Kalina |
Perkenalkan namaku Kalina. Aku adalah seorang wanita berusia 25
tahun berstatus janda tanpa anak. Aku telah menyandang status tersebut sejak
empat tahun yang lalu, akibat konflik berlarut-larut yang tidak terselesaikan
dengan mantan suamiku. Sejak menikah di usia 19 tahun memang kehidupan kami
terasa hambar, ya kami memang dijodohkan oleh orang tua. Mungkin benar kata
orang dulu kalau cinta akan tumbuh pelan-pelan lewat kebersamaan, namun
parahnya mantan suamiku ini bertabiat buruk. Ia seorang yang suka ringan tangan
kalau marah, juga tidak pernah memberiku nafkah, karena dia seorang
pengangguran. Secara umum, ia bukan laki-laki yang bertanggung jawab. Pada
akhirnya, ia pun menceraikanku, setelah aku mendapatinya berselingkuh dengan seorang
waria...ya, transeksual, gila memang sampai aku tidak habis pikir. Kegagalan
berumah tangga yang kualami akibat perceraian itu membuatku mengalami depresi
selama beberapa bulan, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku harus bangkit.
Lewat seorang kenalan aku bekerja menjadi sekretaris seorang petinggi partai politik
bernama Pak Sutan, umurnya dua kali lebih umurku, di mataku dan di mata
kebanyakan orang juga kukira, ia adalah pria tertampan di dunia (lain) dengan
mulut lebar mirip kodok dan kumis tipis di atas bibir sensualnya itu, membuat para betina gemes ingin menciumnya, maksud
saya para kodok betina gitu loh. Omong-omong kodok, konon menurut desas-desus
nih, orang tuanya Pak Sutan ini memang penggemar berat masakan dari olahan
kodok, pokoknya setiap hari kodok itu menu wajib di meja makan. Karena itulah
anak-anak mereka, Pak Sutan dan saudara-saudarinya, kulihat di foto keluarga,
semuanya mirip dengan kodok, kalau tidak mulutnya lebar, ya matanya belo
banget, juga ada yang hobynya makan serangga, mungkin ini kali ya yang disebut
karma, gak tau deh, bukan urusanku itu sih, aku sih cuma tau gaji dari kerja
dan bonus jalan terus. Lagian ini disini kan aku mau menuturkan cerita seruku,
bukan cerita kodok. Oke kembali ke laptop...belum genap sebulan aku bekerja
padanya, Pak Sutan sudah berani pegang-pegang dan merayuku dan ujungnya
berakhir di ranjang, hal ini sudah kuduga sebelumnya karena beliau memang
terkenal sebagai penjahat kelamin. Aku pun saat itu menerimanya tanpa
penolakan, mantan suamiku bukanlah pria pertama yang pernah menjamah tubuhku.
Waktu kuliah di akademi sekretaris dulu aku pernah melakukannya dengan dua pria
lain, yang salah satunya adalah mantan cinta pertamaku yang mengambil
keperawananku. Aku tidak lagi memandang seks sebagai sesuatu yang tabu, terlebih
setelah mendapati mantan suamiku berselingkuh, menangnya cuma cowok doang yang
bisa selingkuh apa? Dari Pak Sutan inilah aku mulai mengenal aliran seks sado
masochist, yaitu kepuasan lewat penyiksaan, ia suka sekali memecutiku dan
meneteskan lilin ke tubuhku ketika bercinta, terkadang sebaliknya akulah yang
disuruhnya menjadi master yang menyuruhnya melakukan hal aneh-aneh. Lebih jauh
lagi, Pak Sutan juga seorang yang punya kecenderungan seksual agak miring,
yaitu scat atau memakan kotoran manusia untuk kenikmatan seksual, namun untuk
ini aku tidak akan menceritakannya di sini, karena terlalu ekstrim, bisa-bisa
malah disensor blog/ forum tempat aku mengeposkan ceritaku ini. Karir politik
Pak Sutan yang semakin menanjak mengantarnya ke kursi empuk di gedung DPR, ya,
ia akhirnya berhasil menjadi anggota dewan. Aku pun sedikit banyak memiliki
andil dalam keberhasilannya itu, beberapa kali aku menggunakan tubuhku sebagai
alat lobi/ gratifikasi seks untuk menggaet kolega-kolega politik lainnya.
Teman-teman Pak Sutan di sini pun perilaku seksualnya tidak jauh beda, pesta
seks dan tukar-menukar istri/pacar itu lumrah terjadi.
########################
Sore itu aku telah menunggu di apartemen Pak Sutan siap
untuk melayaninya. Tak lama bel pun berbunyi, aku membukakan pintu dan
mendapati atasanku itu datang dengan dua koleganya di partai yang juga tidak
asing lagi bagiku, mereka adalah Pak Ruhut dan Pak Pohan. Aku kaget sekali,
karena saat Pak Sutan sms memintaku bersiap menjadi slave, dia tidak bilang
akan bawa teman. Malu sekali karena aku saat hanya mengenakan 'seragam' slave
yaitu g-string kulit hitam dan bh kulit hitam yang sangat minim, hanya menutupi
putingku saja. Di belakangnya turut dua koleganya itu. Aku berusaha keras
menahan tawa melihat penampilan Pak Ruhut malam itu yang memakai lingerie seksi
warna pink dengan pita merah motif polkadot ala Minie Mouse di kepalanya,
batangnya nampak jelas di balik celana dalam wanita yang dipakainya itu, Pak
Ruhut memang seorang pengidap transfetish-isme atau kesukaan memakai pakaian
lawan jenis, tentu saja hal ini tidak diketahui oleh publik, hanya kita-kita
saja ‘orang dalam’ yang tahu. Sementara Pak Pohan saat itu memakai pakaian
latex yang biasa dipakai untuk BDSM, ia memakai topeng seperti algojo dan
celana dalam yang cuma mentutupi selangkangan dan belahan pantatnya saja. Pak
Sutan, segera menutup dan mengunci pintu apartemen. Kedua temannya, Pak Ruhut
dan Pak Pohan tak lepas menelusuri setiap detil tubuhku sambil tersenyum penuh
arti sampai aku jengah.
“Hehehe...Lin penampilan kamu benar-benar ngeri-ngeri
sedap ya malam ini” kata Pak Sutan sambil langsung membuka lemari bound, dan
mengambil beberapa alat penyiksaan.
Ia memerintahkanku berlutut, mereka lalu mengepung
diriku, Pak Sutan di sebelah kanan dan Pak Ruhut di sebelah kiri. Aku
meraba-raba selangkangan mereka yang sudah mengeras. Kupeloroti celana dalam
wanita Pak Ruhut ke bawah sehingga penisnya yang berkutil di kepalanya
menyembul ke luar dan segera kukocok dengan tanganku. Pak Sutan membuka sendiri
resleting celananya dan mengeluarkan penisnya yang agak bengkok itu. Kini aku
sibuk melayani dua penis, secara bergantian aku mengocok dan mengoral kedua
benda itu. Sementara dari belakang, Pak Pohan memecuti punggungku dengan
cambuk. Uuuhh..sensasi perih di punggungku ini menambah nafsuku sehingga aku
semakin bersemangat memainkan kedua penis itu.
“Wadowww....!” tiba-tiba saja Pak Ruhut menjerit dengan
tubuh tersentak, “bangsat...kenapa pula kau pecut pantatku, sakit tau!”
bentaknya pada Pak Pohan
“Hehehe...sabar bro, gak sengaja, terlalu semangat sih!”
Pak Pohan cengengesan.
“Hei....jangan ribut dong, ngerusak suasana aja, dasar
ikan salmon kau!” bentak Pak Sutan.
“Apa pula kau, dasar ikan pari!” balas Pak Ruhut tak mau
kalah.
“Eh...apa kau ikan cucut!”
“Ikan hiu kau, dasar!”
“Ikan tongkol!!”
“Kau ikan paus....apaan kau!!”
Pusing aku, mereka bertiga mulai ribut nih.
“Dasar gurita kau!”
“He...jangan sembarangan kau, gurita itu kan untuk....!”
“Eeehh...udah dong bapak-bapak yang terhormat!” aku
menenangkan mereka sebelum menyebut lebih banyak lagi nama ikan, “kalau
berantem terus, Lina mending pergi aja ah!” aku berdiri berbalik badan berlagak
hendak pergi.
Pak Sutan |
“Eh...Lin...Lin maaf, kita ga ribut lagi deh!” Pak Sutan
meraih lenganku memintaku kembali, “Ayo kalian sini, minta maaf sama
sekretarisku ini!”
“Ehehehe...maafin abang ya Lin, abis tuh orang sih masa
mecut pantat abang hehehe!” kata Pak Ruhut, “yuk sekarang kita main lagi yuk!”
“Iya Lin yuk main lagi, bapak gak kasar lagi deh!” timpal
Pak Pohan.
Setelah dibujuk-bujuk, aku pun akhirnya mau meneruskan
permainan ini. Kini Pak Sutan membuka pintu balkon dan menyuruhku berdiri di sana,
ia merentangkan tanganku di pagar balkon dan mengikatnya, sehingga aku berdiri
menungging. Kakiku yang menggunakan heels bertali-tali dibuka agak lebar.
Sehingga pantatku terekspos lengkap dengan vagina dan dubur yang rapat berwarna
merah kecoklatan. Dadaku menggantung masih tertutup belt kulit.
“Aduh jurus aneh apaan lagi nih?” tanyaku dalam hati.
Pak Sutan memasangkan jepitan berantai di ujung kedua
putingku, di ujung lain itu adalah jepitan vibrator yang dipasang menjepit
daging klitorisku. Ia kemudian mengolesi duburku dengan lotion kemudian
memasang gag khusus di sana. Gag itu awalnya seperti dildo kecil, kemudian ia
mensettingnya, sehingga menyerupai silinder silicon, diameternya terus menerus
ditambah. Aku merasa dinding anusku seperti ditarik, meregang perlahan, membuka
seperti silinder.
“ Ahhhhhhh sakit...” aku menggeliat dan berteriak mohon
ampun agar Pak Sutan berhenti melebarkan diameter gag itu.
Apartement Pak
Sutan yang terletak di lantai 26 ini memang belum ramai penghuninya, ia sengaja
memilih lantai yang tinggi agar leluasa "bermain" gila dengan para
wanita. Security dan privasi di apartemen ini sangat terjaga. Karena itu
teriakanku hanya tertelan bising suara jalanan. Pak Sutan akhirnya berhenti.
Kemudian ia menyalakan jepit vibrator di klitorisku. Ahhhh.... Sensasi
getarannya membuatku mulai mendesah-desah. Tiba-tiba silinder di duburku
mengecil diameternya, kemudian membesar lagi perlahan, begitu terus. Sensasi yg
aneh..aku menggeliat-geliat antara enak dan sakit jika diameter gag di posisi
maksimum. Aku mulai merintih-rintih minta disenggamai
"Ahhh.. tuan... please entotin Lina dong....mmhhhh..
Fuck me.. Ahhh.." desahku
Agak lama aku dibiarkan merintih dan menggeliat-geliat,
mereka bertiga melihat reaksiku sambil tertawa-tawa mesum. Lalu mereka bangkit
dari sofa menghampiriku, penis mereka sudah tegang semua, siap mengaduk-aduk
vagina dan anusku. Astaga.. milik Pak Sutan sudah benar-benar ereksi maksimal, ukurannya
sebesar lengan bayi, hasil terapi ke Mak Erot dengan biaya mahal, sekali terapi
nambah sesenti bisa habis puluhan juta. Menurut cerita Pak Sutan padaku tadinya
penisnya itu cuma segede crayon setelah beberapa kali terapi barulah bisa
mencapai hasil itu, jadi silakan banyangkan sendiri sudah berapa ratus juta
beliau habiskan untuk penisnya saja. Darimana uangnya? Jangan khawatir karena
dari....ehh...udah ah ga enak ngomongin atasan apalagi buka rahasianya. Oke
pembaca, kita kembali ke topik aja ya! Pak Sutan menjambak rambutku, dan
memasukkan paksa penisnya yang panjang dan berurat ke mulutku.
"Sedot yang
enak Lin pake sedotan mautmu itu loh!" perintahnya, ia lalu
memajumundurkan pantatnya dengan cepat.
Sementara di bawah sana, Pak Pohan tengah mensetting
diameter gag hingga ukuran maksimal, sampai aku menggeliat kesakitan, namun
cengkeramannya di pinggangku menahan gerakanku. Kemudian Pak Pohan membuka vaginaku
dan mendorong penisnya ke dalam dinding lubangku yang rapat.
"Ummm..mmmphhh" jeritku tertahan.
Rasa perih menderaku karena vaginaku terasa semakin
sempit akibat gag di duburku meregang maksimum. Keduanya menggenjotku bersamaan
dengan kecepatan tinggi. Pak Sutan menambahkan sebuah dildo yang dirojok-rojokkan
ke dalam vaginaku sampai mentok.
“Ahhh... Mmhh.. Mmmhhh...” rasanya sakit tapi ada getaran
luar biasa di dalam sana
Selama beberapa saat kedua alat bantu seks itu mendera
kedua lubangku di bawah sana. Mereka nampaknya sangat puas melihat ekspresiku
saat tersiksa. Tetesan lilin dan pecutan menambah derita birahi itu, aku sampai
keringatan menahan sensasi nikmat bercampur sakit itu.
"UUUggghhh" tiba-tiba aku melenguh, ternyata Pak
Ruhut menarik lepas gag di duburku lalu memasukan penisnya ke liang belakangku.
Pak Pohan menghentikan sejenak genjotannya di vaginaku
saat perlahan rekannya itu membuka belahan pantatku dan mulai menyetubuhiku
dari belakang. Terasa penis Pak Pohan yang semakin membesar di vaginaku
"Oooohhhh Pak, enak....iyah...enak..." ceracauku.
Pak Ruhut mencengkeram pantatku dan menghujamkan penisnya
semakin dalam sampai aku terdongak menahan sakit karenanya. Dua penis kini menghajar kedua lubangku dengan
gagahnya, yang sedikit melegakan adalah Pak Sutan kini telah melepaskan
penisnya dari mulutku sehingga aku lebih dapat bernafas dan mengambil udara
serta menceracau sejadi-jadinya merasakan deraan sensual ini. Atasanku itu kini
berdiri sambil menetes-neteskan lilin ke punggungku, tetesan-tetesan cairan
merah panas itu pun memberikan sensasi panas sebelum mengeras di permukaan
punggungku. Pak Ruhut semakin kegilaan, pantatku ditampari sekencang-kencangnya
sampai merah, ceracau dan makian pun meluncur dari mulut pria itu. PLAKKK...PLAKKKK...
suara itu bersahutan di antara desahan, jerit kesakitan, teriakan
kenikmatan.Semakin cepat...dan cepat...sampai ia menarik penisnya dan
menyemprotkan spermanya di punggungku. Pak Pohan yang sejak tadi menggenjot
vaginaku kini menggantikan posisi Pak Ruhut di duburku. Ia menggenjotku dengan
kasar, gesekan dinding duburku dan penisnya terasa perih dan panas, sekaligus
nikmat. Tangannya mengocok vaginaku dengan cepat. Membuatku melayang dan kembali
kini Pak Sutan memasukkan penisnya ke mulutku sehingga kini aku dalam posisi
doggy dengan lubang dubur dan mulut dijejali penis. Hisapanku terhadap penis Pak
Sutan semakin tak karuan sehingga tak sampai sepuluh menit, ia pun memuntahkan
spermanya di wajahku. Tinggal Pak Pohan yang seperti banteng liar, menyodok-nyodok
duburku, menjambak rambutku sampai kepalaku terdongak ke belakang. Meremas payudarakuku
dengan kasar.
“Ahhh...aahhhh...sakit Pak!!” aku menjerit-jerit tak
karuan, orgasmeku entah yang ke berapa mulai kembali menerpa, terasa kedutan
otot duburku yang meremas penis Pak Pohan.
"RRRRggggghhhhh..." Pak Pohan menggeram dan
mencabut penisnya, spermanya ditembakkan dari luar ke arah pantatku.
Lendir orgasmeku
mengalir perlahan di pahaku. Punggung dan pantatku penuh ceceran sperma dan
tetesan lilin yang telah mengeras. Pak Sutan melepaskanku dan memintaku mandi
"Mandi bersih biar seger....tunggu sesi
selanjutnya..." katanya.
########################
Sungguh melelahkan sekali permainan hardcore tadi itu.
Aku merasa segar dan kepenatanku berkurang setelah merendam tubuhku di bathtub,
aroma bubblenya juga wangi menetralisir bau sperma yang tadi mendominasi.
Sambil berendam aku melihat-lihat tabletku, kubuka Twitter untuk sekedar
memantau, beberapa PM masuk ke inbox dan segera kubuka. Bah...aku harus
menghapusi pesan-pesan dari orang tak dikenal yang iseng sekedar ingin kenalan,
beberapa di antaranya juga berisi email mesum. Aku tidak punya waktu melayani
yang ginian karena sudah cukup sibuk dengan kerjaanku. Dan bah...dia lagi...dia
lagi...gak tau malu banget sih nih makhluk. Kubuka pesan dari @tiffkonak yang
isinya gambar penis menegang dan pesan “Lin ini punya saya nih, mau ga nih kita
kawin siri? Halal dan dijamin memuaskan,”
Aku geleng-geleng kepala dan menghapus pesan itu. Akun
satu ini tak lain adalah akun kloningan si menteri gaptek tapi disuruh ngurus
internet itu, yah namanya juga partai koalisi ya bagi-bagi jatahlah. Berbeda
sekali dengan akun Twitter resminya yang dipenuhi kata-kata bijak dan tausyah
bak orang paling suci, di akun ini justru ia memperlihatkan wujud aslinya. Suka
upload gambar-gambar tidak senonoh, follow banyak sekali akun porno, dan suka
menulis humor-humor cabul berselera rendah. Hanya segelintir orang yang
mengetahui siapa sesungguhnya pemilik akun ini, termasuk aku salah satunya.
Beberapa politikus lain pun memiliki akun kloningan sendiri untuk melakukan hal
yang nakal-nakal yang tidak pantas diketahui publik. Misalnya ini nih aku bacakan sebagian yang baru
masuk untuk para pembaca deh.
@boss_pilando: 4some di Maladewa dgn 2 artis adik kakak, refreshing sejenak dari lumpur & pajak!!
@kepala_jenggot: bangsat itu si engkoh, dasar pembelot!!!
@engkoh_mnc: hehehe...gua udah cicipin 3 news presenternya, keluar juga ga rugi
Retweet @kepala_jenggot: @engkoh_mnc he pengkhianat...u masih utang janji kasih gw icip2 bini lu, main pergi gitu aja!!
Retweet @engkoh_mnc: EGP : @kepala_jenggot udah untung gw kasih pinjem si Joyce juga lu, bini gw bilang dia geli ama jenggot u!
Retweet @mr_r: @engkoh_mnc new presenter? Siapa? Masih perawan? Pengen nyusu dong! Mau kolab bikin cerita ga nih???
@risatu: aduh...prihatin! prihatin!
Aku keluar dari akunku dan login ke akun kloninganku
(emang cuma situ doang yang bisa punya kloningan?) lalu kuinvite si @tiffkonak
itu ke beberapa twitter porno. Biasanya beliau pasti follow dengan akun
kloningannya. Tapi belakangan akhirnya usahaku mengerjainya membuahkan hasil,
mungkin ia sedang kebelet konak atau sibuk, ia akhirnya mem-follow sebuah akun
twitter yang kukirim padanya, yaitu @toket_queen lewat akun resminya . Kurang
dari sehari setelah gabung di @toket_queen , beliau sudah jadi bulan-bulanan di
dunia maya, dan dijawab ngeles typikal orang partainya, “gak sengaja”.
Setelah puas berendam, aku keluar dari kamar mandi dengan
hanya mengenakan handuk diliit di tubuh, separuh belahan pantatku menyembul. Pak
Sutan menangkapku dari belakang, diremasnya payudaraku dari pangkal hingga
ujung putingnya dipelintir-pelintir. Leherku digigitnya perlahan-lahan.
Handukku terjatuh ke lantai dan tubuhku terpampang telanjang.
“Mmmmhhhhh...Bapak ah” desahku tertahan, remasan tangan Pak
Sutan di dada dan pantatku membuatku merinding, “masa minta lagi, Lina capek
nih!”
“Main sama kamu Lin, ga ada bosennya deh...bikin hidup
lebih hidup” katanya dekat telingaku
Mulutnya yang seksi itu lalu melumat bibirku, memainkan
lidahnya. Pandai sekali ia membuatku melayang di langit kenikmatan. Tangannya
menguak vaginaku dan mengamblaskan penisnya. Aku pun disetubuhi dari belakang
sambil berdiri. Uuuhhhh.. mmhh kepala penisnya keluar masuk dengan kecepatan
sedang. Aku sudah mulai basah. Pak Sutan
menyuruhku berposisi doggie.. Ia menampari pantatku, PLAAKKK..Plakkk
"Nah sekarang kita cobain yang satu ini yuk!" katanya,
kemudian ia mengambil sebuah dildo silicon hitam panjang yang lalu ia rojokkan
dalam-dalam ke vaginaku. Uffffttttt.. Ia kemudian mengaitkan rantai dari dildo
itu ke paha, pinggang dan leherku.
Aku melihat Pak
Ruhut yang masih memakai lingerie seksi dan pita Minie Mouse-nya diperlakukan
sama denganku oleh Pak Pohan yang sedang menyodominya. Gak usah kuceritakan
detil yah, ntar keyboardnya pada kotor kena muntahan deh. Lebih baik kembali ke
diriku dan atasanku yang ‘ganteng’ ini. Pak Sutan menaiki punggungku dan berusaha memasukkan penisnya
ke dubur ku yang rapat. Aku memohon padanya untuk memberinya pelumas dulu.
Untunglah Pak Sutan cukup berbaik hati, ia menusukan lotion berbentuk suntikan
ke duburku, juga mengoleskannya di dinding luar. Setelahnya, barulah ia mendobrak
lubang belakangku itu
"Ahhh sakit Pak..." erangku dengan tubuh
mengejang.
Meskipun lubang-lubangku sering dipakai dengan berbagai
alat dan penis ukuran besar, namun vagina dan duburku tetap sangat rapat,
karena Pak Sutan selalu mengoleskan cream khusus dan memberiku obat untuk
menjaganya tetap rapat seperti perawan. Beliau pun selalu menyelipkan bola
vibrator khusus untuk "ditelan" vagina dan ass ku
seluruhnya,fungsinya untuk melatih kontraksi otot kedua lubangku itu, dari luar
hanya terlihat benang untuk menariknya keluar setelah selesai latihan. Ahhh...sodokan
penisnya semakin cepat, srooooooottttt....Pak Sutan pun akhirnya menyemprotkan
spermanya di dalam lubang duburku. Ia melemas menimpa tubuhku, tapi belum
melepaskan penisnya, sehingga kamipun hanya bisa berbaring miring masih saling
menancap dan terikat jadi satu. Hanya sebentar kami dibiarkan beristirahat. Pak
Ruhut yang baru main pedang-pedangan dengan Pak Pohan menghampiriku dan menempelkan penisnya di bibirku minta
dijilati. Aku menjilatinya seperti anjing menjilati tulang. Penisnya mulai membesar
seiring nafasnya yang memburu. Pak Ruhut lalu tiduran di karpet, ia menarik
dildo "buntut" dari vaginaku dan memintaku untuk mengamblaskan penisnya
ke dalam vaginaku. Tanpa disuruh lagi, aku pun naik ke selangkangan Pak Ruhut
dan memasukkan penisnya perlahan ke vaginaku. Sempit dan penuh sekali rasanya, pria
itu memintaku untuk menggenjot dan mengurut penisnya dengan otot vaginaku. Ugghh...ughhh....otot-otot kukontraksikan,
otomatis duburku bergerak mengurut juga. Penis Pak Ruhut di dalamnya mulai kurasakan
mengeras dan membesar. Nafas-nafas berat dan lenguhan-lenguhan pun terdengar.
Kami mendaki kenikmatan bersama. Pak Sutan yang beristrahat sebentar kini
bangkit mendekati kami, ia berlutut di sebelahku dan meraih payudaraku dengan
mulutnya yang lalu ia isap-isap dan remas dengan keras. HHhhh...nikmat
sekali...terlebih Pak Ruhut semakin cepat menghentak-hentak pinggangnya di
bawahku. Ketiga pria itu sangat
menikmati saat aku menggelepar nyaris pingsan kehabisan nafas, karena aku
mengejang dan semua ototku berkontraksi mengurut-urut. Setiap kali itu juga aku
hampir orgasme. Pertempuran kali ini
tidak terlalu lama memang, mungkin mereka juga sudah kehabisan tenaga. Aku sendiri juga benar-benar berkelojotan menghadapi
gempuran mereka. Tenggorokanku mengejang, duburku pun menjepit keras, vaginaku
terkunci. Ahhhhhhh..... Aku mendapatkan
orgasme hebatku. Ahhhhhhhhh.... hampir bersamaan semua lubangku disemprot
sperma diiringi raungan liar 3 laki-laki itu. Dan kami pun ambruk bersamaan..
-------------
Pagi ini Pak Sutan menjemputku ke kantor. Tadi malam ia
sudah memintaku untuk minum pencahar. Waktu aku membukakan pintu untuknya, Pak
Sutan langsung menciumku dengan gencar, meremas-remas dadaku dan menyedot
putingnya. Tidak banyak bicara, Ia membuka resleting celana panjangnya dan
mengeluarkan penisnya. Ia menunggingkan aku di sofa, menguak rok pendek dan
g-stringku, dan langsung menghajar vaginaku. Uhh...terasa perih sih... tapi aku
berusaha menikmatinya. Pak Sutan memilin-milin klitorisku, mmmmhhh....nikmat
sekali. Seperti ada aliran listrik mengejut-ngejut di tubuhku. Penis atasanku
itu mendobrak cepat dan belum sempat aku mengimbangi, ia sudah memuntahkan
spermanya di dalam vaginaku.
"Kau sudah
minum pencahar Lin?" tanyanya
"Sudah Pak"
"Sudah
bersih?" tanyanya sekali lagi
Ia mengambil dildo
kaca bening di laci meja dapurku dan merojokkannya ke dalam lubang analku dalam-dalam.
"Ahhhh.." Jeritku tertahan, Ia memutarnya di
dalam lalu menariknya keluar.
"Masih
kotor!" tegasnya
Ia bergegas
mengambil enema dan selang air. Ia memintaku menungging di bath tub, dan
menjolokkan ujung enema ke dalam anusku. Didorong nya terus, sampai aku memohon
untuk berhenti karena terasa mentok. Ia memompakan air ke dalam analku sampai
aku merasa mual. Kemudian selangnya dicabut dan aku harus mengeluarkan airnya.
Begitu berulang-ulang sampai air yang keluar sudah bening. Aku mandi sekali
lagi dan mengganti baju kerjaku.
#########################
Kantor pusat partai
Hari ini ada ada rapat dengan salah satu partai koalisi
yang akan membicarakan hal-hal penting menyangkut pemilu 2014 nanti. Pak Sutan
memintaku untuk memakai pakaian yang seksi, dengan dada rendah dan rok
menggantung sejengkal di atas lutus sehingga memamerkan sepasang paha indahku.
Biasanya sih kalau begini artinya ada acara nakal di kantor atau pulangnya
nanti. Ketika berjalan di koridor, tak pelak aku pun menjadi pusat perhatian,
aku melewati beberapa karyawan yang hanya berani melirik padaku. Sebagai
sekretaris kesayangan petinggi partai, tidak ada yang berani mengusikku, walaupun
mereka tau persis, bahwa aku bukan hanya sekretarisnya namun juga alat lobi dan
budak seks. Aku masuk ke lift, di dalam lift ada Tono dan Yadi, petugas
kebersihan di sini, seorang ibu-ibu gendut, Nia, seorang staff kantor partai,
dan satu lagi adalah seorang pria setengah baya berkacamata dengan kumis dan
jenggot, ia memakai seragam salah satu parpol koalisi kami. Lift berjalan ke
atas, lewat lantai dua tiba-tiba...jgreg!! lampu padam dan lift berhenti
bergerak.
“Aaww...!” Nia menjerit kecil, ia panik memeluk lenganku.
Aku juga kaget, tapi dapat segera menguasai diri kembali.
“Jangan panik...jangan panik...bapak ibu, hanya gangguan
kecil saja!” kataku seperti pramugari menenangkan penumpang, “Bang Yadi, tolong
tekan tombol daruratnya, keliatan ga?” aku minta bantuan Yadi yang berdiri
dekat tombol lift.
“Udah Mbak, tapi gak tau alarmnya mati juga, kita tunggu
aja!” balasnya.
Semenit....dua menit....tiga menit....masih belum terjadi
apa-apa, lift masih gelap dan belum menyala, Nia berpegangan makin erat pada
lenganku, si pria dari parpol koalisi sedang komat-kamit membaca doa.
“Bang coba pencet lagi tombolnya!” pintaku lagi.
“Iya Mbak ini saya lagi pencet terus tapi belum ada
respon”
Dua menit kemudian, keadaan hening, tidak lagi setegang
tadi, si pria itu sudah berhenti berdoa, tiba-tiba....
“Eeeeiii...kurang ajar....!!” jerit Nia.
“Eeehh....setan ngepet....siapa sih kurang ajar bener!!”
si ibu gendut marah.
Belum tahu apa yang terjadi tiba-tiba saja aku merasakan
pantatku diremas, tangan itu bahkan mencoba menyusup ke bawah rokku. Namun
sebelum masuk aku langsung menepisnya keras, aku sempat meraih pergelangan
tangannya namun dengan cepat ia menariknya, terlalu gelap untuk mengetahui
siapa pelakunya.
“Apa? apaan ?” terdengar suara si Tono.
Sedang ricuh karena orang mesum di lift tiba-tiba lampu
menyala dan lift kembali naik ke atas.
“Heh...kalian ya....siapa tadi yang berani colek-colek
pantat, pasti salah satu dari kalian” si ibu gendut menghardik dengan suara
keras mengerikan pada dua petugas kebersihan itu
“Ha...nggak Bu sumpeh, kita gak ngapa-apain kok dari
tadi?” Yadi kebingungan
“Iya pasti kalian siapa lagi coba?” Nia ikut-ikutan
memojokkan mereka.
“Bapak ini orangnya sopan dan religius lagi, mana mungkin
beliau, pasti kalian! Hayo siapa? Ngaku!!” si ibu tambah marah, sampai seram
aku melihatnya, bisa-bisa kedua pemuda tanggung ini bonyok di smack down
olehnya.
“Astaghfirulah...sabar...sabar Bu!” si pria dari parpol
koalisi mencoba merelai, “kita selesaikan baik-baik bukan marah-marah
gitu!...kalian! apa benar kalian pelakunya? Saya tidak tahu siapa orangnya,
sekarang lebih baik minta maaf pada para wanita ini, itu dosa tahu, maksiat,
berani-beraninya berbuat begitu pada wanita dalam saat seperti tadi...tapi
asalkan kalian bertaubat, tidak ada kata terlambat!”
“Sudah...sudah Pak...Bu...! saya sekretarisnya Pak Sutan,
saya akan selesaikan masalah ini dengan mereka” kataku turun tangan,
“Yadi....Tono...kalian berdua ikut saya!” kataku tegas.
“Ahhh...jangan Mbak...ampun...iya kita minta maaf deh,
kita ngaku....!” kata mereka ketakutan.
Ting....pintu lift membuka...aku melotot menyuruh mereka
jaga sikap dan mengajak mereka keluar.
“Eh....Lin!!” Nia menarik lenganku.
“Tenang, gua akan selesaikan kok!”
“Mbak! Pokoknya segera adukan mereka ke ketua partai biar
dipecat tau rasa tuh!!” sahut ibu gendut itu.
Aku segera membawa mereka ke ruang kosong dekat situ.
“Ampun Mbak...ampun, bener bukan kami!” kata mereka
“Ssstt....iya saya juga tau bukan kalian kok!” kataku,
“pelakunya si bandot munafik itu saya tau jelas, kalian sengaja saya pisahin
supaya ga makin ribet masalahnya”
Ya...aku memang tahu persis karena waktu menepis
lengannya aku sempat menangkap pergelangan tangannya yang memakai pakaian
lengan panjang, sementara kedua petugas kebersihan ini memakai kemeja lengan
pendek. Kuceritakan pada mereka semua itu.
“Oooh...jadi gitu yah, kurang asem bener si kambing
bandot itu, awas nanti pulangnya kita gebukin rame-rame biar jadi sate!!” kata
Tono emosian.
“Hhhuuuhh....gara-gara tuh orang kita ampir dihajar
gorila betina!” timpal Yadi, “sok ngegurui kita pula, ngehe bener tuh orang!”
“Saya tau orang itu bajingan, tapi kalian tolong tahan
diri karena beliau itu mitra koalisi partai, kalau ada apa-apa kalian malah
tambah gawat nanti!” aku berusaha menenangkan mereka yang mulai marah, aku
berjanji akan mencoba mencari kesempatan untuk membalas perbuatan si mesum
munafik itu demi mereka dan juga demi diriku sendiri. Akhirnya mereka tenang
juga dan kini aku harus segera ke ruang rapat utama karena akan rapat akan
segera dimulai.
Aku langsung masuk ke ruangan rapat utama yang luas. Di
dalam ruangan sudah ada para tokoh penting partai kami, sebut saja Pak Anas,
sang ketua partai, Bu Angie yang juga salah satu petinggi partai yang meraih posisinya
sekarang berkat kemampuannya merayu pria. Juga ada Pak Hasan, sesepuh partai
kami yang mendapat jatah menteri di pemerintahan beserta istri mudanya, Bu
Inggrid, yang terkenal genit dan memiliki hubungan gelap dengan anak Pak Hasan
dari pernikahan sebelumnya. Kulihat juga Pak Luthfi, ketua salah partai yang
berkoalisi dengan partai kami, ia ditemani tiga orang pria yang salah satunya
kukenal waktu di lift tadi, si kambing mesum yang mencolek pantatku. Belakangan
kuketahui namanya adalah Pak Arif, salah satu kader dari parpol koalisi. Selama
hampir sejam, rapat berlangsung cukup serius dan terus terang...membosankan,
banyak kata-kata munafik demi rakyat lah, demi umat lah, demi kemashlatan
bersama lah, aku sih sudah sangat kenyang bahkan eneg mendengar semua itu.
Bagiku mereka sebenarnya cuma mengutamakan uang, tahta, dan syahwat, hanya saja
pintar-pintar mereka dibalut dengan kata-kata manis seperti yang sebelumnya
kusebutkan itu. Namun bagaimanapun, aku sebagai sekretaris ya harus profesional
juga, sepanjang rapat aku pun selalu mencatat apa yang harus kucatat. Oh ya,
selama itu pula mata-mata nakal para pria yang hadir selalu mencuri-curi
melihat ke arahku, terutama Pak Luthfi, si bangsat Pak Arif dan dua lainnya.
Cuih....munafik, makiku dalam hati karena aku tahu mereka itu di luar paling
terlihat sangat religius, terutama Pak Arif, ia begitu fasih bicara tentang
moral dan agama, padahal kebusukannya baru saja kurasakan tadi. Di tengah
rapat, aku tiba-tiba merasa ingin buang air kecil sehingga harus keluar
sebentar ke toilet. Setelah selesai, ketika mau kembali ke ruang rapat, secara
tidak sengaja aku melihat dari jendela yang sedikit terbuka, saat itu Pak Anas
sedang berbicara, kulihat Pak Arif yang duduk agak pojok sedang sibuk dengan
tabletnya. Kulihat lebih jelas ke arah tabletnya, busyet....ternyata di balik
gayanya yang sibuk mencatat dia sedang menonton klip bokep di alatnya itu.
Posisi duduknya memang strategis, tidak ada orang di ruangan itu yang bisa
melihat ke arah tab-nya, namun dari posisiku di luar aku dapat melihat jelas.
Bokepnya harcore pula adegan seorang wanita digangbang banyak pria,
weleh...weleh...dasar munak, sayang BB-ku sedang di charge di kantor bawah jadi
tidak bisa mengabadikannya.
“Mbak....Mbak Kalina...!!” suara orang memanggilku dari
belakang sehingga akupun menengok, ternyata Pak Kardi, salah satu petugas
kebersihan sedang menghampiriku sambil membawa sesuatu, “ini Mbak saya nemuin
di toilet bawah, mungkin punya salah satu bapak atau ibu di dalam”
“Ohh...iya coba saya tanya, kebetulan saya mau ke dalam
juga” kataku sambil menerima ponsel tersebut, “makasih yah Pak”
Aku lihat di layarnya nampak ada missed call sebanyak 25
kali dari orang yang sama, tertulis namanya ‘Nyi Pelet’. Aku pun masuk kembali
ke ruang rapat lalu melakukan sedikit interupsi yaitu menanyakan apakah ada
yang kehilangan ponsel di tanganku ini.
“Wah...itu punya saya!” Pak Arif menyahut dari kursinya
Aku pun segera berjalan ke arahnya dan menyerahkan ponsel
itu.
“Ini Pak, benar punya Bapak? Tadi petugas kebersihan
menemukannya di toilet”
“Alhamdulilah, ternyata masih ada orang jujur di dunia
ini, maklum lah udah tua, jadi suka lupa hehehe...” ia mengulurkan tangan hendak
mengambil ponsel itu dariku, “makasih yah Mbak!”
Tepat saat akan kuserahkan, benda itu bergetar tanpa
suara, nampak nama ‘Nyi Pelet’ kembali muncul di layar, berarti ini adalah kali
ke-26 ia menghubungi.
“Eh ada yang masuk nih Pak!” kataku.
“Waduh” ekspresi Pak Arif terlihat agak tegang melihat
nama itu, “Pak...maaf saya permisi sebentar, istri saya telepon” katanya pada
Pak Luthfi yang hanya mengangguk.
Pak Arif langsung buru-buru keluar ruangan dengan agak
cemas, “Ya...asalamualaikum umi!” sahutnya masih terdengar sebelum menghilang
di balik pintu. Jadi itu istrinya, pikirku sambil menuju ke kursiku dan kembali
duduk, walah-walah...kok di hape namanya ditulis ‘Nyi Pelet’ dan sudah 26 kali
ia menghubungi tanpa diangkat, agaknya ini horror yang sesungguhnya deh. Belum lima
menit aku duduk, Pak Sutan meminta tolong padaku untuk mengambil sebuah folder
dokumen di kantornya di bawah. Segera aku melaksanakan perintahnya, saat hendak
menuju lift, aku mendengar suara Pak Arif sedang bicara di koridor yang agak
sepi. Penasaran, aku mencari sudut yang pas untuk nguping pembicaraannya.
“Tapi...tapi kan umi, sore ini abi ada silaturahmi dengan
partai koalisi kita” katanya pada si ‘Nyi Pelet’ itu.
Lalu terlihat ia menjauhkan ponselnya sejengkal dari
telinganya, agaknya orang di telepon itu berteriak ngamuk
“Ba...ba...baik umi, abi pulang, abi pulang abis ini”
jawabnya terbata-bata.
Kembali ia menjauhkan ponsel itu dari telinganya setelah
menjawab. Wah...wah...kelihatannya pulang rumah bakal dihajar babak-belur oleh
istrinya Pak Arif ini.
“Hhhhhh...sial!” pria itu ngedumel sambil menyentakkan
kaki ke lantai setelah pembicaraan selesai, kulihat wajahnya tegang dan pucat
seperti habis bertemu hantu, ya iyalah mana ada yang lebih seram dari Nyi
Pelet, eh...istri yang sudah miscal sebanyak itu? Sadako, Kuntilanak, Sundel
Bolong, semua lewat....
Aku menutup mulut menahan tawa, rasain lu, ternyata pria
takut istri juga lu, hihihihi.....Kurapatkan tubuhku ke arah tembok saat Pak
Arif berbalik hendak kembali ke ruang rapat agar kehadiranku tidak
diketahuinya. Setelah itu barulah aku ke lift untuk menuju lantai bawah. Setelah
itu Pak Arif terlihat lemas dan tidak bersemangat di ruang rapat. Seusai rapat
pun ia dengan berat hati menyatakan bahwa tidak bisa hadir dalam acara malam
ini karena ada urusan keluarga. Karma Pak Arif masih berlanjut tiga bulan kemudian
ketika rapat paripurna di parlemen. Rapat yang membosankan membuatku ingin
jalan-jalan supaya tidak terlalu sumpek. Dari balkon yang dipenuhi para
wartawan yang sibuk meliput aku melihat Pak Arif tengah duduk di kursinya dalam
posisi wuenak sambil sibuk dengan tabletnya. Aku berpikir apakah ia sedang
nonton bokep lagi seperti dulu itu, aku tentu tidak bisa melihat karena jauh.
Hhhmmm..aku jadi ada akal, mungkin untuk membalasnya juga, dari posisi yang
kurasa bisa melihat apa yang dilakukan pria itu, kulihat dua wartawan sedang
terkantuk-kantuk meliput jalannya sidang yang membosankan itu.
“Mas...Mas...kalau mau dapet berita besar coba arahin
kamera ke situ tuh!” kataku menunjuk ke arah posisi Pak Arif.
“Hah, ada apa emangnya Mbak di sana?” si kameramen penasaran
dan mengarahkan kameranya ke arah yang kutunjuk.
Sebuah senyum mengembang di wajahnya, “Hehehe...ini baru
beda, gila juga nih orang, pake tablet loh nontonnya, Man...sini Man lihat!”
dia memanggil rekannya.
“Weleh....sempat-sempatnya nih orang!” sahut rekannya
yang dipanggil Man, “syuting terus Di, fokus ke situ, bakal heboh nih!”
“Hihihi...apa kata saya...boleh saya liat juga Mas?”
tanyaku
“Boleh nih, kok Mbak bisa tau sih?” tanya si kameramen.
“Bapak yang satu itu bukan pertama kalinya saya pergokin
ngebokep Mas, makanya saya tau juga!” aku melihat lewat kamera yang dizoom, dan
sesuai dugaan, Pak Arif sedang menonton bokep di tabletnya yang agak diturunkan
ke bawah meja.
Hanya dalam hitungan jam, berita itu sudah tersiar sore
harinya ke seluruh tanah air dan menjadi bahan tertawaan dan hujatan masyarakat
luas. Beberapa hari kemudian, Pak Arif yang posisinya sudah skak mat akhirnya
mengundurkan diri sebagai anggota dewan. Aku, Nia, Yadi dan Tono langsung
tertawa terbahak-bahak mendengar berita itu, puas deh, akhirnya dendam kami
terbalaskan juga.
Oke deh cukup sekian sekilat infonya, sekarang kita
kembali lagi ke rapat koalisi. Pak Sutan mendekatiku saat rapat terlihat akan
usai. Ia berbicara pelan padaku tentang apa yang harus kulakukan berikutnya.
Aku tersenyum nakal dan mengangguk, lalu aku pun keluar dari ruang rapat ke
mobilku untuk meninggalkan kantor. Rencana siang ini adalah mereka semua akan
dijamu di rumah Pak Sutan dan aku akan terlebih dulu ke sana untuk
mempersiapkan segalanya. Setibanya di sana, aku disambut pembantu rumahnya
membukakan gerbang. Mereka semua sudah mengenalku dan aku pun sudah tidak asing
dengan tempat ini. Ini adalah tempat biasa beliau menjamu tamunya, bukan tempat
tinggal keluarganya. Aku segera ke kamar mandi membersihkan diri. Setelahnya
hanya dengan memakai kimono aku menuju ke dapur. Saat itu, dari jendela, aku
melihat beberapa mobil telah memasuki halaman rumah mewah ini. Di ruangan itu
telah menunggu beberapa orang pria dengan pakaian tukang masak. Seseorang yang
adalah chef-nya memintaku untuk telanjang dan berbaring di meja dorong panjang
yang telah disediakan. Setelah itu mereka bekerja dengan cekatan menata
potongan-potongan daging serta sayuran di atas tubuh telanjangku. Ada sensasi
geli dan dingin ketika daging-daging mentah itu bersentuhan dengan kulitku, lalu
vaginaku ditancapkan mulut botol wine. Bukan pertama kalinya aku menjadi sashimi
girl, aku sudah pernah beberapa kali melakukannya dalam event khusus yang
diadakan oleh atasanku itu. Demikian juga para koki itu sepertinya sudah biasa
menyajikan hidangan nyeleneh seperti ini sehingga mereka pun bekerja
profesional walaupun di depan seorang wanita telanjang. Setelah selesai tubuhku
ditutup kain putih bersih hingga sebatas leher.
"Tok tok tok" ketukan di pintu terdengar,
seorang koki membukakan pintu.
Pak Sutan muncul dari sana, “Gimana? Sudah siap
semuanya?” tanyanya
“Beres Pak, tinggal menunggu perintah kapan disajikan!”
sahut si chef.
Pak Sutan menghampiriku
“Kamu siap Lin?” tanyanya
“Siap Pak kapan saja kok!” jawabku tersenyum.
“Hehehe...kamu memang sekretaris saya yang hebat”
pujinya, “baik kita jumpa lagi di ruang tengah!”
Meja ini pun didorong menuju ruang tengah tempat jamuan
berlangsung, jantungku berdebar-debar menanti pesta liar itu. Begitu memasuki
ruangan dan kain dibuka, semua mata menatap tak berkedip ke arahku, ke arah
tubuh bugilku yang hanya tertutup oleh potongan-potongan daging dan sayur.
"Wow... Pak
Sutan.. luar biasa. kreatif sekali makanannya ini!" aku mendengar Pak
Luthfi berkata pada Pak Sutan.
‘Ayo...ayo...silakan dimakan, ini halal kok dan saya
sarankan makannya ambil langsung pakai mulut supaya lebih afdol!” sahut Pak
Sutan mempersilakan para tamunya memulai acara gila ini.
Hap...seseorang menyambar daging di dadaku, orang itu
adalah salah seorang yang bersama Pak Luthfi, kalau tidak salah bernama Pak
Ahmad, yang berkacamata dan berjenggot tipis itu.
“Wuihhh...mantapks dagingnya huehehehe...!” kata Pak
Ahmad memuji.
Pak Andi menjadi orang kedua yang menyambar daging dari
puncak payudaraku dengan mulutnya, kumisnya terasa menggelitik kulitku
memberikan sensasi geli. Disusul pula pria lain mendaratkan mulutnya pada
tubuhku untuk mengambil potongan sashimi, selain itu juga terasa tangan-tangan
lainnya mulai meraba-raba tubuh mulusku, meremasi payudara atau memencet-mencet
putingku. Pesta terus berjalan, pembicaraan lalu dilanjutkan dengan pembicaraan
politik, gerayangan terhadap tubuhku makin liar, selain mengambil dengan mulut
mereka juga menyempatkan diri menjilati tubuhku. Terasa wine di vaginaku
dicabut.
"Silahkan dicoba, wine ini memang enak disajikan
hangat kuku.. Dihangatkan dengan cara khusus.." kelakar Pak Sutan lalu terdengarlah
gelak tawa orang seruangan, "kalau yang ini, jangan khawatir kontaminasi.
Penghangatnya saya sendiri yang mencuci bersih.." lanjutnya dan plop...botol
itu pun terlepas dari vaginaku "dan satu lagi, jangan kuatir elastisitas
lubang penghangatnya berkurang. Dijamin mengalahkan perawan.. silahkan dicoba, satu
jari saja!"
Tidak perlu menunggu lama, sebuah jari sudah masuk ke vaginaku
dan satu jari lainnya masuk ke duburku. Kubuka mata melihat sejenak,
ternyata pemilik tangan itu adalah pak
Nazarudin, sang bendahara umum partai.
"Remas Lin!!! " terdengar perintah Pak Sutan,
"lakukan seperti biasa, kasih liat jurus maut kamu memuaskan pria pada
mereka" ia berkata pelan dekat telingaku, yang kurespon dengan anggukan
kepala
Aku meremas jari-jari
Pak Nazarudin dengan kekuatan otot vagina
dan duburku.
"Luar biasa remasannya. Ini baru satu jari.." pria
berdarah Pakistan itu berdecak kagum memuji keahlianku.
Lalu jari-jarinya disodok-sodokkan di kedua lubangku. Aku
melenguh nikmat, vaginaku basah dan mulai menengang. Apalagi remasan keras di payudaraku semakin
intens dan sapuan lidah kasar di puting disertai gigitan. Aku tidak tau pasti
ada berapa orang di ruangan ini, kuperkirakan ada lebih dari selusin suara-suara
yang bergantian, aku menyapukan pandanganku ke ruangan ini, ada beberapa wajah
baru, namun kebanyakan aku sudah mengenalnya. Saat itu juga kulihat Pak Ruhut
yang kali ini mengenakan kostum Sailor Moon lengkap dengan wig pirangnya, di balik
rok mininya ia juga tidak memakai celana dalam sehingga penisnya yang
menggantung itu jelas terlihat. Ia menghampiri diriku kemudian mencaplok
sepotong daging di dadaku lalu sambil mengunyah, ia menempelkan penisnya ke
bibirku. Tanpa diperintah lagi, aku mengulumnya dan menghisap-hisap dengan
penuh nafsu. Terasa juga vaginaku dimasuki kepala penis, tapi terasa besar
sekali hingga meregang.
"Ummmm"
teriakku tertahan
Milik Pak Nazarudin begitu besar sehingga lubang vaginaku
seperti dipenetrasi paksa. Ohhhh...sensasi nyerinya sungguh terasa sehingga aku
tak tahan untuk mengerang, namun si empunya penis tidak peduli, malah
mendorongnya tanpa ampun. Dan langsung menggenjotku cepat. Perihhh dan klitorisku terasa terbakar... namun
aku berusaha menikmatinya saja. Liang kenikmatanku ia sodoki tanpa ampun. Aku
menggeliat geliat dan mendesah di tengah kenikmatan, derai tawa terdengar.
Mereka sangat menikmati tontongan mesum ini, dan kuberitahu, yang semacam ini
sudah biasa. Mulut dan vaginaku terisi penuh melayani dua pria ini dan
srooootttt...penis Pak Nazarudin ejakulasi di vaginaku. Duh...padahal baru juga
lima menit menggenjot, payah banget sih masa cuma lima menit saja? Gaya
selangit dan penis gede ternyata tak menjamin perkasa, seperti yang satu ini,
belum apa-apa sudah crot. Penis itu sudah menyusut begitu ditarik keluar dari
vaginaku, aku benar-benar tanggung dibuatnya, kukira si Paki ini perkasa
padahal cuma tahan segitu saja. dan tak lama, penis Pak Ruhut di mulutku juga menyemprotkan lahar panas.
Aku menelannya habis, karena itu tugasku sebagai budak seks.
Sementara situasi di ruangan ini juga semakin panas saja, yang
lain juga sudah berbaur dalam kegilaan. Di sofa, Pak Sutan yang sedang
menikmati remasan dan rabaan tangan Bu Angie di selangkangannya, ia mulai
melakukan aksi balik, tangannya meremas-remas dada wanita itu dari luar
pakaiannya, lalu didekapnya Bu Angie dan mulutnya yang mirip kodok itu melumat
bibir Bu Angie sehingga mereka pun terlibat percumbuan penuh nafsu sambil
saling raba tubuh masing-masing. Di sofa lain, Pak Anas, si ketua partai,
melakukan hal yang sama kepada Bu Inggrid, mulutnya melumat bibir wanita itu
dengan penuh nafsu, kedua tangannya beraksi melucuti pakaian atasnya yang
dilanjut dengan membuka branya. Kedua payudara Bu Inggrid yang montok itu pun
menyembul dengan indahnya, kedua putingnya yang berwarna kemerahan telah
mencuat tegang. Dengan terburu-buru Pak Anas memnyerbu kedua payudara itu, kenyotan
dan remasan penuh nafsu menyerbu kedua gunung kembar Bu Inggrid diselingi
dengan pilinan-pilinan di kedua putingnya.
“Ihh...Pak ketua nakal ahhh...gigitnya jangan keras-keras gitu
dong ahaahh!!” Bu Inggrid mendesah manja penuh gairah.
“Saya akan bikin kamu klepek-klepek kepuasan Grid, kalau kamu
gak puas, silakan gantung saya di Monas!” kelakar Pak Anas meremas payudara Bu
Inggrid dengan gemas.
Gilanya aksi itu berlangsung di depan Pak Hasan, suami wanita
itu. Pak Hasan sendiri tidak kalah gila, di depan sofa itu di atas permadani ia
sedang asyik menjilati vagina Bu Tere, salah seorang anggota dewan dari partai
kami yang dulunya adalah seorang penyanyi. Ia tidak sendirian mengejai wanita
itu, ada juga Pak Luthfi yang telah telanjang sehingga memperlihatkan tubuhnya
yang gendut kaya sapi sedang menikmati penisnya dioral oleh Bu Tere dan tangan
Bu Tere yang satunya juga sedang sibuk mengocok-ngocok penis Pak Pohan yang
tangannya bergeriya menggerayangi tubuh mulus wanita itu. Salah seorang kader
partainya Pak Luthfi yang tadi mendampinginya, seorang pria cepak dengan
jenggot tipis di dagunya, yang kuketahui bernama Pak Mahfudz turut bergabung
dengan Pak Sutan dan Bu Angie. Ia sudah telanjang, di punggungnya ada tatoo
sapi, maksudnya mungkin supaya terlihat lebih macho dan garang, tapi karena
gambarnya lebih mirip logo susu Dancow malah bikin yang melihat jadi ilfil, dan
penisnya sudah menegang tegak. Pria itu berjongkok di antara selangkangan Bu
Angie, lalu tangannya masuk ke dalam rok wanita itu, sekejab kemudian ia
menarik keluar lagi tangannya beserta celana dalam merah Bu Angie yang di
tengahnya bergambar apel Washington. Bu Angie menggerakkan kakinya membantu
pria cepak itu meloloskan celana dalamnya. Pak Mahfudz mengangkat kaki kanan Bu
Angie dan ia naikkan ke sofa sehingga vagina wanita itu terlihat dengan jelas
dimatanya, belahan bibir vaginanya yang bak bibir merah itu sungguh mengundang
selera setiap pria yang memandangnya. Dengan penuh nafsu bibir vagina tersebut
ia kuakkan sehingga kelentitnya yang masih tersembunyi mulai nampak sedikit,
tanpa menunggu waktu lagi Pak Mahfudz mulai menyeruput vagina Bu Angie
kuat-kuat seperti menyeruput kopi, akibatnya Bu Angie pun melenguh panjang
menerima hisapan kuat itu. Bu Angie, janda beranak satu yang juga mantan ratu
kecantikan ini memang tergolong binal, entah sudah berapa banyak pria yang
pernah bercinta dengannya, kabarnya dulu ia memenangkan kontes setelah beberapa
hari sebelumnya mengunjungi salah satu juri dan juga bos pemilik stasiun TV
penyelenggara kontes tersebut. Konon, almarhum suaminya juga meninggal
gara-gara shock setelah mengetahui istrinya itu pernah tidur dengan banyak
sekali pria untuk menggolkan lobi-lobi politiknya.
Setelah menaklukkan Pak Ruhut dan Pak Nazarudin aku buru-buru ke
toilet dulu untuk membersihkan diri dari bekas-bekas daging mentah, ludah dan
sperma supaya lebih segar. Setelah membersihkan diri, aku keluar dan melewati sebuah
kamar yang pintunya setengah terbuka, terdengar lenguhan pria dari dalam sana.
Aku melihat di atas ranjang, dua orang kader partai kami, Mas Roy, yang mengaku
ahli IT paling pintar itu, sedang menyodomi Pak Farhat, si pengacara yang suka
asal bicara. Mereka memang biseks bahkan cenderung penyuka sesama jenis. Pak
Farhat bahkan punya identitas lain yaitu Mbak Farah kalau sedang jadi wanita.
Pada waktu-waktu tertentu di sela-sela pekerjaan (ga jelas)nya, ia sering
terlihat mangkal di taman lawang, lihat saja waria gemuk yang suka pake wig
pink ala Lady Gaga, stoking jaring norak dan menyandang tas jinjing Hermes
(abal-abal beli di Tanah Abang) dengan gantungan kunci pocong. Kalau sedang
menjadi Mbak Farah, jangan coba-coba memanggilnya dengan Pak Farhat, karena ia
pasti akan ngamuk dengan suara ngebas dan melemparkan sepatu haknya, lalu ia
akan ngomel-ngomel gak karuan di twitternya @farah_abbas_cong. Sementara Mas
Roy memangnya hombreng sejati, pernikahannya hanya sandiwara belaka gara-gara
dulu dijodohkan orang tua. Kalau lawatan ke luar negeri, yang pertama dicari
olehnya adalah klub-klub gay terkenal, ia suka nongkrong di tempat-tempat
seperti itu dengan memakai kaos ketat hitam tanpa lengan dan anting di telinga
kanan.Sementara istrinya ia bebaskan mencari kepuasan dengan para gigolo muda
dan ganteng.
“Uhhh...enak Roy, sumpah pocong...kontollu enak banget!” erang
Pak Farhat.
Mereka sepertinya tenang-tenang saja melihat diriku di depan
pintu memergoki mereka, Mas Roy bahkan tersenyum padaku sambil terus menggenjot
dubur Pak Farhat. Aku pun berlalu membiarkan mereka meneruskan main
pedang-pedangan.
Di kamar lain, aku melihat Bu Melinda, seorang kader
partai kami juga, yang dulunya seorang artis, dalam keadaan terikat kedua
tangannya terangkat ke atas, mulutnya tersumpal sebuah gag ball. Pak Ahmad,
orang separtainya Pak Luthfi sedang memecuti tubuhnya dengan ikat pinggang
kulit. Bekas pecutan memerah dan tetesan lilin telah menghiasi tubuh telanjang
Bu Melinda. Ctarrrr.... Ctarrrr..
Uhhhh.. payudara dan perutnya kembali dipecuti oleh Pak Ahmad. Bu Melinda
menatap sayu ke arahku, Pak Ahmad yang menyadari kehadiranku juga menoleh ke
arah pintu sambil tersenyum mesum.
“Halo Lin, sini!” panggilnya, “ikutan yuk, biar rame!”
“Eeerr....saya...”
Belum sempat aku mengiyakan, tubuhku sudah didorong
seseorang dari belakang sehingga masuk ke kamar. Pria yang mendorongku adalah
Pak Hadi, salah seorang petinggi partai, juga ikut bersamanya Pak Juki yang
tampangnya culun berkacamata tapi hidung belang itu. Mereka berdua sudah
telanjang dengan penis mengacung tegak siap menembak ke arahku.
“Ayo Lin, kita main rame-rame hehehe” sahut Pak Hadi, si
tua bangka mesum itu.
Mereka membaringkan tubuhku di ranjang dan mulai
menggerayanginya. Pak Hadi mengenyoti payudaraku dan menggerayangi tubuhku.
Sementara Pak Juki berlutut di sebelah kepalaku dan menjejali mulutku dengan
penisnya yang tidak terlalu besar. Ia memintaku menjilati bola dan lubang
pantatnya. Aku merasa jijik dan tidak mau.
"Ayo dong
Lin, kalau jadi sekretaris diajak ngeseks aneh-aneh itu udah risiko!" kata
Pak Juki.
Akhirnya dengan terpaksa aku menjilati lubang pantat itu.
Tak lama dubur ku terisi lagi dan juga lubang vaginaku oleh jari-jari Pak Hadi
Ctaaaarr..ctarrrr....aku
melirik ke samping, nampak cambukan Pak Ahmad terus menghajar kulit Bu Melinda.
“Eeemmhhh....” wanita itu mengaduh tertahan karena
mulutnya tersumbat gag ball, tubuhnya penuh keringat dan matanya meneteskan air
mata.
"Pak Ahmad gimana? Enak kan mainnya? Kami memang
hadiahkan asset terbaik partai kami sebagai tanda koalisi dengan partai anda"
sahut Pak Juki pada Pak Ahmad.
"Ini memang hadiah terbaik Pak...sangat memuaskan, sebagai
balasan, nanti saya akan persembahkan istri saya untuk kalian cicipi juga, pokoknya
mantapks!" kata Pak Ahmad puas
“Oh, istri anda yang penyanyi dangdut itu?” tanya Pak
Juki meyakinkan
“Yup...asyik loh sedotannya, nanti anda rasakan saja
sendiri!” katanya seraya mengayunkan sabuknya lagi ke arah punggung Bu Melinda.
“Mmmhhhh...!” kembali Bu Melinda meringis menahan sakit
merasakan sabetan pada punggungnya.
Tak lama setelah mereka menjilat dan menggerayangi
tubuhku plus oral seks. Aku diikat dengan tangan ke atas bersebelahan dengan Bu
Melinda. Tiga orang pria memasuki kamar ini sehingga semakin ramai saja di
sini. Astaga.... kacau nian keadaannya kali ini, lubangku dipenuhi penis yang
besar-besar. Banyak tangan yang menggerayangi tubuhku dan meremas-remas susuku.
Sesekali aku juga menjadi sasaran cambukan Pak Ahmad bersama Bu Melinda. Aku tidak
bisa melihat siapa yang sedang menggenjot vagina dan duburku saking sibuknya. Mereka
selalu terbahak setiap kali kami menggeliat sakit ataupun menggeliat karena
orgasme. Cairanku dihisap habis oleh mereka, sedangkan aku harus menelan semua
sperma mereka. Para pria itu bagaikan serigala lapar memangsaku dan Bu Melinda,
entah berapa orang yang menyetubuhiku. Pertempuran sengit ini berlangsung cukup
lama. Aku sudah setengah sadar ketika orang terakhir menyemburkan spermanya ke
wajahku, aku melihatnya samar-samar orang itu adalah Pak Luthfi, spermanya
sudah tidak banyak dan sangat encer, mungkin sudah terkuras pada ronde-ronde
sebelumnya. Aku dan Bu Melinda terbaring lemas di ranjang dengan tubuh
bermandikan sperma dan peluh, nafas kami juga sudah terputus-putus. Ketika
terbangun, di luar sana sudah gelap dan jam menunjukkan pukul tujuh malam
lebih. Bu Melinda sudah tidak ada lagi di sebelahku, Pak Sutan mengatakan ia
sudah pulang lebih dulu dan acara gila tadi sudah selesai.
"Terima kasih atas partisipasinya meramaikan acara
Lin...kamu memuaskan semua orang hari ini" katanya
Ia lalu menyodorkan segelas air dan memintaku mandi. Tak
lupa ia menyuntikkan cream khusus untuk mengembalikan elastisitas vagina dan duburku.
########################
Besok siang
Ruang kerja Pak Sutan di kantor partai
"Duduk di sana dan buatkan surat perjanjian,
draftnya sudah saya simpan di sini!" perintah Pak Sutan menyerahkan sebuah
flashdisk berbentuk penis padaku
Saat itu di balik blazer dan rok spanku, aku hanya
memakai pakaian dalam latex dan gstring kulit hitam, sementara di dalamnya ia
memasangkan rantai kalung di leherku. Rantai ini memiliki rantai-rantai kecil
yang banyak dengan penjepit-penjepit vibrator di ujungnya. Penjepit itu
dipasangkan di puting dan sekeliling payudaraku, jadi aku seperti menggunakan
bra rantai. Di kursi yang ditunjuk, sudah terpasang dua buah dildo tegak
berdiri. Pak Sutan berdiri di samping meja melihatku memasukan dildo itu ke
dalam vagina dan duburku.
"Ahhh... ini terlalu panjang Pak, sakit jika saya
duduki " kataku dengan memelas.
"Masih baru jadi belum licin, lakukan aja seperti
yang saya ajarkan Lin, hirup nafas panjang lalu masukan dildo itu perlahan,
tubuh mu sudah disiapkan untuk menerima dildo dan penis sepanjang dan sebesar
apapun itu" perintah Pak Sutan, “rasanya pasti ngeri-ngeri sedap kok
hehehe...”
Seperti dihipnotis, aku melakukannya, dan mencoba dengan
gerakan mengebor untuk memasukan dildo-dildo itu. Atasanku itu tersenyum
melihatnya. Setelah berhasil memasukkan benda itu....rrttttt.....Pak Sutan
menghidupkan remote dildo itu dan mereka bergerak meliuk-liuk di dalam dubur ku
dengan gerakan memutar namun tidak beraturan. Aku menggelinjang merasakan
uliran dildo-dildo ini.
"Konsentrasi, lakukan latihan otot-otot mu agar
kembali kencang sambil ketik surat perjanjian ini sampai selesai. Kami makan
dulu, lalu kami akan kembali, dan ini sudah harus selesai. Jelas?" bisik Pak
Sutan lagi
"Baik Pak!.." jawabku dengan patuh
Pak Sutan memberikan jempolnya, lalu berjalan ke sisi
ruangannya yang lain
"Bapak-bapak, selagi surat perjanjian nya dibuat,
kita makan siang dulu di ya.. nanti setelah semua selesai kami akan menjamu
anda-anda semua dengan acara khusus di tempat saya, ya, nanti setelah
penandatanganan surat perjanjian kita"
Terdengar suara tawa dan bincang-bincang sesaat. Lalu
muncullah orang yang tak asing lagi yang wajahnya sering muncul di berbagai
media, ketua salah satu partai besar di tanah air. Dia adalah Pak Abu, yang
wajahnya begitu menawan, setiap melihatnya mengingatkanku pada kuda-kuda jantan
di Ragunan, ia ditemani oleh beberapa pembesar partainya, kulihat Pak Agung
yang hidungnya mirip tomat (gemes deh pengen mencet...toott...), Pak Idrus yang
item pahit (lebih manisan dakocan), Pak Yahya yang dulu suka bawain acara kuiz
dan bergaya koboy dengan lagu country-nya, dan beberapa lainnya yang aku tidak
hafal namanya. Mereka melihat padaku yang sedang "duduk" sambil
menghadapi meja kaca dengan laptop di atasnya. Aku sedang menggeliat-geliat
tertahan.
Pak Abu bertanya pada atasanku " kenapa dia Pak?"
"Angkat sedikit pantatmu Lin! Biar Pak Abu melihat
apa yang terjadi di bawah sana" kata Pak Sutan tegas
Aku mengangkat sedikit pantatku, dan terlihatlah dua
dildo pink tertancap di alas kursi sedang mengebor kedua lubangku.
"Wow...hebat!" kata Pak Abu. "kursi ini
sangat seksi untuk sekretaris ya... hahahhaa" tertawalah mereka
terpingkal-pingkal
“Beli di mana tuh Pak Sutan?” tanya Pak Agung, “saya juga
mau dong buat sekretaris saya, biar makin hot dia”
“Saya juga Pak, lumayan buat main-main sama sekretaris atau
para news presenter di stasiun TV saya kalau berani ngomong tentang lumpur,
hahaha....” kata Pak Abu.
“Hahaha...beres bapak-bapak, nanti saya kasih tau tempat
belinya,” kata Pak Sutan, “eh...omong-omong news presenter, bagi-bagi dikit
dong Pak Abu, kan di tempat anda cakep-cakep tuh, saya juga pengen icip-icip
nih!”
“Boleh, bisa diatur kok, gimana nanti di partynya saya
ajak para news presenter untuk lebih mempererat silaturahmi!” kata Pak Abu
“mempererat silaturahmi....hihihi, bisa aja memperhalus
kata-kata si muka kuda ini!” tawaku dalam hati.
“Hahaha..." Pak Sutan tertawa lebar membuat mukanya
semakin ‘tampan’ saja, “baiklah sekarang kita makan siang saja dulu” ia
membukakan pintu.
“Eittt....Pak Yahya lagi ngapain hayo!” kata Pak Sutan
memergoki Pak Yahya yang coba-coba mencari kesempatan meremas pahaku, aku sih
rela-rela saja, soalnya beliau yang paling ganteng (dalam arti sesungguhnya)
dibanding yang lainnya.
“Hahha...iseng Pak Sutan, anda juga sih punya sekretaris
seksi gini bikin ga nahan!”
“Kalau Pak Yahya suka sama Kalina, bagaimana kalau saya
memberi anda tebakan, kalau menjawab benar, Kalina akan menemani anda secara
pribadi selama tiga malam, bagaimana Lin?” kamu setuju?” tanya Pak Sutan.
“Siap aja Pak saya sih!” jawabku tersenyum manis, asyik
juga kok pasti dapat tip yang gede-gede kalau menemani para kolega atasanku
ini. (mereka dapet duitnya darimana, itu sih tanyakan pada rumput yang
bergoyang)
“Gimana Pak Yahya? Deal or no deal?” Pak Sutan
mengulurkan tangan mengajaknya bersalaman.
“Baik...deal dong, masa deal lah...saya terima deh, apa
nih tebakannya?” Pak Yahya menerima uluran tangan atasanku.
“Gampang...sekretaris saya ini pakai BH gak?”
Tiba-tiba saja semua mata memandang ke arah dadaku
menebak-nebak, walau terbiasa dengan tatapan liar pria, namun ditatap banyak
mata sekaligus untuk bahan tebakan kok agak risih juga yah rasanya.
“Hhhmmm...ngga pakai!” jawab Pak Yahya setelah beberapa saat
mengamat-amatiku
“Anda yakin?” tanya Pak Sutan
“Fifty-fifty!”
“Anda tidak ingin mencoba ask the audience?” tanya
atasanku lagi.
“Hhhmmm....” Pak Yahya jadi agak ragu, “boleh deh,
bagaimana nih bapak-bapak? Pakai atau tidak?”
“Yang memilih tidak angkat tangan anda hayo!” sahut Pak
Sutan.
Yang mengangkat tangan kulihat lebih banyak dari sisanya,
termasuk Pak Abu.
“Nah gimana Pak Yahya?” tanya atasanku yang ‘ganteng’
itu.
“Oke karena rekan-rekan saya mayoritas menjawab tidak,
demikian juga keyakinan saya, maka saya putuskan tidak deh!”
“Baiklah, Lin coba kamu perlihatkan!” sahut Pak Sutan,
“.....ternyata survey membuktikan....”
Aku membuka blazerku dan memperlihatkan payudaraku yang
terbungkus bra berantai pemberian Pak Sutan. Kembali semua mata menatap ke
dadaku dan bra uniknya.
“waduh....gone...gone...gone...” Pak Yahya kecewa karena
tebakannya meleset.
“Haha...gapapa Pak Yahya, tenang aja, Kalina juga akan
meramaikan acara nanti malam kok!” Pak Sutan menenangkan, “Yuk sekarang kita
makan aja dulu yah! Oh iya Lin....” ia menoleh ke arahku sebelum keluar
ruangan, “nanti malam katanya Mbak Anissa mau hadir di pestanya, gak tau jadi
atau nggak nya, pokoknya kamu urus segalanya sebaik mungkin oke!”
“Siap Pak” jawabku tegas.
Akhirnya dengan selesainya acara kuiz ‘Who Wants to be
Pervert’, mereka pun meninggalkan ruangan ini. Tinggal aku dengan suara dildo yang
terus mengebor dan menggesek dinding vaginaku. Ahhh... aku harus meremasnya
dengan otot-ototku, aku harus membuat ototku mengencang lagi, dan.. aku juga harus
mengetik. Untuk acara nanti malam, menjamu rekan koalisi dari partai Pak Abu
sepertinya aku akan ekstra sibuk, terutama karena kemungkinan datangnya Mbak
Anissa. Memang sih dia bukan petinggi maupun kader partai, hanya menantunya
dewan pembina partai, tapi dia mempunyai posisi yang sangat penting dan
hubungan yang sangat erat dengan penguasa negeri ini, jadi segalanya harus
dipersiapkan sebaik mungkin. Uuhhh...aku segera menyelesaikan tugas mengetikku
lalu segera makan siang dan istirahat yang cukup nih....
To be continue...?? (maybe yes....maybe not)
By: Kalin
itu foto sama nama asli, apa bener itu si kalina dulunya lonte?
BalasHapusdi twitland sekarang pakean ala ninja tapi dulu suka pamer paha, bingung jadina
i like it..... rockz!!
BalasHapusbagus ceritanya!kapan nih lanjutannyanya?
BalasHapusBos Shu mau tanya nih gimana kelanjutannya cerita Alfikokgak ada beritanya
Apakah stop sampai part 18 aja?
keren neh, biarpun jelek2 in partai dikit tapi ceritanya oke dan seru
BalasHapus