Laman

Sabtu, 30 Juli 2011

Kembar Pemangsa: Tukang Parkir

12 Agustus 2007

Aku bernama Mitha, umurku 19 tahun, aku adalah seorang mahasiswi biasa tapi banyak yang menyaranku menjadi model karena aku mempunyai tinggi yang semampai, perut ramping, kulit putih mulus, wajah cantik, dan body yang bisa membuat para cewek yang lain iri sementara para cowok akan menelan ludah melihat bodyku karena bongkahan pantatku kencang dan padat, dan juga payudaraku berukuran 36C, tapi aku tidak mau karena aku malas menjadi model. Aku juga mempunyai saudara kembar yang identik denganku, namanya Meytha, umurnya juga 19 tahun. Meytha mempunyai hidung yang mancung, alis yang tipis, dan bibir tipisnya yang sering dihiasi oleh lipgloss rasa apel. Kami sama dalam segala hal mulai dari wajah, sifat, kepintaran, bentuk tubuh, bahkan sampai ukuran payudara kami juga sama yaitu 36C. Kami memang sengaja tidak membedakan penampilan kami karena aku sering bertukar posisi dengan Meytha dalam hal mata kuliah, aktifitas, pacar, mengerjai teman, dan bahkan dalam menghadapi pacar yang kadang-kadang menyebalkan. Kami juga sangat suka sex karena keperawanan kami dirampas oleh pacar kami masing-masing dan sejak itu kami jadi ketagihan dengan sex.Meskipun aku dan Meytha mempunyai banyak teman cewek ataupun cowok, tapi kami lebih suka berjalan berdua saja karena terasa lebih nyaman untuk membicarakan hal-hal pribadi ke saudara kita sendiri daripada ke teman se gengku ditambah lagi Meytha adalah saudara kembarku, tentu saja dia lebih mengenalku daripada orang lain. Di geng, aku dan Meytha dianggap sebagai ketua karena kami paling cantik diantara yang lain, meskipun sangat terkenal di kampus kami tidak pernah membedakan teman bergaul, kalau orang itu baik dan ramah kepada aku maupun Meytha, pasti kami juga baik kepadanya meskipun orang itu tidak populer.


Aku berjalan berdua dengan Meytha ke tempat parkir karena mata kuliah kami untuk hari ini sudah selesai. Selama kami berjalan ke tempat parkir, banyak teman-teman cowok memperhatikan kami, mungkin mereka mengkhayal betapa beruntungnya jika mereka bisa berada di tengah-tengah kami dan menggandeng tangan kami.
“Mey, gimana kalau kita shopping dulu bentar?”.
“ah, gak ah, gue capek banget nih, gimana kalau kita ke cafe aja?”.
“yaudah, boleh juga, yuk”. Ketika aku dan Meytha membuka pintu mobil, ada seorang lelaki yang mendekati kami, dan itu adalah pacar Meytha, tapi Meytha sudah benci pada pacarnya itu karena Meytha pernah melihat pacarnya bermesraan dengan cewek lain.
“Mey sayang, tunggu !!”.
“ada apa lagi sih, aku udah bilang, aku gak mau ngomong lagi ama kamu!!”.
“Mey, tunggu, aku mau jelasin soal cewek yang kamu lihat waktu itu”.
“jangan ngomongin itu lagi,, pokoknya sekarang kita putus!! Mit, ayo kita tinggalin cowok berengsek ini”. Lalu aku dan Meytha masuk ke dalam mobil, kemudian aku langsung mengunci pintu mobil sementara si -mantan pacar- Meytha masih mencoba untuk membuka pintu.

Aku memundurkan mobil dan langsung mengendarai mobil keluar dari tempat parkir dan meninggalkan mantan pacar Meytha yang terjatuh karena tersenggol body mobil. Di perjalanan.
“Mey, lo gak apa-apa kan?”.
“gak,, emang kenapa?”.
“gue kirain lo sedih”.
“ya ilah, Mitha, udah lupa ya,,”.
“ya, aku tau, kalau kita udah putus pasti besoknya bakal banyak cowok yang pdkt ke kita, tapi gue cuma takut lo sedih”.
“gue gak apa-apa lagi, tenang aja Mit, ngomong-ngomong udah jam 3 nih, ngebut dong, lo kan jago bawa mobilnya, biar kita sampe rumah jam 6an”.
“ok, siap-siap ya, jangan ampe kencing di celana ya”. Lalu aku langsung menambah kecepatan dan mengeluarkan skill ku yaitu mengendarai mobil, apalagi mobil kami adalah mobil sedan yang sudah dimodif sehingga sangat cepat, dan makin cepat mobil yang aku kendarai, aku menjadi semakin bersemangat.

Dalam waktu 20 menit, kami sudah sampai di kafe tujuan kami, lalu aku menaruh tanganku di selangkangan Meytha.
“ngapain lo?”.
“gak, cuma mau ngecek aja,, kirain gue, lo ngencing di celana”.
“enak aja lo, emangnya gue anak kecil. Yaudah, masuk yu”.
“bentar dulu, gue mau ganti celana dulu”.
“nah,, jangan-jangan lo yang kencing di celana”.
“enak aja, gue cuma gerah pake celana, gue pengen pake rok”.
“pake rok? Bukannya lo lagi gak pake celana dalam? Terus ntar kalo keliatan orang, gimana?”.
“biarin, adem, lagian kalau bikin orang seneng kan dapet pahala”.
“dasar lo, udah cepet, ganti sana”. Kemudian aku mengganti celanaku dengan rokku, lalu kami berdua keluar mobil dan masuk ke dalam kafe. Kemudian kami duduk dan memesan minuman, banyak cowok yang melihat kami, bahkan ada yang mendekati kami dan mengajak mengobrol, tapi karena kami sedang malas, kami berlagak jutek. Karena kami terus bersikap jutek ke cowok yang datang ke meja kami, akhirnya tidak ada cowok yang menghampiri kami lagi.

“bosen gue Mey, kemana-mana digodain cowok mulu”.
“gue juga bosen, tapi mau gimana lagi”.
“Mey, ngomong-ngomong udah berapa ****** yang udah lo tanganin?”.
“kayaknya sekitar 50an deh, lo berapa?”.
“kalo gue sekitar 55an”.
“emang ada apaan sih, tiba-tiba nanya kayak gitu?”.
“gak, gini, kan dari dulu kita cuma ngesex ama cowok-cowok ganteng doang, gimana kalau kita coba yang beda”.
“maksud lo gimana?”.
“maksud gue, gimana kalo kita ngesex ama cowok yang nggak ganteng”.
“maksud lo temen-temen kampus kita yang nggak ganteng?”.
“boleh juga, tapi gimana kalau kita coba ngerasain ngesex ama tukang parkir, satpam, ‘n yang lain-lain?”.
“menarik juga tuh, terus gimana mulainya?”.
“gimana kalau kita mulai dari tukang parkir yang tadi”.
“tukang parkir tadi kan udah bapak-bapak”.
“makanya, justru itu, biar ada variasinya gitu”.
“terus entar godanya gimana?”.
“itu urusan gue, Mey. Mendingan kita abisin nih minuman dulu”.
“ok deh, Mit”. Kemudian kami menghabiskan minuman kami dan keluar kafe.

Setelah ada di luar kafe, aku mencari tukang parkir, akhirnya kutemukan seorang tukang parkir yang sedang minum dengan temannya di warung. Lalu aku menghampirinya, sementara Meytha masuk ke dalam mobil.
“maaf, pak, mobil saya mau keluar”.
“oh, ya neng,,”. Kemudian, dia berdiri dan berjalan ke mobilku, tentunya bersamaku. Lalu, aku masuk dan mengeluarkan mobil dari tempat parkir, setelah mobilku sudah keluar dari tempat parkir.
“pak, saya mau nanya nih?”.
“nanya apa, neng?”.
“bapak mau gak ikut kami?”.
“kemana neng?”.
“pokoknya ikut deh, nanti kami bayar”.
“ya, pak, pasti bapak gak bakal nyesel deh”.
“gimana ya,, neng, saya juga lagi kerja”.
“masa gak mau ikut kami yang cantik kayak gini”.
“emm,, yaudah boleh neng”. Kemudian dia masuk ke mobil dan duduk di belakang, sementara aku dan Meytha duduk di depan.
“pak, nama bapak siapa?”.
“Parman neng, neng berdua namanya siapa?”.
“nama saya Meytha, terus ini saudara kembar saya”.
“kenalin, saya Mitha”.
“ngomong-ngomong, emangnya saya mau dibawa kemana sih, neng?”.

“ke rumah kami”.
“rumah neng? saya mau diapain”.
“gini pak, kami dapat tugas buat wawancara orang-orang yang penghasilannya minim, jadi kami milih tukang parkir”.
“oohh, gitu”. Kemudian kami membicarakan tentang diri masing-masing. Ternyata tukang parkir itu berumur 48 tahun, sudah mempunyai istri dan 2 orang anak, kulitnya hitam karena terbakar matahari, giginya berantakan, perutnya agak buncit. Sampai juga di rumah kami yang lumayan besar, kami berjalan ke dalam rumah kami sambil mengobrol.
“wah, rumah neng berdua bagus banget ya,,!!”.
“ah, gak biasa aja, lagian ini rumah orang tua kami”.
“rumah segede ini, yang jaga ada berapa orang?”.
“ada 2 orang satpam, tuh yang tadi ada di pintu gerbang”.
“terus, neng Mitha ama neng Meytha pake pembantu?”.
“gak, enakan kerja sendiri”.
“wah, berarti neng berdua mandiri”.
“yah, kami berdua emang udah di didik mandiri”.
“oh, terus sekarang ibu bapak kalian mana?”.
“lagi pergi ke luar kota”.

“bentar ya pak, saya ambilkin minuman. Mey, ajak pak Parman ngobrol dulu”. Lalu, aku ke kamarku dulu untuk ganti baju, dan kemudian aku menyiapkan minuman. Aku membawa minuman dalam nampan ke ruang tengah dengan memakai kaos yang longgar jadi jika badanku menunduk pasti payudaraku yang besar dan kencang terlihat karena aku sengaja tidak memakai bh, dan untuk bawahannya aku memakai celana hotpants sehingga pahaku yang putih mulus terlihat jelas. Meytha pergi ke kamar untuk ganti baju, sedangkan aku, menyajikan minuman ke Parman dan ketika aku menunduk payudaraku yang putih mulus, kencang, besar, dan menggelantung dengan bebas terlihat jelas di hadapan Parman. Aku sengaja berlama-lama menundukkan badanku di hadapan Parman agar Parman semakin bernafsu. Dugaanku benar, aku melihat tonjolan di sekitar selangkangannya.
“asik, rencana gue berhasil”, pikirku. Kemudian, aku duduk di sebelah kanannya dan berpura-pura bertanya seperti sedang mewancarai seseorang, lalu Meytha datang dan duduk di sebelah kiri Parman.

Sementara aku berpura-pura bertanya-tanya, Meytha berpura-pura mencatat jawaban yang diberikan Parman, aku melihat tonjolan di celana Parman semakin besar. Tidak ada seorang pria pun bisa menahan ereksinya jika duduk diantara 2 gadis muda yang cantik, seksi dan memakai pakaian yang minim. Lalu aku mengubah arah pembicaraan ke hal-hal yang lebih menggoda, seperti berapa kali dia tidur dengan istrinya, berapa ronde, dan lain-lain.
“istri saya payah, neng, gak bisa bikin saya puas”.
“kalau gitu bapak mau gak, kalau kami layanin?”.
“iya, pak, itung-itung terima kasih”, tambah Meytha.
“hah, yang bener neng, bapak boleh ngentotin neng berdua disini?”.
“boleh pak, kami akan melayani bapak sampai puas”. Kemudian, aku dan Meytha membuka pakaian kami masing-masing sehingga tubuh kami yang putih mulus dan montok mengapit Parman yang ada di tengah-tengah kami. Kemudian kami berdua duduk lagi di samping kanan dan kiri Parman, tanpa disuruh lagi Parman menggunakan tangan kanannya untuk meremas-remas dadaku bergantian, sementara tangan kirinya meremas dada saudara kembarku secara bergantian juga.

“aduh, mimpi apa ya bapak semalam, bisa ******* ama 2 cewek kuliahan yang bohai kayak kalian”.
“udah, pak, gak usah dipikirin, yang penting ini bukan mimpi, tapi kami bener-bener bakal muasin bapak sampai sepuas-puasnya”.
“asik, kalau gitu bapak bakal bikin kalian kelepek-lepek”.
“tapi, sebelum itu…”, kemudian Meytha menumpahkan jus orangenya ke dua buah payudaranya yang montok itu.
“nih pak, silakan minum”.
“kalau tempat minumnya kayak gini, bapak pasti nambah minumnya”. Kemudian, aku juga menumpahkan jus orange ke payudaraku.
“nah, kalau gini, bapak bisa nambah minumnya”, lalu aku dan Meytha menjepit kepala Parman dengan payudara kami, dengan lahap dan rakus Parman menjilati payudara kami secara bergantian. Akhirnya, semua jus orange yang ada di payudara kami habis diseruput oleh Parman.
“gimana, Pak, enak gak minumannya?”.
“enak banget, apalagi tempat minumnya kenyal”.
“yaudah pak, ke kamar yuk”.

Lalu, aku, Meytha, dan Parman pergi menuju kamar kami. Ketika sudah sampai di kamar kami, dan Parman ingin membuka celananya.
“udah pak, gak usah, biar kami yang bukain”. Meytha membuka baju Parman sambil memberikan bibir mungilnya yang merah merekah untuk dilumat oleh Parman, sementara aku membuka celana panjangnya. Sebelum membukanya, aku mengelus-elus penis Parman yang sudah berdiri di balik celananya itu.
“aduh, kasihan, udah pengen keluar dari sangkar ya”. Lalu, aku membuka resletingnya dan menurunkan celananya sehingga tinggal celana dalamnya yang menutupi penisnya yang sudah berdiri tegak itu, sementara Meytha sudah membuka baju Parman. Dengan rasa gotong royong dan juga kekeluargaan, aku dan Meytha menurunkan celana dalam Parman secara bersama-sama. Setelah celana dalamnya kami turunkan, penis Parman langsung menyembul keluar.
“wah, Mey, kayaknya ****** ini ****** perkasa nih..”.
“iya Mit, ****** kayak gini bisa kita garep sampai malem nih”.

“boleh aja, kok, buat neng-neng yang cantik ‘n seksi, ****** bapak gak bakal bisa tidur”.
“bener ya, awas kalau bohong, nanti kami hukum”.
“emang hukumannya apa, nona-nona yang cantik?”.
“bapak harus nginep disini”.
“kita liat aja nanti”. Kemudian, aku dan Meytha mulai menjilati penis Parman yang berukuran 16 cm dan berdiameter 5 cm itu. Kalau aku sedang menjilati batangnya, Meytha mengemuti buah zakarnya begitu juga sebaliknya, dan kadang-kadang kami mengemuti kepala penisnya serta menjilati batang penisnya secara bersamaan sehingga pemiliknya merem melek dan mendesah pelan.
“aaahhh,,,,teeeruuusss noonn!!!”. Aku melihat kaki Parman gemetaran.
“Mey, kasihan tuh, gara-gara kita, pak Parman jadi gemeteran”.
“oh ya, sory ya pak, kalau gitu bapak tiduran aja”. Lalu Parman tidur di atas ranjang, kami menaruh kedua kakinya di pinggiran tempat tidur sehingga kakinya agak sedikit terangkat, kami mengambil posisi 69 sehingga vaginaku ada di samping kiri Parman dan vagina Meytha ada di samping kanan Parman, sementara kepala kami berada di selangkangan Parman yang lebih hitam dari kulitnya.

Meskipun, selangkangan Parman bau tapi kami tetap melahap batang penisnya serta buah zakarnya dengan sangat rakus secara bergantian. Tak sesenti pun daerah selangkangan Parman yang luput dari jilatan kami berdua bahkan lubang anusnya juga kami jilat habis hingga daerah selangkangan Parman benar-benar basah karena jilatan-jilatan kami berdua.
“aaahh,, enak banget,,,baru kali ini diperkosa 2 cewek,,, dua-duanya cantik lagi”.
“makanya, bener kan, bapak gak bakal nyesel”. Sementara kami asyik menjilati selangkangannya, Parman juga sibuk mencucuk-cucukkan jarinya keluar masuk vagina kami. 4 menit kemudian, kami mengalami orgasme di saat yang bersamaan. Parman menjilati jari-jari kedua tangannya yang berlumuran cairan vagina kami.
“gimana, pak, cairan kami manis gak?”.
“wuiih,, manis ‘n legit neng”.
“yaudah, pak langsung yuk, udah gak tahan nih”. Kemudian Meytha langsung duduk di atas kepala Parman sehingga vaginanya benar-benar tepat berada di depan wajah Parman. Tanpa ragu-ragu lagi, Parman menarik pinggul Meytha ke bawah sehingga kini, wajahnya benar-benar terbenam di selangkangan Meytha, sedangkan aku sedang asyik menggerakkan tubuhku naik turun karena penis Parman sudah mengisi vaginaku. Setiap kali Meytha atau aku mengalami orgasme, kami bertukar tempat hingga akhirnya 30 menit kemudian, Parman sudah tak kuat menahan lagi sehingga akhirnya Parman menyemburkan spermanya di dalam vaginaku, Meytha langsung menjilati sperma Parman yang meleleh keluar dari vaginaku. Setelah selesai, penis Parman mulai mengecil.
“yah, pak, berarti bapak harus nginep”.
“gak papa, yang penting vagina kalian tersedia buat penis bapak”.
“ooh, tenang aja pak, vagina kami tersedia 24 jam buat bapak”.
“24 jam? Tapi kan bapak harus istirahat biar bisa ngentotin kalian lagi”.
“makanya, minum 2 butir viagra dulu, nih”. Kemudian, tanpa ragu-ragu lagi dia meminum 2 butir viagra yang Meytha berikan kepadanya.

Setelah 1 menit meminum obat itu, penisnya mulai berdiri lagi, dan akhirnya penis itu sudah berdiri lagi untuk menantang kami. Mulailah ronde ke 2 dengan Meytha sebagai target pembuangan sperma pak Parman, dan terus menerus kami ‘memperkosa’ Parman dan penisnya itu. Ranjang kami sudah dipenuhi keringat dan sperma Parman, ketika Parman lapar aku membuatkan makanan, sementara Meytha yang ‘mengendarai’ penis Parman. Kami terus menerus di setubuhi oleh Parman secara bergantian, dan kalau tubuh kami berdua sudah penuh keringat serta vagina kami sudah belepotan dengan sperma Parman, kami mandi, dan tentu saja kami mengajak Parman mandi bersama agar dia bisa menggarap tubuh putih dan mulus kami sepuasnya. Bahkan, aku dan Meytha tidak membiarkan Parman beristirahat meskipun cuma sedetik, karena kami berdua memang cewek hiperseks ditambah lagi kami sudah meminum obat kuat khusus cewek sehingga kami tetap fit terus, begitu halnya dengan Parman.

Setiap tempat di rumah kami menjadi tempat persetubuhan kami bertiga, mulai dari kamar, ruang tamu, kamar mandi, dapur, garasi, bahkan kolam renang yang ada di halaman belakang kami pun menjadi tempat pergumulan kami bertiga, mungkin ada yang mendengar desahan-desahan, memikirkan hal itu birahiku malah menjadi semakin tinggi. Akhirnya, pada sekitar jam 2 malam, khasiat obat kami bertiga hilang sehingga kami menjadi lemas. Lalu kami menuju kamar aku dan Meytha, karena spreinya sudah kotor terkena keringat dan noda sperma, Meytha mengganti sperma, sementara aku sedang digenjot oleh Parman. Dan semburan sperma Parman yang terakhir bersarang di mulutku, dan karena sesama saudara apalagi kembar, maka aku membagi sperma yang ada di mulutku dengan Meytha, caranya dengan melakukan french kiss, sementara Parman sudah tidur terlentang di atas ranjang yang sudah bersih. Setelah selesai berbagi sperma, kami pun menyusul tiduran di samping kiri dan kanan Parman, tapi kami sengaja tidur sedikit melebihi kepala Parman sehingga payudara kami tepat mengapit kepala Parman, dan kami berciuman agar payudara kami yang putih, montok, kencang, dan padat lebih menjepit kepala Parman.
“gimana pak, anget gak?”.
“anget ‘n kenyel, enak kalau bantal kayak gini”.
“yaudah, met bobo ya”, balas kami berdua secara bersamaan. Kemudian kami bertiga menutup mata karena sudah sangat lelah dan untuk menyongsong hari-hari berikutnya yang tentu lebih cerah, lebih indah, dan tentu saja mangsa baru.

4 Tanggapan

  1. wah …seru neh cerita …andaikan g diperkosa ama ce kaya gene …serasa di rumah harem….:p
  2. wah mantep ceritanya… disambung lagi yak…
    gw juga pengen dientotin kaya gitu……
  3. Seandainya ada ilustrasi gambar si Kembar…hhmmm fantasinya akan semakin menjadi deh…
  4. wih gileee,,..
    crita lo makin mantep aj bozZzzZ
    tp kpn tulis crita true story lo dunk,,hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar