Laman

Kamis, 10 November 2011

Friska 8: The Middle Part One

Disclaimer :
  • Tulisan dibawah ini adalah fiksi belaka. Jadi cukup dibaca dan dihayati. BUKAN UNTUK DI TIRU!!!!
  • Dilarang meng copy paste tulisan ini tanpa seijin penulis / penerbit. Sesama Indonesia dilarang saling membajak
  • Bukan bacaan untuk orang yang belum dewasa. Karena kedewasaan bukan ditentukan oleh umur, melainkan pola berfikirnya.
****
Friska

Malam itu aku hanya bisa merintih setiap aku melangkahkan kakiku menuju kamarku. Ah betapa sakitnya daerah selangkanganku karena ulah Girno. Semoga Rendy sudah tidur. Dengan susah payah aku berjalan hingga akhirnya sampai juga di depan pintu kamarku. Waktu menunjukkan pukul 8 lewat, tadi jalanan sungguh macet hingga aku beserta pak supir terjebak macet hingga 2 jam. Aku buka pelan pelan pintu kamarku, gelap, kemana yah Rendy? Tanyaku dalam hati. Kunyalakan lampu kamarku. Aku juga tak mendapati dimana Rendy. Aku juga tidak melihat tanda tanda yang mencurigakan. Ah masa bodo dengan itu, sekarang aku harus mandi dan membersihkan badanku. Kukunci pintu kamarku dan aku melepaskan satu persatu baju yang kukenakan. Aku melihat beberapa cupangan yang ada di atas buah dadaku ini pasti dilakukan oleh pak Edy pada saat aku keenakan oleh jilatan Girno. Aku bercermin sebentar melihat diriku sendiri. Seorang wanita yang berpenampilan menarik, tetapi sayang ia kotor, terlalu banyak dosa. Ya Tuhan, ampunilah hambamu ini. Aku tak tahu lagi bagaimana mengembalikan keadaan hidupku menjadi Friska yang dulu lagi. Aku merenung sejenak membayangkan bahwa ini berawal dari ulahku sendiri yang mengintip kakakku yang sedang bercinta dan akhirnya akupun ikut-ikutan melakukannya dengan sesama jenisku dan akhirnya aku diperkosa oleh kakakku. Yah walah ia bukan kakak kandungku, setidaknya dia harusnya tau kalau aku ini adiknya. Hingga insiden di hotel dan aku berakhir disini. Dirumah seseorang yang tadinya menyiksaku kini ia menyayangiku. Sungguh sungguhku tak menyangka akan begini jadinya. Aku masuk ke kamar mandi dan menyalakan keran airpanas dan berendam di bathup. Seakan rasa sakit itu sirna sudah. Kuambil sabun aroma therapy yang ada di bathup dan mulai membersihkan diriku. Serta tak lupa aku mengambil sabun pembersih vaginaku.


"Eerrhhh" aku merintih nikmat saat tanganku masuk dan menggosok bagian dalam vaginaku.

Tidak tidak! Ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan hal ini. Kutarik jari-jari nakalku dan langsung kubilas dengan shower dan menyemprotkannya ke liang vaginaku.

"Eemmmhh" aku kembali mendesah tertahan saat air shower yang hangat dan cukup kencang itu menyembur dan mencuci vaginaku.

Rasanya seperti dijilati Girno.. Uuhh...kali ini sungguh nikmat, tanpa sadar aku memain mainkan puting payudaraku dan meremasi payudaraku dengan lebut, aku mencabut lubang penyumbat di bathupku agar air tidak menggenang kemudian aku terduduk di bathup sambil tangan kananku memegang keran shower sementara tangan kiriku meremas remas payudaraku. Tubuhku bagai tak terkontrol, aku tidak merasakan hawa dingin samasekali. Kakiku melejang lejang setiap semburan air itu menyembur klitorisku.

"Nggghh.. Girnoo" geramku saat aku benar benar hapir sampai ke puncak kenikmatan.

Aku membayangkan saat Girno menjilati liang vaginaku dengan rakusnya ia melahap dan melumat semua bagian vaginaku. Oohhh sungguh aku ingin mengulangi hal itu lagi. Akupun mengambil sabun mandi yang terletak di samping bathup kemudian menuangkannya ke tangan kiriku dan aku mengoleskannya ke bagian payudaraku. Kini payudaraku terlihat mengkilap dibawah sinar lampu kamar mandi dan cukup licin sehingga membuatku terangsang serta putingku yang semakin mengeras. Tak kusangka ternyata nafsuku belum tertuntaskan total tadi. Aku terus memegang shower dengan tangan kananku dan menggesek-gesekkan shower yang masih menyemburkan air itu kedalam liang vaginaku. Sungguh nikmat aahhh sungguh.. Oohh nikmat sekali..

"Aaaaaahhhhh" aku mendesah panjang dan inipun mengakhiri 'live action'ku di bathup. Cairan vaginaku keluar banyak sekali cukup banjir di sekitar selangkanganku.

Aku mendapatkan orgasme yang kesekian kalinya untuk hari ini. Aku mengambil kembali cairan pembersih vaginaku kemudian aku membersihkan vaginaku kembali. Tak ada niatan lagi untuk bermasturbasi hari ini. Aku menutup lubang air di bathup dan mulai menyalakan keran yang mengalirkan air panas kedalam bathup hingga penuh. Aku menuangkan sabun Aroma therapy yang ada di dekat bathup yang tadi aku gunakan untuk merangsang payudaraku. Aku memejamkan mataku sambil berusaha rileks dengan apa yang sudah terjadi. Tetapi, aku langsung tersadar kalau besok ada ulangan matematika. Cepat-cepat aku keluar dari bathup dan membilas diriku di shower room kemudian aku mengambil kimono yang selalu tersedia di lemari kamar mandi yang tergolong mewah ini. Seperti orang panik aku berlari mengambil celana dalam, bra, celana pendek dan tanktop yang ada didalam lemari pakaianku. Bergegas mengobrak abrik isi tasku untuk belajar matematika. Sudah jam 10, aduh, bisa gawat kalau begini, aku banyak ketinggalan pelajaran dan aku harus berusaha mengejarnya sendiri. Menit demi menit berlalu, hingga waktu menunjukkan pukul 1 pagi, aku masih tetap belajar. Mataku sudah memerah dan rasa kantukpun tak tertahan lagi. Akupun tertidur bersama buku pelajaranku.

"Non, bangunnn" teriak bibi yang ada diluar pintu kamarku.

"Non ayo bangun, aduuh sudah telat non" ingat Bibi.

"Ii..iya Bi" jawabku masih malas malasan.

Aku kaget setelah melihat jam, ternyata sudah jam setengah 7 pagi. Gawat! Akupun bergegas mandi dan menyiapkan pakaian sekolahku. Hari itu aku memakai bra tanpa tali serta tanktop pink kesukaanku, serta celana dalam dan hotpants, karena aku tau seragam hari ini sungguh benar benar tembus pandang yaitu seragam putih dengan rok putih yang wajib kami pakai setiap hari selasa. Aku bergegas menyiapkan buku dan memakai sepatuku.

"Non sarapannya dimakan dulu" kata Bibi yang khawatir kepadaku.

"Aku makan rotinya aja Bi, udah ga keburu" jawabku cepat.

Aku mengambil sepotong roti yang tersaji di atas meja makan dan aku kembali berlari menuju mobil yang sudah menungguku di depan pintu. Pak supir dengan sigapnya memotong kemacetan yang terjadi disepanjang jalan Surabaya ini menuju sekolahku. Jam 06.50 aku sudah sampai di sekolah, aku berpesan kepada pak supir kalau nanti jam 3 sore aku baru akan pulang. Kemudian aku berlari masuk kedalam kelas. Beruntung sekali aku tidak terlambat. Sesudah memasukkan kartu pelajarku ke mesin absen, guru matematikapun datang. Aku melihat Bella yang tersenyum kepadaku. Mungkin ia tau kalau aku kesiangan. Siang itu sungguh terik, panas sekali, ulangan matematikapun kulalui dengan baik. Ternyata hari ini ada rapat guru, sehingga siswa dipulangkan lebih awal pukul 10.45, aku yang tidak memiliki handphone terpaksa harus menunggu pak supir hingga pukul 3 sore nanti. Untuk mengatasi rasa jenuhku, sebaiknya aku membaca novel saja di bawah pohon di taman sekolah. Bella kemana yah? Kok ga ada sih. Aku beranjak menuju perpustakaan sekolah kemudian meminjam sebuah novel. Di tengah perjalanan, aku melihat Bella sedang asik dengan temannya yang lain, aku tidak ingin mengganggunya, maka dari itu aku beranjak pergi menuju taman sekolah sambil membaca buku. Sebelumnya alangkah asyiknya bila membaca dengan ditemani snack. Maka akupun melangkahkan kaki menuju kantin sekolah. Tapi di kantin aku tidak menjumpai siapapun, sepi, memang sudah hampir semua siswa pulang, tapi kantin belum tutup karena di lemari etalase masih terdapat makanan yang dijual, juga nampak kompor yang di atasnya masih terletak wajan yang masih berisi minyak. Kemana ya Cie Fifi pemilik kantin sekolah dan pegawainya?

“Permisi!” sapaku sambil clingak-clinguk, tak ada jawaban, juga tidak ada yang datang.

Akhirnya setelah menunggu satu dua menit tanpa ada tanda-tanda ada orang di situ aku pun memutuskan kembali ke taman saja. Tapi ketika melewati sebuah kelas di pojok tidak jauh dari kantin aku mendengar suara-suara dari dalam sana. Karena penasaran aku pun mendekati ruang kelas itu. Suara-suara itu semakin jelas terdengar seiring langkahku yang makin mendekat, suara itu adalah suara desahan, Apakah gadis bernama Eliza itu sedang diperkosa lagi seperti tempo hari itu? Walau ada rasa takut, aku tetap mendekati tempat itu dengan hati berdebar-debar. Dengan hati-hati aku mengintip dari celah jendela. Aku melongo tapi berusaha tidak menjerit melihat apa yang sedang terjadi di dalam.

Cie Fifi

“Oh my god...Cie Fifi!” seruku dalam hati

Aku mendapati pemandangan serupa dengan yang terjadi pada Eliza beberapa hari lalu itu. Kali ini yang kena adalah Cie Fifi, si pemilik kantin sekolah, dengan pakaian tersingkap sana-sini, ia sedang berlutut dikelilingi tiga orang. Salah satunya yang bertubuh cebol itu adalah pegawainya sendiri, orang itu sedang jongkok dan mengenyot payudara Cie Fifi yang telah terbuka. Sementara Cie Fifi sendiri sedang sibuk mengoral dan mengocoki secara bergantian penis kedua siswa SMA di kanan dan kirimnya. Aku tahu kedua siswa itu, mereka adalah Pandu dan Dedi, mereka termasuk anak-anak nakal pembuat onar di sekolah ini. Wajah keduanya benar-benar jauh dari ganteng, wajah yang typikal wajah anak-anak yang suka muncul di berita karena tawuran, apalagi si cebol yang sedang menyusu dari Cie Fifi itu, mirip sama Ucok Baba deh.

“Uuuhh...enak Bu...ehehhe...Bu Fifi bukan cuma bisa masak ternyata, nyepongnya juga sip!” ejek Dedi yang penisnya sedang dikulum Cie Fifi.

“Gila...gimana mungkin? Cie Fifi...!” aku mengucek-ngucek mata seolah tidak percaya pengelihatanku sendiri

Cie Fifi mulai menggelinjang dan sesekali melenguh-lenguh ketika pegawainya yang cebol itu memilin-milin putingnya menandakan bahwa diam-diam ia ikut terangsang juga oleh perlakuan mereka. Nampak Pandu yang sepertinya sangat menikmati dioral, memaju-mundurkan pinggangnya sambil menahan kepala Cie Fifi yang membuat mulutnya terpaksa terbuka lebih lebar. Sekitar 5 menit Cie Fifi menyepong penis Pandu, tangan satunya juga mengocok penis Dedi, karena enaknya sepongan Cie Firi tampaknya Pandu tidak dapat menahan orgasmenya lagi sehingga dengan erangan keras menyemburlah lahar panasnya di dalam mulut Cie Fifi.

“Arggghhh ... ueenaakk .... telan semua Bu, jangan sampai ada yang terbuang” perintahnya pada Cie Fifi yang terpaksa menelan semua sperna Pandu.

Walaupun Cie Fifi sudah mencoba sebaik mungkin untuk menelannya tetap saja ada yang mengalir di sisi bibirnya.

“Nah sekarang sama saya ya Bu!” perintah si Dedi, “ayo nungging!”

Dedi menyuruh Cie Fifi untuk nungging dan membalikkan tubuhnya sehingga wanita itu bertopang dengan kedua tangan dan lututnya dalam posisi dogy sehingga payudaranya tergantung dengan bebasnya. Dedi mengambil posisi di belakangnya, tangannya menggenggam penisnya dan mengarahkannya ke liang kenikmatan Cie Fifi

“Tolong jangan kasar yah!! Mmmhh....eeennggghh!” erang Cie Fifi

“Santai aja Bu....pokoknya pasti enjoy! Uuuhh!” jawab Dedi seraya menekankan penisnya ke vagina Cie Fifi.

Penis Dedi melesak masuk dengan cukup lancar karena sebelumnya vagina Cie Fifi telah basah. Tubuh Cie Fifi mengejang menerima hujaman penis Dedi. Dedi tak buang-buang waktu dan mulai menggenjotnya, tangannya memegang induk payudara Cie Fifi dan meremasinya. Sementara si cebol berdiri di depan wajah Cie Fifi dan memintanya mengoral penisnya. Cie Fifi yang sudah terangsang tidak dapat menahan dirinya lagi, dia menggeliat-geliat keenakan serta mengerang-erang dengan nikmatnya tidak memperdulikan celoteh mereka yang merendahkan dirinya.

Tak lama kemudian gelombang orgasme yang menyerang dan mendera tubuh Cie Fifi akhirnya datang juga.

“ooooooohhhhh ... aaaahhhhhh!!” Cie Fifi mengerang-erang dan melenguh-lenguh kenikmatan, orgasme dahsyat tersebut membuat tubuhnya terjatuh lemas. Pandu yang penisnya mulai bangkit lagi, dengan cekatan memeluk perut Sandra sehingga dia tidak ambruk ke lantai. Ia lalu duduk bersandar di sebuah bangku dan menyuruh Cie Fifi untuk memasukkan penisnya ke vaginanya dengan gaya berpangkuan. Dengan dibantu Dedi dan si cebol, Cie Fifi sambil bergidik mulai memposisikan dirinya di atas penis Pandu dengan posisi memunggungi. Perlahan-lahan ia menurunkan tubuhnya sambil menggigit bibir bawahnya menahan sakit proses penetrasi itu. Ia mendesah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha menaikkan tubuhnya tetapi Pandu yang menahannya lebih kuat sehingga perlahan-lahan penis itu masuk mengisi liang vaginanya. Selama Cie Fifi menaik-turunkan tubuhnya di pangkuan Pandu, Dedi dan si cebol tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan menikmati tubuh mulusnya. Si cebol menggerayangi tubuh majikannya sambil menjilati pahanya yang mulus dan jenjang itu. Sedangkan Dedi memagut bibirnya lalu turun ke bawah dan mengenyoti payudaranya. Erangan-erangan Cie Fifi terdengar semakin lirih dan lama kelamaan digantikan oleh erangan-erangan erotis, ternyata ia mulai menikmati pemerkosaan atas dirinya itu dan mulai ikut menggerak-gerakkan pinggulnya sambil tangannya melingkari leher Pandu, ia juga menengokkan wajahnya ke belakang dan berpagutan bibir dengan Pandu. Siswa pengacau itu menggerakkan tangannya untuk meremas-remas payudara Cie Fifi yang montok itu dengan gemasnya disertai erangan-erangan erotis sang empunya. Butiran-butiran keringat Cie Fifi makin mengucur deras seperti embun pada tubuh mulusnya. Tubuhnya yang menggeliat-geliat terlihat seksi sekali dan kontras dengan para pemerkosanya yang rata-rata bertubuh hitam dan bertampang jelek. Setelah agak lama menggeliat-geliat keenakan akhirnya mereka Cie Fifi dan Pandu mencapai orgasme mereka secara bergantian, yang pertama mencapai orgasmenya adalah Pandu yang menyemprotkan spermanya ke dalam lubang anus Cie Fifi. Cairan itu keluar banyak sekali, nampak dari vagina Cie Fifi yang tidak sanggup menampungnya sehingga cairan putih kental itu mengalir keluar dari lubang sempit yang terpaksa terbuka lebar. Berikutnya adalah giliran Cie Fifi yang mencapai orgasmenya dengan erangan erotis

“aaahhhhh ..... aaarrrgghhhh ..... uuuufff .....” terdengar suara Sandra yang terengah-engah kecapaian dan keenakan, tubuhnya bergetar dan menikmati orgasmenya selama setengah menit.

Beberapa saat kemudian terlihat si kribo yang mengerang-erang dan akhirnya menumpahkan semua isi spermanya dalam vagina Sandra yang sudah tergolek lemas dipelukannya. Aku kasihan melihatnya tapi aku sungguh tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya, apalagi aku pun termasuk budak seks di sekolah ini. Aku pun memutuskan menyudahi pengintipanku, dengan pelan-pelan tanpa menimbulkan suara aku meninggalkan tempat itu dan kembali ke taman. Di sana aku mencoba menenangkan diri dan berusaha menghapus bayang-bayang adegan yang kusaksikan tadi. Suasana sejuk di bawah pohon rindang membuatku sedikit mengantuk, di dukung lagi oleh jam tidurku yang kurang karena belajar. Aku tidak kuasa menahan rasa kantuk yang menderaku. Tanpa sadar aku tertidur di bawah pohon taman sekolah ini.

****

Dimana aku? Sangat gelap sekali di sini. Udara yang ada juga cukup pengap. Tanganku terikat ke belakang dan kakiku terikat menjadi satu. Mulutku dibungkam dengan kami sementara mataku ditutup dengan kain hitam. Peluh mulai keluar dari tubuhku karena suhu ruangan ini hampir mirip seperti mandi sauna. Bau, seperti bau yang ada di gudang rumahku. Mungkinkah?! Aku mendengar suara langkah kaki di luar ruangan ini. Tapi langkah kaki itu terdengar bukan langkah kaki satu orang. Aku semakin gencar menggerakkan tubuhku, berusaha melepas ikatan yang melilit tubuhku. PRANG!! Tanpa sengaja kakiku menyenggol sesuatu dan barang itu jatuh kemudian berhasil membuat gaduh di dalam ruangan ini. Jantungku seakan mau berhenti. Suara langkah kaki makin banyak dan sepertinya pintu yang ada di dalam gudang juga dibuka.

"Mmmpphh mpphhh" aku meronta sekuat tenaga menggeliat geliat di lantai yang kotor ini.

Tanktopku basah kuyup akibat keringatku, serta bagian bawah juga tersingkap sehingga memperlihatkan perutku yang putih mulus.

"Hai cantik kok sendirian aja?" Suara orang pertama yang kudengar jelas. Berlogat sedikit Jawa medok. Ia berada tepat didepanku. Sepertinya aku mengenali orang ini.

"Kita ajak entotan saja No, pasti seru" jawab salah seorang dari mereka.

"Yok, si non kepanasan tuh, iketannya bukain dulu tuh" perintah orang yang mereka panggil 'No'.

"Akur" jawab seseorang lagi yang dipanggil 'Yok'

Orang itu mendekatiku yang terbaring tak berdaya, ia membetulkan posisiku sehingga aku terduduk kemudian satupersatu ikatanku mulai dilepas. Kaki, tangan, serta penutup mataku. Setelah terlepas, aku langsung reflek mengambil kain yang menyumpal mulutku.

"Girno?!" Aku terpaku melihat yang mereka panggil bos adalah Girno. Dan kedua orang di sampingnya adalah Yoyok dan Hadi adalah tukang sapu di sekolah baruku. Mau apa mereka??!

"Kalian mau apa?" Cepat cepat aku merangkak mundur hingga langkahku terhenti karena aku sudah terpojok di ruangan ini.

"Wah No, cewe baru ini ternyata ayu e ndak kalah sama non Eliza yah" celetuk salah satu dari mereka.

Aku tak bisa berbuat apa apa lagi. Tanganku sekejap ditarik Girno kemudian ia memaksaku untuk berdiri hingga dengan mudah ia menelikung tanganku.

"Aawww sakiitt pelan pelang ddong" rintihku ketika Girno sudah menekuk tanganku ke belakang.

Aku sudah dibuat mati kutu olehnya. Tanpa basa basi Yoyok dan Hadi mendekatiku dan dengan mudah ia mengakat tanktopku serta melepas Braku yang berkancing depan jadi sangat mudah untuk dilepas. Tersembullah kedua payudaraku dengan kedua puting yang sudah mengeras, ah aku cepat sekali terangsang. Mereka berdua mulai melumat payudaraku itu semua membuatku makin terangsang, meski mulutku berteriak

"Jaanggann.. Ooohhh.." Tetapi badanku tidak berkata demikian, bahkan badanku mengatakan again.. More and more..

Ah! Aku sudah gila! Benar benar gila!! Rangsangan mereka diputing payudaraku sudah cukup membuatku terangsang hebat sehingga aku nafsuku mulai terbakar. Dan sepertinya Girno tau akan hal itu, ia melepas pitingannya sehingga tangannya bebas menggerayangi bagian paling sensitifku. Perlahan namun pasti ia memelorotkan celana pendek serta celana dalamku tanpa ada perlawanan dariku.

"Had, ambil tuh matras!" perintah Girno.

Hadipun meleas kulumannya di putingku dan Yoyok tak mau melepaskan kesempatan ini. Ia juga langsung 'menjarah' payudaraku sebelah kanan sehingga membuatku mengglepar glepar dalam posisi berdiri. Sepertinya matras tua itu sudah siap untuk menjadi saksi bisu pemerkosaanku di dalam gudang ini. Hadi sudah beres dengan matrasnya, sehingga ia kembali 'ikut' dalam 'permainan' ini, ia melumat bibirku hingga aku mengap mengap dibuatnya. Girno mulai membuka sedikit selangkanganku dan ia memulai ritualnya sama seperti yang dilakukannya di ruang pak Edy. Ia mulai mencium vaginaku dan mulai menjilati bibir vaginaku. Ohh tidak ini dia yang bisa membuatku terkapar dan tunduk pada nafsu Girno. Tetapi secara kompak mereka berhenti menjarah tubuhku yang hampir telanjang bulat ini, hanya sisa tanktopku yang masih tersingkap diatas payudaraku. Kemudian Girno mendorong tubuhku hingga aku mendarat dengan sukses di atas matras yang usang ini. Tubuhku tersungkur hingga memunggungi mereka. Aku langsung berbalik melihat Hadi yang sudah mendekatiku, belum sempat aku berlari, aku sudah ditindih oleh Hadi.

"Mau kemana sayang? Ayo kita main main dulu" bisiknya sembari menjilati daun telingaku.

"Lepasin... Tolong pak" mohonku.

"Lepasin? Nih saya lepas" setelah itu Hadi meraih tanktopku dan melepaskannya dengan mudah.

"Aww jangann" pekikku ketika tanktopku dilepas oleh Hadi.

"Katanya minta dilepasin? Itu sudah saya lepas kok bilang jangan?" Ejeknya lagi.

Sementara aku melihat Girno dan Yoyok sudah menelanjangi diri mereka sendiri dan sepertinya aku sedikit bergidik melihat benda tumpul yang sudah mengacung tegak seperti stick baseball.

"Had, lu buka baju dulu, biar mainan baru ini kita yang urus" perintah Girno santai.

Hadipun melepaskan tindihannya padaku. Tak ada pilihan lain selain pasrah menghadapi tiga orang pria dengan penampilan yang cukup tidak enak dipandang. Dan satu lagi, mereka bau, bau sekali.

Aku sudah tidak bisa bertidan banyak mengingat kedua pria yang berada di depanku sekarang sudah benar benar BT alias birahi tinggi.

"Aaww" pekikku terkaget ketika Yoyok menerkam langsung kepalaku dan melumat habis bibirku, membuatku kembali terbaring di atas matras, sementara Girno kembali memegang kedua sisi selangkanganku sambil menjilat dan menggigit kecil klitorisku sehingga membuat nafsuku semakin terbakar. Aku mulai membalas ciuman Yoyok yang semakin brutal. Sementara itu, Hadi masih belum membuka bajunya, ia masih bersantai merokok di dekat pintu gudang. Tak kusangka nasibku hari ini akan berakhir tragis di tangan para pesuruh sekolahku. Yoyok melepas lumatannya sehingga aku mengap mengap mengambil nafas karena bau mulutnya sungguh membuatku ingin muntah. Ia kembali melancarkan aksinya, kini ia menangkangi tubuhku dan ia setengah terduduk di atas perutku, kemudian ia membimbing kedua tanganku untuk memegang payudaraku. Oh aku tau apa yang ia inginkan, ia ingin menyelipkan penisnya di antara payudaraku.

"Aaaahh.. Aa..aaahhh" aku merintih dan mendesah terus menerus ketika Girno terus menyeruput dan menjilati liang vaginaku. Sementara sensasi yang ditimbulkan oleh gesekan penis dengan payudaraku juga menambah kenikmatan yang kudapat sehingga aku tak kuasa menahan orgasmeku yang pertama. Kakiku mengejang sejenak dan mataku terpejam meresapi nikmatnya orgasme pertamaku hari ini. Cairan cintaku keluar cukup banyak sehingga Girno sempat kewalahan menyeruputnya. Sepertinya Yoyok sudah tak sabar untuk menyetubuhiku. Ia melepaskan penisnya dari jepitan vaginaku.

"Non buka mulutnya dong" perintahnya.

Wah gila! Ia mau menyetubuhi mulutku. Yoyok mulai merangkak maju hingga menisnya benar benar ada didepan mulutku.

"Ayo buka non!" pintanya.

Aku hanya menggeleng gelengkan kepalaku karena sebenarnya aku lebih suka disetubuhi di 'jalur' yang benar daripada seperti ini. Tapi memang dasarnya mereka sedang memperkosaku, dengan cara licik, Yoyok menutup hidungku sehingga terpaksa aku harus membuka mulutku untuk mengambil nafas. Bukan nafas yang kudapat, melainkan hujaman penis besar Yoyok yang membuatku cukup kewalahan menghadapinya. Tanpa ampun, Yoyok mulai menggenjot penisnya yang menyetubuhi mulutku. Aku tak bisa bernafas, nafasku sungguh sesak karena penis itu masuk sampai kerongkonganku.

Sementara itu, Girno juga sudah mulai memposisikan penisnya di depan bibir vaginaku. Ia menggesek gesekkan kepala penisnya yang tumpul itu, dengan lembut ia menekan nekan lubang vaginaku hingga masuk seperempatnya. Aku tak kuat menahan siksaan kenikmatan yang tiada tara ini. Tanganku banya bisa menggapai paha Yoyok kemudian mencakarnya karena ulahnya yang membuatku hampir mati. Girno mulai memompa penisnya dengan santai, tidak seperti Yoyok bagai orang kesetanan ia memompa penisnya di mulutku. Yoyok mulai menggeram ia mulai mempercepat pompaannya sehingga membuatku kalang kabut mencari nafas.

"Aaarrrhgg... Hhhh....hhh.... Nonnn aaahhhh" Yoyok menghujamkan dalam dalam penisnya hingga bulu jembutnya menyentuh hidungku membuatku benar benar tak bisa nafas, dia juga menumpahkan air maninya di dalam kerongkonganku.

"Uhhukk uhuukkk" aku terbatuk batuk ketika Yoyok mencabut penisnya dari mulutku.

Aku sedikit memuntahkan sperma si tukang sapu sekolahku ini. Sungguh spermanya membuatku sedikit mual. Genjotan Girno sempat terhenti sebentar melihatku yang batuk batuk mungkin ia tidak tega. Setelah nafasku sudah mulai stabil, Girno mulai memompa tubuhku kembali. Ia sangat pandai mengatur ritme 'permainan' sehingga aku dibuat larut dalam kenikmatan yang tiada tara. Apalagi ia membungkukkan badannya dan ia mengangkatku hingga aku terduduk dalam pangkuannya dengan penisnya yang masin tertancap. Nafsuku sungguh benar benar terbakar. Aku memeluk Girno dan mulai menggoyang goyangkan tubuhku untuk mencari kenikmatanku sendiri. Aku benar benar sudah larut dalam lautan birahi. Kami berdua benar benar sangat menikmati permainan ini. Aku dapat merasakan penis Girno menancap seluruhnya hingga menyentuh dinding rahimku. Tak hanya menghujamkan penisnya, tetapi ia juga melumat dadaku yang tersaji didepan matanya, ia mengulum dan menggigit kecil puting payudaraku sehingga membuatku mendesah tak karuan. Melihat hal ini sepertinya Hadi mulai terpancing nafsunya, ia mulai melucuti pakaiannya satu demi satu hingga telanjang bulat. Ia kemudian bergabung bersama kami di atas matras. Hadi mendorong tubuhku hingga kini posisiku berada di atas Girno sementara itu Hadi terus mendorongku hingga payudaraku menempel di dada Girno. Aku merasakan sesuatu yang basah sedang mendera bagian lubang anusku. Oh tidak, jangan! Aku tidak mau ia menyodomiku.

"Pak Hadi, jangannn aku ga mau disitu.." Tolakku.

"Ah si Non belom nyobain siih" bantah Hadi.

Ini memang benar benar sakit, aku takut sekali saat aku diperkosa habis habisan oleh kakakku dan kak Reno, dan disitulah aku di sandwitch oleh mereka, dan rasa sakitnya sungguh menyiksa.

"Paak jangan paak" pintaku.

Percuma saja aku meminta berhenti kalau itu hanya membangkitkan birahi Hadi yang semakin membara.

Melihat bokongku yang sudah tersaji di depan matanya, Hadi mulai melakukan 'pemanasan' dengan menusukkan ibu jarinya kedalam lubang anusku,

"ooohhhh" aku mendesah merasakan sensasi baru yang timbul.

Hadi berulang kali menusukkan ibu jarinya ke lubang anusku hingga aku dapat merasakan lubang anusku seperti sedikit mengembang. Hadi kembali meludahi lubang anusku, sepertinya ia masih belum puas bermain main dengan lubang anusku. Sementara aku masih lemas tak berdaya diatas tubuh Girno yang sedari tadi tangannya terus mengelus elus punggungku. Kepalakupun menunduk hingga sejajar dengan kepala Girno. Rambutku sudah acak acakan tak karuan, disingkap oleh Girno hingga memperlihatkan leherku dan pundakku yang mulus. Kemudian ia mulai melakukan jilatan jilatan yang cukup merangsang gairahku lagi.

"Aaahh.. Pelanhhhh pelanh pakk" ingatku kepada Hadi.

Aku mulai menahan nafas sambil menggigit bibirku, sementara kedua tanganku semakin kuat meremas matras usang ini. Hadi mulai memukul mukulkan penisnya yang sudah mengeras itu ke bokongku.

"Mimpi apa gue semalem ya" celetuknya sambil mengarahkan penisnya ke lubang anusku.

Benda tumpul itupun masuk perlahan lahan membelah anusku. Rasa sakit mulai terasa ketika penis itu masuk separuhnya ke lubang anusku, keringatpun mulai bercucuran membasahi dahiku sehingga tubuhku sedikit mengkilap ketika terkena cahaya.

"Aahh paakk sudaah jangan diteruskan.. Sakiitt" keluhku ketika rasa sakit itu sudah takbisa dibendung lagi.

Mungkin Hadi mengerti dengan hal ini, iapun mulai menggenjot lubang anusku meski penisnya hanya masuk setengah, Girno juga mulai ikut ikutan menggenjot penisnya. Oohh rasanya, sensasinya benar benar enak, rasa sakit bercampur enak, sungguh membuatku merancau tak karuan.

"Aauuhh aaahh.. Terussh paaakkk.. Aaaahhh" aku merancau terus menerus karena kedua penis itu memompaku makin kencang.

"Aaaaaaaaaaahhhhhhhh" aku melolong panjang dan aku mendapatkan orgasmeku lagi serta Hadi juga menghujamkan penisnya hingga masuk sepenuhnya kedalam anusku. Walau sakit, tetapi rasa sakit itu tidak terlalu terasa karena bersamaan dengan orgasmeku.

Melihat threesome kami, Yoyok kembali bersemangat untuk mengeroyokku. Ia medekatiku dan mengangkat kepalaku hingga mendonga sejajar dengan penisnya. Aku menggunakan kedua tanganku untuk bertumpu, sementara punggungku melengkung sehingga kedua penis yang ada di belakangku masih tetap memompa tubuhku dengan semangat.

"Isep non" perintah Yoyok yang langsung kusambut dengan lahapan mesra terhadap penisnya. Aku kembali mengemut penis yang tadi memperkosa mulutku hingga aku terbatuk batuk dibuatnya.

Entah aku wanita yang beruntung yang mendapatkan perlakuan sex hingga senikmat ini, atau aku seorang wanita hypersex, tapi yang jelas aku suka dengan perlakuan mereka terhadapku sekarang ini. Aku hanya bisa pasrah apabila ada orang yang melihat perbuatan kami didalam sini, aku tidak mau memikirkan apa apa lagi selain mendapat kenikmatan demi kenikmatan yang terus menerus melanda tubuhku. Sepertinya Girno mulai menggeram dan penisnya seakan bertambah besar didalam liang vaginaku, ia juga meningkatkan ritme kocokannya di liang vaginaku, ini membuatku melepas emutan penis Yoyok karena aku tak kuat menahan rasa nikmat yang akan melandaku sebentar lagi. Sementara Hadi juga ikut ikutan mempercepat genjotannya.

"Aaahh... Akuu mauu keluarr paakkk" aku merancau tak karuan.

"Kita barengan Non" teriak Girno.

Girno semakin mendesah dan mempercepat genjotanya, dann "aahhhhhh" desahan panjangku mengakhiri semua permainanku bersama Girno, sementara Hadi masih semangat memompa lubang anusku sehingga orgasme yang barusaja kudapat ini masih bercapur dengan rasa sakit.

"Aahh pakk udaah sakiitt" pekikku kesakitan ketika penis itu semakin intensif keluar masuk liang anusku.

"Nonn tahann yaa bapak dikit lagi" rancau Hadi.

Hadi kembali meningkatkan genjotannya hingga tubuhku semakin melengkung dibuatnya. Yoyokpun tidak mau melepaskan kesempatan ini, ia kembali menjejalkan penisnya ke dalam mulutku. Ia memegang kepalaku dan mencengkramnya, sementara itu Girno sudah mencabut penisna dan 'keluar dari permainan'. Pinggangku di angkat Hadi hingga kini posisiku menjadi Dogystyle dengan Hadi yang menyodomiku serta Yoyok yang menyetubuhi mulutku. Lelehan sperma Girno keluar banyak sekali dari liang vaginaku hingga membasahi matras usang ini. Kedua tanganku diraih Hadi kemudian ia menariknya kebelakang, sensasi ini sungguh membuat penisnya semakin jauh masuk kedalam lubang anusku. Sementara aku yang sudah lemas hanya bisa pasrah menerima penis yang menusuk nusuk lubang anus dan kerongkonganku. Satu satunya cara mengakhiri permainan ini adalah dengan membiarkan penis penis ini cepat mengeluarkan 'isinya'. Aku mulai mengulum serta menghisap dengan kuat penis Yoyok yang kini sudah sangat tegang dan keras. Sementara aku memainkan otot syaraf di bokongku hingga Hadi makin merancau tak karuan. Melihat perlakuanku yang seperti ini, mereka berdua semakin bernafsu menyetubuhiku. Yoyok makin gencar memperkosa mulutku hingga kadang aku menggeleng-gelengkan. Kepalaku pertanda kalau aku kehabisan nafas.

"Non.. Saya mau keluar Non" rancau Yoyok yang semakin cepat menggenjot penisnya. Sementara Hadi juga sepertinya ia akan keluar.

"Aahh... Enaaakk" rancau Hadi yang menancapkan penisnya dalam dalam serta mengeluarkan lahar panas yang cukup banyak di lubang anusku.

Aku langsung terjatuh dan telungkup di atas matras. Yoyok menindihku dari belakang dan ia mengangkat sedikit pinggangku hingga terlihatlah liang vaginaku yang dari tadi masih berceceran cairan cintaku. Kemudian ia memposisikan penisnya di dalam liang vaginaku. Ia menyetubuhiku dari belakang ia menindihku kemudian ia mencium tengkukku sehingga membuatku kembali larut dalam kenikmatan yang tiada tara.

"Aaahh aaahhhhh Yok.. Enaakk" aku merancau tak jelas setiap Yoyok menghujamkan penisnya kuat kuat dan bertabrakan dengan kedua buah pantatku yang cukup montok.

Sekitar 10 menit aku dan Yoyok diposisi itu, kini Yoyok membalikkan tubuhku hingga kini posisi kami sudah seperti posisi biasanya yaitu misionary. Ia mulai menggenjot tubuhku yang sudah lemas dan sangat sangat terkuras tenagaku dibuatnya. 20 menit diposisi ini Yoyok mulai menggeram tanda ia akan mendapatkan klimaksnya.

"Aaahh nonn dikit lagi non" rancau Yoyok

"Aaahh Yokk barengannn" rancauku balik.

"Aku sampaai akuu aaaaahhhh"

Akhirnya kami berogasme bersama sama, air mani Yoyok membanjiri liang vaginaku bercampur dengan cairan cintaku. Kemudian Yoyok mencabut penisnya dan ia memakai kembali pakaiannya, sementara aku masih tergeletak di atas matras usang ini. Girno serta Hadi juga sudah memakai pakaiannya.

"Makasih ya non, kapan kapan kita main lagi" Yoyok mengucapkan salam perpisahan kepadaku.

Aku hanya bisa terdiam mengatur nafasku yang masih tak beraturan. Baju seragamkupun tak tahu kemana. Hanya menyisakan bra celana dalam, tanktop serta celana hotpantsku. Perlahan aku mengambil pakaianku dan memakainya kembali. Aku berjalan gontai keluar dari tempat ini. Aku melihat keadaan sekitar, ternyata ini adalah gudang sekolah yang sudah tak terpakai lagi. Lokasinya di dekat taman. Beberapa penjaga sekolah melihatku dengan tatapan seolah ingin menelanjangiku karena memang aku berpakaian tidak senonok didalam lingkungan sekolah. Cepat cepat aku berlari menuju loby dan di situ sudah setia menunggu pak supir.

"Maaf pak agak telat" aku meminta maaf kepada pak supir.

"Tidak apa apa non" jawab pak supir ramah.

Aku masuk ke dalam mobil dan pulang ke rumah. Aku melihat jam di mobilku. Sudah jam setengah empat sore. Berarti sekitar 3 jam aku disetubuhi oleh mereka. Pesuruh sekolahku yang kurang ajar. Aku pun tertidur di dalam mobil.

Bersambung...

Original writer by : Henz
-----------------------------
16 komentar Post your own or leave a trackback: Trackback URL
  1. charming mengatakan:
    kok lama yach yg baru
  2. mr r mengatakan:
    ea… pertamaxx…..
    mantap deh…
    komen dulu baru baca. ^^
  3. Detective Konak mengatakan:
    eeeuh.. ‘Sandra’ itu siapa ya, boss? kok suka muncul namanya? 0_o
  4. savend mengatakan:
    ada kalimat yang berantakan.. kok si friska kaya eliza yah jadinya.
  5. Blacknwhite mengatakan:
    Gangbang seri cerita yg terbaik…
    Ditunggu seri selanjutnya, Eliza vs Friska
  6. keihin mengatakan:
    sebenarnya bagus,cuma ceritanya udah ngga fresh lagi..
  7. Mr Bokep mengatakan:
    kok saat cerita fifi, ada kalanya sandra di sebut” memang fifi dan sandra berdua sedang di kerjain ??
    (Pandu yang penisnya mulai bangkit lagi, dengan cekatan memeluk perut Sandra sehingga dia tidak ambruk ke lantai.)
    (terdengar suara Sandra yang terengah-engah kecapaian dan keenakan,)
    (Beberapa saat kemudian terlihat si kribo yang mengerang-erang dan akhirnya menumpahkan semua isi spermanya dalam vagina Sandra yang sudah tergolek lemas dipelukannya.)
  8. udadoan mengatakan:
    wah gimane rasanye ye, mantaaaaaaaaaaaaaaaap rerk
  9. Mr P mengatakan:
    Yaa ceritanya lumayan…, tp agak aneh aja…, ktnya bersambung, tp kalo disambung-sambungin ama cerita sblmnya kayaknya engga nyambung tuh…
    Makanya lanjutannya jgn kelamaan, jd engga nyambung lg…
    Baca aja sendiri kalo engga percaya…, mnrt ane sih engga nyambung…
    Nih saran kalo mau lanjutannya lama bgt, bagusnya bikin ceritanya yg end story lgs…, jgn yg bersambung…
  10. Andriyan mengatakan:
    coba bella juga ikut diperkosa..
    tambah seru ituu,,,,,
    top dah ceritanyee….
  11. ZXY mengatakan:
    Lm2 jd – original soal lm2 story ngarah ke eliza, mlh bukan ke friskany (istilah copas). Kt2 banyak yg kgk nyambung, kalo bs storyny slg knl ama si elizanya trs jd sahabat ato gmn lah.
  12. wawan mengatakan:
    setuju kenapa harus mengekor eliza. cerita baru dong boss biar ada penyegaran.
  13. Budayawan XXX mengatakan:
    Iya ya…
    Sayang sekuel yg sebenernya bagus, tp sambungan 2 nya terasa gak pas aj….
  14. tikus tanah mengatakan:
    koq bagian di cie fifi malah ketulis Sandra. Copaskah?
  15. Bona_Zoid mengatakan:
    jiah, ini mah sama aj kaya ELIZA…
    tp cuma beda nama aja sama latar’a!
    penulisannya jg kurang rapih.. masih agak berantakan!
    tp apapun karyanya wajib d acungi jempol.. :D
  16. Pret mengatakan:
    Kapan si friska di perkosa ma rendy?
    Kayaknya rame tuh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar