhi hormon seksual dalam tubuhnya. Semburan sperma dari Udin dan Tarjo yang minggu lalu tepat mengenai wajahnya dan malah tidak sengaja tertelan, meskipun sedikit tapi sangat mengena, membuatnya terus mengenang kejadian itu. Terbayang dalam benaknya seringai cabul kepuasan Udin dan Tarjo begitu menuntaskan birahinya. Tidak sabar rasanya Viana menunggu malam tiba, ada sesuatu yang mendorongnya untuk selalu memuaskan birahi Udin dan Tarjo. Viana memang baru pertama kalinya mencicipi sperma laki-laki, namun pengalaman yang tidak disengaja itu justru memicunya untuk senantiasa memuaskan kulinya. Sebagai wanita, ada kebanggaan tersendiri jika bisa membuat Udin dan Tarjo terangsang, apalagi bisa membuatnya ejakulasi. Tatapan cabul Udin dan Tarjo diartikan Viana sebagai penghargaan padanya. Begitu parahnya pengaruh ilmu gendam Udin yang tidak Viana sadari secara perlahan akan membawa Viana pada suatu kehancuran dan sekaligus juga kenikmatan dalam hidupnya. Sore itu Mbok Saroh membawakan makanan di ruang makan keluarga lantai dua. Viana terlihat sexy dengan kaus ketat yang membalut tubuhnya, tapi tidak dapat menutupi keranuman tubuhnya yang beranjak dewasa, celana pendek putih yang dikenakannya tampak serasi dengan potongan bentuk kakinya yang indah. Sementara Airin mengenakan daster terusan warna pink terlihat sesuai dengan karakter feminimnya. Keduanya makan dengan lahap karena masakan mbok Saroh terkenal enak dilidah. Diam-diam Airin memperhatikan cicinya dengan seksama. Merasa diperhatikan, Viana menegur adiknya.

“ Ada apa rin, daritadi liatin cici terus, ada yang aneh gitu?”

“Ehmmmmm…. Ga sih ci, Cuma mau tanya…..”

“Ehh, tanya apa? Kalau tanya pelajaran smp, cici juga banyak lupanya.”

“Bukan itu cie, rin mau tanya, gimana rasanya dipegang cowok?”

“Hah? Dipegang cowok? Memangnya siapa yang udah pegang kamu?” Tanya Viana lumayan kaget

“bukan aku cie, tapi tadi siang aku liat paha ciecie dipegang mang Udin, gimana rasanya? Apa gak risih gitu? Koq cici gak marah?” deggg, gawat!! Pikir Viana..

“kata siapa aku gak marah, tadi sepanjang jalan si Udin itu cici marahin koq “kata Viana ketakutan.

“aduh cicie, aku sih cuma mau tau gimana rasanya dipegang gitu? Ga perlu jadi sewot gitu….”

“Rasanya ya risih banget lah, memang kurang ajar tuh si Udin, aduhhh, cici jadi malu sama kamu nih, Rinnnn, jangan bilang papa yah, please, cici gak mau malu dua kali”

“hohoho tenang aja cie, gak bakalan rin kasih tau koq, toh papa juga pasti sibuk sama istri barunya itu, mana peduli dia sama kita”

“Nah, itu betul.!! Ternyata cuma kamu yang peduli sama cici, cici terharu lho rinn”

“Nahkan kan ciciku yang cantik ini gombalnya lagi kumat tuh, padahal mang Udin juga keliatannya peduli koq sama cici”kata Airin mencoba memancing Viana.

“Ah, masa sih rin, diakan kuli papa, gak pantes ah” kata Viana dengan wajah tersipu. Tentu saja Airin yang nakal malah makin senang menggoda cicinya itu.

“Tuh kan kulit muka cici jadi kemerahan, senang ya cie? Mang Udin memang keliatan jantan lho waktu tangannya yang kekar meraba paha cici, jangan-jangan udah sering ya cie?”

“Ihhh ngaco ah, udah, cici mau belajar buat besok nih” kata Viana meninggalkan adiknya di meja makan, sementara Airin masih cekikikan melihat cicinya salah tingkah begitu. Perasaannya yang tajam segera saja menangkap signal dari cicinya tentang Udin atau Tarjo.

####################################

Chapter 3


5 jagoan ((Tarjo, Warsa, Darsono, Kosim, dan Udin)
Kamar dalam gudang itu hanya berukuran 4x3 meter namun cukup nyaman didiami oleh Udin dan Tarjo, apalagi Viana sudah menghadiahi mereka dua ranjang kayu dengan kasur yang empuk ditambah lagi televisi 14 inch plus dvd kecil. Viana membelikan semua barang itu dari uang tabungannya, tapi tentu saja tanpa sepengetahuan Pak Sumarga, ayahnya. Pak Sumarga hanya tahu Udin dan Tarjo membeli barang-barang itu dengan uang mereka sendiri. Mendapat semua barang-barang itu membuat Udin dan Tarjo merasa mendapat angin dari anak gadis majikannya itu, keduanya tidak sabar ingin segera menguasai Viana yang sudah nyata memberikan lampu hijau bagi mereka. Udin dan Tarjo sengaja membiarkan Viana sendiri yang bergerak mendekati mereka, mereka cukup hati-hati dalam bertindak agar tidak mendapat celaka dikemudian hari. Dengan ilmu gendam itu, tampaknya mereka telah berhasil merebut hati Viana, seperti kejadian malam ini. Tepat pukul 10 malam, Viana telah muncul dipintu kamar mereka dengan senyum manis yang menghias wajah orientalnya. Udin mematikan rokoknya dan tangannya melambai kearah Viana yang hanya beberapa meter darinya sementara matanya mengerling penuh arti pada Tarjo yang duduk tak jauh darinya. Tarjopun mengangguk tanda mengerti isyarat dari rekannya itu. Viana berjalan kearah Udin, sambil matanya sesekali mengerling kearah Tarjo, ada debaran aneh di dadanya sewaktu melewati Tarjo, ini kedua kalinya Viana berdebar-debar di dekat Tarjo, tapi kedekatannya dengan Udin membuatnya lebih kelihatan cuek, kakinya melangkah santai kearah Udin yang memberi isyarat agar Viana duduk di sampingnya. Viana duduk di samping Udin, matanya melihat tempat tidur, dan TV pemberiannya.

“ Gimana mang, sekarang udah enak ya, udah ada tempat tidur dan televisi buat hiburan”

“heeh, makasih ya non, memang udah enak sekarang mah, tapi tetep aja lebih enak lagi kalau ada non yang nemenin kita. Hehehe iya gak Jo?”

“Iya non, kita berdua sering kesepian di sini, kalau ada non, waktu jadi lebih cepet jalannya”

“Ah mang Tarjo bisa aja, hari ini Via mau nagih janji mang Udin tadi siang, katanya mau pijitin, badan via pegel nih mang” kata Viana yang berusaha menahan debaran jantungnya yang semakin menjadi-jadi waktu Udin juga duduk disampingnya.

Matanya tidak berani memandang Tarjo, malah selalu melihat kearah Udin di sebelah kirinya, sementara mata Tarjo jelalatan menjelajahi sekujur tubuh Viana terutama pundaknya yang terlihat putih tak tertutup tanktop.

“Dari tadi udah mamang tunggu koq non, hehehe, sok atuh non baring dulu di ranjang”

Segera saja Viana telungkup di ranjang baru Udin yang masih empuk. Udin dan Tarjo tercekat memandang paha mulus Viana yang hanya memakai celana kain pendek warna coklat.

“Mang Udin mulai yah non, oh iya katanya mang Tarjo juga mau bantuin pijit non Via, boleh gak non?”

Kata Udin menyeringai mesum penuh arti.

“Mang Tarjo bisa mijit juga? Kalau bisa sich gak apa-apa, tapi kalau gak bisa jangan deh, nanti malah badan via tambah pegal” kata Viana tetap dalam keadaan telungkup, hatinya tambah berdebar, dia juga tahu kedua kulinya sedang jelalatan memandangi tubuhnya, tapi hatinya malah merasa bangga.

“Bisa dong non, mamang juga biasa pijit orang sakit koq, apalagi non Via cuma pegal-pegal, itumah keciiiil” kata Tarjo.

“ yaudah kalau bisa sih gak apa, tapi jangan terlalu keras ya mang”

“ Beres non, Jo, lu bagian kaki ya” kata Udin sambil tangannya mulai memijit punggung Viana.

Merasa sesuai skenario, Tarjo segera saja menyerbu kaki Viana yang sudah di depannya. Udin dan Tarjo pun sibuk memijit tubuh Viana, sambil sesekali meraba bagian sensitif gadis itu. Perasaan Viana sudah tidak karuan, campur aduk antara tegang, malu, pegal,berdebar, risih, geli dan juga bangga. Apalagi Tarjo yang memijat kaki, sambil sesekali meraba paha, membuat Viana makin tak bisa bergerak karena tegang. Dari kedua kuli yang berusaha mendekatinya itu, Viana memang tidak berusaha menghindarinya karena hatinya sudah menyambut signal dari mereka, tapi hanya Tarjo yang lebih bisa membuat hatinya bergetar. Sekarang orang yang telah menggetarkan hatinya itu malah sedang memijit kakinya, ini pertama kalinya tubuh Viana disentuh oleh pria, Johan sendiri yang dulu adalah pacarnya tidak pernah berbuat seperti ini padanya. Dia terkenang pada keperawanannya yang terenggut oleh tangan pacarnya waktu sedang petting. Gairahnya tiba-tiba bangkit. Udin yang bertugas memijit punggung, tangannya selalu nyasar ke bagian pinggir dadanya yang lunak. Tarjo yang sudah sedari siang selalu terbayang paha Viana yang putih diraba Udin sekarang sudah bisa merasakan kelembutan dan kehalusan kulit Viana secara langsung dengan tangannya yang kasar. Udin pun yang sudah seminggu menunggu Viana memuaskannya, kali ini dengan bebas tangannya bergerilya merayapi bagian tubuh atas Viana yang terbungkus tanktop abu-abu. Udin dan Tarjo merasa Viana memberi isyarat positif pada mereka, tapi ada sesuatu yang membuat mereka kurang puas menikmati anak majikannya. Untuk itu Udin mulai memancing obrolan cabulnya dengan Viana, sementara Tarjo menatap setiap lekuk tubuh Viana dengan penuh birahi.

“Non Via, pernah gak non via dipijitin gini sama pacarnya non waktu di Jakarta dulu?” tanyanya.

“mmmh …. be..belum mang, via gak pernah dipijit gini sama Johan”

“hehehe kasian banget si non, harusnya pacar non itu suka pijit non kayak gini, masa tuh cowok ga tertarik”

“ Yah gak tau mang, dia memang bukan jodoh kali”

“Orang kota memang rata-rata gitu ya non, apalagi pacar non seumuran, ya gitu itu, belum dewasa, mau enaknya aja, habis manis sepah dibuang, ya gak non?

“Iya betul mang, via masih nyesel koq bisa kebablasan waktu pacaran sama dia dulu” kata Viana curhat.

“Iya non, koq si non bisa mau dientot sama tuh orang,” kata Tarjo memulai pertanyaannya.

“Ihhh si mang, Via belum pernah gituan koq sama Johan”

“ Lho, gimana si non ini, katanya udah gak perawan sama pacar non, maksudnya gimana? Tanya Udin kebingungan. Tarjopun mengerutkan alisnya pertanda ikut bingung.

“ Aku memang udah gak perawan, tapi bukan sama itunya Johan” kata Viana makin bergairah.

“Lho, jadi gimana non? Sama apanya?” Tanya Tarjo

“Sama jari tangan mang, waktu itu kita udah lupa diri, jadi tangannya masuk terlalu dalem”

“OOO jadi non Via dulu cuma pernah ngocokin kontol sama main jari doang? Gitu non?” Tanya Udin kaget

“ he…eh, iya mang, kenapa koq kayak kaget sih kalian?”

“Buset non, kirain kita non Via pernah diewe pake kontol beneran, Cuma sama tangan doang mah mana kerasa non”

“ kerasa koq mang, sakit dan ngilu terutama waktu ada darah keluar, perih banget” kata Viana lugas.

“yeah si non, pake becanda, maksudnya kerasa enak nonnnn” kata Tarjo gemas dan mencubit paha Viana.

“Awww mang Tarjo jahat, sakit tau!” teriak Viana tak terlalu keras.

“hehehe sakit mana tuh non sama waktu perawan non dicoblos tangan?” kata Udin terus menggoda Viana.

“ Udah ah, ganti topik, via malu” kata Viana sambil merapatkan kedua kakinya yang tadi dicubit Tarjo.

“Non sekarang udah punya pacar lagi belum?” sambung Tarjo sambil terus memijit betis Viana.

“belum kepikir mang, lagian didaerah sini Via belum banyak kenal orang” kata Viana

“Waduh non, sebenernya banyak pemuda kampung sini yang tergila-gila sama non, termasuk juga dari kampung sebelah. Mereka juga horny sama cewek sipit putih kayak non Via sama non Airin lho, tapi mamang bilang sama mereka bahwa non udah punya pacar, gitu non” cerita Udin.

“idihhh mang Udin sok tau…. Lagian masa sih kayak gitu, Via kan belum kenal mereka, masa bisa suka?”

“Iya, bener non, banyak yang suka tanya-tanya, kalau gak percaya Tanya aja sama Tatik, mama baru non itu. Hehehe iya harus gitu dong non, soalnya kita berdua juga suka sama non Via, apalagi sejak minggu lalu non kocokin kontol kita, jadi tambah pengen dah” kata Tarjo menyampaikan maksudnya.

“Nah lho non, hayoo pilih siapa? Mang Udin atau si Tarjo ini?” Tanya Udin tak memberi kesempatan pada Viana yang juga kaget, sampai debaran jantungnya terasa ditangan Udin yang sedang memijitnya.

“Hah??.... koq bisa gitu mang? Sejak kapan? Kenapa sama Via? Gak pantes ah, kalian ini becanda ya….”Viana tanpa sadar membalikkan badannya jadi terlentang.

“ masa kita bohong sih non, sejak pertama ketemu non, kita udah suka sama non, apalagi pas non nyoliin kita, duhhh, tambah sreg aja sama non Via” kata Tarjo sambil sekarang tangannya memegang paha depan Viana yang membalik. Kontan saja Viana terduduk menghentikan pijitan kedua pembantunya.

“Gak pantes kenapa non? Memang ada aturannya kalau orang suka? Non juga pasti suka kan? Tuh buktinya minggu kemarin bisa nyoliin kita” kata Udin segera.

“Itukan karena via belum ada temen, jadi minta ditemenin, lagian kebetulan Via udah pernah ngocokin Johan, pacar Via dulu” kata Via.

“Udah deh non, sekarang putusin aja, non Via mau gak sama kita, pilih aja, mang Udin atau mang Tarjo, atau dua-duanya juga boleh, ya Jo, kita udah siap jadi madu koq. Hehehe” kata Udin diam-diam bersiap memasukkan ilmu gendam simpanannya pada Viana.

“Tapi kan mana pantes begitu, kalian kan pegawai papa, papa juga ga akan setuju karena kita beda ras”

“hahaha si non lupa yah, tatik juga pegawai papa, tapi koq papa non mau, beda ras juga lagi, malah kalau non mau tau, papa non sekarang punya simpanan lagi cewek desa sebelah yang umurnya gak jauh dari non Via”kata Udin.

“ga tau ah mang, via bingung, harus Via omongin dulu sama Airin, tapi pasti papa ga akan setuju” kata Viana, dalam hatinya membenarkan kata-kata Udin barusan.

Lagian di desa ini jarang sekali orang Chinessenya, jadi jangankan mencari cowoknya, mencari keluarga Chinessepun susah, jadi apa salahnya dia memilih pembantunya itu, Vianapun menginginkan cowok yang umurnya lebih tua, apalagi dia selalu dibuat bergairah bila ada di dekat kedua pembantunya itu.

“Aduhh… banyak sekali pertimbangan yang harus kubicarakan pusinn….k” katanya dalam hati.

Hati Viana lebih memilih Tarjo, tapi dia bingung karena dengan Udin pun dia sudah sangat dekat dalam kesehariannya. Tarjo memang lebih pendiam dari Udin sehingga tampak lebih cool, meskipun dari segi wajah, keduanya jauh dari tampan, malah yang ada tampang mesum dan porno. Sekarang Udin memijat pundak Viana, kulit tangannya bersentuhan langsung dengan kulit pundak Viana yang halus, sedangkan Tarjo memijat jari-jari kaki Viana, sambil tetap saja matanya sibuk merayapi setiap lekuk tubuh Viana. Kali ini Viana yang dalam posisi telentang dapat melihat jelas wajah Tarjo yang sedang berfantasi cabul tentangnya, wajah Viana yang putih kembali merona merah, malu juga dipandang seperti itu oleh orang seperti Tarjo, tapi juga senang karena Viana tidak nampak berontak sama sekali, malah tersenyum manja pada Tarjo. Sementara Udin yang sudah tak tahan memandang kulit putih pundak Viana, tiba-tiba menghisap leher gadis itu, hingga akibatnya Viana lemah seketika, sekujur tubuhnya merinding penuh birahi.

“Hmmmfff…. Manggg Udinnn ahh” desah Viana, matanya masih tidak berani menatap Udin, karena malu juga sama Tarjo yang masih meraba-raba betisnya.

“Gimana non, kita serius nih, bener-bener suka sama non Via, mau kan? Tinggal pilih salah satu dari kita, kan non udah tau daleman kita waktu kemaren itu, gimana non?” kata Udin dengan kurang ajar mencolek dada Viana.

“Gak tau ah mang, Via bingung” jawab Viana mulai gelisah.

“Koq bingung non?jangan-jangan non Via suka sama kita berdua yah…hehehe”goda Udin memancingnya.

Tidak diduga Viana mengangguk malu-malu didepan para pembantunya. Tentu saja wajah Udin dan Tarjo jadi berubah, dengan mata berbinar-binar penuh nafsu mereka mendekatkan wajah mereka ke depan wajah Viana yang sudah merah padam sambil tertunduk malu.

“nah gitu dong non, kalau punya perasaan harus bilang, ga usah malu-malu segala, toh kita juga seneng koq, yaudah mulai sekarang non via jadi cewek kita ya” kata Udin.

“Ihh mang Udin, Via kan belum mutusin gitu, masa pacar via ada dua, kan aneh mang”

“Alaaahhh, gak kenapa-kenapa non, sekarang mah banyak yang gitu, malah ada cewek yang pacarnya lima orang, yang gak boleh itu main rahasia, punya pacar banyak tapi dirahasiain tuh kayak papa non hehehe sementara kita kan udah saling tau dan yang penting gak keberatan tuh, iya ga Jo, lu keberatan gak non Via punya dua pacar?” Tanya Udin

“yah engga non, jangankan dua orang, non mau punya pacar sepuluh juga mang Tarjo gak keberatan koq, asal non Via jujur sama kita terus yang penting jatah kita lancar…heheheh” sahut Tarjo.

“mana bisa gitu mang, via kan cewek, nanti pendapat orang bisa negatif, lagian mana ada yang gitu?” kata Viana gundah dengan sendirinya.

“Jangan peduli apa kata orang non, yang nikmatin kan kita, itu cuma kata-kata orang sirik, tapi memang banyak koq, ga cuma cowok yang pacarnya lebih dari satu, cewek juga banyak, tapi mereka nikmatin aja tuh non”Kata Udin memberi penjelasan sambil tangannya mengelus-ngelus punggung Viana, yang tentu saja itu bukan elusan sembarangan, namun elusan yang dibarengi efek gendam yang dilakukan sambil mempengaruhi alam bawah sadar Viana melalui kata-kata didekat telinga gadis majikannya, dibantu Tarjo yang memasukkan gendam dalam sentuhan jari-jari tangannya yang seakan beraliran listrik 1 volt didaerah betis Viana. Alam bawah sadar Viana yang telah lama dicemari oleh pikiran kotor kedua pembantunya itupun lambat laun merespon lagi terhadap aksi Udin dan Tarjo bagai dua kutub magnet yang tarik menarik.

“Gimana non via, mau yah?” bisik Udin ditelinga kiri Viana, tangannya kini merangkul tubuh gadis itu. Viana kian salah tingkah dihimpit oleh kedua pria itu dan akhirnya …

“gak tau ah mang, Via masih belum siap, nanti aja Via pikirin dulu ya, sekarang kalian pijitin Via dulu, masih pegal nih” sahut Viana menurunkan semangat kedua pembantunya. Ia kembali menelungkupkan badannya minta dipijit.

“Iya deh non, nanti mamang tagih lho jawabannya” Udin dan Tarjo pun kembali memijat Viana sambil dalam hati mendongkol karena ketidakpuasan.

“ya beres mang” sahut Viana, tersenyum kecil, sebagai gadis yang mulai dewasa, hatinya bangga mendengar tembakan kedua pembantunya tadi, namun perbedaan ras dan status sosial membuatnya ragu.

############################

Chapter 4

Pijatan Udin dan Tarjo semakin berani hingga sampai ke daerah sensitif, namun Viana tidak merespon seakan menikmati setiap pijatan mereka.

“Non, nanti gantian ya, non juga pijitin kita” Udin masih berusaha memecah kesunyian.

“Iya mang, nanti Via pijitin, tapi 15 menit lagi yah, pijitan mang Udin enak juga” jawab Viana setengah terpejam, ternyata memang sedang menikmati pijatan mereka.

Dia tidak menyadari pijatan Udin dan Tarjo saat itu dilapisi oleh mantera gendam yang lambat laun meresapkan nikmat percabulan dalam jiwa Viana. Setiap sentuhan dan rabaan pada paha bagian atasnya menimbulkan sensasi nikmat, Viana sudah tidak peduli siapa yang melakukan itu karena posisinya sedang telungkup. Udin dan Tarjopun begitu menikmati kehalusan dan kemulusan tubuh anak majukannya, celana mereka sudah menggelembung pertanda penisnya sudah mekar.

“non Via, bajunya dilepas aja ya, biar pijatannya tambah kerasa”kata Tarjo tak tahan.

Viana diam sesaat lalu berkata “gak usah deh mang, jangan”

“kenapa non? Malu ya diliat sama kita” kata Tarjo cengengesan.

“Via gak biasa kayak gitu, malu ah, biar kayak gini aja, udah enak kok”

“hehehe bener nih non, ga mau dibuka….padahal mau dibikin enak koq malu” kata Tarjo sambil tak lepas mengelus bahkan setengah meremas pantat Viana yang tengah telungkup.

“gak usah malu non, kenapa harus malu, harusnya non Via bangga punya badan sebagus ini, udah putih, halus, mulus pula, tuh kontol kita juga sampai pada ngacung begini” Ujar Udin yang duduk disamping tubuh Viana sambil menunjuk selangkangannya yang memang kelihatan menggelembung.

“ayo non, gak usah malu-malu, minggu lalu juga kita gak malu tuh liatin kontol kita sama non Via, sekarang giliran non yang buka baju, lagian disini kan cuma ada kita bertiga jadi ga bakal ada yang liat” rayu Tarjo sambil mengelus-elus paha Viana seakan tidak sabar melihat paha itu tanpa celana coklat yang menutupinya.

Udin malah sudah menyusupkan jari-jari tangannya ke dada Viana yang masih telungkup. Vianapun merasakan ada tangan besar dan kasar sedang menyusupi dadanya bahkan meremasnya, semula gadis itu berniat menepis tangan jahil didadanya, namun ada sensasi birahi yang berkobar di dadanya itu yang membuat gadis sipit itu hanya bisa mengerang. Keadaan itu dimanfaatkan Tarjo mencium paha belakang Viana bahkan sampai menjilatinya sampai gadis itu kegelian dibuatnya. Posisi Vianapun otomatis berubah menjadi menyamping akibat serangan kedua pembantunya itu.

“enak ya non, makanya ga usah malu, nanti malah bisa lebih enak lagi, kayak waktu itu kita juga sampai bucat saking enaknya dipijit sama non, sekarang non mau coba ga? Gratis koq, asal non Via mau lepas baju” Tarjo kembali membujuk Viana sesuai keinginannya.

“Emmmmh ga tau ah mang, Via malu tapinya” lirih Viana malu-malu kucing.

“ Waduh si non, masih malu juga, Nih coba dulu yang ini non! Jo, coba lu gantiin posisi gua disini, gua yang pegang kaki non Via” Kata Udin menyuruh Tarjo ganti posisi, sementara Viana dibuat telentang di ranjang barunya itu.

Dengan cepat Udin menggantikan posisi Tarjo memijat kaki Viana, namun kali ini bagian paha depan Viana yang jadi buah bibir didesa itu karena terlihat begitu halus dan putih. Udin bukan hanya meraba dan mengelusnya, namun kali ini dia juga menjilati paha itu sampai kebagian dalam yang tertutup celana pendek, tangan Udin pun merayap mengelus-elus kemaluan Viana diluar celana pendeknya. Viana menggelinjang kecil karena kaget dan juga merasakan kenikmatan yang menjalar diseluruh bagian tubuhnya. Tarjo yang kini wajahnya dekat dengan wajah Viana tah tahan melihat wajah oriental dengan mata sipit yang sedikit terpejam akibat ulah Udin, bibir tipis gadis itu menjadi sedikit terbuka akibat rintihannya. Tak tahan pemandangan itu, Tarjo mencium bibir merah Viana, melumatnya lama sekali, lidahnya mulai melumat lidah Viana di dalam mulutnya. Viana pun dibuat tak tahan oleh Udin yang sudah mencium-cium selangkangannya sambil menjilat perutnya yang terbuka karena kaosnya tertarik keatas akibat gerakan Tarjo. Viana semakin blingsatan dikeroyok kedua pembantunya. Udin dan Tarjo tampak bersemangat sekali mengerjai anak majikannya itu apalagi melihat Viana yang memang terlihat mempunyai aura sex yang besar, keduanya seakan berlomba menyetubuhi gadis amoy itu. Melihat kaos Viana terangkat, tanpa berfikir lagi, Tarjo menyusupkan tangannya kebalik kaos Viana dan mempermainkan kedua payudara Viana terutama dibagian putingnya yang sangat sensitif bagi seorang gadis. Gairah Viana semakin berkobar, efek gendam cabul dari Udin dan Tarjo meledak-ledak dalam dadanya, sementara tangan perkasa Tarjo menyusuri bagian luar dadanya, bahkan sekarang tangan itu berusaha membuka tali bra yang sudah merosot ke bawah karena isinya sedang digrepe olehnya.

“gimana non? Enak? Dilepas aja ya biar leluasa” kata Tarjo di telinga Viana, lalu mencium lehernya yang jenjang hingga seluruh tubuh Viana merinding dibuatnya.

“Ehmmm… terserah mang Tarjo deh” desah Viana lirih,

Bersamaan dengan itu, terdengar suara pengait bra yang terbuka. Tarjo melepas kaos ketat yang dipakai Viana dan tampaklah kulit punggung mulus dengan tali bra sudah terlepas. Tarjopun menuntaskannya dengan melolosi bra itu dari tubuh Viana. Viana secara reflex menutupi kedua payudaranya dengan tangan, namun posisi itu justru membuat birahi kedua pembantunya tambah naik. Udin dan Tarjo hampir meneteskan air liur melihat kulit tubuh Viana yang mulus tanpa noda, dan putih bagai salju. Selama ini mereka sering melihat gadis pelacur telanjang tapi baru kali ini mereka melihat tubuh yang begitu sempurna untuk dilihat dan untuk dinikmati.

“wuihh mulus amat nih badan, celananya juga dilepas aja non biar lebih enak diliatnya” kata Udin akhirnya sambil menarik perlahan celana pendek Viana. Celana itupun melorot perlahan, Udin mengeluarkannya dari sepasang kaki Viana.

“Wah Din, ini sih barang mewah, mulusnya merata, tuh liat si non juga memeknya udah basah” kata Tarjo menunjuk celana dalam Viana yang berwarna putih, namun dibagian yang menutupi vagina terlihat transparan, pertanda dibagian itu sudah terkena cairan.

“Iya non, udah kepingin juga ya, sini mamang lepas celana dalemnya ya” tanpa menunggu jawaban Viana, Udin melolosi celana dalam Viana. Sekarang tampaklah tubuh sempurna Viana di hadapan kedua pembantunya. Viana terlihat grogi sekali dalam keadaan itu, dia malu sekali dilihat bugil oleh kedua pembantunya, seharusnya pemandangan itu hanya bisa dilihat oleh suaminya kelak. Tarjo memegangi tangan Viana agar tidak menutupi daerah kemaluan dan dadanya, sementara Udin berdiri di depan mereka sambil menaksir dan menikmati pemandangan tubuh telanjang Viana.

“ayo non tetep telentang aja, ga usah malu lagi, sekarang kita udah sama-sama liat kan?” kata Udin.

Tentu saja Viana belum berani bergerak banyak karena masih belum terbiasa dilihat orang dalam keadaan seperti itu, apalagi mata kedua pembantunya terus memelototi tubuhnya dengan seringai mesum.

“Udah ah mang, malu” kata Viana dengan wajah memerah

“Iya non, udah, kita langsung aja” kata Tarjo sambil kembali mencium bibir Viana, namun kali ini dengan nafsu dua kali lipat yang tadi. Tangannya sibuk menggerayangi payudara Viana satu-demi satu, sementara Viana sudah membalas ciuman Tarjo dengan bibirnya juga, lidahnya saling bergulat.

Udin mendekatkan wajahnya kevagina Viana, pelan-pelan tangannya membuka bibir vagina yang masih menutup, namun disekeliling bibir itu telah berkilat oleh cairan vagina, pertanda tubuh Viana telah mengizinkan pria jantan untuk menyentuhnya. Didepan mata Udin terlihat paha Viana begitu putih sampai selangkangannya, benar-benar tanpa noda, baru terlihat merah muda didaerah sekitar vagina, dengan bulu-bulu tipis menghias kemaluannya. Sungguh berbeda dengan gadis-gadis yang pernah ditidurinya, semua rata-rata berwarna kehitaman didaerah vaginanya. Tangan Udin menyibakkan bibir kemaluan Viana dan tampaklah daerah kenikmatan itu juga berwarna merah muda, seperti belum pernah tersentuh, tapi Udin ingat bahwa Viana sudah jebol keperawanannya, untuk itu ia semakin memperlebar bukaannya, “benar-benar barang mahal” pikirnya. Lidah Udin perlahan menyapu bagian luar kemaluan Viana, rasa asin pun dirasakannya, lalu lidahnya kembali menyapu sedikit kedalam dan semakin kedalam, sementara bibirnya bergantian mengisap kelentit kecil dibagian atas bibir vagina yang terbuka. Diperlakukan seperti itu membuat Viana hilang kesadarannya sebagai gadis baik-baik, rasa nikmat yang sudah menjalar sejak tadi kian membludak terutama dibagian kemaluannya, lidah Udin seperti tahu mana titik penting dalam liang vaginanya berputar-putar, sampai akhirnya Viana tak kuasa membendung rasa nikmat itu, mulutnya terus disumpal mulut Tarjo hingga rintihannya tenggelam. Kedua kaki Viana secara tidak sadar semakin mengangkang mengapit wajah mesum Udin, disaat itu tubuh Viana menegang, pinggangnya melenting sesaat mengangkat pantatnya, kedua tangannya memeluk Tarjo keras sekali. Hanya Udin yang dapat merasakan betapa Viana telah mendapatkan orgasme pertamanya, cairan kewanitaan Viana keluar memercik dilidah Udin yang langsung segera menelannya. Tubuh Viana kembali melemah setelah orgasmenya tadi, kedua pembantunya yang ternyata sangat lihai mempermainkan tubuh gadis-gadis kampung, ternyata telah menaklukkan juga seorang gadis chinesse yang bahkan dirumahnya sendiri. Kini Udin dan Tarjo membuka juga seluruh pakaiannya, dan mereka berdua kembali berganti posisi.

“Gimana non? Enak kan? sekarang giliran non yang pijitin kontol kita kayak kemarin itu” perintah Udin sambil mengacungkan penis hitamnya dihadapan wajah Viana yang putih kemerah-merahan sehabis orgasme.

Sementara Tarjo di posisi bagian bawah mengangkat kaki Viana lalu menjilatinya, menyedot nyedot kulit pahanya sambil tangannya menggesek-gesek bagian klitoris. Birahi Vianapun bangkit kembali, tangannya meraih penis Udin yang sudah tegang, kepala penisnya yang berukuran besar, sedikit lebih besar dari kepunyaan Tarjo sudah mengkilat basah oleh cairan pelumas yang dikeluarkannya sejak tadi.

“Non, belajar isep ya” kata Udin. Viana menggeleng lemah karena sedang menahan nikmat gosokan tangan Tarjo pada klitorisnya.

“Ayolah non, lebih enakan kalau diisep daripada cuma dikocok-kocok, nanti juga terbiasa koq” kata Udin lagi.

“Via belum pernah gitu, mang” ujar Viana berbisik

“iya makanya non harus banyak belajar, biar banyak tau cara muasin kita, coba dulu aja, mamang ajarin deh”

Wajah Viana kembali memerah, meskipun sudah pernah melihat penis Udin sebelumnya, namun ternyata gadis sipit itu masih malu dan risih melihat penis yang begitu besar baginya, dengan ujung yang telah disunat mencuat seperti jamur berwarna merah dan batang hitam berurat kira-kira 20 cm berdiameter 5 cm.

“hayo non, coba dulu dicium ujungnya itu” bisik Udin mengarahkan nonanya, sementara Tarjo makin aktif menjilati paha Viana yang putih mulus, kini telah sampai kebagian belahan vagina. Udin mengarahkan penisnya kewajah Viana yang memerah takjub. Udin terus memajukan penisnya hingga menyentuh bibir lembut Via, tak lama setelah disentuhkan, Viana mencium pelan kepala penis Udin.

“Nahh gitu non, ayo yang lama ciumnya, tahan dibibir non Via ya” kata Udin yang duduk di samping kepalanya. Udin kembali menyentuhkan penisnya kebibir Viana, kali ini Viana memberanikan diri memajukan kepalanya juga agar penis Udin lebih tertahan dibibirnya.

“Bibirnya dibuka dikit-dikit non, coba jilat pake lidah” kata Udin sekarang sambil mengocok penisnya.

Viana menuruti kata-kata Udin, dengan bibir sedikit terbuka, dia coba menjilat kepala penis itu. Kembali Viana meringis, karena terasa asin aneh dilidahnya. Tarjo tertawa melihatnya “kenapa non, bau ya? Hehehe tuh Din, makanya kontol lu mesti sering dimandiin biar ga bau, kan kasian non Via” katanya. Udin pun ikut tertawa mesum. “ lagi dong non, buka lebih lebar lagi, nanti juga baunya terbiasa, bau kontol memang gitu” kata Udin.

“Bau khas mang, tapi ada aromanya juga, trus asin”

“Ya, coba terusin lagi biar non juga kebiasa” kata Udin.

Viana mencoba lagi ujung penis Udin dibibirnya, lalu dijilatnya lagi, lagi dan lagi sampai penis itu kelihatan basah oleh airliurnya. Udin sedikit memajukan penisnya di bibir Viana, hingga sekarang posisi kepala penisnya sudah didalam mulut Viana. Mulut mungil itu terlihat penuh dijejali kepala penis. Lidah Viana yang masih berusaha menjilat-jilat, secara tak sadar berubah gerakannya menjadi seperti memainkan lubang kencing Udin, itu karena seluruh kepala penis Udin sudah berada dimulutnya. Udin memejamkan matanya menikmati setiap gerakan lidah Viana dan juga kenyamanan penisnya dalam mulut gadis itu.

“Nah, sekarang udah enak kan non?”tanya Udin.

“mm…heehmmm”Viana mengangguk. “Gitu dong non, kan jadi sama-sama enak, nih sekarang non Via kocokin kontol trus nanti gentian diisep-isep ya” katanya lagi sambil mengarahkan tangan Viana pada penisnya yang sedang ereksi total.

Begitulah Viana mengocok dan mengisap kelamin pembantunya. Sepuluh menit kemudian, penis Udin mengeras sempurna dalam mulut Viana. Tangannya memegangi posisi kepala Viana yang masih mengisap penisnya, lalu menyemburlah sperma kental keputihan dalam mulut Viana, secara reflek, dalam sekejap Viana membuang kembali sperma yang barusan tertuang dalam mulutnya sekaligus melepaskan penis Udin dari mulutnya meskipun terlambat, karena lagi-lagi Viana harus mencicipi rasa hambarnya sperma Udin dalam mulutnya bahkan jauh lebih banyak dari minggu lalu. Viana tidak menyadari bahwa rata-rata kaum pria bisa menyemprot 3- 4 kali. Baru dua kali semburan Viana sudah melepas penis Udin dari mulut mungilnya, akibatnya 2 semprotan berikutnya malah tepat mengenai wajahnya, telak mengenai antara kedua alisnya.

“Idihh mang Udin koq banyak banget” kata Viana sambil sesekali meludah membersihkan mulutnya.

“nah kan non, belum beres koq udah dilepas, tuh jadi belepotan dah, sini mamang bersihin” kata Udin sok perhatian, tangannya kemudian memberikan sesuatu pada Viana. Dengan reflek Viana mengelap wajahnya dari sperma Udin tanpa menyadari kain yang diberikan Udin itu adalah celana dalamnya sendiri.

“wahhhh, mang Udin jahat, nanti Via pakai apa? Jadi basah gini tuh” rintih Viana sewaktu menyadari celana dalam putih kesayangannya sudah belepotan sperma juga.

“O iya non, maaf ya, abis disini gak ada tisu, jadi tadi asal comot” celetuk Udin sekenanya.

“Sekalian dong non, bersihin juga sisa pejunya pake celana dalem non, tanggung kan udah kotor” kata Udin sambil mengasongkan penisnya yang sudah mulai mengendor ketegangannya. Viana mencibirkan bibirnya, namun tangannya serta merta mengelap ujung penis Udin dengan celana dalamnya sendiri.

“Non, sekarang kita entotan yuk” kata Tarjo mulai bersiap mengarahkan penisnya pada vagina Viana, namun Viana segera menutupkan kedua kakinya.

“jangan mang, Via belum siap, udah lengket nih gara-gara mang Udin” katanya sambil menunjuk wajahnya sendiri yang tadi terkena cipratan sperma.

“hehehe itu sih malah vitamin E non, biar kulit wajah non tetep cemerlang” sanggah Udin cengengesan.

“tetep aja ga enak mang, udah ah, Via mau sekalian mandi aja” kata Viana bersiap memakai bajunya.

“Lho, terus nasib mamang gimana non?” tanya Tarjo

“Ayolah non, kasian tuh si Tarjo belum kebagian jatahnya” bujuk Udin membela rekannya.

“Tapi ga mau dimasukin ya mang, Via belum siap”katanya Viana kemudian

“padahal gak apa-apa non, malah ini bakal lebih enak lagi, non bisa sering orgasme nantinya, tapi yaudah deh disepong aja kayak ke si Udin tadi biar impas non” bujuk Tarjo.

Dimulai lagilah acara Viana mengisap penis pembantunya, kali ini giliran Tarjo yang menikmati mulut Viana. Selama 5 menit itu Tarjo terus membujuk Viana.

“Ayo non Via sayang, puasin kontol mamang juga yah, padahal tadinya mamang kepingin nyicipin memek non, keliatannya non enak buat diewein, abis putih sekali badan non, kontol mamang juga bisa muntah kalau dihimpit kulit sehalus ini mah”

Akhirnya Tarjo termakan kata-katanya sendiri, 5 menit kemudian Tarjo memuntahkan spermanya, hanya kali ini Viana sudah siaga, merasakan penis Tarjo mengeras dan berkedut, dia buru-buru melepaskan dari mulutnya lalu mengocoknya kearah lain yang menjauhi tubuhnya. Tapi lagi-lagi dia melakukan kesalahan dengan melepas kocokannya sewaktu melihat sperma Tarjo keluar. Keadaan itu dimanfaatkan Tarjo dengan segera membalikkan badannya dan mengarahkan semprotan pada dada Viana. Satu semprotan mengenai dadanya, Viana kembali melakukan kesalahan yang tidak disengaja dengan membalikkan badannya, akibatnya semprotan berikutnya mengenai pantatnya yang bulat seperti bakpao. Cairan sperma Tarjo pun meleleh menuruni tubuh Viana dari dada dan pantatnya, tentu saja Viana panik ketakuta sperma itu akan mengenai vaginanya. Gadis itu langsung terduduk, tangannya menerima sodoran kain dari Tarjo. Lagi-lagi Viana tidak hati-hati, karena kain yang digunakan untuk membersihkan sperma dari tubuhnya adalah kaos putihnya sendiri. Udin dan Tarjo tertawa puas bisa mengerjai anak bosnya itu.

“aduh non Via, maaf juga, mamang buru-buru, abisnya takut non Via hamil kena sperma mamang tadi” kata Tarjo malah terus menggoda Viana.

“Ahh udah ah, mang Udin sama mang Tarjo nakal, Via harus cepet-cepet mandi nih” kata Viana, kali ini ia benar-benar memakai bajunya, hanya saja celana daam tidak jadi dipakai karena takut sperma Udin akan membuahinya. Baju putih nya pun terlihat basah dan beraroma khas sperma, namun tetap dipakainya karena tidak mungkin dia keluar gudang dengan hanya memakai celana pendek dan bra saja.

“kapan-kapan semprotnya didalem ya non, biar ga perlu dilap” kata Udin menatap Viana dengan tatapan puas.

“Ihhh maunya… wee” kata Viana mencibir sambil mengernyitkan hidungnya, lalu bergegas meninggalkan kedua pembantunya dalam keadaan puas dan melupakan celana dalamnya.

#############################

Chapter 5



Viana menaiki anak tangga menuju lantai dua rumahnya, sebelum sampai ke kamarnya dia harus melewati dapur dulu, dengan langkah agak berat Viana berjalan. Alangkah kagetnya sewaktu melewati dapur, didepannya telah berdiri Tatik, sang ibu tiri.

“Lho, Via lagi apa, jam 1 malam gini koq belum tidur?” tanyanya.

“eee, oh … itu, Via mau ambil minuman di kulkas” jawab Viana gugup dan mempercepat langkahnya menuju kulkas dan mengambil minuman dingin.

“kamu ini aneh ya, jam 1 malam malah minum air dingin, kamu sakit Via?” katanya sambil mendekati Viana.

“eh, gak koq mbak, eh mam, cuma di kamar panas sekali, jadi haus” jawab Viana sambil terus berlalu di depan Tatik menuju kamarnya.

Viana tidak menyadari aroma khas sperma dari bajunya tercium oleh hidung Tatik yang tajam. Menyadari ada yang tidak beres dengan anak tirinya, Tatik yang cerdik mulai menduga apa yang terjadi dengan Viana, namun dia menahan niatnya agar Viana tidak merasa diketahui rahasianya. Viana bernafas lega dalam kamarnya, fiuhhh hampir saja ketauan mbak Tatik, dasar ibu Titi, mau tauuu aja. dan seperti rencananya semula dia mulai menghidupkan water heater dan membuka seluruh pakaiannya. Di depan kaca besar miliknya, terlihat banyak sekali cupangan merah pada tubuhnya, dan ya Tuhan ternyata benar kata kedua pembantunya, tubuhnya begitu putih, halus sempurna. Viana bangga pada tubuhnya, dia tersenyum sendiri didepan cermin. Didadanya masih ada bekas sperma, pelan-pelan jarinya menyapu bekas sperma Tarjo itu, lalu Viana menjilatinya.

“Oh, mang Udin, mang Tarjo, kalian hebat” katanya dalam hati.

Viana mengendus aroma kejantanan yang masih tersisa pada tubuhnya. Tak lama Viana pun menceburkan tubuhnya dalam bathtub berisi air hangat. Dan waktu berjalan lambat. Viana terjaga dalam tidurnya, rupanya dia kelelahan sampai tertidur sambil berendam. Buru-buru Viana mengeringkan badan dan memakai baju daster tidurnya, lalu segera saja dia kembali terlelap di kasurnya yang empuk.

Bagaimana kisah Viana selanjutnya? Siapakah yang pertamakali mendapatkan tubuhnya? Apa rencana Tatik sang Ibu tiri? Ditunggu saran-saran para pembaca semuanya, Ikuti terus kelanjutannya dalam Balada Viana

By: Dream Master
----------------------------
35 komentar Post your own or leave a trackback: Trackback URL
  1. Mas Burnot mengatakan:
    mantep nih, uhuyy :D
  2. little-boy mengatakan:
    msh pemanasan aj nih pdhl udh seri ke 2, muga2 seri selanjutnya cerita tmbh bagus, ditunggu secepatnya soalnya pembaca sdh penasaran, hehehe..
  3. sekkusu mengatakan:
    manstab..
  4. Momon mengatakan:
    Di tunggu fanficts nya… Dah lama gk baca fanficts daun muda yg seger2… Jgn yg udh turun berok yg di buat sekuel ny… Mw muntah ane baca nya… Hahahaha
  5. GaKoRu mengatakan:
    “..Kedua kaki Viana secara tidak sadar semakin mengangkang mengapit wajah mesum Udin, disaat itu tubuh Viana menegang, pinggangnya..”..
    Ko bisa ya makin ngangkang jadi makin mengapit..???
    hehe.. no offense kk, cuman koreksi aja.. cmiiw..
    overall ceritanya oke !
    two thumbs up buat kk dream master.. hehe..
    .:cheers:.
  6. dot-bogor mengatakan:
    tooooppp……abbbiiiizzzz…….lanjut terussss…….jangan lama2 ya lanjutanya…..
  7. babeh9694 mengatakan:
    Wah keluar jg nih lanjutannya…
    Gile lanjutannya jg keren abis…
    Four thumbs up (pokokke pake semua jempol yg ada deh)…
    KEREN TOP ABIS…
    Bro lanjutannya jgn kelamaan dong…
    Ceritanya jd nanggung banget…
  8. dream master mengatakan:
    @gakoru : bisa bro, makin mengangkang karena ada kepala Udin diselangkangannya, jadi kelihatan seperti kaki yang mengapit kepala.
    @babeh9694 : sabar bro, gw jg butuh waktu pengetikan, belum lagi waktu nyari inspirasinya.. hehehe mudah-mudahan bulan depan bisa kelar seri berikutnya. Gw udah rencanain 12 episode buat kisah Viana ini yang mudah-mudahan berjalan lancar sesuai rancangan. Semoga juga bisa menghibur semua pembacanya di dunia mupeng sambil menunggu cerita-cerita lain yang lebih dashyat dari para jawara senior kbb lainnya.
  9. Budayawan XXX mengatakan:
    Bikin Penasaran nih …
    Looking Forward for the next chapters…
  10. mr r mengatakan:
    bener.. mana fanficsnya? ^^
    oya. tak kira viana jadi hamil dan bisa nyusu asi? ^^
  11. masterX mengatakan:
    Ayo dong lanjutannya jgn kelamaan spt yg kmrn dari 1 ke 2 ampir 1,5 bln…
    Mgg dpn aja yaa udah dilanjut yg ke-3…, Via-nya dieksekusi vegi-nya…, trs mgg dpn-nya Via-nya dieksekusi anus-nya…, trs mgg dpn-nya Via dieksekusi ama 5 jagoan di semua lobang-nya…
    Trs baru abis itu lanjut ke eksekusi Airin…
    Ayo dong lanjutannya cepet…, kita2x dah pd engga sabar…
    Ceritanya bagus banget….
    VERY BEST STORY….
  12. rskaa mengatakan:
    wah ini dia cerita favorit serial ak nih hhi
    bro dream master hebaat
    kalau bisa ditambah yaa karakter ceweknya lagi biar variasi jadi ceritanya bisa loncat-loncat dan jadi penasaran hhe
    oia kayaknya komentar-komentar di KBB semakin sedikit yaa?
    apa gara-gara proyek nawala itu yaa?
  13. juragan_geblek mengatakan:
    mantap…
    Lbh bagus lagi kalo dpt atu2.udin dpt viana n tarjo dpt airin,ato sblknya jg gpp.hehe
  14. Mr, Waiting mengatakan:
    Buruan gih kelanjutannya,, jgn sperti kmren yah kelamaan bgt sambungannya,,, crita pling oke nih in shusaku… oke Mr,, maximal seminggu gtu dah ada klanjutanx… pliss
  15. Mr, Waiting mengatakan:
    oh iya,,, buruan cerita na AIRIN di ulas jg gih,,, pstinya seru bgt cz dia kan msh orisinil jd bkin imajinasi kita dan bekerja dlu brow..
  16. mr r mengatakan:
    @ryskaa kapan nih ngeluarin fanfics. lagi. sudah kangen nih sis sama ceritanya sis dina? kalau isa sih yuanita christiani aja diperawani dan diperkosa. ^^
    (oya lupa… hamil…)
  17. putihmanis mengatakan:
    bagusss bgt ku suka!!! jangan lama2 terusannya
  18. hunter mengatakan:
    Ayo cepetan dilanjut…
    Ceritanya sgt OK bgt…
    Jgn kelamaan, nantinya jd males ngelanjutin ceritanya…, akhirnya kayak cerita2x yg laen, engga ada lanjutannya sampe skrg…
    Kita semua menanti kelanjutannya…
    Airin-nya diajak dong…
  19. pengamat cersex mengatakan:
    ceritanya bikin cenat cenut btw kenapa sih ceweknya suka yg chinese lokal dong ,thanks
  20. slamet mengatakan:
    Sangat menarik Bos. Tapi saya berharap ada kelanjutannya dimana Mamanya Viana bercinta dengan ujang dgn CSnya lebih HOT lagi ya………………………
    thanks……….. salam crooot…
  21. Mr P mengatakan:
    Bro ceritanya cepetan dilanjut…, soalnya nih blog jg dah diblock ama Nawala…, takutnya semua provider internet ikut proyek Nawala…
    Ane buka ini aja minjem BB temen…, krn di BB ane engga bs buka…
    Ayo Bro cepetan lanjutannya…, ane mau tau sampe end story sblm di block semua ama Nawala…
    Tq Bro…
  22. setsune mengatakan:
    manteb nih cerita, levelnya sama kayak Eliza Series ama Holiday Challenge Series…
    Berhubung Eliza Series ga keluar-keluar, Viana ini bener-bener jadi obat kangen, hehe…
    Nice story, bener-bener ga keburu-buru dan makin bikin penasaran..
  23. Mr P mengatakan:
    Nah bener khan Bro skrg susah diakses…, makanya lanjutannya jgn lama2x…, krn skrg org2x muna sdg beraksi lwt Nawala..
    Tambah kacau aja, kpn dewasa-nya bangsa ini ginian aja diblok…, payah…
    Makanya cepetan Bro…, drpd engga selesai lanjutannya msh mending cepet diselesai-in…
  24. pangeran terbang mengatakan:
    viana nikah
  25. Mr P. mengatakan:
    Keren Bro ceritanya…, cerita kayak gini yg ditunggu…
    Kelanjutannya jg kelamaan Bro…
    Diatas ane baca ktnya mau ampe 12 seri, kalo bs anal ama gangbang-nya jgn lupa dimskin ke daftar cerita…
    Airin-nya diajak dong…
    Kalo perlu Airin ama Viana disrh ama Ibu Tiri-nya muasin tukang2x-nya, trs semua lobang dipake dah…, oral, vegi, anal…
    Kalo setuju Bro saran ane diksh adegan bondage yg sadism jg…, kayaknya lbh OCE lg…
    Hehehe…, itu cm saran Bro…
    Ceritanya ini TOP MARKOTOP…
    Lanjutannya jg yg TOP lg yaa…
  26. shusaku lelet mengatakan:
    Buruuan lanjutannnnyaa gaaaannnnn… epet…..cpet…..cpet….cpet….cpet…..cpet….cepet……….cpet…. kelamaan bgt gan…. keburu smua pembaca IL FEEL niih,,, cpet…..cpet,,,,,cpet,,,,,cpet,,,,, 1000x
  27. babeh9694 mengatakan:
    Bro kok dah 1 bln lbh lanjutannya blm keluar…
    Ayo dong keluar…
    Engga sabar nih nunggu lanjutannya…
    Mudah2x-an lanjutannya lbh OK lg…
    Bener Bos sarannya Mr P dibuat versi anal & bondage-nya biar lbh OK…
    Ayo dong Bro keluarin lanjutannya…
    Jgn kelamaan…
    Ceritanya OK BGT…
  28. Harly mengatakan:
    Ceritanya bikin gemes, ayo cepat eksekusi Viana. Ceritain sedikit ttg mamanya yg main sama Kosim dong. Biar nggak penasaran dan tambah menegangkan.
  29. Mr P mengatakan:
    Mana lanjutannya Coy…, dah 1,5 bln lbh…
    Kalo engga mau dilanjut ditulis aja END STORY…, khan beres…
  30. Mr X mengatakan:
    Kt dream master : Gw udah rencanain 12 episode buat kisah Viana ini yang mudah-mudahan berjalan lancar sesuai rancangan.
    Kalo gw liat dari caranya keluar episode baru, mau brp lama ampe 12 episode???
    Anggep aja 2 bln sekali keluar episode baru berarti bs sampe 2 tahun baru selesai nih cerita.
    Mnrt gw sih bakalan kayak cerita2x yg lain, berhenti ditengah jln, engga sampe selesai episode terakhir.
    Kalo mau ini saran buat pengarang, kalo memang lama proses pembuatannya, shg lama keluar episode baru, baiknya dibikin singkat aja 5 episode, biar selesai sampe episode terakhir, nah nanti tinggal bikin judul baru lg.
    Kita buktikan saja…., Apakah cerita ini bakalan selesai….?????
  31. 20 cm mengatakan:
    tulisan ni sangat menghibur dan bermutu,,sya mengikuti dari seri 1..seri 2 keluar hampir 2 bulan dari seri 1 diterbitkan,,setiap hari saya slalu mengecek kbb wat ngliat seri 3 Balada Viana,,tapi udah 2 bulan lebih trnyta seri lanjutannya belum terbit,,tolong untuk pengarang,cerita anda sangat bagus dan disukai banyak orang,,jangan buat para penggemar cerita anda kecewa,,saya dan para fans kbb yakin anda akan dapat menyelesaikan cerita ini hingga ke seri yang ke-12,,berjuang demi mupengers,,,salam kbb,,
  32. Mrs Pussy mengatakan:
    Mana lanjutannya nih…
  33. buitenzorg-boy mengatakan:
    ya nih, bakalan ga jadi lagi, seperti kasus cerita “lust in broken home (baru ampe bagian 3 kalo ga salah) ” sama “nirmala : perawan tinggal kenangan”, parah nih, idealnya lanjutannya 1 bulan 1 kali, jadi kalo panjang ga kesel nunggunya…..
  34. Mr XXX mengatakan:
    Iya nih ayo dilanjut nih…
    Byk penggemar yg nunggu kelanjutannya…
  35. roy mengatakan:
    ah mana nih lanjutannya…jangan nanggung dong klo bikin

6 komentar:

  1. langsung aja dilanjut nih critanya...

    BalasHapus
  2. bosen ama cerita lama11 November 2011 pukul 08.57

    Bro lanjutannya mana nih..., kok dulu waktu di wordpress tiap hr ada cerita baru, skrg sih kok engga ada sih...
    Apa tukang yg buat ceritanya dah pensiun...????

    BalasHapus
  3. lanjutannya gan.... lanjutannya.......

    BalasHapus
  4. sdh selama ini,koq ga ada lanjutan nya?

    saking lamanya, usaha pak syurmarga jadi makin sukses, trus viana lulus smu dijodohin sama anak rekan bisnis papanya yg kaya. lanjut kuliah di australi dan menetap disana bersama sang suami, hapilly ever after.
    Airin yg pinter dapat promosi dari dinas pendidikan setempat. Dan dapat beasiswa untuk melanjutkan setingkat smu di belanda hingga lulus kuliah.
    Tarjo cs,krn kelamaan mupeng,dan rencana busuk nya gagaltotal, mlah nyalahin tatik dan terjadilah permusuhan diantara mereka, yg berakhir dgn tatik tergangbang oleh sodara sendiri dan teman2nya.. End
    #eaaa #ganyambungblas hehe
    #justsaying

    BalasHapus
  5. Udah release Bro yg ke-3...., bs disimak...

    Ditunggu lanjutan ke-4 nya Boss....

    BalasHapus
  6. Nunggu yg ke 4 lama banget bro

    BalasHapus