Laman

Jumat, 12 Agustus 2011

The Click 7: The Secret Revealed

14 Maret 2009

“Hhhmm… ngapain lagi nih?”, keluhku sambil menghempaskan tubuhku ke atas sofa ruang tamu di rumahku. Aku merasa bosan sekali karena gak ada yang bisa kulakukan hari ini, padahal kuliah sedang libur. Mama masih di kantor dan baru pulang nanti malam. Kak Sarah lagi ada pemotretan di luar kota. Sedangkan Dini tentu saja masih di sekolah karena sekarang baru jam 12 siang. Lagipula adikku itu barusan sms hp-ku, ngabarin kalo dia ada latihan modern dance di rumah temennya, jadi baru pulang nanti sore. Pengen ngapel, tapi Nina, pacarku, lagi home study ke negaranya paman Sam selama liburan semester kali ini. Aku sebenernya juga sudah punya rencana buat liburan. Besok lusa, aku rencananya akan pergi ke puncak sama Miko, temen kuliahku. Tapi sekarang……bete.
Ting Tong…….Ting Tong…….

Tiba-tiba terdengar bunyi bel pintu rumahku. Aku bangkit perlahan dengan malas-malasan dan melangkahkan kakiku menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang. Aku pun tersenyum lebar saat melihat sosok yang berdiri di depan pintu rumahku. Sosok itu milik seorang gadis cantik dengan tubuh tinggi langsing. Wajahnya cantik dengan raut wajah khas wanita oriental, walaupun sepasang matanya tidak sipit. Hidung mungil yang mancung itu tampak serasi dengan bibir tipis manis. Rambut hitam sehat dengan panjang sebahu tampak serasi makin menambah kecantikannya. Leher jenjang yang putih mulus tampak menggoda. Gadis itu mengenakan kaos ketat berwarna putih dan rok mini yang berukuran pendek sekali hingga aku hanya bisa menelan ludah menikmati paha putih mulus dan sepasang kaki jenjangnya.


”Hei Joe. Bengong aja.”, sapa gadis cantik itu.

“Karin. Masuk…masuk…”, kataku sambil menawarkan Karina untuk masuk ke dalam rumah. Memang gadis itu adalah Karina. Gadis cantik sahabat Sarah, kakak perempuanku. Gadis yang pernah menjadi cinta pertamaku walaupun aku harus bertepuk sebelah tangan karena gadis itu tak bisa membalas cintaku ataupun cinta dari laki-laki manapun karena Karina lebih suka pada wanita daripada seorang pria. Ya, Karina memang seorang lesbian, dan yang mengetahui rahasianya mungkin cuma aku dan kak Sarah. Aku pun mempersilahkan Karina untuk duduk di sofa.



“Aduh…kak Sarahnya lagi pergi ke luar kota tuh. Ada pemotretan katanya. Kamu gak di kasih tahu ya?”, kataku yang mengira kalo Karina pasti mencari kak Sarah.

“Gue tahu kok. Aku kesini bukannya mau ketemu Sarah kok.”, jawab Karina.

“Trus??”

“Aku mau ketemu kamu.”, jelas Karina santai. Aku jadi ngerasa GR. Aku pun teringat akan pengalamanku yang berhasil menikmati tubuh cewek cantik itu dengan bantuan The Click. Karina bahkan tak menjadi marah padanya setelah peristiwa itu. Rasa GR itu pun menjadi rasa pede. Aku pun mendekati Karina dan duduk di sebelahnya. Dengan yakin, tanganku melingkari pundaknya.

“Hhmm…loe pasti kangen ama gue ya????”, kataku sambil tersenyum. Wajah cantik itu segera kuraih dengan tanganku. Bibirku segera bergerak mencari sasarannya dan melumat bibir Karina yang kelihatannya pasrah-pasrah saja.



Rupanya perbuatanku yang dulu itu (baca Click 3) telah merubah selera seks Karina dari lesbian menjadi biseksual. Buktinya gadis cantik itu membalas ciumanku dengan gairah yang sama, bahkan ini tanpa bantuan The Click. Walaupun mungkin yang berubah dari Karina cuma selera seksnya aja, tapi selera hatinya tetap lebih berat ke perempuan, buktinya sampai sekarang dia tetap naksir berat sama kakak perempuanku, Sarah.



“Hhhmm….you’re so beautiful hhhhmm…..”, pujiku di sela-sela ciuman kami yang panas. Sementara itu tanganku tak tinggal diam dan mulai merayap di paha Karina yang mulus. Kulit Karina yang putih itu terasa sangat lembut di tanganku. Memang dari semua perempuan yang pernah kutiduri, harus kuakui bahwa Karina mempunyai kulit yang paling lembut.



Jemariku yang nakal sudah mulai menyusup jauh ke dalam rok mininya hingga rok mini Karina terangkat ke atas dan celana dalamnya terlihat, saat tiba-tiba Karina melepaskan ciumannya dan mendorong dadaku.



“Tunggu sebentar Joe. Aku mau ngomong sama kamu.”, kata Karina sambil mendorongku agar menjauh. Walaupun birahiku sudah naik, tapi aku menuruti permintaannya. Hari masih panjang.



“Oke. Kamu mau ngomong apa sih? Kayaknya penting banget.”, tanyaku.

“Joe, please jangan bohong ya. Mmm…sebenernya apa yang sudah kamu lakuin waktu itu hingga akhirnya Sarah dan aku bisa mmm….you know….mmm….make love?”, tanya Karina. Aku jadi kaget mendengar pertanyaannya yang tiba-tiba itu.

“Nnnggg..ka..kalo itu sih mmmm…. Loe dan Sarahnya aja yang horny.”, jawabku mencoba mengelak. Tapi tak urung pertanyaan yang tiba-tiba itu membuatku sedikit gugup.



Karina tampaknya tak percaya dengan alasanku. Dahinya sedikit berkerut, menyiratkan kecurigaannya. Tapi emang kalo dasarnya emang udah cantik, biar manyun sekalipun, Karina tetep cantik dalam pandanganku.



“Jangan bohong, Joe. Kamu sudah tahu kalo kejadian antara Sarah dan aku akan terjadi sebelumnya. Bahkan kamu menjanjikan hal itu sebagai surprise buatku. Awalnya aku gak ngerti tentang surprise yang kamu janjikan, dan aku juga nggak ngerti kenapa kamu nyuruh aku untuk nemenin Sarah malam itu. Tapi sekarang aku yakin kalo kejadian itulah surprise kamu buat aku, dan kamu sudah ngerencanain sebelumnya. Yang aku tak tahu, bagaimana kamu amelakukannya?”, kata Karina. Matanya yang indah bening itu menatap tajam kepadaku. Entah kenapa, aku tak bisa menolak permintaan Karina melihat tatapan matanya itu. Aku pun memutuskan untuk jujur pada gadis yang pernah jadi cinta pertamaku itu.



“Mmm…oke. Memang aku yang melakukannya. Aku yang mengatur semuanya dan membuat kamu dan Sarah jadi bercinta malam itu.”, kataku.



“Tapi gimana caranya? Nngg…jangan-jangan kamu pake pelet ya? Kamu pergi ke dukun?”, tanya Karina yang penasaran.



“Eits…, sorry aja ya. Gue gak percaya sama hal kayak gituan. Jaman udah maju kayak gini, masak masih percaya sama yang namanya dukun. Kamu tunggu dulu disini. Nanti aku jelasin semuanya.”, kataku sambil bangkit berdiri, lalu menuju kamarku. Aku mengambil The Click pemberian Profesor Suparman, lalu kembali di ruang tamu tempat Karina menunggu. Wajah orientalnya yang cantik itu tampak bingung dan penasaran.



“Nih! Aku mengatur semuanya malam itu dengan bantuan alat ini.”, kataku sambil menyerahkan The Click pada Karina. Karina memandang heran pada kotak kecil hitam dengan tombol berbentuk hati berwarna merah muda itu.



“Ini apaan sih?”, tanya Karina.

“Itu adalah The Click. Kamu tahu Profesor Suparman kan? Ilmuwan aneh yang rumahnya kujagain itu lho.”, jelasku. Karina hanya mengangguk.

“Nah, Profesor Suparman berhasil menemukan sesuatu yang hebat. Dia berhasil menciptakan kotak kecil yang kamu pegang itu yang diberi nama The Click. Bila alat itu diaktifkan, maka bisa meningkatkan nafsu birahi semua makhluk hidup yang ada di sekitar alat itu. Aku sendiri nggak begitu tahu cara kerjanya, tapi yang pasti semua orang yang ada di sekitar alat itu saat The Click diaktifkan akn menjadi horny bukan main dan ingin melakukan seks untuk memuaskan nafsu birahinya yang dipicu secara luar biasa oleh The Click.”, jelasku lagi.



Karina memandang heran, bingung dan seakan tak percaya dengan penjelasanku. Wajahnya yang cantik jadi tampak lucu. Beberapa saat kemudian bibirnya mengembangkan senyum ragu.

“Kamu bercanda kan?”, tanya Karina. Aku menggeleng dengan wajah serius. Wajah Karina kembali memancarkan kebingungan. Tampaknya gadis itu masih sulit menerima adanya alat ajaib itu.



“Jadi waktu itu mmm…waktu kita ML dulu itu, kamu pakai alat ini supaya aku mau ML sama kamu, begitu?”, tanya Karina.

“Sorry. Kamu menyesal?”, jawabku singkat merasa bersalah. Ekspresi wajah Karina tampak aneh hingga aku makin merasa nggak enak. Tapi beberapa saat kemudian, gadis itu tersenyum.

“Nggak Joe. Aku nggak akan menyesali kejadian itu. Dari dulu aku sudah merasa kalo kamu punya arti yang spesial buat aku. Kalo saja aku nggak mmm….you know.”, jawab Karina sambil tersenyum manis padaku. Aku pun jadi lega.



“Tapi aku masih nggak percaya kalo alat ini bisa sehebat itu.”, kata Karina.

“Kamu mau bukti? Gimana kalo kita aktifin alat itu sekarang. Aku yakin kamu nggak akan menolak kalo aku ajak ML saat ini juga.”, kataku.

“Yee…sama juga bohong. Walaupun tanpa alat itu pun, gue sekarang udah horny dan gak bakalan nolak kamu apa-apain.”, jawab Karina spontan. Tapi saat dia menyadari apa yang baru saja diucapkannya, wajahnya tampak merah karena malu.



“Oh..jadi gitu ya? Ternyata dari tadi kamu sudah horni banget ya? Kasihan….”, godaku sambil mendekatkan wajahku lalu melumat bibir Karina dengan hangat. Gadis itu tak menolak, bahkan membalas ciumanku dengan gairah yang sama. Jemari tanganku merayap masuk ke dalam rok mini Karina, membelai pahanya yang putih mulus itu. Saat jemariku merayap makin naik, aku bisa merasakan thong yang dikenakan Karina sudah agak melembap. Berarti gadis itu tak berkata bohong saat dia mengatakan kalo dirinya lagi horny.



“Hmm…Joe.”, desah Karina saat bibirku mulai merembet turun menciumi leher jenjangnya dan jemariku mulai menyusup masuk ke dalam liang vaginanya setelah thongnya kutarik kesamping sedikit. Kurasakan memek Karina menjepit jemariku dengan kuat.



Ting Tong….Ting Tong…..

“Brengsek.”, makiku dalam hati saat mendengar bunyi bel pintu rumahku. Aku sempat berniat tak memperdulikannya dan meneruskan aksiku mencumbu Karina. Tapi Karina mendorong tubuhku, dan memintaku melihat siapa yang datang. Dengan setengah hati aku pun melangkah menuju pintu depan, sedangkan Karina tampak sibuk merapikan pakaiannya yang sempat sedikit kusut karena cumbuanku.



“Siang, Kak. Dini-nya ada?”, sambut suara merdu seorang gadis remaja yang berdiri di depan pintu rumahku.



Aku tak langsung menjawab pertanyaan itu, melainkan memandang kagum menikmati kecantikan alami gadis remaja yang sedang berdiri di hadapanku. Wajah gadis belia itu tampak cantik dan manis sekali. Bulu mata lentik menghiasi matanya yang indah dan bening memancarkan kepolosan. Hidungnya mancung dan berbentuk indah. Mungkin ada darah Arab mengalir dalam gadis itu, pikirku saat melihat bentuk hidungnya. Bibirnya menyunggingkan senyum manis yang menimbulkan lesung pipit di kedua pipinya. Deretan gigi yang putih bersih dan tampak rapi terlihat saat dia tersenyum. Rambutnya bergelombang dan panjang terurai indah sampai hampir mencapai pinggang. Kulit wajahnya yang kuning langsat tampak lembut dan mulus tanpa sebutir jerawat pun. Dan ada sedikit belahan di dagunya yang tampak serasi dengan bentuk wajahnya dan membuat wajahnya makin terlihat manis.



Gadis itu masih duduk di bangku SMU, terlihat dari seragam putih abu-abu yang masih dikenakannya. Tapi kelihatannya gadis itu bukanlah teman satu sekolah Dini, karena badge yang tertempel di seragamnya beda dengan seragam adikku. Baju seragamnya berlengan panjang, sedangkan rok abu-abunya juga panjangnya sampai sedikit di atas mata kaki. Aku menduga gadis ini bersekolah di SMU Islam, karena aku melihat ada sehelai ujung kain abu-abu yang sedikit muncul dari tas yang menggantung di pundaknya dan aku berpikir kalo itu adalah jilbabnya yang dia simpan dalam tas.



“Mmm….kak. Ini benar rumah Dini kan? Yang dulu sekolah di SMP *****?”, tanya gadis itu yang segera menyadarkan aku dari keasyikanku memandangnya.

“Oh nngg… iya, iya. Ini bener rumah Dini kok. Kamu temennya Dini? Temen SMP?”, kataku.

“Iya, kak. Aku temen Dini satu SMP dulu. Dininya ada kak?”, tanya gadis itu.

“Wah, Dininya belum dateng tuh. Emang kalian udah janjian buat ketemuan disini?”

“Nngg…enggak sih. Aku cuma mampir aja. Udah lama gak ketemu sama Dini. Emang Dini biasanya pulang jam berapa?”

“Mmm…biasanya sih sebentar lagi juga pulang. Gimana kalo kamu masuk aja dulu, terus nungguin Dini?”, tawarku.



Otak kotor dalam kepalaku mulai bekerja. Karina pengen ngebuktiin kemampuan The Click. Aku dan Karina sama-sama belum mengenal gadis remaja ini dan dia juga cantik. Jadi kupikir gadis ini cocok sekali sebagai kandidat untuk menguji keampuhan The Click buat Karina. Apalagi walaupun gadis itu memakai pakaian dengan model tertutup dan longgar, tapi mataku yang semakin awas sejak memilik the Click dan mengalami petualangan dengan banyak wanita, bisa melihat kalo di balik seragam SMU itu tersembunyi keindahan tubuh ranum seorang gadis remaja.



Gadis itu terlihat agak ragu, tapi aku terus membujuknya.



“Sudah. Dini sebentar lagi juga bakalan pulang kok. Kamu tunggu aja di dalem. Di dalem ada temen kakak juga kok. Cewek. Ayo.”, bujukku.

“Apa aku gak ngerepotin kakak?”, tanya gadis itu. Keraguannya mulai berkurang saat kukatakan kalo di dalem juga ada seorang cewek. Jadinya dia gak Cuma berdua dengan aku.

“Nggak. Udah ayo masuk aja.”, ajakku sambil melangkah ke dalam. Gadis SMU yang cantik itu pun mengikutiku masuk ke dalam.



“Oh..ya. Gue Joe. Nama kamu siapa?”, tanyaku sambil menutup pintu depan setelah gadis belia itu sudah melangkah masuk ke dalam rumah. Gadis itu menatap Karina yang duduk di sofa. Karina balas tersenyum.

“Aku Farida, kak. Kak Joe bisa manggil aku Ida aja.”, jawab gadis itu sambil membalas uluran tanganku. Telapak tangannya terasa lembut dalam genggamanku.



“Eh Ida. Kenalin temen kakak. Namanya Karina.”, kataku sambil menggapai pada Karina. Karina berdiri lalu menyambut Farida dengan ramah.



“Karin.”

“Ida.”

Kedua gadis itu pun berkenalan dengan ramah. Lalu Karina mengajak Ida untuk duduk di sofa bersamanya.



“Kakak ambilin minum dulu ya.”, kataku.

“Gak usah repot-repot kak.”

“Ah nggak ngerepotin kok.”, kataku sambil melangkah keruang belakang.



Sesampai di ruang belakang, aku berteriak memanggil Karina.

“Karin! Sini dulu dong. Bentar aja.”, teriakku. Beberapa saat kemudian, tampak Karina yang menyusulku ke ruang makan.



“Ada apa Joe?”, tanya Karin.

“Sekarang loe bisa ngebuktiin keampuhan The Click.”, kataku. Karina tampak bingung beberapa saat. Tapi kemudian wajahnya sedikit terperanjat saat menyadari maksudku.

“Maksud loe……Ida????”, tanya Karina memastikan dugaannya.

“Yap. Dia benar-benar orang asing buat kita berdua. Jadi gak mungkin direkayasa. Dan juga dia lumayan cantik kan?”, jelasku.

“Gila loe Joe. Kalo entar, Ida-nya gak terima, gimana coba?”

“Gue jamin, dia bakal melakukan itu atas kemauannya sendiri. Jadi nggak ada alasan buat gak terima. Tenang aja. Dan kamu aku kasih kesempatan buat cicipin dia lebih dulu, gimana?”, bujukku. Tampaknya tawaranku untuk memberi kesempatan lebih dulu buat Karina, berhasil meluluhkan keraguan Karina. Wajah orientalnya yang cantik tersenyum nakal, lalu Karina pun mengangguk.



Farida masih duduk menunggu di sofa ruang tamu saat aku dan Karina kembali sambil membawa 3 gelas sirup dingin.



“Aduh…, nggak usah repot-repot kak.”, kata Ida basa-basi.

“Emangnya siapa yang mau repot buat kamu?!! Yg satu ini buat Karina, dan aku kalo minum emang banyak, 2 gelas sekaligus.”, godaku pada Farida. Gadis remaja yang masih duduk di bangku SMU itu pun tersenyum masam.



“He..he..he…aku bercanda kok. Nih, buat kamu. Bikinin minum buat gadis secantik kamu, gak bakal ngerepotin kok.”, kataku gombal sambil menyodorkan segelas sirup buat Ida. Senyum masam di wajah cantik itu berubah menjadi tersipu malu.



Aku duduk di sebelah kiri Farida, sedangkan Karina duduk di sebelah kanannya. Kami pun mulai ngobrol sana sini sambil menikmati sirup dingin. Awalnya Ida masih agak malu-malu. Tapi sikapku yang ramah dan hadirnya Karina yang juga cewek, membuat kecanggungan Ida pun menguap.



Kenapa kehadiran Karina yang cewek, aku anggap berperan dalam menghilangkan kecanggungan Farida? Karena kini gadis itu tak perlu kuatir dengan pepatah yang mengatakan kalo 1 cowok dan 1 cewek hanya berdua di tempat yg sepi, maka akan mengundang hadirnya pihak ketiga, yaitu setan. Tapi sayang Farida tak sadar, walaupun sekarang di ruang tamu ini ada 1 cowok dan 2 cewek, tapi kalo cowoknya itu aku dan satu dari cewek itu adalah Karina, maka yang datang bukan lagi setan tapi Iblis he..he..he….



Beberapa menit kemudian, aku mulai merasakan pengaruh The click yang sudah kuaktifkan saat aku dan Karina kembali ke ruang tamu. Nafsu birahiku mulai naik, perlahan tapi pasti. Aku melihat Karina tampaknya juga sudah menyadari hal itu. Saat Farida tak melihat, Karina membuka mulutnya berusaha mengatakan sesuatu tanpa mengeluarkan suara. Kalo aku tidak salah, mulut Karina mengatakan “aku jadi horny”.

Farida


Farida terlihat mulai tak tenang duduknya, Gadis remaja itu kelihatan gelisah, dan wajahnya bersemu merah.

“Eh, Ida. Kamu sudah punya pacar belum?”, tanyaku tiba-tiba. Ida kelihatan kaget dengan pertanyaanku yang tiba-tiba itu.

“Ih, kak Joe apaan sih!”, jawab Ida dengan wajah terlihat jengah.

“Lho emangnya kenapa? Kamu kan udah SMU, udah gede. Wajar dong kalo aku nanya gitu, ya nggak Karin?!”, desakku sambil minta dukungan Karina.

“He eh. Kanu jawab dong. Aku juga pengen tahu kok siapa pacar kamu.”, dukung Karina. Ida jadi semakin jengah. Kemudian gadis remaja itu menggeleng perlahan.



“Apaan tuh maksugnya? Jangan bilang kamu belum punya pacar.”, tanyaku sambil memasang tampang heran dan tak percaya.

“Memangnya siapa yang mau jadi pacar aku?’, jawab Ida lirih sambil malu-malu. Jawaban khas seorang cewek. Kelihatan seperti merendah, tapi aku tahu kalo sebenarnya Ida juga sadar kalo dirinya itu cantik. Cuma sekarang dia lagi mancing pujian dari orang lain.



“Cowok cowok di sekolah kamu buta semua ya??? Kamu itu cantik banget kali. Cowok manapun pasti pengen punya pacar kayak kamu.”, kataku semakin menggombal.

“Kak Joe bisa aja deh. Masa aku cantik sih?”, jawab Ida sambil berlagak malu-malu kucing.

“Joe nggak bohong kok. Kamu emang cantik. Coba kalo si Joe belum punya pacar, psati sekarang dia udah nembak kamu.”, kata Karina sambil merapat dan merangkulkan tangannya ke bahu Ida. Kayaknya si Karin udah mulai ngebet nih.



“Kak Karin pacarnya kak Joe ya??”, tanya Ida. Karina tersenyum mendengar pertanyaan Ida.

“Aku bukan pacar Joe kok. Kenapa kamu bisa ngira kalo aku pacaran sama Joe?”, jawab Karina.

“Habis Kak Karina dan kak Joe kelihatan mesra banget sih.”, kata Ida.



Karina tersenyum sedikit aneh mendengar komentar Ida.

“Memang walaupun kita nggak pacaran tapi aku sama Joe….”, kata Karina sambil matanya melirik padaku dan jemarinya menggapai sebagai tanda agar aku mendekat. Aku pun mendekat hingga dudukku pun kini merapat ke Farida yang kini jadi seperti terjepit diantara aku dan Karina.

“…sering banget seperti ini….”, kata Karina sambil bibirnya yang indah dan lembut itu mengecup mesra bibirku. Kecupan itu cuma berlangsung sebentar, tapi membuat wajah Farida memerah jengah karena Karina mengecup bibirku tepat di depan wajahnya.



“….atau yang seperti ini.”, sambung Karina. Kali ini tangannya menarik kepalaku mendekat lalu melumat bibirku dengan penuh gairah. Aku pun tak menolak dan membalas ciuman Karina tak kalah panasnya. Ciuman kami begitu panas, lidah kami berdua ikut bermain, membelit bercanda dalam bersatunya bibirku dan Karin.



Aku melirik ke arah Farida. Wajahnya terlihat begitu shock setelah melihat pertunjukkan panas yang kini berlangsung didepan matanya. Gadis yang baru berusia 16 tahun dan masih duduk di bangku kelas 1 SMU itu terlihat begitu jengah dan gelisah, tapi pandangannya tak pernah lepas dari adegan ciumanku dan Karina yang tepat di hadapannya itu. Beberapa saat kemudian, tampaknya Farida sadar kalo aku melirik padanya. Gadis remaja yang cantik itu pun jadi semakin salah tingkah.



“Ehhm…..”, Farida sepertinya ingin bicara tapi bingung dan jengah ihngga akhirnya hanya bisa mengeluarkan gumaman tak jelas. Tapi rupanya suaranya sampai juga ke telinga Karina, dan gadis oriental yang cantik itu pun melepaskan pagutannya di bibirku. Aku menarik wajahku kembali, dan kulihat Karina memandang pada Farida sambil tersenyum menggoda.



Tiba-tiba Farida bangkit berdiri, tapi Karin segera ikut berdiri dan memegangi tangannya.

“Eeeh…, kamu mau kemana?”, tanya Karina.

“Nngg…anu kak mm…aku mau pulang dulu.”, jawab Farida dengan salah tingkah.

“Lho kenapa? Kamu disini aja dulu. Temenin kakak.”, bujuk Karina.

“Mmm… ta.tapi entar aku gangguin waktu kakak sama kak Joe.”

“Kamu nggak ganggu siapa-siapa kok. Kenapa sih emangnya? Ooohh…. masalah ciuman tadi. Itu kan biasa. walaupun aku dan Joe bukan pacar tapi kita emang cukup deket kok.”, kata Karina.

“Tapi kak…”

“Sudah. Duduk lagi sini.”, kata Karina sambil menarik Farida hingga gadis SMU itu pun kembali duduk di sofa ruang tamu itu. Aku duduk agak menjauh agar Farida lebih merasa nyaman.



“Ida…kamu kan udah SMU, udah gede…, kenapa jadi ribut cuma gara-gara ngelihat orang ciuman doang. Kamu sendiri pasti juga pernah ciuman kan.”, suara merdu Karina mencoba membujuk Farida. Gadis itu duduknya kian merapat dengan Farida. Tangan kirinya melingkar di belakang bahu Farida, sedangkan jemari lentik tangan kanannya meremas jemari Farida. Farida hanya bisa diam, dan wajahnya makin memerah.



“Jangan-jangan…..kamu belum pernah ciuman ya???”, kata Karina saat melihat reaksi Farida ysng makin merah wajahnya. Farida sedikit menundukkan mukanya. Kemudian gadis remaja itu perlahan menggelengkan kepalanya.



Wajah Karina semakin berbinar dan senyumnya makin melebar mendengar kepolosan Farida. Jemari tangan kanannya meraih dagu Farida dan sedikit menariknya, membuat wajah Farida yang cantik dan kelihatan malu-malu itu sedikit mendongak dan kedua gadis cantik itu saling bertatapan dalam jarak yang begitu dekat.



“Mmm….kalo begitu…..gimana kalo aku ajarin??”, kata Karina. Suaranya terdengar agak seperti mendesah, mungkin nafsu cewek lesbo itu sudah sampai ke ubun-ubun.

“Ah….nggak kak…aku…mmpphh….”, Farida tak sempat menyelesaikan kata-katanya karena bibir Karina melumat bibir gadis remaja itu dengan tiba-tiba.



Farida mencoba memberontak, tapi tampaknya pengaruh The CLick juga sudah merasuki gadis remaja itu. Buktinya perlawanan Farida terkesan setengah-setengah, dorongannya pun tak begitu kuat. Dan setelah beberapa saat, Farida tampak pasrah dan diam saja. Bahkan perlahan, dengan bimbingan Karina yang mengajarinya lewat praktik langsung, Farida pun mulai bisa membalas ciuman Karina dengan gairah yang tak kalah panasnya.



Aku pun jadi tak tahan dan pengen ikutan. Dudukku kugeser hingga merapat di sebelah Farida. Kini gadis itu terjepit antara aku dan Karina. Tubuh atas Karina setengah menindihnya, menekan Farida pada senderan sofa. Tanganku segera meraih wajah Farida dan menariknya agar menoleh padaku. Tentu saja Karina pun terpaksa melepaskan ciumannya.



Wajah Farida benar-benar cantik. Hidungnya yang mancung dan bentuk bibirnya jelas menampakkan darah timur tengah yang mengalir di darahnya. Matanya yang bening dan polos kini sedikit sayu dan membiaskan gairah birahi yang mulai meracuni gadis remaja yang innocent itu. Nafasnya agak tak beraturan karena Karina melumat bibirnya cukup lama tadi. Aku pun segera mendekatkan wajahku untuk melumat bibirnya yang setengah terbuka begitu menggoda.



“Ida. Kamu cantik banget mmmppp…….”, rayuku sambil langsung melumat bibir Farida yang ngegemesin itu. Farida ternyat tak sungkan lagi sekarang, dan gadis remaja itu pun membalas ciumanku dengan gairah yang sama. Tampaknya gadis Smu ini termasuk gadis yang sepat belajar. Baru sekali diajarin sama Karina tapi Farida sekarang bisa membalas dengan cukup lumayan. Tampaknya teori Learning by doing memang terbukti lebih cepet hasilnya.



Walaupun bibirku sibuk melumat bibir Farida, tapi tanganku pun tak hanya tinggal diam. Jemariku mulai merayap di dada Farida. Waktu pertama kali aku melihat Farida, aku bisa melihat kalo payudara Farida berukuran lumayan besar dibandingkan tubuhnya yang mungil dan tak seberapa tinggi itu. Pandanganku ternyata cukup awas walaupun Farida mengenakan seragam SMU dengan model agak kedodoran seperti seragam SMU Islam pada umumnya. Buktinya jemari tanganku sekarang bisa meremas gundukan payudara yang empuk dan lumayan juga ukurannya walaupun dari balik seragam dan bra yang dikenakan Farida. Untuk bagian dada, ternyata Farida lebih cepat berkembang daripada Dini, adikku, walaupun Dini sedikit lebih tinggi dari Farida.



“Enough Joe. This time. i’ll go first.”, terdengar suara Karina dan kurasakan tangan Karina menarik tubuhku hingga ciumanku dan Farida pun terlepas.



Saat aku menoleh ke arah Karina, ternyata gadis oriental yang cantik itu sudah telanjang dan kini hanya mengenakan thong berwarna putih yang tampak serasi dengan kulitnya yang putih mulus. Aku tak pernah bosan melihat tubuh telanjang Karina. Posturnya yang tinggi ramping dipenuhi lekuk indah yang proporsional. Payudaranya yang berukuran sedang dan serasi dengan tinggi badannya tampak bergoyang lembut saat gadis itu menghampiri Farida yang juga menatap kagum melihat kecantikan dan keindahan tubuh Karina.



“Ihh… kenapa kamu ngelihatin aku kayak gitu sih? Ada yang aneh sama kakak ya?”, tanya Karina pada Ida. Karina jadi malu karena kepergok kalo dia memperhatikan tubuh telanjang Karina.

“Ah…eh..ngg..nggak kok. Nggak ada yang aneh. Eengg…kak Karina cantik banget. Ida pengen deh bisa cantik dan punya tubuh seindah kak Karina.”, puji Farida.

“Hhmm…kamu itu polos banget sih. Kamu sendiri juga udah cantik.”, kata Karina pada Farida. Dengan perlahan, jari telunjuk Karina yang lentik menyusuri hidung Farida yang mancung indah, khas timur tengah.

“Aku pingin banget punya hidung seperti kamu.”, kata Karina sambil telunjuknya terus menelusuri hidung Farida dari atas sampai ke bawah, lalu turun ke bibir Farida yang penuh.

“Dan bibir kamu mmmpppp……….”, Karina segera menggantikan jarinya dengan bibirnya yang mencium bibir Farida dengan penuh gairah. Farida kini tak sungkan membalas ciuman Karina.



Jemari lentik Karina bergerak perlahan diantara seragam Farida. Perlahan namun lincah, jemari itu pun bergerak melepaskan kancing baju seragam putih yang dikenakan Farida, membuat gadis itu bahkan seperti tak sadar kalo perlahan bajunya dilucuti.



Gairah yang bergejolak di seluruh tubuhku membuatku tak sabar, dan aku pun segera melepaskan pakaian yang aku kenakan hingga kini telanjang bulat dan Joe jr. terlihat berdiri dengan gagahnya seakan menantang.



Karina ternyata sangat cekatan. Buktinya saat aku selesai melepaskan pakaianku dan melihat kembali ke arah sofa, seragam putih Farida ternyata sudah terlepas dari tubuh gadis remaja itu. Farida hanya mendesah perlahan sambil memejamkan matanya saat bibir Karina menyusuri leher dan bahunya. Gadis itu mandah saja saat Karina sedikit menarik tubuhnya agar bisa melepas kaitan bra putih yang dikenakannya.



“Wow…..toked kamu bagus banget, Da. Montok, kencang, dan lebih besar dari punya aku. Aku jadi ngiri deh sama kamu.”, puji Karina yang pandangannya tertuju pada bagian dada Farida yang kini terpampang bebas di hadapannya.



Payudara Farida memang indah. Membulat kencang dan dihiasi puting kecoklatan yang mengacung tegak karena gairah. Sebenarnya ukurannya tak terlalu jauh berbeda dengan payudara Karina dan Nina, mungkin hanya sedikit lebih besar. Tapi karena Farida memiliki tubuh yang mungil dan lebih pendek dari Karina maka membuat payudaranya makin nampak montok dan besar.



Ucapan Karina membuat Farida sedikit tersadar, gadis remaja itu pun membuka matanya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya sendiri, mencoba menutupi dua bukit indah itu. Karina bertindak cepat. Tangannya segera menarik tangan Farida ke samping. Perlawanan Farida yang separuh hati membuat usaha Karina berjalan mulus hingga kini aku bisa menikmati pemandangan indah dua bukit ranum itu.



“Hhmm…….kak…..”, Farida mendesah perlahan saat bibir Karina mulai menyusuri tubuhnya dari leher lalu turun ke belahan dadanya. Karina pun lalu melampiaskan nafsunya pada buah dada Farida yang tampak montok itu. Farida pun hanya bisa mendesah sambil memejamkan matanya menikmati cumbuan Karina. Jemari Karina meremas lembut bukit indah gadis SMU itu. Bibirnya pun menyusuri bongkahan indah itu, kadang memberinya gigitan lembut yang membuat Farida memekik kecil. Tapi Karina sengaja membiarkan puting payudara Farida. Gadis itu menggoda Farida dengan lidahnya yang menjilat memutari puting Farida, tapi membiarkan pucak itu tak terjamah. Permainan Karina membuat nafsu birahi Farida makin meningkat dan terkumpul.



“Auggh…kak Karin……sssttttt……”, pekik Farida sambil meliukkan tubuhnya, memajukan dadanya ke depan, saat Karina tiba-tiba saja menghisap kuat putingnya yang sebelah kiri dan jemarinya menarik dan mempermainkan puting Farida yang sebelah kanan. Setelah itu lidah dan bibir Karina terus menyerang kedua puting Farida, sementara kedua tangannya mulai meremas payudara montok gadis yang baru beranjak dewasa itu dengan sedikit agak kasar. Pekik dan desahan Farida bertambah keras dan semakin sering terdengar karena payudaranya yang tenyata begitu senditif terus menjadi bulan-bulanan serangan Karina. Aku melihat adegan panas itu sambil mengocok Joe jr dengan tanganku sendiri.



Aku akhirnya tak tahan untuk ikut mengambil bagian dan segera kembali duduk mengapit tubuh Farida yang masih mendesah sambil memajmkan matanya menikmati saat-saat pertama gadis SMU itu merasakan nikmatnya cumbuan pada tubuh indahnya itu.



“EH, Karin. Gantian dong.”, kataku sambil langsung menyerang payudara Farida yang montok itu dengan lidah, bibir dan jemariku. Karina pun terpaksa mengalah.



Farida meman gmemiliki payudara yang indah dan montok untuk ukuran anak SMU. Tubuhnya yang mungil membuat payudaranya makin nampak montok dan menantang. Jemari tanganku meresapi kekenyalan dan kekencangan payudara gadis remaja yang baru beranjak dewasa itu. Lidah dan bibirku pun tak ketinggalan. Puting Farida yang makin mencuat dan mengeras karena birahi segera kujilat rakus, kadang kuhisap kuat. bahkan sesekali bukit payudara yang montok itu sedikit kugigit perlahan dengan gemas, membuat gadis itu memekik, tapi tak menghentikanku dan terlihat menikmatinya.



Sementara itu Karina tampaknya tak marah saat aku memaksanya meninggalkan cumbuannya pada payudara Farida. Karina malah meneruskan serangannya makin ke bawah. Jemarinya dengan lincah segera melucuti rok abu-abu yang dikenakan Farida. Tanpa waktu lama, aku pun bisa melihat celana dalam putih yang dikenakan Farida sambil terus mempermainkan payudaranya. Aku melihat bulu kemaluan Farida ada sedikit yang tampak keluar dari celana dalam putih yang terlihat mulai lembab itu.



“Hmmm…bulu kemaluan gadis ini pasti lebat.”, pikirku saat melihat hal itu, apalagi aku tadi memperhatikan tangan dan kaki Farida yang berkulit kuning langsat itu juga ditumbuhi bulu-bulu halus yang menggairahkan. Benar saja dugaanku. Saat Karina melepaskan celana dalam Farida segeralah tampak kemaluan gadis remaja itu yang tampak dipenuhi bulu kemaluan yang lumayan lebat untuk ukuran gadis berusia 16 tahun. Tampaknya Farida belum berpengalaman menata rambut kemaluannya agar rapi dan lebih sexy. Aku harus menyuruh Karina mengajari gadis itu kapan-kapan. Walaupun begitu kemaluan Farida masih nampak indah. Garis kemaluannya tampak rapat dan bibir kemaluannya ternyata berbentuk gemuk dan terlihat seperti gundukan kecil. Aku jadi tak sabar ingin merasakan nikmatnya jepitan bibir vagina yang agak tembem itu pada batang kontolku. Pasti rasanya nikmat sekali.



Aku melirik ke arah Karina. Gadis cantik yang pernah menjadi cinta pertamaku itu terlihat memandang ke arah vagina Farida dengan pandangan berbinar. Tampaknya sisi lesbi Karina bukan hanya karena lingkungan dan traumanya dahulu saja, tapi mungkin gadis itu sudah punya bakat lebi dalam dirinya. Sinar matanya yang dipenuhi nafsu birahi saat mengagumi vagina Farida kelihatan lebih bergairah daripada saat Karina melihat Joe jr.



“Wuah…. Ida, memek kamu chubby banget.”, komentar Karina sambil jemarinya mencoba menguak belahan rapat di selangkangan Farida itu. Walaupun bulu kemaluan Farida cukup lebat untuk ukuran gadis berusia 16 tahun, tapi tidak selebat bulu kemaluan wanita dewasa yang tak pernah dicukur. Aku pun masih bisa melihat bagian dalam vagnan Farida yang berwarna merah muda segar saat bibir vaginanya yang agak chubby itu dikuakkan oleh jemari Karina.



Aku melepaskan cumbuanku pada payudara Farida agar gadis SMU itu bisa melihat apa yang dilakukan oleh Karina. Tanganku meraih kaki Farida dan membantu Karina membuka lebar kaki dan paha Farida agar Karina bisa lebih bebas melaksanakan maksudnya. Farida yang merasakan cumbuan pada dadany terhenti dan merasa kedua kakinya dipentangkan, membuka matanya yang terpejam dan melihat ke arah Karina yang berlutut di bawah sofa tepat diantara kedua kakinya.



“Ihh..ap..apa yang kak Karin lakukan? itu kan buat pip..aaaughhh…..”, kata-kata Farida terhenti saat lidah Karina mulai menjilati belahan vagina gadis remaja itu.



“Hhmmm…sshh…aahh…kak…kak Karin….jangan kak aahhhhh…….”, desah Farida yang mulai merasakan lihainya permainan lidah Karina dalam urusan jimek (jilat memek). Aku yakin gadis remaja itu pasti akan segera tenggelam dalam lautan birahi karena cumbuan Karina di vaginanya.



“Sshh… tenang aja, Da. Rileks dan nikmatin aja. Perhatikan apa yang dilakukan Karina. Ini pelajaran buat kamu.”, kataku sambil merangkul bahu Farida agar gadis itu tak memberontak. Tapi tampaknya usahaku terlalu berlebihan karena ternyata Farida sama sekali tak mencoba melawan. Gadis itu mendesah menikmati kenikmatan yang diberikan Karina padanya sambil memperhatikan tindakan Karina dengan pandangan mata agak sayu karena gairah birahi yang menjalar ke seluruh tubuhnya.



Aku menarik tangan Farida dan membuat jemarinya yang lentik menggenggam kemaluanku yang tegang dan keras. Awalnya Farida tampak kaget melihat Joe jr, yang mungkin adalah kemaluan pria yang pertama yang pernah dilihatnya. Tapi itu hanya sebentar saja karena kemudia Farida tersenyum manis padaku sambil jemarinya yang hangat menggenggam kontolku tanpa ragu. Farida pun kembali memperhatikan perbuatan Karina yang memberikannya kenikmatan hingga gadis itu hanya bisa mendesah nikmat penuh gairah.



“Uughh…yeah…kamu pinter, Da.”, pujiku saat merasakan jemari Farida yang lembut dan hangat mulai bergerak naik turun mengocok kontolku perlahan. Walaupun gadis itu belum berpengalaman tapi insting dan naluri kewanitaannya tampaknya membimbingnya. Tanganku yang merangkul bahu Farida pun turun kebawah, menyelinap diantara ketiaknya, dan meremas payudara Farida dengan lembut, hingga menambah kenikmatan yang dirasakan gadis SMU itu. Sesekali putingnya kupermainkan dengan jepitan jemariku.



“Aaaahh…..ssstt…..kak….”, desah Farida makin kencang dan tubuhnys sedikit menggeliat tak tenang, tapi tak bisa bangkit karena aku dan Karina memegangi kedua kakinya yang mengangkang. Ternyata Karina sudah menemukan klitoris Farida dan menyerangnya habis-habisnya. Lidah Karina seperti bergetar dengan cepat mempermainkan dan menyentil klitoris Farida. Kadang diselingi dengan bibirnya yang menghisap kuat klitoris mungil Farida itu. Hal ini tentu saja membuat Farida yang minim pengalaman segera menjadi kelabakan terbuai kenikmatan yang terus mendera titik-titik sensitif tubuhnya.



Tampaknya Farida benar-benar dibuai kenikmatan yang membuat gadis remaja itu lupa diri. Apalagi Karina sekarang mulai menusukkan satu jarinya keluar masuk dalam liang vagina Farida yang sudah becek oleh cairan kenikmatannya. Karina melakukan hal itu sambil terus menyerang klitoris Farida dengan lidah dan bibirnya. Aku jadi kuatir melihat gaya serangan Karina, hingga aku segera menowel pundak Karina dan mendekatkan bibirku ke telinga Karina.



“Jangan dalem-dalem. Sayang kalo diambil pake jari doang.”, bisikku di telinga Karin. Karin tersenyum padaku sambil mengedipkan matanya tanda mengerti maksudku. Karina pun menjaga agar jemarinya tak menusuk terlalu dalam hingga tak sampai menembus selaput dara Farida. Sebagai gantinya, gadis Chinese itu pun menambah jumlah jarinya. Pertama ditambahnya menjadi dua jari, tapi tak lama kemudian Karina mulai memasukkan 3 jarinya dalam liang vagina Farida walaupun tak menusuk terlalu dalam. Farida tampak sedikit mengernyit saat bibir vaginanya dipaksa merekah lebih dari biasanya. Aku sih malah beranggapan hal itu akan jadi persiapan yang bagus buat Farida agar gadis itu tak kaget saat Joe jr nanti mulai menerobos liang sempit itu.



Dalam permainan Karina yang jauh lebih berpengalaman, Farida pun tak perlu lama menanti datangnya gelombang dashyat yang menerpa tubuhnya. Tangannya yang tak memegang kontolku meraih kepala Karina dan menariknya makin menempel erat ke vaginanya yang berdenyut kencang dan mengirim sinyal-sinyal kenikmatan ke seluruh tubuhnya.



“Aahh…aaghh…..kak….ssttt…AAAAGHHHHH………”, erangan Farida pun ditutup dengan jeritan gadis SMU itu saat tubuh belianya dihempaskan gelombang orgasme yang menerpanya. Tubuh mungilnya bergetar nikmat. Vaginanya menyemburkan cairan kenikmatan yang membanjiri bibir Karina yang masih menempel erat di selangkangannya.



“Hhhhmmpp…..hhmmppp…….”, Karina pun memnggumam tak jelas karena bibirnya tersumpal vagiana Farida yang mengempit kepala Karina dengan kedua pahanya. Tampaknya Karina pun mengalami orgasme dengan bantuan jemarinya sendiri yang sedari tadi sudah mengobok-obok liang vaginanya sendiri. Orgasme Farida yang terbuai permainannya, rupanya menjadi pemacu yang manjur dan membuat gadis cantik berwajah oriental itu ikut orgasme menyusul Farida.



“AAUUGH…..Aduh..duh…duhh….Farida…..ja….jangan ditarik gitu..aduhh……”, aku pun ikutan menjerit bersama kedua gadis cantik yang sedang dalam puncak kenikmatan itu. Bukan karena aku juga ikutan orgasme, tapi karena saat orgasme itu melanda Farida, tanpa sadar tangan gadis SMU itu yang masih menggenggam Joe Jr., tiba-tiba mencengkeram kuat kontolku dan menariknya. Tentu saja aku pun ikutan menjerit. Bukan jerit kenikmatan seperti mereka, melainkan jerit kesakitan. Kontolku terasa ngilu karena cengkeraman tangan Farida yang begitu kuat sambil menarik kontolku.



Aku akhirnya bisa bernafas lega beberapa saat kemudian saat cengkeraman jemari Farida mengendur. Aku pun melepaskan Joe jr dari genggaman jemari Farida dan duduk di sofa sambil mengelus Joe jr yang masih terasa sedikit ngilu. Karina pun juga menarik kepalanya yang tadi terjepit paha Farida. Payudaranya yang indah bergerak naik turun karena nafasnya yang ngos-ngosan. Maklumlah, gadis cantik dengan wajah oriental itu baru saja mengalami orgasme pada saat kekurangan pasokan oksigen karena terjepit di selangkangan Farida. Walaupun begitu, aku bisa melihat Karina yang melirik padaku dengan wajah tersenyum puas sekali.



Sementara itu Farida tergolek lemas di sofa sambil memejamkan matanya. Payudaranya yang montok itu juga bergerak naik turun dan nafasnya terdengar agak berat. Gadis SMU yang mungkin baru saja mengalami kenikmatan orgasme pertama dalam hidupnya itu terlihat lemas, tapi wajahnya yang cantik tampak menyiratkan kepuasan. Karina menatap wajah Farida yang terpejam. Gadis itu pun bangkit dan duduk di samping Farida disisi yang berlawanan denganku. Jemarinya mengelus dahi Farida yang sedikit berkeringat. Kemudian Karina mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Farida dengan lembut. Farida pun membuka matanya dan tersenyum menatap Karina.



“Wow kak Karin. Ngg…itu tadi mm…..itu tadi….”, kata Farida.

“Ssshh….sudah aku tahu kok. Itu tadi namanya orgasme. Tapi kamu suka kan?”, potong Karina. Wajah Farida bersemu merah dan terlihat malu. Tapi kemudian gadis itu pun menganggukkan kepalanya perlahan sambil tersenyum malu. Karina pun balas tersenyum lalu mencium bibir Farida dengan penuh gairah. Farida membalasnya. Gadis SMU itu terlihat sudah tak sungkan lagi berciuman dengan Karina. Tampaknya pengaruh The Click membuat gairah birahi kedua gadis itu belum padam walaupun telah sama-sama orgasme barusan.



“Ehem…ehem…..”, aku berdehem agak keras berusaha menarik perhatian kedua gadis cantik itu. Mereka pun melepaskan ciuman mereka dan melihat padaku.



“Kenapa Joe? Wajah loe kok kayak meringis kesakitan gitu?”, tanya Karina.

“Gara-gara kamu yang bikin Farida sampai begitu intens dapetnya, gue deh yang jadi korban.”, jawabku. Karina terlihat bingung, tak mengerti. Tapi Farida seperti teringat sesuatu.



“Aduh kak Joe. Maafin Ida ya kak. Ida bener bener gak sengaja.”, kata Farida.

“Emangnya si Joe kamu apain?”, tanya Karina.

“Mmm…ta..tadi waktu aku mm…waktu aku orgasme, aku gak sengaja ngeremes itunya kak Joe kuat-kuat.”, jawab Farida. Karina pun tertawa saat menyadari apa yang terjadi denganku. Kemudian gadis cantik itu pun bangkit berdiri dan berjalan kearahku. Karina lalu berlutut diantara kedua kakiku. Aku masih duduk di sofa sambil mengelus Joe jr yang sedikit lemas karena shock yang baru saja dialaminya dengan tanganku dan menatap Karina yang tersenyum menggoda.



“Aduh…kacian……Kayaknya ini perlu terapi khusus deh.”, kata Karina sambil tersenyum nakal. Jemari lentiknya mengambil alih Joe jr. dari tanganku. Perlahan wajah Karina mendekat ke arah Joe jr. Bibirnya mengecup lembut Joe jr. membuatku merasa agak nyaman.



“Uffh…..Karin…”, desisku saat lidah Karina dengan lincah menjilati batang kontolku. Bahkan tanpa ragu, Karina menjepit kontolku diantara bibirnya yang hangat dan lembut. Dengan penuh gairah, Karina pun mengeluarkan segala kemampuannya dalam melakukan oral seks. Tak perlu waktu lama, Joe jr. pun mulai bersemangat lagi dan pulih dari traumanya.



Beberapa saat kemudian , tanpa sengaja aku menoleh ke arah Farida. Ternyata gadis SMU itu asyik memperhatikan perbuatan Karina dengan pandangan bergairah. Aku meraih tangan Farida dan menariknya agar memegang pangkal batang kontolku yang masih asyik diservice lidah dan mulut Karina. Farida terlihat jengah dan malu tapi tak menolak dan membiarkan saja tangannya di tarik tanganku, dan jemarinya pun melingkari pangkal batang kontolku. Karina pun sejenak menghentikan kegiatannya dan tersenyum menatap Karina.



“Ida, kamu kesini deh. Bantuin kakak.”, kata Karina sambil tangannya menarik tangan Farida agar gadis itu bangkit dari sofa dan ikut berlutut di antara kedua kakiku yang duduk mengangkang.

“Ta..tapi a..aku gak bisa kak.”, kata Farida yang terliaht malu tapi gadis itu mandah saja saat ditarik dan ikut berlutut dibawahku.

“Makanya biar kak Karin yang ajarin kamu. Lagian ini semua kan gara-gara kamu, sampai barang kebanggaannya Joe jadi kayak gini. Kamu harus tanggung jawab dong.”, rayu Karina. Farida akhirnya mengganggukkan kepalanya perlahan, terlihat masih malu.



“Sekarang coba kamu beri Joe jr. kecupan lembut di kepalanya.”, perintah Karina. Awalnya Farida masih agak ragu, tapi kemudian perlahan bibirnya pun mengecup lembut kepala kontolku.

“Sekarang coba julurkan lidah kamu dan jilat bagian kepala kontol Joe, terutama lubang kecil yang ada disitu.”, ujar Karina memberi petunjuk.

“Ouughh……sstt….yeah…”, desisku keenakan saat Farida melakukan semua perintah Karina.



Kemudian Karina pun terus memberi petunjuk pada Farida bagaimana caranya memuaskan pria tanpa seks. Farida pun dengan patuh menuruti semua ajaran Karina. Lidahnya bergerak lincah menjilati batang kontolku, bahkan buah pelirku. Farida pun tanpa ragu menurut saat disuruh membuka mulutnya dan memasukkan Joe jr dalam jepitan bibirnya yang lembut dan hangat itu. Kepalanya bergerak naik turun berusaha memasukkan Joe jr dalam mulutnya dan jemari lentik gadis SMU itu kadang meremas lembut buah pelirku dan juga mengocok batang kontolku yang sekarang sudah kembali pada ketegangan maksimalnya. Aku hanya bisa melenguh dan menikmati semua yang dilakukan padaku. Farida sendiri tampaknya mulai menikmati kegiatan barunya itu. Gadis SMU itu tak lagi merasa malu, melainkan penuh gairah melumat kontolku dengan mulutnya.



“Uughhh….stop…stop dulu, Da. Permainan masih panjang. Aku gak mau keluar dulu.”, kataku sambil buru-buru menghentikan aksi Farida yang sepertinya mulai ketagihan mengoral kontolku. Alu tak tahu apakah ini semua karena pengaruh The Click, atau aku dan Karina sudah membangunkan macan betina yang tertidur.



Aku lalu menarik Farida bangkit dari posisinya berlutut hingga gadis remaja itu terjatuh dan menimpa tubuhku yang masih duduk di sofa. Segera saja kulumat bibirnya dengan penuh gairah. Farida ternyata membalas ciumanku dengan gairah yang tak kalah panasnya. Aku bisa merasakan kenyalnya payudara Farida yang menempel erat didadaku. Kemudian aku pun mengangkat tubuh Farida sedikit lebih tinggi hingga gadis SMU itu kini duduk mengangkangi perutku dan payudaranya yang montok dan indah tepat dihadapan wajahku.



“Kak Joe aaaahh…..sstt……….”, desah Farida bertambah keras saat payudaranya yang montok itu kulahap dengan rakus. Gadis remaja itu makin membusungkan dadanya hingga makin memudahkanku mengeksplorasi payudaranya yang nampak makin bulat membusung.



Kedua tanganku pun tak tinggal diam dan meremas dengan gemas buah pantat Farida yang bulat dan sexy. Tiba-tiba aku merasakan ada dua tangan memegang tanganku yang masih meremas pantat Farida dan membimbing tanganku agar menarik buah pantat bulat itu agar membuka. Sepertinya ini ulah Karina.



“Aughh…..sstt…apa….kak Karin?? Kak, itu kan aaahhhh…..”, Farida yang tadi seperti tersentak kaget lalu menoleh ke belakang, tak sanggup menyelesaikan kalimatnya, malah mendesah dengan penuh gairah. Kenikmatan tampak terpancar dari wajahnya yang cantik.



Saat aku melongok ke balik punggung Farida, ternyata Karina sedang asyik menjilati liang anus Karina. Makanya tanganku disuruh membuka buah pantat Farida. Tak hanya itu, Karina juga kadang berganti memasukkan kontolku dalam mulutnya.


Karina


Aku pun tak tahan lagi, Tubuh Farida kubalikkan kesamping hingga gadis remaja itu kini terbaring terlentang di sofa. Kutekuk kedua kaki Farida ke atas hingga kedua lututnya ada di kanan kiri tubuhnya. Aku menyuruh Farida memegangi kedua kaki yang mengangkang ke atas itu, hingga aku bisa lebih leluasa menikmati hidangan utama hari ini. Tubuhku ada ditengah kedua kaki Farida yang mengangkang itu. Lalu tanganku meraih Joe jr. lalu mulai mengarahkannya pada pintu liang vagina Farida. Kugesekkan perlahan kepal kontolku di belahan vagina yang tampak gemuk dan merekah indah itu, sambil berusaha mencari jalan masuk yang nyaman.



“Kak Joe. Farida be…belum pernah nnngg begituan.”, kata Farida yang menjadi agak ragu saat menyadari tujuanku.

“Shhh…tenang aja sayang. Kamu akan merasakan nikmat yang lebih dari yang tadi kamu rasakan. Bener kan Karin?”, bujukku pada Farida sambil meminta bantuan pada Karina agar ikut merayu Faarida.

“Iya, Da. Kamu tenang aja. Percaya deh sama kakak. Kamu nanti pasti bakalan suka.”, Karina ikut membujuk.



Aku tak memberi kesempatan pada Farida untuk membantah dan segera menekan Joe Jr. menerobos masuk liang sempit itu dengan perlahan.

“Aduuhhh….sakit kak.”, Farida merintih kesakitan saat bibir vaginanya yang masih perawan itu dipaksa merekah lebih dari biasanya.

“Tenang, sayang. Sakitnya cuma sebentar kok. Nanti pasti enakan. Kamu rileks aja.”, ujar Karina coba menenangkan Farida. Aku sendiri terus melanjutkan usahaku.



Akhirnya dengan agak susah, aku berhasil memasukkan kepala kontolku dan sedikit bagian batangnya ke dalam liang vagina Farida yang terasa luar biasa sempitnya itu. Ujung kepala kontolku terasa menyentuh lapisan tipis selaput keperawanan gadis SMU yang cantik itu.



Aku berdiam sejenak, dan membiarkan agar liang vagina Farida terbiasa dengan hadirnya benda asing didalamnya. Gadis cantik itu menggigit bibirnya sendiri dan terlihat sedikit kesakitan.



Kemudian aku perlahan menarik kontolku sampai hampir keluar, kemudia memasukkannya lagi dengan kedalaman sama seperti tadi. Aku melakukannya dengan perlahan dan menjaga agar jangan sampai merusak keperawanan gadis itu dulu. Begitu terus berulang.



“Sstt….kak….”, desis Karina saat batang kontolku mulai lancar keluar masuk. Tampaknya vaginanya sudah mulai terbiasa dengan kontolku yang terus mengaduk dengan perlahan. Liang vagina Farida yang bertambah basah membantu usahaku. Apalagi Karina juga ikut membantu membangkitkan gairah gadis SMU yang cantik itu dengan mengajaknya berciuman atau mempermainkan payudaranya yang membusung.



“Aaaghhhh….saakkiitt….”, jerit Farida saat aku tiba-tiba saja menghentakkan kontolku sedalam mungkin ke dalam vaginanya dan merobek selaput dara gadis SMU itu. Aku diam tak melakukan gerakan setelah Joe jr. sukses bersarang seluruhnya dalam liang vagina gadis remaja itu. Aku menunduk dan mendekap tubuh Farida setelah Karina minggir, tapi masih tetap duduk di bawah sofa disamping aku dan Farida.

“Sshh….tenang sayang. Tahan sebentar, entar sakitnya ilang sendiri kok.”, bisikku mencoba menenangkan Farida. Jemariku mengusap lembut dahi Farida yang sedikit berkeringat. Aku pun lalu mengecup lembut bibirnya.



Kami berdua tetap dalam posisi ini selama beberapa waktu. Aku benar-benar menikmati saat-saat ini. Berciuman penuh gairah dengan Farida yang cantik, sambil menikmati jepitan vaginanya yang sempit dan terasa begitu nikmat memijat batang kontolku.



Setelah Farida agak tenang dan kerut kesakitan di wajahnya sudah berkurang, aku pun mulai menggerakkan pinggulku, hingga Joe jr. pun mulai bergerak keluar masuk dengan perlahan di liang vagina sempit itu. Tanganku bertumpu di samping kanan dan kiri tubuh Farida dengan kedua kaki Farida terkait di lenganku, membuat posisi vagina Farida lebih leluasa menerima hunjaman kontolku.



Aku terus menggenjot vagina Farida yang baru saja kurenggut keperawanannya itu. Aku menikmati posisi ini karena aku bisa melihat wajahnya yang cantik menggemaskan itu. Walaupun bibir Farida seperti sedikit mengernyit kesakitan, tapi tatapan matanya sendu dan begitu penuh gairah. Gadis remaja itu hanya bisa mendesah perlahan menerima hunjaman kontolku di liang vaginanya. Aku sendiri merasakan kenikmatan yang berbeda dari vagina Farida dibandingakan dengan cewek-cewek lain yang pernah kuentot. Bibir vaginanya yang chubby itu terasa menjepit sampai kepangkal paling ujung dari Joe. Jr. Bila dengan cewek lain yang tidak mempunyai bentuk bibir vagina yang chubby seperti Farida ini, terkadang ada sedikit bagian pangkal kontol yang luput dari cengkraman vagina meskipun aku sudah menusuk sedalam mungkin. Tapi memek Farida seakan bisa meraih bagian yang biasanya tak terjangkau itu. Aku pun terus memacu tubuh gadis belia itu dengan penuh nafsu.



Semakin lama, aku semakin menambah tempo permainanku secara bertahap. Farida pun tampaknya sudah terbiasa dan begitu menikmati hunjaman kontolku di liang senggamanya. Kernyit kesakitan di wajahnya hilang sudah, yang ada hanya wajah cantik yang sudah dikuasai bias nafsu birahi dan desah kenikmatan dari bibirnya.



“Ahh…ahhh…aaahh…kak…aahh……”, desah Farida yang terdengar begitu erotis dan merdu di telingaku. Desah kenikmatan seorang wanita saat berhubungan badan memang selalu menjadi penambah semangat dan memperbesar gairah pasangan prianya.

“Ugghh….memek kamu enak banget Da.”, dengusku sambil terus menggenjot memek gadis belia itu dengan penuh gairah.



Karena ini pengalaman pertama bagi Farida, aku pun tak membutuhkan waktu terlalu lama untuk menundukkan gadis SMU itu. Pantat gadis remaja itu bergerak makin liar menyambut setiap hunjaman kontolku di memeknya.



“KKaaaakkk…..Ida mau aaaaggghhhhhhh…..”, desis Farida dengan tubuh yang bergetar dan meregang tak karuan saat gelombang orgasme itu menyapu dirinya. Dinding vaginanya berkontraksi begitu luar biasa seakan mengempot dan berusaha menyedot kuat kontolku yang merasa makin nikmat. Liang vaginanya terasa makin becek karena cairan kenikmatan yang membanjir keluar. Wajahnya yang cantik tampak semakin cantik dan menggairahkan saat gadis remaja itu mencapai puncak kenikmatannya. Aku pun segera mendekatkan wajahku dan melumat bibirnya dengan penuh gairah. Farida membalasnya dengan bersemangat. Berbeapa saat kami terdiam sambil berpelukan dan berciuman mesra.



“Terima kasih, kak. Tadi itu bener-bener mmm….wow.”, kata Farida saat dia melepaskan ciumannya di bibirku dan menatapku mesra.

“Aku yang harusnya terima kasih sama kamu. Kamu sudah memberikan harta kamu yang paling berharga buat kakak. Kamu nggak nyesel?”, tanyaku. Farida tersenyum manis, sambil menggelengkan kepalanya.

“Meskipun kakak sudah punya cewek, dan nggak bisa jadi pacar kamu?”, tanyaku lagi.

“Nggak apa-apa kok. Lagian aku pikir kak Joe itu bukan type cowok yang pengen aku jadiin pacar kok. Habis kak Joe mata keranjang sih hi..hi..hi…..”, sahut Farida sambil cekikikan. Aku pun mencium bibirnya lagi.



“Hhmmm….sstt….hmmmm….”

Aku mendengar desahan dari sofa sebelah. Ternyata Karina sedang asyik mengocok memeknya dengan tangannya sendiri, dan tangannya yang satu lagi sibuk meremas payudaranya sendiri. Kasihan, gadis cantik berwajah oriental itu harus memuaskan nafsunya seniri. Biasanya aku pasti akan segera turun tangan dan segera membantu Karina dengan menjejalkan Joe jr. ke dalam memeknya yang sudah gatal itu. Tapi sekarang aku masih belum puas merasakan jepitan memek Farida. Maklumlah barang baru. Lalu sebuah ide cemerlang pun melintas di kepalaku.



Aku bangkit dari atas tubuh Farida, lalu menarik Farida agar ikut bangkit bersamaku. Aku mengajak gadis remaja itu menghampiri Karina.

“Kamu berlutut disini, Da. Kayak bayi merangkak. Nah gitu.”, aku menyuruh Farida agar menungging seperti merangkak dibawah sofa tepat hadapan Karina yang duduk di sofa dengan posisi terbaring dengan pantatnya di pinggiran sofa. Karina masih asyik mempermainkan memeknya sendiri, tapi tampaknya gadis itu mengerti rencanaku dan segera menggeser pantatnya hingga memeknya sekarang tepat dihadapan wajah Farida.



“Ida. Sekarang saatnya kamu membalas kenikmatan yang tadi diberikan Karina sama kamu.”, kataku pada Farida sambil menunjuk pada memek Karina yang sudah kembang kempis karena gairah.

“Tapi kak, a..aku gak pernah….gak bisa.”, kata Farida.

“Kamu pasti bisa. Lakuin aja semua yang pernah Karina lakuin sama kamu tadi. Ayo, dong. Tadi aja Karina dengan senang hati membawa kamu ke alam kenikmatan, masa kamu gak mau ngelakuin hal yang sama sih?”, bujukku.



Awalnya Farida masih terlihat ragu. Tapi kemudian secara perlahan wajahnya makin mendekat ke selangkangan Karina. Gadis SMU itu kemudian menjulurkan lidahnya dan walu masih ragu, Farida mencoba menjilat belahan vagina Karina. Vagina Karina sudah cukup basah setelah dia tadi bermasturbasi sendiri, sehingga Farida bisa langsung merasakan rasa cairan kewanitaan yang pertama kalinya dalam jilatan pertama tadi. Gadis SMU itu mengecapkan bibirnya.



“Gimana rasanya?”, tanyaku pada Farida. Farida menoleh kearahku sambil tersenyum.

“hhmm…lumayan.”, jawab Farida singkat lalu gadis remaja itu pun kembali menjilati vagina Karina. Kali ini Farida melakukannya tanpa ragu.



“Ouughh….yesss…terus Da. Cari benjolan kecil di bagian atas. Jilatin disana aaaaghh…..ya begitu. Jilatin juga dalamnya ahhh….”, desis Karina yang merasakan nikmat sambil memberi petunjuk pada Farida agar gadis itu mampu memberikan kenikmatan maksimal baginya.



Sejenak aku hanya diam berdiri menyaksikan pemandangan menggairahkan percumbuan dua gadis cantik seperti tadi. Tapi bedanya sekarang Farida yang memberikan kenikmatan buat Karina. Walaupun begitu, aku bisa melihat dari wajah Farida yang dipenuhi nafsu birahi dan begitu bersemangat menjilati memek Karina, tampaknya gadis SMU itu menyukai kegiatan barunya.



Aku pun tak tahan lagi dan ingin ikut ambil bagian. Tapi sebuah ingatan segera melintas di pikiranku. Aku pun melangkah mendekati meja dan mengambil The Click yang tadi kuletakkan diatasnya. Aku tahu aku harus mematikan alat ini selagi ingat atau kami semua akan terus-terusan horny dan bercinta sampai kehabisan tenaga. Tapi ada keraguan melintas di pikiranku. Aku belum puas menikmati tubuh Farida, bagaimana kalo setelah The Click kumatikan, Farida jadi sadar dan menghentikan semua ini?



Akhirnya jemariku pun menekan tombol berbentuk hati itu untuk mematikan The Click. Tak ada perubahan yang terjadi. Aku tetep horny, tapi mungkin tanpa The Click pun aku tetep bakalan horny bila ada dua gadis cantik seperti Karina dan Farida. Tapi Farida ternyata tak menghentikan aksinya mencumbu vagina Karina yang masih terus mendesah penuh gairah. Tampaknya gairah birahi dua gadis itu sudah terlanjur bangkit hingga mereka berdua takkan berhenti sebelum terpuaskan dan api birahi itu padam dengan normal.



Perlahan aku mengambil posisi di belakang Farida yang masih menungging asyik menjilati vagina Karina. Joe jr. sudah siap dalam posisinya untuk melakukan penetrasi dari belakang. Sejenak aku ragu apakah Farida masih mau kuentot, tapi birahiku yang sudah naik ke ubun-ubun menepis keraguan itu. Satu tanganku membimbing kontolku agar mengarah tepat ke liang vagina Farida, sedangkan tangan yang lain memegang pantat Farida. Setelah yakin dengan target yang kuincar, aku pun segera menghentakkan pinggulku ke depan dan Joe jr pun dengan sekali gerakan berhasil menerobos masuk ke dalam liang vagina Farida yang sempit dan nikmat itu.



“Ugghh….mmmpphh…..”, Farida melenguh saat memknya mendapat hunjaman kontolku tiba-tiba. Tapi gadis remaja itu tak menghentikan kegiatannya dan terus menjilati vagina Karina dengan penuh gairah.



Aku pun tak ragu lagi. Segera saja pinggulku bergerak maju mundur memompa kontolku dalam liang vagina yang sempit, hangat dan nikmat itu. Farida pun mulai mendesah nikmat, tapi karena mulutnya tersumpal vagina Karina maka gadis itu hanya bisa mengeluarkan gumaman tak jelas. Karina tampaknya juga jadi lebih bergairah melihat Farida dikerjai dari dua arah begini. Apalagi Farida tampaknya cepat belajar dan makin lihai dalam urusan jilat-menjilat. Bahkan kini gadis itu mulai berani menggunakan jemarinya mengocok vagina Karina. Desah kenikmatan kami bertiga bercampur dan menjadi suara yang begitu erotis dan makin membakar gairah kami.



Aku bener-benar terbuai dengan kenikmatan vagina Farida. Apalagi dengan posisi ini aku bisa melihat pantat Farida yang bulat dan sexy. Walaupun Farida masih remaja dan tubuhnya belum berkembang sepenuhnya, tapi lekuknya sudah mulai nampak indah. Pinggul dan buah pantatnya pun lebih terbentuk dan lebih menonjol daripada Dini, adik perempuanku. Bahkan lebih menonjol daripada Karina. Tapi memang Karina mempunyai tubuh indah yang lebih semampai dan cenderung ramping. Mungkin bila Farida sudah dewasa akan mempunyai tubuh sexy yang tipenya seperti tubuh mama atau kak Sarah.



“Uughh….aahhh….sstt…ahhh….”, aku mendesah nikmat sambil terus memacu tubuh Farida.

“Aahhh….yessss….Fuck her hard, Joe. Slap that juicy ass.”, desis Karina yang sudah tenggelam dalam birahi dan membuatnya semakin binal.

Plaakkkk…..Plakkkkk…………

Aku menuruti permintaan Karina dan menampar buah pantat Farida yang membulat indah itu.

“Hmmmpp…..hhmmmppp…..”, Farida menjerit kaget, tapi yang terdengar hanya gumamannya yang makin keras.



Aku menampar pantat Farida hanya sesekali saja, sekedar untuk menambah minyak dalam api gairah kami. Aku bukan seorang sado masocist. Kadang aku juga membungkuk ke depan dan tanganku meraih payudara Farida yang terlihat bergoyang indah dan meremasnya dengan gemas. Kami bertiga pun terus bercinta dengan penuh gairah.



“Hhhmppp….aahhh….kak Joe, Ida dap….mmmppphhh…….”, desis Farida saat merasakan gelombang kenikmatan itu mulai menyambar dirinya.. Tapi Karina segera menarik kepala gadis remaja itu dan menekannya pada vaginanya karena gadis chinese itu juga mencapai puncaknya sendiri.

“Aku juga mau nyampe aaaghhhh…”, jerit Karina sambil menggeliat makin liar dan makin menekan kepala Farida ke memeknya saat dia orgasme.



Farida pun orgasme menyusul Karina. Aku bisa merasakan dari jepitan vaginanya yang makin menggila seakan berusaha memeras semua mani dari kontolku. Aku pun jadi tak tahan lagi. Tapi aku masih ingat untuk menarik kontolku keluar karena aku tak yakin Farida aman dari bahaya kehamilan. Aku segera berdiri, dan berjalan sampai ke pinggiran sofa. Tangan kiriku menarik rambut Farida hingga wajah gadis itu terlepas dari himpitan Karina dan mendongakkannya ke atas. Farida tampak sedikit lemas karena baru saja orgasme, tapi wajahnya terlihat dihiasi bias kepuasan. Tanganku yang kanan mengocok kontolku sendiri dan mengarahkannya tepat ke wajah Farida.



“Oohhhh….yeah…..take this ouughhhh……”, dengusku saat kontolku menyemprotkan semua maninya ke wajah Farida yang cantik. Untung saja Farida memejamkan matanya karena semprotan maniku membuat wajahnya berlepotan sperma di mana-mana. Bisa berabe kalo aku harus membawa Farida ke dokter mata, lalu saat dokternya bertanya kenapa, aku hanya bisa menjawab kelilipan sperma he…he…he…



“Aduh…Joe. Kasihan Farida tahu. Lihat wajahnya sampai berlepotan gitu. Tenang aja Da. Sini kak Karin bantu bersihin.”, kata Karina sambil menarik wajah Farida lalu mulai membersihkan spermaku yang berlepotan di wajah Farida dengan lidahnya. Farida membiarkan Karina membersihkan wajahnya dengan jilatan lidahnya yang sensual. Malah tangan gadis itu dengan usil meraih payudara Karina dan meremasnya.



Aku pun duduk di sofa dengan lemas. Joe jr. pun juga sudah mulai tertidur. Tapi baru beberapa saat aku memejamkan matanya, kurasakan jemari lembut dan hangat memegang kontolku dan mengocoknya lembut. Aku membuka mataku dan melihat Karina sedang mempermainkan Joe jr dengan jarinya, berusaha membangkitkan lagi dari tidurnya.



“Jangan tidur dulu dong Joe. Memek aku kan belum ngerasain kontol kamu. Lagian Farida tampaknya masih laper dan pengen nambah. Iya gak Da?”, kata Karina. Aku menatap ke arah Farida. Wajahnya yang cantik kini tak tampak malu-malu lagi dan dipenuhi gairah birahi. Farida pun ikut berlutut dengan Karina di bawah sofa tempat aku duduk. Jemarinya meraih buah pelirku dan mempermainkannya dengan lembut. Joe Jr perlahan mulai bangkit.



Aku sedikit mengeluh dalam hati. Kalo begini, walaupun The Click sudah kumatikan, tetap saja aku bakalan kehabisan tenaga melayani dua gadis cantik yang berubah jadi binal itu. Aku tak tahu, aku ini sedang beruntung atau lagi sial hhhmmmpp…..??????





* * * * * * * * * * * * * * * ** * * * * * * * * ** * * * *





“Kamu nggak jadi nungguin Dini?”, tanyaku pada Farida yang sudah bersiap dan sudah memakai sepatunya. Aku, Karina dan Farida sedang berada di teras rumahku.



“Nggak usah kak. Udah sore. Kapan-kapan aja aku kesini lagi.”, jawab Farida sambil tersenyum manis. Gadis remaja itu tetep kelihatan cantik walaupun hanya memakai seragam SMU Islam yang berpotongan tertutup dengan lengan panjang dan rok abu-abu panjang. Bahkan dengan ingatanku yang kuat dan pikiran kotorku aku seakan masih bisa melihat keindahan tubuh belianya dari balik seragamnya itu. Rambut panjangnya sedikit awut-awutan setelah “pelajaran tambahan” yang diajarkan olehku dan Karina pada Farida barusan.



“Wah, itu bisa jadi alasan bagus buat kamu agar bisa nemuin Joe lagi hi…hi…hi…. Rupanya kamu jadi ketagihan ya?”, goda Karina. Wajah Farida pun bersemu merah karena malu.



“Iihhh…kak Karin. Ini juga gara-gara kakak. Kak Karin tuh yang ngajarin aku.”, jawab Farida sambil tangannya meraih dan berusaha mencubit perut Karina. Karina pun lekas menghindar lalu bersembunyi di belakangku sambil tertawa. Aku yang dijadikan tameng oleh Karina seneng-seneng aja sih. Habis ada dua gadis cantik yang sekarang terlihat seperti mengerubuti dan menghimpit tubuhku.



“Eiittss…..udah…udah…jangan bercanda terus. Ida….Ida manis….., kamu bener-bener nggak mau aku anterin pulang?”, kataku mencoba mengalihkan perhatian. Akalku berhasil Farida berhenti mengejar Karina yang masih bersembunyi di balik punggungku.



“Nggak usah deh, kak. ma kasih. Farida bisa pulang sendiri kok.”, jawab Ida.

“Ya udah deh kalo gitu. Kamu hat…….”, jawabanku pun terpotong karena tiba-tiba saja kedua tangan Farida meraih kepalaku agar menunduk dan bibir gadis remaja yang cantik itu segera menutup mulutku dengan ciuman yang mesara. Dengan senang hati aku pun melayaninya tak kalah mesranya.



“Mmm… gitu yaa…. sekarang aku jadi dilupain deh.”, cerocos Karina yang segera membuat aku dan Farida pun jadi melepaskan ciuman kami. Farida tampak malu karena godaan Karina.



“Masa cuma Joe doang sih yang dapet ciuman perpisahan, aku kan juga mau.”, Kata Karina lagi. Tapi Karina tak perlu kecewa karena Farida segera mendekatinya dan kini gadis remaja itu tanpa sungkan segera mencium bibir Karina. Karina tentu saja membalasnya dengan penuh gairah.



Mereka berdua berciuman selama beberapa saat sampai akhirnya Farida melepaskan ciumannya dan berpamit pulang. Aku dan Karina mengikuti kepergian Farida dengan pandangan mata kami yang masih berdiri di teras rumah.



“Mmm…gimana? Sekarang kamu percaya kan sama ceritaku tentang The Click?”, tanyaku pada Karina setelah Farida menghilang dari pandangan kami



”Oke..oke…aku percaya. Profesor Suparman benar-benar seorang jenius yang nyentrik. Bisa-bisanya dia menciptakan benda seperti ini.”, kata Karina sambil menimang-nimang The CLick di atas telapak tangannya.



“Tapi Joe, benda ini sangat berbahaya sekali. Jangan sampai benda ini jatuh ke tangan yang salah. Siapa saja yang menguasai The Click ini akan bisa seenaknya ML dengan siapapun yang dia mau. Aku harap kamu bisa lebih bertanggung jawab dan jangan menggunakan The Click seenaknya saja.”, kata Karina menasihatiku.



“Mungkin mulai sekarang aku tak akan butuh The Click ini lagi. Aku sudah punya pacar, Nina. Dan juga aku bisa menikmati kamu yang cantik ini walau tanpa bantuan The Click sekalipun”, kataku sambil merangkul tubuh ramping Karina dan mencium bibirnya. Karina pun membalas ciumanku.



Tiba-tiba Karina melepaskan cuman dan mendorong tubuhku menjauh. Gadis cantik itu menoleh kesana kemari seperti mencari sesuatu.

“Ada apa?”, tanyaku yang bingung dengan tingkah Karina.

“Nngg…. aku seperti merasa ada seseorang yang memperhatikan kita.”, kata Karina. Aku pun segera ikut memperhatikan sekeliling halaman depan rumahku, tapi tak ada orang lain selain kita berdua.

“Hhhmmm…… mungkin cuma bayanganmu saja.”, ujarku.

“Mungkin…..Tapi kita masuk aja yuk. Aku ngerasa lebih nyaman di dalam.”, ajak Karina. Akupun tersenyum dan mengangguk, lalu segera melangkahkan kakiku mengikuti Karina yang berjalan masuk ke dalam rumah lagi.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * ** * * * *
Dua hari kemudian………………………

“Joe. Mobilnya sudah siap tuh. Kemarin sudah diservis biar sip kalo dipakai ke luar kota. Sekarang lagi Mamang panasin mesinnya di luar.”, kata Mang Dudung, suami mbok Inah, pembantu rumahku. Mang Dudung memang bekerja di bengkel, jadi aku sering minta tolng dia untuk merawat mobil dan motorku. Apalagi hari ini memang aku mau pergi ke puncak bersama Miko.



“Terima kasih Mang. Habis berapa Mang?”, tanyaku pada Mang Dudung.

“Seperti biasanya lah Joe.”, kata Mang Dudung. Aku pun segera mengambil beberapa lembar uang dari dompetku dan menyerahkannya pada Mang Dudung.

“Ma kasih ya Joe.”, jawab Mang Dudung sambil menerima uang dariku.



“Mang…tunggu! Titip bawain tasku ke mobil dong.”, kataku sambil menyerahkan tas ranselku pada Mang Dudung saat lelaki yang berusia setengah abad itu akan melangkah keluar. Mang Dudung pun mengambil tasku, lalu melangkah keluar. Aku segera mengambil handphoneku dan memencet beberapa nomor.



Tut…tut….tut…..

“Hallo, sayang. Aku seneng banget deh kamu telpon aku. Aku kangen banget sama kamu.”, terdengar suara manja di seberang sana.

“Aku juga kangen banget sama kamu. Bagaimana liburan kamu disana?”, kataku pada Nina lewat telpon. Pacarku itu sekarang sedang berada di Amerika untuk home stay sekalian liburan disana.

“Seru juga sih. Aku bisa sekalian belajar dan ngelatih bahasa inggris aku disini. Tapi jujur deh, aku sebenarnya lebih suka sama kamu liburan kali ini.”, kata Nina.

“Mmm… gue jadi GR deh. Tapi ini kan buat kebaikan kamu juga. Waktu buat kita bersama kan masih panjang.”, kataku sok bijaksana.

“Iya sih aku ngerti. Tapi aku sudah kangen banget sama kamu.”, kata Nina merajuk.

“Kangen sama aku apa sama Joe jr.???”, godaku.

“Ihhh…kamu tuh, jorok terus pikirannya.”, sahut Nina. Aku hanya tertawa.

“Tapi iya juga sih. Aku kangen sama dua-duanya kok.”, kata Nina. Memang sejak kukenalkan pada nikmatnya hubungan seks, Nina yang dulunya gadis pendiam dan pemalu, ternyata jadi agresif dan bernafsu tinggi kalo menyangkut urusan begituan.



“Kamu tenang aja, say. Kalo kamu pulang nanti, aku akan entot kamu dua hari dua malam, sampai kamu puas he.he..he..”

“Yeee…itu sih mau loe.”

“Oh, ya. Aku mau berangkat ke puncak sama Miko hari ini.”, pamitku pada Nina.

“Mmmm…oke. Tapi kamu jangan ngelirik cewek lain ya.”

“Nggak kok. Kecuali kepepet he..he..he…”

“Huuu…. dasar. Hati-hati ya babe.”

“Iya. Love You mmmmuahhh….”

“Love You too mmmuuahhhh….”



Aku menutup telpon. Kemudian aku mengingat kembali persiapanku buat perjalanan ke puncak. Pakaian ganti, jaket, sudah kumasukkan kedalam tas ransel. The Click juga kubawa dan kusimpan dalam tas, siapa tahu butuh he..he..he… Uang, dompet, udah. Yap, sekarang siap buat berangkat. Aku pun melangkah keluar.



Aku menutup pintu depan dan menguncinya, karena sekarang sedang tidak ada orang lain di rumah. Dini dan kak Sarah lagi shoping. Mama juga ada urusan. Untung aja aku sudah pamit kemarin.



Setelah mengunci pintu, aku pun melangkah kemobil. Kunci rumah sudah kuselipkan di penyimpanan rahasia yang sudah diketahui mama, adik, dan kakak perempuanku.

“Lho mang Dudung masih disini?”, kataku saat melihat mang Dudung masih ada di depan mobilku yang menyala.

“Iyalah Joe. Mobil kamu nyala gini, kalo mamang tinggal, bisa digondol maling.”, jawab Mang Dudung.

“Ohh… kalo begitu makasih ya mang. Joe pergi dulu Mang.”, pamitku sambil masuk kedalam mobil.

“Ati-ati, Joe.”, kata mang Dudung. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum lalu meluncurkan mobilku menuju rumah Miko.





* * * * * * * * * * * * ** * * * * * * * * *
Daerah menuju puncak beberapa jam kemudian



“Hoy! Bangun, Dodol. Tidur aja.”, suara cempreng Miko mengusik ketenanganku yang sempat terlelap saat perjalanan.

“Ada apa lagi sih Mik? Gue capek nih.”, kataku dengan malas.

“Dasar. Jadi loe ngajal gue cuman buat jadi sopir loe doang???”

“He..he..he…rencana gue ketahuan deh.”

“Sialan loe.”

“Tenang, Bro. Sampai di puncak nanti, gue akan kasih kejutan sama loe.”

“Kejutan apaan?”

“Ada deh. Kamu tunggu aja nanti. Aku yakin kamu nggak bakalan kecewa.”, jawabku misterius. Dalam otakku segera terbayang akan kejutan yang bisa kuberikan pada Miko. Miko adalah salah satu sahabatku yang paling cupu, takut dan suka gugup kalo dekat cewek, hingga dia masih jejaka ting-ting walaupun umurnya sebaya denganku. Dengan bantuan The Click, aku berencana akan membuat liburan kali ini menjadi liburan yang tak terlupakan buat Miko.



“Huh…sok rahasia-rahasiaan segala. Eh…loe jangan tidur lagi. Di jalan menuju puncak sekarang banyak operasi dari kepolisian.”, kata Miko.

“Tenang aja. STNK dan surat-surat lain ada di dompetku yang ada di atas dashboard tuh. Eh… Mik, jangan ugal-ugalan dong nyetirnya. Pelanin dikit kenapa?!”, kataku saat merasakan mobil yang melaju makin kencang saat ada di turunan.



Aku merasakan ada sesuatu yang tak beres saat melihat kepanikan yang terpancar dari wajah Miko.

“Gawat Joe! Remnya…..remnya blong!”, kata-kata Miko bagaikan halilintar menyambar di telingaku.

“Jangan bercanda loe. Eits…awas Mik….belokin….di depan jur……..aaaggghhhh…….”

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Marni duduk di sofa ruang tengah rumahnya sendirian saja sore itu. Wanita cantik yang sudah berumur 40 tahunan itu terlihat lebih muda sepuluh tahun dari usianya sebenarnya. Tubuhnya penuh dengan lekuk wanita yang sudah matang dan masih terlihat kencang karena latihan aerobik rutin yang dilakukannya. Indah tubuhnya dan kecantikan wajahnya tak kalah dengan gadis mahasiswa seperti anak sulungnya. Apalagi payudaranya yang besar dan montok yang menjadi kebanggaannya. Setiap lelaki yang melihatnya, tak peduli sudah tua atau anak muda yang masih bau kencur pasti terbelalak mengagumi payudaranya yang besar dan masih terlihat kencang dan montok itu. Para wanita akan merasa iri melihat dadanya yang indah itu, bahkan ada yang menyebarkan gosip kalo Marni mendapatkan payudara itu dengan operasi. Padahal mereka salah, Marni tak pernah operasi payudara. Payudaranya memang dari dulu sudah montok dan indah. Dan Marni juga pandai merawatnya hingga ia bisa mempertahankan kekencangannya sampai umurnya segini dan sudah mempunyai 3 anak yang semuanya sudah beranjak dewasa.



Dengan wajah bosan, Marni pun menyalakan televisinya. Dua anak gadisnya belum pulang dari shoping, sedangkan anak lelakinya pergi belibur ke villa keluarga yang ada di puncak. Suaminya sudah meninggal sejak lama.



“Perampokan itu terjadi di siang hari, tapi para perampok berhasil lolos karena warga sekitar tak berani bertindak saat perampok mengeluarkan senjata api dan menembakkannya ke udara sambil………..”, terdengara suara dari berita kriminal di televisi. Marni menekan remotenya untuk mengganti channel.

“…… meluncur jatuh ke jurang di kawasan jalan menuju puncak. Mobil itu terjatuh dan meledak hingga satu penumpangnya tewas terbak……”

“Nasib Marcella dan Ananda Mikola bagaikan di ujung tanduk…..”



Kringgg……kriiinngggg………

Marni pun bangkit dari sofa dan menuju ke arah meja telepon, lalu mengangkat telepon rumahnya yang berdering.



“Halo”

“Selamat malam. Apa benar di sini rumah saudara xxxxxxxxx?”, kata suara di seberang sana.

“Iya, benar. Itu Joe, anak lelaki saya. Ini darimana ya?”, tanya Marni.

“Saya Letnan Amri dari kepolisian. Apakah ibu adalah orang tua dari saudara xxxxxx?”

“Benar. Saya ibunya. Memangnya ada apa pak? Apa anak saya terlibat masalah?”, tanya Marni dengan hati kuatir.

“Mmm…begini bu. Anak ibu tadi pagi mengalami kecelakaan mobil. Mobilnya yang dikendarainya jatuh ke jurang. Ngg…. Dan nyawa anak ibu tak bisa diselamatkan karena mobilnya meledak dan terbakar dengan anak iobu masih di dalamnya. Ibu diharapkan kedatangannya di rumah sakit xxxx untuk keperluan identifikasi. Ngg…Halo…halo…. Bu…halloo……”

“Joe!!! Tidaakk…. JOOEEE….!!!!!!!!!!”



The End ???????????????
Just kidding he…he…he……
To Be Continued to Part 8
Copyright©Joeanchoexs, Dec 2008

----------------------------

44 Tanggapan

  1. Nah gitu….
    Tulisannya Bro Joe taruh sini aja…
    biar ga ribet… ^_^
    THX…
    Baca dulu ahhhh…..
  2. OK dah selesai baca….
    #1. Baru inget nama pacar Joe… Hiks…. T_T….
    Aku kan baru putus sama dia juga….
    Akhir yang menyakitkan….. Huuuaaaaa….. T_T
    #2. Seperti biasa…. 5 thumbs up…
    Cerita dari Joe one of my favorites…
    #3. Endingnya bikin penasaran….
    Tapi kok kesannya jadi kaya sinetron ya….
  3. hmm.. sayang ngga di tambahin foto2 koleksi om shusaku
    Re: blm sempat soalnya rilisnya banyak sekaligus sih, maklum namanya juga pindahan si Joe
  4. paan nih, jangan sampai heronya mati donggggg
  5. pada 14 Maret 2009 pada 15:44 | Balas Pemburu Jilbaber
    Bagus, Bang Joe… Disini aja, yah…Gak usah lari-lari
    Re: iya sekarang bos joe udah hijrah kesini
  6. Hore… Joe’s ressurection
  7. pada 14 Maret 2009 pada 19:18 | Balas joe_anchoexs
    Jadi kayak Sinetron ya? Ha..ha..ha…
    Coba ada produser yang mau bikin cerita sinetron model beginian, pasti seru tuh. Tayangnya tengah malem, biar anak kecil gak bisa lihat.
    Btw film “The Click” yg asli, asalnya dari serial televisi perancis yang agak semi-semi gitu deh. Seangkatan sama serial “Emmanuelle” yang legendaris itu.
  8. pada 14 Maret 2009 pada 20:10 | Balas kucingavatar
    wah wah
    akhirnya karya sang legenda muncul di sini
    congrats yah… dah lama bgt daku menunggu saat 2x ini
  9. pada 15 Maret 2009 pada 01:22 | Balas Hello K!tty
    *Bos Joe
    Wahhhh, Bos Joe akhirnya muncul
    Minta pendekar naga perayu, he he he he
    langsung ditagih mumpung ada…………
    Re: iya nih yg pendekar naga itu kalau ada terusannya pasti asik
  10. wah welcome back Bos joe^^
    hmm nice story Bro, 5 thumbs up! hehehehe
    hmm btw, nebak aja Bos Joe, jangan2 kelanjutan ceritanya, alat the click nya ada sama mang dudung dan kawan2 ya
    abis kan aneh udah diservis mobilnya, eh tau2 ada rem blong. trus jangan2 yang ngintip mang Dudung
    hahaha, kayaknya kbnykan ntn sinetron gw :p
    once again nice story bro
  11. Menarik di tunggu efek “the Click” terhadap Marni :)
  12. kapan part 8 nya neh/
  13. iya, kapan part 8 nya nih??
  14. pada 16 Maret 2009 pada 09:25 | Balas sapi mupeng
    mantep tenannnn…………..
  15. keren-keren ceritanya nich..
    bisa di jadikan inspirasi…hehe
    Re: wah sang penulis baru cari inspirasi nih, moga2 bisa membuat karya2mu selanjutnya better nak!
  16. Akhirnya… terbit juga… setiap malam gw gak tidur karena nunggu lanjutan ceritanya… Very good job, bro! Ditunggu donk cerita Joe ML dengan Sarah..
  17. bos, ceritanya oke banget nih. Benar-benar enak bacanya. Tapi sekedar saran aja nih, gmana kalo ibunya joe dikerjain juga. Oleh si dudung sama si jalal. Seru tuh kayaknya.
  18. nunggu seri 8 nih…
    jgn kelamaan yah bung joe
  19. muantep, cuman the beast na baru mang dudung ama mang jalal, yang laen blon muncul jadi di tunggu kelanjutannya
  20. Bro…
    “Atas Nama Cinta” masukin juga donk…da kangen pengen baca lagi nich. Thx.
    Re: dimasukin ke blognya pak wapres (telurrebus) soalnya unsur incestnya terlalu kental, tar pada protes lagi
  21. hmm.. seperti apakah seri ke-8? tak sabar menunggu..
  22. wuih.. pindah kemari toh.. baru tau.. doh
    ***
    itu si Joe masa mati?? trus yang ngerasain Marni, Sarah ma Dini siapa?? si Dudung?? hmm.. kok agak² nggak rela ya gw.. :D
  23. wow… gue bener2 terhanyut baca cerita ini… Walaupun di awal jarang ada konflik… Tapi kayaknya di seri yang ini mulai ada konflik serius ya…
    Kasihan si Miko kl yg mati itu dia… Mati perjaka… bisa mati penasaran nih.
  24. seru bnget tuh critany….cpetan kluar the Click part 8 yah…..!!!
  25. Yah.. Kak joe! Nih jangan2 joe nya brubah buruk rupa gt ya?? Wah jangan donk.. Biarin tetep ganteng aja dech kak!! Kan ini ceritanya udah elegan gni.. Uhm tapi ini cuma usul aja sih hehe .. Keep on writing! D tunggu seri 8 dan pendekar naga perayu juga!! Hehe
  26. kkkkeerrreeeennnn………joeee!!!!
    heeebbaattt decchhh!!!!
    tolong donk ceritanya di lanjutin banyak yang nunggu nich di makassar….!!!
  27. Pengaruh the click tidak hanya di dalam cerita, tapi gw sebagai pembaca terpengaruh dengan dahsyatnya… untung gw bacanya sendirian ;) )
    Seharusnya ada semacam warning di pendahuluannya…
    Hebat euy…
  28. pada 18 April 2009 pada 11:24 | Balas Fikar El Hazmi
    kerenn…..
    the clicknya jatuh ke mang dudung, ya ????
    wah.. bakal keren nih ntar, Mg dudung ngegarap nyokapnya, adik n kakanya…..
    ditunggu bos……
  29. strain
    BOs nih monitor baru
    saran
    buatin cerita yang paksaan pake alat yang bisa memperngaruhi pikiran untuk berbuat apa aja misal pake pager tulis “nangis” lalu sidia pikirannya jadi sedih terus gak tau kenapa jadi nangis
    tapi si dia hatinya gak mau
    mulutnya juga tapi kelakuannya mau
    tapi sidia juga menikmati ada fotonya gdis japan
    berseri. tapi setelah gak pake alat sidia jadi normal lagi.
    (biasa nya ceweknya jadi geleman)
    pasti ceritanya lebih seru keren
    tolong ya di usahakan thks
    KU TUNGGU
  30. pada 31 Mei 2009 pada 18:25 | Balas Pemburu Jilbaber
    Bikin fivesome Joe ngembat Dini, Karina, Nina, n Farida dalam satu ranjang n satu kesempatan bersama2, dunk.
    Jadi Joe-nya “dikeroyok” empat cewek sekaligus…
    Oh iya jangan lupa TAoJ-nya. Kalo menurut gue, mending gini aja: Leny nyari Joe. Terus ketemu Indah. Diajak ke rumah Joe. Pas Joe pulang diajakin threesome. Habis gitu Leny n Indah sama2 blending perutnya. Joe nikahin deh dua-duanya. Happy Ending deh… :p
  31. keren bos…
    Gmana kalo difollow up dengan Marni yang akhirnya jatuh ke pelukan tukang/kuli/supir. Tambah seru tuh….
  32. pada 26 Juli 2009 pada 19:36 | Balas Pemburu Jilbaber
    Ngomong2 ini bener2 Bang Joe yang bikin?
    Koq kayaqnya jadi beda, deh…
    Biasanya The Click pake sudut pandang orang ketiga….
    Koq yang satu ini jadi orang pertama?
    Re: bang joe emang pernah bilang mulai eps ke berapa gitu penulisannya dalam sudut pandang ke 3
  33. yg cerita berikutny tampilin lg si Erlinany donk ???
    biar agk2 seru…
    ^-^
    Re: rencananya sih gitu, tapi bos joe kemana nih ya?
  34. pada 27 September 2009 pada 15:46 | Balas Pemburu Jilbaber
    Bro joe , bisa minta kirimin ke e-mail gue, gak?
  35. suka deh sama ceritanya..
    sayang joe-nya mati..
    pengen deh joe bisa ngerasain marni en sarah..
    tapi dengan cara dan scene yang oke..harus kreatif.en lebih sexy lagi..
  36. pada 23 Oktober 2009 pada 22:22 | Balas Pemburu Jilbaber
    Omong kosong, Bro… Menurut ane, The Click itu dibikin sudut pandang orang ketiga udah bener, soalnya gak kayaq pengalaman nyata. Kalo TAoJ dibikin kayaq sudut pandang orang pertama, gak pa2. Soalnya lebih mirip pengalaman nyata…
  37. To Be Continued to Part 8 the click kapan neh bro…….
  38. kpn ini keluar yg versi 8 ?
  39. part 8 nya mana bos joe
  40. yah tuh remote click jatuh dimana tuh…..?????
  41. part 8 nya dong
  42. bro cepetan part 8 nya, apa dah keabisan ide? Marninya da keburu ga tahan tuh…
  43. joe.loe masih hidup kah.mana nih lanjutannya
  44. kapaaaaaaan the click nongol lagi, kok sampe sekarang kaga pernah nongol lagi ?

3 komentar:

  1. wah kok brhenti di episode 7
    lanjut lagi dong

    GR

    BalasHapus
  2. part 8-nya mana nie..??
    belom ada lanjutannya juga yaaa..??
    semangat buat para suhu dimari..
    ayoo terus berkarya.. ^^

    BalasHapus
  3. gan dah 3 tahunan kok belum lanjut fighting?????

    BalasHapus