Aku diberitahu Om Lok untuk segera bersiap karena seorang pejabat akan datang, seperti bisa kalau pejabat baik itu sipil maupun militer, bisaanya beliau datang saat jam istirahat, biasa Sex After Lunch or Sex During Lunch.
Saat itu aku tak tahu dari mana seorang Jendral atau pejabat punya duit berlebih untuk membayarku, tak terlintas dalam benakku kalau sebenarnya mereka tidak membayar dari kantungnya sendiri, tapi atas service dari orang lain, kolega, konco KKN, rekanan bisnis atau lainnya. Baru belakangan setelah aku freelance aku tahu semua permainan para pejabat dan pengusaha, terlalu busuk untuk diikuti, tapi toh sedikit banyak aku ikutan menikmati manisnya era Orde Baru.
Tepat pukul 12 siang muncullah sang pejabat, dia diantar Om Lok, seorang Chinese lainnya dan Pak Sam, mereka bertiga berada di kamarku, setelah menemani sebentar kemudian Om Lok dan Chinese satunya meninggalkan kamar.
Meskipun aku tidak dikenalkan siapa beliau, tapi aku langsung tahu karena sebagai pejabat militer di Jatim dia sering muncul di Koran atau TV. Aku tahu namanya Pak Im, beliau lebih memilih berkarir di Sipil, sekarang masih menjabat sebagai pejabat tinggi di Jatim.
“oh ini toh primadona si Lok” begitu komentar Pak Im ketika melihatku yang waktu itu mengenakan gaun hijau berbelahan dada rendah sehingga tampak tonjolan bukit dadaku.
Aku menawari minuman pada mereka berdua, tentu mereka bisa menikmati tonjolan buah dadaku ketika aku membungkuk menyajikan minuman di meja.
Pak Im memintaku duduk di sampingnya setelah aku memberikan minuman, Pak Sam hanya memandangku dengan penuh arti.
“jangan bilang bapak kalau kita udah pernah, pura pura saja kita belum pernah kenal” kata Pak Sam pelan ketika Pak Im sedang ke kamar mandi, padahal Pak Sam sudah lebih dari tiga kali menikmati manisnya tubuhku, sehingga aku cukup akrab mengenalnya.
“sekali kali komandan merasakan sisa anak buahnya” lanjut Pak Sam dengan senyum nakal, ada perasaan sakit hati ketika Pak Sam menyatakan “sisa”, sepertinya aku ini sesuatu yang habis dipakai lalu dibuang, tapi aku hanya tersenyum penuh pengertian.
Pak Sam segera pamit ketika Pak Im kembali duduk di sampingku.
“Pak aku tinggal dulu, kalau ada perlu saya ada di lobby dengan si Lok, jangan lupa Pak nanti kita ada rapat jam 2″ Pak Sam mengingatkan seraya pamit meninggalkan kamarku.
Kini aku berdua dengan Pak Im, seorang komandan militer di Jatim saat itu, agak kikuk aku berhadapan dengan seorang pejabat yang berwibawa, apalagi dengan kumisnya yang tebal terlihat lebih galak dan tegas.
Mengingat waktu beliau tidak banyak, aku harus segera menyesuaikan tanpa bertele tele.
“sepertinya Bapak tidak banyak waktu ya” kataku membuka percakapan
“he eh, memang timingnya nggak pas sih, tapi aku terpengaruh promosi dari Hongki dan si Lok itu, jadi kusempatkan saja, sekalian refreshing sebelum rapat nanti, biar segar dan tidak tegang saat rapat.
Aku memberanikan diri duduk di pangkuannya hingga dadaku tepat di depan beliau. Pak Im mencium pipi lalu bibirku sambil tangannya mulai meraba raba di dadaku, kubalas dengan elusan dan remasan di selangkangannya yang kurasakan mulai menegang, ciuman beliau mulai turun ke leher dan bahu, kuremas lebih kuat kejantanannya yang mengeras. Tanpa melepaskan bibirnya dari tubuhku Pak Im menarik turun resliting bajuku, dengan sedikit gigitan beliau melorotkan gaun yang kukenakan hingga turun ke perutku, tampaklah buah dadaku yang menantang tertutup bra.
Sedetik beliau memandangi buah dadaku, ada sorot mata kagum sebelum kepalanya ditanamkan di antara kedua bukit itu, tangan beliau dengan cekatan membuka kaitan bra di punggungku dan kembali giginya menarik penutup tubuhku, untuk kedua kalinya beliau memandang buah dadaku dengan penuh kekaguman, tapi lagi lagi tanpa bicara kepalanya mengusap usap kedua buah dadaku sambil meremas remas dengan gemas.
Bibir Pak Im mulai menyentuh putingku, kurasakan kegelian karena kumis beliau yang tebal serasa menggelitik di dadaku, Pak Im langsung menyedot putingku seperti seorang bayi yang menetek, sambil menyedot lidahnya bermain main di putingku, sementara tangannya tak pernah lepas dari kedua bukit itu. Aku mendesis perlahan di dekat telinganya, bergantian beliau mengulum dari satu puting ke puting lainnya, kuremas rambutnya dan kutekan kepalanya ke dadaku. Begitu rakus beliau terhadap buah dadaku, entah mungkin gemas atau mungkin sudah nafsu.
Kubuka kancing baju premannya dan melepaskannya, lalu kaos dalamnya hingga kini beliau hanya mengenakan celana dinas, terkagum aku memandang postur tubuhnya, begitu padat berisi, meski sudah 50 tahun tapi tetap menjaga kondisi tubuhnya, salut aku dibuatnya, apalagi dengan sedikit bulu di dadanya, sexy rasanya. Mungkin aku sudah terlalu sering melayani orang seusia papa-ku hingga mempengaruhi selera bercintaku terhadap orang seusia mereka. Aku berlutut di depannya, kulepas sepatu dan kaos kakinya, Pak Im hanya tersenyum melihat perbuatanku. Aku mulai membuka ikat pinggang dan reslitingnya, kutarik turun hingga terlepas, Cuma celana dalam yang menempel di tubuhnya. Kusimpan rapi pakaiannya di lemari, lalu aku kembali berlutut di antara kakinya, kugosok gosok dan kuremas kejantanannya yang mulai menegang dari balik celana dalam, kuciumi dadanya yang bidang berbulu, terasa dadanya turun naik, napasnya mulai menderu, aku tahu beliau sedang menahan birahi. Tangannya sudah meraba raba dadaku kembali, kukulum putingnya, beliau mulai meremas remas, jilatanku beralih turun ke perut, kukeluarkan kejantanannya dari sarangnya, lumayan besar dan tegang, kubelai, kuremas, kuciumi dan kukocok dengan tanganku, sesekali kujilat kepala kejantanannya, cairan bening sudah meleleh dari ujungnya, kulirik Pak Im mendesis sambil memperhatikanku menjilati kejantanannya, kulepas celana dalamnya, beliau sudah telanjang. Lidahku terus menjelajahi daerah kejantanannya, dari ujung hingga pangkal bahkan kantong bola, desisan Pak Im makin keras kudengar meski masih sayup,.
Setelah hampir dua minggu bekerja, kegiatanku diluar menemani tamu adalah menonton film porno dan tuntutan sebagian besar tamuku, aku mulai terbisaa menikmati oral sex, baik terhadap tamuku maupun mereka terhadap aku, bahkan kudengar aku dikenal “supel” (bahasa jawanya : suka peli alias suka penis) karena permainanku terhadap penis yang membikin sebagian tamuku mendesah desah nikmat, meski belum se-piawai bintang film porno yang sering aku tonton. Begitu juga dengan Pak Im, mendapat permainanku di penisnya, desah kenikmatan keluar dari mulutnya, kombinasi antara jilatan dan kocokan tangan membuatnya merem melek, tangannya meremas remas rambutku sambil menekan kepalaku ke penisnya.
Pak Im memintaku berdiri di atasnya, kuturuti kemauannya, aku berdiri di atas kursi menghadap tempat beliau duduk, kukangkangi beliau atas kemauannya hingga vaginaku tepat didepan wajahnya, kakiku diangkatnya ke sandaran kursi, dengan begitu kepala Pak Im berada di selangkanganku, lidah Pak Im langsung mendarat di bibir vaginaku, menari nari di klitoris dan vagina, aku mendesah menikmati jilatan beliau, tanpa kusadari pinggulku bergoyang mengikuti iramanya, kurasakan jilatannya semakin menghebat menyapu vaginaku, aku menggeliat seakan menjepit kepala Pak Im di selangkanganku, kutekan pantatku ke mukanya hingga kepalanya tertekan ke sandaran kursi, goyangan pantatku semakin tak terkontrol sehingga vaginaku menyapu seluruh wajah Pak Im, Pak Jendral seperti menikmati sapuan vaginaku di wajahnya, aku semakin kegelian ketika kurasakan kumisnya ikutan menyapu daerah kewanitaanku, kuremas rambut beliau dan makin kutekankan pantatku ke wajahnya, aku sudah tak peduli lagi bahwa yang kukangkangi ini adalah Seorang Jendral bintang dua yang begitu berkuasa dan dihormati, yang kupedulikan hanya seorang laki laki yang sedang mengharapkan kenikmatan sex dariku.
“ouh..oh..udah …udah Pak, ntar…ntar..a..a..aku keluar” desahku.
Pak Im lalu menuntun dan merebahkanku di ranjang, tapi bukannya langsung memulai tapi kembali beliau berada di selangkanganku, kami saling menjilat dengan posisi 69, cukup lama dengan posisi itu hingga akhirnya Pak Im membalikkan tubuhku, beliau lalu menindih tubuhku, bibirnya kembali menyusuri leher dan dadaku, tercium aroma vagina ketika Pak Im melumat bibirku.
Kami masih saling melumat bibir ketika kusapukan penisnya di bibir vaginaku yang sudah basah, baik dari dalam maupun dari ludahnya , pelan pelan beliau mendorong masuk kejantanannya, makin lama makin dalam tertanam di liang kenikmatanku, tatapan matanya yang tajam tak pernah lepas dari expresi wajahku saat penisnya melesak hingga semua tertanam ke vaginaku, kulawan tatapan matanya dan terlihat expresi kenikmatan terpancar di wajahnya. Beliau mencium bibirku ketika mulai menarik dan mendorong kejantanannya di vaginaku, aku mendesis nikmat menerima kocokan ringannya, makin lama makin cepat keluar masuk, desahanku makin keras. Tubuh beliau menindih rapat tubuhku, berkali kali ciuman gemas mendarat di pipi dan bibirku, aku menggeliat ketika bibir dan lidah beliau menyusuri leher dan telingaku, kumis beliau terasa menggelitik daerah sensitive itu, sambil mempercepat kocokannya, antara geli dan nikmat bercampur menjadi satu.
Kujepitkan kakiku di pinggul beliau sambil memeluknya erat, kejantanannya makin dalam melesak di vaginaku.
“aaaaaaahhhhhh….aaaahhhhh” jeritku ketika beliau menyodokku keras, kuremas rambut beliau, sodokan demi sodokan makin melambungkanku tinggi ke awan kenikmatan. Entahlah aku begitu menikmati cumbuan dan kocokan beliau, kini kedua kakiku sudah berada di pundak beliau, pinggulku sedikit terangkat, membuat Pak Im makin bebas dan dalam melesakkan kejantanannya ke vaginaku, dan tentu saja makin nikmat kurasakan. Hampir duapuluh menit beliau mengocokku tapi belum ada tanda tanda orgasme, aku salut dengan fisik beliau mengingat usianya yang sudah sekitar 50-an, beliau begitu pintar mengatur irama kocokannya, sepertinya saat mau mencapai orgasme ditahan dengan menghentikan gerakan kocokannya beberapa detik kemudian kembali mengocok dengan cepat.
Kami berganti posisi, beliau mengocokku dari belakang, posisi doggie, sambil mengocok tangannya mengelus punggungku, kedua buah dadaku menggantung dan bergoyang dengan bebasnya seirama dengan kocokan Pak Im. Tanpa membuang waktu beliau langsung meraih kedua buah dadaku dan meremasnya, remasan lembut yang makin liar seliar kocokannya.
“aaaahh…ya pak…trus pak…truuuusssss” desahku sekeras kocokannya yang makin menghebat..
Aku menggoyang pinggulku melawan gerakannya, dan effekknya sungguh hebat, vaginaku terasa teraduk aduk penis Pak Im, beliau makin dalam menancapkan penisnya, makin nikmat tentu saja. Goyanganku makin liar melawan kocokan Pak Im, dan tak lama kemudian tubuhku menegang, aku mencapai orgasme terlebih dahulu, vaginaku berdenyut kencang meremas remas kejantanan Pak Im, beliau tak menghentikan kocokannya justru lebih cepat. Aku menjerit keras dalam nikmat orgasme, sungguh nikmat dalam selingan kocokannya, tiba tiba kurasakan denyutan hebat dari penis Pak Im menghantam dinding vaginaku, seperti meriam yang menembakkan pelurunya secara beruntun, semprotan cairan sperma yang hangat menyirami vaginaku, kembali aku menjerit nikmat menerima denyutan demi denyutan, Pak Im meremas pantatku ketika menyemprotkan spermanya di vaginaku, kemudian tubuhnya melemas dan memelukku dari belakang, kami berdua jatuh telungkup dan Pak Im masih di atas punggungku, napas kami saling berpacu kencang, lalu kami berdua telentang dalam kelelahan yang indah.
Beberapa saat kami membisu, kubersihkan penis Pak Im dengan tissue yang ada di meja kemudian kutinggalkan beliau ke kamar mandi membersihkan diri dan vaginaku.
Ketika aku kembali dengan berbalut handuk di tubuhku, ternyata Pak Im sudah berpakaian lengkap bersiap untuk pulang, jam sudah menunjukkan pukul satu lebih.
“Ly, aku pergi dulu, nanti setelah sekitar jam 5 kembali lagi, bersiaplah”
“siap pak” jawabku manja sambil bergayut di lengannya
“kamu nggemesin sih, cantik dan menggairahkan, terlalu saying kalau Cuma sekali, istirahat dulu dan jangan terima orang lagi sampai nanti, aku akan bicara sama si Lok” jawabnya sambil mengangkat daguku dan mencium bibirku.
Tak lama kemudian Om Lok, Pak Sam dan Chinese yang tadi masuk kamar, entah kapan Pak Im memanggil mereka, aku masih hanya berbalut handuk ketika menemani mereka berempat.
Tak lama kemudian mereka keluar kamar, diluar dugaanku Pak Sam memberiku secarik kertas di genggamanku, setelah mereka pergi kubuka kertas tersebut dan sungguh mengagetkan aku.
“aku akan kembali nanti setelah mengantar Bapak ke kantor, bersiaplah”
Kuremas dan kusobek kertas itu, “memang aku piala bergilir yang bisa dipindah tangankan” pikirku, kutelepon Om Lok memprotes pengaturan ini, bukannya aku keberatan tapi pengaturannya yang harus jelas.
Setelah dijelaskan Om Lok dan negosiasi akhirnya dicapai kesepakatan sebagai harga satu paket, aku menerima meski dengan sedikit kecewa karena tidak semua sesuai dengan keinginanku.
####################
Part 2
Aku mandi menyegarkan tubuh, karena masih jengkel, kukenakan pakaian tidur sutra yang transparan, tanpa pakaian dalam hingga terlihat postur tubuhku dari balik pakaian tidur itu.
Pukul tiga Pak Sam datang, beliau begitu takjub ketika melihat penampilanku yang lain dengan bisaanya.
“Wah seperti pulang ke rumah disambut wanita cantik, kamu memang bisa aja bikin orang gemes dan lebih merangsang” komentarnya. Aku hanya tersenyum bangga melihat kekagumannya.
“kita punya waktu sampai jam setengah lima sebelum aku menjemput Bapak kembali” katanya langsung memelukku, memang antara Hotel Hilton dan markasnya tidaklah jauh, mungkin hanya limabelas menit.
Ciuman Pak Sam langsung mendarat di bibirku dan tangannya menjamah di kedua bukit dadaku, meremas remas gemas. Bibirnya berada di leherku ketika tanganku meraih kejantanannya, kami masih berdiri sambil saling meremas. Kukeluarkan penis tegangnya dari lubang reslitingnya dan kukocok kocok, aku lalu berlutut di depannya, kujilati kepala penisnya dan kumasukkan ke mulutku, kukulum kepala penisnya hingga ke batang penis, kucoba sebanyak mungkin memasukkan ke mulutku. Pak Sam memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku, batang penis itu dengan cepatnya keluar masuk mulutku.
Aku kemudian berdiri menghadap meja, tubuhku condong ke depan dengan tumpuan tanganku di meja, Pak Sam menyingkap baju suteraku, tanpa membuka pakaiannya lalu menyapukan penisnya di vaginaku, kubuka kakiku lebih lebar memberi jalan kejantanan beliau menembus liang vaginaku. Perlahan tapi pasti kejantanan Pak Sam melesak memasuki celah sempit vaginaku hingga semua tertanam di dalam. Beliau meremas buah dadaku dari belakang saat menarik penisnya dan kembali memasukkan dengan dorongan kuat, aku terdongak kaget, antara sakit dan enak bercampur dengan nikmat. Kocokannya makin cepat dan makin nikmat terasa, remasan pada buah dadaku makin kuat, aku mendesah nikmat, semakin cepat semakin nikmat.
Tanpa memperlambat kocokannya, tangannya meremas dan menjambak rambutku, aku hanya mendesah, kuangkat kaki kananku ke atas meja, penis Pak Sam makin dalam tertanam di vaginaku, ada perbedaan cara bercinta dan irama kocokan Pak Sam dengan Pak Im, tapi bagiku dua duanya sama sama enak menghanyutkan. Dengan keras Pak Sam menyodokku tiga kali lalu dengan kasar menarik keluar penisnya, aku menoleh protes, tapi beliau tersenyum dan membalikkan tubuhku, dinaikkan tubuhku di atas meja, kakiku dibuka lebar dan kembali beliau memasukkan penisnya, langsung mengocok dengan cepat. Kami bercinta berhadapan, dengan bebasnya Pak Sam mengocokku sambil menciumi sekujur tubuhku sejauh bisa dijangkau, tangannya tak pernah meninggalkan daerah di dadaku, mengelus dan meremas sesukanya.
Kami masih berpakaian, aku dengan baju tidur sutraku dan beliau masih dengan pakaian lengkap, tapi tak menurunkan gairah bercinta kami, kuterima sodokan demi sodokan dengan penuh kenikmatan.
Pak Sam mengangkat dan menjepitkan kakiku di pingganggnya, beliau melesakkan penisnya dalam dalam sambil mencium bibirku, lalu beliau menarik tubuhku dan mendekapku erat.
Tanpa kuduga beliau mengangkat tubuhku dan menggendongku sambil tetap menanamkan penisnya di vaginaku, aku kagum dengan fisiknya yang bisa menggendongku, tubuhku diangkat turun naik di gendongannya memberikan efek kocokan di vagina. Aku memeluknya erat takut terjatuh, beliau membawaku ke arah ranjang, lalu kami terjatuh di ranjang, aku menindihnya, penisnya terlepas dari vaginaku, kami berdua tertawa riang, segera kumasukkan penisnya kembali dan dengan posisi duduk di atasnya kini aku yang gantian menggoyangnya.
Pak Sam kembali meremas buah dadaku ketika goyanganku makin cepat, aku tak berani menggoyang terlalu cepat karena resliting celananya mengganggu dan sakit apabila terkena di vagina. Tapi Pak Sam tak mau terlalu lama di bawah, dibaliknya tubuhku dan langsung menindihku, kuminta beliau melepas celananya karena reslitingnya mengganggu, dengan tersenyum diturutinya permintaanku, tapi beliau tak mau melepas semuanya, hanya melorotkan saja, entah apa alasannya. Kakiku dinaikkan di pundaknya dan dengan posisi push up beliau mengocokku, bukan main ternyata jauh lebih nikmat, disamping makin dalam penisnya tertanam, pada saat keluar masuk menggesek klitorisku, aku menjerit nikmat, beliau tersenyum melihat expresi kenikmatan di wajahku. Kuremas sendiri kedua buah dadaku sambil mempermainkan putingnya, Pak Sam mencegah ketika aku berusaha menurunkan baju sutraku, sesekali dilumatnya bibirku yang lagi tengadah mendesah.
Tubuh Pak Sam turun naik memompaku dari atas, sesekali pantatnya ditekankan pada vaginaku, penisnya makin dalam tertanam, aku makin mendesah desah nikmat.
Dan tak lama kemudian kuraih orgasme, tubuhku tegang, otot vaginaku mencengkeram penis beliau yang masih keluar masuk vagina, kuremas lengannya sambil menjerit dalam kenikmatan. Pak Sam kemudian menindih dan mendekapku dalam pelukannya, tanpa memperlambat kocokannya bibirnya sudah menjelajahi leherku, kuelus kepala botaknya, kakiku menjepit pinggangnya, dan tak lama kemudian beliau menyusulku mencapai puncak kenikmatan. Kurasakan cairan hangat membasahi liang vaginaku, penisnya serasa membesar dan berdenyut keras, memenuhi rongga rongga vaginaku, menghantam dinding dinding sempit yang menjepitnya, kembali aku menjerit menerima semprotan spermanya. Tubuh Pak Sam terkulai lemas di atas tubuhku, napasnya turun naik, kudengar dengusan dari hidungnya dekat telingaku, kubiarkan sesaat beliau menindihku sebelum kudorong halus turun dan terlentang di sampingku.
Kurasakan sperma Pak Sam menetes keluar dari vaginaku, segera aku ke kamar mandi membersihkannya, tak lebih sepuluh menit aku di kamar mandi ketika kembali ternyata Pak Sam sudah tidur mendengkur dengan kejantanan yang sudah lemas lunglai, kupandangi wajah beliau, tampak garis tegas matang yang sudah mulai menua, kepalanya yang botak tanpa kumis sungguh jauh dari kesan tampan, sama sekali tidak menarik. Kalau kupikir lebih jauh, inilah orang yang sudah beberapa kali menikmati tubuhku, menyetubuhiku, dan juga sedikit banyak memberi kenikmatan padaku.
Lamunanku buyar ketika kudengar bunyi hand phone dari celana Pak Sam, segera beliau terbangun dan menerima telephone itu, ternyata dari Pak Im, dengan agak gugup beliau menjawab Pak Im.
Kutinggalkan Pak Sam yang lagi bicara dengan atasannya, aku mandi bersiap menerima kedatangan Pak Im sebentar lagi. Ketika kubuka pintu kamar mandi, Pak Sam sudah berdiri di depan pintu masih dalam keadaan telanjang, sambil tersenyum beliau langsung menarikku ke pelukannya, ditariknya handuk yang memlilit tubuhku hingga terlepas, kami berdua telanjang berpelukan dan berciuman. Kembali tangan dan bibirnya menjelajahi sekujur tubuhku yang baru mandi, Pak Sam lalu berlutut di depanku, diangkatnya kakiku di pundaknya dan lidahnya langsung menjelajah di vaginaku, dengan rakusnya beliau menjilat dan menghisap sisa sisa cairan yang masih tersisa di vaginaku. Aku mendesis menerima permainan lidahnya, tak lama ketika beliau kembali berdiri menghadapku, didorongnya tubuhku hingga bersandar ke dinding cermin, kakiku diangkat dan disanggah lengannya, kuusapkan kejantanannya ke bibir vaginaku, kubasahi dengan ludah di kepala penisnya untuk memberi pelumas dan memudahkan kejantanannya memasuki vaginaku, perlahan beliau mendorong masuk hingga semua tertanam ke dalam, langsung mengocoknya, karena tinggi badan kami sama, tak ada kesulitan bagi beliau untuk mengocokku dari depan sambil berdiri. Tubuh kami saling menempel, hanya pantat Pak Sam yang bergerak mendekat dan menjauhi tubuhku, sementara bibirnya sudah menjelajah di leher dan wajahku sambil sesekali bibir kami menyatu dalam birahi. Kemudian beliau membalikkan tubuhku, kembali Pak Sam menyetubuiku dari belakang, beliau mendekapku sambil mengocok, tangannya meremas remas kedua buah dadaku dari belakang dan tubuh kami masih menyatu dalam percintaan.
Aku mendesis menerima kocokan dan jilatan Pak Sam dari belakang, kudorong pantatku kebelakang supaya penis beliau bisa masuk lebih dalam, kuluman di telingaku membuatku makin menggelinjang geli dan nikmat, ditambah lagi remasan dan permainan di putingku, kulihat bayangan kami di cermin, sungguh menambah erotik permainan ini, tanpa kusadari karena terhanyut dalam permainan Pak Sam, tiba tiba kurasakan badanku menegang dan otot otot vaginaku berdenyut, aku menjerit nikmat mengalami orgasme, dan jeritanku lebih keras lagi ketika Pak Sam tanpa henti mengocokku justru lebih cepat hingga beberapa menit kemudian menyusulku ke puncak kenikmatan, denyutan penisnya tidak sekuat sebelumnya tapi tetap membuatku menjerit nikmat. Pak Sam meremas remas buah dadaku, pantatnya digoyang goyangkan seakan menggodaku, kutoleh ke belakang, senyuman puas mengembang di wajah beliau, kutarik dan kubalikkan tubuhku, kami kembali berhadapan, beliau langsung memelukku dan mencium kedua pipiku, berakhir di bibirku.
“kamu memang benar benar luar bisaa dan menggairahkan” katanya sambil melepas pelukanku. Pak Sam langsung mengenakan kembali pakaiannya tanpa mencuci terlebih dahulu.
“Pak Im sebentar lagi datang, mandi sana lagi biar segar dan Pak Im tidak curiga” katanya sambil meninggalkanku sendirian di kamar masih dalam keadaan telanjang.
#############################
Part 3
Kurebahkan tubuhku di ranjang, istirahat sejenak sebelum kedatangan Pak Im, badanku terasa letih yang hebat, mungkin terlalu banyak orgasme, lututku terasa ngilu dan lemas.
“ntar aja mandinya, toh Pak Im masih empatpuluh lima menit lagi” pikirku
Tapi diluar dugaanku, tak lebih limabelas menit setelah Pak Sam pergi, ternyata Pak Im datang, beliau sudah di depan pintu, sendirian tanpa ditemani siapapun, entah bagaimana beliau menyelinap di hotel ini tanpa diketahui banyak orang karena wajah beliau pasti sudah banyak dikenal di Surabaya ini.
Agak gugup aku melihat kedatangannya, tak kusangka begitu cepat beliau datang, entah apa mereka sempat ketemu atau tidak, semoga tidak supaya aku tidak perlu repot menutupi kejadian ini, aku belum sempat mandi sehabis bercinta dengan Pak Sam tadi. Tak mau membuat Pak Im menunggu lebih lama, segera kusambar baju tidur sutraku yang tergeletak di lantai, tanpa mengenakan pakaian dalam lagi dengan agak takut kubukakan pintu menyambut Pak Im.
Melihat penampilanku yang super sexy dengan pakaian seperti itu, Pak Im langsung memelukku dari belakang begitu kututup pintu kamar, tangannya sudah berada di kedua buah dadaku, mengelus dan meremasnya, bibirnya menjelajah di leherku yang jenjang seterlah menyibakkan rambutku, aku menggeliat.
“kamu memang benar benar penggoda dan menggairahkan” bisiknya.
Terus terang khawatir kalau Pak Im langsung mau menjilati vaginaku karena sperma Pak Sam masih banyak didalam belum sempat kubersihkan. Sebelum keduluan Pak Im, aku langsung jongkok di depannya, kubuka resliting celananya dan kukeluarkan kejantantannya yang masih sedikit menegang, tanpa membuang waktu lebih lama, kejantanan itu langsung masuk mulutku dan segera keluar masuk, batang penis di mulutku makin lama makin tegang membesar seiring dengan desisan dari beliau. Dipegangnya kepalaku dan beliau mulai mengocokkan penisnya di mulutku, sambil tetap mengulum kubuka ikat pinggang dan kutarik celananya turun. Setelah kurasa kejantanannya sudah siap, aku berdiri dan kutuntun Pak Im dengan menarik penisnya mengikutiku, beliau hanya nurut saja ketika kutuntun mendekati meja, tangan kananku menyapukan penis ke vaginaku sementara tangan kiri menarik bajunya supaya mendekatiku dan kucium bibirnya supaya beliau tidak perlu melihat ke bawah, aku takut sisa sperma Pak Sam terlihat oleh beliau. Dengan mudahnya kejantanan Pak Im melesak masuk ke vaginaku yang masih basah, entah beliau tahu apa tidak kalau vaginaku habis dipakai, agak khawatir aku kalau kalau Pak Im tahu, aku hanya berharap beliau berfikir bahwa vaginaku masih basah sisa dari permainannya tadi siang. Kucumbu dan kukulum bibir Pak Im dengan penuh gairah, tanganku memeluk kepala dan meremas rambutnya untuk memberikan sensasi pengalih perhatian supaya tidak terlalu terkonsentrasi di vaginaku. Aku berusaha agar Pak Im segera orgasme sehingga tertutuplah “jejak” Pak Sam di vaginaku, untuk itu aku harus extra aktif dengan segala upaya erotis yang aku mampu.
Diperlakukan dengan penuh gairah, nafsu beliau langsung naik tinggi, ketika kubuka baju sutraku beliau mencegahnya, kubuka pakaiannya sambil tetap kami bercinta. Beliau tersenyum memandangku, lalu meremas buah dadaku, aku mendesis nikmat, diciuminya pipi dan bibirku dengan gemas, kocokannya makin cepat dan keras kurasakan. Sesekali tubuhnya dihentakkan ke tubuhku membuat kejantanannya makin dalam tertanam.
“uh…aaaahhh…aaaaauuuugghhhh….yessss” desahku setiap kali tubuhnya menghentakku, kupandang matanya dengan sorot mata penuh kenikmatan, beliau hanya tersenyum di balik kumis tebalnya.
Aku telentang di atas meja, kakiku kunaikkan di pundaknya, dengan berpegang pada kedua buah dadaku beliau meremas dan mengocokku makin keras, tubuhku menggeliat ke-enak-kan, makin mendesah makin cepat kejantanannya keluar masuk vaginaku.
“oooohh…ooohhh…aaaaahhhhhh” teriaknya seiring dengan semburan sperma di vaginaku, tangannya mencengkeram keras buah dadaku, cairan hangat kembali terasa membasahi celah celah vaginaku, tubuhnya menegang, entah sudah keberapa kali beliau orgasme denganku hari ini.
Aku sepertinya sudah lama kenal dengan beliau, maka tanpa segan dengan kakiku kudorong dadanya menjauh hingga terlepaslah penisnya dari tubuhku, beliau hanya tersenyum melihat kenakalanku, lalu menarikku berdiri dan memeluknya.
“kamu memang benar benar menggairahkan dan penuh kejutan variasi” katanya sambil memelukku.
“Bapak juga hebat, membuatku kewalahan, sini aku bersihkan” kembali kutuntun Pak Im dengan memegang penisnya yang sudah lemas menuju kamar mandi.
Setelah membersihkan, kami rebahan di ranjang dalam keadaan telanjang. Singkat cerita kami akhirnya kembali bercinta dua kali lagi di ranjang, sungguh aku salut dengan stamina beliau.
Sebelum tengah malam beliau meninggalkan kamarku dengan meninggalkan amplop di meja. Aku kembali tercenung dalam kesendirian malam sebelum tidur, dalam satu hari aku sudah bercinta dengan dua orang jendral yang begitu dihormati, ada rasa bangga dan meninggikan rasa percaya diri.
Sekarang saat tulisah ini dibuat di awal 2003, kedua jendral tadi masih menjabat di negara ini, aku hanya tersenyum sendiri kalau melihat mereka muncul di TV, mengenang bagaimana mereka memperlakukan atau kuperlakukan di atas ranjang, bagaimana desah mereka saat orgasme, atau bagaimana expresi kenikmatan terpancar di wajah mereka ketika bercinta, sungguh jauh dari kesan mereka saat di lapangan ataupun TV, terlihat begitu tegas dan berwibawa.
Lain ladang, lain pula tingkah laku belalang, lain di ranjang lain pula di lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar