Cerita ini ditulis dimaksudkan sebagai hiburan bagi mereka yang sudah dewasa baik dari segi umur maupun pikiran dan berpandangan terbuka. Di dalamnya termuat kisah erotis yang menceritakan detail hubungan seksual yang bersifat konsensual dan non – konsensual (normal ataupun paksaan). Jika anda termasuk dalam golongan minor yang masih berusia di bawah umur dan atau tersinggung serta tidak menyukai hal – hal yang berkenaan dengan hal tersebut di atas, tolong JANGAN DIBACA. Masih banyak cerita milik penulis lain yang mungkin memenuhi selera dan usia anda.
Cerita ini adalah karya fiksi. Semua karakter dan peristiwa yang termuat di dalamnya bukanlah tokoh dan peristiwa nyata dan lahir dari fantasi belaka. Kemiripan akan nama dan perilaku ataupun kejadian yang terdapat dalam cerita ini murni ketidaksengajaan dan hanya kebetulan saja. Penulis tidak menganjurkan dan/atau mendukung aktivitas seperti yang diceritakan. Kalau anda mengalami kesulitan membedakan kenyataan dan khayalan silahkan hubungi dokter dan jangan membaca cerita saya lagi sampai sembuh.
Cerita ini diperbolehkan disebarluaskan secara gratis namun tidak boleh digunakan untuk kepentingan komersil tanpa menghubungi penulis dan teamnya terlebih dahulu, kita yang bikin loe yang dapet duit, enak aja. Bagi mereka yang ingin menyebarluaskan cerita ini secara gratis, diharapkan untuk tetap mencantumkan disclaimer ini. Kita udah capek - capek bikin, tolong hormati dikit ya.
Copyright (c) 2011 Pujangga Binal & Friends.
Special Script & Credits : Jay, LustInc, L’esp, Liboy.
(Thank you all for your support & permission!)
pujanggabinal.wordpress.com
*********************************
SERIAL: RANJANG YANG TERNODA
BAGIAN SEBELAS C (PART 11(c) OF 12)
ANISSA TERANIAYA
Oleh Pujangga Binal & Friends
Anissa |
Hingga pagi menjelang, Anissa masih berharap Dodit akan datang dan menyelamatkannya. Itu yang membuatnya tetap bertahan, sinar matahari yang masuk samar melalui jendela dengan tirai yang selalu tertutup membuat harapannya terus terjaga, sepanjang malam hingga pagi ia berjaga. Asanya masih ada, segunung, sebukit, sekepal, sejengkal, setitik, sekecil apapun, berapapun ukurannya asa itu masih menyala.
Sayang hingga sinar matahari itu mulai redup dan menghilang Dodit masih juga belum datang. Justru Pak Bejo yang datang dan membuka pintu.
“Selamat sore, anak manis. Maaf membuatmu menunggu lama. Hari ini kursusmu akan segera dimulai.” Kata pria tua itu sambil terkekeh. “Aku akan memanggilkan guru kursus privat untukmu sore ini.”
Anissa kebingungan, ia meringkuk di pojok ruangan dengan ketakutan, wajahnya pucat pasi dan kepalanya menggeleng – geleng tak mau berhenti, ia benar – benar sangat ketakutan. Di samping Pak Bejo berdiri sosok wajah asing yang tak dikenalinya, wajahnya keras dan tubuhnya kekar, rambutnya yang keriting dipotong membulat.
“Dia ini panggilannya Kribo,” kata Pak Bejo. “Dia orang kepercayaanku. Dia yang akan menjadi guru privatmu hari ini.”
Kribo tersenyum meringis, wajahnya sangat bengis dan kejam. Anissa langsung tak menyukainya sejak pandangan pertama. Pria itu maju pelan dan menarik lengan Anis dengan kasar.
“Jangan! Jangan… saya tidak mau, Pak… jangan…” Anissa mencoba minta pertolongan Pak Bejo namun pria tua itu hanya mendengus tak mau tahu meninggalkan mereka berdua. Ia duduk di sofa yang ada di ruang tengah dan menyalakan televisi. Telinganya seakan tersumpal dengan raungan dan teriakan Anis yang dibawa paksa oleh Kribo keluar dari kamar.
Gadis itu dibawa paksa menuju gudang yang sepi, di sana hanya ada kayu dan kotak – kotak kardus kosong. Lampu ruangan awalnya dimatikan, sehingga Anissa tak bisa melihat apapun. Ia berjalan dengan tertatih karena digandeng paksa oleh Kribo. Anis bisa mendengar suara pintu dikunci rapat dan tawa beberapa orang yang ada di dalam gudang.
Ketika lampu kembali dinyalakan, Anissa ternyata sudah berada di tengah ruangan.
Terpaksa berjalan pelan di tengah gudang yang sudah kosong karena tak tahu harus kemana dan berbuat apa, Anissa menatap ketakutan ke sekelilingnya. Di sana sudah berdiri 5 atau 6 atau 7 orang berwajah sangar yang sama sekali tidak ia kenal yang mengitarinya, ia tidak bisa menghitung dengan pasti jumlah mereka karena ketakutan menatap satu demi satu wajah yang ada. Yang Anissa ketahui dengan pasti bahwa wajah mereka tidak ada yang tampan, hampir semua berkulit hitam dan sawo matang, memiliki otot yang kencang dan masing – masing memiliki tato yang memenuhi bagian tubuh tertentu.
Yang membuat si cantik itu makin gemetar dan ketakutan adalah karena orang – orang itu tidak mengenakan celana! Mereka tersenyum menjijikkan sambil menjulurkan lidah seperti hendak menelan Anis hidup – hidup sementara batang penis mereka dipamerkan kemana – mana! Tangan mereka bergerak ke selangkangan untuk mengocok kemaluan masing – masing saat Anissa melangkah ke tengah ruangan. Seakan hanya dengan menyaksikan Anissa melangkah saja mereka sudah terangsang, walaupun harus diakui, gerakan si cantik itu memang gemulai.
Di ujung ruangan terletak sebuah kursi kayu yang memiliki ikat permanen terbuat dari kulit di bagian lengan dan kakinya, bentuknya seperti kursi penyiksaan yang ada di cerita – cerita kuno. Melihat kursi itu Anissa makin merinding, apalagi ia juga melihat lima tripod dengan video kamera yang siap dinyalakan berada di sisi – sisi gudang semua diarahkan menuju ke kursi itu. Apa yang orang – orang ini rencanakan??!
Seorang laki – laki yang kulitnya hitam dan bibirnya tebal maju ke depan Anis sambil berulang kali menjilat bibirnya sendiri. Gadis yang ketakutan itu hendak mengucapkan sepatah kata… namun tiba – tiba saja orang itu menamparnya tanpa sebab!!
Anissa jatuh terjerembab dengan pipi yang merah dan tersengat. Walaupun bisa berdiri kembali, namun gadis itu shock berat sembari mengelus pipinya yang panas. Ia menatap orang yang ada di hadapannya dengan wajah pucat pasi. Kenapa dia ditampar? Apa salahnya?
Namun belum Anissa protes, anggota kawanan yang lain sudah datang mengerumuninya seperti anak – anak berebut es krim.
“Ck ck ck ck, coba lihat ikan yang kita dapat hari ini, anak – anak. Putri duyung kecil dengan lekukan tubuh yang sangat seksi dan molek. Tubuh macam ini yang aku bilang sangat menggiurkan…” goda salah satu pria yang mencoba mendekati Anissa yang ketakutan setengah mati, dia mencolek pundak Anis dan membuat gadis itu menjerit tertahan, si cantik itu pun bergerak memutar ketakutan sembari menutup dada dan bagian bawah perutnya.
“Jangan… jangan…” tolak Anissa sambil menggelengkan kepala ketakutan, hampir – hampir ia menangis.
Namun para serigala buas itu tentu tak berhenti. Salah seorang dari mereka bergerak ke belakang Anis, memegang tangannya dengan erat dan memutar tubuhnya agar mereka berdua bisa saling berhadapan. Anissa langsung menundukkan kepala, tak mau bertatapan wajah dengan orang itu!
“Senangnya, kita bisa bermain – main dengan putri duyung yang cantik seharian penuh hari ini. Putri duyung kecil yang menyelam di antara hiu sudah sepantasnya disantap kan?” kata orang yang memutar tubuh Anis tadi.
“Yaaaa…!! Dia ini putri duyung lonte!”
“Ayo kita lihat apa yang ada di balik pakaian putri duyung lonte ini!”
“Bokongnya bulet kencang! Aku suka bokongnya!”
Salah satu dari mereka bergerak maju dan meremas buah dada kanan Anissa. Meremasnya dengan begitu kencang, membuat dara jelita itu mengernyit kesakitan dan akhirnya sadar kalau situasinya saat ini sangat berbahaya sekali, keringatnya mulai menetes deras membasahi tubuh indahnya dan jantungnya berdegup sangat kencang. Nasib malang apalagi yang hendak menimpanya kini? Kenapa dia tidak melihat Pak Bejo?
“Auuuh! Jangan! Saya mohon, jangan…!!” pinta Anissa memohon ampun, ia berusaha mendorong tangan seorang lelaki yang mengelus paha dan berusaha menyentuh selangkangannya.
Tentu saja pria itu langsung naik pitam karena ditolak oleh Anissa!
“Lonte sialan!!” laki – laki yang didorong tangannya menjadi sangat gusar dan dengan kasar menarik kepala Anis ke depan dengan mendorong bagian belakang kepala dara itu, “Kamu dengar baik – baik dan simpan dalam – dalam! Kami akan melakukan apa yang ingin kami lakukan, bagaimana kami melakukannya, kapanpun kami ingin melakukannya! NGERTI KAMU?! Kamu itu cuma lonte murahan! Jadi lebih baik kamu diam saja!! Percuma minta tolong! Tidak akan ada orang yang akan menolong kamu, NGERTI?!”
“Sudah Yon, langsung saja! Dia ini kan cewek murahan, dia pasti sudah ga sabar mau dientotin! Heh! Pelacur tengik, diam kamu! Jangan buka mulut kecuali mau nyepong kontol!” laki – laki lain membentak Anis dengan galak sambil berusaha menenangkan rekannya yang marah.
Anissa merasa terbebas sebentar ketika orang yang memegang lengannya tadi melepas cengkramannya. Merasa mendapat angin sesaat, Anis bergegas dan bergerak cepat. Dengan panik, si cantik itu bangkit dan mencoba berlari menuju pintu! Sayang, baru satu kaki melangkah, ia sudah jatuh terjerembab karena tiga pasang tangan sigap menarik tubuhnya. Tentu Anis mencoba meronta dan berusaha melepaskan dirinya dari sergapan, walaupun sia – sia belaka.
Si molek itu dibawa ke sebuah tikar yang berada di sudut gudang dengan paksa.
“Mau kabur ya?! Dasar lonte sialan! Tidak tahu diri!”
“Telanjangi saja!”
“Ayo diewe sampe mampus!!”
“Bokongnya! Aku mau bokongnya!”
“Baunya harum! Aku mau jilati seluruh tubuhnya!”
Anissa mencoba melihat laki – laki yang mengitarinya satu demi satu untuk menandai mereka, tapi ia tidak bisa menghitung jumlahnya, ia mencoba fokus namun sulit sekali rasanya karena sudah terlalu panik dan degup jantungnya berdetak sedemikian cepat sehingga sekali ia berkonsentrasi, langsung buyar dengan cepatnya. Tangan si cantik itu dengan otomatis melingkar di dada untuk menutup buah dadanya sementara tangan lain melindungi bagian bawah perutnya. Air mata gadis yang sudah pernah diperkosa Pak Bejo itu mulai mengalir karena tahu nasib buruknya hanya tinggal menunggu waktu saja.
“Jangan.. saya mohon jangan lakukan ini. Berhenti… saya mohon … biarkan saya pergi…”
Laki – laki yang tadi menamparnya bernama Yono, selain anggota kawanan Pak Bejo, dia juga salah seorang saudara bandot tua itu. ia mengambil satu langkah ke depan ketika Anissa mulai merengek dan menatapnya galak, “kita bisa melakukan ini dengan kasar, atau kita bisa melakukan ini dengan lembut sesuai persetujuanmu. Lepas semua bajumu dan perlihatkan pada kami seperti apa tubuh molekmu kalau kamu bersedia melayani kami! Atau mau aku tampar lagi??”
“Jangan… saya mohon jangan…” Anissa bergerak mundur ke belakang menjauhi Yono.
“Memang dasar kamu pelacur kecil yang tengik! Buka bajumu!!” Yono yang sudah gelap mata meraih kerah baju Anis dan menariknya ke depan dengan satu sentakan yang mengagetkan. Tidak berhenti di situ saja, Yono merobek bagian depan baju berkancing Anissa sehingga dadanya terbuka lebar, begitu kasar dan kuatnya gerakan Yono sehingga kancing Anis terlempar dari bajunya. “Ayo buka susumu! Barang segitu gede jangan disembunyikan! Percuma!”
Tak perlu waktu lama bagi semua pria yang ada di ruangan itu untuk membantu Yono melucuti pakaian Anissa dan membuatnya telanjang bulat di hadapan mereka. Sebenarnya tiga diantara mereka sudah pernah kita kenal sebelumnya, Badu, Kribo dan Jabrik. Kroco anak buah Pak Bejo yang tempo hari dihajar oleh Paidi. Anissa meronta sebisa mungkin dengan hasil sia – sia, seluruh pakaian yang melekat di tubuh lepas tanpa sisa.
Anissa kini telah bugil. Dara cantik itu berdiri gemetar dengan tangan menyilang melindungi dada dan selangkangannya dari tatapan liar para preman yang buas.
Anis menangis sesunggukan di hadapan para serigala buas yang telah siap memangsanya itu. Begitu cepatnya para lelaki itu bergerak sehingga bahkan Anissa sendiri kaget ia bisa ditelanjangi dengan amat cepat. Begitu Yono membuka baju Anissa, laki – laki lain ikut maju, menyeretnya ke tikar, menekuk dan mengunci tubuhnya agar tidak bisa bergerak dan mulai menelanjanginya. Roknya ditarik ke bawah dengan sentakan demi sentakan yang menyakitkan kakinya, bra dan celana dalamnya ditarik dengan kasar tanpa mempedulikan teriakan sakit yang ia lontarkan.
Bagai karnivora kelaparan yang berebut daging segar, semua lelaki yang ada di sana menyerang Anissa, tak sabar ingin mempermalukan gadis cantik dan anggun itu. Anis sendiri tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa pasrah karena perlawanannya sedari tadi berakhir dengan sia – sia. Apalagi setelah ia telanjang, kawanan preman itu dengan beringas menyerangnya! Tangan – tangan mereka bergerak cepat menjarah keindahan tubuhnya, jari jemari dengan nakal meremas – remas payudara Anis seperti balon, mereka mencubit pentilnya, menggosok bibir kemaluannya dan menyentuh – nyentuh liang duburnya. Orang – orang biadab itu menganggap Anissa bagaikan tak bernyawa, ia dianggap seonggok daging tanpa hati dan perasaan!
Mereka makin menggila, seorang pria dengan kasar menampar payudara Anissa yang kenyal karena gemas, meremasnya dengan kencang dan menumbukkan sebelah kanan dan kiri bersamaan, yang lain menepuk pantatnya dengan keras berkali – kali hingga warnanya memerah dan yang lain lagi menjambak rambutnya kesana kemari. Anissa menjerit dan menangis histeris, memohon agar mereka berhenti, namun para lelaki yang sudah gelap mata itu terus saja menyentuh dan mengumpatnya.
“Gila! Lihat susunya! Gede banget! Ini bukan susu! Ini pepaya bangkok!”
“Hajar terus! Aku suka dengerin jeritannya! Jeritannya manja!”
“Lonte!”
“Cewek murahan!”
“Bibirnya manis banget, emang dasar tukang sepong!”
“Wew, memang nakal cewek satu ini! Masa rambut memeknya dicukur!”
Mendengar itu semua, tubuh Anissa makin merinding, ia benar – benar ketakutan.
“Sudah dengar sendiri kan? Kamu memang pelacur kecil yang nakal.” Kata salah satu dari mereka, “kamu bahkan mencukur rambut kemaluanmu sendiri! Itu tandanya kamu sudah biasa dientoti orang! Kamu memang pengen dientoti kan? Iya kan? IYA KAN??”
“Berani taruhan! Cewek macam ni begitu ketemu sama cowok, pasti langsung buka celana! Gak tahan dia lihat kontol!”
“Aku pengen bokongnya. Aku harus dapat bokongnya!”
Kribo menjambak rambut Anis dan menariknya ke belakang, gadis itu menjerit kesakitan! Tangis Anissa makin mendera karena ketakutan, preman – preman itu membuat bibirnya kelu dan lidahnya beku, airmatanya pun mulai menangis deras tanpa bisa dibendung. Belum selesai begitu saja dengan menjambak rambut indah si dara jelita, kemaluan Kribo ditampar – tamparkan ke pipi Anissa, kanan ke kiri, kiri ke kanan.
“Kamu pernah dientotin kontol segede ini, sayang?” tanyanya tanpa malu, “kalau belum pernah berarti kamu beruntung hari ini! Kontol gedeku bakal masuk ke semua lubangmu!”
“Jangan…! Ampun! Saya mohon! Ampuni saya… ampuni saya! Saya mohon! Saya mohooon!!”
“Dia malah minta tuh, Bo! Ambil aja gih! Emang dasar Lonte tuh! Malah minta dientotin!”
Anissa begitu bingung dan ketakutan, dia semakin tidak tahu apa yang harus dilakukan. Nasibnya benar – benar dalam bahaya. Pemerkosaannya hanya tinggal menunggu waktu saja. Tanpa bisa memberikan perlawanan berarti, Anis digiring ke kursi yang memiliki ikat. Yono dan Kribo dibantu teman – teman lain mulai bekerja. Mereka membalik tubuh Anis dan membungkukkannya hingga wajahnya menempel di landasan kursi. Kembali gadis itu mencoba meronta dan kembali ia gagal melepaskan diri. Tangan Anis ditarik ke belakang, ditekuk agar lengan bawahnya saling bersilang dan diikat dengan erat menggunakan isolasi berukuran besar. Setelah selesai mereka membaliknya kembali sehingga Anis bersandar dengan tangannya yang sudah terikat di belakang. Posisi yang membuatnya tersiksa.
Badu mengambil ikat leher anjing yang berada di bawah kursi dan melingkarkannya di leher Anis, mengaitkannya hingga berbunyi klik dan menunjukkan wajah puas ketika melihat penampilan Anissa. “Nah, begitu seharusnya wajah seorang lonte sejati, terikat dan menggunakan ikat leher dalam keadaan telanjang, menunggu kontol datang!”
Jabrik dan salah seorang teman yang bernama Kemal membuka kaki Anissa lebar – lebar sementara Badu meremas buah dada dara itu dengan gemas, ia menarik puting susu Anissa dengan sangat kencang membuat dara jelita itu mengernyit menahan sakit. Kribo menjambak rambut Anis ke belakang, membuat gadis itu menengadah ke atas tepat berhadapan dengan wajah Kribo. Air mata Anis kini tak terbendung, ia begitu ketakutan sehingga tak bisa berhenti gemetar.
“Jangan..jangan..jangan..jangan…”
“Cuh!” Kribo meludahi wajah cantik Anis. Ludah itu tepat jatuh di dekat pelupuk membuat Anis memejamkan mata sekejap. Kribo menyeringai hina “ambil itu, pelacur!”
Anissa sudah tak bisa berbuat apa – apa, tubuhnya jadi sasaran serangan, seluruh kawanan preman yang ada. Ia disentuh, dicubit dan diremas di sekujur tubuh oleh tangan – tangan para begundal itu. Jabrik dan Kemal menaikkan lutut Anis hingga kakinya terangkat ke atas, membuat bagian bawahnya terekspos tanpa halangan. Tangan – tangan mereka bergerak liar, menyentuh, mencubit dan meremas setiap sentimeter jenjang kaki dan paha mulusnya termasuk meremas pantat bulatnya yang menggoda. Badu masih tetap mengerjai buah dada Anis, ia tak hentinya meremas dan memilin sehingga puting susu Anis menjorok ke depan dengan kencang. Kribo dan Yono kini merabai selangkangannya, mengelus bibir kemaluannya bergantian. Seorang pria berkulit gelap yang sepertinya berasal dari wilayah timur Indonesia, mencium bibir Anis dan memaksanya membuka mulut dengan menjambaknya. Lidah orang bernama Wewengko itu masuk menjelajah di mulut Anis dan menikmati apapun yang ada di sana, ia juga meludahi bagian wajah si cantik itu hingga belepotan air liur.
Begitu ketakutannya Anissa, sehingga ia tak mampu lagi meronta atau bergerak, ia hanya pasrah menerima apa yang mereka lakukan pada tubuhnya. Gadis malang itu gemetar ketakutan hebat dan selalu berharap kawanan itu selanjutnya akan berhenti.
“Ko punya tubuh sangat indah, eh! Kami akan bersenang – senang sepanjang malam!” Ejek Wewengko. Walaupun sudah pernah diperkosa oleh Pak Bejo, sudah pernah bercinta dengan Pak Doni dan sudah tidur dengan Udin, namun Anissa tak pernah membayangkan dia akan dijadikan santapan beramai – ramai seperti ini. Semuanya preman anak buah Pak Bejo dan semuanya bertujuan memperkosanya dengan kasar.
Anissa memejamkan mata dan kembali menangis senggugukan. “Kumohon jangan sakiti aku,” pintanya penuh peluh air mata.
“Kamu diam aja deh, dasar lonte! Bikin ilang feeling! Tadi kan sudah dibilang jangan banyak omong! Aku kasih tahu biar kamu nggak banyak omong lagi! Kamu tahu apa itu gangbang? Tahu ya? Jangan – jangan kamu malah udah langganan digangbang, dasar lonte! Hari ini kami akan mengangbangmu, memberi kenikmatan!” kata Kribo dengan meringis kejam, “kamu pasti menyukainya nanti, bahkan minta tambah. Kamu hanya perlu dilatih, jadi yang harus kamu lakukan adalah diam saja dan nikmati.”
Wewengko kini berada tepat di selangkangan Anis, “buka eh! Aku mau lihat dia punya!”
Badu dan Kemal membentangkan kaki Anis kembali, seakan memberi jalan lebar bagi Wewengko. Anissa tentu berusaha meronta dengan sekuat tenaga, tapi ia tetap tak bisa berbuat banyak, perlawanannya menjadi sia – sia dan tidak berarti. Wewengko kini jongkok di depan selangkangan Anis dan mulai menggunakan jarinya untuk mengerjai bibir kemaluan si cantik itu. Pria berkulit gelap itu mencibir dan menghina Anis, “apa aku bilang tadi eh, dia punya sudah basah. Memang dia ini pelacur!”
“Jangan! Jangan! Saya mohon! Saya mohon! Saya mohon! Jangan! Jangaaan! Jangaaaan!”
Dengan menggunakan jari jemarinya yang bergerak liar, Wewengko membuka bibir kemaluan Anis lebar – lebar dan mulai menjilati kelentitnya. Anissa bisa merasakan lidah pria itu bergerak menyusur di semua bagian bawahnya, tubuh si cantik itu menggelinjang tanpa bisa berhenti ketika Wewengko menjilati bibir kemaluannya dan sesekali menembus masuk liang cintanya. Gadis jelita itu memejamkan mata dan menggemeretakkan gigi. Tak ada satupun hal yang bisa ia lakukan untuk mencegah Wewengko. Seperti sedang menikmati buah yang manis, Wewengko menyeruput cairan yang ada di seputar kemaluan sang dara tanpa merasa jijik, membuat Anissa menggelinjang tak henti.
“Berhenti… saya mohon…! Saya mohon… berhenti…”
Selesai mencicipi bibir kemaluan Anis, Wewengko menengadah dan menatap si cantik itu dengan gembira, “Tahu tidak sayang? Rasanya nikmat sekali!”
Tak mau berlama – lama di bawah, Wewengko berdiri menghampiri kepala Anissa yang masih menggantung karena kakinya diangkat naik oleh Badu dan Kemal. Kemaluan hitam pria itu menggantung di depan wajah Anis, membuat gadis itu risih dan takut. Anissa pun membuang muka karena jijik. Wewengko yang merasa terhina hendak menampar Anis namun dicegah oleh Kribo yang menggelengkan kepala, ia maju menyodorkan kontolnya ke muka Anissa menggantikan Wewengko yang mundur.
“Kita mulai pelajaran pertama, nyepong kontol!” kata Kribo dengan penuh senyum, namun karena Anis kembali membuang muka, ia jadi sebal. “Oi, balik dia!”
Badu, Kemal, Jabrik, Wewengko dan Yono membalik tubuh Anissa hingga perutnya mengganjal kursi. Buah dadanya tergencet ke bawah dengan wajah menghadap langsung ke penis Kribo. Batang panjang kemaluan pria bertubuh kekar itu kini ditamparkan berulang kali ke wajah Anis, mengenai hidung dan pipinya. Ia sengaja melakukannya agar Anissa bisa merasakan kerasnya penis itu. Anis tentu saja berusaha memundurkan kepala atau bergerak ke kanan kiri untuk menghindari bersentuhan dengan batang kejantanan Kribo.
“Jangan..” pinta Anis sia – sia, “lepaskan saya..”
“Memangnya kenapa?” Kribo menghardik Anis, membuat gadis itu gemetar ketakutan. “Apa kamu takut melihat kontolku? Ini bukan kontol pertama yang pernah masuk ke mulutmu, kan? Ayo dikulum! SEKARANG!!”
Darah Anis terasa membeku dan wajahnya jadi pucat pasi ketika Kribo meminta Anis mengulum batang kejantanan pria kekar itu. Gadis itu takut sekali, selain ukurannya yang besar, penis Kribo memiliki urat – urat besar yang bertonjolan dan rambut kering yang menggerombol di pangkal. Anissa meneguk ludahnya, membayangkan bagaimana rasanya benda ini pun ia tak berani. Kini ia harus mengulumnya?
“Lama amat sih!!!” hardik Kribo emosi.
Anissa masih berusaha meronta ketika penis itu dioleskan dari tepian telinga ke pipi kiri hingga ke pipi kanan melintas wajah cantiknya. Bau batang kejantanan yang pesing membuat Anis mengernyit jengah dan kewaspadaannya pun lengah, mulutnya membuka secara reflek! Kribo pun menggunakan kesempatan ini untuk mendorong penisnya ke mulut Anis. Tidak mau mengalah, Anissa menutup mulutnya rapat – rapat.
Kribo semakin emosi karena gagal.
PLAK!
Tanpa ampun Kribo menampar pipi Anissa. “Mungkin niat kami masih kurang jelas ya? Apa aku perlu menjelaskannya sekali lagi? Kamu ada di sini untuk melayani kami. Tidak akan ada yang menolongmu, jadi jangan pernah berharap akan ada pahlawan kesiangan yang datang! Menolongmu juga percuma karena kami menjaga ketat tempat ini. Kami akan memperkosamu siang malam sampai Bos Bejo memutuskan untuk menjualmu ke lokalisasi atau menggunakanmu untuk memeras bos – bos gendut berduit tebal. Saat kami selesai dengan perkosaan ini, kamu akan menjadi pelacur kelas teri yang siap dijual 24 jam. Pelacur murahan yang cukup tahu bagaimana caranya membuka kaki lebar – lebar. Kamu hanya perlu bekerja sama dengan melakukan apa yang kami minta tanpa perlu melawan, kalau melawan kamu hanya akan sakit sendiri.”
Selama mengucapkan ancamannya, Kribo menyekik leher Anissa sehingga gadis itupun sesak nafas. Anis megap – megap mencari udara, wajahnya berubah pucat. Melihat Anis semakin kesulitan bernafas, Kribo melepaskannya, dia tidak mau Anissa mati sebelum berhasil diperkosa.
Sekali lagi dia menjambak Anis, mendekatkan wajahnya ke arah kejantanannya yang mengeras. Ujung gundul kemaluan Kribo dioleskan ke bibir mungil gadis jelita itu dan didesakkan supaya masuk, tapi Anis masih bersikeras menutup bibirnya.
“Buka mulutmu, pelacur tengik!” maki Kribo tak sabar lagi, tangannya naik ke atas bersiap menampar Anissa sekali lagi.
Dengan airmata menetes di pipi, Anissa membuka mulutnya pelan supaya ujung gundul kemaluan Kribo bisa masuk. Dengan menggunakan tangan kanannya Kribo membimbing batang kejantanannya untuk menembus bibir mungil gadis jelita itu, tangan kiri Kribo yang bebas digunakan untuk menggerakkan kepala Anis maju mundur menyusuri panjang batang hitam kemaluannya. Penis berkulit tebal berwarna gelap dengan urat yang melingkar – lingkar itu akhirnya berhasil keluar masuk mulut Anissa yang mungil manis.
“Pelacur sialan, gini aja kok lama banget!” gerutu Kribo tak jelas. “Wah! Sedotanmu enak sekali..”
Kribo menambah kecepatannya, memaksa si cantik itu bergerak lebih cepat. Kepala Anis terantuk – antuk seperti boneka tak bernyawa.
“Ayo hajar terus, Bang Kribo!” teriak Kemal penuh semangat.
“Makan terus batangku!” Kribo ikut terbakar semangatnya.
Anissa ingin mati saja rasanya. Kemaluan Kribo sangat bau dan tidak enak dikulum, ia jijik sekali namun tidak bisa berbuat banyak. Penis yang sudah keras itu justru makin lama makin keras dan membesar, terasa di dalam rongga mulutnya yang hangat.
Wewengko tertawa – tawa sambil membantu Kribo menggerakkan kepala Anissa supaya penis Kribo bisa semakin masuk ke dalam mulut sang dara. Benar saja, begitu dalam sodokannya ujung gundul penis Kribo bisa mengetuk dinding kerongkongan Anis! Si cantik itu tersedak dan memejamkan mata kesakitan karena mulutnya terus menelan batang kejantanan Kribo yang sudah mengeras. Gadis itu berontak dan meronta mencoba bebas, ia tak sanggup menarik nafas, belum pernah dalam hidupnya Anissa diperlakukan seperti ini, dia bisa mati! Suara menggelegak keluar dari tenggorokan si cantik itu.
Di saat Anissa meronta karena lemas tak bisa bernafas, Kribo malah mengeluarkan erangan kenikmatan yang panjang. “Gilaaaaaaaaaa! Enak banget!”
“Jebol tenggorokannya!”
“Pelacur!”
“Kalian harus coba mulutnya, bener – bener enak.”
Tangis dan air liur menetes dari wajah cantik Anissa yang mulutnya diperkosa secara brutal. Masih dengan kemaluan Kribo dimulutnya, dara cantik itu sesunggukan. Ia tahu pasti mereka semua akan mencoba melakukan hal yang sama kepadanya, memperkosa mulutnya. Tanpa henti. Kantung kemaluan Kribo terlempar – lempar bersamaan dengan gerakan maju mundur penisnya dan berulangkali menampar dagu Anis. Rambut kemaluan yang bau dan tebal berulang kali melesak dan mengkikis bibir indah si cantik itu. Semua preman yang ada di sana tertawa terbahak – bahak melihat wajah jijik Anissa.
“Top, semuanya ditelen sama lonte satu ini!”
“Suka makan jembut?”
Kribo tak berhenti mempermainkan Anissa, seluruh batang kemaluannya amblas ditelan gadis itu. Memang sukar dipercaya bibir semungil milik Anissa bisa menelan utuh kemaluan Kribo yang sudah membesar dan mengeras seperti kayu. Memegang bagian belakang kepala gadis itu, Kribo memaju mundurkan kemaluannya dengan lebih cepat, menggasak tenggorokan Anissa hingga hampir tersedak kembali. Suara basah menggelegak keluar dari mulut Anissa dan lelehan air liur mengalir deras dari mulut gadis itu.
“Benar, seperti itu. basahi mulutmu. Kontolku lebih enak masuk kalau mulutmu basah.” Kribo mengerang keenakan, menggoyang kemaluannya dan menusuk lagi ke dalam mulut Anissa. “Seperti itu. Seperti itu juga. Seperti itu juga. Seperti itu juga..”
Ujung gundul penis Kribo mendesak masuk tanpa ampun, Anissa juga tak berhenti meronta. Raung kesakitan dara cantik itu justru membuat Kribo makin terangsang. Suara menggelegak dan tersedak yang dikeluarkan Anis dan pemandangan indah mulut mungil yang terpaksa menelan kemaluannya membuat Kribo naik ke langit kenikmatan. Ia terus saja menggerakkan kemaluannya tanpa henti, ini membuat Anissa kian tersiksa, Kribo tak berhenti memperkosa mulutnya sementara ia kesusahan bernafas. Berhenti, cepat berhenti, cepatlah berhenti, jerit Anis dalam batin.
“Makan tuh kontol!”
“Bikin dia mati tersedak, Bo!”
“Lagi! lagi! lagi! lagi! terus! Lagi!”
“Telan sampai mampus!”
Gelegak suara tersedak kembali keluar dari mulut Anissa yang mencoba menarik nafas, namun desakan penis Kribo di mulutnya sangat cepat dan dalam, membuatnya tersiksa.
Kribo mengelus rambut Anissa yang menangis, “wajahmu kelihatan sangat cantik kalau menelan kontol seperti ini, lonteku…”
Anissa memejamkan mata, ia semakin tak kuat bertahan, pria bejat ini memperlakukan mulutnya seperti liang kewanitaan! Kribo bukannya berhenti namun malah makin menjadi, terlebih lagi ada semangat dari kawan – kawannya!
“Telan sampai dalam, lonte sialan! Kamu bisa makan semuanya!”
“Cekik dia sampai mampus, Bo! Lonte satu ini suka dicekik!”
“Wajahnya manis kalau mulutnya ngemut kontol!”
“Dia goyang terus, Bo! Ayo terus! Bikin dia goyang!”
“Bagus kalau dia suka kontol, dia akan jilat semua kontol kita!”
“Edan, baru make mulutnya aja sudah bikin aku pengen ngeluarin pejuh!!” Kribo menggelengkan kepala takjub, heran sekali dia. Sekejap kemudian pria berambut keriting itu memejamkan mata dan mendengus penuh nafsu, gerakan pinggulnya kian cepat! “Ya! Ya! Terus! Yaaa! Ohhh!! Uuughh!! Aku mau keluar, lonte sialan! Aku mau keluarin semua di mulut kamu! Semuanya! Semuanyaaa!!”
Semua preman yang sedang menonton kebuasan Kribo memperkosa mulut Anissa bisa mendengar suara hantaman perut pria itu di kening sang dara, kantong kemaluan laki – laki sadis itu juga menumbuk dagu Anissa hingga menimbulkan suara saat penisnya masuk sangat dalam ke kerongkongan. Bukannya merasa kasihan dengan Anissa yang jelas sangat tersiksa, mereka malah memberikan setiap kali Kribo menggeram dan penisnya melesak. Kribo memang tak peduli, ia menganggap mulut Anissa adalah liang cintanya, ia menumbuknya dengan cepat dan kejam, tak peduli gadis itu tersedak dan tak bisa bernafas.
Lalu saat yang dinanti Kribo pun tiba! Pria itu menekan kepala Anissa dalam – dalam hingga menempel di bagian perut bawahnya, membiarkan Anissa meronta sementara ia sendiri melenguh sangat lama sembari memejamkan mata. Kribo rupanya telah berhasil mencapai puncak! Dengan hidung yang menempel di pusar Kribo, Anissa bisa merasakan penis yang ditanam di mulutnya berdenyut berulang, benda keras itu bergetar dan makin kencang denyutannya, lalu tiba – tiba saja mengeluarkan cairan hangat yang membanjir di dalam mulutnya, turun melalui kerongkongan dan memenuhi perutnya!
Pria sialan itu orgasme dalam mulutnya!
Bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi pada dirinya? Batin Anissa sambil menjerit. Dia dipaksa menelan pejuh seorang begundal sadis! Mulut mungil Anissa memberontak, menolak menelan benda yang ia anggap menjijikkan itu, tapi goyangan meronta Anissa malah justru membuat Kribo makin merasa nikmat! Leleran pejuh yang menggumpal dan membuih keluar dari sisi – sisi mulut sang dara, menetes membentuk temali kental yang menuruni bibir dan dagunya. Meskipun sudah mengeluarkan seluruh mani dari ujung gundul kemaluannya, Kribo masih juga belum berhenti berherak maju mundur. Gerakan dan goyangan tubuh Anissa membuat leleran air mani tadi kian turun dari dagu, menetes ke leher dan jatuh ke balon buah dadanya.
Setelah beberapa saat, akhirnya Kribo menarik penisnya dari mulut Anissa.
Saat kejantanan Kribo itu dilepas perlahan, dari ujung gundulnya melejit cairan cinta yang membanjiri kerongkongan sang dara. Menebarkan campuran rasa asin – hambar yang kenyal dan lengket di dalam mulut Anissa. Si cantik itupun megap – megap berusaha menarik nafas begitu penis Kribo lepas, ia tersedak dan berulang kali terbatuk. Lega sekali rasanya bisa bernafas dengan bebas kembali. Air mani yang tertinggal di dalam kerongkongan Anis terdorong keluar, menetes melalui pinggir bibir dan menetes ke dagunya. Hingga saat itupun, batang kemaluan Kribo masih belum tuntas mengeluarkan ledakan air cinta, penisnya masih terus berdenyut dan menyemprotkan pejuh ke wajah Anissa. Rombongan preman itupun bersorak – sorai menyambut orgasme pertama yang mendera tubuh sang dara jelita.
“Tuh dia suka sama pejuhnya!”
“Pelacur memang suka itu eh?”
“Telan! Jangan sampai keluar! Telan!”
“Telan, lonte!” pinta Kribo.
Anissa yang sudah hancur rasa percaya dirinya, membuka mulut dan menelan semua pejuh yang dikeluarkan Kribo. Lidahnya bergerak memutar di sekitar bibir dan menarik air mani Kribo kembali ke dalam, persis ketika ia sedang makan es krim.
“Enak kan rasanya? Sedikit asin tapi berkhasiat.” Kata Kribo sambil tertawa. “Masih belum bersih semua, tidak baik kalau masih ada yang tersisa.”
Kribo menggoyangkan batang kejantanannya beberapa kali dengan tangan untuk mengeluarkan sisa air mani yang masih tersisa. “Keluarkan lidahmu, lonte!”
Anissa membuka mulut dan menyentuhkan lidahnya ke penis Kribo. Pria itu bisa melihat sisa – sisa mani masih menempel di bibir Anis, namun ia tidak peduli. Mempergunakan penisnya, Kribo menghapus sisa pejuh itu dan menyodokkan batangnya ke dalam tenggorokan si cantik itu sekali lagi.
“Pelajaran selesai, jalang! Sekarang kamu sudah resmi jadi lonte kami. Wajahmu sudah penuh pejuh dan kerongkonganmu sudah menelan kontol.” Kata Kribo sambil tertawa walaupun tidak ada yang lucu. “Ayo, sekarang giliran kalian.”
Setelah menarik nafas panjang Anissa memejamkan mata, sepertinya ini semua masih jauh dari usai. Tubuhnya kembali ditarik dan dibalik hingga kepalanya menggantung di ujung kursi. Kemal dan Yono memulai aksi dengan meremas buah dada Anis yang menggantung dan kenyal seperti bantal. Melihat buah dada sentosa milik sang dara, Yono menjadi tak tahan, iapun menggigit puting susu si jelita itu dengan pelan, menggeriginya hingga Anissa menggelinjang, apalagi kemudian Yono menjilatinya penuh nafsu! Kemal maju ke depan dan menjambak rambut sang dara, seperti apa yang dilakukan Kribo tadi, pemuda itu menamparkan kemaluannya ke wajah Anis!
“Aku mau kamu melakukan seperti apa yang tadi kamu lakukan pada temanku! Rasakan kontolku, di mulutmu, dengan lidahmu, ke tenggorokanmu…”
Anissa tak menjawab, ia hanya bisa meneteskan air mata.
“Perempuan jalang sialan, bagaimana, masih mau ngemut kontol lagi?” tanya Kemal sambil memaksa Anissa menganggukkan kepala. “Kamu pasti mau, kamu kan lonte.” Pria bertubuh besar itu membalikkan badan ke arah kawan – kawannya. “Bagaimana, apa kalian mau membantu lonte ini dengan menyediakan kontol?”
“Ha – ha, ya! Tentu!” hampir bersamaan mereka menjawab. “Yang tadi belum apa – apa!”
“Ayo ngomong kalau kamu mau ngemut kontol lagi! Ngomong! Cuih!” Yono menampar Anissa pelan dan dengan kurang ajar meludah di wajahnya. “Aku mau mendengar kamu memohon, meminta kami memperkosamu lagi, misalnya meminta kami membuat anusmu lebih lebar dan lubangnya perih karena terluka!”
Anissa diam dan menatap Yono dengan pandangan benci yang tak terkatakan.
“Ayo ngomong!” tampar Yono lagi. “Malah melotot!”
“Aku mohon..!” teriak Anissa.
“Mohon apa?”
“Aku mohon..,” Anissa berhenti sejenak, tangis dan rasa malu membuat lidahnya tercekat. “mohon perkosa aku.” Bisiknya tanpa daya.
“Nah, kalau kamu sendiri yang ngomong gitu kan jauh lebih sopan dan manis.” ejek Kribo yang ikut datang untuk menghina gadis itu. “Yang perlu kamu lakukan kan hanya tinggal meminta..” Kribo berpikir sejenak, “..bagaimana kalau sekarang kita coba dengar pintamu sekali lagi tapi lengkapi dengan kata memek dan anus.”
“Aku tidak mau… aku tidak..”
“Katakan.”
“Ak.. aku mohon…, ak… akku..” Anissa tergagap namun kemudian ia menghela nafas sangat panjang, air matanya menetes ketika ia mengucapkan kalimat yang tidak pernah ia duga akan keluar dari mulutnya sendiri. “Aku mohon… perkosa memek dan anusku…”
“Bagus sekali.” Kribo bertepuk tangan, “sekarang katakan kamu ingin nyepong kontol.”
“Ak… aku ingin… nyepong kon… kont…” Anissa menggeleng, “aku tidak bisa mengatakannya…”
Kribo mendelik marah.
Anissa pun menganggukkan kepala sebagai permohonan ampun, “ja…jangan! ak… aku ingin… ingin…. nyep… nyepong kontol… aku ingin nyepong kont… kontol….”
Yono dan yang lain tertawa terbahak – bahak, “baiklah kalau itu maumu, lonte cantik.”
Sembari tersenyum licik, Yono membuka bibir Anissa dan mulai mencoba melesakkan kemaluannya ke dalam mulut yang masih menyisakan cairan mani Kribo. Sekali lagi Anis megap – megap mencoba bernafas, apalagi Yono menekan hidung sang dara sehingga mau tak mau Anissa harus membuka mulutnya lebar – lebar.
“Lonte cantik, sekarang giliranku merasakan mulutmu! Rasakan kontolku masuk ke kerongkonganmu, ke tenggorokanmu, kalau bisa akan kutembus sampai perutmu!! Akan kusemprotkan dalam – dalam pejuhku sampai kamu kenyang minum mani!” kata Yono kembali. Tanpa peduli sakit yang kini dirasakan Anissa, pria sadis itu duduk di atas kepala sang dara dan melesakkan penisnya ke dalam mulut yang terbuka. Dengan satu lenguhan panjang, Yono menjebloskan kemaluannya dalam – dalam. Ketika Anis mulai tersedak, Yono menarik keluar penisnya dengan menyisakan ujung gundul masih berada di mulut sang dara.
“Sedot, ayo sedot! Lonte sialan! Kenapa harus selalu disuruh?! Ayo sedot!!!”
Dengan air mata menetes deras, Anissa dengan patuh menghisap dan menjilat ujung gundul batang kejantanan Yono. Kribo datang membantu, ia menekuk kaki Anissa ke depan hingga lutut gadis itu hampir sampai di telinganya sendiri. Dengan tubuh yang ditekuk seperti itu, pantat dan memek Anissa mengundang sekali untuk diserang!
“Ayo! Lonte ini masih punya dua lubang lagi di belakang! Sumbat saja!” kata Kribo sambil menyunggingkan senyuman. Kalau kakak ipar Anissa yang cantik sudah menolak Pak Bejo mentah – mentah dan memilih bajingan kurus kering yang jadi supirnya itu untuk menghajar mereka tempo hari, kini dia akan lampiaskan semua kekesalan pada Anissa!
Usai Yono melampiaskan nafsunya pada Anissa, gadis itu bisa merasakan serangan datang silih berganti, tangan – tangan jahil merambah seluruh lekuk tubuhnya yang mulai bermandikan keringat. Ada tangan yang nakal mengelus paha mulusnya yang seputih pualam, ada jemari yang meremas pantatnya yang sekal dan ada telunjuk yang cekatan mengoyak bibir liang cintanya, semuanya hampir bersamaan! Buah dadanya yang sentosa jelas menjadi sasaran empuk, bergantian mereka menjilati, menggigit dan meremas – remas payudara Anis. Puting susunya dipilin dan ditarik – tarik membuat Anis meringis kesakitan sementara para pria buas yang mengitarinya justru tertawa terbahak – bahak. Sial bagi dara malang itu, rasa sakit yang mengitari putingnya justru membuat barang mungil itu menegak dan mengeras, menghunjuk ke atas. Wajah cantik Anis yang panik juga tak kalah parah, terus menerus diserang oleh tamparan kemaluan para penyerangnya.
“Pelacur!”
“Lonte!”
“Cewek murahan!”
“Sampah!”
Hinaan dari semua penjuru makin menyudutkan dan membuat Anis terhina sementara detik – detik pemerkosaannya kian cepat datang. Anissa sudah tak bisa lagi mengetahui siapa yang menyerang bagian tubuhnya yang mana, mereka berputar dan bergantian menyentuhnya. Salah seorang dari mereka meletakkan batang kemaluannya tepat di tengah lembah buah dada Anissa dan menggunakan balon payudara gadis itu untuk menekan penisnya, setelah dirasa ketat dan nyaman, orang itu mulai memperkosa payudara Anissa dengan bergerak maju mundur dengan cepat! Tak butuh waktu lama bagi orang itu untuk kemudian menyemprotkan cairan maninya ke dagu dan dada sang dara! Usai orgasme, ia meludahi dada Anissa dan turun dari atas tubuhnya.
Tangisan Anissa tak terbendung, entah sudah berapa lama ia menangis, mungkin bahkan hingga kering, tapi para preman itu tak juga berhenti melecehkannya. Hingga akhirnya ia mendengar teriakan Badu.
“Sudah waktunya ngentot!”
Preman itu melesakkan penisnya ke dalam memek Anissa perlahan, si cantik itu memejamkan mata ketika merasakan ujung gundul kemaluan Badu masuk hingga memenuhi liang cintanya. Anissa menarik nafas pendek satu dua karena mencoba bersiap dengan serangan Badu. Benar saja, dengan satu sodokan yang keras dan kejam, Badu menanamkan penisnya dalam – dalam! Anissa ingin menjerit kesakitan namun teriakannya terhenti karena ketika mulutnya membuka, satu penis berbau busuk menembus bibirnya!
Melihat Anissa tak berdaya dengan penis yang melesak di mulut, Badu mengulangi lagi sodokannya dengan lebih kencang lagi! Begitu kencangnya desakan penis Badu, sampai – sampai tubuh Anissa hampir melejit.
“Memekmu enak sekali!!” teriak Badu puas.
“Ayo, lonte…bibirmu seksi sekali, aku suka merasakan bibirmu…” orang yang sedang memperkosa mulut Anis, yang ternyata adalah Kemal mulai merem melek keenakan. Sama seperti Badu, ia juga bergerak maju mundur dengan cepat, menanamkan kemaluannya di dalam mulut Anissa. Saat gadis itu mulai tersedak, Kemal menarik penisnya dan tanpa disangka, ia telah mencapai puncak! Semprotan air mani meledak di mulut Anissa. Tembakan demi tembakan cairan kental memenuhi mulut, membasahi bibir dan menempel di lidah sang dara jelita itu.
“Ayo telan! Telan semua!” teriakan Kemal begitu nyaring rasanya di telinga Anissa. “Ayo, lonte sialan! Telan semuanya!”
Anissa hendak menelan, tapi kerongkongannya terasa begitu sakit sehingga ia terbatuk – batuk karena tersedak. Ketika gadis itu membuka mata, semprotan mani lain membasahi wajahnya! Entah siapa yang kali ini menyemprotkan air mani ke wajah Anissa karena gadis itu sudah kembali memejamkan matanya untuk mencegah semprotan itu masuk ke matanya. Kemal mengoleskan ujung gundulnya di pipi Anissa untuk membersihkannya dari air maninya sendiri. Para preman itu bersorak – sorak melihat wajah Anissa yang makin tak karuan belepotan cairan cinta.
“Begitu seharusnya wajah lonte!”
“Aku tidak mengira dia bisa menelan segitu banyak!”
“Lonte seperti dia pasti minta lagi! lanjut!”
“Lanjut!”
“Lanjuuuuttt!”
Dengan mulut megap – megap, Anissa berusaha bernafas. Rasanya susah sekali membuka mulut dengan cairan kental yang membanjir di mulutnya. Ia merasa seperti tenggelam dalam lautan air mani. Berulang kali gadis itu tersedak dan terbatuk – batuk. Setiap kali ia menelan atau mengeluarkan cairan itu melalui sela bibir, seperti masih ada sisa yang tertinggal hingga ia terus – menerus bisa merasakan cairan sperma dalam mulutnya. Satu garis panjang kental menetes dari bibir mungil Anissa, menetes melalui dagu turun hingga leher dan bagian atas dadanya. Ketika ia masih berusaha menata diri untuk bersiap, tiba – tiba Badu melenguh panjang penuh kenikmatan, preman yang masih memperkosa memeknya itu mengejang dan menarik keluar penisnya. Tak pelak lagi, satu semprotan hebat membanjir di buah dada dan perut sang dara!
Anissa sesunggukan dengan air mata yang kering, malam masih panjang. Orang – orang ini pasti belum akan berhenti…
“Sepertinya bagian yang ini sudah matang, ayo kita balik!” kata Kribo yang langsung disambut sorakan teman – temannya.
Mereka mengangkat tubuh Anissa dan berusaha membuatnya berdiri, namun karena tidak kuat dan kedua tangannya masih terikat isolasi, si cantik itu ambruk dan jatuh berlutut. Wewengko menarik kursi ke depan Anissa dan membungkukkan tubuh gadis itu ke depan hingga tubuhnya bersandar di kursi dengan kepala yang tergantung di ujung kursi dan pantatnya naik ke atas. Kini Kribo menarik kaki Anis dan mengikatnya di kursi, begitu juga dengan pinggangnya yang ramping.
“Pantat pelacur ini mulus sekali.” kata Jabrik yang langsung disambut sorakan teman – temannya, mereka memang tahu Jabrik sangat menyukai pantat mulus wanita cantik. “Kalian boleh menyoraki aku, tapi coba lihat lobang anusnya! Pasti sempit dan nikmat sekali!”
Jabrik menampar pipi bokong Anis dengan sekeras – kerasnya! Anissa pun menjerit sekuat tenaga! Ketika kepalanya tegak, ia bisa melihat sekeliling dan melihat wajah – wajah pemerkosanya sedang meringis puas melihat gadis itu ketakutan. Lebih ketakutan lagi karena kini penis dua orang yang berada di samping kepalanya kembali membesar dan mengeras. Dua orang itu adalah Wewengko dan Yono.
Keduanya tertawa terbahak – bahak melihat wajah Anissa yang memucat. Kembali penis – penis mereka ditamparkan ke pipi dan wajah Anissa yang walaupun sudah belepotan air mani namun masih terlihat sangat mempesona. Pipi, hidung, bibir, dahi, rambut, semua bagian wajah sang dara jelita terkena tamparan batang kejantanan. Anissa mulai menangis lagi walaupun kini tenggorokannya terasa kering, gadis itu tahu tinggal tunggu waktu saja sebelum salah satu batang kemaluan itu kembali masuk ke tenggorokannya.
Rambut Anissa yang panjang dan indah dijambak ke arah kiri, gadis itupun mengernyit kesakitan.
“Jilat kontolku.” Kata Yono dengan kasar.
Walaupun dengan tetesan airmata deras, Anissa menuruti permintaan Yono. Ia mengeluarkan lidahnya yang mungil dan dengan perlahan dan gugup menempelkannya di penis sang preman. Dengan gerakan lembut Anissa menggerakkan lidahnya naik turun menyusuri batang kejantanan Yono, membiarkan preman yang sebelumnya menyakitinya itu merasakan kenikmatan hingga merem melek dan menggelinjang. Anissa bahkan mengulum ujung gundul penis Yono, lalu melepaskannya hingga mengeluarkan suara letupan kecil yang membuat preman itu melenguh keras penuh kenikmatan.
Tak lama kemudian, giliran Wewengko yang menarik kepala Anissa. Kemaluannya yang keras, panjang dan hitam sudah menunggu. Pria itu tak lama – lama menunggu, begitu kepala Anis berbalik,penisnya langsung dilesakkan melalui bibir mungil sang dara. Untuk beberapa saat, Anissa memainkan penis Wewengko dalam mulutnya dan memberikan service yang sama seperti sebelumnya ia lakukan pada Yono. Gadis itu beranggapan, jika ia mau menuruti mereka, mudah – mudahan mereka tak menyakitinya dan ini semua cepat berakhir.
Sama seperti Yono, Wewengko pun akhirnya melenguh keras dan bahkan bisa mencapai puncak dengan cepat! Sekali lagi air mani disemprotkan ke wajah Anissa. Semua preman itu tertawa melihat wajah Anissa makin tak karuan. Tadi mereka mengocok penis masing – masing selama Anis mengulum penis Wewengko dan kini mereka siap menyemprotkan cairan sperma ke seluruh wajah sang dara. Tanpa ampun, cairan kental itu membanjiri wajah cantik Anissa, membuat gadis itu hanya bisa pasrah menerima dengan memejamkan mata.
Para preman itu tertawa lagi.
Kribo menowel dagu cantik Anis dan menatapnya tajam, “lihat aku baik – baik, lonte sialan.”
Anissa mencoba membuka matanya, namun karena ada leleran air mani yang lekat membasahi bagian matanya, ia hanya bisa mengejap beberapa kali sebelum menutup lagi matanya.
“Kamu sudah mulai mengerti apa yang harus kamu lakukan, betul?”
Anissa tak menjawab, bukan karena ia tak mau tapi karena ia sibuk menelan sisa mani dalam kerongkongannya. Dengan ketakutan gadis itu hanya bisa menganggukkan kepalanya saja.
Sayangnya Kribo tetap marah melihat dara itu terdiam, iapun menjambak dan menarik rambut Anissa. “Betul tidak? Jangan diam saja, dasar lonte!!!”
“Be..benar.” jawab Anissa sekuat daya.
“Dasar pelacur murahan…”
“Aku mau bokongnya,” kata Jabrik menyela Kribo, “kira – kira muat atau tidak ya?”
“Tentu saja muat.” Kribo terkekeh, “kamu bahkan bisa memasukkan lenganmu ke dalam sana kalau mau!”
“Cewek ini pantatnya mulus banget.”
“Bagaimana pelacur sialan? Kamu mau menikmati permainan baru kami?”
Anissa sudah berniat menggeleng namun karena ketakutan akan kembali disakiti, ia hanya bisa terdiam menggigil dengan wajah pucat pasi. Jabrik mengoleskan satu jarinya di bibir anus Anis yang mungil dan bersih, lalu perlahan menusuk ke dalam, menjajal sempitnya tempat itu. Anissa mengeluarkan satu erangan panjang karena sakit dan memejamkan matanya pedih.
Jabrik berujar gembira, “ini sempit banget!! Kontolku bakalan kegencet. Oh, tapi jangan takut, lonteku… kamu pasti akan terbiasa.”
Mendengar apa yang akan dilakukan Jabrik kepadanya membuat Anissa tak bisa lagi berdiam diri, ia meronta habis – habisan! Sayang ia tak bisa berbuat banyak karena terikat erat, bahkan kemudian Badu maju kembali dan menyodokkan penisnya ke dalam mulut sang dara, membuat gadis itu terkunci tak sanggup bergerak! Dengan mencengkeram pipi bokong Anissa dan menggerakkannya ke kanan dan kiri, Jabrik membuka akses ke anus gadis itu lebar – lebar. Ia sempat menampar pantat mulus dara itu sehingga berwarna merah, Anissa hanya bisa memejamkan mata dan menahan perih yang dirasa. Jabrik maju ke depan dan berbisik di telinga sang dara, “baiklah lonte sialan. Siap dientotin bokongnya?”
Jabrik meludahi jemarinya sendiri, lalu mengoleskannya di belahan pantat Anissa. Dengan penuh harap, ia meletakkan ujung gundul kemaluannya yang sudah menegang di lubang pembuangan Anis yang mungil dan bersih.
Jabrik mendorongnya masuk.
Anissa terbelalak lebar! Ia mengernyit kesakitan namun tak bisa berteriak karena mulutnya juga sedang diperkosa. Ia hanya bisa mengatupkan kedua kepalan tangannya erat – erat seakan hendak meremukkan sesuatu. Penis Jabrik yang memasuki wilayah sempit terangsang hebat dan kian lama kian membesar, sodokannya juga menguat dari saat ke saat, menguasai daerah jajahan baru, tempat yang seharusnya tidak boleh dimasuki oleh penis. Anis menangis hebat, rasanya sakit. Sakit sekali. Seakan lubang anusnya hendak dirobek dengan kasar.
Melihat gadis itu menderita, Jabrik malah tertawa. “Rasanya pasti enak sekali, ya sayang?”
Badu yang sedang menyumpal mulut Anis ikut menimpali, “pelacur yang doyan disodomi. Kamu pasti pelacur murahan yang sudah tidak laku lagi.”
Tanpa ancang – ancang, Jabrik melesakkan penisnya dalam – dalam, membuat Anissa kembali ingin menjerit. Seluruh urat gadis itu menegang dan wajahnya memerah.
“Bukankah kamu yang menginginkan kontol kami masuk di semua lubangmu, hei lonte?”
Jabrik masih terus menusuk dengan kasar. Lalu, di saat rasa sakit itu tak tertahankan, Anissa merasakan lubang anusnya mulai membuka dan penis milik Jabrik mulai bisa masuk dengan bebas. Suara menggelegak dan erangan menjadi satu – satunya protes yang bisa dilakukan sang dara jelita itu. ia tidak bisa berbuat apa – apa dengan mulut dipenuhi penis. Gadis itu bisa merasakan liang duburnya mulai menyesuaikan ukuran penis Jabrik dan mengatup mencengkeram penis preman itu. desahan nikmat Jabrik menjadi pertanda perasaannya benar, pria sadis itu tidak berhenti, ia menusuk semakin dalam.
Jabrik belum menusukkan seluruh penisnya ke dalam pantat sang dara, namun tiap kali ia menusuk, Anissa merasa pantatnya akan jebol. Duburnya memanas dan tubuhnya menegang, ia sangat kesakitan. Jabrik yang memaksa masuk membuat lubang anus Anissa terpaksa merenggang karena harus membuka jalan. Ini jauh lebih sakit daripada saat pertamakali Pak Bejo memperkosanya dulu. Yang kali ini seperti terasa ada batang pedang yang masuk tubuhnya untuk menjajah perut menembus hingga ke dada.
Tangisan Anis kian tak terbendung. Hentikan… hentikan… hentikan…
Menahan perih dan sakit seperti itu membuat mata Anissa berkunang – kunang, ia merasa pandangannya kabur, tubuhnya mulai melemah… dia tak tahan lagi… sepertinya dia… akan… pingsan… dia… akan…
PLAKK!! Tangan Badu menampar Anissa, untuk menyadarkannya. Gadis itu membelalakkan mata karena kini pipinya pun terasa panas dan perih. Tepat di saat Anissa sadar kembali, ia merasakan kantong kemaluan Jabrik sudah menampar pipi pantatnya! Penis pria itu sudah masuk semua ke duburnya!
“Auughhh… bokongnya sempit banget.” Ujar Jabrik sambil menggemeretakkan giginya dengan gemas, ia menggoyangkan pantatnya dengan penuh kenikmatan. “Aku sukaaa sekali bokongmuuuu, sayaaaang!!”
Kribo terbahak – bahak, “itulah pelajaran kedua, lonte sialan! Sodomi!”
Badu menarik penisnya yang sudah hampir orgasme dari mulut Anissa dan langsung menyemprotkan spermanya ke seluruh wajah si cantik itu. Hidung, bibir, kening, pipi, bahkan pelupuk mata, semua kena cairan lengket berwarna putih gading yang kental itu. Untungnya Anissa sudah tidak peduli lagi, karena begitu Badu menarik kemaluannya, Anissa langsung tersedak dan terbatuk – batuk, ia juga menggeram kesakitan karena Jabrik masih menggoyangkan penis di anusnya. Dengan kurang ajar, Badu membersihkan ujung gundul batang kejantanannya di rambut indah Anissa.
Kribo, Yono dan Wewengko memberi semangat pada Jabrik untuk terus menghajar dubur dara jelita yang malang itu.
“Kasih dia neraka, Brik! Hajar terus!”
“Mantap!”
“Lonte! Cuih!”
“Terus! Bikin dia pingsan!”
“Duburnya enak ya? Sempit ya? Habis ini aku juga mau!”
“Lonte sialan itu pasti suka!”
“Pantat putih montok kayak bakpao! Ditusuk – tusuk biar kempes!”
“Jangaaan…… jangaaaan! Saya mohon! Kasihani saya……! Saya salah apaa sama kalian? Jangaaan! Saya mau melakukan apa sajaa! Apa sajaaa! Asal jangan itu! Jangaaan…!” jerit tangis Anissa dengan putus asa.
Ketika Jabrik menarik mundur batang kejantanannya, Anissa menarik nafas lega, namun belum lagi setarikan nafas, Jabrik sudah melesakkan kembali dalam – dalam! Tubuh gadis itu seperti terlontar ke depan dengan penuh tenaga, kepalanya bahkan terlempar ke atas karena sodokan itu! Karena sudah mulai longgar, Jabrik kini bisa leluasa memaju mundurkan penisnya di dalam dengan cepat. Bagi preman itu, rasanya luar biasa enak. Bagi Anissa, ia seperti dihukum cambuk berulang – ulang. Gadis itu menjerit kesakitan tiap kali Jabrik menancapkan batang penisnya dalam – dalam.
Yono yang risih dengan jeritan Anissa mengambil posisi dan menyiapkan penisnya, begitu gadis itu menjerit dengan sigap Yono melesakkan penisnya ke dalam mulut sang dara! Sekali lagi Anis diserang atas belakang! Kini, tiap kali Jabrik mendorong ke depan, Yono yang merasakan nikmat luar biasa! Ia merem melek karenanya.
Di saat Anissa kembali tersedak dan kesakitan karena mulutnya diperkosa, para preman itu kembali tertawa terbahak – bahak dan bersemangat. Mereka seperti berlomba menyakiti gadis jelita itu! Jabrik yang bersemangat ikut meloncat – loncat dan menusuk semakin dalam dan semakin dalam!
“Hebat, Brik! Lontenya mulai suka kamu sodomi!”
“Sakit ya? Sakit ya? Syukurin!”
“Jabrik hebat!”
“Ini baru dua lubang, bagaimana kalau tiga lubang sekaligus?”
“Cepetan, Brik! Aku juga mau tuh pantatnya!”
“Memang dasar lonte murahan.”
“Dasar pelacur! Suka ya?” Diberikan semangat oleh teman – temannya, Jabrik menghajar dubur Anissa dengan satu sodokan sekuat tenaga, tubuh mungil Anissa bagai terlempar ke depan hingga hidungnya masuk ke rimbunnya rambut kemaluan Yono yang masih terus memaksa Anis mengulum penisnya. “Kamu suka kan, sayang? Kamu suka, kan?” tanya Jabrik lagi.
Dengan sekuat tenaga, Anissa mencoba berteriak ketika penis Yono sedang ditarik mundur.
“TIDAKKKhghhmmpp!!!”
“Tidak suka ya sudah, nikmati saja ini!” sekali lagi Jabrik menghajarkan penisnya dalam – dalam.
“Hauuughhhhhhkkkgghhh!!!! Jangaaannmmpphh!! Sakiiittttmmmpghhhhkk!!”
Yono geleng – geleng kepala melihat Anissa masih mencoba berteriak walaupun mulut gadis itu sudah dipenuhi batang kemaluannya. “Lonte! Cuih!” maki preman itu sambil meludahi kepala sang dara.
Jabrik menggoyangkan kemaluannya yang tertanam dalam – dalam dan ini membuat Anissa makin menderita karena liang itu kian merenggang. Tubuh gadis malang itu menggelinjang hebat karena tak tahan dengan penderitaan ini, melihatnya, bukannya simpati, Jabrik malah tersenyum sadis. “Kamu kesakitan ya? Kasihan banget, ya sudah aku tarik saja….” Batang kemaluan pria itu ditarik perlahan keluar, namun bukannya lega, Anissa malah semakin kesakitan ketika penis itu membuka jalan keluar. Jabrik menarik mundur semua batang kemaluannya kecuali ujung gundulnya. “Bagaimana? Sudah enakan?”
Anissa tahu apa yang akan dilakukan oleh Jabrik, ia menangis dan menggelengkan kepala.
Jabrik tertawa, “maaf sayang, aku tidak bisa mengeluarkannya sekarang, sempit sekali jalannya. aku coba maju saja ya?” dengan kekuatan penuh Jabrik mendesakkan kemaluannya ke dalam, lalu ditarik, lalu disodokkan lagi, ditarik, sodok lagi, tarik, sodok lagi, tarik, sodok lagi, lagi, lagi, lagi, lagi….
Tiap sodokan membuat Anissa menjerit dan menangis dalam penderitaan dan rasa malu. Tangisnya bisa terdengar dari sela – sela penis Yono yang masih menguasai mulut gadis itu. Mendengar tangis itu, Jabrik malah semakin cepat dan kencang melakukan sodokan. Anissa yang terikat di kursi hanya bisa melenguh dan mengembik penuh derita saat kedua orang preman sadis kini tengah memperkosanya habis – habisan.
Entah beruntung entah tidak, di mulutnya tiba – tiba saja membanjir cairan sperma kental. Lagi, lagi, terus, banjir itu terus datang hingga Anissa harus menelannya supaya bisa bernafas. Namun belum sempat Anissa bernafas lega, penis lain milik Wewengko datang menyerang mulutnya! Penis demi penis menjejal mulutnya tanpa henti, Anissa merasakan bibirnya mulai perih dan berasa seperti hendak robek karenanya. Wajahnya yang cantik kini makin kabur karena wajahnya basah oleh cairan mani kental yang menempel di sana – sini, di pipi, leher, kening, hidung, semua.
Begitu juga anus Anissa yang terasa panas dan perih berkelanjutan karena diperkosa oleh Jabrik. Preman itu masih juga terus menyakitinya tanpa henti, bahkan bukannya melunak malah semakin keras.
“Bokongnya sempit banget! Enak gila! Kayak ngentotin perawan!”
Sekali lagi dia menghunjamkan penisnya dalam – dalam lalu menariknya dan melesakkan lagi dengan cepat, menembakkan kantong kemaluannya seperti peluru hingga menampar bibir liang cinta Anissa, berulang – ulang kali sampai dia akhirnya hampir mencapai klimaks.
“Ambil itu, lonte sialan! Ambil semua kontolku! Hancur anusmu!”
Anissa mengembik menahan pedih, ia memejamkan mata sembari mengeluarkan lenguhan berulang di balik kuluman penis Wewengko, “Oh! Oh! Oh! Oh!”
“Terus aja, Bro! Dikenthu terus sampai pingsan!” teriak Yono memberi semangat.
“Hajar bokongnya, Bro!”
Sekali lagi Jabrik mengulang kekurangajarannya, ia menarik penisnya hingga ke ujung gundul dan dilesakkan dengan cepat dan kejam hingga sangat dalam. Ia memang berniat menyiksa dan menghancurkan dubur gadis tak bersalah itu.
“Aku akan membuatmu menyesal dilahirkan, sayang.” Erang Jabrik penuh nikmat. “Ooooh yaaa…” ia mengerang tiap kali penisnya masuk ke dalam. “Ambil semua kontolku, sayang. Ambil semua! Semua untuk kamu!”
Anissa kian lemah melawan, ia ingin ada yang memotong batang kejantanan Jabrik dan mengeluarkannya dari anus mungil gadis itu, tapi tentu saja itu mustahil. Jabrik bergerak sangat cepat dan kencang merusak anusnya seperti orang gila yang kesetanan.
“Ooooh, ini dia datang, sayang….!” teriak Jabrik menuju puncak kenikmatan. “Ini dia datang!!”
Dengan satu sodokan kencang, Jabrik menanamkan batang kejantanannya dalam – dalam di dubur Anissa. Cairan kental meluncur deras dari ujung gundul kemaluan Jabrik memenuhi lorong belakang sang dara cantik. Batang kemaluan Jabrik berdenyut beberapa lama ketika semprotan itu mengalir deras dan membanjiri liang dalam Anissa, lalu beberapa saat kemudian berhenti. Akhirnya, setelah beberapa saat yang menyiksa, penis itu mengecil lemas dan dikeluarkan dari pantat Anis. Saat penis itu keluar, leleran cairan cinta menetes dari anus hingga ke bibir kemaluannya.
Anissa berharap pemerkosaannya yang brutal oleh kawanan preman ini selesai. Tapi asa itu pudar ketika sekali lagi ia merasakan pantatnya dielus seseorang dan penis lain perlahan mulai memasuki anusnya. Cairan cinta yang sedari tadi disemprotkan Jabrik ke dalam liang belakang membuat penis yang ini masuk lebih mudah, orang ini bisa melesakkan penisnya dalam – dalam hingga kantong kemaluannya mentok menampar pipi pantat Anissa. Ia menyodominya untuk beberapa menit, menariknya dan melesakkannya dalam – dalam ke liang cinta sang dara. Preman ini rupanya tidak puas hanya dengan satu lubang saja. Anissa tetap memejamkan mata karena tak ingin melihat siapa pemerkosanya kali ini, tapi penisnya begitu kencang dan keras menghajar memeknya, berulang – ulang kali dia menggauli Anissa hingga akhirnya ia mencapai klimaks dan cairan cintanya disemprotkan ke dalam vagina si cantik itu.
Wewengko menggoyang kepala Anissa ke depan dan belakang dengan sangat kasar, rambut panjang dan halus milik si cantik itu bagai terbang memutar seperti baling – baling. Dara itu bisa merasakan air mani yang menetes dari mulutnya dan jatuh ke perut, tapi ia hanya bisa meneguk sedikit ke dalam mulut dan kerongkongannya.
“Mulai sekarang kamu tak lebih dari seorang pelacur hina yang harus menyediakan mulut, memek dan bokong untuk semua laki – laki yang menginginkanmu eh!” ujar Wewengko. “Kamu pikir kamu ini gadis suci yang masih perawan eh? Pikir lagi baik – baik! Semua kehormatanmu sudah kami renggut!”
Anissa tidak menjawab karena ia sekali lagi tersedak. Bibirnya tepat berada di ujung terdalam kejantanan pria itu tapi ia tahu kalau ucapan preman itu tepat sekali, dia sudah bukan lagi gadis perawan yang masih suci, dia sudah kotor dan menjijikkan. Saat tersedak, kerongkongan Anis bergejolak dan tubuhnya menggelinjang, hal itu justru membuat sang preman yang sedang memperkosa mulutnya menjadi semakin terangsang dan akhirnya melepaskan cairan lengket ke dalam tenggorokan dara jelita itu.
Saat penis preman itu ditarik, Anis berusaha menarik nafas dalam – dalam. Pria itu hanya tertawa, “Luar biasa, cewek satu ini memang jago kalau disuruh nyepong kontol.” Cengirnya, “lain kali kita harus mengundang lebih banyak orang lagi.” preman itu dengan kurang ajar membersihkan penisnya yang masih belepotan air mani menggunakan rambut halus Anis yang kini acak – acakan.
Selesaikah mereka? Tidak. Tubuh si cantik itu kembali ditarik, satu penis masuk ke mulut dan satu ke dalam memeknya, dengan brutal mereka memperlakukan tubuh Anis seperti boneka tak bernyawa. Yang memperkosa mulutnya tanpa ampun mendorong pinggulnya hingga kantong kemaluannya bisa menampar – nampar dagu Anissa. Gadis itu sudah tak mampu lagi merasakan dan memahami bagaimana, kapan dan apa yang terjadi. Yang bisa ia rasakan hanyalah penis yang keras, besar dan panjang yang dilesakkan ke dalam semua lubang di tubuhnya. Anis menggeram sebentar ketika satu batang kemaluan ditarik dari pantatnya dan digantikan penis lain, tetesan mani menetes hingga membasahi pahanya yang mulus. Lututnya terluka karena tergesek – gesek karpet yang dibentangkan di bawah kursi saat tubuhnya dipaksa membungkuk sembari terikat di atas kursi ketika ia berulangkali diperkosa.
Badu mengeluarkan sebuah spidol boardmarker warna merah yang biasa digunakan untuk menulis di papan tulis dari kantongnya. Saat itu Anissa masih diperkosa oleh Kemal yang merem melek saat merasakan kontolnya dipijat oleh liang cinta sang dara. Di pipi pantat kiri Badu menulis kata ‘PELACUR’ dengan spidolnya, sementara di pipi pantat kanan ia menulis kata ‘LONTE’, di tengah kedua kata itu, sembari membubuhkan tanda panah ke bawah menuju bibir anus Anissa, ia menulis ‘SILAHKAN MASUK’. Kemal tertawa terbahak – bahak karenanya dan gagal mencapai klimaks, dengan bercanda Ia memaki Badu yang membuatnya kehilangan konsentrasi.
Rasanya seperti tiada akhir, semuanya berlangsung terus dan terus. Penis berwarna hitam berulangkali berpindah dan bergantian, mengisi mulutnya sampai ia tersedak, membanjirinya dengan air mani di kerongkongan dan wajahnya. Vaginanya sudah bukan barang rahasia lagi karena semua preman di sana telah membanjirinya dengan sperma mereka, jika sampai Anissa hamil, ia tidak akan tahu siapa ayah anaknya karena semua orang ini telah memperkosanya tanpa ampun. Pantatnya yang molek telah diacak – acak dan anusnya begitu perih karena berulangkali disodomi. Dara itu kini seperti orang lumpuh, tak bisa bergerak dan hanya mampu terkulai pasrah, satu – satunya protes yang kini ia lakukan hanyalah menggeram dan mengerang, tangisnya tak berhenti mengalir sampai kering, ia kini hanyalah boneka mainan yang jadi sumber pelampiasan kebejatan para preman. Bagi mereka, Ia boneka yang hanya pantas diperkosa. Mereka tidak peduli ketika ia tersedak dengan mulut masih mengulum kontol ketika penis lain mendesak memeknya. Mereka tidak peduli ketika mereka bersamaan membanjiri lubang – lubangnya dengan pejuh deras. Mereka adalah binatang buas dan gadis itu tak lebih dari seonggok daging. Parahnya lagi, mereka sering memaksa Anissa membuka mulut untuk mengatakan bahwa ia menikmati perkosaan ini.
“Lonte satu ini suka digangbang! Lihat nih, airnya keluar terus! Kamu memang pelacur murahan! Lonte pinggir jalan! Kamu suka disodomi! Kamu suka ngemuk kontol! Kamu nggak bisa hidup tanpa ada kontol di memek! Ayo bilang kamu suka kontol! Ayo bilang!”
“A… aku suka kontol…” desah Anissa lemah. “Aku pelacur… aku lonte… aku suka disodomi… ngemut… kontol… memek… aku…”
“Kamu mau kontolku kan? Ayo bilang kamu suka kontolku!”
“A… aku suka kontolmu… aku mau… aku mohon…”
Pemerkosaan bergilir dan berantai ini telah menghancurkan kemurnian pikiran dan tubuh Anissa yang indah dengan rasa sakit dan penghinaan. Bertubi – tubi dan bergantian penis demi penis menjajah tubuhnya, menusuk, mendera dan menyakitnya. Satu selesai, diganti yang lain, lalu yang lain lagi, kemudian yang lain lagi, dan lagi, dan lagi, dan lagi… tanpa henti.
Ketika Anissa kembali terikat di kursi, Wewengko mengincar pantat Anissa, ia mengelus bokong mulus si cantik itu dengan perlahan – lahan, merasakan kemulusan pantat yang bulat indah dan putih bersih, walaupun saat ini sudah belepotan cairan sperma dimana – mana.
“Pelacur.” Ia memandang Anis dengan jijik, “coba katakan pada kami eh, seberapa ingin pantatmu disodomi?”
Dengan berani pria berkulit gelap itu mencelupkan jemarinya ke mulut sendiri, membasahinya, lalu mengelus bibir anus Anis, membukanya dengan perlahan dan tanpa memberitahu, langsung memasukkan kemaluannya yang keras seperti kayu ke dalam anus Anissa hanya dengan satu sodokan! Anissa melolong kesakitan dan menjerit – jerit.
“Bagaimana? Kamu bilang apa?” tanya Wewengko lagi.
Anissa sudah sangat lemah dan pasrah saat ini, dia tidak bisa berbuat banyak dan tidak ingin melawan kecuali menuruti apa yang mereka inginkan. “aku…aku.. mau disodomi.. aku mau dientoti bokongnya.. pantatku…tolong entoti pantatku.. aku akan melakukan apa saja…” kata gadis itu dengan sesunggukan menahan rasa sakit dan perih yang luar biasa di liang belakangnya, air matanya tak pernah kering mengalir.
“Teman – teman sudah dengar semua?” tanya Wewengko sambil menengok – nengok ke belakang, “pelacur baru ini mau dientotin bokongnya. Bagaimana kalau kita wujudkan saja keinginannya eh?”
Karena tadi sudah digunakan dan masih basah, Wewengko bisa menyodomi Anissa dengan mudah. Gerakannya ringan dan cepat, membuat tubuh Anissa bergoyang – goyang tak berhenti.
“Ada yang mau ikut? Masih ada lubang kosong.” Tanya Wewengko pada teman – temannya yang langsung disambut tawa. Posisi Anis yang disetubuhi secara vertikal memang membuat bagian depannya terekspos. Liang cintanya mengundang birahi preman lain.
Jabrik yang tadi menghancurkan anus Anissa yang akhirnya maju ke depan, ia menarik tangan Anis agar berpelukan padanya sementara tangannya sibuk menempatkan ujung gundul kemaluannya di liang kewanitaan sang dara. Tak butuh waktu lama bagi Jabrik untuk bisa melesakkan penisnya dalam memek Anissa. Tanpa ampun, tanpa malu, keduanya menghukum vagina dan dubur Anissa bersamaan! Gadis itu hanya bisa meringis menahan perasaan tak tergambarkan yang kini dialaminya, dua penis memasuki dan menjajah tubuhnya! Keringat deras membasahi tubuhnya yang telanjang bulat.
“Kau menyukainya kan? Suka kan? Suka dientoti bersamaan gini?” Wewengko menampar pantat Anissa.
Anissa menggeram sembari memejamkan mata dan menggemeretakkan gigi menahan sakit, “I..iyaaa.. aahhhhh!! Iyaaa!! IYAAAAAA!!”
Gadis cantik yang sedang menjadi bulan – bulanan itu tak bisa berbuat apa – apa selain membiarkan dubur dan vaginanya diperkosa oleh kawanan preman anak buah Pak Bejo, dia hanya bisa merengek minta ampun saat dua penis bergerak bersamaan memperkosanya. Setelah beberapa menit berselang, penis ketiga muncul di depan wajahnya!
“Aku mau disepong.” Kata Kemal. “Kamu suka nyepong kontol kan?” Ketika Anissa terdiam, Kemal menjadi naik pitam. “Jawab, lonte sialan!! Kamu suka nyepong konyol atau tidak? Jawab!!”
“Su…..suka,” kata Anissa pelan, kalimatnya bergetar karena ia merasa sangat terhina.
“Coba katakan begini : ya, saya lonte yang suka nyepong kontol.”
Anis meneguk ludah, “ya…… saya…… lonte yang su..suka nyepong konyol.” Tubuh Anis bergetar dan terasa menciut saat kawanan preman itu tertawa mendengar kata – katanya.
Kemal menjebloskan penisnya ke mulut Anissa dengan kantong kemaluan menggantung di dagu sang dara. Kemal di mulut, Wewengko di dubur dan Jabrik di vagina! Kribo bertepuk tangan melihat ketiga liang yang ada di tubuh Anissa dimasuki bersamaan! “Ini yang namanya asyik!” teriaknya puas melihat tontonan hebat, seorang gadis cantik jelita bertubuh indah dan seksi tengah diperkosa oleh tiga preman berwajah buruk rupa secara bersamaan!
Perkosaan tiga arah ini berlangsung cukup lama, membuat Anissa tersiksa melebihi apa yang ia rasakan sebelumnya. Tubuhnya yang sudah lemah tergantung tak berdaya seperti boneka yang mudah diombang – ambingkan oleh tiga pria buas yang memperkosanya tanpa ampun. ketika penis Kemal ditarik dari mulut, ia sempat menamparkan batang kemaluan itu di pipi Anis. Entah batang kemaluannya yang keras atau Anissa yang sudah sangat lemah, tamparan itu bisa membuat kepala Anissa bergeleng dari kanan ke kiri.
Preman yang sedang menamparkan kejantanannya ke wajah si cantik itu meraung, dari ujung gundul kemaluannya ia menyemprotkan mani ke seluruh wajah dan mulut Anis yang masih megap – megap mencari nafas. Semburan demi semburan dituangkan ke wajah cantik gadis itu, sebelum akhirnya iapun luruh dan terengah – engah di pundak sang dara karena puas dan kelelahan.
“Aku nyerah deh, kalian lanjut.” Kata Kemal pada dua temannya yang masih asyik memasukkan penis ke dalam bokong dan memek sang dara.
Tapi kedua teman Kribo itu juga tak mampu lagi bertahan lama, setelah beberapa menit memperkosa Anissa dengan brutal, mereka akhirnya mendaki kenikmatan menuju puncak, hampir bersamaan! Tak main – main, semprotan pejuh mereka tanamkan dalam – dalam di anus dan rahim Anissa. Gadis itu sudah tak tahu lagi berapa banyak air mani yang sudah masuk ke dalam rahimnya.
Anus Anissa terasa panas karena terus menerus dimasuki kemaluan secara bergantian, mereka tidak peduli kotor atau jijik, yang penting bisa menghajar seluruh lubang gadis cantik itu! Anissa terguncang – guncang dan hanya bisa mengembik kesakitan ketika kembali bokongnya menjadi sasaran. Suara yang keluar dari bibir mungil sang dara sangat beragam, mulai dari melenguh lirih hingga menjerit tertahan.
“Ayo bilang kamu ingin disodomi lagi, lonte sialan!” kata Badu penuh harap.
“A… aku mau disodomi lagi…”
“Mana mohonnya?”
“Mo…mohon saya di..disodomi lagi…”
“Nah begitu.”
Kembali Anissa menjerit – jerit saat anusnya diperkosa untuk kesekian kalinya.
Mereka semua memperkosanya, menggunakannya, membuatnya tersiksa. Semua lubang yang ada di tubuhnya. Semuanya digunakan tanpa terkecuali, tanpa henti, tanpa ampun. Anissa tahu semua lelaki yang ada di ruangan itu sangat menyukai tubuhnya dan gilanya mereka memiliki cara yang berbeda – beda memperlakukannya. Mereka begitu ingin mempermalukan seorang gadis baik – baik yang datang dari keluarga berada yang tidak mungkin mereka dapatkan dengan cara biasa. Mereka memperkosa dan menghancurkan rasa percaya dirinya, menghancurkan semangat dan mentalnya. Tanpa rasa kasihan mereka menyodominya dengan begitu menyakitkan, membuat mengulum penis mereka dan menyemburkan mani dalam kerongkongannya. Sadis, brutal, merendahkan. Mereka menganggap Anis seperti sampah, seperti pelacur yang bisa digunakan semua lubangnya, seperti pelacur yang mau digangbang oleh pria berkasta rendah, seperti pelacur murahan yang hanya perlu dibayar semurah – murahnya.
Waktu terus berjalan, terus menyayat hati dan nurani Anissa. Tubuhnya yang kelelahan banjir oleh keringat dan cairan cinta yang meleleh dari semua lubangnya. Wajahnya penuh lelehan air mani, rambutnya basah oleh air mani, buah dadanya, selangkangannya, pahanya, kakinya, semua. Ia terus menerus digangbang, depan belakang, atas bawah, mereka silih berganti menggunakan tubuhnya. Ia tidak tahu bagaimana mereka bisa terus menerus mengeluarkan mani dan semangat untuk memperkosanya, ia sudah begitu lemas, lemah dan tak berdaya.
Tapi mereka terus saja memperkosanya dan memompa air mani ke seluruh tubuhnya, seakan tanpa henti. Tanpa sepengetahuan Anis, mereka semua telah minum obat kuat dan pemacu daya tahan tubuh sehingga mampu berbuat seperti ini.
Hingga suatu ketika, Kribo adalah yang terakhir memperkosa memek Anissa. Kali ini ia sudah tidak bisa lagi mengeluarkan cairan cinta, bahkan penisnya sudah sangat terasa panas. Kawan – kawan lain mentertawakan Kribo yang sudah lemas.
“Payah! Begitu saja letoy!”
“Apa itu? sudah selesai? Begitu saja?”
Kribo mengayunkan tangan sambil bercanda dan terkekeh. “Aku sudah lelah. Kalian teruskan saja, aku mau ke tempat bos dulu.”
“Payah!”
Kribo kembali terkekeh, ia mengambil celana dan mengenakannya. Preman itu beristirahat sejenak, menenggak bir yang ada di meja dan meninggalkan kawan – kawannya yang masih lanjut mengerumuni Anissa. Preman itu melangkah keluar gudang menuju ruang tengah yang ada di rumah samping. Di sana, duduk di sofa yang ada di tengah ruangan sambil menonton sinetron sambil mengocok penisnya, adalah bandot tua pemimpin kelompok preman itu, Pak Bejo Suharso.
###
Langkah kaki Udin terasa berat. Kepalanya pun pening.
Menyaksikan apa yang terjadi di dalam gudang membuat hati Udin tersayat pedih, betapa tidak, ia tak menyangka Pak Bejo akan tega memberikan Anissa pada preman – premannya untuk diperlakukan sehina ini. Udin tidak mungkin bisa melawan mereka, dia hanya pemuda tolol yang lemah dan bodoh!
Udin meneteskan air mata saat ia berjalan meninggalkan gudang, betapa tololnya dia mau terjebak ke dalam permainan para preman ini, betapa malunya dia dulu telah memanfaatkan kelemahan Anissa hanya untuk bisa menidurinya. Dia tak akan pernah bisa meminta maaf padanya, pada gadis yang untuk selamanya akan ia cintai. Bagaimana mungkin dia berhadapan kembali dengan Anis setelah apa yang telah ia lakukan? Ia tak akan pernah bisa menatap mata indahnya lagi dengan jenaka. Ia tak akan sanggup bercanda lagi seperti dulu. Ia telah berubah menjadi pria terkutuk yang tak ada bedanya dengan para preman yang kini tengah memperkosanya tanpa ampun!
Apa yang membedakannya dengan para begundal itu? Ia sama menjijikkannya! Bukankah ia mengaku mencintai Anissa? Kenapa ia malah pergi? Kenapa ia tak melindunginya? Anis memang bukan perawan lagi, ia sudah kotor, tapi Udin merasa ia jauh lebih kotor. Dia yang seharusnya melindungi dan menyelamatkan, malah menggali nafsu binatang.
Langkah kaki Udin yang meninggalkan gudang tempat Pak Bejo dan kawan – kawan memperkosa Anis kian terasa berat. Hendak dibawa kemana kaki ini sekarang? Seluruh dunia seperti menatapnya jijik… benar, ia memang menjijikkan. Udin menutup telinga rapat – rapat karena ia tak sanggup mendengar teriakan Anissa yang masih bisa terdengar walau samar.
Wajah cantik Anis yang berkeringat deras, tubuh telanjangnya yang carut marut diperkosa oleh para lelaki buas, pandangan mata indah yang dulu mempesona kini runtuh dan selalu memohon ampun agar semuanya diakhiri… semua yang terjadi pada Anissa menghantui langkah kaki Udin.
Ia memejamkan mata, mencoba melupakan, mencoba mencari terang di hati dan pikiran.
Teriakan itu terdengar lagi…
Ia tak bisa membantu Anissa. Ia tak bisa…
Wajah Anissa yang mengajaknya makan siang di kampus terbayang dengan manis dan lembut…
Ia tak bisa membantu Anissa. Tak bisa…
Suara mesra Anissa saat memanggil namanya tak akan pernah ia lupakan…
Anissa… Anissa!
Batin Udin bergejolak, perasaannya… perasaannya pada Anis…
Ini semua salah! Semuanya salah! Kenapa ia malah pergi? Kenapa ia justru lari?!! Ada yang harus dia lakukan! Ada sesuatu yang bisa ia lakukan untuk Anissa! Ada yang bisa membuatnya kembali menjadi manusia! Batinnya.. perasaannya… semua meyakinkan Udin kalau dia tidak akan pernah sanggup dan tega meninggalkan Anis di dalam sana, menjadi mangsa para pria menjijikkan yang memanen keindahan tubuhnya.
Ia tidak sanggup.
Ia tidak boleh seperti ini…
Ia bukan orang seperti mereka!
Ia tidak dididik menjadi orang tidak bermoral seperti mereka!
…demi dewa, apa yang telah dia lakukan? Apa yang telah membuatnya sesat?
Ia memang telah kotor, tapi ia masih bisa menyelamatkan Anis. Ia masih bisa! Ia yakin masih bisa! Persetan dengan bajingan tengik seperti Pak Bejo dan kawan – kawannya! Udin tahu apa yang terbaik dan yang terbaik adalah menyelamatkan Anissa! Seandainya ini semua membuatnya harus masuk bui, tapi ia tahu mana yang baik dan mana yang buruk!
Masih ada waktu! Masih ada waktu!
Udin berlari sekuat tenaga.
Masih ada waktu!
###
“Halo, Bos? Baru sibuk?” kekeh Kribo yang menangkap basah Pak Bejo bermasturbasi.
Pak Bejo cuek sembari melanjutkan ‘pekerjaannya’ tanpa merasa risih sedikitpun. “Percayalah, nak. Marsha Timothy ini cewek yang hot sekali. Sekali waktu aku ingin menidurinya. Kebetulan aku ada teman yang bekerja di bidang foto artis di studio Naga Langit, pernah dengar? Dia biasa menjebak artis – artis dengan obat bius di minuman untuk membuat mereka pingsan dan mengambil foto mereka saat telanjang. Setelah itu memaksanya bercinta dengan ancaman akan menyebarkan gambar ke internet, saudara, orang tua dan teman.”
Kribo menganggukkan kepala setuju saat ia melongok ke TV, Marsha Timothy yang mengenakan kaos ketat dan celana hot pants memang tidak bisa dilewatkan, tapi gadis yang ada di gudang juga tidak kalah hot. “Bos. Sepertinya cewek itu sudah mau pingsan, yakin tidak mau ambil bagian?” tanya Kribo pada Pak Bejo yang awalnya cuek.
“Gila kalian, aku kira sudah berhenti sejak tadi sore. Sudah berapa jam kalian perkosa dia?”
“Cukup lama juga, kami tidak menghitung waktunya.”
“Bagaimana keadaannya?”
“Sejauh ini masih sadar, tapi dia sudah di ambang batas.” Kata Kribo, “kalau Bos mau pakai, sekarang saatnya. Mumpung cewek itu masih sadar.”
“Baguuuus!” Pak Bejo memasukkan batang zakarnya ke celana, bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Kribo, ia menepuk bahu anak buahnya itu dengan bangga, “gadis itu komoditi bagus yang bisa dijual kemana saja, jangan biarkan ia sakit, pingsan berlebihan atau mati. Layani dia dengan layak setelah ini, aku tidak ingin punya budak seks yang kurus kering karena kelaparan dan kedinginan. Aku ingin dia tetap seksi dan montok.”
“Siap, Bos.”
“Tapi saat ini kontolku juga sudah tidak tahan ingin masuk lagi ke memek sempit lonte sialan itu.”
Kribo tertawa, “silahkan saja dipakai, bos. Kami semua sudah mencicipi.”
“Ya… ya… kamu kembalilah dahulu ke gudang, nanti aku susul.”
“Siap, Bos.”
Saat kakinya hendak melangkah keluar, Kribo jadi teringat sesuatu.
“Si Udin kemana, Bos? Kok tidak kelihatan?”
“Mana aku tahu?! Dia tidak menyusul kalian?
“Tidak bos, dia tidak kelihatan sejak awal.”
“Ah, paling – paling dia ke WC. Dia kan pecundang, takut lihat ceweknya kalian perkosa habis – habisan. Sudah, nanti juga dia datang lagi minta jatah. Kamu balik saja ke gudang.”
“Siap, Bos.”
Kribo pun melangkah keluar, namun ia beristirahat sebentar di luar gudang. Preman sadis itu sempat menghabiskan sebatang rokok sebelum kembali ke dalam. Semua kawannya duduk bermalas – malasan di dalam, beberapa sudah mulai memakai baju, yang lain sedang membersihkan kemaluan mereka menggunakan pakaian yang diambil dari tas milik Anissa. Beha dan celana dalam menjadi kain pembersih favorit mereka.
Hampir semua orang yang ada di situ menatap ke arah si cantik yang tak berdaya. Tubuhnya yang sudah carut marut karena diperlakukan dengan kejam masih terikat di kursi, pantatnya masih tersumbat dildo yang masih bergerak karena baterainya tidak dimatikan dan cairan cinta yang bercampur melekat hampir di semua bagian tubuhnya. Entah darimana dildo itu berasal, Kribo tak tahu. Melihat kondisi sang gadis, preman itu sedikit merasa iba melihat seorang wanita bisa diturunkan derajatnya seperti ini.
Suara erangan yang keluar dari mulut Anissa mengingatkan Kribo sewaktu mereka menggilir mulut mungil Anis dan menyemprotkan air maninya ke wajah si cantik itu. Kini hampir seluruh wajah Anissa tertutup oleh masker mani yang belepotan. Dia hampir tak bisa dikenali. Satu desahan pelan dan lembut keluar dari mulutnya, sedikit terdengar seperti menggelembung karena masih adanya mani yang tersimpan di mulut. Bibir kemaluan Anis kini berwarna merah terang, terbuka dan membengkak dengan cairan cinta meleleh dari semua bagian dan menetes hingga lantai.
Kribo berjalan mendekat dan memegang rantai anjing yang mengikat leher Anissa. Wajah gadis itu sudah tidak karuan lagi, penuh air mani dan terlihat pucat tanpa nyawa. “Kamu kelihatan cantik, sayang. Beginilah seorang lonte seharusnya terlihat.”
“Aku menunggu lama untuk bisa melihat seorang lonte diperlakukan seperti ini,” kata Pak Bejo saat ia melangkah masuk ke ruangan, ia melepas celananya, meletakkannya di sebuah meja dan berjalan menuju Anis yang wajahnya berantakan. Kribo menarik rambut Anis agar si cantik itu menengadah melihat Pak Bejo.
“Sepertinya seseorang baru saja bermain cinta habis – habisan,” goda Pak Bejo tanpa perasaan, “kamu terlihat seperti seekor babi yang baru saja bermain di lumpur, anak manis. Kamu adalah sampah hidup paling kotor yang pernah aku lihat!”
Anissa tak bergeming, ia memang sudah tak mau dan tak bisa lagi melawan. Ia sudah tidak peduli apa kata dan perbuatan mereka.
“Lihat apa jadinya kamu sekarang, manis?” gelak Pak Bejo. “Itu akibatnya kalau kamu berusaha lari dariku. Kamu hanya akan menjadi lonte murahan yang diperkosa beramai – ramai oleh orang – orang rendahan seperti anak buahku. Kamu jadi sesosok tubuh tanpa jiwa yang hanya tahu bagaimana ngewe dan membuka kaki lebar – lebar buat jalan masuk kontol! Yang lebih parah lagi aku tahu kamu sangat menyukai hidup seperti ini!”
Sembari mengoleskan sejumlah besar air mani yang ditumpahkan ke wajah Anissa dengan kemaluannya sendiri, Pak Bejo menggoda gadis muda yang malang itu, “kamu ini kalau makan sering belepotan. Biar aku bantu.”
Jabrik, Badu dan Kribo semuanya maju untuk melihat.
Tanpa merasa jijik, dengan menggunakan penisnya yang mengeras seperti kayu layaknya sebuah sekop, Pak Bejo mengumpulkan air mani yang ada di wajah Anissa dan melesakkannya masuk ke dalam mulut mungilnya yang terbuka lebar. Tegukan demi tegukan terdengar saat Anis menelan semua pejuh yang masuk ke mulutnya. Terakhir sekali sembari memegang kepala Anissa, Pak Bejo melesakkan penisnya ke dalam mulutnya.
Tanpa mempedulikan bagaimana kondisi Anissa, Pak Bejo berpikir dengan santai, dia hidup menyenangkan. Lihat saja saat ini, seorang wanita yang teramat molek dan seksi ada dalam kuasanya, dia bisa melakukan apa saja dengan gadis ini, termasuk mengisi mulutnya dengan penisnya yang gemuk tanpa perlawanan sama sekali.
Untuk beberapa lama, Pak Bejo memperkosa mulut Anissa sampai ia mencapai puncak kenikmatan. “Buka matamu lebar – lebar, anak manis. Aku ingin melihat matamu yang indah saat aku mengucurkan pejuhku.”
Anissa membuka matanya perlahan, namun susah sekali karena dia sangat lemah. Anis hanya bisa membuka sebelah matanya.
“Ini dia!!” raung Pak Bejo sekuat tenaga. Tubuhnya bergetar saat ia merasakan sendiri luncuran cairan mani melesat dari dalam tubuhnya ke dalam mulut si cantik itu. Sekali lagi, cairan cinta meleleh dari pinggir bibir Anissa, menetes hingga turun hingga ke dagunya.
“Sudah? Pak Bejo mau apalagi?” bisik Anissa lemah karena kelelahan.
“Kita akan bersama selamanya, Anissaku yang cantik. Aku akan menggunakan memekmu setiap malam tanpa henti, aku akan membawa serta teman – temanku agar mereka juga bisa memakai semua lubangmu. Intinya, apapun yang aku minta, kau akan lakukan dengan sepenuh hati.” Kata Pak Bejo yang menginginkan agar Anissa menjadi budak seksnya, untuk melakukan apapun yang ia minta, untuk menjadi pelacur seandainya ada orang yang mau membayar.
Dengan kondisinya yang sudah seperti ini, apa gunanya melawan dan menolak? Anissa sudah terlampau lemah.
“Anak manis, aku ingin mendengar kau mengulang kata – kata yang tempo hari kau ucapkan saat kita bercinta…” bisik Pak Bejo di telinga Anissa sambil mengarahkan hapenya ke wajah mereka berdua. “…dan jangan lupa tersenyum saat mengatakannya.”
Anissa yang sudah tak berdaya berusaha untuk membuka mata tapi susah sekali. ia hanya bisa berkata pelan, “A…aku mencintaimu, Pak Bejo.”
Bejo Suharso, preman dan pemerkosa itu tertawa terbahak – bahak diikuti oleh kawanannya. Tingkah laku mereka mirip serigala yang meraung bersamaan di bawah cahaya bulan penuh yang menerangi langit malam.
Pak Bejo yang keji puas.
Ya, dia puas!
Dia sangat puas!
###
Seperti hari – hari biasa, suasana perpustakaan kampus X sangat tenang siang itu. Sebagian mahasiswa yang berada di sana sibuk mencari bahan untuk kuliah atau skripsi. Satu diantaranya adalah seorang gadis cantik berambut panjang yang diikat ekor kuda. Kulitnya yang putih dan wajahnya yang berbinar membuat gadis ini gampang dikenali dari kejauhan, apalagi dia juga pernah beberapa kali menghias sampul majalah sebagai model sehingga kecantikannya tidak asing lagi. Beberapa pemuda sengaja masuk ke perpustakaan hanya untuk duduk di dekat si cantik ini.
Namun wajah itu kini begitu serius, selain mencoba menyalin beberapa bagian keterangan dari buku yang ia baca, ia juga nampak sangat sedih. Satu pikiran menggelayut di benaknya dan terus menganggu tak mengijinkannya berkonsentrasi. Gadis yang sedang membaca itu bernama Aprilia Ussy Indriani, panggilannya Ussy, sahabat Anissa.
Sebagai seorang sahabat, Ussy benar – benar khawatir dengan keberadaan Anis yang hingga kini masih belum diketahui dimana. Anis nampak begitu berbeda dan aneh akhir – akhir ini sehingga beribu pikiran buruk membuat Ussy gelisah. Terlebih lagi ketika terakhir kali mereka bertemu, Anis juga tidak pernah lagi pulang bersama tunangannya, Dodit. Apa gerangan yang membuat Anis menjadi seperti ini?
Ussy mendesahkan nafas yang amat panjang, dia tidak bisa berbuat apa – apa lagi kecuali berharap ada yang menolongnya dengan memberitahukan keberadaan Anis. Keluarga Anis sudah menghubungi pihak yang berwenang sehingga mereka semua hanya bisa berharap. Ada di mana sebenarnya Anissa?
Saat Ussy menghela nafas untuk yang kedua kalinya, tiba – tiba pintu perpustakaan terbuka lebar dengan kerasnya, mengagetkan semua orang yang ada di dalam. Petugas perpustakaan pun bangkit dari duduknya dan menghardik marah, “siapa itu yang masuk ribut – ribut? Ini perpustaka…”
Belum selesai kata – kata sang petugas perpustakaan, sesosok tubuh lunglai berlari ke arah Ussy. Semua yang di dalam makin kaget karena mereka mengenal sosok yang sangat kumuh, kotor, berdebu dan berkeringat deras ini, bukankah ini Udin?
“Cepat… cepat… kita… harus… menolong… menolong… Anis… cepat…” kata Udin dengan suara patah – patah pada Ussy.
Suasana di sana langsung gempar. Banyak orang yang mengenali Udin dan Ussy mendekat untuk mencari tahu, mereka bertanya – tanya apakah yang sedang terjadi? Kenapa Udin masuk ke perpustakaan dengan cara seperti ini?
“Apa maksud kamu, Din?” Ussy mengernyitkan dahinya sembari menutup buku yang ia baca. Detak jantung Ussy berdebar dengan kencang. Penampilan Udin kacau balau dan berantakan. Dia juga sangat bau seperti sudah beberapa hari tidak mandi namun justru itu yang membuat Ussy penasaran, dia tahu pasti Anis sudah beberapa hari ini menghilang – kalau Udin tahu sesuatu tentang itu…
“Anis… dia… Anissa… dia… dia… aku tahu dimana dia…” mulut Udin yang masih megap – megap mencoba mengeluarkan kata yang dia inginkan walaupun seluruh kalimat seperti tercekat di dalam tenggorokannya, terasa berat sekali rasanya berucap. Betapa Udin seperti ingin membatukkan apa yang ada di dada, menumpahkan semua kata. Dia orang jahat, dia orang busuk, dia telah membuat Anis menderita, tapi dia tidak akan membiarkannya lama – lama, dia harus menyelamatkan gadis yang sangat ia cintai itu… “cepat… cepat… selamatkan Anis…”
Udin ambruk dengan lemas ke lantai, mengagetkan Ussy yang langsung menjerit, mengagetkan semua orang yang ada di sana.
“Udin? Kamu kenapa, Din? UDIN?!! UDIIIN!??? Tolooong! Toloooong!!”
Suara panik Ussy menggema di perpustakaan itu.
###
Anissa semakin tenggelam dalam khayal yang dalam, daya pikirnya melemah, tubuhnya sudah tak bisa dikendalikan lagi. Ia merasakan detak jantungnya sendiri melemah dan tarikan nafasnya kian tipis. Ia bahkan tak mampu lagi mengeluarkan suara selain erangan, ia sudah benar – benar tidak kuat lagi bertahan.
Mungkinkah sebentar lagi ia akan mati?
Mungkin lebih baik begitu…..
Tubuhnya yang lemah terbaring tanpa daya di tikar, sementara kelompok preman Pak Bejo beristirahat di sekeliling Anissa, menunggu kembalinya nafsu mereka untuk meneruskan pemerkosaan terhadap gadis malang itu. Mereka duduk dan bercanda sambil bermain kartu, minuman keras dan makanan kecil ditebarkan begitu saja di sekitar gudang.
“Kalian sudah capek? Aku lagi, ya? Gadis satu itu memang cantik, cuma istirahat sebentar sudah bisa bikin naik lagi.” Pak Bejo tertawa melihat penisnya kembali menegang hanya dengan melihat Anissa yang telanjang terbaring tanpa daya, kawan – kawannya pun tertawa dan mempersilahkan pria tua itu menikmati kembali nikmat liang cinta Anissa.
Pria tambun berwajah buruk itu berdiri dan melangkah menuju si gadis malang. Baru tiga langkah ia berjalan, tiba – tiba pintu depan dibuka dan cahaya terang lampu senter menyorot wajahnya! Siapa yang membuka pintu? Sejak kapan pintu itu tidak dikunci?
“Hei! Siapa nih main – main?” teriak Pak Bejo marah.
Sambil mengejapkan mata, Pak Bejo mencoba melihat siapa yang dengan kurang ajar menyorotkan lampu senter ke arahnya. Pria tua itu makin jengkel karena orang itu hanya berdiri saja di pintu tanpa menjawab, dari sosoknya, orang itu adalah seorang lelaki. Lampu senter yang disorotkan pria itu akhirnya dimatikan dan Pak Bejo bisa melihat siapa sebenarnya yang telah datang. Preman tua itupun terbelalak melihat siapa yang baru saja datang! Ia tak percaya ini! Bagaimana mungkin?!!
Pak Bejo pucat pasi. Wajah itu… adalah… adalah…
…Paidi!!
“Bajingan tengik! Berani – beraninya kau muncul di sini!” maki Pak Bejo marah, ia berbalik meninggalkan Anissa, mengambil sebatang kayu yang ada di lantai dan membawanya untuk menghadapi Paidi. Dia tidak tahu bagaimana Paidi bisa menemukan tempat ini ataupun bagaimana orang itu bisa datang di saat yang tidak tepat, tapi dia berniat mengakhiri kesombongan sang mantan napi itu sekali untuk selamanya! Pria gemuk itu berkacak pinggang menantang Paidi. Bisa apa si kurus kering ini di hadapan Kribo, Yono, Wewengko dan yang lain?! Mereka akan mengeroyoknya sampai mampus! Biar tahu rasa dia!
Penuh kegeraman, Pak Bejo mengancam. “Bagus kalau kau datang! Kami akan beri kamu pelajaran supaya jangan sok tahu!”
Badu, Jabrik dan Kribo yang tempo hari dihajar Paidi berdiri di belakang Pak Bejo dengan wajah penuh amarah, mereka juga punya dendam yang harus dibayar lunas!
Paidi tersenyum sinis, wajahnya tenang dan ia tak mundur selangkah pun menghadapi Pak Bejo dan preman – premannya. Ia justru menyilangkan tangan sembari maju beberapa langkah, sebelum maju Paidi membuka pintu lebih lebar dan dibelakangnya muncul deretan pria – pria kekar yang berwajah garang, jauh lebih garang dari Pak Bejo dan kawanannya! Satu orang masuk, dua orang, tiga orang, empat, lima, enam… berapa sebenarnya jumlah mereka? Susul menyusul orang berwajah kekar masuk ke gudang dan menatap marah kawanan Pak Bejo!
Ketika orang terakhir masuk, Pak Bejo akhirnya sadar jumlah lawan mereka lebih dari duapuluh orang dan tidak ada yang menatap ramah. Dari ukuran tubuh, kawanan yang dibawa Paidi jauh lebih besar dan kekar dibanding kawanan Pak Bejo.
Kawanan preman anak buah Pak Bejo yang sebagian masih ada yang telanjang buru – buru memakai celana dan tentu saja sedikit bergidik menghadapi rombongan orang yang datang. Mereka mundur teratur, apa – apaan ini? Siapa mereka? Siapa yang diajak Paidi datang ke sini?
“Ini kawan – kawanku saat masih di penjara dulu, Pak Bejo.” Kata Paidi tanpa ekspresi. “Kami akan mengambil Anissa kembali dengan atau tanpa persetujuanmu dan mengembalikan gadis itu pada keluarganya. Oh, dan kami tidak akan mengampuni kalian setelah apa yang kalian lakukan terhadap neng Anissa, itu sudah pasti. Kalian tuntas malam ini.”
Walaupun mendengar namanya disebut, Anissa hanya mengerang tak berdaya saat melihat kedatangan Paidi, ia sudah terlalu lemah untuk mengetahui apa yang terjadi. Ia juga hanya bisa mengerang saat teman – teman Paidi menyerang Pak Bejo sambil mengeluarkan suara nyaring yang nyaris memekakkan telinga. Tak lama kemudian terdengar suara gaduh disusul jeritan kesakitan yang menyayat. Entah kenapa, suara teriakan minta ampun dari Pak Bejo, Kemal, Yono, Wewengko dan yang lain terdengar menyenangkan bagi gadis itu.
Paidi mendekati Anissa, melepaskannya dari ikatan dan memberikan jaketnya untuk menutup tubuh telanjang gadis itu.
“Semua sudah aman… kami datang untuk menyelamatkanmu..” Dengan menggunakan kain handuk kecil, Paidi membersihkan wajah Anissa agar ia bisa lebih mudah bernafas. “Mas Dodit, Bu Alya dan yang lain ada di depan menunggu kita.”
Anissa hanya bisa mengeluarkan erangan pelan dan meneteskan air mata kembali.
Kembali Paidi berbisik, “Semua sudah aman sekarang..”
Anissa memejamkan mata dan tersenyum.
###
Paidi dan Dodit membawa Anissa meninggalkan gudang dan meletakkannya di ruang tengah rumah sebelah dimana terletak sofa panjang. Alya, Lidya dan Ussy langsung menangis melihat kondisi Anissa yang mengenaskan. Mata Anis terbuka tapi pandangannya jauh seperti tak sadarkan diri, nafasnya satu dua dan dari mulutnya hanya keluar erangan yang tak jelas.
Ussy mengeluarkan tissue dan langsung membersihkan bagian tubuh sahabat karibnya yang kotor dan basah. Dodit, Alya dan Lidya ikut membantu. Tangan Anissa terkulai lemas, wajahnya sayu dengan cairan mani berlumuran di sekujur tubuhnya. Dodit terus menerus menciumi dahi Anis yang telah bersih dan mendekapnya hangat. Ia juga terus berusaha mengajak bicara tunangannya itu tapi Anissa tak menjawab sepatah katapun. Wajah pemuda itu terlihat sangat khawatir.
Paidi membungkuk untuk memeriksa Anis, ia memeriksa mata, detak jantung dan luka – luka yang mungkin diderita tunangan Dodit itu.
“Bagaimana dia?” tanya Dodit.
“Keadaan Neng Anissa cukup parah, kita harus membawanya ke rumah sakit, segera.” Jawab Paidi saat melihat kondisi Anissa yang menyedihkan, “kawanan preman itu memperkosanya tanpa ampun. Seandainya kita terlambat datang, mungkin saja ia bisa mati.”
“Pak Bejo memang bajingan!” maki Lidya marah.
Alya segera mengeluarkan kunci mobilnya, “Ini pakai mobilku saja. Akan terlalu lama kalau menunggu mobil ambulance datang, apalagi rumah sakit tidak jauh kalau kamu ngebut. Kami akan baik – baik saja karena orang – orang sialan itu sudah tidak berdaya, apalagi polisi sebentar lagi juga datang. Mas Paidi tolong antar Dodit, Ussy dan Anis ke rumah sakit.”
“Baik, Bu. Saya akan jemput Bu Alya dan Bu Lidya setelah menurunkan Neng Anissa.” Jawab Paidi.
Sambil menunggu Anissa diberi pakaian layak dan dipersiapkan menuju rumah sakit, Paidi berlari menghampiri kawan – kawannya yang masih duduk menjaga kawanan Pak Bejo. Semua kawanan Pak Bejo sudah tak berdaya, mengerang kesakitan karena dikeroyok. Mereka terkulai di lantai dengan wajah babak belur bahkan ada yang patah tulang.
“Aku tidak bisa berjaga berlama – lama, harus mengantarkan Neng Anissa ke rumah sakit. Kalau boleh minta bantuan sekali lagi, aku harap kalian bersedia jaga di sini sampai nanti polisi datang, pastikan tidak ada satu bajingan pun yang lolos.” Kata Paidi.
“Jangan khawatir. Kamu jaga diri. Begitu polisi datang, kami pergi.” Seorang pria berkulit gelap, berwajah burik dan berusia sekitar empatpuluh tahun menjawab.
“Terima kasih Mas Wakidi dan yang lain… terima kasih banyak atas bantuan kalian,” kata Paidi. Kawan – kawan Paidi menepuk pundaknya seakan berterima kasih, selama ini, Paidi selalu membantu mereka tanpa pamrih, ini saatnya bagi mereka untuk membalas jasa.
“Kapan saja butuh bantuan, hubungi kami lagi.” kata orang yang bernama Wakidi. Ketika Paidi hendak beranjak pergi, Wakidi yang kikuk menahan sebentar. “Anu… tapi… aku sebenarnya mau sekalian pamit. Teman – teman yang lain mungkin bisa membantu menjaga orang – orang sialan ini untuk beberapa saat ke depan, tapi kami berenam harus segera pergi karena.. kamu tahu sendiri status kami masih pelarian. Kami tidak bisa bertemu polisi.”
“Kemana kalian akan pergi?” tanya Paidi lagi sambil melihat lima orang yang berdiri gelisah di belakang Wakidi karena takut polisi akan segera datang. Dia tidak begitu mengenal mereka sebaik Wakidi. Kalau tidak salah nama mereka Rustam, Asep, Bagong… dan ia tidak kenal yang lain.
“Entahlah, kami berpikir akan pergi ke pantai dan pergi ke pulau lain.”
Paidi mencabut dompetnya dan menarik secarik kertas bertuliskan nama dan alamat seseorang. “Ini alamat temanku, dia tinggal di pantai dan sudah berjanji akan memberikan kapal gratis untuk aku seandainya aku minta, dulu aku pernah membantunya hingga dia bisa bebas dari penjara. Kalian bisa kesana dan ambil kapal itu.”
Wakidi mengambil kertas itu dan mengangguk – angguk sambil mengucapkan terima kasih, matanya berkaca – kaca. “aku tidak tahu apa yang bisa kami beri…”
“Sudah, yang penting kalian semua selamat. Berhati – hatilah, semoga kalian mendapatkan yang terbaik. Jangan lagi berbuat jahat.” Kata Paidi sambil berlari. Ia menengok ke belakang dan tersenyum pada Wakidi, “cuaca laut sedang buruk, hati – hati.”
Wakidi mengangguk dan tersenyum.
Dodit dan Paidi segera bergegas membopong Anissa yang sangat lemah ke mobil diikuti oleh Ussy yang datang membantu. Alya dan Lidya hanya bisa melihat dengan pandangan iba, kedua kakak beradik itu berpelukan. Air mata tak berhenti menetes dari pelupuk mata mereka. Kasihan sekali nasib Anissa. Alya tak mengira Pak Bejo bisa sekejam ini.
Seperempat jam setelah mobil Alya pergi membawa Anis meninggalkan gudang tua, beberapa mobil polisi datang.
###
Raungan sirene polisi mengaung tanpa henti. Masyarakat sekitar yang penasaran apa yang terjadi bergerombol di sekitar gudang tua tempat Pak Bejo menyekap Anissa. Tanpa tahu permasalahannya, satu dua orang warga nekad maju untuk sekedar memukul anggota gang preman yang sedang digiring masuk ke truk satu persatu untuk dibawa ke kantor polisi. Pak Bejo, Jabrik, Badu, Yono, Kemal dan Wewengko semua tertangkap. Hanya Kribo yang tak terlihat, entah dimana dia berada. Sepertinya dia berhasil meloloskan diri.
Polisi sebenarnya datang terlambat karena anak buah Pak Bejo semua sudah babak belur setelah dihajar teman – teman Paidi. Saat sirene polisi datang, teman – teman Paidi lari dan berpencar karena ada sebagian dari mereka yang hanya bebas bersyarat, kalau sampai tertangkap tangan sedang main hakim sendiri, mereka bisa masuk bui kembali. Saat kawanan Pak Bejo ditangkap polisi, hanya ada sekitar empat belas orang tersisa.
Pak Bejo digiring terakhir, walaupun sudah tertangkap dan diborgol, sifat arogannya masih terlihat dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.
Dengan darah yang mengucur dari pelipisnya orang tua bejat itu kesulitan menggunakan indera penglihatan, Pak Bejo memicingkan mata untuk melihat dua sosok tubuh yang sepertinya sudah sangat ia kenal dan melihat Alya serta Lidya memandang kearahnya dengan pandangan marah dan jijik. Pria tua yang tangannya sudah diborgol itu malah tertawa. Ia yang sedang digiring beberapa orang polisi masih sempat mendekati Alya dan Lidya, para polisi itu langsung mengencangkan pegangan mereka.
“Ini belum berakhir… semua belum berakhir… lihat saja nanti… aku pasti kembali…” tawanya yang serak terdengar parau dan tidak nyaman didengarkan. “Kau akan melayaniku lagi.. dengan penuh kepatuhan..” kata Pak Bejo pada Alya, ia melirik ke arah Lidya, “..dan kau bersiaplah menjilati kontolku…”
Alya menggelengkan kepala. “Tidak. Semua sudah berakhir. Kamu akan membusuk di penjara, bajingan jahanam!”
Pak Bejo tertawa terbahak – bahak.
Pak Bejo menundukkan kepala ketika dia digiring ke mobil polisi, beberapa orang yang berkumpul di tempat itu memaki – makinya, beberapa bahkan sempat melayangkan pukulan ke arah kepala dan tubuh Pak Bejo. Wajahnya juga masih berbilur biru karena sempat dihajar Paidi tadi.
Di kejauhan, dua sosok manusia sama – sama mengepulkan asap rokoknya dengan tenang. Mereka tahu apa yang terjadi dan mereka sebelumnya juga sudah memperingatkan Pak Bejo. Kalau ada apa – apa yang terjadi sekarang, itu jelas di luar tanggung jawab mereka. Mereka juga tidak takut akan diseret oleh Pak Bejo ke pengadilan karena keduanya sudah menyiapkan alibi yang sangat kuat dengan bantuan teman – teman mereka. Kalau Pak Bejo jatuh, dia harus jatuh sendiri. Itu resiko yang sudah dia ambil karena tidak mengikuti anjuran mereka.
Dua orang itu adalah Imron dan Pak Kobar.
“Kita pergi sekarang?” tanya Pak Kobar.
Imron melepas rokok yang ia hisap, dilempar ke tanah dan menginjaknya pelan. Pria buruk muka itu mengangguk dan tersenyum lebar pada Pak Kobar. Dia sudah punya rencana baru untuk membuat kampus menjadi mimpi buruk bagi seorang dosen cantik. “Pak Kobar kenal Bu….”
Percakapan mereka tak terdengar lagi begitu mereka berbalik dan berjalan menuju kegelapan. Setelah beberapa saat hanya siulan Imron yang terdengar lamat – lamat.
Keduanya hilang ditelan malam tanpa seorangpun melihat keberadaan mereka.
###
Beberapa minggu kemudian, di tempat lain…
Dina menguap sambil meletakkan novel yang baru ia baca di atas meja di samping kursi santainya, capek sekali rasanya beberapa hari ini. Apa sebaiknya tidur saja? Besok ada janji dengan seorang klien penting yang harus ia dapatkan kontraknya sehingga ia harus bangun pagi – pagi sekali agar tidak terkena macet di jalan. Mungkin memang lebih baik tidur saja sekarang, apalagi suami dan anak – anak juga sudah terlelap jauh lebih awal dan para pembantu sudah kembali ke kamar masing – masing.
Sebelum beranjak untuk mematikan lampu, mata Dina terpaku pada surat kabar yang ada di atas meja, tepatnya pada satu berita yang secara tidak sengaja ia baca judul artikelnya. Dina yang risih mengangkat koran dan mulai membaca berita yang menarik minatnya itu.
“Hari ini, seorang dosen ternama dari Fakultas X Jurusan X Universitas X, sebut saja namanya Dn (xx tahun) ditemukan tewas dirumahnya di kawasan X, pria setengah baya ini diduga keras meninggal dunia karena bunuh diri karena tidak nampak adanya tanda – tanda penganiayaan dan meninggal dengan cara gantung diri. Saat ini polisi masih terus melakukan olah TKP untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap. Almarhum meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masih bersekolah yang pada saat kejadian sedang tidak berada di rumah karena berlibur di Bali. Selain surat wasiat, Dn juga meninggalkan sepucuk surat pendek yang berisi permohonan maaf karena telah menyakiti perasaan sang istri dan mengaku tidak sanggup menahan beban dan dosa lebih lama lagi. Berdasarkan penelusuran ke pihak akademik, almarhum diduga keras terkait dengan skandal joki tes masuk Universitas X yang akhir – akhir ini merebak di media massa dan merugikan para korban hingga ratusan juta rupiah. Pihak universitas konon sudah melayangkan surat resmi pemanggilan pertanggungjawaban kepada almarhum namun sebelum sidang dimulai, Dn sudah melakukan bunuh diri, hal ini makin menguatkan…”
Dina menggelengkan kepala. Aneh – aneh saja sekarang ini, dosen terkenal kok jadi joki, eeh begitu dipanggil untuk pertanggungjawaban malah bunuh diri. Bukankah itu sama saja mengakui perbuatannya? Lagipula gaji dosen kan besar, kok mau – maunya dia jadi joki yang paling – paling tidak seberapa besar dapat persennya? Udah gitu bunuh diri pula, benar – benar pengecut yang tidak berani melangkahkan kaki menuju masa depan.
“Mama Dina sudah makan?”
Terdengar kata – kata lembut dari pintu yang terbuka. Dina tersenyum melihat Dudung membawakan roti tawar yang dioles dengan selai yang sedikit berantakan dan susu karton yang diambil dari lemari pendingin. Dia pikir tadi suaminya sudah tidur, Dina pun segera meletakkan koran yang ia baca.
“Belum. Mau makan sama – sama?” Dina berbohong, dia tadi sebenarnya sudah makan malam, tapi ia tidak tega menyaksikan Dudung memberinya perhatian berlebih dengan membuatkan roti dan membawakan susu. Dengan gerakan elegan Dina melangkah ke arah Dudung dan mencium bibirnya dengan lembut. “Kita makan sama – sama yuk.”
Dina menggandeng Dudung yang tersenyum untuk duduk di meja.
Dina tak peduli lagi seberapa larut malam ini.
Mereka berdua makan bersama.
###
BAGIAN SEBELAS
TAMAT
----------------------------------
50 Comments
they all get climax! some in her mouth! )
he he he. just kid.
jadi gak tega bacanya juga
aku ngerasa RYT episode kali ini benar2 lain dari yang lain, dan MAAF, menurutku RYT 11 ini merupakan RYT episode KURANG BAGUS dibandingkan episode sebelumnya, dan untuk episode yang PALING BAGUS menurutkun adalah episode 7.
aku tau comment memang SANGAT MUDAH dibandingkan dengan mengarang dan menulis cerita ini, tapi di episode ini aku tidak menemukan, ciri khas dari cerita RYT. entah lah, mungkin karena PBinal sudah ganti nama menjadi Jason Vorhees maka nya alur cerita nya di bikin beda. Maaf ya…, tapi secara umum bagus kok, jadi trus lah sumbangkan karya2 hebatmu untuk kami.
but hey, thanks for reading!
at least you have one fave RYT episode.
Di part 12 Lidya-nya dianal dong…
Hehehe…
Kejam ama sadiz beda … Kejam masih mencirikan manusia…sadis ciri binatang buas !
Ditunggu RYT 12 nya …
there’s no such things called enjoyable rape.
rape is rape, it is painful for the victim,
and someone need to bring that upfront sometimes.
and this story is one of ‘the why’ I despised and disgusted with real world rape.
…
…
…or maybe I just got bored and wanna do things hardcore. heh.
so we appreciate yours.
we’re very sorry if it’s not your type of story.
but thank you for reading though.
now will the real PB, please stand up?
ditunggu kelanjutannya omm
so we appreciate yours.
we’re glad it’s your type of story.
thanks for reading!
I used to write soft one, so at least now I have a hardcore story on my portfolio.
violence? RYT 12? I don’t think so too.
Memang ada pergeseran ‘cerita’ dari RYT-2 sebelumnya (9 kebawah). Kalo RYT yg dulu adalah adegan seks dgn bumbu cerita.. maka yg sekarang adalah cerita dgn bumbu seks.
Anyway, IMO: karya anda tetap bagus, kalo mo dibilang malah ada peningkatan yg signifikan. :Thumbs-up:
Cuma sekedar saran/ide kalo boleh:
Jika sudah ditampilkan sisi ‘kelam’ atau sadistik dalam cerita RYT ini, semoga di cerita mendatang juga lebih ditampilkan/dikuatkan sisi lainnya misal: romance / love-nya. Soalnya dari awal kan RYT ini gak ditentukan genre-nya: Bondage/ BDSM / lainnya. Jadi kalo bisa sih bisa menjangkau elemen lainnya juga shg pembaca terdahulu bisa terpuaskan juga.
NB: Moga gak nunggu setahun lagi utk RYT 12, hahahaha
I answered your comments here: http://bit.ly/i60Ltf
saya perhatikan semakin tinggi seri RTY semakin panjang ceritanya, juga semakin mantap gaya penulisannya. terbayang betapa beratnya perjuangan untuk menyelesaikan cerita seperti ini, sangat wajar jika diselesaikan dalam waktu satu tahun, bisa dimengerti. hiraukan saja orang-orang yang mencibir “lama lama lama dan lama”, orang seperti mereka hanya bisa menuntut dan menuntut tanpa pernah tahu bagaimana susahnya menciptakan karya tulis seperti ini.
opini setelah membaca RYT.
sebelum cerita ini, anissa bisa dibilang sebagai “minor character”, tidak seperti 3 saudara lainnya (Dina, Alya, dan Lidya) yang memiliki peran utama. tapi sayangnya RYT 11 yang sangat panjang ini benar-benar totalitas hanya untuk Anissa, padahal mungkin bisa dibagi-bagi perannya untuk 3 saudara lainnya, karena popularitas 3 saudara selama ini lebih disukai dibandingkan anissa, dan penggemar RYT pun pasti kangen terhadap “scene” mereka.
cerita panjang yang berkali-kali hanya berkutat pada hubungan seks anissa cenderung akhirnya membuat sedikit membosankan, lagi lagi anissa lagi lagi anissa, hanya karakter “beast” nya saja yang berganti-ganti. sempat minat membaca terdongkrak ketika bagian “alya – dodit”, tapi lagi-lagi tidak berakhir “happy ending” bagi pembaca, lalu cerita kembali beralih kepada anissa. intinya tidak ada “refresh” dalam plot cerita, tidak seperti seperti halnya yang terjadi pada RYT 1 – RYT 7 yang menurut saya plot ceritanya lebih bagus, mungkin memang RYT 8 – 11 ini ditujukan lebih menitik beratkan pada satu karakter saja.
ya, ini hanya sekedar opini. tiap orang punya opini dan selera masing-masing. mungkin pujangga binal sang penulis lebih nyaman memakai cara seperti ini.
————————————–
overall ceritanya bagus, mendekati sempurna, dan tentunya serial RYT adalah salah satu sastra terbaik dalam kategori cerita dewasa. mungkin nantinya bisa dibuat award untuk cerita-cerita dewasa Indonesia.
nggak sabar bagaimana ending sebuah karya masterpiece ini.
teruslah berkarya Pujangga Binal yang saya kagumi.
I answered your comments here: http://bit.ly/i60Ltf
but yeah you right, poor girl, really poor girl.
karena bagaimanapun, yang namanya pemerkosaan tidak ada yang nikmat…
oh ya, bagaimana dengan Dina? apakah dia happily ever after setelah married dengan Dudung? Mungkinkah Dina mempunyai semacam “ketagihan” having seks dengan pria-pria tua? Mungkin bisa diolah lagi…
but anyway, nice story, nice sequel, keep up the good work…
yeah, you right. there’s no such thing as enjoyable rape.
Dina will show up strong in RYT 12.
She needs to be strong because she will face her nemesis.
Who will win?
i love how Dina handle her problems.
smart, sexy yet naughty woman…
looking forward to RYT12. Oh ya, take your time. no need to hurry…
anissa disarang penyamun nehhhh….
hemmmm, apakah anissa dapat terbebas perbudakan ini ??
semakin mendebarkan ceritanya niy om Pb, Bang PB, Bos PB, waduhhh.., panggilnya apa yak hi hi hi
Anissa’s already free. She’s in safe place now.
Coz Pak Bejo & his gang already behind bars.
…or is she?
klu bisa masih ada yg ke 13 , 14 , 15 dst..
kan msh bisa lidya akan main sm dodit atau main sm mas paidi, kasih dong kesempatan mas paidi nikmatin lidya , juga dodit bisa nikmati mbak alya
btw lanjuut terus deh…siiip pool…!!!
Sorry but I won’t write RYT beyond 12 episodes.
Paidi & Lidya? Sorry no plans for that.
Dodit & Alya? Sorry, but it’s over for them too. She said no.
This is, seriously, unexpected! I mean, this is sooooo…. bloody cool! Not the rape section though,coz i found it too nasty, but the overall series and how you wrote this A, B, C parts.. Hell yeah it’s cool!
Thumbs up Mr. Jason! you’re much better in writing stories than wondering around killing people.. hahaha.. just kidding.
cheers!
iy sih, tapi biasanya sih kalo di film penjahatnya yang ketangkep bisa
tiba-tiba lepas dan bales dendam.. hiyyy seyem ahh
eh btw beneran mo ditamatin nih seri 12 ? trus bikin cerita baru apa lagi rencananya
(wawancara ala reporter he he h e)
RYT 12 will be my last. I will write new stories after that, it’s still in progress so you have to wait.
sory bung walaupun gw suka cerita genre rape tapi yg kalo yg ini seperti yg bung inginkan yaitu menggambarkan rape sesungguhnya >pahit banget (yup bung memang berhasil mengambarkan secara tepat dengan sebuah tulisan saja = benar2 “pujangga”)
jujur dr segi erotis cerita ini memang agak kurang (yg a dan b masih oke – apalagi scene nyotaimori (benar2 barang baru d cerita dewasa indonesia) -) tapi dr segi penceritaan benar2 bagus dan maksud dari penulis benar2 tersampaikan kepada para pembaca.
overall this series still a splendid story but if i have to choose, definetly i will choose RYT 7 (apalagi pas lidya dimainin ama tukang mainan – mantap abis)
ditunggu bos yg 12, take your time..
you are right, there’s no such thing as pleasant rape.
one of the inspiration for a rape scene that makes me wanna puke is the rape scene from the movie ‘Irreversible’.
I used to love searching for rape scenes on any movies, but after watching that movie rape scene?
I closed my eyes and said enough.