Laman

Rabu, 27 Juli 2011

Lily Panther 5: Gantengnya Tamuku

Dari sekian banyak tamu yang sudah aku layani, baru kali ini aku menerima yang benar benar sesuai seleraku, disamping orangnya ganteng juga masih muda, mungkin 2-3 tahun lebih tua dari usiaku, atau bahkan lebih muda. Menurut catatan harianku, dia adalah tamuku yang ke-58 pada hari yang ke-19 aku bekerja, dan merupakan orang yang ke 24 yang aku layani. Ternyata setelah sekian hari baru terpenuhi harapanku untuk mendapatkan tamu yang sesuai keinginan dan selera.

Namanya Jimmy, karena chinesse kupanggil dia Koh Jim, entah apa kerjaannya sehingga bisa membayarku, yang jelas hanya orang yang kelebihan banyak uang yang mampu, bukan orang yang kelebihan uang pas pasan karena taripku juga tidak murah.


Mulanya aku dingin dingin saja ketika Om Lok memberitahu akan tamuku, karena seperti biasa dia tidak pernah memberitahu detail tentang tamuku yang akan datang kecuali apa yang harus aku persiapkan sesuai permintaan atau tamuku seorang pejabat yang perlu pelayanan khusus. Begitu kubuka pintu kamarku menyambut kedatangannya, aku terkesima takjub akan ketampanannya, mungkin karena terlalu sering melayani orang yang usianya jauh diatasku, maka begitu melihat Jimmy aku langsung tertegun, tak menyangka mendapatkan tamu yang seganteng dan semuda dia.

Dengan agak canggung kupersilahkan dia masuk, entah kenapa aku jadi salah tingkah di depannya, seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, cinta ?? kata kata itu sudah jauh kutanam di dasar batinku yang membatu, tapi apa namanya ini entahlah.
Dia adalah tamuku yang ke 3 hari itu, setelah menemani 2 tamu Chinese seusia papaku yang Cuma besar nafsu saja dibandingkan tenaganya, aku sama sekali tidak mendapatkan kenikmatan apalagi kepuasan, aku berharap Koh Jimmy mempunyai stamina tenaga muda yang bisa memenuhi hasratku.

Sore itu dia mengenakan kaos dan celana jeans, postur tubuhnya cukup atletis, tentu saja dibandingkan tamuku lainnya, menyesal aku mengenakan pakaian yang menurutku kurang sexy, kukenakan celana jeans putih dan kaos yang cukup longgar sehingga tidak bisa mempertunjukkan lekuk tubuhku.

Seperti biasa kami ngobrol di sofa untuk mencairkan suasana, Koh Jimmy orangnya enak untuk diajak bicara, sopan dan tidak kasar, aku makin suka akan penampilannya. Aku sudah bertekad untuk memberikan servis all out semampu yang kubisa berikan, aku ingin membuatnya benar benar puas akan pelayananku.

“minum dulu Koh, biar kuat” gurauku

“jangan panggil Koh, toh kita sama usia, paling tak lebih dari tiga tahun, panggil saja Jimmy, biar nggak kaku” pintanya

Entah siapa yang memulai akhirnya kami berpelukan, mulanya dia mencium pipiku, kemudian bibirku dilumatnya, hatiku berdegup kencang ketika dia memainkan bibirku dengan bibirnya, lidah kami saling menyapa. Tangan Jimmy mengelus punggungku, kemudian menyusup di balik kaosku, gosokan tangannya di punggungku terasa hangat dan lembut, kubalas dengan usapan tanganku di selangkangannya, kurasakan ketegangan di balik celananya. Tangan Jimmy bergerak ke depan, mengelus buah dadaku yang masih terbungkus bra, belum ada remasan yang dilakukannya di buah dadaku, dengan gemetar kumulai meremas remas selangkangannya, semakin tegang dan keras, napasku sudah mulai turun naik merasakan gejolak birahi.

“pakaiannya dilepas ya, ntar kusut” usulku, sebelum aku bertindak lebih jauh dia sudah mengangkat kaosku dan melepasnya, tampaklah buah dadaku yang tertutup bra, menantang dengan mulusnya, aku bangga ketika dia memandangi dengan sorot mata kagum. Kulepas kaosnya, benar dugaanku, dadanya yang bidang dan atletis, tidak gendut seperti tamuku yang lain, aku makin bergairah melihatnya.

Kuciumi dada dan kupermainkan putingnya dengan lidahku, dia mulai mendesis nikmat sambil mulai meremas remas buah dadaku, aku jadi lebih bergairah, bibir dan lidahku turun menyusuri perutnya sambil tanganku membuka celananya, kutarik turun jeansnya dan kukeluarkan kejantanannya dari balik celana dalam. Lumayan, besarnya rata rata chinesse pada umumnya, mungkin panjangnya 15 cm, tapi kerasnya minta ampun seperti besi, kupegang dan kuremas sambil mengamati wajah ganteng Jimmy yang lagi mendesis kenikmatan, makin menggemaskan.

Remasanku tak kulanjutkan, aku berdiri di depannya, kulepas celanaku, tinggal sepasang bikini ungu yang menutupi tubuhku, ditariknya tubuhku dalam dekapannya, dan kembali dilumatnya bibirku sambil meremas remas gemas kedua buah dadaku, aku membalas dengan mengocok kejantanannya yang keras membatu, bibir Jimmy lalu menyusuri leherku, aku mendesis, wajahnya dibenamkan di antara kedua bukit di dadaku, tanpa melepas bra, putingku dikeluarkan dari penutupnya dan langsung mendapat kuluman penuh gairah, tubuhku langsung menggeliat menerima kulumannya, tanpa kusadari tangan kiriku mempermainkan klitorisku sendiri sambil tetap mengocok kejantanannya dengan tangan kanan, kurasakan vaginaku sudah mulai basah menerima cumbuannya, aku benar benar sudah terbakar nafsu birahi.

Tiba tiba Jimmy menghentikan cumbuannya, aku kecewa, dia lalu menuntunku menuju ranjang, setelah menelanjangi tubuhku direbahkannya di atas ranjang, celana dalamnya dilepas sendiri lalu menyusulku ke ranjang. Aku sudah siap menerima cumbuannya, kurasakan desah napasnya menerpa wajahku sebelum bibirnya kembali mendarat di puncak bukitku, cukup lama dia menikmati putingku secara bergantian tanpa melepaskan remasannya. Tubuhnya kemudian menindihku, kami berciuman dengan penuh gairah, tak mau menunggu terlalu lama, kusapukan kejantanannya di bibir vaginaku, dengan perlahan dia mendorongnya masuk, begitu keras kurasakan menggesek dinding vaginaku yang sudah basah, aku mulai mendesis nikmat, kurasakan begitu lama Jimmy melesakkan kejantanannya hingga akhirnya benar benar semua batang kejantanan itu tertanam di dalam. Dia mendiamkan sesaat sambil mengamati expresi wajahku, kubalas pandangannya, sama sama terbakar birahi, dengan senyum yang menawan ditariknya perlahan dan didorongnya lagi, sungguh pelan dia melakukannya, sepertinya dia begitu menikmati jepitan dan gesekan di vaginaku, diperlakukannya aku dengan penuh perasaan, membuatku makin terhanyut dalam irama permainannya. Pelan, nikmat dan penuh perasaan, sungguh kurasakan baru kali ini aku diperlakukan sebagaimana layaknya wanita, justru makin membuatku melambung tinggi lebih cepat, kocokan Jimmy yang pelan dan lembut terasa makin nikmat seiring dengan ciuman mesra di leher dan bibirku, aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah, kulumat bibirnya yang ada di mulutku, kuremas rambutnya, dipeluknya tubuhku, kami menyatu dalam irama nafsu birahi, cukup lama kami saling mencium dan melumat. Berulang kali kami saling memandang dan berulang kali pula kucium pipinya dengan gemas. Pandangannya sungguh membuatku makin terhanyut dalam nikmat birahi, tak terasa hanya beberapa menit dia mengocokku ternyata aku sudah mencapai orgasme, ya orgasme tercepat selama ini. Aku menahan desahan orgasmeku, malu untuk mengungkapkan dengan expresi, kugigit bibirku, kuremas lengannya seiring dengan denyutan nikmat di vaginaku, tubuhku mengejang lalu perlahan lemas tanpa bisa berbuat lebih banyak. Jimmy tahu aku sudah orgasme lalu mendekapku dan mencium keningku, oh betapa mesranya, tak pernah aku diperlakukan begitu mesra penuh perasaan oleh laki laki yang menikmati tubuhku, kubalas dekapannya dengan pelukan lalu kami kembali berciuman bibir. Setelah napasku berangsur normal dia minta ganti posisi.

Tanpa melepaskan penisnya, kami bergulingan di ranjang, kini aku di atas masih tetap berpelukan dan berciuman mesra. Aku duduk di atasnya, perlahan kugoyang pinggulku, Jimmy memandangiku dengan mesra sambil mengelus elus dan meremas ringan buah dadaku, disibakkannya rambutku yang tergerai di mukaku saat aku bergoyang dan menggeliat nikmat. Tubuhku turun naik sambil sedikit memutar mengocok penisnya, Jimmy mulai ikutan mendesis, desahan demi desahan bersautan antara kami berdua. Kutekankan pantatku ke tubuhnya untuk menanamkan lebih dalam penis itu di vaginaku, lalu kuputar pinggangku, kupermainkan puting di dadanya dengan jari tanganku, Jimmy mendesah keras menikmati permainanku, remasan di buah dadaku makin kencang, aku makin bergairah menggoyangnya, terlalu bergairah hingga dengan segera mencapai puncak kenikmatan sexual kedua kaliny sepuluh menit kemudian, jeritan kenikmatan keluar dari mulutku tanpa aku sadari, otot otot vaginaku berdenyut keras, meremas dan menjepit penisnya, Jimmy menatapku seolah menikmati expresi wajahku yang dilanda orgasme. Tak kupedulikan tatapannya, meski malu tapi orgasmenya terlalu nikmat untuk di tahan, Jimmy hanya tersenyum melihat ekspresiku sambil tetap meremas buah dadaku.

Tubuhku langsung lemas dan roboh di atas tubuh Jimmy, dia memeluk dan mengelus punggungku, napasku turun naik tak karuan, kemudian Jimmy memulai gerakannya mengocokku dari bawah, rasa geli dan nikmat kembali menyelimuti tubuhku, makin lama makin cepat, aku mendesah desah di dekat telinganya, Jimmy mendekapku makin erat, tubuh kami menyatu saling merasakan getaran birahi yang makin tinggi. Tiba tiba Jimmy menghentikan gerakannya, begitu juga aku diminta untuk diam sesaat, kurasakan denyutan lemah dari kejantanannya, dua detik kemudian dia mulai mengocokku lagi, diremasnya pantatku, rupanya dia menahan orgasmenya dengan menghentikan gerakan kami, dan berhasil. Oh betapa nikmatnya kocokan Jimmy di vaginaku, sepertinya lain dari yang lain, membuatku kembali melambung tak lama kemudian.

Sebelum terhanyut lebih lama lagi, Jimmy minta ganti posisi dari belakang, doggie style, dengan senang hati kuturuti permintaannya, kembali Jimmy dengan penuh perasaan memasukkan penisnya ke vaginaku secara perlahan sambil menggosok punggungku, begitu pelan hingga bisa kurasakan gesekan di dinding vaginaku, aku menikmati setiap millimeter masuknya penis itu di vaginaku hingga semuanya melesak sempurna di dalam. Dengan mesranya dia mengocokku perlahan dari belakang, yang kurasakan hanyalah nikmat dan nikmat, kuimbangi gerakannya dengan goyangan pelan pinggulku, kudengar desisan nikmat keluar dari mulut Jimmy, makin bergairah aku menggoyangkan pinggulku, kenikmatan bagi Jimmy adalah kenikmatan juga bagiku. Kocokan Jimmy makin cepat seirama dengan goyangan pinggulku, kami saling mengocok dengan penuh gairah. Elusan Jimmy di punggung sudah bergeser ke depan, mengelus dan meremas buah dadaku yang menggantung dan bergoyang dengan bebasnya. Tiba tiba Jimmy menyodokku dengan 2-3 kali sodokan keras, terasa penisnya menghantam dinding rahimku.

“aaaauuuwwww…nakaaaaal…oooouuuughh” teriakku kaget, meski kurasakan nikmat aku pura pura marah, kutoleh kebelakang menatapnya dengan sorot mata marah, tapi dia hanya tersenyum dan kembali menyodok dengan keras.

“ooouughh…eeegh…eeegh…ooogh…ooogh” desahku setiap kali sodokan kerasnya menghantam vaginaku, kombinasi remasannya membikin aku makin melambung dan benar saja tak lama kemudian kugapai orgasme yang ketiga kalinya dengan Jimmy, padahal dia belum orgasme sekalipun, sebenarnya aku agak malu dengan hal ini, tapi sungguh tak bisa kucegah nikmatnya kocokan Jimmy, untuk kesekian kalinya aku menjerit nikmat hingga tubuhku terkulai tengkurap di ranjang.

Jimmy mencabut penisnya, membelaiku mesra, melihat expresi kelelahan di wajahku dia tersenyum.

“kalau begini siapa memuaskan siapa, jadi siapa yang harus bayar” katanya bergurau sambil tersenyum, aku tak menjawab hanya tersenyum meski dalam hati membenarkan ucapannya, bahkan tak dibayarpun aku mau melakukannya lagi.

“oke istirahat dulu, nanti kita lanjutin lagi yang lebih asik” lanjutnya sambil menyalakan Marlboro-nya

“kamu memang luar biasa Jim, pasti habis minum obat kuat deh, KO aku, habis enak sih” candaku sambil mengatur napas.



Akhirnya kami berdua masih dalam keadaan telanjang duduk di sofa, sofa yang entah sudah berapa kali kupakai bercinta entah dengan siapa saja aku sudah tak bisa mengingatnya. Sambil ngobrol dan bercanda, selalu kupegangi kejantanan Jimmy yang masih keras tegang. Setelah beberapa lama aku mulai memberikan rangsangan padanya, mulanya kami berciuman lalu kujilati puting dadanya, dia mendesis, jilatanku segera berpindah ke penisnya, kujilati dan kukulum dengan penuh gairah, gairah yang sesungguhnya bukan dibuat buat seperti biasanya. Tak lama setelah memberikan kuluman pada penisnya, aku mengatur posisi untuk duduk di pangkuannya, perlahan kuturunkan tubuhku dan melesaklah penis Jimmy ke vaginaku, aku diam sesaat menikmati kenyamanan penisnya di vaginaku, Jimmy menyambut dengan kuluman dan remasan di buah dada membuatku menggeliat dan mulai bergoyang pinggul, penis Jimmy serasa mengaduk aduk vaginaku, kupeluk dia dengan erat, aku mendesah di dekat telinganya,

Dia ikutan mengocokku dari bawah membuatku semakin bergairah, kudekap dia makin erat, wajahnya terbenam diantara kedua buah dadaku, entah dia bisa bernapas atau tidak. Kami saling menggoyang dan mengocok dengan gairahnya, desahan demi desahan saling bersautan, saling melumat bibir, sungguh permainan sex yang paling indah yang aku alami.

Beruntunglah aku hari ini mendapatkan Jimmy, kami berganti posisi, aku duduk dan Jimmy didepanku berlutut, saling berhadapan. Dengan posisi seperti ini aku lebih puas menatap wajah gantengnya saat dilanda kenikmatan, saling tatap dan saling cium disela sela bercinta, kakiku ku naikkan di pundaknya, penisnya lebih dalam masuk ke vaginaku, aku makin suka dengan irama kocokannya yang bervariasi antara pelan mesra dan cepat nakal, mata kami saling bertaut ketika dia menyodokku keras, seolah saling mengukur seberapa nikmat yang dirasakan, bagiku kenikmatan ini sungguh berlebihan dan tak lama kemudian untuk kesekian kalinya aku mendapatkan orgasme dari Jimmy, kembali aku menjerit nikmat sambil meremas lengannya, kali ini Jimmy tidak menghentikan gerakannya tapi justru mempercepat kocokannya, aku makin menjerit nikmat, cengkeramanku dilengannya makin kuat.

Tiba tiba tanpa mempedulikan aku yang sedang dilanda kenikmatan yang hebat, Jimmy menarik keluar penisnya dan langsung berdiri di depanku mengocok sendiri penisnya dengan tangannya, aku tak tahu apa maksudnya, sebelum aku sempat tersadar, menyemprotlah sperma dari penisnya, mengenai dada, muka dan rambutku, begitu banyak semprotan sperma itu hingga kurasakan wajahku basah karenanya. Aku tak tahu harus berbuat apa, dan kembali sebelum aku tersadar harus berbuat apa Jimmy sudah mengusap usapkan penisnya yang basah ke wajahku. Aneh, tak ada rasa jijik merasakan sperma di wajahku, biasanya memegang sperma saja masih ragu dan kini sperma sudah belepotan di wajahku, sambil tersenyum kupegang penis itu dan kuusapkan ke dadaku. Sebenarnya aku kecewa karena tidak bisa merasakan nikmatnya orgasme Jimmy di vaginaku, tapi tetap berusaha tersenyum meski ada rasa jengkel bercampur marah, aku merasa terhina, tapi dengan senyumnya yang menawan lagi lagi meruntuhkan pertahananku, bahkan ketika dia memintaku mengulumnya setelah itu, akupun seperti orang yang linglung yang hanya menurut saja, kujilat dan kukulum penis Jimmy yang basah kena sperma, inilah pertama kali aku merasakan sperma di mulutku, ternyata rasanya lumayan, gurih. Kembali Jimmy mengocokkan penisnya yang mulai lemas ke mulutku. Mengingat kenikmatan yang telah aku dapatkan darinya, kupikir tidak ada salahnya kalau aku memberikan pelayanan hingga batas kemampuanku ini, dari keterpaksaan lama lama aku menyukai aroma dan rasa sperma dari Jimmy. Kulihat senyum puas di wajahnya, aku ikut senang melihat kepuasannya, meski agak kecewa karena belum merasakan denyut orgasmenya di vaginaku.



Setelah kami beristirahat di sofa, kutinggalkan Jimmy sendirian, aku kekamar mandi membersihkan sisa spermanya dari tubuh, wajah dan rambutku, ketika aku keluar kamar mandi, kulihat dia sudah berpakaian bersiap untuk pulang, tentu saja ini membuatku kecewa berat, aku masih ingin merasakan kenikmatan lagi darinya, masih kurang apa yang kudapatkan barusan, aku harus mendapatkannya lagi darinya, tapi bagaimana caranya untuk menahan kepergiannya lebih lama ? aku belum tahu, aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kenikmatan darinya lagi.

“mau kemana Jim ?, kok buru buru sih” tanyaku dengan nada manja

“pulang dong, emang boleh nginap ?” candanya

“kan bukan berarti harus nginap, lagian masih sore” kataku sambil menggelayutkan tanganku di lehernya dan mencium bibirnya.

Dia balas memelukku yang masih telanjang, kuremas kejantanannya, kubuka kembali celananya dan kulorotkan turun, sebelum dia protes aku langsung berlutut didepannya, meski aku yakin dia belum recovery sepenuhnya tapi kupaksakan juga, kujilati kepala penisnya terus turun ke batang dan kantong bola lalu naik lagi ke kepala penisnya terus kukulum, masih terasa sisa sisa sperma yang menempel karena tidak dicuci, tapi tak kupedulikan.

Jimmy mulai mendesis, penisnya yang lemas perlahan mulai mengeras meski tidak sekeras tadi, dengan sabar aku berusaha membangkitkan kembali birahi-nya, Jimmy memegang kepalaku dan mengocoknya, kuelus elus kantong bolanya sambil tetap membiarkan penisnya keluar masuk mulutku. Jimmy menarikku berdiri, tubuhku dibalikkan hingga aku membelakanginya, dipeluknya aku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku, tengkuk dan telingaku diciuminya, aku merinding dan menggeliat sambil meremas penisnya. Kubungkukkan tubuhku berpegang pada pinggiran meja, tanpa menunggu lebih lama kusapukan penisnya kembali di vaginaku, kudorong tubuhku ke belakang hingga melesaklah penis itu memasuki liang vaginaku, Jimmy tetap diam tidak menggerakkan tubuhnya, hanya mengelus punggungku, maka kuambil inisiatif dengan menggoyangkan pantatku dan menggerakkannya maju mundur. Diluar dugaanku, ketika pantatku bergerak mundur dia menghentakkan tubuhnya ke arah tubuhku, aku kaget dan menjerit karena penisnya begitu dalam terasa mengenai rahimku, lalu dia langsung mengocok atau lebih tepatnya menghentakkan ke tubuhku, vaginaku terasa seperti di sodok benda keras, kurasakan lebih dari nikmat penisnya memenuhi dan keluar masuk liang vaginaku, aku makin menjerit dalam kenikmatan yang hebat.

Ini bukan pertama kali aku bercinta sambil berdiri seperti ini, tapi dengan Jimmy semuanya terasa lain, baik irama kocokannya maupun kenikmatannya. Kubiarkan hentakan demi hentakan menghantam rahimku, sambil mendesah sesekali kuberikan goyangan perlawanan, tubuhku sudah telungkup di atas meja, tanpa mempedulikanku lagi dia tetap menyodokku, malah makin keras.

Jimmy menarik tanganku kebelakang, kini posisiku menggantung tertahan lengannya, kocokan Jimmy makin menghebat, aku tidak bisa berbuat apa apa dengan posisi ini, hanya mendesah dan mendesah. Kemudian pegangannya beralih ke buah dadaku, kocokannya tetap keras dan cepat, penisnya makin dalam mengisi vaginaku. Kunikmati kocokannya, kemudian dia membalikkan tubuhku, kini kami berdiri berhadapan, diangkatnya kaki kananku dan ditahan dengan lengannya, tubuhku disandarkan di dinding, kuatur penisnya di vaginaku, dengan sekali dorongan keras kembali penisnya melesak dalam di celah vaginaku. Dengan punggung tertahan dinding, terasa kocokannya makin keras menghantam dinding dinding vaginaku, desah dan jeritanku makin berisik, Jimmy dengan dinginnya menatapku yang lagi mendesah.

“yaaa…I love it…trusssssss…egh…eh…eh” desahku setiap kali kurasakan rahimku tersentuh penisnya. Tak bisa menahan lebih lama kenikmatan ini, akhirnya akupun mencapai puncak kenikmatan, jeritan kenikmatan terlepas begitu saja dari mulutku.

Lututuku langsung lemas tapi Jimmy tetap saja mengocokku, aku sudah tak bisa berdiri lebih lama lagi, kudorong tubuh Jimmy menjauh hingga terlepas penisnya dari vaginaku, dia tidak marah tapi memintaku berlutut di depannya, kuturuti kemauannya ketika dia kembali memintaku mengulum penis itu, kurasakan cairan vaginaku yang ada di batang kejantanannya dan dia kembali mengocok mulutku, tak lama kemudian kurasakan penis itu mulai menegang pertanda segera orgasme, aku berusaha mengeluarkannya dari mulutku tapi tangan Jimmy menahannya, aku tak bisa mengeluarkan penisnya dari mulutku, dan menyemprotlah sperma Jimmy di mulutku, rasanya mau muntah ketika cairan sperma itu memasuki rongga mulutku, terasa aneh, semprotan itu cukup kencang hingga beberapa bagian langsung meluncur masuk ke tenggorokanku tanpa bisa kutahan. Jimmy masih tetap menahan kepalaku, dengan bebasnya penisnya menyemprotkan sperma membasahi mulutku, aku berusaha mengeluarkan spermanya dari celah celah mulutku, beberapa berhasil tapi beberapa tak dapat kuhindari tertelan masuk.

Setelah puas “memperhina”-ku, Jimmy melepaskan tangannya dari kepalaku, aku segera meludahkan sisa sperma yang ada di mulutku ke karpet lantai, kuusap sisa sperma yang ada di bibirku, kutatap dia dengan pandangan protes tapi disambutnya dengan senyum kepuasan.

Aku marah tertahan, segera aku berdiri dan kucium bibirnya, supaya dia juga ikutan merasakan spermanya, tapi dia memalingkan muka menghindari ciumanku, didorongnya tubuhku menjauh dan dia berkelit langsung memelukku dari belakang, dengan begini aku tak bisa lagi menciumnya. Akhirnya kami berdua tertawa bahagia, sudah kulupakan bagaimana dia “menghina” ku tadi.



Kami sempat sekali lagi bercinta di kamar mandi, tapi lagi lagi dia mengeluarkan spermanya di luar vaginaku, terakhir kali dia keluarkan di pantatku ketika posisi doggie style. Hingga dia pulang aku tidak mendapatkan orgasmenya di vaginaku, tapi aku tetap puas, entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sungguh tipe tamu yang paling aku idamkan.



Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi baik ketika aku masih di Hotel maupun setelah freelance, tapi dengan dia pertama kali aku merasakan sperma dan menelannya. Sejak saat itu aku berani menelan sperma tamuku, baik dia yang minta maupun aku yang minta, tapi sangat selektif tergantung tipe tamu yang aku suka, tentu saja dengan imbalan tip yang lumayan gede untuk servis yang satu ini.

Tamat.

Lily Panther 5: Gantengnya Tamuku

Dari sekian banyak tamu yang sudah aku layani, baru kali ini aku menerima yang benar benar sesuai seleraku, disamping orangnya ganteng juga masih muda, mungkin 2-3 tahun lebih tua dari usiaku, atau bahkan lebih muda. Menurut catatan harianku, dia adalah tamuku yang ke-58 pada hari yang ke-19 aku bekerja, dan merupakan orang yang ke 24 yang aku layani. Ternyata setelah sekian hari baru terpenuhi harapanku untuk mendapatkan tamu yang sesuai keinginan dan selera.
Namanya Jimmy, karena chinesse kupanggil dia Koh Jim, entah apa kerjaannya sehingga bisa membayarku, yang jelas hanya orang yang kelebihan banyak uang yang mampu, bukan orang yang kelebihan uang pas pasan karena taripku juga tidak murah.
Mulanya aku dingin dingin saja ketika Om Lok memberitahu akan tamuku, karena seperti biasa dia tidak pernah memberitahu detail tentang tamuku yang akan datang kecuali apa yang harus aku persiapkan sesuai permintaan atau tamuku seorang pejabat yang perlu pelayanan khusus. Begitu kubuka pintu kamarku menyambut kedatangannya, aku terkesima takjub akan ketampanannya, mungkin karena terlalu sering melayani orang yang usianya jauh diatasku, maka begitu melihat Jimmy aku langsung tertegun, tak menyangka mendapatkan tamu yang seganteng dan semuda dia.
Dengan agak canggung kupersilahkan dia masuk, entah kenapa aku jadi salah tingkah di depannya, seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, cinta ?? kata kata itu sudah jauh kutanam di dasar batinku yang membatu, tapi apa namanya ini entahlah.
Dia adalah tamuku yang ke 3 hari itu, setelah menemani 2 tamu Chinese seusia papaku  yang Cuma besar nafsu saja dibandingkan tenaganya, aku sama sekali tidak mendapatkan kenikmatan apalagi kepuasan, aku berharap Koh Jimmy mempunyai stamina tenaga muda yang bisa memenuhi hasratku.
Sore itu dia mengenakan kaos dan celana jeans, postur tubuhnya cukup atletis, tentu saja dibandingkan tamuku lainnya, menyesal aku mengenakan pakaian yang menurutku kurang sexy, kukenakan celana jeans putih dan kaos yang cukup longgar sehingga tidak bisa mempertunjukkan lekuk tubuhku.
Seperti biasa kami ngobrol di sofa untuk mencairkan suasana, Koh Jimmy orangnya enak untuk diajak bicara, sopan dan tidak kasar, aku makin suka akan penampilannya. Aku sudah bertekad untuk memberikan servis all out semampu yang kubisa berikan, aku ingin membuatnya benar benar puas akan pelayananku.
“minum dulu Koh, biar kuat” gurauku
“jangan panggil Koh, toh kita sama usia, paling tak lebih dari tiga tahun, panggil saja Jimmy, biar nggak kaku” pintanya
Entah siapa yang memulai akhirnya kami berpelukan, mulanya dia mencium pipiku, kemudian bibirku dilumatnya, hatiku berdegup kencang ketika dia memainkan bibirku dengan bibirnya, lidah kami saling menyapa. Tangan Jimmy mengelus punggungku, kemudian menyusup di balik kaosku, gosokan tangannya di punggungku terasa hangat dan lembut, kubalas dengan usapan tanganku di selangkangannya, kurasakan ketegangan di balik celananya. Tangan Jimmy bergerak ke depan, mengelus buah dadaku yang masih terbungkus bra, belum ada remasan yang dilakukannya di buah dadaku, dengan gemetar kumulai meremas remas selangkangannya, semakin tegang dan keras, napasku sudah mulai turun naik merasakan gejolak birahi.
“pakaiannya dilepas ya, ntar kusut” usulku, sebelum aku bertindak lebih jauh dia sudah mengangkat kaosku dan melepasnya, tampaklah buah dadaku yang tertutup bra, menantang dengan mulusnya, aku bangga ketika dia memandangi dengan sorot mata kagum. Kulepas kaosnya, benar dugaanku, dadanya yang bidang dan atletis, tidak gendut seperti tamuku yang lain, aku makin bergairah melihatnya.
Kuciumi dada dan kupermainkan putingnya dengan lidahku, dia mulai mendesis nikmat sambil mulai meremas remas buah dadaku, aku jadi lebih bergairah, bibir dan lidahku turun menyusuri perutnya sambil tanganku membuka celananya, kutarik turun jeansnya dan kukeluarkan kejantanannya dari balik celana dalam. Lumayan, besarnya rata rata chinesse pada umumnya, mungkin panjangnya 15 cm, tapi kerasnya minta ampun seperti besi, kupegang dan kuremas sambil mengamati wajah ganteng Jimmy yang lagi mendesis kenikmatan, makin menggemaskan.
Remasanku tak kulanjutkan, aku berdiri di depannya, kulepas celanaku, tinggal sepasang bikini ungu yang menutupi tubuhku, ditariknya tubuhku dalam dekapannya, dan kembali dilumatnya bibirku sambil meremas remas gemas kedua buah dadaku, aku membalas dengan mengocok kejantanannya yang keras membatu, bibir Jimmy lalu menyusuri leherku, aku mendesis, wajahnya dibenamkan di antara kedua bukit di dadaku, tanpa melepas bra, putingku dikeluarkan dari penutupnya dan langsung mendapat kuluman penuh gairah, tubuhku langsung menggeliat menerima kulumannya, tanpa kusadari tangan kiriku mempermainkan klitorisku sendiri sambil tetap mengocok kejantanannya dengan tangan kanan, kurasakan vaginaku sudah mulai basah menerima cumbuannya, aku benar benar sudah terbakar nafsu birahi.
Tiba tiba Jimmy menghentikan cumbuannya, aku kecewa, dia lalu menuntunku menuju ranjang, setelah menelanjangi tubuhku direbahkannya di atas ranjang, celana dalamnya dilepas sendiri lalu menyusulku ke ranjang. Aku sudah siap menerima cumbuannya, kurasakan desah napasnya menerpa wajahku sebelum bibirnya kembali mendarat di puncak bukitku, cukup lama dia menikmati putingku secara bergantian tanpa melepaskan remasannya. Tubuhnya kemudian menindihku, kami berciuman dengan penuh gairah, tak mau menunggu terlalu lama, kusapukan kejantanannya di bibir vaginaku, dengan perlahan dia mendorongnya masuk, begitu keras kurasakan menggesek dinding vaginaku yang sudah basah, aku mulai mendesis nikmat, kurasakan begitu lama Jimmy melesakkan kejantanannya hingga akhirnya benar benar semua batang kejantanan itu tertanam di dalam. Dia mendiamkan sesaat sambil mengamati expresi wajahku, kubalas pandangannya, sama sama terbakar birahi, dengan senyum yang menawan ditariknya perlahan dan didorongnya lagi, sungguh pelan dia melakukannya, sepertinya dia begitu menikmati jepitan dan gesekan di vaginaku, diperlakukannya aku dengan penuh perasaan, membuatku makin terhanyut dalam irama permainannya. Pelan, nikmat dan penuh perasaan, sungguh kurasakan baru kali ini aku diperlakukan sebagaimana layaknya wanita, justru makin membuatku melambung tinggi lebih cepat, kocokan Jimmy yang pelan dan lembut terasa makin nikmat seiring dengan ciuman mesra di leher dan bibirku, aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah, kulumat bibirnya yang ada di mulutku, kuremas rambutnya, dipeluknya tubuhku, kami menyatu dalam irama nafsu birahi, cukup lama kami saling mencium dan melumat. Berulang kali kami saling memandang dan berulang kali pula kucium pipinya dengan gemas. Pandangannya sungguh membuatku makin terhanyut dalam nikmat birahi, tak terasa hanya beberapa menit dia mengocokku ternyata aku sudah mencapai orgasme, ya orgasme tercepat selama ini. Aku menahan desahan orgasmeku, malu untuk mengungkapkan dengan expresi, kugigit bibirku, kuremas lengannya seiring dengan denyutan nikmat di vaginaku, tubuhku mengejang lalu perlahan lemas tanpa bisa berbuat lebih banyak. Jimmy tahu aku sudah orgasme lalu mendekapku dan mencium keningku, oh betapa mesranya, tak pernah aku diperlakukan begitu mesra penuh perasaan oleh laki laki yang menikmati tubuhku, kubalas dekapannya dengan pelukan lalu kami kembali berciuman bibir. Setelah napasku berangsur normal dia minta ganti posisi.
Tanpa melepaskan penisnya, kami bergulingan di ranjang, kini aku di atas masih tetap berpelukan dan berciuman mesra. Aku duduk di atasnya, perlahan kugoyang pinggulku, Jimmy memandangiku dengan mesra sambil mengelus elus dan meremas ringan buah dadaku, disibakkannya rambutku yang tergerai di mukaku saat aku bergoyang dan menggeliat nikmat. Tubuhku turun naik sambil sedikit memutar mengocok penisnya, Jimmy mulai ikutan mendesis, desahan demi desahan bersautan antara kami berdua. Kutekankan pantatku ke tubuhnya untuk menanamkan lebih dalam penis itu di vaginaku, lalu kuputar pinggangku, kupermainkan puting di dadanya dengan jari tanganku, Jimmy mendesah keras menikmati permainanku, remasan di buah dadaku makin kencang, aku makin bergairah menggoyangnya, terlalu bergairah hingga dengan segera mencapai puncak kenikmatan sexual kedua kaliny sepuluh menit kemudian, jeritan kenikmatan keluar dari mulutku tanpa aku sadari, otot otot vaginaku berdenyut keras, meremas dan menjepit penisnya, Jimmy menatapku seolah menikmati expresi wajahku yang dilanda orgasme. Tak kupedulikan tatapannya, meski malu tapi orgasmenya terlalu nikmat untuk di tahan, Jimmy hanya tersenyum melihat ekspresiku sambil tetap meremas buah dadaku.
Tubuhku langsung lemas dan roboh di atas tubuh Jimmy, dia memeluk dan mengelus punggungku, napasku turun naik tak karuan, kemudian Jimmy memulai gerakannya mengocokku dari bawah, rasa geli dan nikmat kembali menyelimuti tubuhku, makin lama makin cepat, aku mendesah desah di dekat telinganya, Jimmy mendekapku makin erat, tubuh kami menyatu saling merasakan getaran birahi yang makin tinggi. Tiba tiba Jimmy menghentikan gerakannya, begitu juga aku diminta untuk diam sesaat, kurasakan denyutan lemah dari kejantanannya, dua detik kemudian dia mulai mengocokku lagi, diremasnya pantatku, rupanya dia menahan orgasmenya dengan menghentikan gerakan kami, dan berhasil. Oh betapa nikmatnya kocokan Jimmy di vaginaku, sepertinya lain dari yang lain, membuatku kembali melambung tak lama kemudian.
Sebelum terhanyut lebih lama lagi, Jimmy minta ganti posisi dari belakang, doggie style, dengan senang hati kuturuti permintaannya, kembali Jimmy dengan penuh perasaan memasukkan penisnya ke vaginaku secara perlahan sambil menggosok punggungku, begitu pelan hingga bisa kurasakan gesekan di dinding vaginaku, aku menikmati setiap millimeter masuknya penis itu di vaginaku hingga semuanya melesak sempurna di dalam. Dengan mesranya dia mengocokku perlahan dari belakang, yang kurasakan hanyalah nikmat dan nikmat, kuimbangi gerakannya dengan goyangan pelan pinggulku, kudengar desisan nikmat keluar dari mulut Jimmy, makin bergairah aku menggoyangkan pinggulku, kenikmatan bagi Jimmy adalah kenikmatan juga bagiku. Kocokan Jimmy makin cepat seirama dengan goyangan pinggulku, kami saling mengocok dengan penuh gairah. Elusan Jimmy di punggung sudah bergeser ke depan, mengelus dan meremas buah dadaku yang menggantung dan bergoyang dengan bebasnya. Tiba tiba Jimmy menyodokku dengan 2-3 kali sodokan keras, terasa penisnya menghantam dinding rahimku.
“aaaauuuwwww…nakaaaaal…oooouuuughh” teriakku kaget, meski kurasakan nikmat aku pura pura marah, kutoleh kebelakang menatapnya dengan sorot mata marah, tapi dia hanya tersenyum dan kembali menyodok dengan keras.
“ooouughh…eeegh…eeegh…ooogh…ooogh” desahku setiap kali sodokan kerasnya menghantam vaginaku, kombinasi remasannya membikin aku makin melambung dan benar saja tak lama kemudian kugapai orgasme yang ketiga kalinya dengan Jimmy, padahal dia belum orgasme sekalipun, sebenarnya aku agak malu dengan hal ini, tapi sungguh tak bisa kucegah nikmatnya kocokan Jimmy, untuk kesekian kalinya aku menjerit nikmat hingga tubuhku terkulai tengkurap di ranjang.
Jimmy mencabut penisnya, membelaiku mesra, melihat expresi kelelahan di wajahku dia tersenyum.
“kalau begini siapa memuaskan siapa, jadi siapa yang harus bayar” katanya bergurau sambil tersenyum, aku tak menjawab hanya tersenyum meski dalam hati membenarkan ucapannya, bahkan tak dibayarpun aku mau melakukannya lagi.
“oke istirahat dulu, nanti kita lanjutin lagi yang lebih asik” lanjutnya sambil menyalakan Marlboro-nya
“kamu memang luar biasa Jim, pasti habis minum obat kuat deh, KO aku, habis enak sih” candaku sambil mengatur napas.

Akhirnya kami berdua masih dalam keadaan telanjang duduk di sofa, sofa yang entah sudah berapa kali kupakai bercinta entah dengan siapa saja aku sudah tak bisa mengingatnya. Sambil ngobrol dan bercanda, selalu kupegangi kejantanan Jimmy yang masih keras tegang. Setelah beberapa lama aku mulai memberikan rangsangan padanya, mulanya kami berciuman lalu kujilati puting dadanya, dia mendesis, jilatanku segera berpindah ke penisnya, kujilati dan kukulum dengan penuh gairah, gairah yang sesungguhnya bukan dibuat buat seperti biasanya. Tak lama setelah memberikan kuluman pada penisnya, aku mengatur posisi untuk duduk di pangkuannya, perlahan kuturunkan tubuhku dan melesaklah penis Jimmy ke vaginaku, aku diam sesaat menikmati kenyamanan penisnya di vaginaku, Jimmy menyambut dengan kuluman dan remasan di buah dada membuatku menggeliat dan mulai bergoyang pinggul, penis Jimmy serasa mengaduk aduk vaginaku, kupeluk dia dengan erat, aku mendesah di dekat telinganya,
Dia ikutan mengocokku dari bawah membuatku semakin bergairah, kudekap dia makin erat, wajahnya terbenam diantara kedua buah dadaku, entah dia bisa bernapas atau tidak. Kami saling menggoyang dan mengocok dengan gairahnya, desahan demi desahan saling bersautan, saling melumat bibir, sungguh permainan sex yang paling indah yang aku alami.
Beruntunglah aku hari ini mendapatkan Jimmy, kami berganti posisi, aku duduk dan Jimmy didepanku berlutut, saling berhadapan. Dengan posisi seperti ini aku lebih puas menatap wajah gantengnya saat dilanda kenikmatan, saling tatap dan saling cium disela sela bercinta, kakiku ku naikkan di pundaknya, penisnya lebih dalam masuk ke vaginaku, aku makin suka dengan irama kocokannya yang bervariasi antara pelan mesra dan cepat nakal, mata kami saling bertaut ketika dia menyodokku keras, seolah saling mengukur seberapa nikmat yang dirasakan, bagiku kenikmatan ini sungguh berlebihan dan tak lama kemudian untuk kesekian kalinya aku mendapatkan orgasme dari Jimmy, kembali aku menjerit nikmat sambil meremas lengannya, kali ini Jimmy tidak menghentikan gerakannya tapi justru mempercepat kocokannya, aku makin menjerit nikmat, cengkeramanku dilengannya makin kuat.
Tiba tiba tanpa mempedulikan aku yang sedang dilanda kenikmatan yang hebat, Jimmy menarik keluar penisnya dan langsung berdiri di depanku mengocok sendiri penisnya dengan tangannya, aku tak tahu apa maksudnya, sebelum aku sempat tersadar,  menyemprotlah sperma dari penisnya,  mengenai dada, muka dan rambutku, begitu banyak semprotan sperma itu hingga kurasakan wajahku basah karenanya. Aku tak tahu harus berbuat apa, dan kembali sebelum aku tersadar harus berbuat apa Jimmy sudah mengusap usapkan penisnya yang basah ke wajahku. Aneh, tak ada rasa jijik merasakan sperma di wajahku, biasanya memegang sperma saja masih ragu dan kini sperma sudah belepotan di wajahku, sambil tersenyum kupegang penis itu dan kuusapkan ke dadaku.  Sebenarnya aku kecewa karena tidak bisa merasakan nikmatnya orgasme Jimmy di vaginaku, tapi tetap berusaha tersenyum meski ada rasa jengkel bercampur marah, aku merasa terhina, tapi dengan senyumnya yang menawan lagi lagi meruntuhkan pertahananku, bahkan ketika dia memintaku mengulumnya setelah itu, akupun seperti orang yang linglung yang hanya menurut saja, kujilat dan kukulum penis Jimmy yang basah kena sperma, inilah pertama kali aku merasakan sperma di mulutku, ternyata rasanya lumayan, gurih. Kembali Jimmy mengocokkan penisnya yang mulai lemas ke mulutku. Mengingat kenikmatan yang telah aku dapatkan darinya, kupikir tidak ada salahnya kalau aku memberikan pelayanan hingga batas kemampuanku ini, dari keterpaksaan lama lama aku menyukai aroma dan rasa sperma dari Jimmy. Kulihat senyum puas di wajahnya, aku ikut senang melihat kepuasannya, meski agak kecewa karena belum merasakan denyut orgasmenya di vaginaku.

Setelah kami beristirahat di sofa, kutinggalkan Jimmy sendirian, aku kekamar mandi membersihkan sisa spermanya  dari tubuh, wajah dan rambutku, ketika aku keluar kamar mandi, kulihat dia sudah berpakaian bersiap untuk pulang, tentu saja ini membuatku kecewa berat, aku masih ingin merasakan kenikmatan lagi darinya, masih kurang apa yang kudapatkan barusan, aku harus mendapatkannya lagi darinya, tapi bagaimana caranya untuk menahan kepergiannya lebih lama ?  aku belum tahu, aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kenikmatan darinya lagi.
“mau kemana Jim ?, kok buru buru sih” tanyaku dengan nada manja
“pulang dong, emang boleh nginap ?” candanya
“kan bukan berarti harus nginap, lagian masih sore” kataku sambil menggelayutkan tanganku di lehernya dan mencium bibirnya.
Dia balas memelukku yang masih telanjang, kuremas kejantanannya, kubuka kembali celananya dan kulorotkan turun, sebelum dia protes aku langsung berlutut didepannya, meski aku yakin dia belum recovery sepenuhnya tapi kupaksakan juga, kujilati kepala penisnya terus turun ke batang dan kantong bola lalu naik lagi ke kepala penisnya terus kukulum, masih terasa sisa sisa sperma yang menempel karena tidak dicuci, tapi tak kupedulikan.
Jimmy mulai mendesis, penisnya yang lemas perlahan mulai mengeras meski tidak sekeras tadi, dengan sabar aku berusaha membangkitkan kembali birahi-nya, Jimmy memegang kepalaku dan mengocoknya, kuelus elus kantong bolanya sambil tetap membiarkan penisnya keluar masuk mulutku. Jimmy menarikku berdiri, tubuhku dibalikkan hingga aku membelakanginya, dipeluknya aku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku, tengkuk dan telingaku diciuminya, aku merinding dan menggeliat sambil meremas penisnya. Kubungkukkan tubuhku berpegang pada pinggiran meja, tanpa menunggu lebih lama kusapukan penisnya kembali di vaginaku, kudorong tubuhku ke belakang hingga melesaklah penis itu memasuki liang vaginaku, Jimmy tetap diam tidak menggerakkan tubuhnya, hanya mengelus punggungku, maka kuambil inisiatif dengan menggoyangkan pantatku dan menggerakkannya maju mundur. Diluar dugaanku, ketika pantatku bergerak mundur dia menghentakkan tubuhnya ke arah tubuhku, aku kaget dan menjerit karena penisnya begitu dalam terasa mengenai rahimku, lalu dia langsung mengocok atau lebih tepatnya menghentakkan ke tubuhku, vaginaku terasa seperti di sodok benda keras, kurasakan lebih dari nikmat penisnya memenuhi dan keluar masuk liang vaginaku, aku makin menjerit dalam kenikmatan yang hebat.
Ini bukan pertama kali aku bercinta sambil berdiri seperti ini, tapi dengan Jimmy semuanya terasa lain, baik irama kocokannya maupun kenikmatannya. Kubiarkan hentakan demi hentakan menghantam rahimku, sambil mendesah sesekali kuberikan goyangan perlawanan, tubuhku sudah telungkup di atas meja, tanpa mempedulikanku lagi dia tetap menyodokku, malah makin keras.
Jimmy menarik tanganku kebelakang, kini posisiku menggantung tertahan lengannya, kocokan Jimmy makin menghebat, aku tidak bisa berbuat apa apa dengan posisi ini, hanya mendesah dan mendesah. Kemudian pegangannya beralih ke buah dadaku, kocokannya tetap keras dan cepat, penisnya makin dalam mengisi vaginaku. Kunikmati kocokannya, kemudian dia membalikkan tubuhku, kini kami berdiri berhadapan, diangkatnya kaki kananku dan ditahan dengan lengannya, tubuhku disandarkan di dinding, kuatur penisnya di vaginaku, dengan sekali dorongan keras kembali penisnya melesak dalam di celah vaginaku. Dengan punggung tertahan dinding, terasa kocokannya makin keras menghantam dinding dinding vaginaku, desah dan jeritanku makin berisik, Jimmy dengan dinginnya menatapku yang lagi mendesah.
“yaaa…I love it…trusssssss…egh…eh…eh” desahku setiap kali kurasakan rahimku tersentuh penisnya. Tak bisa menahan lebih lama kenikmatan ini, akhirnya akupun mencapai puncak kenikmatan, jeritan kenikmatan terlepas begitu saja dari mulutku.
Lututuku langsung lemas tapi Jimmy tetap saja mengocokku, aku sudah tak bisa berdiri lebih lama lagi, kudorong tubuh Jimmy menjauh hingga terlepas penisnya dari vaginaku, dia tidak marah tapi memintaku berlutut di depannya, kuturuti kemauannya ketika dia kembali memintaku mengulum penis itu, kurasakan cairan vaginaku yang ada di batang kejantanannya dan dia kembali mengocok mulutku, tak lama kemudian kurasakan penis itu mulai menegang pertanda segera orgasme, aku berusaha mengeluarkannya dari mulutku tapi tangan Jimmy menahannya, aku tak bisa mengeluarkan penisnya dari mulutku, dan menyemprotlah sperma Jimmy di mulutku, rasanya mau muntah ketika cairan sperma itu memasuki rongga mulutku, terasa aneh, semprotan itu cukup kencang hingga beberapa bagian langsung meluncur masuk ke tenggorokanku tanpa bisa kutahan. Jimmy masih tetap menahan kepalaku, dengan bebasnya penisnya menyemprotkan sperma membasahi mulutku, aku berusaha mengeluarkan spermanya dari celah celah mulutku, beberapa berhasil tapi beberapa tak dapat kuhindari tertelan masuk.
Setelah puas “memperhina”-ku, Jimmy melepaskan tangannya dari kepalaku, aku segera meludahkan sisa sperma yang ada di mulutku ke karpet lantai, kuusap sisa sperma yang ada di bibirku, kutatap dia dengan pandangan protes tapi disambutnya dengan senyum kepuasan.
Aku marah tertahan, segera aku berdiri dan kucium bibirnya, supaya dia juga ikutan merasakan spermanya, tapi dia memalingkan muka menghindari ciumanku, didorongnya tubuhku menjauh dan dia berkelit langsung memelukku dari belakang, dengan begini aku tak bisa lagi menciumnya. Akhirnya kami berdua tertawa bahagia, sudah kulupakan bagaimana dia “menghina” ku tadi.

Kami sempat sekali lagi bercinta di kamar mandi, tapi lagi lagi dia mengeluarkan spermanya di luar vaginaku, terakhir kali dia keluarkan di pantatku ketika posisi doggie style. Hingga dia pulang aku tidak mendapatkan orgasmenya di vaginaku, tapi aku tetap puas, entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sungguh tipe tamu yang paling aku idamkan.

Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi baik ketika aku masih di Hotel maupun setelah freelance, tapi dengan dia pertama kali aku merasakan sperma dan menelannya. Sejak saat itu aku berani menelan sperma tamuku, baik dia yang minta maupun aku yang minta, tapi sangat selektif tergantung tipe tamu yang aku suka, tentu saja dengan imbalan tip yang lumayan gede untuk servis yang satu ini.
 Tamat.
andika
ceritax ckp mnrik.tpi krng hot.tpi ini ckp mmbwt penisq tegang.aq jdi pnsran gmn so2k lili

Tidak ada komentar:

Posting Komentar