Laman

Sabtu, 10 Desember 2011

Holiday’s Challenge 4: Riri, si Gadis Tukang Sampah

8 Oktober 2010

 
Perhatian sebelum membaca !

 
  • Cerita Holiday’s Challenge menceritakan tentang sifat-sifat seorang wanita yang mungkin jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
  • Tidak ada unsur kepolosan dari seorang wanita yang terkandung dalam cerita ini, hanya ada sifat-sifat wanita nakal dan bitchy
  • Cerita ini hanya mengkisahkan wanita-wanita dengan sifat yang tidak biasa yang mencari ‘pengalaman’ baru di saat liburan.
  • Kemungkinan besar cerita ini tidak akan menarik, mungkin cenderung membosankan, tapi bisa sebagai penambah koleksi cerita seru sambil menunggu cerita-cerita yang lebih hebat dari para pengarang lainnya
  • HAPPY READING ^_^

 
***********************************

Riri
 
Tidak mau ambil pusing, Riri tidak memikirkan tantangan yang diberikan Lina. Riri benar-benar malas dengan liburan beda yang diusulkan Intan. Meski Riri tahu kalau Lina, Moniq, dan Intan sudah mendapatkan ‘tantangan’ pada liburannya, Riri sama sekali tak berniat mencari pekerjaan kasar yang akan dicobanya.
Riri pergi makan ke sebuah restoran sendirian saja. Bukan restoran sebenarnya, hanya merupakan sebuah rumah makan saja. Kebetulan Riri datang di saat jam makan siang sehingga rumah makan itu cukup ramai. Kebanyakan orang-orang berpakaian rapih dan berdasi yang makan di restoran itu. Meski di sekitarnya banyak pegawai kantoran yang berpakaian rapih, Riri santai saja makan sendirian dengan kaos dan celana jeans pendek sampai lutut, dan memakai sandal. Riri memang orang yang tak ambil pusing dengan pandangan orang, lo lo gue gue, prinsip hidup Riri. Tapi, meskipun Riri orangnya cuek, sebenarnya dia orang yang mudah merasa iba, dan jika sudah cocok dengan seseorang, sikap Riri berubah menjadi ramah dan hangat ke orang tersebut.

 
“hai”, sapa seorang bapak-bapak.

 
“…”.

 
“boleh gabung ? tempatnya penuh semua..”.

 
“yaudah..”, jawab Riri singkat.

 
“makasih ya cantik…”, pria itu tersenyum licik. Riri pun meneruskan makan.

 
“nama kamu siapa ?”.

 
“Riri…”, jawab Riri tanpa menyalami tangan pria itu.

 
“kalo Om..Tio…”.

 
“kok kamu makan sendirian aja ?”.

 
“maaf ya, Pak !! saya bukan jablay !!!”, ucap Riri kencang sambil berdiri dan menggebrak meja.

 
Otomatis yang lain pun melihat Riri. Riri berjalan meninggalkan Om yang tertunduk dan salah tingkah karena malu. Sementara Riri berjalan keluar rumah makan sambil tersenyum, puas mengerjai Om nakal itu. Riri mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumah, rumah milik Riri sendiri. Sebenarnya, keluarga Riri sudah pindah semua ke luar negeri, hanya Riri yang masih tinggal. Riri tidak mau pindah ke luar negeri karena tidak suka dengan ibu tirinya yang mengajak ayah dan adiknya tinggal di luar negeri. Ayah Riri pun tidak bisa berbuat banyak karena Riri memang keras kepala.

 
Setiap bulan, ayahnya mengirimi banyak uang ke rekening Riri untuk biaya hidup Riri.

 
“eh non Riri udah pulang..”.

 
“iyaa mbok…Riri mau istirahat ya mbok…”.

 
“iyaa, non…”. Hanya Mbok Ratih saja yang menemani Riri sehari-hari. Tapi, Mbok Ratih pulang pergi, tak tinggal bersama Riri.

 
“non..non Riri…”, Mbok Ratih menggoyang-goyang tubuh Riri pelan.

 
“em..i..iya..ada apa ?”, jawab Riri setengah sadar.

 
“non Riri..Mbok Ratih pulang dulu ya..udah malem..”.

 
“oh iyaa, Mbok…hooahhmm..”, ujar Riri sambil mengucek-ngucek matanya. Riri pun turun dari ranjang dan mengikuti Mbok Ratih sampai ke pintu depan. Riri mengunci pintu depan setelah Mbok Ratih pulang seperti biasanya.

 
“haah..nggak ada temen buat keluar..”, ujar Riri.

 
Biasanya, malam hari Riri sering jalan-jalan bersama 3 sahabatnya atau setidaknya main ke rumah mereka, tapi karena Intan, Lina, dan Moniq sudah memulai liburan mereka, Riri jadi bingung harus kemana. Meski punya teman yang lain selain 3 sahabatnya, Riri hanya nyaman bersama 3 temannya. Riri pergi ke mandi, menyegarkan tubuhnya sekalian mengganti pakaiannya. Riri akhirnya memutuskan untuk menonton film dengan dvd playernya saja. Mungkin sampai 2 film yang dia tonton sebelum akhirnya mengantuk dan tidur lagi.

 
“hoaammm…nymmm…”, Riri menguap dan ngulet sehabis bangun tidur. Gara-gara terlalu cepat tidur, Riri jadi terlalu pagi bangunnya. Baru jam setengah 6 pagi, Riri mengganti pakaiannya, dia berniat untuk lari pagi di taman dekat rumahnya. Riri mulai berlari-lari kecil menuju taman yang ada di dekat rumahnya.

 
“suit-suit…neng, mau lari pagi yaa ?”, goda seorang om-om.

 
“lari pagi bareng om aja, gimana ?”, pria itu pun berlari-lari kecil mengikuti Riri. Riri tidak menjawab, dia hanya mempercepat larinya. Mau tak mau, pria itu harus mempercepat lajunya juga. Riri yang terbiasa lari pagi sama sekali tak berasa, sedangkan pria yang gendut itu sudah ngos-ngos dan berhenti mengejar Riri. Riri hanya menengok ke belakan dan tersenyum mengejek ke pria itu.

 
Dasar bandot gembrot, sok-sokan ngegodain, lari dikit aja langsung ngos-ngosan, komentar Riri. Matahari semakin tinggi, pagi pun semakin cerah.

 
“hufh hufh hufh”, Riri berusaha mengatur nafasnya sambil sesekali melap keringat dari wajahnya dengan handuk kecilnya. Hampir 1 1/2 jam Riri lari pagi tanpa beristirahat, paling-paling dia hanya memperlambat larinya sambil mengelap keringatnya yang bercucuran. Riri pun menuju warung untuk membeli minuman.

 
“segeerr…”. Riri melihat ada seorang bapak-bapak sedang mengaduk-aduk bak sampah yang ada di depan rumah orang. Penampilannya begitu lusuh, dan bapak itu kelihatan tua. Setelah memasukkan beberapa sampah ke gerobaknya, bapak itu mengambil botol minumannya. Botol itu sudah tak ada isinya, si bapak menghela nafasnya, padahal dahaganya benar-benar menyiksa, tapi tak ada air lagi. Riri yang memperhatikan dari tadi langsung membeli minuman dan berjalan mendekati bapak itu.

 
“maaf, Pak…”.

 
“iya, neng ? ada apa ?”, tanya bapak itu kebingungan didatangi seorang wanita cantik.

 
“ini, Pak..diminum minumannya..”.

 
“nggak usah, neng…”, tolak bapak itu dengan sopan dan halus.

 
“nggak apa-apa, Pak…minum aja, tadi saya liat bapak keausan, yaudah saya beliin aja…”.

 
“bener buat saya, neng ?”.

 
“bener, Pak…”, jawab Riri tersenyum. Riri dan bapak itu pun duduk di tepi jalan.

 
“makasih banyak, neng…bapak gak tau harus bilang apa…”.

 
“ya gak usah bilang apa-apa, Pak..hehe..”, canda Riri.

 
“tapi, kenapa neng beliin saya minuman ?”.

 
“kan udah saya bilang tadi, saya liat bapak keausan ya saya beliin aja minuman..”.

 
“makasih banyak ya neng..”.

 
“Bang !! sini, Bang !!”. Tukang bubur yang tadi dipanggil Riri pun mendekat.

 
“Bapak udah sarapan ?”.

 
“belum, neng..”.

 
“kalo gitu kita sarapan bubur yuk, Pak…”.

 
“ha ? gak usah, neng…saya udah biasa nggak sarapan…lagian masa udah dibeliin minuman..neng mau beliin saya bubur..saya bener-bener nggak enak ama neng..”.

 
“ayo dong, Pak..temenin Riri sarapan..”.

 
“…”.

 
“nih, Pak..”.

 
“yaudah deh, neng…”.

 
Sebenarnya, bapak itu memang lapar sekali, tapi dia sungguh enggan menerima pemberian dari orang yang baru dikenalnya. Enggan karena selama ini, tak ada yang sebaik ini kepadanya, malah banyak yang jijik dan mencemoohnya, tapi kenapa gadis cantik ini begitu baik kepadanya. Tentu tak ada rasa curiga di pikiran bapak itu, tak mungkin gadis cantik ini mau berbuat jahat, lagipula tak ada sesuatu dari diri bapak itu yang bisa di ambil. Sambil sarapan, mereka berdua mengobrol dan saling memperkenalkan diri. Nama bapak itu adalah Malih, umurnya 58 tahun, penampilannya kelihatan lebih tua daripada umurnya. Tukang bubur itu keheranan, kok ada cewek cakep mau sarapan ama tukang sampah, di pinggir jalan lagi, pikir tukang bubur itu. Sekali-sekali, tukang bubur itu curi-curi pandang ke Riri. Cantik dan sangat putih mulus, benar-benar idaman lelaki. Setelah dibayar, tukang bubur itu pun pergi.

 
“gimana, Pak ? kenyang nggak ?”.

 
“kenyang, neng…enak banget..”. Riri pun tersenyum.

 
“saya bener-bener makasih ya neng Riri, udah beliin saya minuman ama sarapan..”.

 
“iya, Pak..sama-sama..”.

 
“kenapa neng Riri baik banget sama saya ?”.

 
“kalo ngeliat bapak, saya jadi inget sama kakek saya..”.

 
“emang kakek neng Riri kemana ?”.

 
“udah meninggal 2 tahun lalu…”.

 
“maaf neng, saya nggak tau..”.

 
“nggak apa-apa, Pak…saya bener-bener kaget pas ngeliat bapak, mirip sama kakek saya, saya kira lagi mimpi..”.

 
“udah neng, jangan sedih lagi. kakek neng Riri pasti seneng ngeliat cucunya baik sama orang lain..”, Malih mau merangkul, tapi takut Riri marah.

 
“makasih, Pak…”.

 
“mendingan neng Riri saya anter pulang, gimana ?”.

 
“iyaa, Pak…”. Riri berjalan di samping Malih yang menarik gerobak sampahnya.

 
“makasih ya, Pak..udah nganterin saya sampai rumah..”.

 
“justru saya yang makasih, neng. neng Riri udah beliin saya minuman ama sarapan..”.

 
“iyaa, sama-sama, Pak…”, Riri tersenyum manis.

 
Di antara 3 temannya, Riri yang paling sensitif perasaannya. Sensitif maksudnya perasa atau mudah merasa kasihan dan juga mudah sedih. Bagi Riri, perasaannya yang sensitif merupakan kelemahan yang bisa saja dimanfaatkan teman-temannya yang cowok untuk mendapatkan hatinya, jadi Riri menyembunyikan kelemahannya dengan sikap sok cuek dan seenaknya sehingga cowok-cowok tak banyak yang mendekatinya karena Riri dianggap judes.

 
“saya masuk ke dalem dulu yaa, Pak..”.

 
“makasih banyak yaa, neng..”.

 
“sama-sama, Pak…”. Riri masuk ke dalam rumah dan mandi.

 
“kriiing !!!”, Riri keluar kamar dengan terburu-buru.

 
“halo ?”.

 
“halo non Riri ?”.

 
“Mbok Ratih, ada apa ?”.

 
“ini non, saya mau pulang ke kampung, jadi saya nggak bisa bantu-bantu non..”.

 
“berapa lama, Mbok ?”.

 
“ya mungkin 2-3 mingguan kali non..”.

 
“oh yaudah Mbok..tapi kalo bisa jangan lama-lama ya Mbok..”.

 
“iya, non..”. Riri masuk ke dalam kamar lagi dan mengenakan pakaian. Dia memikirkan si bapak tukang sampah tadi. Sudah tua tapi masih sanggup bekerja keras, di ajak ngobrol juga enak. Riri jadi ingin tahu kehidupan sehari-hari bapak tadi, lagipula kemungkinan besar dia bosan di rumah.

 

Malih, si tukang sampah
 
Riri keluar rumah berniat mencari Malih. Pas sekali, Riri baru keluar pagar rumah, dia melihat Malih di ujung gang.

 
“Pak Malih !!”. Malih berhenti dan menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari siapa yang memanggil namanya.

 
“Pak Malih !!”. Malih langsung nengok ke belakang.

 
“eh neng Riri..ada apa manggil saya ?”.

 
“gini, Pak…saya baru inget, saya ada tugas, cari tau kehidupan sehari-hari orang-orang seperti bapak, tadinya saya males ngerjain tugas, nah mendingan saya nyari tau kehidupan Pak Malih aja, gimana, Pak ?”.

 
“mm..boleh aja sih, neng..tapi emangnya tugasnya neng Riri kayak gimana ?”.

 
“yaa kehidupan sehari-hari Bapak aja..ntar saya rekam pake handycam..”.

 
“yaudah, neng..”.

 
“oke, tunggu bentar ya, Pak..”.

 
“…”. Lumayan lama Malih menunggu Riri kembali.

 
“neng Riri ngapain, lama amat..”, ujar Malih. Riri pun kembali dengan membawa tas yang biasa di bawa untuk kuliah.

 
“neng Riri abis ngapain ?”.

 
“ini, Pak..saya ambil handycam, dompet, sama pakaian..”.

 
“pakaian ? buat apa, neng ?”.

 
“ya buat ganti baju, kan saya mau tinggal di rumah bapak 4-5 hari..”.

 
“ha ? neng Riri mau tinggal di rumah saya ?”.

 
“iya, Pak..Bapak keberatan ya ?”.

 
“bukan gitu, neng…rumah saya gubuk, lagian apa orang tua neng Riri gak khawatir nanti ?”.

 
“orang tua saya lagi di luar negeri, nah soal rumah bapak, justru tugas saya tuh untuk cari tau sisi lain dari kehidupan..gimana, Pak ? boleh ya ?”.

 
“yaudah, neng..boleh, mudah-mudahan neng Riri ntar gak kaget ngeliat rumah saya..”.

 
“tenang aja, Pak..oh iya, Pak..boleh naro tas di sini nggak ?”, ujar Riri sambil menunjuk paku yang mencuat dari pinggir gerobak sampah.

 
“boleh aja neng..tapi ntar tas neng Riri kotor ?”.

 
“nggak apa-apa, Pak..kotor ya tinggal di cuci ini..”, canda Riri yang membuat Malih tersenyum.

 
“neng Riri mau ngapain ?”.

 
“saya bantu dorong gerobaknya, Pak…”.

 
“nggak usah, neng..saya udah biasa..udah neng, gak usah..”.

 
“gak apa-apa, Pak..saya pengen bantu..kayaknya berat banget..”.

 
“tapi ntar tangan neng kotor ?”.

 
“nggak apa-apa, Pak..tenang aja..”.

 
Malih menarik, dan Riri mendorong. Gerobak sampah itu terasa lebih ringan dari biasanya bagi Malih. Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di tempat seperti tempat pembuangan akhir.

 
“neng Riri tunggu di sini bentar..”, ujar Malih sambil menyerahkan tas Riri.

 
“iya, Pak..”. Malih kembali tak bersama gerobaknya.

 
“lho ? gerobaknya mana, Pak ?”.

 
“ya ditaro di sini, neng..sekalian minta bayaran..”.

 
“oh gitu..”. Riri tidak bertanya berapa bayaran yang didapat Malih karena tidak sopan meskipun Riri sebenarnya penasaran.

 
“nah sekarang baru kita pulang, neng..”.

 
“ayo deh, Pak..”. Riri pun mengobrol dengan Malih selama perjalanan pulang.

 
“Lih siape tuh ? cakep banget ?”, tanya seorang bapak gendut.

 
“ini anaknye temen gue..”, jawab Malih sekedarnya sambil lalu bersama Riri.

 
“tadi siapa, Pak ?”.

 
“yang tadi ? namanya Pak Sueb, ati-ati, neng..disini banyak bapak-bapak iseng..apalagi neng Riri cakep..”.

 
“ah Pak Malih bisa aja…”. Malih dan Riri berhenti di depan sebuah rumah kecil, atau lebih tepatnya gubuk sederhana.

 
“ini rumah saya, neng..ayo masuk neng…”. Riri memperhatikan dalam rumah Malih. Begitu sederhana dan kecil, Riri tak pernah membayangkan ada orang yang tinggal di rumah seperti ini, tapi di sinilah dia sekarang, rumah yang sangat sederhana.

 
“ayo, neng..duduk dulu di sini, maaf neng nggak ada bangku..”, Malih menggelar tikar.

 
“iya, Pak…”. Tak lama Malih kembali dengan membawa segelas air putih dengan gelas plastik.

 
“yah beginilah, neng rumah saya…ayo neng diminum..”.

 
“makasih, Pak…”.

 
“oh iya, Pak..istri bapak dimana ?”.

 
“udah meninggal 4 tahun lalu, neng..”.

 
“oh maaf, Pak..saya nggak tau, Pak…”.

 
“iya, nggak apa-apa kok neng..saya udah biasa tinggal sendiri..”.

 
“maaf, Pak..emang anak bapak kemana ?”.

 
“saya nggak punya anak, neng…katanya istri saya mandul..”.

 
“aduh maaf, Pak..jadi buat bapak sedih…”.

 
“nggak apa-apa, neng..”. Riri jadi merasa tak enak telah membuat Malih jadi teringat tentang almarhum istrinya.

 
Tapi, Riri pun jadi berpikir, apakah selama 3 tahun Malih tidak merasa kesepian tinggal sendirian.

 
“oh iya, neng..neng Riri mau makan apa ?”.

 
“Pak Malih mau beli makanan ya ?”.

 
“iya, neng..neng Riri tunggu di sini bentar..”.

 
“gimana kalo kita makan di luar aja, Pak..”.

 
“maaf neng, tapi…”.

 
“tenang aja, Pak…saya traktir…”.

 
“tapi, neng…”.

 
“udah lah, Pak…saya udah laper nih, yuuk..”.

 
“yaudah deh, neng..”. Mereka berdua pun makan di rumah makan. Malih mengenakan pakaian yang paling bagus yang ia miliki agar tidak membuat Riri malu. Satu-satunya pakaian yang cukup bagus yang Malih miliki, pakaian yang dulu diberikan mantan majikannya saat dia masih menjadi supir untuk orang. Mereka pun kembali ke rumah.

 
“oh iya, Pak..ada kamar mandi nggak ?”.

 
“ada neng, sebelah sini…maaf kamar mandinya kecil, neng..”.

 
“iya, Pak..nggak apa-apa kok, Pak..”. Lumayan juga, rumah kayak gini, tapi ada kamar mandinya, pikir Riri. Rumah Malih cuma ada 2 ruangan kecil, 1 ruangan untuk kamar mandi, dan satunya ada kasur untuk tidur.

 
“neng Riri udah mau tidur ya ?”.

 
“iya, Pak udah pegel-pegel nih…”.

 
“yaudah, neng Riri tidur di sini..”.

 
“lho ? bapak tidur di mana ?”.

 
“saya tidur di bawah aja, neng…”.

 
“biar saya aja yang tidur di bawah..bapak yang di kasur..”.

 
“nggak, neng..saya aja yang di bawah..neng Riri kan cewek..masa tidur di bawah..”.

 
“ya, tapi saya masih muda, nggak gampang sakit..”.

 
“ya tetep aja, neng Riri kan cewek..udah neng, tenang aja..biar udah tua, tapi badan saya masih tahan kalo masuk angin doang..”. Riri merebahkan tubuhnya di kasur kapuk, sementara Malih tiduran di tikar. Keadaan memang sunyi dan gelap, tapi Riri tak bisa tidur. Mungkin karena merasa tak enak hati melihat Malih yang sudah tua tidur di tikar. Riri memandangi Malih yang tidur membelakanginya. Rasa kagum muncul di hati Riri. Seorang pria tua mampu bekerja keras, dan kelihatan begitu tegar meski tinggal sendirian selama 3 tahun. Sikapnya juga sopan, tak seperti kebanyakan pria yang kurang ajar dan menggodanya.

 
“Pak Malih..”.

 
“ha ? iya, neng ?”.

 
“tidur di atas aja, Pak..”.

 
“tapi, neng…”.

 
“udah, Pak…nanti bapak masuk angin…”. Malih pun jadi tidur di kasur bersama Riri. Malih sengaja tidur agak jauh dan membelakangi Riri agar Riri tidak menyangka dia akan berbuat macam-macam. Saat mata Riri sudah terasa berat, tiba-tiba dia dipeluk dari belakang. Riri menengok ke belakang, rupanya Malih memeluknya, tapi tanpa sadar karena kelihatan matanya tertutup. Entah itu sengaja atau tak sengaja, Riri membiarkan Malih memeluknya dari belakang. Mungkin keinget istrinya, pikir Riri. Tapi, anehnya Riri merasa pelukan Malih begitu hangat dan nyaman seolah terasa seperti pelukan kakeknya. Riri pun jadi nyaman dan langsung tidur terlelap.

 
“mm ?”, Riri terbangun karena mendengar suara grasak-grusuk.

 
“mau kemana, Pak ?”.

 
“mau berangkat, neng..”.

 
“tunggu sebentar, Pak..saya ikut..”. Tak lama kemudian, Riri keluar dari kamar mandi. Kaos dan celana pendek selutut membalut tubuh Riri.

 
“ayo, Pak..”, ujar Riri sambil merapikan baju dan rambutnya.

 
Tak lupa, Riri membawa handycamnya. Mereka berdua berjalan ke tempat TPA yang kemarin tanpa mengobrol sedikit pun. Riri merekam Malih yang keluar dari TPA sambil menarik gerobak sampahnya.

 
“Pak, liat ke kamera donk..”. Malih melihat ke arah Riri dan tersenyum.

 
“Pak..coba dong saya yang narik gerobaknya..”.

 
“ini berat, neng..”.

 
“saya mau nyoba, Pak..n’ bapak ngerekam saya narik gerobak..”. Sebenarnya Malih tak tega melihat Riri menarik gerobak sampahnya yang berat dan bau, tapi mau apa lagi, memang Riri yang mau.

 
“berhenti di sana, neng..”, tunjuk Malih ke bak sampah yang di depan mereka.

 
“fuh..lumayan pegel juga ya, Pak..”, ucap Riri sambil meluruskan kedua tangannya dan mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangannya.

 
“ya namanya juga gerobak sampah..lumayan berat..”.

 
“iya ya..oh iya, Pak..itu dimasukkin ke gerobak ya ?”.

 
“iya, neng..biar saya aja..”.

 
“nggak usah, bapak terus rekam aja, biar saya..”. Riri melempar tiga bungkusan plastik ke dalam gerobak.

 
Mereka berdua pun berkeliling dari bak sampah satu ke bak sampah lainnya. Sampah-sampah yang di luar bak sampah juga diangkut oleh Riri. Riri tidak kuat menarik gerobak terus, jadi dia hanya melemparkan sampah ke dalam gerobak saja. Tubuh Riri yang tadinya wangi kini jadi bau, kulit tangannya yang putih bersih jadi kotor dan hitam. Banyak orang khususnya laki-laki memandangi Malih dan Riri. Mungkin aneh dan bingung, seorang gadis cantik yang berkulit putih mulus memunguti sampah bersama pria tua. Teriknya sinar matahari dan lamanya berkeliling membuat Riri berpeluh keringat, bulir-bulir keringat bercucuran.

 
“Pak..kita istirahat dulu yuk..capek nih..”.

 
“ayo, neng..kita istirahat di sana aja..”.

 
“ayo, Pak..”. Mereka berdua duduk di bawah pohon rindang dan memakan makanan bungkus yang tadi mereka beli.

 
“neng Riri..”.

 
“iya, Pak ?”.

 
“saya mau minta maaf soal tadi malem..”.

 
“minta maaf soal apa, Pak ?”.

 
“tadi malem saya nggak sadar meluk neng Riri..”.

 
“nggak apa-apa kok, Pak..pasti Pak Malih keinget sama istrinya ?”.

 
“hehe iya neng, biasa tidur sendiri, jadi pas ada neng Riri, gak sadar kerasa kayak tidur sama istri saya..”.

 
“nggak apa-apa kok, Pak…saya ngerti..”. Malih kelihatan senang sekali, sudah lama dia tak punya teman ngobrol, paling-paling hanya para tetangga di dekat rumahnya. Dengan kehadiran Riri, Malih jadi punya teman ngobrol saat memulung sampah ataupun di dalam rumah.

 
“oh iya, Pak..saya boleh nanya sesuatu yang agak pribadi nggak, Pak ?”.

 
“mau nanya apa, neng ?”.

 
“Pak Malih nggak kesepian ? nggak ada rencana buat cari istri lagi ?”.

 
“kesepian ya pasti, neng..tapi mana ada yang mau ama saya..udah tua gini..”.

 
“ya siapa tau aja, Pak…”.

 
“nggak deh, neng…saya nggak mau repot nyari istri lagi..”.

 
“oh..”. Setelah berkeliling seharian dan Malih juga telah mengembalikan gerobaknya, mereka berdua pulang ke rumah.

 
“Pak Malih, saya mandi duluan boleh gak ? badan saya udah gerah nih..”.

 
“oh..iya, neng..silahkan..”. Malih pun duduk bersender di tikar untuk beristirahat.

 
Sambil membersihkan tubuhnya, Riri ingin sekali membuat pria tua yang sangat baik dan sopan seperti Malih senang, dan Riri pun mendapatkan ide. Malih terbengong saat melihat Riri keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan handuk yang cukup pendek untuk menutupi tubuhnya. Bagian bawah handuk hanya menutupi 1/4 dari paha Riri. Meski sudah tua, tapi tetap saja Malih adalah laki-laki normal. Melihat paha Riri yang putih mulus membuatnya tak berkedip.

 
“maaf neng, saya keluar dulu..”, izin Malih menyadari dirinya harus keluar agar tak membuat Riri risih. Tiba-tiba Riri menahannya.

 
“sebentar, Pak..ada yang mau saya omongin…”.

 
Dalam pikiran Riri, hadiah yang mungkin akan membuat Malih sangat senang dan juga yang dia rasa paling tepat untuk pria yang benar-benar kesepian seperti Malih adalah dengan memberikan tubuhnya agar Malih bisa melepas semua kebutuhan biologisnya. Tapi, Riri juga masih bingung, jika dia yang menawarkan diri ke Malih, apakah itu tak membuatnya seperti pelacur. Namun, setelah dipikir-pikir, tak apalah, sebuah hadiah yang memang pantas ditawarkan untuk laki-laki yang baik dan sopan seperti Malih.

 
“mau ngomong apa, neng ?”.

 
“bapak duduk dulu deh..”. Dengan agak kebingungan, Malih duduk, Riri duduk di depannya. Tentu, handuknya terangkat ke atas, kedua paha Riri kini terlihat seluruhnya oleh Malih. Malih menelan ludah melihat paha Riri yang begitu putih mulus, tapi dia berusaha tetap memandang mata Riri.

 
“saya mau nanya, apa Pak Malih rindu sama istrinya ?”.

 
“iya, kangen banget, neng..”.

 
“kalau gitu, mulai hari ini, anggep aja saya istri bapak..”.

 
“maksudnya ?”.

 
“saya akan nemenin bapak..”. Riri meletakkan tangan Malih di paha kanannya.

 
“maksud neng Riri, saya boleh….”. Riri mengangguk dan tersenyum.

 
Malih mulai mengelus-elus paha Riri. Elusan tangan Malih semakin dalam merayapi paha Riri. Benar-benar halus kulit gadis cantik ini, pikir Malih. Sudah lama tidak merasakan kehalusan dan kehangatan tubuh seorang wanita, kini Malih mengelus-elus kedua paha Riri. Kedua tangan Malih semakin merayap ke dalam, menyentuh paha bagian dalam Riri.

 
“hmmm…”, lirih Riri sambil tetap tersenyum. Elusan-elusan Malih sedikit demi sedikit membangunkan gairah Riri. Malih membelai kedua pangkal paha Riri dengan lembut dan perlahan. Meski sudah tua dan sudah lama tidak ‘berurusan’ dengan wanita, insting pejantannya masih ada, dia tahu bagaimana caranya ‘memanaskan’ suasana dan membangkitkan gairah seorang perempuan. Malih terus mengelusi kedua pangkal paha, nafas Riri semakin berat. Sentuhan Malih terasa tepat sekali.

 
“eemmhhh…”, Riri sedikit bergetar saat Malih mulai meraba-raba tengah-tengah selangkangannya. Malih semakin berani mengusik alat kelamin gadis muda nan cantik yang ada di depannya. Jari tengahnya tepat ‘membelah’ bibir vagina Riri, lalu Malih menggerakkannya ke atas dan bawah untuk semakin meningkatkan ‘tensi’ Riri. Riri yang tadi duduk beralaskan kedua tumitnya (duduk ala Jepang), pahanya rapat menutup, kini seiring dengan gesekan jari Malih di belahan vaginanya, kedua pahanya semakin membuka lebar.

 
“uummhhh heemmhhh…”, gumam Riri. Malih tersenyum, tangannya terasa semakin panas sekaligus lembap. Riri menutup kedua matanya.

 
“aaaahhh…”, lirih Riri pelan saat merasakan ada sesuatu benda yang masuk ke dalam vaginanya, apalagi saat benda itu berputar-putar seperti sedang mengebor vaginanya. Malih hanya mengetes rongga vagina Riri. Ternyata, benar-benar sempit dan kesat. Jari telunjuknya menyusul masuk ke dalam liang vagina Riri.

 
“ooohh aahhh emmhh..”. Rasanya nikmat sekali, selain keluar masuk, 2 jari Malih sesekali mengorek-ngorek bagian dalam vagina Riri. Keadaan terus berlanjut, Malih memperhatikan Riri yang kelihatan sangat keenakan. Yang terdengar hanyalah suara desahan pelan Riri di malam yang sunyi itu. Riri memegangi tangan kiri Malih agar tetap berada di sana, tetap mengerjai vaginanya. Tangan kanan Malih bergerak ke arah dada Riri dan menangkap buah yang sangat menonjol di handuk yang menutupi tubuhnya.

 
Empuk sekali rasanya, apakah payudara gadis muda seempuk ini, pikir Malih. Sambil terus mengobel alat kelamin Riri, pria tua itu juga sibuk meremas-remas lembut kedua buah payudara Riri bergantian.

 
“AAAHHH !! PAAKKHHH !!!”, tubuh dan wajah Riri terlihat tegang, tangan Malih dicengkram kuat oleh Riri. Orgasme sedang melanda gadis cantik itu. Malih tersenyum puas, gadis cantik seperti Riri bisa dibuat orgasme hanya dengan jarinya, ternyata dia masih hebat seperti dulu. Malih mengeluarkan tangannya dari ‘kolong’ Riri.

 
“neng Riri…boleh saya buka handuknya ?”.

 
“boleh..”, jawab Riri sambil tersenyum.

 
Malih perlahan membuka lilitan handuk di tubuh Riri. Begitu lilitan handuknya terbuka, Riri sedikit berdiri, handuknya pun langsung lolos ke lantai dan memperlihatkan apa yang dari tadi tertutupi handuk itu. Mata Malih tak bisa lepas dari pemandangan yang begitu indah yang ada di depannya. Begitu putih, begitu mulus, dan begitu sempurna lekuk-lekuk tubuh Riri. Payudaranya pun terlihat sangat bulat, sangat padat berisi, pokoknya benar-benar ‘pas’ sekali. Sampai umurnya yang sudah tua sekarang, rasanya Malih belum pernah melihat tubuh wanita yang begitu indah dan sangat sempurna. Kulit Riri yang putih mulus juga menambah daya tarik tubuhnya. Tapi, tetap saja, yang paling menarik perhatian Malih adalah daerah segitiga Riri. Tak ada bulu yang menutupinya, bersih, dan kelihatan sangat menggiurkan. Sungguh kelamin yang begitu indah, bibir vaginanya berwarna seperti kulit di sekitarnya dan masih rapat menutup. Apakah ini yang namanya vagina cewek cakep, pikir Malih.

 
“harummm…”, gumam Malih agak tak jelas karena wajahnya terbenam di selangkangan Riri. Malih menghirup dalam-dalam aroma harum melati dari daerah kewanitaan Riri.

 
“hmmhh…”, desah Riri saat ada rasa hangat dan basah mengenai vaginanya.

 
Pastilah itu lidah Malih. Belaian-belaian lidah nakal Malih terus dirasakan Riri di daerah pribadinya. Tanpa sadar, kaki kanan Riri berada di bahu kiri Malih. Tanpa mampir ke otaknya, tubuh Riri merespon kenikmatan yang sedang ia rasakan secara alamiah. Dengan meletakkan satu kaki di bahu Malih, tentu selangkangannya akan semakin terbuka dan Malih akan semakin leluasa dan semakin banyak memberikan kenikmatan. Benar saja, pintu surga dunia yang dimiliki Riri semakin terbuka, Malih semakin gencar menyerbu alat kelamin Riri.

 
“aaaahhh ooouuhhh teeruusshh”. Meski rasanya nikmat, tapi kakinya yang satu lagi terasa pegal menopang tubuhnya sekaligus gemetaran. Riri pun menekan dan menahan kepala Malih di selangkangannya, lalu dengan selangkangannya, dia mendorong kepala Malih ke bawah. Badan Malih mengikuti kepalanya terjatuh ke bawah. Kini, Riri duduk mengangkangi wajah Malih, dalam posisi itu, vagina Riri telah resmi menjadi bulan-bulanan pria tua yang kesenangan ‘kejatuhan’ vagina. Terkurung di antara paha gadis secantik Riri tentu membuat Malih bersemangat. Pandangannya tertutup vagina Riri, hidungnya hanya mencium aroma harum vagina Riri, sungguh keadaan ‘terjepit’ yang paling menyenangkan bagi Malih. Ruang yang tersedia juga terbatas, hanya untuknya seorang. Riri memang mempersembahkan vaginanya, tak ada orang lain yang bisa mengganggu gugat, pikir Malih. Lidahnya langsung melata masuk ke dalam lubang kenikmatan Riri.

 
“ooohhh iyaaa Paaakhh disiituu”, desah Riri merasakan lidah Malih tepat sekali mengenai bagian yang memberikan kenikmatan lebih dari sebelumnya. Riri pun semakin menekan vaginanya ke wajah Malih. Tak sopan memang menduduki orang yang lebih tua, tapi apa mau dikata, yang tua sendiri juga tak keberatan diduduki si gadis muda. Mata Riri menutup, bibir bawahnya dikulum sendiri olehnya. Gadis cantik itu sedang terhanyut, meresapi kenikmatan yang sangat luar biasa yang dirasakannya pada bagian bawah tubuhnya.

 
“AAAAHHHH”, vagina Riri semakin ditekan ke wajah Malih.

 
Kucuran cairan yang berasal dari alat kelamin Riri tak ubahnya bagai air mata pegunungan yang segar dan alami bagi Malih. Semuanya habis dalam hitungan detik saja, lidah Malih pun mengorek-ngorek sisa cairan yang tertinggal di dalam rongga vagina Riri. Memang benar, berhubungan intim memang seperti naik sepeda, awalnya memang perlu belajar, tapi selanjutnya tak akan lupa seumur hidup karena insting dasar manusia selain bertahan hidup adalah bereproduksi sehingga tak perlu keakhlian dalam bersetubuh. Terbukti, 3 tahun tak pernah menyentuh tubuh perempuan, tapi Malih masih ingat bagaimana membuat seorang perempuan begitu keenakan. Riri mengangkat vaginanya dari wajah Malih, takut ‘digerogoti’ lagi oleh Malih. Dia duduk tepat di tonjolan celana Malih.

 
“neng Riri…”, ujar Malih mengelus-elus pinggang Riri.

 
Riri tersenyum, dan merundukkan tubuhnya, Malih pun langsung memeluk tubuh Riri, begitu hangat, aroma tubuh Riri benar-benar segar dan harum. Kedua tangan Malih merayap turun ke bawah, menampung kedua bongkahan pantat Riri dan meremas-remasnya, menikmati kekenyalan dari dua bongkah pantat Riri. Sudah lama rasanya Malih tidak merasakan hangatnya tubuh seorang wanita, Malih dan Riri berpelukan begitu erat. Sungguh pemandangan yang begitu sensual dan erotis. Kekontrasan di antara dua insan manusia itu justru menambah aura erotis dan sensual yang ada. Riri, si gadis muda yang begitu cantik dan putih mulus sudah telanjang bulat sepenuhnya, memeluk Malih, pria tua yang keriput dan berkulit hitam terbakar matahari dan masih berpakaian lengkap.

 
“mmm…ccpphhh..mmm…”. Ciuman yang terjadi begitu mesra dan kompak. Keduanya bergantian saling lumat dan pagut. Bibir Riri yang lembut membuat Malih benar-benar gemas. Dilumat, dihisap, dikenyot, dikulum, bibir Riri habis-habisan diserbu Malih. Lidah keduanya pun tak jarang saling belit, saling kait, dan saling silang.

 
“hmmm…mmm…”. Terlihat jelas sekali kalau tak hanya Malih yang menikmati percumbuan ini, tapi Riri juga sangat, sangat menikmatinya. Rambut Riri pun menutupi sisi kiri dan kanan seperti tirai/hordeng yang menutupi bibir mereka berdua yang menyatu seakan tak ingin ada seorang pun yang melihat percumbuan mereka.

 
“uuah..”, Riri mengatur nafasnya setelah melepaskan bibirnya dari bibir Malih dan menegakkan tubuhnya.

 
Kedua tangan Malih berpindah ke pinggang Riri yang ramping. Malih menggerakkan tangannya. Dari perut Riri, kedua tangan Malih naik, terus naik ke atas sampai kedua tangan Malih berhasil menangkap gumpalan daging kembar milik Riri. Begitu empuk dan begitu kenyal. Malih meremasi susu Riri dengan gemasnya. Kedua puting Riri dimainkan, dipencet-pencet, dan dipilin-pilin Malih. Puting Riri semakin mengeras, semakin sensitif juga rasanya, dan tentu semakin nikmat. Bagai sudah lama mengenal Malih, Riri tahu apa yang diinginkan Malih. Riri duduk agak maju. Dia kini duduk di perut Malih, langsung merunduk. Kedua buah payudaranya ‘jatuh’ tepat di hadapan Malih. Malih langsung menangkap susu kiri Riri dengan mulutnya, sementara susu Riri yang satunya ditampung oleh tangan Malih.

 
“hmmmhhh eemmmm”. ‘tutup’ kemasan susu kiri Riri sama sekali tak terlihat, ditelan seluruhnya oleh Malih yang asik menghisapi puting kiri Riri sampai pipinya yang sudah kempot menjadi bertambah kempot.

 
Sajian payudara Riri dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Malih. Malih menarik Riri ke bawah. Wajahnya terbenam di kedua buah payudara Riri. Rasanya benar-benar empuk, hangat, dan nyaman. Lama juga Malih ‘terbenam’ di payudara Riri sebelum Riri mengangkat tubuhnya lagi. Riri kembali duduk tepat di selangkangan Malih, tonjolan di celana Malih tepat face to face dengan vaginanya yang tak terlindungi. Agak terkejut Malih saat Riri menciumnya lagi. Tak begitu lama, ciuman Riri tadi hanya berupa kecupan mesra. Lebih terkejut saat Riri menjulurkan lidahnya. Lidah Riri menempel di dahi Malih lalu bergerak turun. Malih diam, dia bingung dan heran. Dulu, istrinya tak pernah melakukan ini, tapi gadis cantik ini malah kelihatan asik menjilati wajah, hidung, dan dagunya serta menggeluti kedua telinganya. Riri memasukkan lidahnya lagi dan menciumi dari dagu sampai ke bawah batang leher Malih sebelum menjilati leher Malih. Malih merinding antara geli dan nikmat. Ternyata seperti ini rasa yang dirasakan istrinya dulu saat dijilati lehernya. Sambil tersenyum, Riri mengangkat badan Malih sampai dia duduk dengan kaki menyelonjor. Riri menarik kaos Malih ke atas, tentu Malih meluruskan kedua tangannya ke atas. Badan kurus yang sudah agak peyot itu terlihat hitam dan rapuh. Riri mendorong Malih perlahan hingga Malih terlentang lagi. Riri melipat baju Malih dan menaruhnya di samping tikar. Malih merasa sangat aneh, harusnya ia yang menelanjangi Riri, tapi kenapa Riri yang menelanjanginya? Riri memberi kecupan-kecupan mesra pada dada Malih sebelum menjilati kedua puting hitam Malih.

 
“neng Riri mau apa ?”, tanya Malih. Riri mengangkat lengan kanan Malih, dan tanpa ragu-ragu, Riri langsung membenamkan wajahnya di ketiak Malih.

 
“cuph cuph eeem”, Riri memberi kecupan lalu menjilati ketiak Malih. Malih sadar betul kalau ketiaknya tak main-main baunya, tapi kenapa Riri begitu nyaman berada di sana.

 
Lidah Riri bergerak naik ke atas sampai ke tangan Malih.

 
“jangan neng. tangan saya bekas sampah..”, ujar Malih karena Malih memang belum membersihkan diri setelah berkeliling. Dan untuk sekali lagi, Riri hanya memberikan senyumannya sebagai jawaban. Riri begitu telaten menjilati tangan kanan Malih. Punggung tangan, telapak tangan, sela-sela jari, semuanya dijilati Riri. Kelima jari Malih pun diemut-emut dan dikulum oleh gadis cantik itu. Lengan kiri Malih juga mendapat perlakuan sama dari Riri. Riri kembali menciumi dada Malih, turun ke bawah, dan mengecupi perut Malih. Dengan gerakan perlahan, Riri membuka kancing dan resleting celana Malih. Malih mengangkat pahanya, Riri jadi mudah menarik celana Malih. Riri melipat dengan rapih celana Malih dan menaruhnya di samping. Riri mengangkat kaki kiri Malih, menempelkan payudara kanannya ke telapak kaki Malih. Entah tujuannya apa, tapi Riri menggunakan payudaranya seperti keset untuk membersihkan telapak kaki Malih. Malih benar-benar bingung melihat sikap Riri yang agresif. Riri mengelus-eluskan pipinya sendiri ke telapak kaki Malih.

 
“hmmm…”. Tiba-tiba Riri menjilati telapak kaki Malih, dari tumit sampai ke sela-sela jarinya. Lidah Riri menyelip masuk ke sela-sela jari kaki Malih. Kelima jari kaki Malih dijilati dan diemut-emut Riri sebelum menjilati seluruh kaki Malih. Tak terlihat ekspresi jijik ataupun mual, Riri malah kelihatan begitu serius menggunakan lidahnya untuk membersihkan kaki Malih. Tak hanya kaki kiri, kaki kanan Malih juga mendapatkan ‘perawatan’ dari lidah Riri. Inilah Riri sebenarnya. Entah disebut kelainan atau malah kesempurnaan dari seorang wanita, dari dulu Riri memang sangat senang menjilati tubuh lawan mainnya tak terkecuali kaki dan ketiak. Lina, Intan, dan Moniq bahkan menyebut Riri sebagai ‘sex treatment’ berjalan, tapi Riri menyebutnya sebagai ‘mandi kucing’. ‘penyakit’nya lah yang membuat Riri benar-benar menjaga perasaannya terhadap teman cowok yang mendekatinya. Tentu Riri akan dicap sebagai cewek agresif dan nakal jika semua pria yang mendekatinya mendapatkan ‘mandi kucing’ darinya.

 
Jadi, Riri memang sengaja menciptakan kepribadian yang lain, cewek judes dan cuek agar tak sembarang pria bisa mendekatinya. Sampai saat ini, hanya ada 2 pria yang pernah merasakan mandi kucing dari Riri. Pertama, mantan pacarnya yang keempat, meski mantan pacarnya ada 6, tapi hanya yang keempat yang pernah mendapatkan Riri sepenuhnya. Riri dan mantannya yang keempat itu saling mencintai, tapi sayang mantannya harus pergi ke Sumatra mengikuti keluarganya. Dan pria kedua adalah kakeknya sendiri. Ya, pria yang mengambil keperawanan dan mengajari Riri untuk melayani pria dengan sepenuh hati termasuk mandi kucing adalah kakeknya sendiri. Secara teknis, kakek yang Riri kenal bukanlah kakek kandungnya. Kakek kandungnya meninggal dunia sudah lama sekali ketika ibu Riri masih berusia 7 tahun, dan peran kakek kandungnya digantikan oleh kakek tiri yang baik dan perhatian. Entah setan darimana, Riri dan kakeknya itu bisa berhubungan intim saat Riri masih 3 SMP. Sejak saat itu, Riri dan kakeknya menjalin hubungan tanpa dicurigai kedua orang tuanya sampai akhirnya kakeknya meninggal. Itulah mengapa Riri tak bisa melupakan kakeknya sampai sekarang.

 
“mmm…”. Malih hanya memandangi kakinya yang sedang dijilati Riri dengan penuh seksama.

 
“Ah, benar-benar mimpi yang indah”, pikir Malih.

 
Tak heran kalau Malih menganggap semua yang terjadi adalah mimpi. Jika bukan mimpi, rasanya tak mungkin ada seorang gadis muda yang sangat cantik seperti Riri mau melakukan seperti ini, di dunia nyata pasti tak ada yang mau mendekatinya, pikir Malih lagi. Kedua kaki Malih telah berlumuran air liur Riri. Kini, lidah Riri berjalan dari mata kaki kanan naik terus ke ujung bawah kolor Malih. Riri berpindah ke mata kaki kiri Malih. Pemandangan yang begitu liar melihat gadis secantik Riri menjilati seluruh tubuh pria tua seperti Malih. Kedua tangan Riri merayap masuk ke dalam kolor Malih di 2 sisi, kanan dan kiri dan bertemu di senjata Malih.

 
“hmmm…”, gumam Riri. Benda yang ada di dalam kolor Malih terasa begitu hangat dan kokoh.

 
“emm..”, Malih menikmati remasan dan pijatan tangan Riri di batang kejantanannya. Tangan gadis cantik itu terasa sangat hangat, lembut, dan lihai memijat. Riri mencumbui dan menjilati kolor Malih tepat di tengah-tengahnya. Padahal, kolor itu menyebarkan bau apek, tapi Riri kelihatan sangat nyaman berada di sana. Malih memang tidak terlalu merasakan efeknya, tapi rasa hangat dari ciuman mesra dan jilatan Riri benar-benar terasa. Merasa cukup, Riri menarik kolor Malih. Dia sempat terdiam saat melihat batang kejantanan Malih meloncat keluar. Riri tak pernah melihat penis yang kelihatan sangat kokoh, besar, dan panjang. Badannya memang kurus, tapi itunya, pikir Riri. Riri menarik kolor Malih dan melipatnya lagi dengan rapih. Kedua tangan halus Riri mendekati tongkat yang sudah berdiri tegak itu. Dielus-elusnya burung Malih, sesekali Riri mengusap-usap helm lunak Malih.

 
Malih merasa begitu dimanjakan oleh gadis cantik yang sedang ‘mengurusi’ alat kelaminnya. Ia memandangi Riri yang kelihatan begitu terampil dan tahu benar bagaimana memijat dan mengurut alat kelaminnya. Batang kejantanan Malih dielus-elus, diusap-usap, ditekan-tekan Riri di beberapa titik dengan satu atau kedua jempolnya, dan sesekali Riri menggunakan kedua tangannya untuk mengurut dari pangkal sampai ke kepalanya. Kantung zakar Malih juga dipijat dan diremas-remas lembut oleh Riri. Riri mendekatkan wajahnya ke selangkangan Malih. Bau apek ditambah aroma kejantanan yang begitu tajam tercium oleh Riri.

 
“cph cph cph”. Sekujur ‘roket’ Malih diciumi Riri. Bagian bawah, atas, kanan, kiri, dan juga lipatan antara batang dan zakar Malih mendapat ciuman dari gadis cantik itu. Riri berpindah ke zakar Malih sekarang. Sama sekali tak ada rasa enggan ataupun jijik, Riri terlihat begitu senang memanjakan alat kelamin Malih seolah sudah terbiasa dan menjadi kewajiban baginya untuk ‘membahagiakan’ Malih.

 
“mm..neeng..”, nikmat sekaligus basah sekali di bawah sana, begitulah yang dirasakan Malih.

 
Dengan lidahnya, Riri terus ‘menyapu’ kantung zakar. Sesekali Riri mencium dan mengemut-emut pelir Malih. Cantik, muda, baik, tubuh putih mulus, dan tahu benar cara ‘merawat’ alat kelamin pria, benar-benar cewek idaman. Batang kejantanan Malih mungkin terlihat seperti eskrim di mata Riri karena Riri kelihatan begitu menikmati senjata Malih itu.

 
“oooohhh teruss nenggg…enaaakkhhh”. Sudah lama tak merasakan nikmat dan hangatnya mulut wanita di alat kelaminnya, jadi tak heran kalau Malih sangat keenakan. Lidah Riri naik-turun di tongkat Malih dan sesekali, lidah gadis cantik itu berputar mengelilingi diameter penis Malih dari bawah sampai ke pucuknya. Riri tak henti-hentinya melumuri senjata Malih dengan air liurnya. Riri juga asik mengulik lubang kencing Malih seakan sumber mata air yang sedang dipancing keluar.

 
“mmm..”, desah Riri lembut dengan suara yang begitu menggoda saat dia mulai mengemuti kepala penis Malih.

 
“oohhh…”, desah Malih saat penisnya ditelan Riri sepenuhnya.

 
Kehangatan yang begitu luar biasa menyelimuti alat vitalnya, Malih pun menahan kepala Riri agar tidak bergerak. Lidah Riri senantiasa memberikan belaian kepada batang Malih. Riri mulai menggerakkan kepalanya naik-turun. Sesekali, Riri hanya mengemut kepala penis Malih sambil menggelitik lubang kencing Malih. Tangan Riri senantiasa memberikan pijatan dan remasan lembut pada pelir Malih. Riri bisa merasakan sedikit sperma Malih yang memang keluar dari lubang kencingnya. Batang Malih sesekali dikocok Riri untuk meratakan air liurnya. Riri berdiri, pandangan mata Malih tertuju pada tengah selangkangan gadis cantik itu. Sama sekali tak ada rambut kemaluan yang tumbuh di daerah itu sehingga bentuk vagina Riri dapat dilihat dengan sangat jelas oleh Malih. Riri menurunkan pinggangnya. Tangannya memegangi penis Malih. Begitu terasa posisi rudal Malih sudah tepat dan pas dengan vaginanya, Riri menurunkan pinggangnya.

 
“mmmm….”, gumam Riri senada dengan Malih.

 
Perlahan, vagina Riri terus menelan alat kelamin Malih.

 
“eemmhhh”, lirih Riri pelan merasakan sensasi di selangkangannya. Liang vaginanya terasa penuh sesak, terasa seperti ada sesuatu yang ‘mengganjal’ bagian tubuhnya, tapi sesuatu itu juga memberikan rasa yang sungguh nikmat di sekujur urat sarafnya, begitulah yang sedang dirasakan Riri. Sementara, Malih juga sedang meresapi hangatnya liang vagina Riri. Alat kelamin mereka saling mengikat satu sama lain. Vagina Riri mencengkram batang Malih dengan kuat, sementara penis Malih mengait rahim Riri dengan kokoh. Bentuk, panjang, dan diameter benda tumpul yang ada di dalam rahimnya terasa begitu pas sekali bagi Riri. Riri mendekatkan wajahnya ke wajah Malih. Begitu cukup dekat, bibir Riri langsung disambar Malih.

 
“mmpphh..ccpphhh..ccpphh…”. Keduanya begitu menikmati momen ini, ciuman mereka semakin dalam, semakin erat, semakin hangat, dan semakin mesra. Sementara itu, kedua alat reproduksi mereka pun sudah saling beradaptasi satu sama lain.

 
Riri mengangkat tubuhnya tegak. Mulutnya berlumuran air liur Malih, begitu juga sebaliknya. Pinggul Riri mulai bergerak maju-mundur.

 
“emmmmmmhhh…”, lirihan Riri pelan namun panjang dengan suara yang lembut.

 
“ooohhh neengghh”, desah Malih merasa luar biasa enak, burungnya seperti sedang digilas dan dikucek oleh vagina Malih. Riri juga merasakan kenikmatan yang sama. Selama waktu terus berjalan, Riri terus menggerakkan pinggulnya untuk tetap mengocok senjata Malih. Maju-mundur, kanan-kiri, naik-turun, berputar-putar, dan bahkan Riri mengangkat pinggulnya agak ke belakang, perlahan turun ke bawah sambil mendorong maju ke depan dan terakhir pinggulnya diangkat, seperti gerakan orang menyendok.

 
“ooohh aaahhh aaahhhh OOOUUHHH !!”, Riri menekan vaginanya ke bawah, sedangkan kedua tangannya menekan perut Malih.

 
Otot-otot gadis cantik itu menegang, dia sedang melepaskan puncak kenikmatannya. Padahal dia yang setidaknya memegang kendali, tapi kenapa dia yang tidak mampu menahan orgasmenya, Riri kebingungan. Sambil menunggu Riri mengatur nafasnya, Malih memegang kedua tangan Riri seolah sedang memberikan semangat kepada Riri. Malih menarik tubuh Riri ke bawah, dipeluknya tubuh putih mulus Riri. Dengan perlahan, Malih mengangkat tubuh Riri. Riri langsung melingkarkan tangannya di leher Malih dan kakinya di pinggang Malih, takut jatuh. Malih meletakkan tubuh Riri di kasurnya. Sekarang Riri berada di bawah dan Malih yang berada di atas. Mereka berdua bertukar posisi tanpa harus melepaskan ‘ikatan’ alat kelamin mereka. Ternyata masih bisa, pikir Malih merasa bangga masih bisa bertukar posisi tanpa harus mencabut penisnya seperti dulu.

 
“emmmhhh ooohh uuuhhh”. Malih mulai menyodok-nyodok rahim Riri, tak heran Riri mulai melirih keenakan.

 
Benda tumpul milik Malih terus bergerak maju-mundur di dalam liang kewanitaan Riri. Kecepatan genjotan Malih bertambah setiap menitnya. Semakin lama terasa semakin nikmat, keduanya semakin larut dalam kenikmatan persenggamaan yang begitu panasnya. Alat kelamin yang saling bergesekkan memang memberikan kenikmatan surga duniawi yang amat besar.

 
“OOOUUHHHH !!!”, lenguh Riri melepaskan orgasmenya. Malih mengubur penisnya dalam-dalam di rahim Riri dan mendiamkan burungnya itu sejenak untuk membiarkan Riri menikmati puncak kenikmatannya dan juga sekaligus menikmati burungnya yang berendam dalam kehangatan cairan vagina Riri.

 
“ccllkk ccllkk”, Malih mulai mencekoki vagina Riri lagi. Kini, mereka berdua menyelaraskan gerakan alat reproduksi masing-masing. Saat Malih mendorong penisnya masuk, Riri menekan vaginanya ke bawah.

 
Desahan-desahan Riri menghiasi malam di rumah Malih. Keduanya berpeluh keringat, sama-sama merasakan panasnya persenggamaan mereka. Nafas mereka sama-sama memburu, tubuh mereka sangat menikmatinya. Malih mendekap tubuh Riri dan menghujami liang kewanitaan Riri lebih cepat daripada sebelumnya.

 
“aahhh ooohhh ooohh mmhhh uuuhhh aaaaahhh”, Riri tak kuat menahan rasa nikmat yang dirasakannya.

 
Sodokan-sodokan Malih benar-benar cepat dan kuat, Riri hanya bisa melingkarkan kedua kakinya di pinggang Malih.

 
“eeennhhh dikiiid lagiii”, teriak Malih. Dengan dorongan yang sangat kuat, penisnya mentok di dalam rahim Riri. Tiba-tiba Malih mencabut keluar penisnya dan mengangkangi wajah Riri. Sambil mengocok dengan cepat, Malih mengarahkan senjatanya ke muka Riri. Riri langsung menyingkirkan tangan Malih, dan menggunakan tangannya untuk gantian mengocok.

 
“neeengghh..”, desah Malih saat Riri mengulum kepala penisnya sambil mengocok batang penisnya. Gadis cantik itu tahu benar kalau Malih akan ejakulasi.

 
“OOOKKKHHH !!!”, erang Malih, kedua tangannya menahan kepala Riri.

 
“crooot crooot !!”, semburan sperma Malih benar-benar kencang bagai keran air. Namun, Riri memang sudah siap untuk menampung sperma Malih. Rasanya sungguh kental, asin, dan begitu ‘laki-laki’, inikah rasa sperma yang sudah 3 tahun tidak dikeluarkan, pikir Riri. Riri menggelitiki lubang kencing pria tua itu untuk mendapatkan sisa-sisa spermanya.

 
Malih pun mengeluarkan penisnya dari mulut Riri.

 
“gllkk”, terlihat Riri menelan seluruh sperma Malih yang ada di mulutnya. Malih tidur di samping Riri.

 
“makasih neng Riri…”, ucap Malih membelai kepala Riri. Riri tersenyum dan memeluk Malih. Benar-benar mimpi yang sangat tak terlupakan, pikir Malih. Mereka berdua saling berpelukan erat dalam ketelanjangan mereka. Aroma keringat dan aroma persetubuhan begitu kental tercium di rumah Malih yang sempit. Mudah-mudahan gue gak sampe bangun, pikir Malih yang sedang ‘anget’ dipeluk Riri.

 
Nafsu Malih pun muncul lagi, tangannya iseng merayap ke bawah dan mengelus-elus selangkangan Riri. Riri memandang Malih dan tersenyum. Kayaknya neng Riri gak keberatan nih, kalimat yang ada di dalam benak Malih. Nafsu Malih yang tidak pernah dikeluarkan 3 tahun, semuanya dilampiaskan kepada Riri, seorang gadis cantik yang sangat ‘pengertian’ terhadapnya. Tak ada rasa enggan ataupun sungkan lagi pada diri Malih terhadap Riri, yang ada hanyalah otak mesum yang berpikir untuk merengkuh kenikmatan dari Riri. Nafsu Malih yang menggebu-gebu juga memancing gairah Riri. Keduanya bagaikan pengantin baru yang sedang menjalani malam pertama. Begitu bernafsu, begitu bergairah, tak ada yang bisa memisahkan mereka. Malih bisa menikmati setiap jengkal tubuh Riri sepuasnya seakan-akan Riri sudah menjadi istrinya. Riri pun melayani Malih dengan sepenuh hati seolah-olah jiwa dan raganya sudah menjadi hak milik Malih. Layaknya anak kecil yang mendapatkan permainan baru, mereka berdua terus melampiaskan gairah, bercinta dengan nafsunya sampai 4 ronde, meskipun mereka belum makan. Tapi, sepertinya rasa lapar terkalahkan oleh rasa nikmat duniawi yang tengah mereka rasakan. Mereka berdua sampai kelelahan dan akhirnya tertidur dalam berpelukan.

 
“hhhoohhmm..”, Malih bangun, dan mendapati dirinya tidur sendiri, hanya mengenakan kolornya.

 
“Pak Malih udah bangun ?”, tanya Riri yang masuk ke dalam. Sepertinya Riri dari luar.

 
“iyaa neng, hehe..”.

 
Malih tersenyum sendiri mengingat mimpinya ketika melihat Riri yang sepertinya sedang menyiapkan sesuatu.

 
“ayoo, Pak..sarapan dulu..kan dari tadi malem, kita belom makan..”. Seketika Malih kaget mendengar perkataan Riri. Malih juga jadi menyadari, mimpi tadi malam pastilah mimpi basah, tapi kenapa kolornya tidak terasa apa-apa alias kering-kering saja. Mereka berdua makan tanpa berbicara. Sebenarnya, Malih ingin sekali menanyakan tentang semalam kepada Riri, tapi tentu rasanya tak sopan.

 
“sini, Pak..piringnya..”. Riri membawa piring tadi ke kamar mandi untuk dicuci. Malih pun keluar rumah. Pagi hari ini terasa lebih segar dan lebih cerah bagi Malih. Badannya terasa segar bugar, enak sekali rasanya.

 
“ayo, Pak..kita keliling…”.

 
“ayo, neng…”. Sampai siang, mereka berdua berkeliling mengumpulkan sampah.

 
“neng Riri..”.

 
“iya, Pak ?”.

 
“apa neng Riri inget tadi malem ?”.

 
Tiba-tiba Riri berhenti menyuap makan siangnya.

 
“emang kenapa, Pak ?”.

 
“sebelumnya saya minta maaf, neng..”.

 
“iya, kenapa, Pak ?”.

 
“apa tadi malem saya ngapa-ngapain neng Riri ?”, kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Malih. Riri pun tersenyum dan mengangguk pelan.

 
“jadi tadi malem bukan mimpi ?”.

 
“bukan..”, jawab Riri tersenyum manis.

 
“maafin saya, neng, saya bener-bener minta maaf, neng…tolong jangan laporin saya ke polisi, neng…”, ujar Malih hampir sujud ke Riri.

 
“udah, Pak…”.

 
“saya bener-bener minta maaf, neng…”.

 
“saya nggak marah, Pak..”.

 
“ne..neng nggak marah ?”.

 
“iya, Pak…itu ucapan terima kasih saya..”.

 
“terima kasih apa, neng ?”, Malih jadi semakin bingung saja.

 
“terima kasih udah buat saya sadar, meskipun kehilangan orang yang di sayangi, tapi bapak tetep jalanin hidup…nggak kayak saya yang terus sedih keinget kakek saya..”. Malih tak bisa berkomentar. Dengan instingnya sebagai laki-laki untuk melindungi wanita dan membuatnya nyaman, Malih pun merangkul gadis cantik itu.

 
“maaf, neng..saya buat neng jadi sedih…”.

 
“nggak apa-apa, Pak..ayo, Pak kita lanjut lagi, yuk..”.

 
“neng nggak apa-apa ?”.

 
“nggak apa-apa, Pak..ayoo, Pak…”.

 
Malih benar-benar bingung dengan Riri. Gadis cantik ini sangat sulit ditebak perasaannya. Tadi dia sedih, tapi sekarang dia kelihatan bersemangat dan senang. Tadi juga pas ditanya tentang semalam, Riri menjawab dengan malu-malu, padahal tadi malam, dia begitu bergairah dan sangat agresif. Seperti orang yang memiliki kepribadian ganda. Mereka berdua berkeliling seperti biasa sampai sore.

 
“ujan !!”.

 
“kita neduh di sana aja, neng…”. Padahal sudah mengembalikan gerobak, hanya tinggal kembali ke rumah saja, tapi mereka berdua harus berteduh karena hujannya cukup deras.

 
“neng Riri..”.

 
“iya, Pak ?”.

 
“saya mau ngucapin makasih…”.

 
“makasih kenapa, Pak ?”.

 
“udah ngebolehin saya kemaren malem..”.

 
“iya, Pak..sama-sama..”.

 
“saya nggak tau harus gimana lagi ngucapin makasih ke neng Riri..”.

 
“hmm…kata bapak, bapak dulu supir kan ?”.

 
“iya, neng..emangnya kenapa ?”.

 
“gimana kalau bapak kerja jadi supir saya aja ?”.

 
“nggak usah, neng..udah cukup neng Riri bantu saya..terutama tadi malem, saya nggak tau harus bales gimana ke neng Riri ?”.

 
“apa bapak bener nggak mau ? ntar bapak bisa pindah ke rumah saya..”. Tawaran Riri itu membuat Malih jadi berpikir keras. Satu sisi, Malih benar-benar merasa tak enak dengan Riri. Tapi di sisi lain, Malih membayangkan serumah dengan Riri. Jika beruntung, kejadian kemarin malam bisa terulang terus setiap malamnya.

 
“yang bener, neng ?”.

 
“iya, Pak..gimana, mau ?”.

 
“boleh deh, neng…tapi saya nggak usah digaji..”.

 
“lho ? masa bapak nggak mau digaji ?”.

 
“nggak usah, neng…saya serumah ama neng Riri udah seneng..hehe…”, Malih sudah berani merayu Riri.

 
“ah bapak bisa aja..”.

 
“hehe…yaudah, neng..saya beli makanan buat ntar malem..”.

 
“oh iya deh, Pak..kalo gitu saya tunggu di rumah yaa..”. Setelah membeli makanan, Malih pun berpikir selama perjalanan. Pria tua itu berpikir bagaimana caranya bilang ke Riri kalau dia ingin seperti kemarin malam.

 
“neng Riri ! ini makanannya !!”.

 
“iya, Pak !!”, jawab Riri yang sepertinya sedang berada di dalam kamar mandi.

 
Malih kaget sekali ketika melihat Riri keluar dari kamar mandi. Tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh putih mulus Riri. Mata Malih sangat dimanjakan oleh pemandangan yang ada di depannya. Kali ini, Malih sudah yakin, bahwa gadis cantik ini telanjang tidak di dalam mimpinya tapi memang betul-betul telanjang. Malih langsung memeluk Riri dan menciumi payudaranya.

 
“hihi…udah, Pak…kita makan dulu aja…”, canda Riri, tapi tak menghentikan Malih. Tak ada rasa canggung lagi di antara mereka berdua, rasa itu telah sirna. Seolah mereka sudah terbiasa. Malih merasa sudah memiliki Riri sepenuhnya, jadi tak perlu sungkan lagi terhadap Riri. Riri pun merasa dirinya tak bisa menolak kemauan Malih.

 
“oh iya deh, neng..kita makan dulu…”. Mereka berdua makan. Sesekali Malih iseng mencolek puting Riri. Mereka sama sekali tak kelihatan seperti orang yang baru kenal, mereka seperti pasangan suami-istri yang setidaknya telah bersama selama 2 tahun.

 
Semuanya karena Riri yang agresif dan nakal. Tapi, bukan tanpa alasan Riri jadi ‘nakal’ seperti temannya Lina, Riri merasa sedang bersama kakeknya karena wajah Malih mirip dengan kakeknya. Tak heran kalau Riri tak merasa canggung bugil di hadapan Malih.

 
“rrsss…”.

 
“ujan ya, Pak ?”.

 
“iya, neng..kayaknya ujan..”. Sungguh keadaan yang ideal, hujan deras, hawa dingin, dan bersama seorang gadis cantik yang sudah telanjang bulat. Hanya satu yang bisa dilakukan, pikir Malih.

 
“neng Riri kedinginan nggak ?”.

 
“hmm..”.

 
“saya buat anget..mau gak ?”. Riri hanya tersenyum. Malih pun mendorong tubuh Riri hingga gadis cantik itu terlentang dengan pasrah. Hampir tak percaya dengan nasibnya sendiri, Malih memandangi Riri. Sama sekali tak menduga, setelah 3 tahun, ia bisa merasakan kehangatan seorang wanita, apalagi wanita yang masih muda dan sangat cantik. Kali ini Malih memastikan dia yang berkuasa dengan menindih Riri. Digelutinya setiap jengkal tubuh Riri yang segar nan harum, membuat Malih semakin bernafsu untuk merengkuh kenikmatan darinya. Bercinta dengan gadis muda nan cantik yang sangat bergairah membuat Malih merasa muda kembali. Malam yang dingin sama sekali tak terasa oleh mereka berdua. Malam itu mereka lalui dengan kehangatan. Esoknya, Malih membawa barang-barangnya untuk pindah ke rumah Riri.

 
“ayo, Pak..masuk..”.

 
“waah..apa kamar ini nggak kebagusan, neng ?”.

 
“nggak lha, Pak…ini kan kamar Riri..”, Riri sudah tidak memakai saya lagi.

 
“ha ? kamar neng Riri ? terus kamar bapak di mana, neng ?”.

 
“ya disini..”.

 
“sekamar ama neng Riri ?”.

 
“iya, Pak..apa bapak mau kamar sendiri ?”, goda Riri.

 
“nggak ah, neng…di sini kayaknya enak..hehe..”. Malih langsung menomplok Riri yang sedang tidur terlentang di ranjang.

 
“bentar dulu, Pak…Riri mau ngejelasin sesuatu dulu…”. Malih pun bangun dan duduk di tepi ranjang, Riri duduk dengan kaki selonjoran.

 
“mau jelasin apa, neng ?”.

 
“gini, Riri kan nyewa orang buat bantu Riri beres-beres rumah, namanya mbok Ratih..”.

 
“iya, terus neng..?”.

 
“Pak Malih nggak apa-apa kan kalo pura-pura pulang pas mbok Ratih pulang juga ?”.

 
“emangnya mbok Ratih pulang jam berapa ?”.

 
“jam 6 sore, Pak…”.

 
“tapi bapak boleh balik lagi kan, neng ?”.

 
“ya boleh lah, Pak…ntar nggak ada yang nemenin Riri..”.

 
“beres deh kalo gitu, neng..hehe”.

 
“satu lagi, Pak…bapak gak keberatan kan manggil Riri pake non ?”.

 
“ya nggak lha, neng..eh non..kan non Riri emang majikan bapak..hehe…”.

 
“majikan ? tapi kok digrepe gini ?”, canda Riri.

 
“abisnya majikannya baik sih..jadi gak bakal marah kalo bapak grepe…hehehe..”.

 
“dasarr…”, Riri menjepit hidung Malih dengan kedua jarinya.

 
“oh iyaa, non..terus sekarang mbok Ratihnya mana ?”.

 
“pulang kampung, Pak…”.

 
“berapa lama, non ?”.

 
“katanya sih 2 sampai 3 minggu..”.

 
“kalo gitu, cuma ada kita bedua nih, non ? 2 minggu ?”, kedua tangan Malih meremasi gumpalan daging kembar Riri yang empuk dan kenyal itu untuk menaikkan ‘tensi’nya. Riri mengangguk sambil merasakan nikmat dari payudaranya yang sedang diremas-remas oleh Malih.

 
Kedua insan itu pun melakukan proses reproduksi seksual yang begitu ‘panas’. Benar saja sebuah ungkapan “kehidupan seperti roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah”. Yang tadinya hanya seorang tukang sampah yang sendirian kini menjadi supir yang bisa bercinta dengan majikannya yang masih muda dan sangat cantik itu, ditambah gaji 750000/bulan. Sungguh perubahan nasib yang drastis yang dirasakan Malih. Handycam Riri merekam semuanya dari pertama kali Riri membantu Malih mengumpulkan sampah sampai kini Malih tinggal bersamanya. Riri memang tidak mengincar hadiah dari tantangan, tapi dia menggunakan handycamnya untuk menyimpan momen-momen kebersamaannya bersama Malih.

 
“halo Ri ?”.

 
“eh, Lin ? lo gimana sih ? gak ada kabar ? Moniq n’ Intan juga gak ada kabarnya ?”.

 
“iyaa, maaf…seminggu ini pada sibuk ama liburan siih…”.

 
“yaudah..kapan nih ketemu lagi ? gue bosen banget di rumah…”.

 
“besok ke villa gue aja, nih gue lagi di villa bareng Intan n’ Moniq, nonton video liburan si Moniq…lucu banget..hihi..”.

 
“lucu gimana ?”.

 
“dia kan liburannya jadi peternak..nah ama bapak yang direpotin Moniq..si Moniq dijadiin sapi, diperah n’ dimandiin kayak sapi..hihi..kocak..”.

 
“gue jadi penasaran pengen liat si Moniq jadi sapi..haha..”.

 
“yaudah..besok ke sini..bawa handycam lo..gue pengen liat..pasti lo hot maennya..”.

 
“tapi pasti lebih hot lo lah..lo kan terangsang terus..”.

 
“enak aja lo…lo tuh sex treatment berjalan..oh iyaa lo jadi apa ceritanya ?”.

 
“tukang sampah..”.

 
“ha ? tukang sampah ? kan tukang sampah bau ? lo masih ngelakuin sex treatment ?”.

 
“iyaa, kan udah kebiasaan..hehe..lo jadi apaan, Lin ?”.

 
“jadi bu tani…”.

 
“jangan bilang lo begituan di sawah ?”.

 
“ya nggak lah..emangnya gue si Intan..”.

 
“ya kirain gtu..haha..”.

 
“yaudah, gue tunggu besok ya, beib…”.

 
“okee, beib..duduw…”. Riri keluar kamar.

 
“Pak Malih..besok anterin Riri ke villa temen yaa ?”.

 
“beres non…”.

 
So, di antara 4 bunga kampus itu, siapakah yang akan mendapatkan hadiahnya. Apakah Lina Arliani Gevistha, seorang gadis cantik yang mudah terangsang, sedikit eksibisionis, dan sangat suka bercinta sampai larut malam. Atau Intannia Savitri, gadis manis dengan sifat asli sebagai eksibisionis sejati, sangat suka berhubungan intim di alam terbuka, dan tidak pernah menolak jika ‘dikeroyok’. Atau mungkin, Monica Cynthia Margaret, gadis imut yang sangat menyukai bondage sex, dan semakin bergairah jika semakin ‘tersiksa’ saat disetubuhi. Atau malah, Riri Oktaviana, gadis cantik yang memiliki 2 kepribadian, dan memiliki sex treatment dengan lidahnya sebagai pelayanan total untuk lelaki yang dikaguminya. Who knows ?
****************

56 Tanggapan

  1. pada 8 Oktober 2010 pada 10:15 | Balas hello K!tty
    pertamaaaaaxxxx
  2. PERTAAMAAXXX…..
    ANE FANS BERAT HOLIDAY CHALLENGE…. LANJUTKAN GAN
  3. Weleh2……muanteb…coy…!
  4. hmm… naga2nya di edisi kelima alias edisi terakhir, 4 cewe ini bakal berbagi nih, dgn 4 org (atau lebih) beast dari eps 1-4. petani, nelayan, tukang kebun, & tukang sampah.
    orgy is yummy :9
  5. akhirnya keluar lg deh holiday challenge..
    sip.. bro shu…
  6. pada 8 Oktober 2010 pada 12:02 | Balas rully darmawan
    MANTTAAABBBBB BANGETT GAN…
    THE BEST-NYA NIHHH…
  7. Great stuff….
    Sis Dina…
    keep on rockin’
  8. rikues angel helga donk.. sange ni.. pengen ngentotin angel helga.. hmm.. wangi
  9. mantebbb…ini yang ditunggu setelah sekian lama
  10. Cerita yang sangat bagus dalam alur maupun ide ceritanya semoga lanjutannya tidak terlalu lama karena ngak sabar siapa yang bakal menang dan dapat hadiah apa untuk yang menang hehehehehe dan seperti kata bro alonso ” orgy is yummy :9 ” semoga ending dari cerita ini merupakan yang terbaik dari semua cerita holiday challenge ini dan sekali lagi semoga tidak terlalu lama dalam lanjutannya sekaligus ending dari holiday challenge?
  11. o_0 apa Chapter berikutnya menandakan seri ini udah mendekati klimaks nya ya ?_? aa nanti pas kumpul kumpul Di villa cuma bakal ngelaporin hasi handycam-nya aja atao bakal bawa “partner” masing masing? awwww nga sabar >_<
    *) Aku dukung Moniq Y(^_^)Y moooooo moooo moooo niq
  12. Tetep MONIQ…
  13. mantap banget holiday challenge…ane paling demen ma yang ini dari karya2 nya om shusaku
  14. hahahaha… mirip acara TV: jika aku menjadi..
    lanjutkan.. tentu saja dengan bermacam variasi profesi..
  15. Mantab suratab, top markotop… Two thumbs up buat sis dina. ♏άŭ request neh, pengen liat gmn kalo si moniq di gangrape(5cowo ato lbh) + dikit torture. Coz gue suka banget ama karakternya… Hehehe… Moga2 dikabulkan :p
    Sukses terus & lanjutkan karyamu sis dina :D
  16. @sis Yo
    ha?
    tumben sis Yo bilang pertamaxx?
    @Del Piero
    tengkiu yaa bro Del Piero hehe udah jadi fans karyaku ^_^
    @joe
    tara rengkiu
    btw ini Joeanchoexs bkn yaa?
    @alonso
    jangan naga ahh serem
    uler aja hihi
    hmm..ak aja yang ngarang nggak tau kelanjutannya gimana nih
    bro alonso udah bisa nebak” hebat xixixixi
    untung nggak bilang orgy is yuppy hhe
    @pengamat
    tengkiu yaa ^_^
    @rully darmawan
    The Best dari HC kan? hhi tengkiu yaa
    @pimp_lord
    waah ak jadi cewek metal hihi
    tengkiu yaa
    @coba
    waah, ak udah nggak bisa nulis lagi tuh hehe
    @lemahcai
    berapa lama nunggunya? hihihi tngkiu yaa
    @Teddy
    wah ak aja ragu-ragu nih buat endingnya, soalnya aku nggak dapet feelnya pas buat jadi takut nanti hasilnya jelek T,T
    maav yaa
    @Evangeline & m
    wah banyak yang dukung Moniq yaa?
    hmm..yang lain pilihannya siapa? mungkin kalau ak udah tau pada lebih seneng ama siapa, ak jadi mau ngelanjutin hhe
    @bee
    emang dari sana
    tapi udah sampai seri ke 4 aja kok hhe :D
    @triple-s
    makasiii yaa pujiannya hhe
    wah tuh kan pada suka sama Moniq
    ketahuan nih…(pasti pada punya fantasi terpendam, makanya pada favoritin Moniq) hihihihi
    hmm..kalau pada polling (nyebutin siapa favoritnya) ntar aku lanjutin deh
    polling ditutup sampai bos shu post cerita berikutnya
    @bos shu
    bos shu udah > well kan?? hihihi
  17. wah mantep banget bro, bisa dilanjutun nih.
    mungkin dengan ide yang lain.
    kalo aku suruh milih menang mana aku pilih riri
  18. pada 9 Oktober 2010 pada 15:13 | Balas Diny Yusvita
    Waah, udah ke-empat za ney, serba ketinggalan deh…
    Sis Dina emang oce ^o^, jadi penasaran gimana endingnya. 4 ce vs 4 beast + penjaga villa xixixi.
    Ditunggu karya2 Sis yg oke punya ^o^.
  19. …seperti sedang digilas dan dikucek oleh vagina Malih.
    keanehan pas lagi seru-serunya
  20. pada 9 Oktober 2010 pada 17:21 | Balas Pendekar Maboek
    akhirny datang jg… fourth edition of Holiday’s Challenge, makin suka aja nih gw ama serial ini, apalagi ada adegan mandi kucing, meeooonng…! hehehe… ngga bs ngasi komen apa2 deh, udah mantap surantap bgt, apalagi mreka brempat mau kumpul nih d seri brikutny, wah2 ngga kbayang deh 4 bidadari kmpul jd satu, klo boleh sis tolong ntar pendekar maboek d undang jg y waktu mreka kmpul2 ;) bingung nih musti milih sapa jd pmenang, pilih Lina, Intan, Moniq, ato Riri ya? hhmm… pilih Dina aja deh wakakaka…
  21. Mending pada dibuat jadi 10 dengan perhitungan gini: chapter 5 itu mrk ngumpul trus lesbian semalam suntuk pake apa kek atau mrk saling nantang apakah si intannya suruh berenang bugil atau moniq jalan2 dengan vbrtor di v nya.. Trus 6 7 8 9 keempat ce itu masing2 kunjungin setiap beastny jadi 4 ce vs 1 nah endingnya itu dibuat 4 vs 4 gt dengan ending ya mrk akhirny punya jalan masing2.. Ini saran sukur2 diterima
  22. apa sebaik nya di kasih khusus untuk chapter Villa ya n_n jadi selain bawa “partner” masing masing isi dari rekaman handy cam di ceritakan Detail n_n . . . .
    hehe biar setiap penggemar terpuaskan, tapi jadi kasian sama yang nulis jadi kaya kerja rodi ni ~_~’
    tapi tetep lah pengarang & penulis punya kuasa hihihi
    Ganbate Yah ………. !
    *)Ps : sebenernya masih kangen sama moniq nih >_> pingin “liat” (baca soalnya bukan film) Cow Mode nya si moniq hihihi
  23. @sis Diny
    nggak kok nggak ketinggalan, baru 2 hari yang lalu dipost sama bos shu hehe
    hmm penasaran yaa?
    padahal ak udah agak males-malesan ngelanjutinnya hehe
    ntar ak kumpulin dulu deh idenya hehe
    tengkiu yaa udah dibaca sis Diny
    siip deh sis Diny
    @Pendekar Maboek
    iyaa dong mandi kucing itu kan keren hihihi
    ada kemunculan sang pendekar nih yaa?
    ok deh, ak terima idenya ntar ak sisipkan dalam cerita hihihi
    tapi jangan milih ak dong?
    ak kan nggak ada di pilihannya hha
    bro pendekar curang >_< hhi
    @m
    wah idenya keren banget tuh bro m
    tapi ak jadi panjangin ini seri dong?
    padahal tadinya ak cuma iseng-iseng aja bikin cerita lepas HC
    eh tapi ternyata malah pada suka hhe
    ak ambil deh idenya
    ntar ak liat yaa bisa nggak ak masukkin idenya bro m supaya semakin bagus ceritanya hhe
    makasiii yaa sarannya :)
    @Evangeline
    wah kalau itu nanti jadi makin panjang dong ceritanya?? hihi
    nggak apa-apa kerja rodi
    rasanya puas kalau pembaca seneng tapi kalo kepanjangan malah takut jadi basi n' jadi jelek kayak sinetron" di tv yang nggak jelas hhe
    iyaa, penulis yang punya kuasa, makanya sis Evangeline juga coba dong ikut" bikin cerita??
    wah kayaknya sih emang Moniq nih yang menang
    banyak yang kangen soalnya hihihi
  24. pada 10 Oktober 2010 pada 03:47 | Balas hello ki!tty
    *sis dina
    wah, dibawah pertama itu harusnya koment ku ada lagi,
    koq ilang ya?
    bagus sis crtanya , jadi tambah penasaran niy kira kira apa hadiah pemenangnya ya ??
    mumpung pas ada sis(aji mumpung), kan jarang jarang aku koment pertama biasanya keduluan mupengers seindonesia
    jadi serasa ala comboy niy adu kecepatan jari ha ha ha ha
  25. Ciamik boss ceritanya, lanjutkan yaa… Btw I prefer ke moniq (she’s the winner) buatin serialnya si moniq aja. Ps: just saran, hrsnya si moniq digituin di kandang sapi waktu itu rame2 (5-7cow) dijadiin sapi perah deh sama mereka… Hahaha… Moga masukannya diterima & direalisasikan ^^v
  26. Dari dulu sih sebenernya udah ada keinginan nulis, tiap ada ide langsung hilang waktu mulai nulis
    ihihi baru berusaha nulis nih baru awal awal aja sih, baru sampe 700 kalimat ~_~
    btw apa sih rahasianya koq pengarang pengarang senior Di KBB pada bisa ngebut nulis nya? (ngebut tapi terarah bukan ngebut langsung kejedut tembok)
  27. rilis dengan sangat baik ^_^ nice one
  28. pada 11 Oktober 2010 pada 03:42 | Balas hahahahahaha
    ini baru mantafff… kalo bisa si Riri di gangbang banyak orang gitu…
  29. pada 11 Oktober 2010 pada 03:45 | Balas hahahahahaha
    @hello ki!tty
    bagus sis crtanya , jadi tambah penasaran niy kira kira apa hadiah pemenangnya ya ??
    Di nomer pertama ada hadiahnya… Rp. 5 juta kalo ga salah yah.. hahaha
  30. mantep cerittannyaaa…..
    baru denger w yg namanya mandi kucing hahaha lucu juga
    top markototop ceritannya….
  31. @sis yo
    mungkin datanya nggak ke-sent kali sis yo (bahasanya hihihi)
    pemenangnya dapet apaa yaa? ak aja nggak tau sis hihi
    oh iyaa yaa
    sis yo kan jarang komen pertama
    ala comboy itu apa sis??
    @tits.lover
    ak sih emang ide awal ke sana
    tapi ak takut ngelanggar syarat KBB soalnya menjurus ke hewan gitu hehe
    @Evangeline
    wah kok bisaa?
    baru mau nulis langsung ilang? ckck
    kalau gitu sis harus siap sedia buku catatan kecil atau seenggaknya notes di hp
    jadi pas ada ide langsung nulis hehehe
    wah kalau soal ngebut nulisnya, sis yo n’ yang lain jagonya
    ak mah biasanya ak selesain semua dulu baru ak kirim ke bos shu (kalau cerita seri)
    n’ ak selang-seling seri, lepas, seri, lepas
    hihihi
  32. pada 11 Oktober 2010 pada 15:14 | Balas Ninja Gaijin
    nice story, sis dina…
  33. *sis amel
    iya kalo koboy kan ceritanya modalnya adu cepat tembak pake pestol
    aku & mupenger kudu adu cepat pake jari ,
    baru dah dapet commen pertamaxxx ^_^
  34. wah. sis dina. telat gue komennya. ^^
    oya. cerita dinda kirananya mana sis? ^^ sudah gak sabar nunggu. trus settingan alurny sama persis dengan putri titian. ^^
  35. Wah, kita se’ide donk :) gak melanggar lah. Kan cm settingnya aja. Mgkn bisa diceritain ǩάƖõ kandangnya kosong ato gmn gitu hehehe… :D
    Gmn boss shu, msh bisa diterima kan idenya? Hihihi…
  36. intinya udh harus ad piala…. kalo bs lanjutanya ad adegan lesbonya dikit plzz
  37. wah keren nih ceritanya, coba acara di TV yg judulnya “jika aku menjadi” kaya gini pasti banyak yg nonton deh …
  38. pada 12 Oktober 2010 pada 02:55 | Balas dean winchester
    gak banyak komen , yang gue bisa bilang…..DAMN I LOVE THIS SERIES….!!!!
  39. @rainmaker
    tengkiu yaa hhe
    @hahahahahaha
    jadi si Riri apa si Moniq nih yang dilanjutin ?
    hihi
    hadianya bisa jadi bukan cuma itu doang looh hehe
    @Andriyan
    tengkiu yaa bro Andriyan
    tapi kan seruu kalau ada beneran? hihihi
    @ninja gaijin
    tengkiu bro ninja gaijin hehe
    @sis yo
    ohh hha
    bener juga yaa
    pelurunya kuku kalau gitu?? hihi
    @mr r
    tenang aja mr r
    nggak kayak ketinggalan kereta ini kok xixixi
    udah panjang, malah ide lancar datengnya
    sampai 2 part bisa kayaknya hihi
    sabar yaaa
    @tits.lover
    iyaa idenya sama hihi
    mungkin nggak melanggar asal nggak ‘begituan’ sama sapi aja iiih geliii >_<
    @zxy
    tenang aja, malah ada adegan lesbonya banyak kok (masih rencana) hhe
    @Abee
    bukan banyak lagi kayaknya bro Abee
    tapi 3/4 penduduk pria Indonesia pasti nonton semua hihi
    @dean winchester
    tenkiuuu bro dean hehe
    tapi ini jatuhnya bukan seri tapi cerita lepas ak hehe
  40. mudah2han sesuai dengan harapan. ^^ wah. idenya lancar berarti lain settingan cerita sama alurnya?jadi 2 gimana sis? nati diperawanidan dihamili toh? sama bener toh susunya kenyal dan montok toh. ^^
    ntik pemerkosanya nyusu juga. wkwkwk…
  41. susah juga nulis Kisah Dewasa ~_~
    keasikan ngebayangin nyari ide malah jadi becek >_>
    salut deh sama Bro & khusus nya sis yang sering nulis cerita n_n
  42. kalo suruh milih,, pilih cerita in ajah,,cz dibnding ketiga
    laennya ini paling seru,,,,
    tapi kurang panjang dikit,,and sex’a riri ama 2 orang sis biar
    seru, thx
  43. gila, gk kebayang bklan sm tukang sampah….
    hahahahahaha…..
    ” Entah setan darimana, Riri dan kakeknya itu bisa berhubungan intim saat Riri masih 3 SMP “.
    boleh jg nih di buat sekuel nya riri & kakek nya waktu msh 3 smp…
    hihihhihiihi
  44. Ups!
    “ooohhh neengghh”, desah Malih merasa luar biasa enak, burungnya seperti sedang digilas dan dikucek oleh vagina Malih
    Nice story
  45. wew.. cewe tomboy.. susah amat ngikutin ceritanya..
  46. wahh mantapp, sambungan serial ini uda keluar ^^
    numpang baca dulu hehe :)
    hmm btw, baca komen2 kbbers yang lain, ttg ide tuker pasangan atau orgy 4 cewe dgn pasangan, boleh jg sih. walo kalo menurut sy, rada ga nyambung jika tiba2 pasangan beast 4 cewe itu muncul bersamaan. bukannya pada beda tempat dan kayaknya ada yang jauh jg?
    jika nongol tiba2, tanpa ada tujuan jelas, rasa gimana gitu hehe :D
    btw cerita ini bisa dikembangin jadi panjang, salah satunya bisa dari ide kbbers yang lain atau bisa jg karena bukti eksekusi “ketauan” oleh pihak lain, misal pembantu rumah tangga, atau beast2 lain di sekitar rumah 4 cewe itu hehe, hmm cuma mungkin uda umum ya plot seperti ini.
    keep up the good work and nice story sis sis Dina ^^
    ditunggu kelanjutannya sis :)
    @sis Yo dan sis Diny:
    wah kemana aja nih sis? kayaknya jarang muncul ya? apa kebalik ya? :p
    @Pendekar Maboek
    murid menghadap guru hehe :)
    kapan muncul sambungan ceritanya bro?
    hmm kalo sy buat cerita…..mungkin ga dulu deh bro. jadi pembaca dulu hehe :)
  47. Walaupun telat berkomentar tapi gpp kan daripada tdk sama sekali wah sis dinmel jaminan mutu 4 jempol dah oh ya seri ke 5 kayak apa ya ketika ke 4 cewek tsb berkumpul trus putar video masing2 trus mereka lesbian nah yg bawa si penjantan tangguh kayaknya cuma si riri trus mereka ber5 berpesta pora he he he
  48. di tunggu yg berikutny, keep writting
  49. nanya dunk..itu prof pic ny riri siapa y??
    ada punya pic lainnya g??
    atau dpt dari mana gitu??
    bikin on bgt tuh pic ny..
  50. pada 24 Oktober 2010 pada 08:10 | Balas Jessie_bispak
    parah.. ceritanya damn… thats good… ini baru cerita kerennnnn…. pasrah2 gimana gitu antara kasian, nafsu, pasrah… gitu aja melayani nafsu liar si bapa… mantafff jadi gatel meki gue… pengen dijilat.. seee aahhhhhh….. ngecret dah gue…… celdam gw banjir nehhhh…… gag ada yang ngisep…. UUuuhhhhhhh…..
  51. mantabh..mna nie lanjutannya? qu pngen tw yg jd pemenang..lanjuuttt…
  52. ~_~ susah juga nulis cerita, btw kalo ngirim cerita belom selese boleh-nga ya untuk konsultasi >_>
  53. Keren abis bos,,
    sumpeh,,,ditunggu kelanjutan nya yach,,,
  54. sis dina. kapan nih ceritanya muncul. sudah gak sabaran. katanya dalam bulan ini sis? ^^ dinda kirana. ^^
    sama ida ayu kadek devie. sudah ada alurnya? soalnya tadi siang habis liat ftv yang diperankan kadek devie. bener2 bikin gregetan dan ngaceng. apalagi tuh body dan susunya. ^^
  55. Cerita yg bagus, lanjutin lg dunkz! Boleh kasih saran, gmn u/ k’lanjutan cerita nya di ceritain ttg k’hidupan sex ke empat cewe2 tsb pd saat mereka semua hamil benih nya para beast mrk msng2! Khn lucu & menarik di baca, ada s’orng gadis cantik hamil sama orng yg dr kalangan bwh
  56. gan ni saran ku gan
    gan gmn kalau di cerita kan satu, satu lagi mulai hilang nya keperawanannya gan
    itu kan asik gan
    kami tunggu ya gan
    cpat gan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar