Widya |
“Aaahhh...beres deh akhirnya!” kataku sambil menggeliatkan badan setelah printer mengeprint susunan acara yang akan dirapatkan mengenai open house fakultas kami.
“Gua
juga nih, bentar lagi beres!” sahut Widya yang duduk di lantai ruang HIMA yang
beralaskan karpet berwarna hijau itu, ia sedang merapikan berkas-berkas yang
akan dipakai untuk rapat besok.
Widya
memang bukan pacarku, ia mulai akrab denganku sejak sama-sama aktif di himpunan
mahasiswa fakultas ekonomi tempat kami kuliah. Biasanya ia konsultasi mata
kuliah yang tidak dimengertinya denganku atau jalan bareng. Dari situ kami
mulai akrab, tapi tidak sampai pacaran. Ia memang seorang gadis yang menarik
dengan kulit bersih dan wajah yang cantik. Rambut hitam sedadanya menambah
cantik parasnya . Tubuhnya langsing dengan pinggang yang ramping ditambah lagi
dengan payudaranya montok, padat dan penuh. Bentuk tubuh yang sangat
proporsional sehingga sangat menggiurkan bagi banyak lelaki. Namun aku kurang
menyukai sifatnya yang terlalu dominan serta cenderung materialistis. Selain
itu ia juga sudah punya pacar yang kuliah di luar negeri. Namun harus kuakui
kalau secara fisik ia benar-benar membuatku terpesona. Sehingga kami pun
menjadi TTM saja, terutama sejak aku putus dengan pacarku beberapa bulan yang
lalu. TTM disini bukan hanya berarti ‘teman tapi mesra saja’, tapi kadang
berarti juga ‘teman tapi mesum’. Ya...selain menjadi teman ngobrol dan curhat,
tidak jarang Widya menjadi partner seks.
Suasana
kampus jam tujuh malam seperti ini sudah sangat sepi, di beberapa tempat bahkan
agak spooky seiring dengan beredarnya cerita-cerita seram seputar kampus ini. Namun
di satu ruangan berduaan begini justru menimbulkan pikiran nakal, apalagi
mengingat kepenatan setelah mengetik dan menyusun acara membuatku ingin segera
melepas stress. Aku meraih remote AC dan menekan tombol off sehingga AC pun
menutup.
“Kok
dimatiin?” protes Widya
“Gua
justru kedinginan, daritadi kerja di bawah AC terus tuh” jawabku, “lagian tar
lagi kan beres”
“Naikin
aja lah, jangan off, panas gila, udah berapa hari gak ujan gini!”
“Kalau
panas, ya buka aja bajunya, hehehe....!” tiba-tiba aku mendekapnya dan meremas
payudara kanannya.
“Iiihh, apaan sih lo?” Widya menjerit kaget tapi
tidak marah karena sudah biasa aku iseng seperti itu, apalagi ketika berdua
seperti saat ini
Senyuman
nakal merekah di wajah cantik Widya yang berarti lampu hijau untukku. Gairahku
sudah tidak tertahankan lagi dan butuh pelampiasan.
”Genit
ihh...jangan ah! Masa disini?” Widya sedikit meronta tapi dia membiarkan saja
tanganku meraba-raba payudaranya dan mulai mencopoti kancing kemejanya.
”Bentar
dong, gua beresin ini dulu!” ia memasukkan berkas ke dalam map dengan
terburu-buru saat tanganku mulai menyelusup ke balik leher kemejanya.
”Nanti
aja, masa lu ga kangen sama dede gua ini?” tanyaku meraih tangannya dan
menempelkannya ke selangkanganku yang telah menggelembung karena penis yang
telah ereksi.
Widya
semakin tersenyum, ”Hihi...konak ni yee!” cibirnya.
Aku
mengangguk. ”Iyalah, sepi-sepi gini, ada yang bening lagi” lalu aku membuka resleting
celanaku dan mengeluarkan penisku yang sudah tegang sejak tadi.
"Lu
sendiri lagi horny ga Wid?" tanyaku.
"Akkh..
pake nanya lagi, yuk...mumpung aman nih!" katanya sewot seraya mendaratkan
french kiss ke bibirku.
Ia
mendorong tubuhku hingga terbaring di atas karpet lalu menindihku sambil menggenggam
penisku
"Mmpph..
udah keras gini..." bisik Widya.
"Iya
deket-deket sama lu sih, jadi dia bangun hehehe" sahutku seraya
mendaratkan french kiss.
Berdua kami
pun hanyut dalam buaian cumbuan penuh birahi. Tanganku sudah sibuk di kedua payudara
Widya yang semakin kenyal saja. Tubuh temanku itu menggeliat bak cacing
kepanasan dan tanganku yang satu melepasi satu demi satu kancing kemejanya.
Kini kemeja pink lengan pendek yang dikenakannya telah terbuka seluruh
kancingnya dan keindahan tubuhnya semakin nampak jelas. Sepasang gunung kembarnya yang masih terutup
bra krem kuremas, kancing penutup dadanya yang terletak di depan kubuka
sehingga payudaranya terekspos. Gunung kembarnya begitu putih bersih begitu
indah dan menggairahkan. Perutnya rata dengan anting berbentuk hati kecil yang
ditindik pada pusarnya menambah kesan seksi padanya.
"Uh...aaaahhh!"
ia mendesah saat kuciumi kembali payudaranya yang telah terbuka.
Desahan
suara Widya semakin menggairahkan aku untuk terus memainkan payudaranya. Aku
melepaskan sejenak ciumanku pada payudaranya. Kupandangi dua buah gunung yang
sudah keluar dari cupnya itu sambil meremasinya. Tampak putingnya yang
kecoklatan mengeras seolah memanggilku untuk segera kembali melumatnya
"Kok
dipelotin aja sih? Ayo sini mimik cucu!” Widya menyodorkan payudaranya ke
mulutku seakan tak sabar untuk segera memintaku melumat habis miliknya itu.
Maka
tanpa buang waktu lagi, langsung kujilat-jilat kulit di sekitar putingnya
sembari menggodanya untuk memberikan sensasi yang luar biasa.
"Oh..
Oh, ogh," Widya merintih ketika lidahku tepat berada di putingnya. Kembali
kubasahi putingnya dengan ludahku, erangannya makin keras saat kutarik
putingnya dengan mulutku..
"Ohh..
Ambil semua Frans.. Ambil semua.. Aku milikmu Frans" napas Widya semakin
tak beraturan menggelinjang ke kanan ke kiri bagai cacing kepanasan.
“Uhh..,
ogh.." ia melenguh ketika sambil kucium bibirnya tangan bergerilya ke
payudaranya.
"Uhh
Frans...puasin gua!" ciuman lidahnya makin panas dalam mulutku, sementara
tanganku terus bergerilya pada dua buah dadanya yang montok.
Aku tahu
betul kalau ia paling tidak tahan ketika dadanya disentuh, apalagi kalau
putingnya dipermainkan, pasti langsung mengeras bagaikan tersengat listrik ribuan
watt.
"Ahh..
Uh.. Frans...nggak tahan, enakkhh...banget!!" erangnya
Wajah
Widya memerah, nampak sekali kalau ia menahan gairah yang luar biasa. Sambil
terus berpagutan aku berguling ke samping sehingga gantian kini aku yang
menindihnya. Dengan posisinya yang berbaring telentang di atas karpet aku lebih
leluasa menciumi bibirnya, pipinya, tanganku pun lebih bebas bergerilya di
tubuhnya.
"Ohh..
Frans.. Uh...iyah gitu!” Widya terus menggelinjang ketika aku mulai membuka
sabuk lalu resleting celana panjangnya.
Aku
terus mencumbunya, kujilat perutnya dan terus ke bawah. Pelan namun pasti
kubuka celananya. Celana panjangnya kutarik ke bawah, ia pun menggerakkan
kakinya membantu melepaskan celana itu. Sepasang pahanya yang mulus terbuka
sudah, kini yang tertinggal hanyalah celana dalam yang berwarna senada dengan
bra-nya yang di dalamnya tampak gundukan hitam yang ditumbuhi bulu-bulu yang
cukup lebat. Jariku mengelus belahan vaginanya dari luar, karena sudah
terangsang berat bagian itu segera mengeluarkan bercak basah.
"Oh...Frans,
pemanasannya lama amat, gua udah kepengen aaahh!" teriak tertahan Widya
yang makin terangsang, sambil menggigit bibir menahan gelora nafsu yang kian
panas.
"CD-lu
lepas sekalian yah?"
"Ehm..."
gumam Widya sembari menggangguk, seakan tak mampu lagi untuk mengeluarkan
kata-kata.
Kemudian
aku pun menarik lepas kain terakhir yang mentupi kewanitaannya itu. Aku semakin
bernafsu melihat tubuhnya yang sudah 90% telanjang itu, hanya tinggal
mengenakan kemeja dan bra yang telah terbuka semua kancingnya. Pemandangan yang
betul-betul menggairahkan sehingga membuat 'adik' kecilku yang masih tersimpan
di balik celana berontak meminta untuk keluar ikut bergabung. Tanganku turun ke
bawah lagi untuk menggapai vaginanya yang sudah mulai membasah, dengan tetap
mencumbui bibirnya, aku mulai membuka bibir luar vaginanya.Kedua jari telunjuk
dan jari tegahku membentuk huruf V. Tangan "V" ku lalu mulai
menggosok lembut, mengapit, menjepit lembut dan sesekali dibuka lebih lebar
lagi. Sementara jempolku menekan lembut klitoris Widya untuk memberikan
sentuhan yang luar biasa nikmatnya. Tubuh Widya menggelinjang diiringi
desahannya, nafasnya yang menerpa wajahku terasa sekali semakin memburu.
"Lu
buka baju dong...masa lu masih lengkap gua udah telanjang gini, ga adil ah!"
protesnya manja
Tanpa
banyak bicara buru-buru kulepaskan seluruh pakaianku dan keluarlah senjataku
yang telah berdiri tegak dan bersiap menjemput mangsanya. Kembali kutindih
tubuhnya, kuciumi dengan gerakan turun ke bawah. Kepalaku berhenti di
selangkangannya untuk menciumi gundukan bukit kecil Widya yang ditumbuhi hutan
hitam yang lebat.
"Ohh..
Uhh.. Ugh" erangan Widya makin tak beraturan, apalagi saat kutemukan daging
kecilnya yang mirip kacang berwarna merah dan basah. Sejenak kupandangi
kemudian kembali kusapu dengan lidahku meminum sari-sari kacang itu dengan
nikmatnya.
"Ah..
Frans...lu emang pinter muasin cewek, terusin aahh...sedot terus" sambil
menggelinjang tangan Widya mencari-cari sesuatu. Ohh...ternyata ia mengincar
penisku yang akhirnya ia dapatkan juga, tangannya yang halus menggenggam
kejantananku yang sudah mengeras.
“Uuuhh!!"
aku pun mendesah geli ketika penisku dipegang tangan halusnya, perlahan benda
itu pun dikocoknya.
Aku
semakin tak tahan merasakan sensasi yang begitu nikmat. Tiba-tiba Widya
bergerak memutar tubuhnya hingga mulutnya persis berada di 'adik' kecilku, ia
memang pandai mengimbangi permainanku, harus kuakui mantan pacarku saja kalah
dalam hal ini. Sementara mulutku juga tepat berada di bukit yang di tengahnya
terdapat lorong ditutup kacang. Kami pun bermain dengan gaya 69.
"Ah..
Uh.. Slurp.. Slurp.." bunyi gesekan mulut dan tongkat serta mulut dan gua
makin keras terdengar. Kami sibuk bergumul mengoral kelamin pasangan masing-masing
hingga berlangsung sekitar 20 menit.
"Frans...gua
udah gatel banget nih, masukin dong kontol lu" rengek Widya sambil terus mengocok
penisku, dijilatnya batangku itu hingga licin, bahkan sesekali telurnya pun ia emut
juga.
"Frans..
please... cepetan donk.. gua nggak tahan lagi.."
"He
eh...bentar lagi say, kagok!" jawabku sambil terus menikmati kacangnya,
aku ingin menghabiskan cairannya yang gurih dulu, sayang kalau terbuang begitu
saja.
Beberapa
saat kemudian baru kuputar badanku pada posisi semula. Widya mengangkangkan
kakinya hingga gundukan bukit itu nampak jelas sekali. Hutannya yang hitam dan
rimbun membuat pemandangan tampak begitu indah, begitu pula 'kacang basahnya'
yang menonjol. Wajahnya yang memerah dan bibirnya yang basah menahan gairah
semakin menambah kecantikannya malam ini. Perlahan namun pasti kugerakkan
tongkatku menuju gua yang lebat itu
"Ouhh.."
Widya merintih saat kepala penisku mulai masuk ke mulut vaginanya yang sudah
basah dan licin.
Desahannya
dan desahanku bersahutan tatkala pelan-pelan batang tongkatku masuk ke dalam liang
kenikmatan itu. Sejenak tongkat itu kutarik keluar kemudian kumasukkan lagi dengan
sangat perlahan.
"Ahh..
Ouhh...nikmat banget Frans.. Ohh!"
"Wid...lu
cantik banget kalau lagi horny gini"
"Gombal...
jangan banyak omong ah! entot gua aja!" katanya sambil mencubit lenganku
Penisku
terus bergerak maju mundur di dalam vagina Widya. Sementara itu mulutku juga
terus bergerilya di gunung kembarnya yang montok.
"Ahh..
Frans.. Oh.. tusuk yang dalem.. Ohh" Widya terus menggelinjang ke sana ke
mari, pantatnya juga terus bergoyang seolah tak pernah puas dengan tusukanku.
Aku pun menambah
kecepatan genjotanku sampai tubuh kami bergoncang hebat dan tumbukan alat
kelamin kami menghasilkan bunyi kecipak.
"Oh..
Oh.. enak banget Frans...kontol lu dahsyat, gua hampir sampai nih...iyah terus
lebih keras lagi.. Ohh"
"Ahh..
Uhh.. Uh.. Aku juga hampir keluar sayang, dikeluarkan dimana? Di luar apa di
dalam?"
Tiba-tiba
ada sesuatu lahar panas yang akan segera muntah dari tongkat kenikmatanku.
"Di
dalam aja biar lebih enak.. Oh.. Uh.." Cret.. Cret.. Crett.. Keluarlah
lahar panas dari tongkatku.
"Ohh..
Aku sampai.." Pada saat yang bersamaan Widya juga sampai pada puncaknya.
"Uhh..
Ogh.."
Lolongan
panjang kami mengakhiri pertempuran pertama yang luar biasa nikmatnya. Perlahan
nafas kami teratur kembali seperti turun dari puncak kenikmatan yang sensasional.
Sementara itu tanpa kami sadari, akibat kelalaian kami tak menutup rapat
jendela, sepasang mata terus mengamati pergumulan panas kami. Memang bukan
sepenuhnya dia yang salah tapi juga karena keteledoran kami yang karena terlalu
asyik tidak sempat mengecek situasi dan kondisi. Tek...tiba-tiba terdengar
suara benda jatuh dari luar, suara itulah yang menyadarkan kami bahwa seseorang
mengintip kami dari luar sana. Aku dan Widya saling berpandangan, terkejut
sekaligus baru sadar kalau jendela masih sedikit terbuka sehingga memungkinkan
orang itu dapat melihat ke dalam bila mengintip dari celahnya. Widya buru-buru
menutup dadanya dengan kemejanya yang telah terbuka semua kancingnya. Kami
melihat jelas di sana Pak Akmal, si penjaga kampus di fakultas kami, yang juga
sama-sama kaget
“Maaf...Den...maaf,
Bapak cuma lewat aja, terus ga sengaja denger suara dari sini!” sahutnya sambil
cengengesan lalu pergi begitu saja.
"Walah
Wid...jendelanya belum dikunci ya tadi?"
"Belum
kayanya...lu juga sih terlalu nafsu! Mana gua inget jadinya"
"Ya
lu juga sih...terlalu nafsuin jadi aja gini, mana suara lu itu juga lagi, kalau
lagi ML suka lepas kontrol"
“Eeee...kalo
mau nyalahin, kan lu juga yang pertama ngajakin gua gituan!” timpal Widya
“Iya ya
udah...udah gua salah deh, sori yah say!”
"Jangan-jangan
dia udah lama ngeliat semuanya ya?"
"Biarin
aja deh, kan malah lebih seru tuh!" godaku
"Edan
lu Frans!” katanya sewot sambil mencubit putingku
"Aww...ih
main cubit melulu yah lu, eh Wid, gua ada ide nih, agak edan sih emang"
Tiba-tiba
muncul dalam benakku untuk mengajak Pak Akmal ikut serta dalam permainan kami, pasti
seru dan menggairahkan melihat Widya
yang cantik bercinta dengan Pak Akmal yang jauh dari tampan.
"Ide
apaan?" tanyanya sambil mengaitkan kembali bra-nya lalu kembali
mengancingkan kemejanya.
"Gimana
kalau Pak Akmal kita panggil ke sini aja?"
"Maksudnya?"
"Kita
ajak dia ngentotan bareng kita kan lebih asyiik...threesome gitu loh!"
"Ih
gila lu...masa gua harus gituan sama penjaga kampus? Mending kalau cakep"
“Bukan
begitu, pasti lebih sensasional. Lu inget ga cerita-cerita yang pernah gua
kasih baca ke lu di situs KisahBB?" aku menyebutkan situs kesayangan kita
ini.
“Heh,
jadi gua mau lu pasangin sama beast gitu?” ia mengerenyitkan dahi
Sejenak
Widya berpikir, mungkin ia menganggap ideku sangat gila, tapi entah kenapa
tiba-tiba bulunya merinding dan tampak wajahnya bergairah, mungkin ia
membayangkan permainan tersebut. Namun ia juga tidak mau kalau tampak menggebu
menginginkannya, ya ja’im gitu lah.
"Serius
nih Frans?"
"Serius"
aku coba meyakinkan Widya.
"Kamu
yakin aman-aman aja kalau Pak Akmal kita ajakin?"
"Ya
amanlah, Pak Akmal sih setau gua orangnya ga rese kok, gua yang tanggung jawab
nanti kalau gimana-gimana "
"Terserah
kamulah" Widya akhirnya pasrah karena tiba-tiba ia pun mulai bergairah.
"Ok
kalau gitu aku akan bicara ama Pak Akmal"
Aku
segera berpakaian kembali, kupakai sandal yang kuletakkan di depan pintu
kemudian aku keluar dari ruang HIMA. Kudatangi Pak Akmal di ruangannya, kulihat
ia sedang merokok di sana, dari wajahnya nampak ia gelisah melihat permainan kami
tadi, mungkin ia juga sangat terangsang tapi tak ada pelampiasan. Ia nampak
canggung ketika melihatku melangkah ke arahnya. Pak Akmal ini adalah seorang
pria berusia 40an, bertubuh gempal dan berkumis . Banyak mahasiswa di fakultas
kami, termasuk diriku, yang akrab dengannya karena Pak Akmal orangnya memang
tidak neko-neko dan jujur. Pernah seorang mahasiswi kehilangan dompetnya,
besoknya dompet itu sudah kembali ke pemiliknya dengan utuh tanpa kurang apapun
setelah dipungut oleh Pak Akmal dan dipasang di papan pengumuman. Maka tidak
heran ketika lebaran kami dari senat pasti patungan untuk memberikan bingkisan
padanya sebagai penghargaan dari kami.
"Eh
Den Frans...maaf tadi, Bapak nggak sengaja, tadi itu..."
"Ngga...ga
apa-apa kok pak!” potongku, “kita juga yang lupa nutup jendela jadi bapak bisa
ngintip"
"Tadi
itu Bapak kebetulan aja lagi nyapu Den...pas denger suara-suara dari ruang
situ, kirain apa, eh taunya Den Frans lagi...”
"Udahlah
Pak...gak pa-pa kok! Omong-omong tapi tadi Bapak lihat kan saya ngapain sama
Widya?"
"Enggak..
Bapak nggak.. tahu kok Den.." Katanya agak gugup.
"Ah
si Bapak, gak usah bohong Pak... saya nggak pa-pa kok, kita kan udah sama-sama
dewasa, malah kalau mau Bapak boleh kok ikutan"
"Eeenngg...maksud
aden?"
"Iya
kalau Bapak mau, ikutan aja yuk Pak"
"Ikutan
apaan?" tanyanya polos atau entah pura-pura polos
"Ikutan
gini” jawabku menunjukkan jempol diselipkan antara telunjuk dan jari tengah, “
ya seperti yang Bapak lihat tadi"
"Bener
nih Den? Apa Bapak nggak salah denger?” ia seperti tidak percaya
"Enggak...ga
salah kok, saya juga udah bicarakan ama Widya, dia juga ok aja kok, bapak kan
juga udah banyak bantu kita orang, boleh dong sekali-kali kita ajak fun, jangan
kaya orang lain gitu lah"
Si
penjaga kampus itu tercenung, ia benar-benar tak percaya dengan ajakanku, ia
seolah sedang bermimpi. Tapi aku segera menyadarkannya.
"Yuk
kita ke sana...kasihan Widya dah menunggu lama" kutarik tangannya untuk
ikut ke ruang HIMA.
“Hehe...Bapak
jadi deg-degan nih Den, beneran kan nih Bapak diajak juga?” tanyanya girang di
tengah jalan
“Udah lah
pokoknya enjoy aja Pak malem ini!” kataku
“Wid...bukain! gua nih!” pintu kuketuk begitu
sampai di depan ruang HIMA.
“Hai...ayo
cepetan masuk!” Widya membukakan pintu setengah.
Begitu
masuk, kami melongo melihat pemandangan yang luar biasa. Ternyata Widya telah
telanjang bulat menyambut kami, sepertinya sudah gatel dia. Pak Akmal terpaku
tidak bisa berkata apapun melihat tubuh Widya yang langsing ideal serta pahanya
yang putih mulus dan payudara yang indah membusung. Ikat rambutnya kini telah
dibuka sehingga rambut hitamnya tergerai hingga sedada, membuatnya terlihat
makin cantik dan menggairahkan. Pemandangan seperti ini mungkin selama ini
hanya bisa ia bayangkan saat melakukan onani tapi kini Pak Akmal melihat Widya
yang betul-betul dalam posisi menantang di depan matanya, pastilah ia tidak
percaya impiannya telah menjadi kenyataan.
"Kok
diem aja gitu Pak, kenapa?" sapa Widya memecahkan kesunyian.
Kulihat
sebenarnya Widya agak gugup dipandangi seperti itu, apalagi baru pernah ia
telanjang di depan si penjaga kampus itu. Atau mungkin ia sedang horny membayangkan
sebentar lagi kedua pria di hadapannya ini akan menjarah tubuhnya dan
memberikan kenikmatan seksual kepadanya. Kulihat pancaran wajahnya sangat
bergairah. Demikian pula aku yang saat itu sangat terangsang menghadapi
permainan beauty and the beast yang akan segera kami mulai.
"Yuk
Pak kita mulai aja, jangan bengong gitu terus!" kuajak pria setengah baya
itu segera mendekat ke Widya.
Aku
kembali melepaskan pakaianku , juga kuminta hal yang sama pada Pak Akmal yang
melepas pakaiannya dengan malu-malu. Kini kami bertiga dalam keadaan yang
sama-sama telanjang. Kulirik penis Pak Akmal yang sudah ereksi, dari sisi
ukuran memang tak jauh beda. Namun masing-masing punya kekhasan tersendiri.
Punyanya kepalanya bersunat agak melengkung dan warnanya lebih gelap sedangkan
punyaku menjulang dengan kokohnya.
“Hehe...Pak
Akmal malu-malu tapi udah ngaceng gitu tuh” godaku
“Ya
iyalah Den, masa ngeliat cewek bening kaya Non Widya telanjang gini gak tegang
hehehe....ya toh Non?”
“Ah si
Bapak bisa aja....yuk ke sini!! Daritadi omong terus ah” Widya menuntun tangan
kami ke sofa, ia lalu menghempaskan pantatnya ke tengah sofa.
Aku ikut
duduk di sebelah kirinya dan Pak Akmal di sebelah kanan. Aku memulai duluan
dengan merundukkan kepalaku pada bagian dada Widya. Payudaranya yang montok
kuciumi dengan seksama.
"Ouh..
Ouh.." Widya merintih kenikmatan.
Pak Akmal
pun tidak mau ketinggalan, ia mengambil bagian pada wajah Widya. Diciuminya
bibir Widya dengan lembutnya, bibir ranum yang selama ini hanya ada dalam
bayangannya.
"Ouh..
Ogh.. Uh...!" Widya tak tahan menahan sensasi serangan dari berbagai
penjuru itu, tubuhnya menggeliat ke sana ke mari, tangannya juga meraih penis
kami dan mengocoknya pelan.
Sambil
terus beradu bibir dengan Widya, tangan Pak Akmal meremasi payudara kanan Widya
yang ranum.
"Hhhhsss....Uhhh...!"
desah nafas kami yang makin tak beraturan memenuhi ruangan ini.
Sambil
terus kujilat dan kuemut payudara Widya, tanganku merogoh ke bawah, ke
vaginanya. Jari-jariku mengorek-ngorek liang senggamanya yang sudah sangat
basah, kacang kecilnya kumain-mainkan sehingga ia makin berkelejotan menahan nikmat.
kulihat Akmal mengubah posisi. Penisnya yang sudah tegang dan kepalanya disunat
itu ia sodorkan ke mulut Widya yang langsung menyambutnya dengan antusias.
"Ouhh..
Ups.." Pelan dan pasti tongkat Akmal keluar masuk dari mulut Widya..
Terkadang Widya melahapnya hingga hampir mengenai telurnya.
"Eeemmmhhh...Non!"
kudengar erangan Pak Akmal menahan kenikmatan dari mulut yang selama ini ia
bayangkan.
Sementara
aku sendiri juga mengubah posisi, kubentangkan kedua pahanya dan mengambil
posisi di antaranya, penisku yang sudah tegak kucoba untuk kumasukkan ke dalam liang
kenikmatan Widya.
"Aauuww...
nnngggghh!" Widya berteriak tertahan menahan dorongan penisku, namun
tertahan suaranya oleh penis Pak Akmal yang sedang maju mundur mengganjal
mulutnya.
Kulihat
wajah ttm-ku ini benar-benar cantik dan menggairahkan dengan dua batang
kemaluan pria yang yang sedang memasuki lubang atas dan bawahnya. Sambil
memegang sepasang paha Widya, kugerakkan penisku maju mundur, terkadang gerakan
memutar mengaduk-aduk liang kenikmatan itu, sementara Pak Akmal sedang asyik memaju
mundurkan penisnya di dalam mulut Widya.
"Ohh..
Ua.. Uuaoww" berbagai suara-suara tertahan serta desahan nafas memecah
kesunyian malam itu.
Widya
menggelinjang hebat saat mulutnya dijejali oleh penis Pak Akmal dan lubang kenikmatannya
disodoki penisku. Pak Akmal, yang tadinya malu-malu, kini nampak semakin
bernafsu menikmati threesome sex ini, dia meremasi rambut panjang Widya dan memompakan
penisnya di mulutnya.
“Santai
aja Pak, kalau cepet-cepet dikeluarin gak asyik!” kataku melihatnya begitu
bergairah.
“Iyah
Den ehehe...abis enak banget sih!”
Sementara
tangan kanan Widya terus mengelusi batang kemaluan pria itu dan mulutnya kadang
kempot menghisap-hisap penis di mulutnya.
Setelah
berlangsung selama 10 menit, kemudian Pak Akmal menoleh ke arahku, meski ia tak
bicara tapi aku mengerti kalau ia minta ijin kepadaku untuk tukar posisi karena
ia ingin merasakan juga nikmatnya vagina Widya. Kami pun bertukar tempat. Kini aku
duduk selonjoran di sofa dan meletakkan kepala Widya di selangkanganku. Widya
menengok sedikit ke samping agar bisa memberi pelayanan oral pada adik kecilku
ini. Pak Akmal mengambil posisi di ujung sofa lainnya. Tanpa buang waktu lagi, Widya
mulai mengocok penisku dan mendekatkannya ke mulutnya. Sebentar saja penisku
sudah maju mundur di dalam mulutnya, kadang kepalanya ia jilat, kadang
batangnya bahkan kadang seluruhnya ia telan.
"Ouhh
enak sekali Non...memekmu seret banget.. Ohh" terdengar Pak Akmal meracau
merasakan nikmatnya himpitan vagina Widya.
"Wid,
lu tambah cantik aja dengan wajah penuh permen gitu.. Ohh" matanya melotot
saat kugodain seperti itu, tapi makin tambah nikmat.
"Bapak
suka teteknya Non, montok sekali" sahut Pak Akmal sambil meraih payudara
Widya dan meremasnya
"Ahh..
lu emang sip banget deh!”
Sensasi
yang kami rasakan makin menjadi. Dua pasang tangan kami menggerayangi tubuh
mulus temanku ini, menjalajahi setiap inci kemulusannya. Pak Akmal tengah
menikmati vagina Widya, suara pelirnya yang terayun-ayun menepuk kewanitaan
Widya terdengar jelas. Widya yang dilanda kenikmatan tak terhingga ini hanya
bisa mendesah dan menggelinjang sambil menikmati penisku. Mata Widya
berkejap-kejap tanda ia sudah mau mencapai orgasme, aku hapal betul tanda-tanda
ini karena aku sering bermain cinta dengannya.
"Ohh..
Ohh.." Di saat yang sama akupun juga merasakan hal serupa, akhirnya
kutumpahkan seluruh lahar panasku ke mulutnya.
Tak
perlu dikatakan lagi, saat menyaksikan momen ini dan melihat ekspresi wajah Widya
saat dia mengoral penisku, mendorongku dengan cepat ke puncak untuk yang kedua
kalinya. Kali ini aku keluar lebih keras dan lebih lama daripada yang pernah
kualami sebelumnya sehingga menyebabkan Widya gelagapan dibuatnya. Aku terus
mengisi mulutnya dengan berjuta sel sperma yang segera dihisap dan ditelannya.
Sebagian besar cairan itu ia telan, namun sebagian lainnya meluber keluar
mulutnya karena memang cukup banyak aku memuncratkan sperma akibat terangsang
berat dengan sensasi beauty and the beast yang baru saja terealisasi. Di ujung
sana, Pak Akmal masih terus menggenjot vagina Widya. Tiap sodokan penisnya membuat
tubuh Widya tersentak kasar, apalagi melihat genjotan pria itu yang semakin
cepat di vaginanya. Ternyata Pak Akmal yang sehari-harinya tampak alim itu
begitu ganas dalam bercinta. Sementara Pak Akmal terus menggejot Widya, penisku
masih tetap dihisap oleh ttm-ku itu, tapi agaknya ia pun akan segera mencapai
orgasme. Benar perkiraanku, tak lama kemudian....cret.. cret.. crret.. tumpahlah
lahar panas Pak Akmal yang ia keluarkan di perut Widya. Cukup tahu diri juga
Pak Akmal ini, sengaja ia tidak mau mengeluarkan di dalam karena takut resiko
pada kehamilan Widya. Setelah beristirahat sekitar lima menitan, Pak Akmal
mulai mengambil alih permainan selanjutnya sementara aku duduk di kursi
komputer, break dulu sambil merokok dan menonton mereka berdua melanjutkan
pergumulan di sofa.
“Yuk
Non, kita duaan aja sekarang!”
Ditariknya
Widya ke pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap payudaranya yang
sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggung Widya
sambil mulutnya melumat bibir indahnya dengan gemas.Mataku terus memperhatikan
permainan mereka yang membuat penisku mulai tegang lagi. Setelah puas
bermain-main di payudara Widya, Pak Akmal kemudian mulai menciumi pusar Widya
yang ditindik itu sampai akhirnya mulai menjilati lubang vaginanya yang semakin
basah. Setelah berlangsung kira-kira 20 menit, tampak Widya mulai mendekati
orgasme, terlihat dari tubuhnya yang makin menggelinjang. Mengetahui hal itu, Pak
Akmal kemudian mengubah posisi Widya menjadi dogie style dan mulai mengarahkan
penisnya ke vaginanya yang makin merekah. Sebelum memasukkan penisnya, tidak
lupa Pak Akmal menggosok-gosok kepala penisnya pada bibir vagina Widya. Badan temanku
itu menggelinjang kegelian merasakan gosokan penis Pak Akmal pada vaginanya. Perlahan-lahan
Pak Akmal mulai memasukkan penisnya ke vagina Widya. Widya pun berusaha
membantu dengan menjulurkan tangan ke belakang dan membuka bibir vaginanya
lebar-lebar. Tangan Pak Akmal yang satu memegang pinggul Widya sambil mendorong
pinggulnya sendiri, sedangkan tangannya yang satu memegang batang penisnya yang
ditekan masuk ke dalam vagina Widya. Sementara Pak Akmal sedang berusaha
memasukkan penisnya ke dalam vagina Widya, badan temanku itu terlihat
menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya mengeluarkan desahan-desahan seperti
orang sedang kepedasan. Pada waktu Pak Akmal menekan masuk penisnya, terdengar
jeritan tertahan dari mulut Widya,
"Aduuhh..,
sakiitt.., Pak.., pelan-pelan.., doong".
Pak
Akmal agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberikan kesempatan pada Widya
mengambil nafas, kemudian ia melanjutkan kembali usahanya melakukan penetrasi.
Aku agak miris sekaligus terangsang melihat kondisi Widya, di samping itu
melihat badan Widya yang menggeliat-geliat dan tangannya yang mencengkeram kulit
sofa di bawahnya dengan kuat, sungguh membuat gairah meningkat. Pak Akmal
dengan pasti tetap mendorong kemaluannya masuk secara perlahan-lahan ke dalam
vagina Widya. Akhirnya sesaat kemudian, hampir seluruh kemaluan Pak Akmal masuk
ke dalam liang kenikmatan temanku itu. Pak Akmal pun mulai menggerakkan
penisnya keluar masuk dengan irama yang teratur, sementara Widya mengimbangi
dengan menggerakkan pinggulnya.
"Ayoh
Pak, iyahh teruss shh.." ceracau Widya.
Penjaga
kampus itu pun tak kalah ganas, ia terus menggoyangkan pinggul dan penisnya yang
dihujamkannya keluar masuk vagina Widya yang semakin lama smakin becek oleh
lendir kewanitaannya sehingga menimbulkan suara decak dan mengeluarkan harum
yang khas setiap kali pria itu mengayunkan pinggulnya. Tidak lama kemudian, Widya
mencapai klimaks. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan jeritan
tertahan,
"Gua
keluar nih Pak....teruss....terushhh...tusuk yang kuat!" erangnya makin
tak karuan
Melihat
hal itu, Pak Akmal makin mempergencar goyangannya mengimbangi goyangan Widya.
Diremasnya bokong temanku itu sambil ia terus menggerayangi payudara Widya. Ia terus
menghela pinggulnya berharap agar mendapatkan orgasmenya bersama-sama dengan Widya.
Widya benar-benar menikmati seks beauty and the beast ini seakan-akan tak ingin
mengakhirinya. Tangan kirinya melingkari leher Pak Akmal yang mencupangi
lehernya. Tubuh indahnya yang masih menyatu raga bagian bawahnya itu,
melenting, matanya terbelalak hingga bola matanya nyaris berputar. Mereka
benar-benar sudah tak mempedulikan lagi perbedaan status antara keduanya. Tak
lama kemudian Widya mendesah panjang dan cairan orgasme mengucur deras dari
vaginanya semakin memperlicin keluar masuknya penis si penjaga kampus. Pak
Akmal langsung menekan lebih dalam agar penisnya makin mentok masuk ke dalam vagina
Widya. Ia pasti merasakan nikmat yang luar biasa penisnya dihangatkan oleh
cairan vagina Widya. Dari ekspresi wajahnya yang merem-melek kupastikan ia
menikmati sensasi itu sampai akhirnya....ccchhrroott...Sampailah Pak Akmal pada
orgasmenya. Beberapa kali penisnya mengeluarkan lahar panas yang kental ke
dalam vagina temanku, sampai-sampai cairan-cairan itu meluap keluar dari vaginanya
hingga akhirnya keduanya terkulai lemas. Widya begitu menikmati sensasi saat pria
itu mengeluarkan maninya di dalam vaginanya. Sementara Pak Akmal kemudian
meneruskan gerakan keluar-masuk penisnya dengan kecepatan menurun dan Widya
hanya diam kelelahan dengan nafas yang tidak teratur. Tapi tidak lama,
tampaknya birahi Widya mulai bangkit lagi dan menggerakkan pantatnya lagi.
Maklum wanita kan bisa mengalami multiple orgasme. Untuk babak kali ini, Pak
Akmal mencabut penisnya dari vagina Widya dan memintanya untuk naik ke penisnya.
Kemudian Pak Akmal berbaring telentang di sofa. Mengerti apa yang harus
dilakukannya, Widya pun berlutut di selangkangan Pak Akmal dan mulai menurunkan
vaginanya yang sudah basah kuyup itu arah penis Pak Akmal yang digenggamnya.
Dengan mudah penis pria itu masuk ke dalam vaginanya, maklum setelah cukup lama
barang Pak Akmal yang besar itu keluar masuk, vaginanya pasti makin berlendir
dan lebih melar. Kali ini Pak Akmal cenderung pasif membiarkan Widya agar
beraksi sendiri menaikkan dan menurunkan pinggulnya. Gerakannya itu membuat
buah dadanya bergoyang-goyang dengan indahnya. Pria itu menjulurkan tangannya
ke dada kiri Widya dan meremasnya, putingnya yang mengeras itu ia pilin-pilin. Tentu
saja Widya yang sudah terangsang hebat semakin kesetanan. Ia meraih tangan Pak
Akmal yang satu lagi dan diletakkan di dada kanannya. Kini pria itu
menggerayangi sepasang payudara montok itu sambil menikmati goyangan sensual
pemiliknya. Kenikmatan di payudaranya membuat gerakan pinggulnya tak beraturan,
kadang berputar kadang naik-turun. Kemaluan Pak Akmal pun makin basah oleh
cairan yang keluar dari liang kemaluannya.
"Agh..
aghh.. ssshhh!", erang Widya kenikmatan sambil memelintir putingnya
sendiri.
Aku yang
sejak tadi hanya menyaksikan mulai tidak tahan, aku siap memulai lagi ronde
berikutnya. Maka aku pun mendekati mereka dan mengarahkan kemaluanku yang sudah
sangat tegang ke mulut Widya. Dengan sangat bernafsu, ia mengulum penisku
sementara Pak Akmal mulai ikut aktif menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas. Sekitar
sepermpat jam kemudian tampaknya Pak Akmal akan segera mencapai klimaksnya dan
mengerakkan pantatnya dengan sangat cepat ke atas. Widya tidak kalah liar mengimbangi
gerakan pria itu dan melepaskan penisku dari mulutnya, namun tangannya tetap
aktif mengocoki penisku.
"Ayo
Pak Akmal sodok yang cepat.., ah.., uh" erangnya
Akhirnya
Pak Akmal ejakulasi, ia mendekap erat pinggul Widya dan menekankannya dalam-dalam
ke selangkangannya sehingga kelamin mereka saling menempel. Pada saat hampir
bersamaan Widya pun kembali mencapai orgasme. Tak lama kemudian goyangan Pak
Akmal berhenti, ia pun terbaring lemas di bawah Widya, penisnya sepertinya
sudah mulai menyusut sehabis orgasme.
Pak
Akmal dan Widya terbaring dengan lesu di sofa dan aku di kursi. Energi kami
benar-benar terkuras dalam persetubuhan liar barusan. Tak lama kami
beristirahat, Widya berinisiatif mengulum kemaluan Pak Akmal yang masih
mengkerut. Sementara aku hanya memperhatikan. Service dari Widya ini tentu
menyebabkan kemaluan Pak Akmal mulai membesar lagi setelah beberapa saat
dikulum. Widya kemudian bangun dan duduk di pangkuan Pak Akmal, kemudian ia
memasukkan penis pria itu ke vaginanya dengan posisi berpangkuan. Ia pun mulai
menaik-turunkan pantatnya dengan bibir vagina mencengkeram penis Pak Akmal
dengan erat. Ketika menaikkan pantatnya, bibir vaginanya turut tetarik keluar
mencengkeram kemaluan Pak Akmal. Makin lama gerakan Widya makin cepat dan tak
lama ia tampak mencapai orgasmenya dan menekankan pantatnya kuat-kuat sehingga
penis Pak Akmal masuk seluruhnya. Setelah itu ia menarik pantatnya dan nungging
di bawah sofa sambil mengulum kemaluan Pak Akmal. Dengan posisi ini, vaginanya
mengarah ke arahku. Melihat pemandangan demikian, aku pun mendekatinya dan memasukkan
penisku yang tegang ke vagina Widya dari belakang, sementara mulutnya sibuk
mengulum kemaluan Pak Akmal. Kira-kira sepuluh menit kemudian, Widya kembali
mencapai orgasmenya dan aku rasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat. Tak
lama aku pun kembali mencapai ejakulasi. Setelah itu ia mengelap vaginanya yang
belepotan sperma dan cairan orgasmenya dengan tissue basah. Ia kemudian
berbaring di sofa dan Pak Akmal, yang belum puas menggarapnya, kembali
memasukkan penisnya ke vagina Widya. Setelah dua puluh menit kemduain, Widya kembali
mencapai orgasme, saat itu juga barulah Pak Akmal pun mencapai orgasmenya. Kali
ini pria itu mengeluarkan penisnya dari vagina Widya, sehingga spermanya
muncrat ke payudara dan perutnya. Sambil tersenyum lemas Widya membalurkan
sperma tersebut ke seluruh dada dan perutnya untuk menikmati kehangatannya, ia
juga menjilati jari-jarinya yang belepotan cairan itu. Setelah itu barulah ia
mengelapnya dengan tisue basah. Pak Akmal tampak kelelahan namun sangat
menikmati. Ia kemudian mencium bibir Widya dan memeluknya. Widya berkata bahwa
ia sangat menikmati persetubuhan liar ini dan tersenyum nakal kepadaku. Setelah
cukup tenaga kami pun berpakaian kembali, sesuai janjiku aku membantu Widya
merapikan berkas-berkas yang akan dipakai besok sebelum akhirnya meninggalkan
kampus. Saat itu langit sudah gelap dan di kampus mungkin tinggal kami dan
beberapa orang yang berkepentingan.
---------------------------------------
Seminggu kemudian
Sore jam
tigaan, rapat himpunan akan segera mulai sebentar lagi. Aku menyusuri koridor
mencari Widya, entah di mana dia, padahal setengah jam yang lalu sempat
berpapasan dekat sini dan minta diingatkan kalau rapat sudah mulai. Kuhubungi
nomornya juga tidak diangkat-angkat, kemana ya nih anak? bikin repot saja. Kucoba
menghubungi nomornya sekali lagi. Nah...kali ini diangkat juga akhirnya.
“Frans....udah
mulai...eeemm....meetingnya?” suara Widya terdengar agak aneh.
“Bentar
lagi mulai Wid, udah pada dateng semua nih! lu dimana sih?”
“Gua
agak telat...dikit ya...tolong bilang ke...yang lain...aaahh! tanggung
soalnya!”
“Ngapain
sih lu Wid, kok kaya lagi...hheheeh...iya kan?” aku mulai bisa menebak dari
suaranya di telepon, “lagi sama siapa nih Wid? Cowoklu pulang?”
“Ngga...gua
di...ruangnya Pak Akmal nih...sama dia...mmmhhh....nngghh!” ia semakin
mendesah.
“Weleh...weleh...ketagihan
sama Pak Akmal ni yeee!” godaku
“Iiihh....nggak...dia
yang ajak, jadi guanya juga horny...aaah....aahh....gua usahain cepet...supaya
ga telat amat...okkkeehh!” katanya terengah-engah.
“Oke deh
lu enjoy dulu aja Wid, jangan kelamaan ya hehehe...!” aku pun lalu menutup
telepon.
Rapat
sudah berlangsung hampir sepuluh menit ketika pintu diketuk dan Widya masuk ke
ruangan. Mukanya nampak baru dimake-up ulang dan sedikit keringat terlihat di
dahi dan pelipisnya. Dia mengambil tempat di sebelahku yang kosong.
“Udah
puas gitunya?” godaku setengah berbisik padanya.
Dia
hanya menjawabnya dengan cubitan di pahaku dan senyuman nakalnya.
By: Lontok Dadang
wew. Mantep gan critanya. Ditunggu kisah lanjutanya.
BalasHapuswehhh cerita baru lagi nihhh...
BalasHapusdilanjut lha bro mba widyanya main sm temennyapak akmal di gudang, kayanya seru tuh...wkwkwkwk
Bro shusaku,,, blog ini tolong di tambahin fiture search/pencarian donk,, sorry komentar ga nyambung ke cerita
BalasHapustidak ada fanfics lagi??
BalasHapusyang mmebuat cerita ini menarik adalah ketika BEAST nya ga maksa, tapi malah diajak...
BalasHapuskeren,
karena BEAST yg maksa dan ngancem is too mainstream..
Hmmm... Lumayan lah, meskipun tanpa pemaksaan hehehe...
BalasHapusHarusnya adegan terakhir tu (yang maen berdua) diceritain. Kayaknya bagus tuh fast sex gitu...
ini masuk kategori softcore ya bos?
BalasHapusbagus, ceritanya mengalir tapi habis sampe sini aja kyanya. buat pngarang, ditunggu karya2 berikutnya bos.
btw bos, sambungan Nightmare Sexploitation udah ad? klo ada jangan lama2 dtahannya, penasaran bnget gmana hasil kolaborasi antara big bos dngan mahapatih pendekar maboek.
Great Story....
BalasHapusKombinasi Soft to hard core + 3 some...
Kalau ditambah Humi makin mantab tuh kyk nya...
Gw tunggu lanjutan nya, kali aj after meeting sm Himpunan, si Widya di gangbang di ruang meeting gt? heheheeee....
om shusaku kalo boleh request ogut pengen yg ganteng2 aja org.a soal.a agak ilfeel kalo ama yg jelek2 mlu ..
BalasHapusok omm
Om shusaku bikin khusus yang ganteng ama yang ckep donk, biar makin lengkap hhehe kan selera beda2 hahaha
BalasHapusGan, cerita yang beastnya diajak cuman ini doang yah? Kalo ada yang lain bagi linknya dong, ane lagi suka banget bacanya.
BalasHapus