Laman

Senin, 15 Juli 2013

Farrah Quinn XXX: Demo Memaseks

Featuring:
Olgaaaaa......

Lydiaaa!!!

##################
“Mbak Farah…!”, seorang laki-laki tambun berlari tergopoh-gopoh mendekati seorang wanita cantik yang baru saja menyelesaikan  proses rekaman untuk sebuah acara yang akan ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta.
“Oh, ada apa ya?”, wanita cantik bertubuh sexy yang saat itu sedang didampingi oleh seorang wanita yang juga tak kalah cantik, langsung menghentikan langkahnya.
“Maaf mengganggu Mbak, bisa minta waktunya sebentar?”.
“Bapak sendiri siapa?”, wanita cantik itu sedikit mengerutkan keningnya karena merasa ia belum pernah bertemu dengan laki-laki tersebut sebelumnya.
“Oya, nama saya Subagyo”, laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya

Forgotten Melody

From the bottom of my heart
let me introduce you to, ladies and gentleman... to a brand new concept of story
a different world, a different life... less sex scene, more content
i would not say, a story of many sex scene in it, is a poor story or something like that
that's a good story, i mean... yeah, honestly it's a good story
well, i don't know how to say...
umm, yeah... just forget it. whatever!
i just... want to introduce a something new
well, hope you enjoy!


########################
Selasa, 27 Februari 2007
Taman Pemakaman Umum Cikutra, Bandung

Melody Nurramdhani
Seorang gadis remaja meratap di atas sebuah pusara yang tampak masih baru. Gadis itu mengenakan kemeja hitam, sama hitamnya dengan suasana hatinya saat ini. Air mata tidak mau berhenti mengalir keluar dari pelupuk matanya, terpancar kesedihan yang amat sangat yang bahkan dirinya sendiri tidak mampu untuk mengungkapkannya. Gadis remaja itu meraung-raung, memanggil-manggil nama yang tertulis di papan nisan milik pusara itu.

Paijo's Revenge

Paijo

Cerita ini bermula dari sebuah obrolan di sebuah warung kopi sederhana di pinggir jalan.
''Jo gimana kabarmu ??? Setelah dipecat oleh si nyonya, kamu jadi jarang nongol disini sih jadi kangen aku.'' ucap seorang lelaki setengah baya berpakaian satpam sambil tangannya mengambil sepotong pisang goreng yang tersaji dihadapannya.
''Ah biasalah Bang lagi sibuk, ada protek kecil-kecilan.'' jawab seorang laelaki berumur 40 tahunan sambil menyeruput secangkir kopi panas pesanannya.
''Wah udah sukses lo Jo, pake ngerjain proyek segala.'' kata sang satpam, dari papan nama yang dipakainya tertulis ''Bambang''. Orangnya gemuk, tingginya 169cm, berkulit coklat agak kehitaman, berkumis tebal dan kepalanya botak tengahnya.
''Sukses apaan bang ??? Proyek gue cuma copet sana copet sini doank hehehehehe.'' ujar sang lawan bicara sambil tertawa memperlihatkan giginya yang letaknya amburadul sama seperti yang punya.
''Owalah Jo Jo, daridulu gak pernah berubah lo.'' kata Bambang sambil tersenyum kecut mendengar penuturan Paijo sahabatnya itu. Paijo memang dari dulu terkenal sebagai preman kampung kerjanya kalau tidak malak ya maling, maka dari itu Paijo diajak Bambang ikut ke kota untuk merubah peringai buruknya itu tapi apa mau dikata sifat orang sulit dirubah.
''Eh Bang kamu masih kerja di rumah itu yah ???'' tanya Paijo sambil ikut-ikut Bambang mencomot pisang goreng.
''Masih, emang kenapa ?'' tanya Bambang.
''Gak apa-apa, cuma nanya aja.'' jawab singkat Paijo sambil memandang kosong ke arah gelas kopi yang ada dihadapannya. Pikirannya melayang saat dia pertama kali diajak Bambang ke kota untuk ikut bekerja di rumah majikan Bambang.

Enam Sembilan

6 orang wanita cantik dan seksi duduk terikat di atas kursi yang terletak di tengah ruangan yang sangat besar seperti sebuah aula. Mereka telah sadar dari pingsan dan kini mengamati sekeliling ruangan itu. Di sebelah kanan mereka ada sebuah pintu yang berukuran sangat besar, sedangkan di sebelah kiri mereka ada 6 buah pintu yang berukuran normal. Di sekeliling tembok banyak terdapat angka 666 yang merupakan lambang sebuah organisasi hitam misterius terbesar di Indonesia, anggotanya merupakan orang-orang penting dan mereka lah yang mengendalikan Indonesia di belakang layar.  Mereka berenam saling memandang dengan penasaran dan sedikit terkejut karena ternyata mereka saling mengenal satu sama lain. Belum habis rasa kaget mereka tiba-tiba mereka kembali dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka dengan keras. Pintu besar di sebelah kanan mereka terbuka lebar dan dari sana keluar orang-orang yang berpakaian serba hitam serta memakai jubah yang menutupi seluruh tubuh mereka. Salah satu dari mereka mendekati enam wanita itu, tangan kanannya menggenggam beberapa buah kunci sedangkan tangan kirinya menjinjing sebuah alat yang menyerupai radio. Alat itu diletakkannya di lantai dan tiba-tiba keluar suara serak laki-laki saat ditekan salah satu tombolnya.
‘Selamat datang 6 wanita terpilih, selamat mengikuti turnamen antar selebritis wanita yang telah menginjak tahun keenam. Turnamen ini akan menguji stamina dan daya tahan kalian sebagai seorang wanita. Aturannya sangat mudah, ada 6 buah kunci yang dibawa oleh salah satu teman saya yang kini berdiri di hadapan kalian, tiap orang mengambil sebuah kunci secara acak dan gunakan untuk masuk ke salah satu pintu yang ada di sebelah kiri kalian. Setelah kalian masuk maka akan ada skenario yang harus dihadapi, siapa yang bisa melaluinya dan sampai ke pintu selanjutnya paling cepat maka akan menjadi pemenangnya, hadiah untuk pemenang telah menunggu di baliknya sedangkan yang kalah akan terkurung di ruangan mereka sampai batas waktu 6 jam berakhir. Saya sebagai pimpinan organisasi sekaligus pencetus kegiatan tahunan ini mengucapkan semoga sukses dan dengan ini saya nyatakan turnamen ini resmi dimulai.’
Suara itu berakhir bersamaan dengan menyalanya lampu di atas pintu dan menunjukkan angka-angka dari tiap pintu. Tiap pintu memiliki warna yang berbeda sesuai dengan warna lampu di atasnya. Di atasnya lagi ada huruf digital yang menyala dan berbunyi “6 hour, 6 women, 6 key, 6 door, 6 stage and 6 scenario”. 6 orang wanita itu telah terlepas dari ikatannya, mereka telah berada di depan pintu yang sesuai dengan kunci masing-masing. Setelah saling memandang satu sama lain dengan agak ragu akhirnya mereka membuka pintu di hadapan mereka dan satu-persatu masuk ke dalamnya.