Laman

Jumat, 12 Agustus 2011

The Click 5: It's Show Times

14 Maret 2009
Sarah

Joe baru saja selesai mandi, lalu dia segera menuju ke ruang makan untuk sarapan. Sesampainya di sana, hanya tampak Sarah, kakak perempuan Joe, yang sedang asyik membaca majalah sambil menikmati susu coklat panas kesukaannya. Dini, adik perempuan Joe, pasti sudah berangkat ke sekolah, sedangkan mama pasti sudah berangkat kerja.

“Pagi. Gak sarapan kak?”, sapa Joe sambil mengambil makanan yang tersedia di meja makan lalu duduk di kursi yang berseberangan dengan Sarah.
“Udah, barusan.”, jawab Sarah sambil membaca majalahnya. Sarah tampaknya baru saja selesai mandi. Cewek cantik itu cuma memakai jubah mandi putih kesukaannya.

“Mmm…. nih anak memang gak pernah berubah. Selalu make pakaian seenaknya. Tapi …lumayan juga sih. Pemandangan indah di pagi hari.”, pikir Joe dalam hati. Matanya selalu mencuri pandang ke arah Sarah yang tampak sangat sexy dengan jubah mandinya itu. Lelaki normal manapun pasti akan selalu mencuri kesempatan untuk melihat ke arah Sarah. Wajah cantik, tubuh tinggi langsing, payudara yang montok dan pantat bulat menggoda. Bahkan Joe, adik kandungnya sendiri, tak melewatkan kesempatan untuk menikmati kecantikan dan keseksiannya. Pantas saja karir model Sarah jadi makin naik.




Lama-kelamaan Sarah sadar juga kalo Joe sering mencuri pandang ke arahnya. Sarah sangat sadar kalau dirinya cantik dan sexy, dan dia bangga akan hal itu.

“Hi..hi..hi…. godain Joe dulu ah!”, pikir Sarah. Sarah berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan menuju ke lemari es. Langkahnya sengaja dia buat sesensual mungkin. Walaupun tanpa melihat, Sarah tahu kalo pandangan Joe, adik laki-lakinya itu, sekarang pasti tertuju pada bongkahan pantatnya yang sexy dan kakinya yang jenjang. Sarah membuka lemari es, lalu mengambil buah yang ada di bagian bawah. Sarah sengaja agak lama, berpura-pura memilih buah.

“Ugh..uhuk..ugghh….”, Joe tersedak. Bagaimana tidak? Saat Sarah mengambil buah, jubah mandinya yang memang hanya berukuran pendek jadi semakin terangkat. Paha mulus Sarah pun terpampang bebas di pandangan Joe, bahkan Joe bisa melihat sebagian pantat Sarah dan celana dalamnya. Kontan saja Joe pun tersedak makanan yang sedang dilahapnya.

Sarah tertawa dalam hati, mendengar joe tersedak. Dia kembali ke meja makan sambil membawa buah apel dan segelas air. Sarah tak kembali ke tempatnya semula, tapi dia menuju kursi yang ada di sebelah kanan Joe walaupun tidak dalam satu sisi meja yang sama.

“Nih minum Joe. Makanya kalau makan jangan buru-buru.”, kata Sarah seakan tak berdosa. Joe menerima segelas air dari Sarah lalu meminumnya. Sementara itu Sarah sempat melihat ke arah gundukan di celana Joe yang makin membesar. Dalam hati Sarah tertawa puas. Ternyata kecantikan dan keseksiannya sanggup menggoda iman laki-laki manapun, bahkan adik kandungnya sendiri. Dan Sarah pun memutuskan untuk menggoda Joe, adik laki-lakinya itu lagi.

Sarah kembali berpura-pura membaca majalah, tapi kaki kirinya kini dibuka lebar. Otomatis jubah mandi mininya tak mampu lagi enutupi pahanya yang putih mulus dan kakinya yang jenjang. Tak perlu waktu lama, mata Joe pun kontan terpaku ke paha mulus kakaknya itu. Joe juga merasa joe jr. memberontak makin liar di balik celananya. Sarah sedikit melirik ke arah adiknya itu. Dia tampak senang usahanya berhasil.

Sarah kembali berdiri di tempatnya. Kini dia mengulurkan tangannya untuk mengambil pisau yang tempatnya di sebelah kiri tempat duduk Joe. Tentu saja Sarah juga harus menjulurkan tangan dan tubuhnya agar dapat meraih pisau itu. Jubah mandinya yang hanya diikat tali di bagian pinggang, membuat bagian atas jubah mandi itu agak terbuka. Posisi tubuh Sarah membuat dadanya berada persis di hadapan Joe. Sarah sengaja mengambil pisau itu dengan tangan kanan sehingga posisi tubuhnya agak miring menghadap Joe.
“Klontang!!!”, suara dari sendok Joe saat terlepas dari tangannya dan jatuh ke atas piring. Joe begitu terpesona dengan pemandangan indah yang kini terpampang di depan matanya, sampai-sampai sendoknya terjatuh. Posisi Sarah membuat Joe bisa melihat payudara montok kakak perempuannya itu. Apalagi Sarah ternyata tak memakai bra, hingga Joe pun bisa melihat putingnya yang mengacung indah.

“Hei!!! Lihat apaan sih loe??”, hardik Sarah sambil kembali didik dan merapikan pakaiannya. Joe pun gelagapan. Wajahnya memerah karena malu.

“Nggak! Nnngg…….nggak lihat apa-apa.”, sahut Joe gugup sambil kembali meneruskan makannya. Sarah tertawa dalam hati karena bisa membuat Joe malu dan gelagapan.

“Jangan bohong. Loe dari tadi lihatin dada aku. Dasar pervert.”, goda Sarah. Wajah Joe semakin memerah.

“Loe tuh. Kalo pake pakaian yang sopan dong. Jangan sembarangan.”, balas Joe.

“Yee… suka-suka gue dong. Ini kan di rumah. Lagian lo tuh yang adik cabul. Kakak kandung sendiri diintipin. Makanya loe cepetan cari pacar Joe.”

“Siapa bilang gue jomblo? Gue sudah punya pacar kok.”

“Siapa?”

“Nina.”, jawab Joe spontan. Joe sendiri heran kenapa nama Nina sampai keluar dari mulutnya. Apa dia bener-bener jatuh hati sama sahabatnya itu? Apa dia serius mau nge-jalin hubungan dengan Nina? Joe sendiri masih bingung. Tapi yang pasti dia tak bisa melupakan waktu pertama kali ML sama Nina. Dia senang menjadi orang yang pertama kali membuat Nina menjadi wanita dewasa seutuhnya. Pikirannya melayang ke peristiwa waktu itu.

“Mmm…Nina…. Nina temen kuliah loe itu?”, tanya Sarah. “Kalian jadian?”

“Belom sih baru PDKT.”

“Oh, gitu. Wah, si Karina bakal kehilangan penggemar nih.”, kata Sarah. Dia tahu kalo adiknya itu dulu selalu naksir dengan Karina. Joe selalu kelihatan salting kalo ada Karina. Selalu cari perhatian.

“Maksud loe?”, kata Joe salting.

“Sudah jangan pura-pura. Aku tahu kamu dari dulu naksir sama Karina.”

“Mmm… mungkin dulu. Tapi kayaknya aku pikir mendingan kita jadi best friend aja deh.”, kata Joe. “best friend in bed he..he…he…”

Sarah kembali dengan bacaannya, dia sudah kehilangan minat menggoda adiknya. Joe Melanjutkan makannya. Percakapan yang menyinggung nama Karina membuat Joe teringat kalo sekarang adalah hari sabtu saat dia berjanji akan memberikan kejutan buat Karina. Joe sedikit menyesal karena tidak bisa apel ke rumah Nina, tapi rasa itu langsung hilang bila mengingat rencana kejutannya malam ini.

“Oh, ya kak. Nanti malam tolongin aku ya.”, kata Joe pada Sarah.

“Tolongin apaan?”

“Aku nanti malam kan ada acara sama Nina. Kak Sarah tolong jagain rumah Profesor ya?”

“enak aja. Entar gue juga punya acara tahu! Lagian ngapain sih pake dijagain segala?”

“Aduh…please kali ini aja. Profesor udah nitipin rumah ke aku jadi aku mesti nepatin janji. Lagian nanti malam aku kayaknya bakalan nggak pulang. Jadi aku nanti pamit buat nginep di rumah Profesor ke mama. Kalo nanti malem mama tiba-tiba telpon ke rumah profesor gimana? Aku butuh kakak buat jadi alasan aku kalo ada telpon dari mama. Please.”, rayu Joe.

“Wah, adikku yang satu ini mulai badung ya. Mau ngapain loe sampe nggak pulang segala?”, goda Sarah.

“Ngg…itu…itu…. yaa kakak tahulah. Ayo dong kak. Tolongin aku. Lagian dulu aku kan pernah juga dijadiin alasan sama kakak waktu kakak kencan sama siap tuh….ngg….Robby ya.. Robby. Kakak pura-pura keluar sama aku biar mama ngijinin. Padahal aku cuman nganter kakak kerumah Robby, lalu disuruh pergi sendirian, ninggalin kakak sama Robby berdua doang di rumah Robby yang kosong.”

“Iya..iya…gue hutang satu sama kamu. Tapi aku kan takut di sana sendirian.”

“Aku bisa telpon Karina buat nemenin kakak, nginep di rumah profesor Suparman.”, kata Joe. Sarah berpikir sebentar.

“Ya udah. Aku bakalan jadi back up kamu nanti malam.”, kata Sarah. Joe berteriak girang dalam hati.

“Thanks ya kak. Entar biar aku yang telpon Karina.”, kataku sambil membereskan piringku.

“Iya. Eh, ntar bilangin si Karin kalo nanti malem biar aku yang jemput dia di rumahnya.”, kata kak Sarah.

* * * * * * * * * * * * * ** * * * * * * * *

Joe sedang berada dirumah profesor Suparman, saat handphonenya berbunyi. Rupanya Nina yang menelponnya.

“Hi, Nin. Baru aja aku mau telpon kamu.”, kataku di telpon.

“Masa? Ada apa emangnya?”

“Nggak. Cuman kangen aja.”

“Gombal. Mmm…. Joe… soal waktu itu….”

“Aku nggak akan pernah lupa saat itu. Aku nggak akan pernah lupa bagaimana lembutnya bibir kamu. Tubuh kamu yang indah. Vagina ka..”

“Udah…udah… jangan diterusin… dasar nggak punya malu.”, potong Nina. Tapi Joe tak menangkap kemarahan dari suara Nina.

“Beneran Nin. Aku bener-ben…”

“Sudah dong Joe. Jangan godain aku terus.”, potong Nina lagi. Joe tertawa.

“Joe…nngg… apa kamu bener-bener serius sama aku Joe?”, tanya Nina.

“Aku serius Nin. Aku bener-bener sayang sama kamu.”

“Mmm…aku juga sayang sama kamu.”

“Jadi kita udah jadian nih ceritanya?”, godaku.

“Emmhh… kayaknya sih.”

“Yes!! Eh, Nin. Aku nyesel banget nggak bisa ngapelin kamu di malam minggu pertama kita jadian, soalnya malam ini aku harus nganterin kak Sarah.”

“Ya, udah Joe. Lagian aku juga bukan tipe cewek yang minta pacarnya harus selalu ngapelin aku tiap malam minggu. Yang aku pingin pacar aku itu bener-bener cinta sama aku dan setia.”

“Thanks. Aku cinta kamu, sayang. Tapi meskipun kamu nggak keberatan kalo malam ini aku nggak kesana, aku tetep nyesel banget. Soalnya aku jadi kehilangan kesempatan buat cium bibir kamu, meluk tubuh kamu, menikmati cantik dan sexynya pacar aku kayak yang waktu itu.”

“Aduh….. aku sial banget sih. Punya pacar pertama kali, dapetnya yang porno kayak gini.”

“Tapi suka kan…”

“Dasar. Udah dulu ya. Besok kamu kerumah kan?”

“Iya. Sekarang siapa yang kangen?”

“Hi..hi..hi… love you.”

“Love u too.”

Joe menutup telponnya. Dia kembali melakukan persiapan untuk rencana nanti malam. Tadi dia juga telpon ke Karina dan memintanya untuk menemani Sarah malam ini. Joe juga berkata kalo dia sudah menyiapkan kejutan buat Karina. Karina jadi penasaran. Tapi Joe tetap bungkam, dan hanya meminta Karina agar percaya padanya.

Baru setelah matahari hampir tenggelam, Joe akhirnya berhasil mempersiapkan semuanya. Joe tersenyum puas lalu pulang kerumah untuk mandi. Ia tak sabar menantikan malam ini.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Sarah dan Karina memasuki ruang tidur utama rumah profesor Suparman.

“Hhhmmmm…. enak juga si Joe bisa tinggal disini. Kamarnya gede, ada kamar mandi di dalem lagi.”, komentar Sarah. Sarah kemudian menaruh tasnya di atas ranjang lalu membukanya. Karina juga menaruh tasnya diranjang, lalu gadis cantik berwajah oriental itu duduk di ranjang. Dilihatnya Sarah sedang mengambil handuk, sikat gigi, dan pembersih muka.

“Kamu mau mandi, Sar? Malem-malem gini?”, tanya Karina.

Karina

“Nggak. Cuci muka doang sama gosok gigi. Gue duluan ya make kamar mandinya, habis itu baru kamu.”, jawab Sarah sambil melangkah masuk ke kamar mandi. Karina menunggu Sarah sambil duduk melamun di ranjang.

“Joe mau ngasih surprise apaan sih? Bikin orang penasaran aja. Apalgi pake ngelibatin Sarah segala. Hmmm…. apapun itu, aku harap nggak akan membuat persahabatan aku dan Sarah jadi renggang. Aku sayang sama Sarah. Walaupun mungkin kita nggak akan pernah bisa bersama, aku puas bisa selalu dekat dengan dia. Melihat wajahnya yang cantik, tubuhnya yang sempurna hhmmm….”, lamun Karina dalam pikirannya.

Beberapa saat kemudian Sarah keluar dari kamar mandi. Karina memandang sahabatnya itu dengan terpesona. Sarah keluar dengan hanya mengenakan bra hitam dan celana dalam hitam yang sexy. Wajahnya yang cantik semakin kelihatan segar setelah Sarah mencuci muka. Tubuhnya yang tinggi ramping penuh dengan lekuk yang indah. Bra hitam yang dikenakannya makin menonjolkan keindahan dan kemontokan payudara Sarah. Karina menelusuri tubuh indah Sarah dengan matanya. Perut Sarah rata dan ramping, sangat indah berpadu dengan pinggang dan pantatnya yang membulat penuh. Paha sekal mulus dan kaki jenjang semakin menyempurnakan keindahan tubuhnya.

“Karin. Sekarang giliran kamu tuh make kamar mandinya.”, kata Sarah yang segera membuyarkan lamunan Karina. Karina tersipu malu, berharap Sarah, sahabatnya tak menyadari kalo dia baru saja terpesona dengan keindahan tubuh sahabatnya sendiri. Karina pun segera mengambil handuk dan perlengkapan lainnya. Setelah itu dia menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

* * * * * * * * * * * * * * ** * * * * * * * * * * * * * *

Pandangan Joe terfokus ke arah layar laptopnya. Di layar laptop itu tampak pemandangan indah tubuh kakak kandungnya sendiri, Sarah, yang nyaris telanjang. Sarah kini rebahan diatas ranjang, sedangkan Karina tadi ia lihat masuk kamar mandi. Joe sekarang berada di sebuah kamar yang berada di lantai dua rumah profesor Suparman. Headphone di telinganya membuat ia dapat mendengarkan percakapan Karina dan Sarah yang ada di kamar utama. Empat kamera mini milik profesor yang dipasangnya ditempat-tempat strategis di kamar utama membuat Joe bisa menikmati pemandangan di kamar utama dengan bebas. Kamera mini ciptaan profesor memiliki resolusi visual cukup tinggi hingga ia bisa dengan nyaman menikmati pemandangan di kamar utama itu.

“Hhmmm…. tubuh kak Sarah oke banget. Pantas aja karir modelingnya kian meroket.”, kata Joe. Joe memandangi layar monitor itu lekat-lekat. Dia tak membuang-buang kesempatan untuk dapat melihat keindahan tubuh kakaknya dengan bebas, tanpa harus melirik dan mencuri-curi seperti biasanya. Beberapa saat kemudian Karina keluar dari kamar mandi. Wajah cantiknya tampak makin segar setelah dia mencuci muka. Karina keluar dengan memakai kaos oblong yang agak kebesaran dan tampaknya dia hanya memakai celana dalam saja dibalik kaus itu. Memang payudara dan pantat Karina tak sebesar dan sesexy Sarah, tapi lekuk tubuhnya juga masih sanggup membuat lelaki manapun akan menelan ludah jika melihatnya. Apalagi ditambah dengan kecantikan wajahnya yang ayu. Kecantikan alamiah gadis oriental. Wajah Karina sedikit mengingatkan aku akan bintang film Hongkong Cecilia Cheung, kalo nggak salah.

Joe bisa melihat kalo Karina kelihatan agak gugup dan selalu mencuri pandang ke arah tubuh Sarah yang nyaris telanjang. Joe tertawa dalam hati karena dia tahu pasti apa yang dirasakan Karina saat ini. Karina memandang ke arah Sarah seperti Joe saat memandang keindahan tubuh Sarah, Nina, maupun mbak Rita. Karina memang sedikit berbeda orientasi seksnya dengan kebanyakan wanita lain. Dia lebih suka pada wanita daripada pria alias lesbi. Fakta ini hanya pernah dia ceritakan pada Joe, setelah Joe menggunakan The Click untuk menikmati tubuh indah Karina.

“Kayaknya sekarang waktunya The Click untuk beraksi.”, kata Joe sambil mengambil sebuah remote control. Remote itu berfungsi untuk menggunakan tangan mekanik yang sudah Joe letakkan di dalam lemari di Kamar Utama. Tangan mekanik itu salah satu ciptaan Profesor. Mungkin lebih tepat disebut capit karena tangan mekanik itu hanya mempunyai jari seperti capit yang bisa membuka dan menutup. Profesor dulu menciptakannya untuk keperluan industri. Kini Joe sudah meletakkan The Click diantara capit tangan mekanik itu. Jadi bila dia menggerakkan tangan mekanik itu untuk mencapit maka tombol The Click akan otomatis tertekan. Joe memang sengaja menyiapkan ini semua, karena dia ingin memberikan kejutan kepada Karina. Joe juga tak ingin dia berada dalam pengaruh The Click, hingga ia repot-repot menyiapkan semua ini. Lalu Joe pun mengaktifkan tangan mekanik itu hingga The Click pun ikut aktif.

“Its show times”, kata Joe tak sabar menantikan apa yang akan terjadi.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Karina merasa sangat gelisah. Dia sama sekali tak bisa melepaskan pandangannya dari Sarah. Entah kenapa, tiba-tiba dia merasa sangat bergairah. Ingin rasanya dia memeluk tubuh indah Sarah dan mencium bibirnya tapi dia masih ragu dan takut. Karina merasakan selangkangannya mulai lembab, putingnya mengeras, nafasnya sedikit tak beraturan.

Sarah yang membaca majalah juga sedang gelisah. Tiba-tiba dia merasa horny banget. Kalau saja yang tidur disebelahnya adalah salah satu pacarnya, mungkin dia sudah menerkamnya. Tapi sekarang Sarah hanya bisa merapatkan kakinya agar bibir vaginanya bisa saling gesek. Tapi itu sama sekali tak membantunya. Kalo saja tak ada Karina disampingnya, mungkin dia sudah menggosok memeknya sendiri dan masturbasi disini, saat ini juga.

Tiba-tiba Sarah merasa jemari lembut mengusap lengannya. Sarah menoleh dan melihat Karina yang sekarang miring menghadap kearahnya. Sarah menatap wajah Karina yang merona merah. Dia melihata Karina menatapnya dengan pandangan yang membuat dadanya berdesir. Sarah tahu tatapan itu. Pandangan mata Karina terlihat sendu dan ada gairah yang terpancar darinya. Sarah sadar kalo sahabatnya itu ternyata juga horny seperti dirinya saat ini.

“Kamu cantik, Sar.”, kata Karina dengan suara bergetar. Karina tak sanggup lagi menahan gairah yang terasa menjalar di sekujur tubuhnya. Perlahan dia menggerakkan jemarinya mengusap pipi Sarah, menyusuri hidungnya yang mancung serta bibirnya yang penuh dan sexy. Karina semakin mendekatkan wajahnya ke arah Sarah.

“Karin. Apa yang kam…mmpphh….”, kata-kata Sarah terpotong saat tiba-tiba Karina menciumnya dengan mesra. Sarah agak kaget pada awalnya. Tapi tak lama kemudian dia membalas ciuman Karina dengan tak kalah mesranya. Dua gadis cantik yang dilanda nafsu birahi itu kini berciuman dengan penuh gairah. Sarah belum pernah berciuman dengan seorang gadis. Awal nya dia kaget atas perbuatan Karina tapi lambat laun dia pun larut dalam ciuman sahabat dekatnya itu. Ciuman Karina berbeda dengan ciuman yang dilakukan cowok-cowoknya. Ciuman itu terasa begitu lembut tapi tak kalah panasnya. Mereka saling memainkan lidah mereka. Entah kenapa, Sarah merasa kalau Karina seakan tahu apa yang diinginkannya. Bibir dan lidah Karina menciumnya persis seperti apa yang dia inginkan. Mungkin karena Karina juga seorang cewek hingga ia tahu pasti apa yang diinginkan oleh cewek.

“Hhhmmpp… Karin…sstt…hhmmpp…”, desis Sarah. Karina terus mencium bibirnya dengan hangat. Jari-jari Karina yang lentik bermain menyusuri kulit Sarah. Sentuhan Karina terasa lembut, menyusuri tubuhnya dengan rabaan yang agak mengambang. Tapi hal itu malah membuat Sarah merasa bulu tengkuknya berdiri dan gairahnya naik dengan cepat.

Karina larut dalam gairahnya. Sarah adalah orang yang palaing dicintainya. Sudah terlalu lama Karina selalu memimpikan saat seperti ini. Saat dia bisa merasakan lembutnya kulit Sarah, menyentuh seluruh lekuk tubuhnya yang sexy. Saat dimana ia bisa mencium bibir Sarah yang sensual, begitu penuh, begitu menggairahkan. Dan Sarah ternyata tak menolak apa yang ia lakukan terhadap dirinya. Desahannya terdengar begitu merdu di telinga Karina.

“Sarah mmmhhh…..”, desis Karina. Karina menciumi setiap bagian wajah Sarah, bergerak ke belakang telinganya, membuat Sarah, sahabatnya, mendesis makin keras. Leher jenjang Sarah menjadi sasaran Karina berikutnya.

“Aaahh….Karin……”, desis Sarah. Gadis itu kini terlarut dalam gairah yang membara dari dalam dirinya. Awalnya dia merasa sedikit aneh dengan perbuatan Karina. Sarah tak pernah bercumbu dengan wanita, membayangkannya pun belum pernah. Tapi kenikmatan yang dirasakannya sekarang, membuat Sarah tak bisa menolak cumbuan Karina.

Karina terus menyusur ke bawah. Kini dihadapannya sudah terpampang payudara Sarah yang terbungkus bra. Montoknya payudara Sarah membuat branya tampak seperti kekecilan. Tapi semua itu malah membuat payudara Sarah membentuk belahan payudara yang indah dan membuat gairah Karina semakin terbakar. Karina menciumi pundak Sarah. Saat bibirnya bertemu dengan tali bra yang dikenakan Sarah, Karina menggunakan giginya untuk menarik dan menggeser tali bra itu ke samping lengan Sarah. Karina bergerak ke sisi lain pundak Sarah dan melakukan hal yang sama. Dengan lidah dan bibirnya Karina bergerak menyusuri belahan dada Sarah. Dia menggigit cup bra Sarah lalu menariknya turun. Karina juga melakukan hal yang sama dengan cup bra Sarah yang satunya. Dan usahanya itu berhasil. Kini Karina dapat dengan bebas melihat payudara Sarah yang selalu diimpikannya. Payudara itu begitu montok dan besar. Bergerak naik turun karena nafas Sarah yang makin tak beraturan. Putting Sarah terlihat mengeras dan berdiri menantang.

Sarah sendiri begitu terbuai dengan permainan sahabatnya. Basahnya lidah Karina dan lembut bibir Karina yang menyusuri tubuhnya menimbulkan kenikmatan. Sentuhan Karina begitu lembut, begitu halus namun terasa hangat dan membangkitkan gairahnya. Bahkan hembusan nafas Karina yang menerpa kulitnya juga membuat tubuh Sarah merinding.

“Ssttt…Karin. Kita nggak bol aaaahh……”, kata-kata Sarah terhenti saat dia merasakan lidah Karina menjilat putingnya. Sarah yang awalnya berusaha menghentikan tindakan Karina, akhirnya hanya bisa mendesah keenakan. Apalagi saat bibir Karina mulai menghisap putting payudaranya dan membuat putingnya mengeras karena gairah. Sarah juga bisa merasakan remasan jemari Karina yang bagaikan memijat payudaranya yang montok dan membuat ia melupakan rasa canggungnya dan larut dalam birahi.

“Mmmpphh…sluurpp…tetek kamu montok banget Sar. Aku pengen bisa punya tetek kayak kamu hhmmmppp…..”, kata Karina di sela-sela keasyikannya mengerjai payudara Sarah.

“Uughh… hisap terus Karin ssttt……remas yang kuat aaghhh……”, desis Sarah. Tangannya mengelus rambut Karina dan menariknya agar Karina makin tenggelam dalam montoknya bukit payudara Sarah.

Karina mungkin tak akan pernah bosan mencumbu payudara montok Sarah. Tapi sekarang dia ingin menikmati seluruh tubuh Sarah. Perlahan ciuman Karina makin turun, menyusuri perut Sarah yang rata. Dia menjilati pusar Sara yang membuat gadis sexy mendesah makin keras. Karina mengerakkan tubuhnya ke bawah agar dia bisa lebih leluasa meneruskan eksplorasinya. Ciumannya terus menyusur ke bawah. Karina sengaja melewatkan bagian selangkangan Sarah. Dia berencana menikmati bagian yang terbaik untuk saat terakhir. Ciumannya menyusuri paha Sarah dan kaki jenjangnya. Karina mengambil posisi duduk di bagian bawah Sarah yang masih terlentang menikmati kenikmatan yang diberikan sahabatnya itu. Karina memegang telapak kaki Sarah, lalu didekatkan kemulutnya. Karina mencium, menjilat bahkan menghisap jari-jari kaki Sarah.

“Ssstt….Karin aahh….”, desis Sarah. Sarah belum pernah merasakan yang seperti ini. Karina bahkan tak merasa jijik menjilati jari-jari kakinya. Bahkan pacar-pacarnya belum pernah melakukan hal ini padanya. Dan ternyata dia sangat menikmatinya.

Karina meneruskan eksplorasinya kembali naik keatas. Bibir dan lidahnya bergerak menyapu kaki Sarah dengan hangat dari telapak kaki, betis, sampai ke paha gempal Sarah. Perlahan tangan Karina bergerak menuju celana dalam yang dikenakan Sarah. Jemarinya mengait di tepian celana dalam itu, lalu menariknya perlahan, sampai akhirnya celana dalam Sarah terlepas dari sepasang kaki jenjangnya. Kini posisi Karina tengkurap di ranjang bagian bawah. Kepalanya berada di antara kaki Sarah yang mengangkang lebar. Dia begitu terpesona melihat vagina Sarah. Sarah ternyata mencukur bulu yang ada dikemaluannya kecuali sedikit di bagian atasnya yang dipotong rapi berbentuk segitiga kecil. Terlihat begitu sexy dan erotis. Karina mengangkangkan kaki Sarah lebih lebar hingga kini vagina Sarah mulai membuka dan Karina bisa melihatnya dengan lebih leluasa. Memek Sarah begitu indah di mata Karina. Belahan vaginanya masih tampak rapat dan bibir vaginanya masih tampak rapi dan tak menggelambir. Padahal Karina tahu persis kalo Sarah sudah tak perawan lagi. Bahkan dia sering ML dengan pacar-pacarnya. Tapi memek Sarah masih berbentuk begitu indah. Karina kagum karena Sarah ternyata wanita yang bisa merawat bagian dari dirinya yang paling berharga dengan baik.

“Vagina kamu bagus banget Sar. Kamu bener-bener pinter ngerawatnya.” puji Karina pada Sarah, sahabatnya dan juga wanita yang paling dicintainya. Wajah Sarah agak bersemu merah. Pujian Karina membuatnya begitu bangga. Pujian itu lebih berarti karena keluar dari seorang wanita seperti Karina. Pujian dari laki-laki dianggapnya biasa karena laki-laki sudah ditakdirkan untuk mengagumi kecantikan seorang wanita. Tapi wanita jarang mengakui kecantikan wanita lain. Hal ini membuat pujian Karina membuat perasaan Sarah melambung.

“Karin… mmmm….aahhhh……”, desis Sarah saat Karina mulai memainkan lidah dan bibirnya lagi. Permainan Karina benar-benar memberikan kenikmatan yang lain buat Sarah. Karina begitu sabar membangkitkan gairahnya. Dia tak terburu-buru menikmati memek Sarah yang sudah basah oleh cairan kenikmatannya. Awalnya Karina hanya menciumi bagian dalam pahanya dan daerah sekitar memk Sarah yang membuat Sarah makin belingsatan. Kemudian perlahan mulai bergerak menyusuri belahan vaginanya. Sarah dapat merasakan hangatnya lidah karina yang menyapu belahan vaginanya secara penuh dari atas ke bawah, bahkan sampai ke lubang pantatnya. Tangan Karina juga meremas pantat Sarah yang membulat penuh dengan hangat dan mesra.

Sarah sudah benar-benar larut dalam gairah birahinya. Memang pacar-pacarnya juga sering mengoral Sarah dengan menjilati memeknya. Tapi permainan Karina kali ini benar-benar memberinya kenikmatan yang lain. Karina seakan-akan tahu bagian memek Sarah yang perlu dimainkan dan kapan memainkannya. Mungkin karena Karina juga seorang cewek hingga ia tahu persis apa yang diinginkan cewek sexy yang sedang dilanda birahi seperti Sarah sekarang ini.

Karina sendiri juga begitu menikmati keadaan ini. Gadis berwajah cantik khas oriental itu seakan tak akan pernah bosan mempermainkan memek Sarah. Setiap desahan kenikmatan yang keluar dari mulut Sarah bagaikan stimulan yang makin membangkitkan gairah birahinya sendiri. Memek Karina pun mulai basah hanya dengan mencumbu memek sahabatnya, Sarah.

“Sllurrpp…..mmm…..”, Karina masih terus asyik bermain di memek Sarah.

“Uugghhh….Karin aahh…..”, desah Sarah makin keras. Apalagi saat Karina mulai memainkan klitorisnya, menjilat bahkan menghisapnya kuat-kuat. Bahkan Karina juga mulai memasukkan jari-jarinya ke memek Sarah dan mengocoknya.

Sekitar sepuluh menit-an Karina terus mempermainkan memek Sarah, sampai akhirnya tubuh Sarah mulai menggeliat tak beraturan. Sarah merasakan gelombang kenikmatan itu menyapunya. Rasa nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Aaaagghh…. Karin… aku uggh…dapet…..aahhhhh……”, jerit Sarah saat orgasme itu datang. Tangannya menekan kepala Karina agar tak lepas dari memeknya. Pahanya menjepit Karina.

“Hhmmpp…hhmmmppp…..”, gumam Karina. Karina dapat merasakan kalau Sarah mulai merasakan puncak kenikmatannya. Entah bagaimana, hal itu bahkan memicu gelombang kenikmatan Karina sendiri. Fakta bahwa Sarah, wanita yang dicintainya itu mendapat orgasme karena cumbuannya bisa membawa Karina mendapatkan kepuasannya birahi. Memek Karina juga ikut berdenyut keras seperti memek Sarah yang dicumbunya. Karina terus menghisap klitoris Sarah selama dia orgasme. Dia juga tak mau melepaskan setetes pun cairan kenikmatan yang dikeluarkan Sarah. Cairan itu dihisap dan dijilatnya sampai habis.

Setelah orgasme itu reda, Sarah pun memejamkan matanya dan mengatur nafasnya yang tak beraturan. Sarah baru membuka matanya saat dirasakannya bibirnya mendapatkan ciuman yang hangat dan penuh gairah. Saat Sarah membuka matanya, dia dapat melihat wajah Karina yang cantik sedang tersenyum padanya. Sarah dapat merasakan tatapan mesra dan penuh kasih sayang dari mata Karina. Memori dan ingatan samar-samar mulai berkelebatan di pikiran Sarah. Dia teringat kalo seringkali dia mendapati sahabatnya itu mencuri pandang kepadanya dan menatapnya dengan pandangan mesra seperti sekarang. Tapi setiap kali dia memergokinya, Karina selalu segera mengalihkan pandangannya dan agak salah tingkah. Dia ingat tiap kali dia berganti baju dihadapan sahabatnya itu, Karina selalu menatapnya dengan pandangan aneh. Dulu Sarah hanya mengira Karina kagum dengan kecantikannya, tapi sekarang setelah dia ingat ingat lagi pandangan Karina tidak hanya memancarkan rasa kagum tapi juga penuh gairah seperti tatapan pacar-pacar Sarah. Kelebatan memori itu segera memicu suatu kesimpulan di pikiran Sarah.

“Nnngg…Karin, kamu mm…. kamu…”. Kata Sarah yang masih ragu untuk mengeluarkan opini yang baru saja terangkum di kepalanya.

“Iya, Sar. Aku cinta sama kamu. Aku sayang banget sama kamu.”, kata Karina sambil tersenyum mesra.

“Tapi kita kan….”

“Iya, Sar. Aku sendiri nggak tahu kenapa aku bisa seperti ini. Aku memang lebih suka pada cewek daripada cowok. Dan sudah dari dulu aku sayang sama kamu. Aku tahu kalau aku nggak mungkin mengharapkan cinta dari kamu. Yang aku minta cuma satu Sar. Kamu jangan memutuskan persahabatan kita. Aku sudah cukup senang bisa berteman dengan kamu, bisa terus bersama kamu.”, kata Karina mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia pendam. Sarah dapat melihat kasih sayang yang tulus dari mata Karina yang mulai berkaca-kaca. Hati Sarah terharu. Bukan salah Karina kalau dia menjadi seperti ini. Sarah bahkan merasa simpati pada Karina.

“Tentu saja aku akan selalu jadi sahabat kamu Karin. Dan maafin aku yang nggak akan bisa membalas cinta kamu yang tulus.”, kata Sarah sambil menjulurkan tangannya mengelus pipi Karina yang halus dan mengusap airmata yang mulai mengalir di sana. Karina tersenyum. Dia tahu dia tak mungkin mengharapkan Sarah membalas cintanya. Hatinya sudah merasa lega karena Sarah bahkan tidak marah dan tetap mau menjadi sahabatnya, bahkan setelah kejadian barusan. Karina pun memeluk tubuh Sarah erat sebagai rasa terima kasihnya. Sarah pun membalasnya.

Saat mereka berpelukan, Sarah dapat merasakan payudara mungil Karina menempel di payudaranya yang montok. Walaupun dia baru saja orgasme, entah kenapa Sarah merasa gairahnya masih terus menyala. Gesekan payudara mereka memberikan sensasi tersendiri buat Sarah. Dan dia tahu kalau Karina juga merasakan hal yang sama karena Sarah dapat merasakan memek Karina yang basah menempel di pahanya. Sarah juga bisa merasakan kalo Karina mulai mengesek-gesekkan memeknya di paha Sarah.

“Hmmm….kayaknya aku harus membalas perbuatan Karina kepadaku. Masak cuma aku doang yang enak? Gak adil buat Karin.”, pikir Sarah. Sarah lalu membalikkan badan Karina yang ada diatasnya hingga Karina sekarang berbaring terlentang di sebelahnya.

“Tahu nggak. Aku tadi puas banget karena permainan kamu. Bahkan nggak ada seorang pun dari pacar-pacarku yang bisa menjilati memek aku sehebat kamu.”, puji Sarah. Karina tersenyum bangga dengan pujian Karina.

” Terima kasih, Karin.”, kata Sarah lalu dia pun mencium bibir Karina dengan penuh gairah. Karina pun membalas ciuman Sarah dengan penuh gairah.

Saat Sarah melepaskan ciumannya, dia mengamati wajah sahabatnya itu dengan seksama. Sarah kagum dengan kecantikan wajah Karina. Darah oriental yang mengalir dalam diri Karina membuat gadis itu memilik kecantikan yang khas. Sarah juga sadar kalau banyak orang yang menganggap wajahnya cantik. Tapi Sarah merasa Karina memiliki kecantikan yang lain yang tak kalah dari dirinya, bahkan mungkin lebih. Wajah Karina yang berdarah campuran itu selain eksotis juga ayu.

“Kamu cantik Karin.”, puji Sarah. Pujian Sarah membuat hati Karina melambung.

Sarah meneruskan pengamatannya turun ke bawah. Kulit Karina begitu putih, halus, dan lembut. Payudara Karina tampak mungil tapi berbentuk indah. Putingnya mencuat, membuat Sarah gemas.

“Tetek kamu juga bagus.”, puji Sarah sambil meremas payudara Karina dengan tangannya.

Karina sangat menikmati perbuatan Sarah. Tangan Sarah terasa hangat di dadanya, membuat putingnya makin mengeras dan gairahnya makin naik.

“Tapi punya aku kecil, nggak montok seperti kamu.”, kata Karina.

“Ssshhh…. kamu jangan pernah minder karena hal itu. Kamu tahu nggak, banyak cowok yang pasti pengen banget bisa melihat dan menikmati tetek kamu ini. Bahkan aku pun pengen.”, kata Sarah yang langsung mendekatkan mulutnya dan menjilati putting Karina.

“Ssttt….Sar…..aahhhh…..”, desis Karina menikmati cumbuan Sarah di dadanya. Lidah Sarah terasa hangat di putingnya dan membuatnya makin mengeras dan mencuat. Apalagi saat Sarah menghisap putingnya itu dan kadang menggigitnya lembut dengan giginya sambil menariknya sedikit.Tangan Sarah juga tak berhenti meremas dan memijat payudara mungilnya. Karina bagaikan terbang dibuai berjuta kenikmatan. Tak pernah disangkanya kalo Sarah mau melakukan hal seperti ini terhadapnya.

Disisi lain, Sarah tak pernah mengira kalau dia ternyata menikmati mencumbu sesama wanita seperti ini. Desah kenikmatan Karina bagaikan melodi merdu di telinganya dan membangkitkan gairahnya sendiri. Perlahan tangannya menyusuri tubuh indah Karina, merasakan kelembutan kulit putih itu.

“Sarah…nngggkkk……aahh…..”, desah Karina makin keras. Karina merasakan bibir Sarah perlahan turun dari dadanya, terus menyusuri perut rampingnya dan makin ke bawah. Karina melihat Sarah kini sedang mengamati bagian tubuhnya yang paling rahasia.

“Jangan dilihatin gitu, Sar. Aku kan jadi malu.”, kata Karina.

“Buat apa malu Karin. Memek kamu bagus sekali. Bahkan lebih bagus dari punyaku. Memek kamu kelihatan masih sempit banget. Beruntung banget cowok yang bisa merasakan jepitan memek kamu ini.”, puji Sarah.

“Uugghhh….Saraaaahhh…..aahhh……”, Karina bahkan menjerit saat pertama kali dia merasakan jilatan lidah Sarah melibas belahan vaginanya. Lidah dan bibir Sarah bergerak lincah di selangkangan Karina. Karina merasakan sensasi yang lebih dashyat daripada saat Joe melakukannya. Mungkin karena Sarah adalah orang yang dicintainya.

“Sllluurppp….mmmmm…….”, gumam Sarah sambil terus mencumbu memek Karina dengan lidah dan mulutnya. Sarah tak menyangka kalau dia akan suka melakukan hal ini. Awalnya, Sarah hanya melakukannya karena merasa berhutang pada Karina yang melakukan hal yang sama terhadapnya duluan. Tapi lambat laun Sarah mulai menyukainya. Bahkan dia juga menyukai rasa cairan kenikmatan yang mulai merembes keluar dari memek Karina.

Sarah benar-benar kagum dengan memek Karina. Saat dia mencoba membuka memek itu lebih lebar, dia menyadari kalau memek Sarah masih sangat sempit. Dan saat Sarah mencoba memasukkan satu jarinya disana, dia dapat merasakan jepitan memek karina di jari-jarinya

“Aagggghh…Sar…auughhh…..”, jerit Karina dengan ekspresi khasnya saat Sarah menambah satu jari lagi di memek Karina.

“Kamu nggak apa-apa Karin?”, tanya Sarah kuatir.

“Ssssttt….nggak. Aku nggak apa-apa. Please terusin Sar aahh…….”, kata Karina. Sarah pun mengocok memek Karina dengan jarinya lagi. Sarah pun mulai mempermainkan klitoris Karina dengan lidahnya, sambil terus menggerakkan jarinya.

“Aaaghhh….Sar……uuufff….ssttt…..”, jerit Karina makin keras. Ekspresi khasnya yang seperti agak kesakitan tapi juga menikmati nampak menghiasi wajah orientalnya itu. Sarah yang melihatnya pun menjadi agak tak tega maka diapun memperlambat temponya dan mengocok memek Karina dengan pelan.

“Uuughhh….lebih kenceng Sar aaahhhh……aahhh…..”, pinta Karina.

Sarah akhirnya mengerti type cewek seperti apa sahabatnya itu. Sarah teringat film-film porno Jepang yang pernah dilihatnya. Cewek-cewek Jepang seringkali berlagak seperti kesakitan saat mereka bercinta. Dan rupanya Karina juga sama dengan mereka. Sarah berpikir apa mungkin itu ciri khas ras kulit kuning.

Akhirnya Sarah pun tanpa ragu lagi mulai meningkatkan tempo permainannya. Bahkan kini dia menaikkan posisi tubuhnya hingga ia berhadapan dengan Karina. Dengan begini Sarah bisa melihat wajah cantik Karina yang seperti agak kesakitan tapi juga kelihatan begitu menikmatinya. Jari-jari Sarah masih terus beroperasi di memek Karina, bahkan ia menambah satu jari lagi, hingga kini tiga jarinya mengocok memek Karina dengan liar.

“Mmmm….kamu suka diginiiin ya?”, kata Sarah.

“Aahhh…ahhh…sstt…aahhh……”, Karina tak bisa menjawab, hanya sedikit mengangguk sambil terus mendesah nikmat. Sarah pun melumat bibir Karina dengan bibirnya. Dua cewek cantik itu kembali berciuman dengan panas dan penuh gairah.

Akhirnya Karina pun tak tahan lagi setelah dicumbui Sarah, wanita yang dicintainya itu, selama hampir 15 menit. Tubuhnya menggeliat kuat sampai pantatnya agak terangkat sedikit. Memeknya berkontraksi dan menjepit kuat jari-jari Sarah yang bersarang disana. Cairan kenikmatannya menyemprot deras membasahi jari-jari Sarah dan merembes keluar.

“AAAGGHHH………SARRAAAHHHH………”, jerit Karina saat orgasme itu menerpanya.

Sarah sangat senang bisa membawa Karina ke puncak kenikmatan. Dia pun lalu mencium Karina dengan mesra. Sarah mengeluarkan jarinya dari memek Karina lalu memasukkannya ke mulutnya sendiri.

“Hhhhhmmmmmm…. punya kamu enak Karin.”, puji Sarah Karina tersenyum bahagia melihat tingkah Sarah, dia makin mencintai Sarah.

“Terima kasih, Sar. Terima kasih atas semuanya.”, bisik Karina lirih. Matanya menatap mesra pada Sarah.

Sarah mencium dahi Karina dengan lembut.

“Hhhmmmm….. kayaknya sekarang aku nggak bakalan keberatan ML dengan cewek. Apalagi yang cantik seperti kamu.”, kata Sarah. Karina tersenyum bahagia.

“Nnnggg…. tapi aku juga butuh kontol cowok buat mengaduk memek ini. Dan maafin aku kalo aku nggak bisa membalas cinta kamu dengan cinta yang sama, Karin. Tapi aku nggak keberatan kalo kamu butuh orang untuk bikin kamu jerit-jerit nggak karuan kayak tadi he…he…he…”, goda Sarah.

“Iya, Sar. Aku ngerti kok. Lagian aku juga bukannya nggak pernah ML sama cowok. Walaupun aku akan lebih memilih ML sama kamu daripada cowok manapun.”, kata Karina.

“Eeehhh…jadi kamu diem-diem sudah punya gebetan baru nih. Siapa?”

“Mmmm….rahasia.”, kata Karina sambil tersenyum.

“Kok pake rahasia-rahasiaan sih? Siapa pacar kamu itu?”, kata Sarah penasaran.

“Dia bukan pacar aku kok. Tapi dia satu-satunya cowok yang bisa buat aku menikmati seks walaupun nggak dengan cewek.”, kata Karina.

“Jadi siapa cowok misterius itu?”. Sarah makin penasaran.

“Hhhmmm… dia…. rahasia dong he…he…he…..”, kata Karina sambil tertawa.

“Awas kamu ya.”, kata Sarah sambil menggelitiki perut Karina.

“Aaahhh…ha..ha…ha….aagghh…stop Sar ha..ha..”, jerit Karina yang geli karena gelitikan Sarah.

Kedua gadis itu bercanda di tempat tidur sampai hampir kehabisan nafas.

Sesaat keduanya terdiam dan mencoba mengatur nafas mereka kembali. Tapi kemudian Karina mencium bibir Sarah lagi.

“Hhmmm…. pengen lagi ya?”, goda Sarah. Karina mengangguk malu. Sarah pun melumat bibir Karina, dan mereka kembali bercumbu dengan penuh gairah.

* * * * * * * * * ** * * * * * * * * ** * * * * * * * *

Joe melihat monitornya dengan penuh nafsu. Tangannya mengocok kontolnya yang sudah tegang walaupun tadi baru saja keluar saat melihat Karina dibikin orgasme oleh Sarah, kakak kandungnya.

“Gila. Ini bakal jadi malam yang sangat panjang.”, kata Joe. Dia tak habis pikir kalo Karina dan Sarah bisa bercinta dengan panas. Bahkan tampaknya mereka kembali akan bercinta lagi, padahal Joe sudah mematikan The Click saat dia selesai ejakulasi tadi. Tampaknya usahanya berhasil. Joe puas dapat membantu Karina agar lebih dekat dengan Sarah. Walaupun hubungan mereka bukanlah hubungan romantis seperti yang Karina inginkan, tapi tampaknya Karina tak keberatan hanya mendapatkan hubungan fisik dan nafsu semata dengan Sarah.

“Brengsek. Kalo aku terus onani kayak gini, kencanku dengan Nina besok bisa berantakan. Lebih baik aku tidur saja. Simpan tenaga buat Nina.”, kata Joe. Dia pun mematikan layar monitornya, lalu pergi berbaring di ranjang dan berusaha untuk tidur.

Good night Joe. The Show is over. Atleast, for now.

To be Continued Part 6

Copyright (c) Joe_Anchoexs, May 2008
(Thank you for all your support & permission)

----------------------------

3 Tanggapan

  1. aku suka part yang sarah menggoda si joe, viva eksibisionis! :D
    om, tambahin lagi dung yang part itu, yaa.. yaa..
  2. Om Joe,bner tuhh…
    Tmbahin part yg Joe main sma kak Sarah ya…
    Psti Lebih seru bnet tuhhh…
    Re: jangan sampe deh ada incest2an gitu
  3. Bos sesi menggodanya lebih hot lagi donk klo bisa smpe si JOE berani menyentuh si sarah jd ga kentang kaya nih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar