Laman

Sabtu, 30 Juli 2011

Gadis Pemuas: Di Dalam Hutan Lebat 2

1 September 2007

Aku bangun membuka mataku melihat disekitarku Ulfsaar sedang mempersiapkan sesuatu, aku bangun dari ranjang sambil mengucek-ngucek mata.
“eh, kamu udah bangun, gimana enak gak tidurnya”.
“enak banget, ngomong-ngomong kamu lagi ngapain sih?”.
“oh, aku lagi buatin makanan buat kamu, kan kasihan kamu belum makan”.
“wah, kebetulan, aku laper banget”. Kemudian Ulfsaar menaruh makanan di depanku, aku langsung mengambil dan menyantapnya karena aku sangat lapar, sementara Ulfsaar membuatkan minuman. Tak kusangka ternyata makanan suku Baro ini sangat enak karena rasanya sangat pas di lidahku, maka dari itu aku lebih lahap memakan makanan itu sambil meminum minuman yang telah disediakan Ulfsaar.
“wah, gak nyangka ya, kamu cantik tapi makannya ganas juga”.
“abisnya, aku laper banget sih”.
“hehe,,yaudah makan yang banyak, biar kamu nanti gak lemes”.”ok, tenang aja”, lalu aku mulai makan lagi sampai benar tidak ada sisa di piring yang terbuat dari tanah liat itu. Aku mengelap mulutku dengan punggung tanganku dan minumannya juga kuhabiskan.

“woah, enak banget”.
“bagus, sekarang kita keluar, kepala suku Utha dan yang lain udah gak sabar pengen nyobain pantat kamu”. Kemudian, aku dan Ulfsaar keluar dari tenda dan semua orang langsung menengok ke arah kami setelah itu mereka semua membungkukkan badan mereka karena aku dianggap dewi oleh mereka. Aku jadi merasa tidak enak disembah seperti ini, tapi aku tidak bisa menyuruh mereka untuk bangun karena aku tidak bisa bahasa mereka. Kami berdua berjalan menuju panggung yang menjadi tempat persetubuhanku sebelumnya, sambil berjalan aku berpikir apa nanti anusku tidak luka karena penis mereka besar-besar, karena memikirkan itu aku jadi agak takut, tapi aku tetap maju karena birahiku sudah memuncak akibat memikirkan bagaimana tubuhku akan dinikmati oleh mereka.

Akhirnya aku sampai di depan Utha, setelah itu Utha dan Ulfsaar berbicara.
“zanunari kokuandekan?”.
“cahiramunto susuna uja daluar”. Lalu, Utha berbicara kepada 2 pengawal yang ada di sampingnya, sementara aku bertanya kepada Ulfsaar.
“tadi kalian ngomong apa sih?”.
“tadi kepala suku Utha nanya, apa kamu udah bisa ngeluarin susu, aku bilang udah”.
“oohh, gitu, terus kapan mulainya?”.
“ya abis kamu tunjukkin pantatmu ke semua orang”.
“ooh gitu”.
“nah sekarang, kamu agak bungkuk”. Lalu, aku membungkukkan badanku dan membelakangi para penonton sehingga pantat dan vaginaku yang menggugah selera terpampang jelas di hadapan para suku Baro yang berkumpul di depan panggung. Kemudian, Utha berdiri di sampingku.
“purahota oranku wukan”. Aku bertanya kepada Ulfsaar yang ada di depanku.
“tadi, kepala suku ngomong apa?”.
“sekarang, dia mau ngorek-ngorek vagina ‘n pantat kamu di depan rakyat”.
“waw, asik”.
“kamu suka kalau ditonton orang banyak ya?”.
“iya, aku suka banget”.

“yaudah, siap-siap ya”. Utha mendekatiku dari samping, dia langsung memainkan jarinya di sekitar bibir vaginaku sedangkan aku berpegangan pada Ulfsaar yang ada di depanku. Utha memasukkan 1 jarinya yang lumayan besar itu ke dalam lubang vaginaku, aku menggelinjang keenakan, lalu Utha mulai menggerakkan jarinya keluar masuk vaginaku, tentu saja aku merasa nikmat. Tapi, belum selesai aku menikmati, Utha memasukkan 2 jarinya lagi ke dalam vaginaku sehingga 3 jarinya yang besar itu berada di dalam vaginaku sehingga vaginaku benar-benar terasa penuh. Rasanya menjadi lebih nikmat daripada sebelumnya, aku hanya bisa mendesah pelan merasakan nikmat yang mendera tubuhku, dia terus mengorek-ngorek vaginaku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. 5 menit kemudian, aku mengalami orgasme dan cairanku langsung mengalir deras membasahi 3 jari Utha yang ada di dalam vaginaku, setelah jarinya berlumur cairanku, Utha memasukkan 1 jarinya ke dalam anusku, rupanya untuk melumasi anusku agar nanti tidak perih.

Setelah melumasi anusku, Utha mengeluarkan jarinya dari anusku, sementara aku melihat ke atas untuk menatap mata Ulfsaar dan melemparkan senyumku yang indah padanya. Ulfsaar membalas dengan tersenyum juga, lalu aku disuruh berdiri oleh Ulfsaar dan menghadap ke arah penonton, para suku Baro langsung bertepuk tangan. Tubuh putih mulusku terpampang jelas di depan suku Baro yang berkulit hitam itu, Utha tiba-tiba langsung melumat bibir mungilku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku yang kubalas dengan memainkan lidahku juga sehingga lidah kami saling membelit satu sama lain. Setelah itu, Utha melepaskan ciumannya sehingga aku bisa mengambil nafas, lalu Utha menurunkan ciumannya ke leher jenjangku dan menciumi setiap senti leherku yang membuatku kegelian. Akhirnya ciuman Ulfsaar sampai ke payudaraku, dia menjilati seluruh bagian payudaraku kecuali putingku, tapi setelah seluruh bagian payudaraku dijilati olehnya, Utha langsung mengulum putingku, ketika dia menyedot puting kananku tiba-tiba terasa ada yang mengalir dari payudaraku.

Aku tidak tau yang apa yang disedot Utha dari payudaraku, tapi akhirnya aku tau setelah Utha berganti menghisap puting kiriku, aku bisa melihat cairan putih keluar dari putingku ternyata itu adalah susuku, aku memoles puting kananku dengan jariku sehingga susuku ada di jariku, aku langsung menjilati dan mengulum jariku sendiri yang berlumur susuku sementara Utha masih sibuk menghisap susu yang keluar dari puting kanan dan kiriku secara bergantian. Tak kusangka, begitu aku mencicipi susu yang keluar dari putingku itu rasanya manis seperti susu yang sudah diberi gula sehingga aku jadi ketagihan dengan rasa susuku sendiri yang sangat manis itu, pantas saja Utha menghisap susuku seperti orang yang kehausan. Setelah puas meminum susuku, Utha melepaskan hisapannya terhadap putingku dan langsung menjilati vaginaku, dia telusuri daerah selangkanganku, bibir vaginaku, dan ketika lidahnya menyentuh klitorisku, tubuhku langsung menggelinjang karena terasa geli sekaligus nikmat, sementara aku meremas-remas payudaraku sehingga susu memancar keluar dari kedua putingku.

Utha tetap menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya itu yang panjang dan kasar itu, akhirnya 5 menit kemudian tubuhku menggelinjang yang menandakan aku akan orgasme, seperti biasa cairan vaginaku yang manis itu langsung diseruput oleh Utha. Rupanya, Utha ingin segera menanamkan penisnya di dalam anusku karena dia langsung bergerak ke belakangku dan langsung menuntun penisnya sendiri ke lubang anusku, setelah sudah tepat berada di depanku, Utha langsung memasukkan penis besarnya ke dalam lubang anusku.
“aahh,,, aaauuuwwcc!!”, teriakku pelan ketika perlahan demi perlahan penis besarnya menyeruak masuk ke dalam lubang anusku yang sempit, urat-urat yang ada di batang penis Utha bergesekan dengan dinding lubang anusku sehingga yang tadinya sakit menjadi nikmat. Akhirnya, penis besar milik Utha amblas tertelan oleh lubang anusku, Utha tidak bergerak mungkin supaya aku terbiasa dulu.

Setelah aku terbiasa, Utha langsung menggerakkan penisnya keluar masuk pantatku secara perlahan.
“aahhh,,,emmmhhh,,,uuuhhhh!!”, desahku ketika penisnya bergerak keluar masuk lubang anusku yang sangat sempit. Lama-lama Utha menaikkan frekuensi kecepatan genjotannya terhadap lubang anusku sehingga aku jadi tambah merasa nikmat, aku terus dipompa dari belakang sehingga wajahku menghadap para suku Baro yang menonton persetubuhanku dengan kepala suku mereka. Dalam kenikmatan, aku masih bisa melihat para suku Baro dengan raut wajah penuh nafsu apalagi para lelakinya, mereka benar-benar terlihat sudah tidak sabar ingin segera menikmati tubuh putihku. Sambil menggenjotku, Utha meremas-remas kedua buah payudaraku sehingga susuku memancar keluar dari putingku ke arah para penonton membasahi wajah mereka, tapi mereka malah membiarkan wajah mereka penuh dengan susuku. Aku merasakan lubang anusku melebar karena penis Utha yang terus bergerak keluar masuk berukuran besar.

15 menit kemudian, aku mengalami orgasme yang kedua sedangkan Utha sama sekali tidak terlihat akan orgasme. Tiba-tiba sambil terus menggenjotku, Utha berkata sesuatu kepada Ulfsaar yang ada di sampingnya.
“dekvagona u entat”.
“daiz”. Lalu Ulfsaar berjalan ke depanku, sementara Utha menghentikan genjotannya, setelah Ulfsaar berada di depanku.
“tadi, kepala suku Utha bilang apa?”.
“aku disuruh masukkin penisku ke vagina kamu”.
“jadi aku dimasukkin 2 penis gede sekaligus?”.
“iya,”.
“yaudah, masukkin aja”. Entah bagaimana caranya, penis Ulfsaar bisa masuk ke dalam vaginaku dan penis Utha masih tertanam di anusku padahal kami dalam posisi berdiri. Sekarang tubuh putihku dihimpit 2 pria berkulit hitam, tubuhku bagaikan kapas yang berada di tengah-tengah 2 roti gosong, lalu Utha mulai menggerakkan penisnya keluar masuk anusku sementara penis Ulfsaar keluar masuk vaginaku dengan irama yang berbeda jadi ketika Utha sedang menarik penisnya keluar dari anusku, Ulfsaar menggerakkan penisnya masuk ke dalam vaginaku, begitu juga sebaliknya.

Karena itu, sensasi yang timbul menjadi lebih nikmat sehingga dalam waktu 10 menit aku sudah orgasme yang ketiga kalinya. Bunyi kecipak air terdengar setiap kali Ulfsaar memompa penisnya karena cairan vaginaku tertahan oleh penis Ulfsaar yang mengisi vaginaku. Tentu saja sambil menggenjot vaginaku, Ulfsaar melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku sementara Utha memelintir kedua putingku, tapi aku hanya bisa terdiam karena bibirku sedang dilumat oleh Ulfsaar sehingga aku tidak bisa mengeluarkan suara. Selama 57 menit, mereka terus menggenjot tubuhku tanpa henti dan tanpa berganti posisi, meskipun aku sudah berkali-kali orgasme tapi tubuhku tidak merasa lemas karena aku sudah minum obat kuat untuk wanita. Tak lama kemudian, akhirnya aku merasakan penis mereka berdenyut-denyut di dalam 2 lubangku, setelah beberapa detik kemudian mereka berdua menyemprotkan benih mereka ke dalam lubang anus dan vaginaku secara bersamaan sehingga 2 lubangku itu terasa sangat hangat dipenuhi sperma mereka.

Lalu mereka mencabut keluar penis mereka dari lubang anus dan vaginaku, tanpa disuruh lagi aku langsung berjongkok dan menarik kedua penis itu ke samping kanan dan kiri dari wajahku. Aku melakukan ‘cleaning service’ ke 2 penis itu hingga benar-benar bersih, rasa sperma mereka memang benar-benar lebih gurih dari sperma yang pernah aku rasakan selama ini. Setelah bersih, Utha menghadap ke arah penonton.
“zukareng, zewec ina bedas kaliun antot”. Tanpa aku tanya lagi, Ulfsaar langsung menerjemahkan apa yang dikatakan Utha.
“Rasti, kepala suku Utha bilang sekarang tubuh kamu milik suku Baro jadi siapapun rakyat suku Baro boleh nyetubuhin kamu”.
“ooohhh, pantes aja yang laki-laki keliatan seneng”.
“ya iyalah, para pria suku Baro kan jarang bisa nyetubuhin cewek cantik dan seksi kayak kamu”.
“aahh, bisa aja,, aku jadi malu”.
“yuk sini, kamu disetubuhinnya di bawah aja, takut panggungnya nanti rubuh”.
“ok deh”, lalu Ulfsaar menggandeng tanganku dan menuntunku turun panggung sementara Utha kembali masuk ke dalam tendanya.

“nah, sekarang, kamu sendiri ya, soalnya aku mau siapin segala sesuatu buat perang ngelawan suku Kupo besok dengan kepala suku”.
“ok, tapi sebelumnya bilang dulu ke mereka, jangan main kasar”.
“puru rokyut sikeluan, dowi todak mae maun kesur, joda jungan maun kesur yi”.
“daiz”, jawab mereka serentak.
“aku udah bilang ke mereka, jadi kamu tenang aja”.
“makasih ya”, seraya mengecup pipinya.
“aku tinggal ya”. Lalu Ulfsaar pergi meninggalkanku, setelah itu tanpa aba-aba para kaum lelaki langsung mengerumuni tubuh putih mulusku dan berebut untuk meremas-remas semua bagian tubuhku yang bisa diremas. Tubuhku sudah seperti kapas putih yang terombang-ambing di samudra hitam karena jika setelah salah satu dari mereka sudah menyemprotkan sperma mereka baik ke dalam lubang anus, mulut, maupun vaginaku, tubuhku langsung dioper ke temannya yang lain sehingga aku sampai tidak tau lagi siapa yang sedang menggenjot mulut, anus, dan vaginaku karena tubuhku dioper kesana kemari.

Entah sudah berapa penis yang memasuki tubuhku, entah berapa lelaki yang telah berejakulasi dan menyemburkan spermanya ke dalam tubuhku. Tubuhku memang benar-benar menjadi sarana pelampiasan suku Baro, tapi meskipun begitu seluruh tubuhku tidak belepotan sperma karena mereka semua menyemburkan sperma mereka ke dalam tubuhku dan karena mulut, anus, dan vaginaku sudah ‘diperawani’ oleh kepala suku mereka jadi mereka bebas menyemprotkan sperma mereka ke 3 lubangku sesuai keinginan mereka masing-masing. Mungkin sudah 10 jam tubuhku dibuai kenikmatan dan dilanda orgasme yang tidak ada hentinya, akhirnya mereka semua sudah tidak bertenaga lagi, tapi aku masih bertenaga karena obat yang kuminum. Selanjutnya, dengan bahasa isyarat mereka menyuruhku untuk bertumpu dengan kedua lutut dan kedua tanganku, lalu ada 2 orang wanita yang mendekat ke arahku. Satunya memegang 2 buah kursi kecil dan satunya lagi 2 buah ember kecil yang kosong, wanita itu menaruh 2 ember tadi tepat di bawah kedua buah payudaraku yang menggelantung dengan indah. Setelah itu salah satu wanita itu meremas-remas payudara kananku sehingga susu memancar keluar dari puting kananku langsung ke ember yang ada di bawah payudara kananku, dan wanita satunya lagi melakukan hal yang sama terhadap payudara kiriku. Tak lama kemudian, kedua ember itu sudah penuh dengan susu yang keluar dari putingku, aku berpikir kalau ini sudah selesai karena kedua wanita itu bangkit sambil masing-masing membawa satu ember yang penuh dengan susu cap Rasti. Tapi, ternyata ada 2 wanita lagi yang datang dan melakukan hal yang sama, dan seterusnya.
“kenapa susu gue gak abis-abis ya, apa gara-gara ramuan si Ulfsaar?”, pikirku dalam hati. Tapi, aku tidak terlalu memikirkannya karena remasan-remasan itu membuatku mencapai orgasme yang ke sekian kalinya, dalam keadaan masih ‘diperah’, aku melihat seorang wanita yang telah memeras susuku, menuang ember susunya ke dalam sebuah gelas dari tanah liat dan dia memberikannya kepada seorang lelaki dan seorang anak kecil yang sepertinya mereka adalah suami dan anaknya.

Akhirnya aku mengerti perananku dalam suku Baro, aku tidak hanya dewi kesuburan yang menjadi tempat pelampiasan nafsu mereka, tapi aku juga dijadikan ‘sapi perah’ bagi mereka. Rupanya, mereka memerah susuku bukan hanya untuk manusia saja tapi mereka juga memeras susuku untuk hewan peliharaan. Tapi aku tidak peduli karena meskipun tanpa penis laki-laki, aku bisa mencapai orgasme karena para wanita itu selain meremas-remas payudaraku kadang-kadang mereka juga memainkan putingku. Akhirnya dalam waktu 2 jam aku selesai ‘diperah’, dan karena efek obat kuatku sudah habis, aku merasa rasa kantuk yang teramat sangat sehingga aku tidak tahan lagi dan menutup mataku. Aku bangun dan menyadari aku berada di tempat yang sudah tidak asing lagi yaitu rumah Ulfsaar.
“Rasti, kamu udah bangun? Gimana, enak gak tidurnya?”.
“enak banget, badanku jadi seger banget”.

“Ulfsaar, kok badanku gak dibersihin sih?”.
“soalnya…”.
“kenapa, oohh aku tau, kamu belum puas kan nyetubuhin aku?”.
“kok kamu tau?”.
“kan insting sex aku kuat”.
“bisa aja kamu”.
“yaudah, sini, Ulfsaar sayang”, kataku seraya menggerakkan tanganku untuk memanggilnya. Dia mendekati tubuh putihku yang terbaring di sebuah tikar, sebelum dia menyodorkan penisnya.
“Ulfsaar, sekarang udah malem apa udah mau pagi sih?”.
“masih malem kok, emang kenapa?”.
“gak kok, nanya doang”, balasku sambil memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Aku permainkan batang kejantanannya di dalam mulutku dengan lidahku, kutelusuri setiap milimeter penisnya dengan lidahku, aku yakin tidak ada bagian penisnya yang lolos dari jilatanku. Setelah 10 menit.
“Rasti, kayaknya aku udah gak tahan pengen nusuk kamu”.
“yaudah tusuk aja”, balasku sambil melebarkan kakiku.
“hmm, masih ada sperma di vagina kamu”.
“kan kalau aku cuci sekarang, vaginaku juga bakal kotor lagi ama sperma kamu”.
“hehe,, lagian kamu punya badan udah kayak bener-bener dewi”.

“udah ah, ayo dong, aku udah gak tahan nih pengen di tusuk”, balasku. Ulfsaar langsung menancapkan penis besarnya ke dalam vaginaku sehingga aku sedikit berteriak karena agak sakit, tapi aku malah suka dan karena mulutku juga belepotan dengan sperma yang sudah mengering maka Ulfsaar tidak melumat bibirku sehingga aku bisa mengeluarkan suara desahan dan erangan sesukaku. Ulfsaar mengangkat kakiku dan mendorongnya hingga kedua kakiku berada di samping kanan dan kiri kepalaku. Dalam posisi seperti ini, aku merasakan penis besar milik Ulfsaar lebih masuk ke dalam vaginaku sehingga rasanya menjadi sangat nikmat, rupanya Ulfsaar sudah sangat gemas terhadapku karena dia menggenjot vaginaku tanpa ampun dan tanpa memperdulikanku. Kemudian, dia mencabut penisnya dari vaginaku dan memasukkannya ke dalam anusku, sepertinya dia ingin mencoba 2 lubangku sekaligus.

2 lubangku digenjot oleh Ulfsaar secara bergantian dengan posisi ini selama kurang lebih 15 menit.
“Ulfsaaarr,,,ganti posisi dong,,,pegel nih”.
“ok,,ok,, maaf”. Kemudian, dia melepaskan kakiku dan kini dia yang berbaring di bawah sedangkan aku diatas sehingga sekarang aku yang memegang kendali, aku bisa mengatur iramanya sesuai keinginanku. Kadang-kadang aku bungkukkan tubuhku ke depan agar Ulfsaar bisa menyedot susu dari putingku, dan kadang-kadang aku memutar badanku 360 derajat agar penis Ulfsaar terasa terpelintir di dalam vaginaku yang tentu saja membuat sang pemilik penis jadi mengerang keenakan dan juga Ulfsaar mencabut penisnya lalu menancapkannya ke dalam anusku, begitu juga sebaliknya, dia melakukan itu setiap 3 menit sekali. Tubuhku terus digarap oleh Ulfsaar, sampai akhirnya 30 menit kemudian, Ulfsaar menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku. Setelah selesai, Ulfsaar menarik tubuhku ke arahnya agar dia bisa melumat putingku dan menghisap susuku.

“Rasti, kamu mau mandi gak?”.
“mau dong, badanku udah gatel-gatel nih”.
“yaudah, ke sungai sana”.
“aahh,, takut,, temenin aku dong”, balasku dengan nada manja.
“dasar,,, manja,,,”, balasnya sambil mencubit puting kiriku. Kemudian, kami berdua pergi keluar rumah Ulfsaar dan aku melihat suku Baro ada yang sedang makan dan juga ada yang sedang minum susu, tentu saja susu yang mereka minum adalah susuku. Aku berjalan diantara mereka, ada yang menepuk pantatku, ada juga yang mencubit pahaku. Tak lama kemudian, kami sudah sampai di sungai.
“yaudah, mandi sana”.
“aahh,,,mandiin dong”.
“iya, iya, aku mandiin”.
“nah, itu baru Ulfsaar sayangku”. Kemudian, dia memandikanku sambil meraba-rabai tubuh putihku, dia membersihkan noda-noda sperma kering yang ada di mulut, anus, dan vaginaku dengan cara menggosok-gosokkan tangannya.
“Ulfsaar sayang, sekalian dong dalemnya dibersihin”.
“ok, putri cantik”. Kemudian dia memasukkan 2 jari tangan kanannya ke dalam anusku dan 2 jari tangan kirinya ke dalam vaginaku yang membawaku mencapai orgasme dalam waktu 12 menit.

“ayo, Ulfsaar sayang, sekarang sabunin dadaku ya”.
“ok”. Ketika aku sedang asik dimandiin oleh Ulfsaar, tiba-tiba punggung Ulfsaar tertusuk sesuatu dan itu adalah tombak, aku melihat kalau yang melempar tombak adalah orang yang memakai topeng atau suku Kupo.
“Ulfsaar, lari,,, cepat”.
“taapii,,,,”.
“cepaaatttt !!!”. Tanpa berpikir panjang lagi aku mengambil langkah seribu, meski sebenarnya berat meninggalkan Ulfsaar tapi daripada aku terbunuh. Rupanya, suku Kupo sudah menyerang desa Baro karena aku melihat asap dari kejauhan, jadi aku langsung merubah lariku ke arah yang aku sendiri tidak tau. Dengan nafas yang tersengal-sengal dan kaki yang lecet karena aku tidak memakai alas kaki, aku berlari dengan kencang sekaligus ketakutan, entah berapa meter yang sudah kutempuh. Karena aku kecape’an, aku berhenti dan menengok ke belakang.
“untung gue gak dikejar,,,hhhh”, kataku sambil tersengal-sengal. Setelah aku sudah bisa mengatur nafasku, aku baru sadar kalau keadaan masih gelap.

Dalam kesunyian, aku berjalan ke arah sumber bunyi yang membuatku penasaran. Ternyata suara yang kudengar berasal dari pantai, aku senang sekali karena berada di tempat yang terbuka tidak seperti hutan, dan aku bertambah senang ketika aku menemukan koperku terbawa arus di pinggir pantai. Karena koperku bisa kutemukan, aku bisa berpakaian lagi, tapi setelah itu aku bingung harus kemana setelah ini karena aku tidak punya tempat tujuan. Aku memutuskan untuk istirahat dengan selimut yang ada di koperku.
“lumayan, supaya gak lemes”, pikirku. Ketika sedang asik-asiknya tidur, aku mendengar suara berisik sehingga aku membuka mataku untuk mencari tau bunyi apa itu. Rupanya malam sudah berganti menjadi pagi sehingga mataku agak silau, tapi aku belum menemukan bunyi itu, aku jadi penasaran dan menengok ke kanan dan ke kiri. Rupanya, bunyi itu adalah helikopter yang menuju ke arahku, aku melambai-lambaikan tangan agar terlihat oleh pilot helikopter, dan tidak hanya helikopter tapi juga banyak kapal yang datang seperti mencari sesuatu.

Rupanya, mereka adalah tim SAR untuk mencari korban kecelakaan pesawat yang aku tumpangi, lalu aku ditolong dan di naikkan ke helikopter, ternyata yang selamat tidak hanya aku seorang tapi lumayan banyak yang selamat.
“aaahhh,,,,akhirnya bisa pulang,,,”. Setelah aku menaiki helikopter, pilot helikopter langsung menerbangkan helikopter dan menjauhi pulau yang menjadi tempatku menyaksikan pembunuhan secara langsung. Aku lega akhirnya bisa pulang, dan aku berharap agar aku tidak mengalami kejadian seperti ini lagi.

Kit jungkit pak plakak ipit tupit acap tempel petek etek bala bulu tambani ili gutut.
SELAMAT ANDA BARU SAJA MEMBACA MANTERA UNTUK MEMPERKECIL TITIT.

8 Tanggapan

  1. Ceritanya seru abiz! Q jd orgasme 3X gr2 crita ini. RatingQ 5 bintang aj y, it udh bgus bngt lho. Well, tulis crita lg donk, n klo bs kirim k emailQ aj n msukkin namaQ d critax, biar q bs mastur…lbh enak!
  2. seep abiz……..
    gw jg suka nyusu ma ce gw.
    enak bgt, ky kembali jd de”k bayi
  3. bagus juga tuuuhhhh//// jadi pengen keroyokan
  4. siiip. sensasinya luarbiasa. penghobi pasti puas bacanya n cari pelampiasan ngecroooot. ha..ha..ha…
  5. aduh gw jd pgn d keroyok nich…
    horny abis…
    lanjutin lg dunkz cerita’y..
  6. suku dari negara mana tuh?tp kerren abizzz……yg paling seru mantranya bikin ngeri………beneran ga seh…soale takut jd kecil nich
  7. pada 9 Mei 2010 pada 22:27 | Balas nonosudiro
    ceritanya kurang alami…..kliatan klo cuma d buat2….tpi sedikit lumayan bisa bikin kontol ngaceng…
    Re: namanya jga fiksi, ya wajar dibuat2
  8. Ah ceritanya gx asik bkin lg yg tmbh pns. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar