Laman

Kamis, 22 Desember 2011

Mellisa 2: Lucky Me

Melisa

Part 1: Holiday Ends

“Maafin aku…” aku mengusap air mata yang menetes di pipi Dodo mengeluarkan selembar tissue yang ada di kantongku dan memberikan padanya.

Mungkin terlalu lama aku datang ke Kevin, ia menatapku yang sedang memberikan tissue ke Dodo dari kejauhan sambil merasa heran. Aku menyuruhnya pergi dengan gerakan mataku. Ia mengerti dan melakukan sesuai keinginanku walaupun aku bisa melihat kerutan alis di jidatnya.

“Udah… masa cowok nangis sih… kaya cewek aja kamu… “ aku berusaha menenangkannya.

“Aku… akan tetap menunggumu, Mell” kata Dodo mengusap air matanya diiringi senyum lalu pergi meninggalkanku.

Kami semua kembali pulang ke Surabaya, banyak sekali hal yang terjadi liburan ini. Sejak saat itu kecanggungan antara aku dan Dodo makin besar saja, tapi aku berusaha bersikap sewajarnya seolah tak terjadi apa-apa. Aku pulang bersama Kevin, yang lain pulang sendiri-sendiri seperti saat berangkat ke sini. Sepanjang perjalanan Kevin terus bertanya-tanya ada apa dengan Dodo sepupunya, aku hanya bisa berbohong karena bakal lebih ruwet kejadiannya kalau sampai Kevin tahu. Sampai di rumah aku langsung mengistirahatkan diri karena besok masuk sekolah.


#########################

Part 2: Rape


Pak Dion
Sekolah berjalan biasa-biasa saja tiap harinya, berminggu-minggu kulalui tanpa ada masalah. Aku dipilih sebagai pengurus kelas karena prestasiku di bidang akademik dan nonakademik cukup baik. Aku juga tergabung dalam pengurus OSIS serta group modern dance sekolah karena itu salah satu hobby yang kutekuni sejak SMP. Karena sibuk dengan urusan-urusan itu aku jadi pulang agak telat hari ini, sebelum pulang aku masih harus memfotocopy lembaran latihan ulangan untuk anak-anak sekelas yang tadi diberikan oleh guru matematika. Karena ada toko fotocopy yang tak terlalu jauh dari sekolah aku memutuskan untuk fotocopy di sana saja. Segera aku keluar ke gerbang sekolah

“Lho? Mellisa? Kok masih belum pulang” sapa Pak Dion selaku wali kelasku ramah

“Oh, saya mau ke kios fotocopy dekat sini, masih harus fotocopy ini, Pak” kataku sambil menggoyangkan lembaran-lembaran itu.

“Lho? Ternyata tujuan kita sama toh, ayo kita jalan ke sana sama-sama aja” ajaknya yang juga ingin memfotocopy sesuatu.

Kami berjalan bersama-sama Pak Dion ini kurus juga, kacamatanya sangat tebal, giginya gingsul sana-sini alias tak rata, kulitnya putih pucat, model-model orang culun yang bookworm (kutu buku). Sambil menunggu tukang fotocopy selesai aku duduk-duduk ngobrol dengan Pak Dion, kami lumayan nyambung karena hobby kami kurang lebih sama tentang hal-hal berbau seni. Tiba-tiba aku inggat kalau kaos olahragaku tertinggal di sekolah

“Waduh.. Pak.. bentar ya kaos olahragaku ketinggalan di sekolah, aku titip barang ya pak, ntar balik lagi” kataku memberikan tas sekolahku padanya.

Pak Dion hanya menggangguk tanda setuju, aku pun langsung berjalan balik ke sekolah, pada saat aku melintas di sebuah gang kecil ada tangan yang membekap mulutku dan menarikku ke dalam gang itu menuju ke suatu tempat, kesadaranku mulai hilaang karena saputangan yang digunakan untuk membekap mulutku mengandung zat tertentu yang berfungsi untuk itu. Saat tersadar aku sudah berada dalam suatu ruangan kecil yang berbau tak sedap, kumuh dan tak terawat.

“Sadar juga lo…” suara itu berasal dari sesosok pria hitam legam dengan wajah sangar yang mendekat menghampiriku ditemani 3 sosok pria yang tak kalah hancur wajahnya.

“Cewek ini nggak bawa apa-apa bos… Kami Cuma berhasil dapet nih kalung sama anting-anting tuh cewek” kata seorang anak buah bos itu.

Memang HP, dompet dan barang berharga lain ada di dalam tas yang telah kutitipkan ke Pak Dion, sedangkan cincin dari Kevin (baca Mellisa: My New Life) kusimpan di rumah karena aku tak mau teman-teman curiga. Diam-diam aku merasa lega,

“Untung saja barangku tak banyak yang hilang” batinku dalam hati.

Mereka tampak gusar membuatku sangat ketakutan

“Dasar, bego! Rugi dong kita! Masa dapetnya cuma ini!” bentak seorang yang bertubuh paling besar yang belakangan kutahu adalah bos mereka.

Tiba-tiba aku merasakan ada pandangan lain dari dua orang anak buah bos itu. Mereka berbisik kepada bossnya, aku tak dapat mendengar apa yang mereka katakana, yang jelas sekarang mereka memandangku dengan sangat liar, seperti bisa melihat apa yang ada di balik baju seragamku ini. Aku mulai merinding mereka mendekatiku diiringi seringai mesum

“Kayaknya nggak rugi juga kok… kita nyulik kamu manis hehehe…” kata boss sambil mendekatiku

“Iya nih, lumayan kan jadi ada yang bisa nganggetin kalo lagi dingin”sambung salah seorang anak buah bos itu sambil meremas payudaraku.

Aku sangat takut, aku sudah tahu maksud mereka untuk memperkosaku, aku tak bisa berteriak mulutku diplester dengan lakban, aku hanya bisa menangis mengucurkan air mata saat salah seorang dari mereka menjilat pipiku yang putih mulus itu.

“Pindahin, Din” perintah bos terhadap nak buahnya.

Aku digotong menuju ke kasur yang lusuh dan baunya…. Aduh sudah tak usah ditanya lagi deh… Mereka mengintariku di sekeliling kasur semuannya ada 4 orang termasuk si boss. Keempatnya berkulit hitam, yang satu monyong dengan tubuh kurus ceking yang dipanggil Jo, seorang lagi berbadan gendut dihiasi tattoo di sekujur badannya dipanggil Din, yang ketiga jidatnya nonong tubuhnya pendek mungkin sekitar 120 cm dipanggil Mul, yang terakir si boss badannya tegap, sangat besar dan tinggi, giginya tongos rambutnya gimbal seperti tak mandi beberapa hari. Mereka mengikat tangan dan kakiku di ujung ranjang sampai tubuhku berbentuk huruf X. Si bos mulai merayap naik ke kasur diikuti yang lain Din dan Jo menyingkap rok seragamku dan mengelus-ngelus pahaku sambil tertawa-tawa sinting, si bos meremasi payudara kananku sedangkan Mul menjilati payudaraku yang masih terbungkus baju seragam. Tak lama kemudian “Kreeeekkk… kreeekkk” bos merobek-robek baju seragamku, mungkin sudah tak sabar ingin melihat payudaraku, “Breet…” dengan sekali hentakan Mul memutuskan tali braku. Terpampanglah sudah kedua payudaraku

“Amboi… gila.. mulus tenan nih tetek, nggak pernah dimainin ya” kata mereka sambil tertawa-tawa,

Sebenarnya aku sudah cukup sering bersetubuh dengan pacarku, tapi ia melakukannya dengan sangat lembut, tak ingin aku kesakitan maka dari itu bentuk tubuhku masih bagus. Aku hanya bisa meronta-ronta terus sambil menangis. Bos dan Mul langsung mengenyot puntingku, mereka ludahi lalu ludanya dijilat lagi, hal itu diulang-ulang terus, sungguh menjijikan sekali banyak sekali liur mereka di payudaraku yang putih itu membuatku jijik tak karuan. Saat bos dan Mul asik-asik menyusu padaku kurasakan rok seragamku sudah tak ditempatnya. Jo sudah menempelkan mulut monyongnya di vaginaku yang masih tertutup CD Jo menggesek-gessekan hidung dan mulut munyongnya ke kiri kanan sambil menghirup aroma vaginaku dalam-dalam

“Hmmm.. wangi bro… Enak nih kayaknya” katanya sambil menjilat-jilat vaginaku dari luar CD

“Dibukak aja Jo biar lebih enak… hehehe” tambah Din langsung mempelorotkan satu-satunya kain penutup di tubuhku.

Mata mereka semua langsung melotot melihat vaginaku yang tembem mirip bakpao dihiasi bulu-bulu tipis, makin bernafsulah mereka. Kini aku sudah telanjang bulat di hadapan mereka. Jo dan Din langsung berebutan melahap vaginaku. Jo terpaksa mengalah menunggu giliran dari Din karena badannya kalah besar. Ia maju ke atas memposisikan penisnya di depan wajahku, melepas plester yang ada di mulutku

“Emut nih kontol gua!” katanya kasar sambil menjambak rambutku.

Mulutku langsung dijejali penis yang bau dan juga besar, lebih besar dari milik Kevin pacarku. Aku terpaksa melakukan apa yang disuruhnya karena takut, kubuka mulutku dan kumasukkan penis besar itu. Tubuhku sudah benar-benar dikuasai mereka, mereka bebas memperlakukanku sesuka hati dan aku tak bisa melawan. Si bos dan Mul masih keenakan mengenyot puntingku dan menjilatinya sampai penuh dengan liur mereka. Sedangkan Din tak bergeming masih terus menjilati vaginaku, dijilatnya dari bibir luar dan semakin masuk kedalam lidah nakalnya terus menyapu juga menari-nari disana, ditusuk-vaginaku dengan lidahnya itu tak jarang ia menyentil-nyentil klitorisku juga menggigitnya kecil. Dirangsang sedemikian rupa di seluruh bagian sensitifku membuatku orgasme yang pertama. Cairan bening muncrat dari rongga vaginaku dengan sangat keras dan karena mereka masih terus menjilati bagian sensitifku cairan vaginaku muncrat tak henti-henti

“Sruuuppp.. sluurrrppp… hm baru cairannya aja uda enak gimana dalamnya ya..” kata Din yang sedari tadi menegak cairan kewanitaanku hingga tetes terakir.

Mereka tertawa-tawa mengetahui aku orgasme

“dasar lonte… dari tadi nangis-nagis nggak taunya muncrat juga” tambah Mul sambil meremas payudaraku keras hingga aku kesakitan.

Mul berganti posisi dengan bos yang kini telah telanjang bulat bersiap memasukkan miliknya ke miliku. Aku sempat melihat sebentar penis bos, ukurannya hamper sama dengan milik Jo bedanya ini lebih berurat. Bos menggesek-gesekkan penisnya di bibir vaginaku sambil tertawa melecehkan. Walaupun sudah tak perawan sulit sekali milik bos ini masuk ke vaginaku karena ukuranya yang terlalu besar penis itu meleset berkali-kali hingga akhirnya ia berhasil memasukkan kepala penisnya ke dalam vaginaku, terasa nggilu sekali karena dipaksakan masuk “JREEBBB…..” amblaslah seluruh penis bos itu ke dalam vaginaku yang masih sepit

“ANJJRITT.. uda jebol rupanya” kata bos agak gusar mengetahui tenyata aku sudah tak perawan lagi.

Aku merasa sanggat beruntung Kevinlah yang memperawaniku, kalau tidak mungkin sekarang aku sudah menangis dan menjerit-jerit histeris

“Rasain nih kontol gua!rasain!” Bos memompa vaginaku dengan kasar melampiaskan rasa kesalnya .


Si Bos
Aku merasakan penis Jo yang ada di mulutku mulai berkedut kedut, ia memaju-mundurkan penisnya dengan cepat sebelum ejakulasi ia menarik penisnya dan memuncratkan maninya di mukaku

“Makan tuh peju gua!” kata Jo sambil meratakan maninya di wajahku sepeti masker saja.

Si bos terus menggenjotku dengan kasar, kedua payudaraku terus dimainkan oleh Mul dan Din, Jo yang baru saja ejakulasi duduk menonton kedua rekanya yang mengerjai payudaraku juga penis bos yang bertubuh hitam itu keluar masuk di vagina gadis SMA yang cantik dan putih ini, kontras sekali. Selang beberapa saat aku orgasme kedua, Bos semakin gencar mengaduk-ngaduk liang seggamaku nafasnya memburu. Tiba-tiba ia berhenti menggenjot, minta ganti posisi dia dibawah aku diatasnya kami berhadap-hadapan. Mul mendorong tubuhku hingga menindih bos ia meludahi duburku

“Tidaakkkk… Mereka mau anal! Sekalipun aku belum pernah!” teriakku dalam hati.

Sedangkan Din pindah ke depan wajahku menyuruhku mengoralnya

“Jangan di situ pak…” kataku mengiba pada Mul tapi tak diindahkannya.

“Mmmmm” mulutku kembali dijejali penis, kali ini milik Din.

Tak lama setelah itu kurasakan benda tumpul sudah diletakkan di depan lubang duburku. Aku merasakan sakit yang mata sangat sampai-sampai aku menerima tamparan keras di pipiku oleh Din karena aku menggigit penisnya

“Dasar lonte! Lu mau ngerusak benda pusaka gua!” kata Din marah ia mengocok penisnya di depan wajahku sambil menontonku lagi di sandwich oleh bos dan Mul, ia tak mau menyuruhku mengoralnya lagi karena takut akan tergigit lagi olehku yang sedang kesakitan diggenjot dua penis sekaligus.

“Gila! Seret banget pantat lu!” Mul terus menggenjot pantatku tanpa ampun sesekali menampar-nampar bokongku sampai tercetak bilur-bilur merah disana, aku hanya bisa pasrah.

Tak lama kurasakan sperma bos menyiram seluruh dinding rahimku disusul oleh Mul yang menyemprotkan spermanya di lubang duburku. Puas ejakulasi mereka tetap menancapkan penisnya menunggu sampai semburan sperma mereka selesai, seakan ingin sekali menanamkan benih di tubuhku ini, Mereka lalu beristirahat membiarkanku tegerletak lemas di ranjang lusuh itu dengan vagina dan anus yang belepotan sperma mereka. Mereka tertawa-tawa melihat tubuhku yang penuh dengan sperma mereka, sampai-sampai sperma yang ada di vagina dan anusku mengalir keluar membasahi sprei kasur. Sambil beristirahat mereka berbicara jorok mengenai kemulusan tubuhku, enaknnya lubang vaginaku, payudaraku yang montok dan lain-lain. Lalu mereka keluar meninggalkanku di ruangan ini sendirian tapi tak lupa mereka mengunci pintu sebelum pergi dan menyediakan nasi bungkus murahan untuk kumakan. Karena merasa lapar akupun makan nasi itu tanpa protes sambil memikirkan nasibku yang sekarang ini menjadi budak seks mereka tak bisa dan tak tahu cara keluar.

#############################

Part 3: Beginning Sex Slave



Remasan di payudaraku membangunkanku dari tidurku

“Bangun lonte! Mandi sana!” Din menggeretku ke kamarmandi menyuruhku membersihkan diri.

Aku terdiam merenungi nasibku yang sekarang jadi begini

“Haiiss sini-sini kalau nggak mau mandi sendiri” Din mulai menggosok-gosok tubuhku dengan sabun memandikanku

“Woi.. lagi seru neeh.. ga ngajak-ngajak lu Din” Mul datang ikut memandikanku aku hanya diam tak berkata apa-apa dengan tatapan kosong.

Mereka memang memandikanku tapi sekaligus menikmati mengelus tubuhku yang putih mulus ini. Tak henti-hentinya mereka menyabuni bagian payudara dan selangkanganku. Lama-lama mereka makin bernafsu saja, kurasakan remasan di payudaraku semakin keras dan jari yang tadinya menyabuni vaginaku mulai main celup di lubang vaginaku. Aku menatap mereka dengan tatapan kosong, mereka membalas dengan seringaian mesum menatapku bak sarapan pagi yang amat lezat.

“Gua duluan la Mul, dari kemarin gua belum ngerasain memeknya” rengek Din kepada Mul.

Mul diam saja tanda setuju, Din langsung mengarahkan penisnya ke vaginaku

“Nah, manis sekarang abang bersihin memek kamu pake kontol abang ya” bisiknya sok lembut.

Langsung saja Din menempelkan penisnya di bibir vaginaku, menggesek-geseknya sebentar lalu langsung memasukkan penisnya dan mulai menggenjot vaginaku dalam posisi berdiri berhadapan, payudaraku tak dibiarkannya ngganggur, dipelintir-pelintir puntingnya, kadang malah dicubitnya. Sepertinya Mul sudah tak tahan melihat tubuh sexyku digenjot oleh Din, langsung saja ia mengarahkan penisnya lagi ke duburku. Mereka mensandwichku di kamar mandi yang ukuranya tak lebih dari 2 X 3 meter ini. Tak lama mereka ejakulasi bersama mengisi vagina dan duburku dengan sperma mereka lagi, banyak sekali sampai ada yang menetes tak tertampung di vaginaku yang kecil. Setelah puas ejakulasi sampai tetes terakir di dalam tubuhku mereka melepaskan penisnya yang sudah menciut dan mulai menyabuniku lagi.

“Nah, karena mulai sekarang lu jadi lonte kita, memek lu milik kita, bebas kita sirami peju sepuasnya, kalo perlu sampe lu bunting! hahaha” kata Mul saat kami keluar kamar mandi

Mereka semua menertawakan ketidakberdayaanku. Aku tak diperbolehkan mengenakan sehelai benangpun supaya bisa langsung dipake kalau mereka lagi pingin.

“Gua capek ni Jo, kata bos mengaduh, kalau capek enaknnya dipijetin ya Jo” kata bos lagi sambil matanya ditujukan ke arahku. Aku langsung mendekatinya dan memijatnya dengan tanganku karena anak buah bos memelototiku.

“Lho? Sapa suruh lu pijetin gua pake tangan, HAH!?” bentak bos langsung membuatku takut

“Pake toket dong neng” kata Jo membantuku mengerti apa mau bosnya. Aku hanya bisa menangis lalu mulai memijat punggungnya dengan patudaraku, mereka semua tertawa senang. Selesai memijat bos menyuruhku naik ke wajahnya lebih tepatnya menyajikan vaginaku di mukanya. “Uda bersih nih… Wangi oi… memek amoy.. slurp…slurp” ia mulai menjilati vaginaku membuatku terangsang dan mulai menggoyangkan pinggulku. Tangan kasar Jo mulai meremas payudaraku karena gemas melihatnya bergoyang-gorang. Din tak diam saja ikut mengerjai payudaraku yang satu lagi, bos juga semakin gemas menjilati vaginaku liurnya banyak sekali menambah kebecekan vaginaku selang beberapa menit kemudian mulailah ia memasukkan jarinya ke vaginaku lalu mengobok-oboknya mulai 1 jari, berlanjut ke 2 lalu ke 3 jari, ia mengocoknnya makin cepat “Clek,clek,clek,clek,clek” suara jarinya yang keluar masuk vaginaku. Makin lama vaginaku makin banjir dan akhirnya muncrat juga cairan itu

“Slurp…slurp…slurp…” dia menegak bagai orang kehausan, tapi masih belum puas ia kembali menjilati vaginaku. Din dan Jo sekarang menyusu bagai bayi, dikenyotnya payudaraku kuat-kuat sepeti ingin mengunyahnya saja.

“Bos! Dapet nih barangnya” Mul masuk membawa kantongan kresek hitam, diletakkanya kresek hitam itu.

Dia pun langsung bergabung mengerjaiku, mereka terus menggilirku hingga pesediaan spermanya habis disiramkan ke vagina, anus, mulut, dan sekujur tubuhku.

”Mana Mul barangnya, gua pingin ngetest” tanya bos.

“Tuh bos, ambil sendiri di meja” jawab Mul sambil menunjuk bungkusan kresek hitam yang tadi diletakkannya.

Bos berjalan langsung mengambil kresek membukanya dan “Ooo My God” teriakku dalam hati sepertinya penderitaanku tak berakhir sampai sini saja. Bos mengeluarkan dildo beserta remot kontrolnya dan menggoyang-goyangkannya di hadapanku sambil terkekeh-kekeh, yang lain juga mengikuti. Kurapatkan pahaku supaya ia tak bisa memasukkan benda itu ke dalam liang vaginaku

“Lho? Dikasih mainan baru kok nggak mau… kan lumayan buat ganjel kalo kita lagi capek kaya sekarang, daripada ga ada yang ngisi.. hayooo…” katanya merendahkanku seolah-olah aku sangat ketagihan penis mereka saja.

Aku terus merapatkan kedua pahaku tapi tenagaku kalah kuat dibanding dia. Langsung diarahkannya ke vaginaku yang masih banjir sperma mereka “CLEEP…” dimasukkanya benda itu ia menjauh dariku mengambil remot sambil duduk bersama anak buahnya menjadikanku tontonan gratis dan “WRRRRRR…..WRRRRRRR” dildo itu bergerak dengan kecepatan penuh mengebor liang vaginaku, otomatis aku bergoyang-goyang diiringi tawa meledak mereka.

“Goyang terus… goyang sexy… Inul kalah goyangannya” kata mereka mengejek.

Aku mulai tak kuat dan akhirnya mengalami orgasme, cairan vaginaku juga sisa sperma mereka muncrat-mucrat ke mana-mana karena dildo itu masih terus berputar, aku ambruk, mereka tertawa senang. Aku didudukkan di samping mereka yang sedang menonton TV sambil digrepeh-grepeh, tak jarang jari-jari mereka mengobok-ngobok selangkangan waktu acara tak seru, payudaraku otomatis juga jadi mainan mereka saat bosan. Mereka benar-benar memperlakukan aku bagai hewan piaraannya yang bebas diperlakukan apa saja. Mereka masih memberiku makan walau hanya makanan murahan, agar aku bisa bertahan hidup. Malamnya aku digarap lagi oleh mereka yang tak bosan bosannya ngentotin aku dan mempermainkannku. Akhirnya kami semua tidur terlelap karena kecapaian penis-penis mereka masih menacap di vagina dan anusku.

“Mell, bangun!bangun!” bisik seseorang di telingaku aku membuka sedikit mataku kulihat pria bertopeng mirip maling langsung membekap mulutku

“Sssttt jangan berisik, nanti mereka bangun. Cepet kita pergi sebelum mereka bangun!” katanya lagi.

Aku menurut saja, karena merasa mendapat seberkas harapan untuk keluar dari sisni dan melanjutkan hidupku ke yang lebih baik.

“Plop” dengan perlahan lepaslah kedua penis yang dari tadi bersarang di vagina dan anusku yang langsung mengalirkan sperma setelah penis yang menyumbat itu tercabut, tak lupa kuambil kembali kalung dan anting-antingku yang ada di lemari mereka lalu pergi bersama pria yang tak kutahu siapa dia. Pria itu menyelimuti tubuh telanjangku dengan selimut lalu langsung menggandengku ke mobil. Kami langsung pergi dari situ. Aku tersenyum lega malapetaka yang menimpaku telah berakhir

###############################

Part 4: My Savior



Di perjalanan aku terdidur karena kecapaian, aku sudah pasrah mau dibawa kemana diriku ini. “Cuiitt ciittt citt cuit…” kicau burung membangunkanku di pagi ini aku kembali terbangun di ranjang yang tak kukenal, bedanya ranjang ini empuk, springbed, dan tidak lusuh. Kuamati tubuhku aku mengenakan kaos cowok longgar sekali, celananya juga, tapi tak pakai dalaman.

“Sudah bangun toh… Ini sarapan buat kamu” kata sosok yang amat kukenal

“Pak Dion…” sapaku terhadapnya.

Dia meletakkan bubur hangat beserta teh manis yang juga hangat didekatku yang masih duduk di ranjang.

“Maafin bapak ya Mell, bapak nggak berani tolong kamu, mereka besar-besar bapak pasti kalah lawannya, jadi bapak nunggu waktu yang tepat buat bawa kamu lari” katanya disela-sela aku makan.

Ternyata waktu aku mau kembali ke sekolah HPku yang ada di tas bergetar telepon dari orangtuaku (silent mode, saat di sekolah HP harus di silent), Pak Dion menyusulku takut itu telepon penting, melihatku disekap mereka lalu mengikuti kami. Beruntung sekali aku, Pak Dion melihatku kalau tidak bagaimana caraku lari dari sana pikirku dalam hati.

“Barang-barang kamu selamat semua, tapi yang paling berharga justru hilang… Ini semua salah bapak… Maafin bapak ya Mell” katanya sangat menyesal dengan mata yang mulai berair.

“Lho? harusnya aku trima kasih ke bapak, bapak kan nolongin saya, kalau bapak nggak liat saya waktu itu saya uda nggak tau gimana nasib saya pak…” kataku menetralkan suasana.

“Tapi… kamu jadi nggak perawan lagi gara-gara bapak nggak tolong kamu lebih cepat” Pak Dion menangis merasa bersalah padaku.

“Aduhh… udah-udah pak… uda gede kok masih cengeng sih… Mmmm… sebelum diperkosa aku… memang udah… nggak perawan kok pak” kataku bercerita yang sesungguhnya.

“Kamu bilang begitu pasti biar bapak nggak merasa bersalah kan…” katanya masih menangis.

“Nggak kok pak… beneran! Aku ngelakuinnya sama pacar aku waktu liburan 3 minggu lalu” jelasku padanya sedikit malu-malu.

Tangisnya mulai berhenti sedikit demi sedikit

“O ya pak… sekolah sama papa mama aku gimana? Aku kan ngilang 2 hari” tanyaku berusaha menghilangkan kecanggungan

“Bapak bilang ke papa mamamu kalo kamu bapak tugasin mendadak pelatihan sains di luar kota, kalo sekolah bapak udah bikin surat izin palsu, yang jadi masalah temen-temen kamu…, bapak nggak tau mau bilang apa ke mereka” Pak Dion menjelaskan padaku.

“Hmm… O ya… Rey, sama… 2 orang lagi bapak nggak kenal… kalo nggak salah Kevin sama Ricardo… itu telpon ke HP kamu terus-terusan… karena bapak nggak tahu harus bilang apa, jadi bapak nggak jawab, emangnya pacar kamu itu yang mana sih… banyak bener” tambah Pak Dion.

Aku hanya tertawa Pak Dion ikut tersenyum “Kapan-kapan aku kenalin deh pak” candaku padanya.

Pak Dion dan aku memutuskan agar malam ini aku tinggal disini dulu, karena selain masih capek, lebih baik aku menghilang lebih lama agar lebih meyakinkan kalau ke luar kota. Kuperhatikan rumahnya yang kecil dan sederhana ini, tertata dengan baik juga bersih, sangat rapi, malah lebih rapi dari kamarku. Tak ada foto cewek satupun… padahal kupikir Pak Dion sudah punya pacar atau paling tidak… naksir sama cewek lah… Pak Dion tinggal sendirian, semua keluarganya di Semarang, ia membeli rumah ini dengan jerih payahnya dan akhirnya membuahkan hasil. Mungkin karena bekerja terlalu keras ia jarang meluangkan waktu untuk mencari pasangan hidup. Akupun mandi, dia meminjamkan baju miliknya padaku, aku pakai saja daripada telanjang, tapi pastinya tanpa BH ataupun CD, mana mungkin Pak Dion punya pakaian dalam wanita.

“Mell, soal kejadian kemarin bapak janji nggak akan bilang siapa-siapa kok. Bapak waktu itu sengaja nggak lapor polisi untuk menjaga nama baikmu… Kalau teman-teman kamu tahu kamu nggak perawan lagi kan hubunganmu sama mereka bakal lain” katanya pada saat kita makan siang lauk seadanya.

“Mmm makasih banyak ya pak…” kataku sambil tersenyum. Hubungan kami sudah seperti kakak adik

Aku pernah berencana memanggilnya Koko (sebutan untuk kakak laki-laki) tapi dia tak mau, mintanya malah dipanggil bapak padahal usianya tak terlalu tua 24-25an lah. Tapi aku sangat kagum padanya di usianya yang sudah terbilang dewasa itu ia masih sangat lugu dan polos.

###########################

Part 5: Give Thanks



Langit mulai gelap, malam segera tiba. Kami ngobrol ngobrol sepintas hobby, keluarga, pengalaman dll. Sesekali kusinggung mengenai pacar

“Lho? Memang bapak udah pacaran berapa kali? Aku pingin tahu gimana selera bapak” tanyaku sedikit menjurus ke hal-hal pribadi.

Dia hanya tersipu malu pipinya merah dan berkata “Bapak nggak pernah pacaran Mell, Bapak culun gini, mana ada yang mau” katanya malu-malu.

“Lho? Gimana toh bapak ini! Masa udah setua ini pacaran sekali aja nggak pernah! Besok bapak ikut aku ke Mall, Mellisa mau makeover bapak, sebetulnya bapak nggak jelek kok! Cuma kurang gaul aja, penampilannya itu loh pak” kataku mengiburnya.

Dia langsung senang “Tapi jangan anak muda banget ya Mell makeovernya, seumuran bapak yang keren apa gitu” katanya cengegesan mulai tertarik.

Selesai makan malam kami masuk kamar “Kamu pake ranjang bapak aja Mell, biar bapak tidur di sofa” katanya mengambil selimut.

“Loh jangan pak! Aku aja yang tidur di sofa, yang numpang kan aku” kataku padanya.

“Yaaahh… kamu ini tamu bapak, harus diperlakukan dengan baik apalagi cewek, sana pake ranjang bapak” katanya memaksa. “Hmm… kalo berdua gimana pak?” tanyaku sedikit ragu dan malu “Jangan! Nggak baik cowok sama cewek yang nggak punya hubungan tidur seranjang!” jawabnya polos.

“Nggak apa-apa kali pak… saya tau bapak nggak bakal macem-macem” kataku sambil menggeretnya ke kasur.

Kami tidur berdua di ranjang yang sama dan di bawah selimut yang sama. Pak Dion tak mau menatapku mungkin grogi, ini pengalaman pertamanya tidur seranjang dengan cewek, sama muridnya sendiri lagi. Dia memang tak ingin menunjukkan wajahnya padaku memalingkan badannya dariku, tapi aku tahu persis dia belum tidur.

”Pakk... Pak Dion… aku trima kasih banget ke bapak udah nolongin aku dari mereka” bisikku pelan

“Hmm… iya Mell... sama-sama” balasnya sedikit terbata-bata.

Mungkin tegang pertama kalinya tidur seranjang sama cewek pikirku. Timbulah pikiran nakal di otakku… bagaimana kalau aku berterima kasih dengan memberikannya pengalaman baru malam ini… pikirku dalam hati.

“Hmmm Pak… aku punya sesuatu buat bapak sebagai tanda trima kasih” kataku padanya yang sampai sekarang masih memalingkan wajahnya

“Hhh… noleh ke sini dong Pak… mana bisa liat hadiahnya kalo gitu!” paksaku padanya.

“Mmmm. Bilang aja Mell… bapak nggak perlu liat nggak apa-apa kan… apa bapak harus liat” tanyanya ragu.

“Hhhhh… Bapak ini! Ya terserah bapaklah kalo bapak nggak mau ya udah, nggak jadi!” kataku manja dibuat-buat seolah ngambek

“Lo… marah… murid bapak yang paling pinter marah deh… Emang apa-an sih Mell… berhasil nolongin murid bapak yang sedang kesulitan aja bapak udah seneng banget kok, nggak perlu hadiah juga nggak apa apa” katanya

“Yah… padahal aku uda nyiapin special buat bapak loh… malah nggak mau… percuma berarti” kataku sedikit merayu.

“Hmmm… Murid bapak yang satu ini memang paling pinter deh maksanya… diajarin siapa sih…” katanya sambil mulai membalikkan badannya ke arahku, Pak dion langsung kaget karena…..

To be continue

By : Mellisa
----------------------------
15 komentar Post your own or leave a trackback: Trackback URL
  1. enamsembilan mengatakan:
    pertamax!
    btw, melissa 1-nya yang kayak apa ya…
    kok gw ga ingat
  2. sedhan mengatakan:
    malem2 update, baca ah..
  3. sijampang mengatakan:
    iya mellisa 1 nya dimana ya ceritanya?? koq rasaan blum baca? jng2 bukan kategori BB ya kalo asumsiin dari kata2 “kevin yang pertama jebolin”
  4. vag_biby mengatakan:
    gokiiiil bagus bngt ceritanya,, ada koq yg melisa 1nya, cek aja d arsip deh, gilaaaa kereeeeeeeen
  5. mr r mengatakan:
    kurang ditambah nih tokoh ceritanya. ^^
    tapi overal bagus dan mantap. terus berkarya dan berkembang. hehehe…
  6. savend mengatakan:
    aku ga nemuin kalimat iketannya mellisa dibuka yah?? kok bisa posisinya mellisa di atas??kan diiket.
  7. d3us mengatakan:
    1 lagi penulis berbakat menulis cerita yang bermutu… LANJUTKAN!!!
  8. deepak mengatakan:
    Good story !!!
    Yg cerita pertama melissa yg ini mellisa…jd mungkin penulis bisa menyamakan utk pengarsipan…itu aja saran saya.
  9. heri yanto mengatakan:
    mantap broo..tolong dilanjut,bikin penasaran aja.
  10. vag_biby mengatakan:
    kurangnya cuma satu, kurang panjang ceritanya, padahal ada potenai bisa diceritain detail2 waktu digangbangnya, tapi yg inipun dah keren abis, gw sangat menantikan lanjutannya, sukses buat sis melissa ya
  11. Ernia mengatakan:
    Mana Kisah Eliza kok gak di update lgi..saya tunggu lhooo..
  12. Donie mengatakan:
    Good story, gw kasih saran nih model ilustrasinya jangan cewek keturunan china mulu dong, cewek asli jg. Seakan-akan cwe keturunan doang yg freesex cantik2.
  13. maniez_imoet mengatakan:
    sis diny, mana serial lavenianya?
  14. begajoel mengatakan:
    bos, bisa minta tolong agar foto “si bos” di ganti? kebetulan itu foto sohib ane dan ilfil banget ngeliat gambarnya die. maaf ya sebelumnya…
  15. rey mengatakan:
    mana nie melisa yg part 3…gk sabar bwt baca..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar