Laman

Minggu, 18 November 2012

Tukar Guling Tubuh Dengan Pejabat Pemerintah

Dewi

Hari ini Dewi sedang kedatangan tamu penting diruangannya, dan dia sudah bilang pada sekretarisnya untuk tidak mengganggunya, dan dia juga sudah menyuruh sekretarisnya untuk tidak membolehkan siapapun masuk kedalam ruangannya, tamu yang dihadapinya adalah orang-orang dari pemerintahan yang sedang mempunyai proyek dimana perusahaannya sedang ikut dalam tender proyek itu. Pak Handoyo dan Pak Guntoro keduanya adalah orang-orang penting dari pemerintahan, mereka berdua dapat memutuskan perusahaan siapa yang memenangkan proyek-proyek yang mereka ditangani, salah satunya adalah proyek dimana perusahaan Dewi sedang ikutan tender. Dewi ingin proyek itu di menangkan oleh perusahaannya, maka dari itu diapun bersikap semanis mungkin kepada mereka, walaupun dalam hatinya dia merasa malas bermanis-manis kepada kedua orang ini, muka keduanya jauh dari cakep ataupun ganteng, usia keduanyapun sudah lumayan berumur, Dewi mengira-ngira mereka berdua diatas 50an, tubuh mereka berdua jauh untuk dibilang atletis, perut merekapun terlihat buncit dari pakaian safari yang mereka kenakan. Kedua mata merekapun selalu jelalatan melihat tubuh Dewi, Dewi sendiri merasa risih dengan pandangan mereka, Dewi merasa pandangan mereka itu seolah-olah menelanjangi dirinya, mereka selalu tersenyum penuh arti bila kedua mata mereka beradu pandang dengan mata Dewi, tapi Dewi hanya bisa tersenyum pahit saja karena perusahaan dia membutuhkan proyek tersebut.
“Jadi bagaimana nich bapak-bapak, kemungkinannya perusahaan kami untuk memenangkan proyek itu” tanya Dewi sambil berusaha tersenyum dengan manisnya.
Mendengar pertanyaan Dewi, Handoyo dan Guntoro berpandangan lalu keduanya tersenyum licik, muka mereka menampakkan muka mesum, biasanya mereka selalu berhadapan dengan Hendro dan biasanya mereka selalu meminta sekian persen dari nilai proyek kepada Hendro, tapi kali ini mereka mempunyai maksud lain setelah melihat Dewi, mereka tidak menyangka kali ini mereka akan berhadapan dengan wanita yang sangat aduhai, mereka betul-betul terkesima dengan kecantikan dan keseksian Dewi pada saat mereka datang tadi dan mengetahui bahwa semua urusan tentang proyek-proyek sekarang ini adalah wanita yang sangat seksi dan cantik ini yang betul-betul menggoda kelelakian mereka.

“Begini, Bu. Biasanyakan kami berurusan dengan pak Hendro jadi pak Hendro sudah tahu berapa komisi yang harus kami terima, Bu.” Jawab pak Handoyo sambil tersenyum licik.
“Oh yach pak Han, saya mengerti tentang itu pak, kami akan memenuhi persyaratan itu seperti yang biasa pak Hendro lakukan selama ini,” kata Dewi mengerti akan persyaratan yang biasanya dilakukan oleh suaminya.
“Ach..kalau ibu sudah mengerti dan tahu tentang itu sich bagus,Bu. Hanya ada sedikit masalah atau kekurangan saja Bu,” kata Handoyo lagi.
“Masalah apa, pak? Kekurangan apa? Kalau boleh saya tahu, mungkin saya bisa membantu mengusahakannya,” kata Dewi masih dengan tersenyum manis, padahal dalam hatinya sudah jengkel sekali dengan kelicikan kedua orang ini.
“Gak banyak sich Bu, kekurangannya hanya satu dan kebetulan ibu pasti bisa membantu kami untuk mengusahakannya,” Handoyo berkata lagi menjelaskan masih dengan senyuman liciknya dan matanya yang berbinar-binar saat menatap belahan dada Dewi.
“Wah kebetulan kalau begitu pak, saya akan langsung usahakan kekurangan itu pak, agar tidak menjadi kendala lagi, kalau kekurangan yang satu itu sudah terpenuhi, apakah perusahaan kami akan mendapatkan proyek itu Pak,” tanya Dewi meyakinkan.
“tentu saja Bu, bila kekurangan yang satu itu terpenuhi, pasti proyek itu akan jatuh keperusahaan kalian, ini kami sudah bawa dokumennya dan tinggal kami tanda tangani saja, bagaimana Bu, sanggup untuk memenuhi kekurangan yang satu itu,” jelas Handoyo sambil menyeringai.
“Baiklah, kalau begitu, sekarang kekurangannya apa, biar secepatnya saya usahakan, sehingga dokumen ini bisa bapak tanda tangani sekarang juga disini,” kata Dewi gembira setelah melihat dokumen yang di sodorkan oleh Handoyo
Dewi melihat semua dokumen itu asli dan tentang kontrak proyek yang dimaksudnya dan yang belum ada hanya tanda tangan dari kedua orang licik di depannya ini saja, semuanya sudah lengkap cap dan meteraipun sudah ada di dokumen itu dan semuanya menunjuk kepada perusahaannya yang memenangkan tender itu.
“saya yakin kok Bu, bahwa ibu bisa mengusahakan kekurangan tersebut, jadi saya dan pak Guntoro tinggal membubuhkan tanda tangan kami di dokumen itu,” lanjut Handoyo.
“Baik kalau begitu silahkan bapak tanda tangani, saya akan suruh anak buah saya untuk mempersiapkan kekurangan yang satu itu,” lanjut Dewi.
“Hahaha..gak usah nyuruh anak buahnya Bu, kekurangan yang satu itu hanya ibu yang bisa memenuhinya untuk kami,” kata Handoyo dengan seringai liciknya.

“Maksud bapak?,” tanya Dewi bingung.
Handoyo lalu menyerahkan dokumen tersebut kepada Guntoro untuk ditanda tangani setelah itu dokumen tersebut dia tanda tangani pula, dan dia perlihatkan kepada Dewi bahwa dokumen tersebut sudah di tanda tangani olehnya dan oleh Guntoro.
“Maksud saya begini Bu, terus terang saja yach Bu, saat melihat ibu kami menjadi tertarik dengan kecantikan ibu, hehehehehe…terutama maaf yach Bu, dengan tubuh ibu yang sangat seksi dan sungguh sangat menggoda kelelakian kami, maaf Bu, itu juga kalau ibu mau, kalau ibu tidak mau yach dengan terpaksa kami akan pamit sekarang juga, bagaimana Bu,” katanya lagi sambil terkekeh licik.
“Maksud bapak, kekurangan yang bapak maksud dari tadi adalah bapak-bapak menginginkan tubuh saya?” kata Dewi sambil mengernyitkan dahinya, dia sungguh tidak menyangka orang-orang ini menginginkan tubuhnya, setelah memaksakan komisi pada tender yang mereka kelola, mereka juga memaksakan untuk menikmati tubuhnya.
“Yach begitulah Bu, hehehhehe…syukur ibu mengerti maksud kami, kalau ibu keberatan dengan syarat kami yang satu itu, juga tidak apa-apa kok, kami bersedia untuk meninggalkan ruangan ini,” kata Handoyo sambil beranjak dari tempat duduknya dan mengajak Jonathan untuk meninggalkan ruangan.
“Sebentar..pak…sebentar..beri saya waktu untuk memikirkannya,” kata Dewi mencegah kedua orang tersebut meninggalkan ruangannya.
Handoyo dan Guntoro tersenyum licik, mereka sengaja menunggu di dekat pintu ruangan Dewi, mereka menantikan jawaban Dewi dengan tidak sabar, pikiran mereka sudah membayangkan dapat menikmati tubuh Direktur perusahaan ini, mereka berdua memang sudah merencanakan hal ini, tapi bukan terhadap Dewi, karena mereka tidak mengetahui soal Dewi yang sudah menggantikan posisi Hendro, yang mereka inginkan adalah tubuhnya Mira sekretarisnya Dewi, setiap kedatangan mereka ke kantor Hendro ini mereka berdua selalu melihat Mira, jadi hari ini mereka berniat untuk tukar guling antara dokumen yang sudah mereka tanda-tangani dengan tubuhnya Mira, sebelum kedatangan mereka kesini mereka sudah meminum obat kuat agar saat mereka mengerjai tubuh Mira mereka akan tahan lama, tapi setelah mereka tiba di kantornya Hendro, rencana mereka menjadi berubah setelah melihat tubuh Dewi yang jauh lebih seksi dan payudaranya yang sungguh montok berbeda dengan tubuh dan payudaranya Mira, walaupun mereka berdua masih berpakaian, tapi kedua lelaki ini sudah sering bermain dengan perempuan-perempuan, mereka sudah berpengalaman dalam hal tubuh wanita, jadi begitu melihat tubuh Dewi yang jauh lebih bahenol daripada tubuh Mira, target mereka berubah, mereka menginginkan tubuhnya Dewi untuk menjadi pelampiasan nafsu birahi mereka.


Guntoro & Handoyo


“Baiklah Pak, jika itu keinginan bapak-bapak, saya siap memenuhinya,” kata Dewi setelah memikirkannya
Dewi berpikir bahwa orang-orang seperti Handoyo dan Guntoro hanyalah besar nafsu dan tenaga kurang, paling hanya sebentar tubuhnya disodok-sodok oleh penis mereka, setelah itu mereka akan menggelepar puas dan kecapaian. Handoyo dan Guntoro tersenyum senang mendengar perkataan Dewi, mereka berdua membalikkan badan mereka dan menunggu Dewi untuk menghampiri mereka, mereka berpikir bahwa Dewi yang telah menyetujui persyaratan mereka itu akan pergi bersama mereka ke sebuah hotel untuk melakukan persetubuhan dengan mereka.
“Nah, gitukan lebih baik Bu, jadi kami tidak usah memilih perusahaan yang lain untuk proyek ini, proyek ini kami akan serahkan pada ibu setelah kami mendapatkan yang satu itu, hehehhehe…tubuh ibu maksud saya….” Kata Handoyo tersenyum licik penuh kemenangan mendapatkan Dewi menyetujui persyaratan mereka.
Dewipun menghampiri mereka dan menarik kedua tangan mereka dan mendorong tubuh mereka hingga terduduk di sofa, setelah itu dengan gemulai tangannya mulai melepaskan kancing-kancing blazernya, blazer putih yang dikenakannyapun dibiarkannya tergeletak dilantai saat terlepas dari tubuhnya, rok putih yang dikenakannya yang membalut tubuhnya dengan ketatpun terlihat oleh mata Handoyo dan Guntoro, mereka berdua menelan air liur mereka melihat bentuk tubuh Dewi yang dari tadi sudah mereka ingin saksikan, tapi karena tubuh Dewi yang terhalang meja kerjanya jadi mereka hanya puas dengan menonton belahan payudaranya saja.
“Ehh…Bu…kita gak pergi keluar?” tanya Handoyo dan Guntoro berbarengan sedikit kaget, karena Dewi membuka blazernya sementara mereka masih berada di ruangan kerja Dewi.
“hhmmm…kenapa mesti keluar, sementara kaliankan sudah sangat menginginkan tubuhku inikan,” kata Dewi menegaskan.
“eeehh…iyaa…Bu, tapi disinikan kurang bebas…terus..kalau ada yang masukk..nanti ibu jadi malu…” kata Handoyo.
“Gak usah khawatir soal itu, tidak ada yang berani masuk kesini, kalau tidak kupanggil atau kuijinkan, jadi bapak-bapak bisa dengan tenang menikmati tubuhku ini,” kata Dewi sambil menurunkan risleting roknya yang berada di samping.

Dengan perlahan-lahan Dewi menurunkan risletingnya kebawah, saat risletingnya sudah terlepas semuanya terlihat dari samping tubuh Dewi yang mulus di depan mata Handoyo dan Guntoro, Gllleeeeekkkk… keduanya menelan air liur masing-masing karena melihat kemulusan tubuh Dewi itu, serta mereka melihat dari samping bulatan payudara yang masih tertutup oleh bra hitamnya, serta tali CDnya yang berwarna hitam juga, mereka melihat paha Dewi begitu mulusnya, kemaluan mereka perlahan-lahan mulai bangun melihat pemandangan itu. Rok bagian depannya masih ditahan oleh tangan Dewi sehingga bagian depan tubuhnya masih tertutupi oleh roknya itu, sementara ini Handoyo dan Guntoro hanya dapat melihat bagian belakang tubuhnya Dewi karena rok bagian belakangnya itu sengaja tidak Dewi tahan oleh tangannya sehingga tali BH dan tali G-stringnya saja yang terlihat, melihat bongkahan pantat Dewi yang montok dan indah itu keduanya kembali menelan air liur mereka.
“Pak Han dan Pak Gun ini mau mengambil syaratnya atau tidak sich,” kata Dewi berpura-pura genit.
“Eeehh…iiyaaaaa…..” mereka serempak berkata.
“kalau mau kenapa pakaiannya gak dilepas,” kata Dewi lagi sambil tersenyum genit.
“Iyaaachh…Bu,” mereka berkata berbarengan lagi.
Dewi mulai melepaskan roknya dengan perlahan-lahan sehingga terlepas semuanya, tubuhnya yang hanya tinggal mengenakan Bra dan G-stringnya pun terpampang di mata Handoyo dan Guntoro, lagi-lagi mereka menelan air liur masing-masing, payudara Dewi yang membusung indah seolah-olah menantang ingin diremas, dan G-stringnya yang menutupi segitiga selangkangan Dewi betul-betul membangkitkan selera mereka untuk segera menyetubuhi Dewi, keduanya dengan tergesa-gesa melepaskan seluruh pakaian mereka hingga mereka telanjang bulat, saat mereka berdua sudah telanjang bulat, Dewipun melepaskan BH dan G-stringnya, kini tubuh mereka bertiga sudah tidak mengenakan sehelai pakaianpun. Handoyo dan Guntoro takjub melihat kedua payudara Dewi, bulatan kedua payudara Dewi sungguh indah dan menantang, kedua payudara Dewi seperti payudara anak perawan yang belum pernah dijamah oleh tangan-tangan nakal, payudaranya seperti payudara yang mendapatkan operasi plastik, dengan kemaluan yang sudah sangat menegang mereka berdua menghampiri Dewi, Dewi melihat kemaluan mereka yang sudah ngaceng itu menjadi tersenyum, karena kemaluan mereka lebih panjang dan besar dari kepunyaan suaminya, malah ukurannya hampir sama dengan kepunyaan Bambang.

Handoyo langsung menyergap payudara Dewi yang sebelah kiri, tangan kirinya meremas-remas payudara itu, tangan kanannya merayap ke selangkangan Dewi, vagina Dewi mulai dielus-elusnya dan kelentitnyapun tak luput dari serangan tangannya itu sementara mulut dan lidahnya mulai menjilati dan mengenyot-ngenyot payudara kirinya. Guntoropun tak mau kalah gesit dengan Handoyo, tangan kirinyapun menyerang dan meremas payudara Dewi yang sebelah kanan, mulutnya juga ikutan mengenyot-ngenyot payudara itu dan lidahnya juga menari-nari diputingnya, sementara tangan kanan Guntoro, merabai dan meremas bongkahan pantat Dewi yang sangat montok itu, Dewi tidak mau kalah oleh mereka kedua tangannya menggapai meraih kedua tongkol mereka yang sudah sangat tegang itu, kedua kemaluan mereka itupun dikocok-kocok oleh tangannya yang halus. Handoyo merasakan vagina Dewi mulai mengeluarkan cairan precumnya, sementara kedua tangan Dewi juga merasakan hal yang sama, tangannya mulai sedikit basah oleh cairan precumnya Handoyo dan Guntoro, mereka bertiga mulai mendesah-desah menikmati permainan tangan dan mulut mereka yang saling menyerang.
“Oooohhh…ooohhh…ooohhh…ssshhh…aaahhh…ssshhh…emut…k enyot….ssshhh…tokedku…pak…ooohhh…ssshhh…aaahhh…ko bel memekku….aaahhh….elusin…itilkuuuu… ooohh…sshhh…aaahhh…sshhh…aahhhh,” Dewi mendesah menikmati serangan-serangan yang dilancarkan oleh Handoyo dan Guntoro.
“Hhhhmmm…sslrrpppp..hhhmmm…sslllrpppp….” dari mulut Handoyo dan Guntoro hanya terdengar gumaman dan suara sruputan saja.
Dewi sungguh tidak menyangka bahwa kedua orang ini yang diperkirakan oleh dia tadi bahwa mereka berdua pasti hanya besar nafsu saja tapi tenaga mereka loyo, ternyata mereka berdua tahan dengan kocokan tangannya, kemaluan mereka tidak muncrat walaupun dia kocok-kocok dari tadi malah kemaluan mereka semakin mengeras saja, dan dia sendiri merasa kewalahan oleh serangan-serangan mereka berdua, rupanya kedua orang ini sangat berpengalaman dalam membangkitkan nafsu birahi perempuan, ini terbukti dengan semakin basahnya vagina dia, Dewi yang tadinya hanya sekedarnya saja meladeni nafsu birahi mereka, sekarang ini dirinya sudah terpancing nafsu birahinya, dan Dewi merasa bahwa vaginanya sekarang ini membutuhkan kemaluan-kemaluan lelaki untuk menyodok-nyodoknya. Tubuh Dewi menggeliat-geliat merasakan rangsangan birahinya dan mendapatkan serangan bertubi-tubi dari kedua lelaki tua ini, Handoyo dan Guntoro memang sangat berpengalaman dalam memancing birahi wanita yang mereka setubuhi, soal tahan lamanya mereka atasi dengan obat kuat yang selalu mereka minum, dan biasanya kalau mereka bermain seks dengan para wanita maka wanita-wanita yang mereka gauli selalu menjerit-jerit keenakan dan merasakan puas disetubuhi mereka.

Dewi mengalami hal yang serupa dengan para wanita yang pernah disetubuhi oleh mereka berdua, dia juga merasakan enak dengan permainan tangan dan mulut kedua lelaki ini, desahan-desahan keluar dari mulut Dewi terus menerus, sementara vaginanya semakin banyak mengeluarkan cairan precum-nya, vaginanya terasa gatal ingin segera dirojok-rojok kemaluan mereka berdua.
“Ooooohhh…ssshhh…aaahhh..ooohhh…sssshhh..aaahhh…oo ohh…ssshhh..aahhh…terus..pak..teruusss…kenyot….ooo hhh…sshhh…aahhh,” desah Dewi tak henti-hentinya keluar dari mulutnya.
Handoyo dan Guntoro semakin menggila mempermainkan kedua tangan, mulut dan lidah mereka, jari telunjuk dan tengah Handoyo mulai masuk ke lubang senggama Dewi dan mulai mengocok-ngocok vagina Dewi, sementara Guntoro memasukkan jari tengahnya kedalam lubang anusnya Dewi, Dewipun semakin merintih-rintih oleh permainan mereka ini, tubuhnya semakin menggeliat merasakan keenakan, pantatnya berputar-putar merasakan nikmatnya jari jemari kedua orang ini yang bermain di kedua lubangnya, vaginanya semakin banjir sehingga mengalir keluar di jari-jemarinya Handoyo dan membasahi telapak tangannya Handoyo.
“hehehehe…Gun, nampaknya bu Dewi sudah siap nich untuk menerima sodokan-sodokan kontol kita, memeknya sudah banjir nich, hehehehe…” kata Handoyo sambil terkekeh-kekeh senang bahwa Dewi sudah sangat terangsang.
“hehehehe…kalau begitu ayo kita tusuk lubang-lubangnya sekarang,” kata Guntoro sambil tertawa juga.
“Bu, kita entot ibu sekarang yach, nampaknya memek ibu sudah kepengen dientot nich,” kata Handoyo.
“Iyaaaahhh…pak, entot aku pak, puaskan aku dengan kontol kalian, ooohhh….sssshh aaahhh…ooohhh…sshhhh..aaahhh…,” kata Dewi sambil mendesah.
Handoyo mulai mengarahkan penisnya yang sudah ngaceng itu ke vagina Dewi, benda itu dia elus-eluskan kebibir vagina Dewi dan kelentitnya, Dewipun mendesah saat merasakan itilnya yang sudah mengeras itu bersentuhan dengan kepala penis Handoyo, kaki kirinya dia angkat dan ia letakkan di atas meja, lubang vaginanya terkuak sedikit dengan posisi kakinya seperti itu, Handoyo tanpa membuang waktu langsung menyelipkan penisnya ke dalam lubang vagina Dewi, Slllleeeeeeeppppppp….. dengan mudah penisnya Handoyo mulai terselip di lubang vaginanya Dewi, Dewi dan Handoyopun melenguh bersamaan, Dewi melenguh saat penis Handoyo mulai menerobos masuk ke dalam vaginanya, sementara Handoyo melenguh saat merasakan ketatnya jepitan vagina Dewi, ia tidak menyangka bahwa vagina Dewi begitu rapet dan ketat.

“Ooooooouuuhhhhhhh..,” Dewi dan Handoyo melenguh bersamaan.
Pada waktu yang hampir bersamaan Dewi menurunkan pantatnya ke bawah dan Handoyo menekan pantatnya ke atas, sehingga….Bleeeeeeeeeeessssss….penisnya Handoyo terbenam seluruhnya di dalam lubang vagina Dewi, kembali keduanya melenguh bersamaan menikmati bersatunya kemaluan mereka.
“Oooooooouuuuuuuhhhhhhhhhh……” Dewi dan Handoyo kembali melenguh bersamaan.
Handoyo betul-betul merasa heran dengan vaginanya Dewi yang sangat rapat dan ketat menjepit batang kemaluannya, vaginanya Dewi seperti vagina perawan saja, dalam pikirannya Dewi ini jarang sekali disetubuhi suaminya atau batang kemaluan suaminya sangat kecil sehingga lubang vaginanya Dewi masih rapet saja, dia merasa beruntung mendapatkan vagina yang masih rapet dan ketat ini, dia tidak tahu bahwa vaginanya Dewi ini sudah mendapatkan ajian dari Ki Jaya sehingga vaginanya Dewi akan menyesuaikan dengan besarnya kemaluan lelaki yang masuk kedalamnya, jadi vagina Dewi akan terasa rapet dan ketat oleh siapapun, baik itu kemaluannya besar maupun kecil dan yang paling tidak dia ketahui adalah bahwa setelah kemaluannya merasakan jepitan vaginanya Dewi, dia akan selalu mematuhi kehendak Dewi, dia tidak akan bisa seperti sekarang ini melakukan pemerasan dengan senjata proyeknya untuk dapat menikmati tubuh Dewi, Dewi yang sudah merasakan penisnya Handoyo terbenam seluruhnya di lubang kenikmatannya terlihat tersenyum, dalam hatinya Dewi yakin bahwa mulai saat sekarang ini kedua orang ini akan selalu mematuhi kehendak dia.
“Enak…Han, memek bu Dewi enak yach,” Tanya Guntoro kepada Handoyo.
“Wuuiiihhh…enak bener Gun, masih rapet seperti tempik perawan aja,” jawab Handoyo.
“Wah..gua harus nyobain dong, tapi gua nyobain boolnya dulu aja, apa serapet memeknya gak yach,” kata Guntoro.
“Iyaach..loe cobain aja dulu boolnya, tar kita gantian,” lanjut Handoyo.
Dewi yang mendengarkan percakapan mereka kemudian mengalungkan kedua tangannya ke leher Handoyo, kedua tangan Handoyopun mulai bergerak, kedua tangannya menyelinap masuk dari bagian dalam paha Dewi, telapak tangan Handoyo mulai memegangi kedua bongkahan pantat Dewi dan mulai mengangkat tubuh Dewi, terlihat sekarang posisi tubuh Dewi yang digendong oleh Handoyo dengan kemaluan Handoyo tetap berada di dalam lubang kemaluannya.

“Tahan Han, tahan, gua mau masukkin tongkol gua nich ke boolnya,” kata Guntoro.
“Ayooo…cepat,” sahut Handoyo.
Setelah mengolesi batang kemaluannya dengan baby oil, Guntoro segera mengarahkan penisnya ke lubang anus Dewi, dan ….Sslleeeeeeppppp kepala penisnya mulai menyeruak masuk kedalam lubang anus Dewi, Dewi melenguh merasakan lesakan kemaluan Guntoro di lubang anusnya, dan Guntoropun melenguh saat merasakan kepala penisnya terjepit di lubang anus Dewi.
“Ooooooooohhhhhhhh……” Guntoro dan Dewi melenguh bersamaan.
Dengan kedua tangan yang memegangi pinggang Dewi menekan pantatnya ke atas dan Bbllleeeeeeeessssssss….. kemaluan Guntoro melesak masuk semuanya di dalam lubang anus Dewi.
“Aaaauuuuuwwwwww…..aaarrggghhhh……” Dewi menjerit pura-pura kesakitan, tapi sebetulnya dia merasakan enak saat kedua kemaluan lelaki ini terbenam di kedua lubangnya.
“Ooooohhh…gilaaa…Han…boolnya juga masih rapet sekali, belon pernah dipakai nich boolnya,” Guntoro mengerang merasakan lubang anus Dewi yang sangat sempit dan menjepit erat batang kemaluannya.
“Uuuuugghhhh….vaginanya jadi tambah sempit nich, gara-gara boolnya dimasukin tongkol loe, Gun…uuuuiiihhhh..jadi tambah enak…wwwuuuiiihhh…tambah rapet aja nich vaginanya bu Dewi….” Erang Handoyo.
“Ooouuugghhh….ooooohhhh…sshhhh…enaaaakkk…ngerasain dua batang kemaluan menyumpal dua lubangku…oooohhh…ssshhhh…oooohhhh…sshhhhh,” Dewi mengerang keenakan sambil tersenyum puas karena mulai saat ini kedua orang pemerintahan ini akan mau menuruti apapun kemauan dia.
“Oooohhh…sshhhh…aayooo…pak…entooottt…aku..pak..pua skan..aku…oooohhhhh… sshhhh…aaahhh….aaayooo…keluar masukkan batang-batang kalian…cepat…ooohhhh ssshhhh…aahhhh…” erangan Dewi terdengar lagi.

Dewi sendiri mulai menggerakkan tubuhnya naik turun, dengan sangat bernafsu sekali Dewi mulai memompa pantatnya dengan cepat, terlihat kedua kemaluan Handoyo dan Guntoro keluar masuk dengan cepat di kedua lubang Dewi, batang-batang kemaluan mereka terlihat seperti piston mesin keluar masuk di kedua lubang Dewi, kedua tangan Guntoro beralih ke pantat Dewi membantu kedua tangan Handoyo yang sedang menahan bobot tubuh Dewi, Handoyo mulai merasa ringan karena bantuan tenaga Guntoro yang menahan bobot tubuh Dewi yang sedang memompa kedua batang mereka. Tubuh Handoyo dan Guntoro agak sedikit condong ke belakang, mereka berdua berusaha untuk memberikan ruang gerak kepada Dewi yang sedang memompa batang-batang mereka, karena kalau tidak perut-perut mereka yang buncit akan menghalangi gerakan tubuh Dewi, sementara itu Dewi sudah tidak perduli dengan bentuk tubuh kedua lelaki ini yang jauh untuk dibilang atletis, yang Dewi perdulikan adalah kenikmatannya di sodok oleh kedua batang lelaki ini.
“Oooohhhh…ssshhhh..aaahhh…oohhhh…ssshhhh…enaaaakkk…sssshhh…aaahhh…nikmaaatt…enaaak….ooohhh…ssss hhhh…aaahhhh…di sodok-sodok…kontol kaliaaann…pak….Ooohhh …akkkuuu…puaaaasss…dengann…kontol.kaliaan…ooohhh h…pak….ooohhh…ssshhhhh…aaaahhh…” Dewi mendesah sambil terus menggenjotkan tubuhnya naik turun.
“Iyaaaaa…bu…memek..ibu juga sempit sekali…enaaak…ooohh..seperti masih perawan sajaaa….aaaaaaccchhhhh…gilaaaa…rapetnya…bu….ooohhh …aaaacchhh…memekmu juga bisa ngempot…buuuuu….” Handoyopun ikuta mendesah keenakan.
“Wuuuiiii….boolmu…juga….enaak….aaaaachhhhh…Bu…..ni kmaaatt….sempit….belon pernah dipakai yaaaachhh…Bu…..ooooohhh…aaaacchhhh..rapet…sekali…kontolku terjepit erat….sama lubang boolmu ini Buu…ooohhh…” Guntoropun ikut mendesah merasakan nikmatnya jepitan lubang anus Dewi.
Tubuh Dewi melonjak-lonjak di atas kemaluan Handoyo dan Guntoro seperti orang yang sedang mengendarai kuda saja kelihatannya, kedua payudaranya yang montokpun terayun-ayun karena goyangan tubuhnya yang naik turun, membuat Handoyo ingin meremas-remas kedua bukit kembar Dewi tersebut, tapi apa daya kedua tangannya sedang menahan tubuh Dewi, Handoyo ingin menjilati kedua putingnya yang sudah mengacung dan menantang untuk dijilati dan diselomoti, tapi lagi-lagi karena perutnya yang buncit Handoyo tidak dapat melakukan hal itu, bila dia menyorongkan mulutnya perut dia akan menekan tubuh Dewi, sehingga akan menghambat gerakan Dewi dan akan menghentikan kenikmatan yang sedang ia rasakan, akhirnya Handoyo hanya bisa pasrah dengan hanya menatap saja kedua payudara Dewi yang sedang berguncang naik turun itu tanpa bisa melakukan apapun.

“Ooooouuuhhhhhh…ooouuhhh…ssshhh… ssshhh…aaaahhhh…sssh hhh…aaahhhh…” desahan Dewi terdengar terus.
Gerakan tubuh Dewi semakin cepat, lonjakan-lonjakan tubuhnya mulai tak beraturan, Dewi sudah mendekati puncak kenikmatannya, tubuhnya bergetar, nafasnya semakin memburu, matanya merem-melek, mulutnya terus menerus mengeluarkan desahan-desahan, nampaknya Dewi akan mengalami kekalahan dalam pertempurannya melawan dua orang lelaki ini. Dan terdengar Dewipun mengerang panjang, tubuhnya ia hentakkan dengan kuat kebawah lalu terdiam, kedua kemaluan lelaki itupun tenggelam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Dewi.
“Oooooouuuuggggghhhhhhh…..paaaaakkk….akuu…keluaaaa rrrr…oooouuuggghhhh….nikmaaaaattt….puas banget!!” erang Dewi menyambut puncak kenikmatannya yang berhasil ia raih terlebih dahulu.
Ssssrrrrrrrrr…..sssrrrrrrrr…..sssrrrrrrrrr….sssrrr rrrr….lubang vaginanya menyemburkan lahar kenikmatannya menyirami kemaluan Handoyo, Handoyo merasakan hangatnya lahar kenikmatan Dewi menyirami batang kemaluannya, Handoyo merasakan dinding vagina Dewi berdenyut dengan kuat, dia merasakan batang kemaluannya diremas-remas oleh dinding vagina Dewi, sementara otot-otot dinding vaginanya berdenyut, otot-otot lubang anusnyapun ikut berdenyut, Guntoro merasakan hal yang sama, dia merasakan kemaluannya juga diremas-remas oleh dinding lubang anus Dewi.
“hehehehehe…puas bu…..di entot kami, enak yach bu dientot oleh kami berdua…. Sampai ibu ngecret duluan….hehehehehe…,” kata Handoyo sambil tertawa puas melihat Dewi mencapai orgasme terlebih dahulu.
“Han…habis ini gantian dong, gua pengen nyobain lobang memeknya nich,” Guntoro berkata pada Handoyo sambil merasakan denyutan lubang anus Dewi.
“Beres….kita tukeran, ntar tunggu bu Dewi tuntas dulu orgasmenya…kasihan..pasti dia jarang dapat kepuasan, hehehehhe….” Jawab Handoyo.
Terlihat tubuh Dewi terdiam, yang terlihat hanyalah dadanya yang bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang masih memburu, melihat itu Handoyopun dengan gemas menerkam payudara Dewi, mulutnya dengan penuh nafsu dan gemas menciumi kedua payudara Dewi silih berganti, kedua payudara Dewipun dikenyot-kenyotnya dengan rakus, kedua putingnya yang sudah sangat keraspun tak luput dari jilatan lidahnya, Dewi hanya bisa mendesah lirih menerima serangan Handoyo di kedua payudaranya itu. Guntoro yang mendengar Dewi mendesah lirih dan melihat temannya sedang asyik mengenyoti payudara Dewi menjadi tidak sabar, diapun mencabut penisnya dalam jepitan lubang anus Dewi, Dewi merasa kehilangan sesuatu saat Guntoro mencabut penisnya itu, Guntoro lalu duduk disofa dengan posisi sedikit rebahan, pantatnya hanya menempel di pinggiran sofa, dan

“Ayo Han, cepatlah gua udah pengen nyobain vaginanya Bu Dewi nich,” serunya pada Handoyo.
Handoyopun dengan tak rela menghentikan kenyotannya pada payudara Dewi, diapun mencabut penisnya di jepitan vaginanya Dewi dan menurunkan tubuhnya Dewi, diapun lalu membimbing Dewi kearah sofa dimana Guntoro sedang menantikan untuk menikmati lubang senggamanya Dewi. Dewipun mengikuti kehendak kedua orang ini, diapun mulai memposisikan tubuhnya diatas tubuh Guntoro, kedua kakinya berdiri mengangkangi kedua paha Guntoro, Guntoro memegangi batang kemaluannya, lalu Dewi mulai menguakkan lubang senggamanya, dan dengan perlahan dia menurunkan pantatnya, Guntoro melihat betapa merahnya lubang vagina Dewi itu, ssssllllleeeeeeeppppp…..blleeeeeeeesssssssss…..den gan cepat dan tepat kemaluan Guntoro menyeruak masuk kedalam lubang senggama Dewi tanpa halangan berarti seiring dengan turunnya pantat Dewi menduduki pahanya Guntoro.
“Ooooooooohhhhhhhhhhhhh………” keduanya melenguh bersamaan saat kedua kemaluan mereka beradu.
“Oooppppssss….tahan…tahan…jangan goyang dulu Bu, saya mau masukkan kontolku nich ke bool ibu, hehhehehe…saya juga pengen nyobain ngentot boolnya nich…” seru Handoyo.
Dewipun mendiamkan pantatnya, kedua kakinya dia letakkan disamping kiri dan kanan pinggul Guntoro, dan mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga kedua payudaranya mendekati wajah Guntoro, Guntoro tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, mulutnya mulai mengenyot-ngenyot kedua payudara Dewi tersebut, dan kedua tangannyapun tak ketinggalan untuk meremas-remas kedua payudara Dewi. Handoyopun dengan segera mengarahkan penisnya ke lubang anus Dewi, dia selipkan kepala penisnya di lubang anus Dewi …ssssleeeeeeppp…. setelah itu dengan sekali hentakan dia hujamkan kemaluannya kedalam lubang anus Dewi itu…Bbbbbllleeeesssss ….penisnya terbenam seluruhnya di dalam lubang anus Dewi.

“Oooooooohhhhhhhhhh……..” Handoyo dan Dewi melenguh bersamaan.
“Wwuuuiihh…bener kata loe Gun, masih rapet boolnya bu Dewi,” kata Handoyo.
“hhhhhmmmm…ssslrrrrppp….hhhmmmm…ssslllrrrpppp…memeknya…hhhmmm..juga…hhmmmm…slllrrrppp,” gumam Guntoro ditengah kesibukannya mengenyot-ngenyot payudara Dewi.
Kedua tangan Handoyo yang memegangi pinggang Dewi mulai bergerak, pinggang Dewi mulai ia dorong dan tarik, sehingga kedua kemaluan yang sedang menyumpal kedua lubang Dewi, mulai bergerak dengan sendirinya keluar masuk di dalam lubang vagina dan anus Dewi, desahan-desahan nikmat kembali terdengar dari mulut mereka bertiga.
“Ooooohh…ssshh…aaahh..teruuusss…kenyot…terus..entot aku..ooohhh..buat aku puas lagi…ooohhh…ssshh…aahhh…sshhh…aahhh…sshhh…aaahhh,” Dewi mendesah.
“Enaakkk…bener-bener rapet nich memek bu Dewi..ooohhh…seperti perawan ting-ting..ooohh….aaahhh….kontolku kejepit sekali….” Guntoropun mendesah.
“Iyaaahhh…Gun…gua juga enaaak..nich…kontolku…kejepit boolnya….” Desah Handoyo.
“Oooouuugghhh…remaaasss..payudaraku…ooouuugghhh…hisaa appp…tokedku…entot aku oooouuugghhh…ssshhh….aaahh…yaaaahhh…yang dalam..tekan lagi yang dalam… ooougghhhh….ssshhh…aaaahhh….yang kuat.neteknya dong…ooouugghh…ssshhh..aaah teruuusss….teruuusss….oooouugghh…” erang Dewi menikmati kedua batang kemaluan Handoyo dan Guntoro yang keluar masuk di kedua lubangnya dan permainan mulut Guntoro di kedua payudaranya.
Walaupun merasa heran dengan kuatnya kedua lelaki ini menggenjot dirinya, Dewipun menikmati sodokan-sodokan kemaluan mereka di kedua lubangnya, kedua kemaluan mereka berdua menghantam dengan kuat dan dalam di kedua lubangnya, belum lagi permainan mulut dan tangan Guntoro di kedua payudaranya yang begitu rakus menghisap, menjilat dan meremas-remas, desahan-desahan Dewi terus menerus keluar dari mulutnya. Dewi betul-betul puas dengan permainan kedua orang ini, walaupun postur tubuh mereka yang jauh dari kata idaman, tetapi stamina mereka dalam menggenjot kedua lubangnya sehingga membuat dia puas dan nikmat, dan yang paling utama dia berhasil mencapai orgasmenya terlebih dahulu sementara mereka berdua belum mencapai orgasmenya, kedua batang kemaluan mereka masih sangat tegang dan sangat keras, kedua kemaluan mereka masih kuat mengobrak-abrik kedua lubangnya sehingga membuat dia mendesah-desah keenakan.

Handoyopun semakin cepat menarik dan mendorong pinggang Dewi, sehingga membuat penisnya dan penis Guntoro semakin cepat keluar masuk di kedua lubang Dewi, diapun menghujamkan penisnya ke lubang anus Dewi dengan kuat dan keras saat tangannya menarik pinggang Dewi, sehingga selangkangannya beradu dengan kedua bongkah pantat Dewi dan membuat Dewi mengerang merasakan penisnya Handoyo menyodok kuat di lubang anusnya, Guntoropun tak mau ketinggalan diapun mengangkat pantatnya keatas saat Handoyo menarik pinggangnya Dewi, Dewi merasakan nikmat yang luar biasa saat kedua kemaluan kedua lelaki itu menghujam dalam-dalam di lubang kenikmatannya dengan keras dan kuat.
“Oooouuugghhhh….enaaakk… tekan….lagi..ooouugghh..yang kuat…yang dalam…yang kuat… teruusss.. ooouugghhh…sshhh…aahhh…sshhh…aahhh…” erang Dewi.
“Nikmaaattt….Ooouuggghh…kontol-kontol kalian sungguh nikmaaatt…oouugghhhhhh… sshhhhh…aaahhh….enaaakkknya…dientot kalian…oouugghh…ssshhh…aahhh…terus…. Puaskan..aku..terus…ooouuugghh…aaahhh…sshhh…aaahhh …ooouugghhh…aahhh,” erangan Dewi terus menerus terdengar.
Lama-lama diserang terus menerus seperti itu Dewipun tidak dapat menahan lagi orgasmenya, puncak kenikmatan untuk kedua kalinya akan ia rengkuh, tubuhnya mulai terlihat mengejang-ngejang, nafasnya memburu.
“Sshhhh…aaacchhh…ssshhh…aachhh…aakkuuu..tidak tahan lagi..ooouugghh…aku mau keluar lagi…ooouugghhh…sshhh…aaacchhh…enaaakkk…ooouuugghh h…lebih cepat… ooouuuggghh…sshhh…aachhh…” rintih Dewi.
“Sebentar..bu…tahan..sebentar…lagii…ooohhh…akuu..juga mau ngecret…nich…ooohh,” Handoyo mengerang.
“Iyaaaaahhh…oohhh..aku..juga..mau…keluaaarr…ooohhh …nikmat…ooohhh..bu…keluar dimana nichh…ooohhh……aku..juga..sudah..tidak..tahan…” Guntoro mendesah.
“Ooooouuuggghhhh…ssshhh…didalam..memekku…sajaaaa… .ooohhh…aku..pengen….ngerasain hangatnya pejuhmu…ooouugghhh….aaachhh..aakuu…keluaaaaaaarrrr rrr…… ooouuuggghhhh…nikmmaaaaatt….aaaachhh….aaachhhh…..” Dewi melenguh panjang menyambut puncak kenikmatannya.
Sssssrrrrr……sssrrrr….sssrrrr….sssrrrr……sssssrrrrr… ..vaginanya menyemburkan lahar kenikmatannya.
“aakkuuu…jugaaaaaaa…ngeeeccreeeettt…nich…oooohhhhh …..” Handoyopun ikutan melenguh saat penisnya memuntahkan air pejuhnya.
Crreeeeetttt…cccreeeett….ccreeetttt…creeettt….pejuh Handoyo membasahi lubang pantat Dewi.
“Buuuu….Dewwiiii…ooohhh…terimaaaa…nichh..pejuhku u….ooooohhh…..enaaakkkk… nikmaaaattt…” Guntoropun melenguh berbarengan dengan memuntahkan cairan maninya di dalam vaginanya Dewi.
Creeeeett…creeeettt…creeetttt…creeettt….creettt….air maninya membasahi rongga senggama Dewi.

Terlihat ketiga tubuh mereka kelojotan saat menyambut puncak pendakian mereka, kemaluan mereka saling menyemburkan lahar kenikmatannya, saling membasahi dan membanjiri, sperma Handoyo membanjiri lubang anus Dewi, batang kemaluannya berdenyut-denyut, Handoyo merasakan dinding lubang anus Dewi berdenyut juga, Dewi merasakan batang kemaluan Handoyo berdenyut-denyut pada dinding anusnya, sementara Guntoro juga merasakan dinding vagina Dewi berdenyut sangat kuat dan dia merasakan batang kemaluannya hangat oleh siraman lahar kenikmatan Dewi, Dewi merasakan betapa hangatnya air mani Guntoro yang menyemprot di dinding rahimnya dan kedutan-kedutan kemaluan Guntoro saat menembakkan air maninya dia rasakan pada dinding vaginanya. Perlahan tapi pasti kedua kemaluan Handoyo dan Guntoro mulai menciut setelah tuntas melepaskan semua air maninya, dan terlepas dari jepitan kedua lubang Dewi, mereka berdua merasa lemas dan puas, setelah lepas dari himpitan mereka berdua dan kemaluan mereka berdua telah terlepas dari kedua lubangnya, Dewi melihat dan merasakan cairan mani mereka berdua mengalir keluar dari kedua lubangnya dan menetes di atas sofa kulitnya. Handoyo mengambil dokumen yang tadi dia dan Guntoro sudah tanda tangani dan menyerahkan ke tangan Dewi, dan mengucapkan selamat atas keberhasilan perusahaan Dewi mendapatkan trender proyek tersebut, disambut oleh senyum manis Dewi yang merasa puas karena memenangkan tender tersebut dan mendapatkan kepuasan dari kemaluan mereka berdua.

By: Yan19

8 komentar:

  1. Bagusan kalo foursome sama mira jadi lebih hot

    BalasHapus
  2. hmm..bung Yan19 posting lagi serial Petualangan Dewi, kenapa 3 cerita sebelum cerita ini tidak di postingkan disini sekalian saja??
    (ttd. paknegenduk)

    BalasHapus
  3. Biasanya ga pernah komentar di seri Dewi, tapi yang ini saya lebih suka daripada yang lainnya. Mungkin karena ceritanya lebih slutty... di yang lain kan Dewi nyari kenikmatan aja, di yang ini Dewi jual diri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mantap bro, sy paling demen ceritanya mba dewi, mau gaya apa aja tetep hotttt..

      tapi bro, masa picturenya mba dewi ngga diganti-ganti sih... itu2 terus bosen jg ahh...

      Hapus
  4. oke bangetzzzz......

    BalasHapus