- Cerita ini hanyalah Fiksi belaka, jika terdapat kesamaan nama/kejadian/peristiwa maka itu hanyalah kebetulan semata.
- Bacaan Khusus dewasa, (bukan untuk anak dibawah umur,) alias Adult Only…!! ^_^, Read For Your Own Risk’s & isi cerita yang berisi adengan kekerasan dan pemerkosaan samasekali bukan untuk dipraktekkan didunia nyata.(samasekali tidak patut & tidak terpuji untuk ditiru…!!)
- Mkasih banget buat Bos Shu yang sudah meluangkan waktu selama ini buat mengedit, menelaah, menimbang dan memutuskan untuk memposting cerita-ceritaku.
- Nda lupa, makasih juga buat semuanya yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca & memberi masukan-masukan yang membangun ^_^
- Say NO To Rape ,DRUG’S & Crime’s & Terorism in The Real World.
- Satu lagi juga ^ _ ^, dilarang meng-Copy Paste, dan menampilkan cerita ini ditempat lain selain di KBB, Telur Rebus n Arsip Gue.
Michelle |
Saat aku tengah terpesona, Non Sherin muncul dari balik tikungan, jantungku berdetak dengan keras oleh combo yang memikat antara keliaran ala barat dan kejutekan ala asia yang ternyata sukses membuatku horny di pagi hari. Degggg...!! sambil lewat disisi kiri dan kanan Non Michelle dan Non Sherin mengelus singkat selangkanganku, tuinggggg...!! Ujang junior langsung bereaksi hingga celanaku terasa sesak saat aku menengok ke belakang untuk menatap indahnya goyangan bokong Non Michelle dan Non Sherin hingga mereka berdua menghilang di belokan. Duh, kalau saja bukan dijam-jam sibuk, ingin rasanya aku menerkam mereka berdua
“ufffhhhhhh..., hossshhhh hosssshhhhh...”
Setengah mati aku berusaha meredam gairah yang meledak akibat elusan singkat Non Sherin dan Non Michelle yang dengan kurang ajarnya menggoda Ujang Junior yang tengah bersemedi di dalam balutan celana dalamku. Libidoku semakin meningkat saat melihat beberapa orang karyawati cantik di kejauhan. Kulangkahkan kakiku menuju ruangan Non Shasha, dengan perlahan dan hati-hati kudorong pintu hingga tidak menimbulkan suara dan menyusup masuk. Kudekati Non Shasha yang sedang mengintip keluar dari jendela, kubungkukkan tubuh dan bibirku monyong mendekatinya dari belakang
“cupp...”
“PLAKKKK....!!”
“NGAHAK ?? !!!”
Mataku berkedip-kedip menatap langit-langit ruangan, perasaan sich tadi aku masih berdiri kemudian membungkuk untuk mengecup pipi Non Shasha dari belakang, tapi sekarang aku terkapar di atas lantai. Aku meringis merasakan rasa panas dan pedih dipipi kananku, sepertinya di situlah gamparan keras Non Shasha mendarat dengan refleknya.
Sasha |
“Nonnn, koq saya digampar sich...??”
“maaf jangg, aku pikir siapa beraninya cium - cium dari belakang...”
Non Shasha memapahku berdiri, ia mengusap pipiku yang memar, kubalas dengan mengusap pinggulnya. Seolah mengerti keinginanku, Non Shasha duduk di pinggiran meja kedua kakinya terjuntai ke arah lantai, tanganku mengusapi lututnya kemudian naik merayapi permukaan pahanya, kuraba pahanya sebelah dalam yang mengangkang lebar. Kunikmati kemulusan dan kehalusan permukaan pahanya, jariku naik perlahan kemudian menari bermain di sekitar bibir vagina sebelum akhirnya kucoblos liangnya yang mulai becek.
“crebbb....”
“uhhhhhh Ujangggg.. hhhhh nnhhhhh”
Shasha merintih dengan nafas tertahan tahan saat dua buah jariku menusuki belahan vaginanya. Cairan vaginanya membuat jariku basah berlendir, dapat kurasakan otot vaginanya yang mengkerut menggigit jariku. Kupercepat ritme tusukan jariku hingga Non Shasha keenakan, ia mencubit lenganku yang menusuk semakin cepat.
“Achhh auhhh Uhjangg Akhh...aaaaa! Uhhhh, hssshh.”
“ouwww...sakit Nonn..”
“biarin..!!”
“duhhh, judes amat, sini dibuka dulu blazernya.., ini juga kancing kemejanya dibuka..., WAHHH SUSU...!! kesukaan saya ni mah non, kenyal kenyal lembut...he he he”
“psssssttt. , jangan keras keras bicaranya jang...”
“Emangnya kenapa non ??”
“kamu tuch dibilangin malah pura-pura bodo, sebel tau...!”
“biar aja ah, kalo sama non Shasha mah, mo dibilang bloon keq, bego keq, kaga apa-apa...saya mah terima ajaaa, duhhh Nonn susunya halus bangett” kurayu Non Shasha dengan rayuan gombal sambil meremasi payudaranya yang semakin mengenyal, rasanya seperti meremas bola karet yang lembut dan hangat. Kujulurkan lidahku menggapai puting susunya yang meruncing , kugelitiki puting yang berwarna pink yang kulanjutkan dengan menghisap kuat-kuat puncak payudaranya.
“Ouhh Ujanggg, enakk , ahh trusss. Ujanggg...”
Non Shasha mendesis sambil membusungkan payudaranya ke depan. Dengan rakus kucapluki puncak payudaranya dan terdengarlah suara rintihan tertahan dari bibir Non Shasha. Puas menggeluti payudaranya, kusergap bibir Non Shasha kulumat dan kukulum untuk melepaskan gairah yang menggebu di dadaku. Sesekali aktifitas panas kami berhenti mendadak saat mendengar suara langkah-langkah kaki di luar sana kemudian kembali berlanjut saat langkah-langkah kaki itu menghilang. Jantungku dan jantung Non Shasha berdetak keras, dimainkan oleh birahi dan suara langkah yang lalu lalang yang membuat kami berdua deg-deg-an.
“Degg deggg deggg DEGG.. deggg DEGGG..!!”
“emmmhh Ckk Ckk Mmmh Mmmhhh...ssllcckkk mmmhhh”
Lumatan dan pangutan menambah tinggi gairahku dan gairah Non Shasha, rasa takut ketahuan dan terangsang berbaur menjadi satu hingga menimbulkan sebuah perasaan khusus yang sulit untuk diuraikan oleh kata-kata. Kuhisap batang lidah Non Shasha, dua batang lidah saling bergelut, saling meraih, menoel dan mengulas sementara tanganku semakin aktif meremas-remas payudara Non Shasha kemudian kukeluarkan dan kutekankan Ujang Junior ke sela bibir vaginanya. Perlahan liang vaginanya yang becek mulai melar menerima kepala penisku. Dengan satu sentakkan kumasukkan batangku ke dalam liangnya yang hangat berlendir.
“Hsssshh ahhh, nnnhh ujjjj..jangggghhhhhnnnggghhh”
“ssstttt..., nonnn,tahan dikit Non!”
“o... Ohhhh... hsssshhh hsssshhhh uh..jang..”
Aku mengingatkannya agar jangan terlalu berisik, kuelus kepala Non Shasha yang jatuh di dadaku. Ia meringis saat batang besarku melesak memasuki jepitan liang vaginanya yang basah hangat. Kubenamkan batang penisku hingga selangkangan kami akhirnya menyatu, batangku terasa sulit bergerak dijepit oleh vagina Non Shasha.
“cleppp cleppp cleppp..blepp blepppp.. sleppphhhhh” perlahan kutusuki belahan vagina Non Shasha agar suara becek alat kelamin kami tidak terlalu keras terdengar. Wajahnya yang cantik terangkat ke atas dengan mata terpejam saat kubenamkan batangku dalam-dalam hingga selangkangan kami terasa hangat berdesakan. Tusukan-tusukan lembut yang kupadu dengan goyangan ke kiri kanan mengantarkannya menuju puncak klimaks. Kudekap tubuhnya yang tersentak mengejang
“emmhhh.. cruttt crrrtttt.... ahhh enak”
“sini non berdiri, nungging dikittt aja..”
Matanya yang sipit terpejam saat kukecup keningnya, kutarik dan kudesakkan tubuhnya menghadap ke arah dinding. Kutarik pinggulnya agar menungging ke atas kemudian kucoba menjejalkan batangku untuk menyodominya.
“nnnggg—ggghh.. akhhhh...”
belepotan di pahanya kemudian kuusapkan di sekitar kerutan anusnya dan kembali aku berkutat. Perlu sedikit paksaan untuk menyuntikkan batangku menyodominya, dengan giat kujejal-jejalkan penisku hingga otot anus Non Shasha terpaksa menggigit leher penisku. Kucengkram pinggulnya kuat-kuat sebelum akhirnya kusentakkan batangku ke dalam liang duburnya. Blupphhhh...
“Hegghhhh...!! awwwkhh! J-jangan dalem dalem jang henggkk”
“gak apa-apa nonn,kan makin dalem makin enak,makin kerasa”
Kulumat bibirnya dari belakang untuk membekap keluh kesahnya yang semakin keras, berkali-kali kuhempaskan batangku. Buah pantat Non Shasha terasa empuk hangat saat kudesakkan selangkanganku, tangannya bertumpu pada tembok dengan gaya standing doggy style. Tangan kiriku mengusapi rambutnya, sedangkan tangan kananku meraih payudaranya yang menggantung. Kuremas buntalan payudaranya yang keras kenyal, kuraih hp Non Shasha dan kuputar sebuah lagu Mp3 untuk menyamarkan suara tumbukan penisku. Berkali-kali kutarik pinggul Non Shasha agar ia tetap di posisi yang kuinginkan, tubuhnya menggeliat resah saat jari kiriku mengurut tonjolan klitorisnya.
“uhh crreetttt. Crettttt..crrrrr....Ouhhh..!! “
“wuih boolnya empot-empot,memeknya muncrat yah non ?? he he”
“Plepphh.. blepphhh beppphhhh...!!”
Non Shasha meronta saat anusnya kurojok-rojok dengan kuat. Dengan paksa kudesakkan tubuhnya menempel di dinding. Kudongkrak liang anusnya dengan menggunakan batang penisku, kucekal kedua pergelangan tangannya ambil mengayun-ngayunkan batangku mengempur liang anus Non Shasha yang mengerang pelan.
“Brakkkkk....!!“
“Hahhhh...... ? ? !! Plopppphhhh...!!“
“lagi pada ngapain sihh?? kerja-kerja...!!”
Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras, kontan saja aku dan Non Shasha gelagapan. Bibirku meruncing antara kesal dan lega, kesal karena kenikmatanku terganggu namun lega karena yang berdiri di ambang pintu ternyata adalah kedua istriku yang lain. Non Shasha mencibir pada Non Ayhwa dan Non Sherin yang terkekeh dan menyindirku kemudian menutupkan pintu itu kembali, di tengah nafas dan nafsu kami yang masih tak beraturan, aku dan Non Shasha bergegas merapikan pakaian masing-masing yang berantakan.
“muachhhh, se u darlennnnn...”
“udah, sana gih.. hi hi “
“srrrottttt... srootttthhh srrroooottthhh”
kusemprotkan Baygon untuk menyamarkan “aroma khas” yang tercium kuat diruangan Non Shasha, saat aku tengah menyemprot ke arah daun pintu atas. Tiba-tiba saja seseorang menerobos masuk, sebuah suara melengking membuat ku tergagap, suara seekor nyamuk raksasa berdenging dengan keras, nguunggggg, nguuuunggggg.. NGUUNGGG..!!!
“Heiiiiiii............, apa-apaan ini??“
“maaf buu, maafff, saya lagi nyemprot nyamuk....”
“NYAMUK?? emangnya kamu pikir saya ini nyamuk Hah?? kalau nyemprot pake mata!”
“iy-iya BUUU, KE MATA, SEMPROT KE MATA...”
“PAKE, MATAAAAAAA.......!!!”
“Mata buuu, !! Mataaa...!!.”
“Shasha, panggil Sherin dan Ayhwa ke ruangan saya”
“baik bu, segera...”
“BRAKKK...”
Bu Selmy melotot kepadaku sebelum keluar dari ruangan dengan membanting pintu. Mendadak aku dan Non Shasha merinding membayangkan apa yang akan terjadi jika si penyihir tua datang sekitar 15 menit yang lalu saat aku dan non Shasha sedang hot-hotnya berolah raga di pagi hari. Gemas kuremas pinggul Non Shasha yang menepiskan tanganku, dengan buru-buru aku meloloskan diri dari cubitannya.
“UJANG, awas kamu yahhh...” masih sempat kudengar desis ancaman Non Shasha sebelum akhirnya kututupkan pintu yang sudah banyak berjasa menyimpan rahasia belakangan ini.
“pagi Nonnnnnn...”
“pagii..”
Sebuah senyum dari seorang karyawati cantik membuatku sibuk menidurkan Ujang Junior. Udara seakan mendadak menjadi panas dan tubuhku menghangat, ingin rasanya kurengkuh tubuhnya yang putih mulus, mataku melirik ke belakang , merayapi mulai dari sepasang kakinya yang indah, buah pantatnya yang bulat padat, pinggangnya yang ramping. Oohh alangkah indahnya goyangan pinggul si sexy, ingin kuterkam dia yang menggairahkan, sungguh sayang aku harus bergegas membeli pesanan sarapan istri-istriku. Jika tidak sudah pasti aku akan mencari cara jitu untuk “menembaknya”.
“Brrmm brrmmmmm ckkkiittttt... brrrrmmmm” Sebuah kendaraan pribadi milik Ujang berteriak dengan nyaring. Motor bebek berwarna merah tua meluncur di jalan raya. Sebuah helm terpasang di kepalaku. Beberapa lampu hijau kulewati. Dengan sopan aku mengangguk kepada seorang polisi di pinggiran jalan. Tiba-tiba... Priiiitttttt....!! gila, apa-apaan ini ?? polisi gemuk itu menghentikanku.
“selamat siang, boleh saya lihat sim dan STNK-nya ??”
“boleh pakk, sapa takut... nihhh, lengkapkan pakkk ?? “
“lengkappppppp, tapi saudara tidak memakai helm SNI...”
“Es en i, apaan tuch pakk ??“
“Helm dengan Standar Nasional Indonesia...”
“Oooo, itu, Aduh pakk, kira-kira donnnng, kemaren katanya harus pake yang model begini, masa sekarang diganti lagi...terus helm yang ini mo dikemanain pak, please deh pakk, emang saya harus makan dulu helm yang ada di kepala saya ini buat ganjel perut baru beli helm yang baru?? tolong pak, saya rakyat kecil....” aku mencoba memohon belas kasihan, namun si penyakit berbaju coklat tetap bersikukuh ingin melahapku
Setelah berdebat panjang lebar sampai tenggorokanku teras kering akhirnya aku mengalah
“sudah deh pak, yang ini lebih aman dari helm, gimana pakkk..(Rp) ??”
“iya.., aman-aman...” si perut buncit pura-pura tidak melihat tapi tangannya seperti bermata menyambar lembaran di tanganku.
Kusela motor tuaku sambil menggerutu dan menyumpah dalam hati tanpa melihat lagi wajah si polisi brengsek itu. Kulanjutkan perjalananku dengan hati dongkol. Keesokan harinya saat aku kembali melintas sambil membonceng Darso. Terdengar kembali suara prat-prit-prat-prit. Kali ini kuhadapi teman polisi gemuk brengsek itu dengan muka masam. Aku dan Darso sama-sama sewot, kali ini aku tidak memberikan Sim dan STNK kepada si baju coklat. Setelah cukup lama beradu mulut dan beradu alasan ini dan itu, akhirnya sebelum terjadi french kiss, kedua lintah jalan raya berbaju coklat itu menyerah di bawah lembaran.
“Jang, gimana kalau kita kerjain mereka ??”
“kerjain ?? gimana caranya ??apa lu mau dibedil Soo ??”
“hussshhh, bukan gitu janggg, kita maenin., gini janggg..wa bisikin.”
“Hua ha ha ha ha ha ha....muka gileeee, bisa aja lu...”
“sapa duluuuu dong, DARSOOOOOO...., ”
“Nge he he he he....iya dahhh, kali ini gua kalah...“
Dikantor kurayu Non Shasha, Non Vania, Non Michelle, non Ay hwa dan Non Sherin. Bukan hanya duet combo, namun kusuguhkan super combo yang pasti akan membuat kalang kabut si baju coklat yang sering nangkring di dekat lampu merah atau juga menanti “korban” daerah situ dengan cara bersembunyi. Mulanya “kelima istriku” keberatan dengan rencana gilaku dan Darso, namun setelah kuceritakan sedikit kisah sedih siang tadi, mereka langsung berang dan berniat untuk membantuku dan Darso membalaskan dendam kesumat ini. Selama beberapa hari aku dan Darso mengintai jadwal si gembrot yang akhirnya kutahu bernama briptu Sobir dan rekannya Briptu Anang.
Sherin |
“Ujang..!! jangan dibuka terlalu banyak dong..!!”
“lhaa, katanya mau ngebantu, buka dikit lagi non...”
“bantu sich bantu.., tapi jangan dibuka sampe ke sini dong ah”
“iya, gimana sih nih!!”
“paya hot nonn, buka satu kancing lagi ya...”
“rok nya non, ditarik ke atas dikitttt lagi..”
“udah ah cukup, idih, pokoknya enggak, ihh Darso..!!”
Akhirnya setelah siap, sebuah mobil Panther berwarna silver meluncur ke tujuan. Bom sex dengan daya ledak tinggi tersedia di dalamnya. Dengan sengaja Non Michelle memarkir mobil di tempat dengan rambu dilarang berhenti. Tak lama si baju coklat terlihat menghampiri dan mengetuk kaca samping mobil yang berwarna hitam. Dua orang sekaligus, Briptu Anang dan Briptu Sobir berjejer sambil memasang wajah seram, perlahan kaca mobil bagian depan turun. Aku dan Darso berdiri pura-pura hendak menyeberang jalan.
“selamat siangg... hahhhh ?? !!cegluk”mata Briptu Sobir melotot ke dalam mobil
Seraut wajah wild-wild west membuatnya tertegun dengan mulut ternganga lebar, kumisnya hampir jatuh saat mata mupengnya melompat keluar.
“siang pakk, ada apa ya ??”
“apakah saudari melihat rambu itu ?? disini dilarang berhenti...”
“lihat pakk, “
“lalu mengapa saudari berhenti disini ??”
“ya pengen aja” Non Michelle menjawab asbun.
“ya tapi itu berarti anda sudah melanggar peraturan lalu lintas dan lagi mengapa saudari tidak mengenakan sabuk pengaman ??”
“susah pakkk...”
“Susah ? susah kenapa ??”
“kalau pakai sabuk pengaman dada saya terasa sesak pak..”
“ceglukkk.. Uhhhh..!! @_@”
mata Briptu Anang tambah melotot ke arah dada Non Michelle yang membusung saat kedua tangannya terangkat ke atas kepala seperti orang yang sedang mengusir rasa pegal. Wibawa tetap berusaha dijaga oleh Briptu Anang dan Briptu Sobir namun selangkangan mereka tidak dapat berbohong. Sesuatu membuat bagian celana mereka menggembung sesak. Saat paha-paha mulus sengaja menggoda mata si baju coklat yang terlihat gelisah, keduanya larak-lirik kedalam mobil dengan tatapan mata berbinar, aku dan Darso menahan tawa mendengar suara Briptu Anang yang tergagap sambil berusaha menjawab
“wallpaper Hp saya bagus nggak pak.. ??”
“ehh, eeee. B-bag-Bagus... wahhhhh....mulus glekkkk...”
“ihh bapak liatin apaan sih pak.., masa wallpaper hp saya mulus...”
“ehhh.. bukan, ya, bagussss”
Dengan nakal Non Michelle menyodorkan Sim dan STNKnya ke arah selangkangan Briptu Sobir. Gerakannya seperti dibuat tidak sengaja saat mengelus gelembungan celana si polisi gemuk. Mata Briptu Sobir melirik selangkangan Non Shasha yang duduk agak mengangkang sambil memainkan Hp-nya.
“Perlu STNK dan Sim saya pak ??”
“ooo, nda usahhh.. nd-dah...., eheummm.. glekkkk, ngak usah”
“yawdah kalau gitu , dah bapakk, .muach”
“We luv u pakk, byeeee..., c u ^_^”
Briptu Anang dan Briptu Sobir memelototi bokong mobil Panther yang menjauh dan menghilang di tikungan. Mereka sepertinya menyayangkan tak sempat menahan mobil itu dengan lebih lama lagi karena masih shock digoda oleh yang bening-bening,
Aku dan Darso berjalan santai menjauhi dua orang “penyakit berbaju coklat”. Stik diselangkangan mereka masih menonjol saat meniup-niup peluit “prittt.. pritttt pritttt” pengemudi sebuah mobil honda city berwarna silver metalik kebingungan saat dua tangan si baju coklat menunjuk ke atas langit.
“Pakkkk...., masa ke atasss ?? !!!” si pengemudi berteriak.
“Haepphh uhuk khekkk” hampir saja Sigemuk coklat menelan peluit-nya.
Aku dan Darso masuk ke dalam mobil yang menunggu di tikungan. Spontan kami tertawa terpingkal melihat ekspresi wajah mupeng briptu Anang dan Sobir di layar lebar Sony experia X10 milik Non Shasha. Rupanya di tengah-tengah kesibukan, Non Shasha masih sempat-sempatnya mengabadikan moment-moment khusus yang pasti tidak akan pernah dilupakan oleh “dua orang preman berbaju coklat”.
“ii, Ujang jangan disini ah....”
“nggak apa nonnnn, tenang ajaaa rileksss he he”
Non Sherin terlihat was-was, dengan santai tanganku mengelus-ngelus pahanya. Tangan mungilnya mencubit lenganku, saat tanganku mencari-cari sesuatu di dalam rok mininya, ia mengapitkan kedua pahanya saat jariku menoel belahan vaginanya.
“nahhh, ini baru bener non, kan gampang kalo saya mo colek-colek..”
Non Sherin pura-pura tidak mendengar, ia memalingkan wajahnya ke kiri ke arah jendela yang berlapiskan kaca film hitam. Aku semakin berani meraba-raba, kucium pipi Non Sherin yang sedang meringis. Tampaknya ia menikmati permainan jariku yang menggesek-gesek belahan vaginanya kemudian menekan lembut tonjolan klitorisnya. Aku menoleh ke kanan saat merasakan remasan seseorang yang meremas gembungan yang masih rapih menyimpan Ujang junior. Non shasha tersenyum malu-malu kucing dengan wajah merona merah.
“ckiiieettt...!”
“Wadowwww MAMPUS dahhh...”
“oww maaf , aduh maaf Darso,kegigit yach... ”
Di jalan kecil yang sepi, dengan jahil Non Michelle menginjak rem mendadak. Terdengarlah suara hiruk pikuk di dalam mobil, dan yang paling keras suara jeritan Darso yang duduk di kursi belakang, rupanya tak sengaja, Non Ayhwa yang sedang melakukan service menggigit baso Darso.
“Michelleeeeee...!!”
“ati-ati dong Chel...”
“abis kalian sih mau senang sendiri, aku kan jadi nggak bisa konsen, pada sabar donggg, ntar kita kupas rame-rame diatas pesawat he he hehe”
“Yeeee, bilang aja lu ngiri....ha ha ha ha”
“ha ha ha ha.., “ Non Michelle tertawa lepas.
Dengan sengaja Non Michelle mendesah keras keras, tawa merdu yang bersahutan membuatku semakin gelisah dan tak sabar ingin merasakan seperti apa rasanya dikupas di atas pesawat. Selanjutnya... Deg deg deg deg deg.... aku dapat mendengar detak jantungku sendiri, kursi penumpang di dalam pesawat memang terasa nyaman kududuki, namun entah kenapa hatiku tidak tenang.
“Ujang jangan tengang gitu dong, tumben nih masih layu he he he” Non Vania terkekeh sambil mengecup pipiku, jarinya mengusap celanaku, namun si Ujang junior masih gemetar ketakutan di dalam kurungannya.
“euhhh, non, yakin aman nih?? !!” aku bertanya panik saat merasakan pesawat yang kami tumpangi mulai maju dan WAKKKK, sepertinya mulai terbang nih, aku menutup kedua mataku serapat yang aku bisa.
“waduhhh, suami kita pada takut terbang yach...??” canda non Michelle.
“glekkk.. ceglukk, nggak , nggakk takut koqqqq... bener nggak Soo??”
“Hoo hoo-ohh, iya iya, b-bener jang kita mah nggak ada yang ditakutin...”
“kok pada merem sich?? udah ngaku aja, pada takut terbang kan ?”
“Maklum Non, saya sama Darso belum pernah terbang.., jadi yah agak merinding merinding gitu deh...yakin ini tehh aman non ??”
“amannnn, tapi nggak pake tehhhhhh....”
“tapi non, kapal segede gini koq nggak ada penumpang yang lain selain kita?? kan mubazir tuch tempat duduknya banyak amat yang kosong”
“ada dechh, “
“Lagian agak aneh, koq kita-kita boleh cuti sih ?? bisa samaan lagi ngambil cutinya ?? “
“udah ah jangan banyak tanya , sretttt...” non Michelle menarik resleting celanaku ke bawah.
“Darso koq merem aja sich, sini dongggg...”
“e-ehh..nonn, mulus amat pahanya ?? aduh.”
“eit.!!, Darso hati-hati siniii...pelan - pelan...”
Ayhwa |
“emmmh Darsoo jangan digituin ah, aku geli, ihhhh”
Dengan bernafsu Darso menjilati vagina Non Ay Hwa yang menggeliat– geliat resah di kursinya. Ujung lidah si Obe gemuk menyentil dan mencokeli klitoris mungilnya yang menonjol. Terkadang Non Ay Hwa mendorong kepala Darso sambil mengapitkan kedua kakinya rapat-rapat saat Darso semakin garang dan galak melumati vaginanya yang berlendir. Karena tidak tahan akhirnya non Ay Hwa mendorong pundak Darso. Sedikit penolakan dari Non A Hwa membuat Darso berubah liar, si gemuk terlihat tangkas memelucuti pakaian Non Ay Hwa, tubuhnya yang putih mulus tampak kontras dengan tubuh Darso yang hitam gemuk. Dengan mata berbinar Darso menjulurkan lidahnya untuk menjilat puting susu Non Ay Hwa yang berwarna merah muda. Ujung lidahnya menggelitik hingga Non Ay Hwa mendesah keenakan, payudaranya semakin indah membongkah dan putingnya mengeras karena terangsang.
“enyak non, enyakk happp eummm..Nyoottt nyoooottt, memmm”
Mulut si obe gemuk tambah lengket mengemut ngemut puncak payudara Non Ay Hwa. Tangannya berkeliaran menyusuri kemulusan dan kehangatan tubuh seorang karyawati cantik sementara cuping hidungnya mengendusi keharuman tubuh Non Ay Hwa yang menggairahkan. Endusannya semakin naik ke atas keleher, ke rambut, tangan Darso membelit semakin kuat merengkuh tubuh mulusnya yang pasrah dengan tatapan mata sayu.
“mmmhh mhhhhh.. ckk mmmmhhhhh...”
Suara keluh kenikmatan terdengar mengasikkan, pangutan–pangutan semakin memanas seiring dengan semakin naiknya birahi Ay hwa dan Darso, mulut Darso hinggap di leher jenjang non Ay Hwa. Dihisapnya leher jenjang itu hingga meninggalkan bekas cupangan kemerahan. Sementara Non Vania dan Non Shasha mulai melucuti pakaian Darso. Sebuah batang gemuk berurat tercuat saat celana dalam itu terlepas, benda panjang milik Darso menjadi rebutan Non Vania dan Non Shasha. Dengan sengaja Darso memiringkan pinggulnya agar Non Vania dan Non Shasha dapat lebih leluasa lagi memainkan benda kebanggaannya.
“Sha..., koq rasanya mirip bakso malang ya ?? “
“Ah masa sih, mana aku coba, emmmmmhh ckk..! enggak ah..gak sama“
“aku bilang mirip bukan sama..,”
“bakso malang asin he he he he...”
Darso junior sibuk menghadapi kuluman dan kecupan dua orang karyawati cantik. Belaian lidah yang hangat membuat batang besar Darso tampak semakin perkasa. Balutan air liur membuat batang Darso basah, kuluman demi kuluman non Vania dan Non Shasha membuat kepala penisnya mengkilap. Darso tersenyum sambil meletakkan batangnya di permukaan Vagina Non Ay Hwa seakan sedang memamerkan sampai sejauh mana batang itu akan masuk. Si cantik semakin gelisah saat kepala kemaluan Darso semakin betah bermain di sela bibir vaginanya. Ia tahu sebentar lagi tubuhnya akan melonjak kuat dalam kenikmatan, kepala penis Darso menggerus-gerus belahan vagina Non Ay Hwa, si obe terus mempermainkan birahinya yang menggebu.
“Akhhhhhhhh..!!” Ay Hwa memekik keras saat sesuatu merangsek kasar menusuk belahan vaginanya, sekujur tubuhnya mengejang dan terasa lemas saat batang besar Darso amblas semakin dalam, butir-butir keringat yang mengucur deras memperindah lekuk liku tubuhnya yang terdesak oleh benda panjang di selangkangan Darso
“ayo Hwaaa, lawannn...”
“Goyangg.. goyang terus hwaaa... jangan mau kalahh...”
“nnggghh, susah, besarrr Dar...sooo, pelannhh, aduhhh, owwww...”
Berkali-kali Ay Hwa memohon belas kasihan saat batang Darso menggasak liang mungilnya namun batang besar itu terus menghujam tanpa ampun. Dengan disemangati oleh Non Shasha dan Non Vania, Ay Hwa berusaha bergoyang menyongsong sodokan sodokan kuat itu dipadu dengan sodokan lembut yang dalam yang membuatnya semakin kewalahan. Nafasnya berhembus tak beraturan dan benteng pertahanannya pun tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi menghadapi enjotan lembut alat kelamin Darso yang panjang gemuk.
“clepp cleppp cleppp Bleppppphhhhh...”
“cruttt cruttt unnnnhhh....”
“mau lagi non ?? nga ha ha ha ha..”
“nggak ahh, udah Darso, udahhhh.., cukup.”
“bohong, kemaren Ay Hwa pernah bilang pengen sepuluh kali...”
“pengen dianal juga katanya...”
“Oooo, gitu yahh, sini non, nungging..!!”
Non Shasha dan Non Vania memprovokasi Darso yang langsung bertindak garang menarik dan menunggingkan Non Ay Hwa yang berontak. Non Vania memegangi tangan Non Ay Hwa, sementara Non Shasha membimbing batang Darso menuju liang anus Non Shasha.
“bohonggg, jangan Darsoo, jangan!!” Non Ay Hwa memohon.
“JREBBBBB... Breppphhhh....! JEBOL” Darso berteriak sambil merojok kuat anus non Ay Hwa.
“Heeeggghhhhh, mampus akhuuuu..” Non Ay Hwa mengerang keras saat Darso menusukkan batangnya,
Liang anusnya terasa panas dan sesak, dengan lembut Darso menunggangi Non Ay Hwa. Setelah mengocok kuat, non Shasha membuka sebotol sampanye. Disemprotkannya buih buih sampanye ke sekujur tubuh Non Ay Hwa, tubuh Vania dan juga tubuh Darso, aroma persetubuhan bercampur dengan aroma sampanye yang memabukkan.
“Spruttthhhh....”
“Awwww, gila kamu Sha, awas yach... aku balas..., pegangin Sher, Ujang bantuin dong pegangin si Shasha.....”
Vania |
“ehhh, kalian mau apa ?? sherina lepas....OWWWWWWW...., ampun-ampun AUCHHHH...”
Non Shasha menjerit saat isi vaginanya terkena semprotan buih sampanye yang dingin. Non Michelle menembaki isi vagina non Shasha dengan sampanye tanpa mempedulikan pemiliknya yang kelojotan. Si pirang tampak ahli memainkan vagina Non Shasha, jarinya menekan hingga klitoris non Shasha menonjol kemudian menggosoknya dengan botol sampanye. Kontan saja tubuh non Shasha mengerjat – ngerjat hingga akhirnya menggelepar, vaginanya berdenyut kuat menyemburkan lendir-lendir putih kental.
“Ousssshhhh,, akhhhh, crutt cruttt....”
Non Sherin menolak saat Non Michelle menyuruhnya untuk menjilati lelehan lendir di selangkangan Non Shasha. Ia menolak dan menggerutu, semakin keras Non Sherin menolak semakin hebat pula Non Michelle merayunya.
“ayo Sher, enak loh,.”
“nggak ah aku ngak mau Chell...”
“udahhh, nyicip aja, dikit...”
Non Michelle menekan kepala Non Sherin ke arah selangkangan Non Shasha sambil terus merayunya agar mau menjilat lelehan harum yang sudah bercampur dengan aroma sampanye. Dengan ragu Sherin mencoba mennjulurkan lidahnya, dan sllcckkkk, sambil terus menekan kepala Non Sherin, Non Michelle mulai bergabung lidahnya saling berbagi mengecap cairan gurih yang meleleh dari belahan bibir vagina Non Shasha yang duduk bersandar sambil mengangkangkan kedua kakinya lebar lebar, ia semakin keras merintih saat kedua tanganku meremasi induk payudaranya.
“owww..!! Michelle...., jangan, hsssshhh.. ja....ngannnnhhh”
“ohhh Sherinn, muachh muachhh...”
Non Sherin menjerit saat non michelle menerkamnya, mereka berdua bergulingan, non Sherin mendorong Michelle saat sipirang bernafsu ingin mengemut payudaranya. Non Sherin menyilangkan kedua tangannya di dada berusaha melindungi payudaranya dari sergapan mulut Michelle. Sekali lagi non Sherin mengeluh saat non Michelle mendorongnya hingga jatuh terlungkup. Dengan liar Non Michelle menaiki punggung Sherin. Terdengar penolakan bercampur dengan rintihan dari bibir Non Sherin saat non Michelle menggeluti tengkuk dan pundaknya. Sambil menonton pergumulan antara non Michelle dan non Sherin yang semakin seru kutarik non Shasha, dalam posisi duduk saling berhadapan non Shasha menurunkan belahan vaginanya. Dengan setia kepala kemaluanku menunggu belahan vaginanya, kedua tanganku menarik pinggangnya untuk turun.
“Blesssssshhhhh, ouhh, ssshhhh...”
Non Shasha seperti tersiksa saat batangku amblas menyelami belahan vaginanya yang peret. Butiran keringatnya mengucur deras, wajahnya mendongkak ke atas seolah memberikan ruang untukku untuk mencumbui batang lehernya. Naik turunnya vagina kusambut dengan menyentakkan batangku ke atas kuat-kuat.
“nnnhhhh...!!”
“oughh, non Shasha....”
“Ujangggg... nnnggghhhhhh”
Shasha mengeluh, sodokan-sodokan Ujang jonior yang akurat dan liar membuatnya melayang semakin tinggi, desahannya berbaur dengan desahan Non Michelle, Non Ay hwa, non Sherin dan non Vania. Shasha menoleh ke arah Sherin, ia tersenyum dikulum saat melihat Sherin terlentang pasrah sementara Michelle terlihat asik asik menyusu di dadanya. Nafas Sherin terlihat semakin memburu saat Michelle mengejar sesuatu di selangkangannya. Tiba-tiba Shasha mengerjat dikejutkan oleh rasa nikmat yang menyengat vaginanya. Tubuhnya menggeliat erotis dalam pelukan Ujang yang nyengir bak arjuna menang perang. Sang Arjuna merobohkan dirinya ke belakang, kemudian meluncurkan tombak di selangkangannya hingga tubuh Shasha tersentak-sentak ke atas saat batang besar Ujang merojok kasar dalam posisi woman on top. Berkali-kali liang mungilnya menyemburkan cairan hangat kental.
“Akhhhh.. crrutt crutttt...” tubuh Shasha ambruk ke dada Ujang
Dirinya sudah tak sanggup lagi melayani nafsu seorang obe yang nyengir keenakan sambil terus mengocoki belahan vaginanya. Robohnya Shasha bukan berarti berhentinya Ujang junior yang semakin asik menggempur liang mungilnya.
“auhhhh, gila kamu Chelll... gila ohhhhhhh ampunnn Chelll. Aaaa”
Mulut Michelle mengunyah kuat-kuat vagina Sherin. Omelan dan gerutu terdengar di sela-sela desah kenikmatan Sherina. Rintihan Sherin semakin keras saat Michelle membuka bibir vaginanya. Kulepaskan tubuh non Shasha yang sudah tidak berdaya dan kuambil posisi di belakang non Michelle yang tengah asik menikmati isi vagina Non Sherin. Kutempelkan batangku pada belahan vaginanya dan kutusuk liang si pirang.
“Ouchhh...!!”
“Bleppp bleppphh clepppp....PLOK PLOKK PLOKKK”
Non Michelle menghempas-hempaskan buah pantatnya ke belakang. Gerakannya sungguh liar, ia melawan gempuranku, kusodokkan batangku dengan lebih kasar lagi hingga tubuhnya tersungkur-sungkur. Sebagai pelampiasan Non Michelle bertambah kasar menggeluti isi vagina Non Sherin yang mejerit bersahutan dengan si pirang dalam birahi yang bergolak membakar sisi-sisi liar gairah kewanitaan mereka berdua. Aku mengulum senyumanku saat mendengar Non Ay Hwa memohon pada Darso yang begitu pandai menggempur lembut liang vaginanya dan berkali-kali merobohkannya berkubang dalam lumpur yang paling nikmat.
“ohhh, Darso....cruttt cruttt, sudah Darso sudah, aku nggak kuat lagi”
“bolehh tapi syaratnya cerai-in suami non Ay Hwa, trus kita kawin yach..”
“emmmmh iya...., terserah kamu So, terserah, tapi sudah dong , aku capek”
Darso melepaskan tubuh Non Ay Hwa yang mengeluh kecapaian. Pinggul Darso mundur ke belakang hingga Darso junior terlepas dari jepitan liang vagina Non Ay Hwa, dengan wajah mesum Darso mengusap vagina Ay hwa yang memar kemerahan akibat perbuatannya,
Si gemuk berdiri sambil menarik tubuh Vania yang mengalungkan kedua tangannya ke leher Darso saat si obe gemuk mengait selangkangannya dalam posisi berdiri. Posisi Non Vania mirip seperti sedang digendong tapi dari arah depan dengan selangkangan yang saling merapat. Wajah Vania terlihat renyah saat batang Darso membelah liang mungil di selangkangannya.
“wowww ?? non Vania makin hebat aja dehh...”
Darso cukup terkesan dengan kemahiran Non Vania, tangan Darso menopang buah pantat Non Vania. Sementara kaki mulus Vania berusaha menjepit pinggang Darso, mata Vania melotot merasakan nikmatnya gerakan batang besar yang begitu kuat menumbuki liang mungil miliknya.
“Ahhhhhhhhhh...!! crutttt crutttttt.....”
Sepasang kaki mulus Non Vania terjuntai tanpa daya saat tubuhnya menggelepar dilanda rasa nikmat yang berlebih, lendir-lendir yang membanjir membuat suara tumbukan semakin keras dan jelas. Mulut Darso melumati bibir Vania yang tak henti hentinya merintih dan mendesah. Setelah puas menggempur dalam posisi berdiri. Darso menurunkan tubuh Non Vania yang bersimbah keringat. Si gemuk tersenyum melihat lendir yang meleleh di paha Vania sebelah dalam. Vania mengusap batang panjang di selangkangan Darso sebelum akhirnya ia berbaring dengan santai di bawah kaki si gemuk. Kedua kakinya yang mulus tertekuk mengangkang kemudian ia bertumpu pada ujung kaki mengangkat pinggulnya ke atas setinggi yang ia mampu.
“anjrit, oh nonnn, indah nian “
Darso berlutut kepalanya mengejar selangkangan Vania yang terangkat. Aroma vagina tercium kuat dicuping hidungnya, belahan mungil berlendir di selangkangan gadis cantik itu yang merekah menyebarkan aroma harum khas yang disukai oleh pencinta lendir.
“sllcckk nyottt mhemmm nyemmm..srrrpphhh...”
Darso membantu menopang pantat Vania sementara mulutnya sibuk menghisap liang vagina gadis itu. Puas melumati liang vagina, Darso kembali menempelkan batangnya pada belahan hangat yang kesulitan menelan kepala kemaluannya. Wajah Vania memerah saat batang itu diamblaskan oleh pemiliknya dengan paksa, saat Darso menghentakkan batangnya ke bawah dengan kasar. Vania mengangkat pinggulnya ke atas kuat-kuat.
“Bhubbb.. bhubbb bhubbbb.. Jrebbb” terdengar suara keras tumbukan dua alat kelamin yang saling beradu dihantamkan oleh pemiliknya. Nafas keduanya berdengusan disiksa oleh sang nafsu, suara erangan kenikmatan Vania disambut suara keluhan Darso,
Vania mencoba sekuat tenaga untuk mengimbangi gerakan Darso, tubuh mungilnya menggigil, kedua lututnya semakin gemetar dan kakinya terasa lemas namun ia tetap mengangkat pinggulnya sekuat tenaga hingga titik pertahanan yang terakhir. Di saat batang itu meluncur dan beradu, vaginanya kalah telak dan terhempas tanpa daya di bawah selangkangan si Obe gemuk. Vania nyengir kucing saat merasakan kedut-kedut kenikmatan yang membuat tubuhnya menggelepar dengan nafas memburu kencang, ia terdiam saat Darso membalikkan tubuh mulusnya yang banjir keringat, batang Darso menaiki buah pantatnya yang empuk. Ketidak berdayaan Vania seperti mengundang binatang liar itu untuk membelah liang anusnya.
“AKHHHH...”
Tubuh Vania menggeliat dibawah tangan Darso yang mencengkram pinggulnya kuat-kuat. Anusnya mengkerut saat benda asing besar itu memaksa untuk masuk sementara anus yang mengkerut membuat Darso harus mengeluarkan tenaga ekstra menjebloskan batang besarnya ke dalam anus gadis itu.
“Arrrrhhhh errrrhhh hssssshh AWWWW..!!”
Erangan pertama terdengar saat kepala kemaluan Darso menjebol anus Vania, erangan kedua menyusul saat Darso menekankan batangnya beberapa kali dalam sentakan-sentakan kecil untuk memasuki liang anus Vania, dan pekikan keras terdengar saat batang Darso amblas seluruhnya. Selanjutnya suarapun silih berganti antara erang, rintih dan pekikan saat Darso mulai menggenjotkan batangnya menikmati liang anus Vania.
“Darso haus ya ?? nih minum..”
“glukkk.. ceglukkk glukkkk,mkasih nonnn...”
Darso menghentikan genjotannya kemudian meminum segelas milo dingin yang disodorkan oleh Non Ay Hwa kemudian kembali menggenjot anus Vania yang tengah meneguk segelas milo dingin hingga gadis cantik itu tersedak.
“uhukk uhukk.. “
“ihhh, Darso ntar dulu kali, orang lagi minum koq disodok sich, kacian kan Vania...”
Darso cuma terkekeh sambil menepak gemas buah pantat non Ay Hwa yang berusaha berdiri sambil menjajakan minuman. Sambil menggenjoti anus Vania tangan kiri Darso menggapai payudara gadis itu dan meremas-remas dan memilin putingnya yang mengeras hingga Vania merintih hebat. Darso protes saat mendengar suara pekikan non Ay Hwa.
“Oiiii... JANG, awas lu..!! jangan kasar-kasar sama calon bini gua...”
“pinjem bentar gua butuh liangnya so, he he he”
“sompret luh...”
Setelah meneguk minuman dingin kulepaskan tubuh si pirang yang sudah terkapar lemas. Sebagai gantinya kurengkuh tubuh Non Ay Hwa, dengan santai aku duduk bersandar di kursi. Non Ay Hwa duduk mengangkang di perutku, kuelus buntalan payudaranya dan kuremasi keindahan sepasang payudaranya yang putih. Payudara non Ay Hwa tidak begitu besar namun terasa padat. Kutarik wajahnya dan kulumat bibirnya yang merekah, nafas non Ay Hwa terdengar berat saat kubenamkan wajahku di belahan buah dadanya, kuhirup dalam-dalam aroma harumnya payudara Non Ay Hwa sebelum kuhisapi buah ranum di dadanya.
“Ujanggghh, nnnhhh , hsssshhh...”
“mummmmm.., nyottt nyottt, he he he, nyoooott muachh nyoot”
Kedua tangan non Ay Hwa mendekap kepalaku hingga wajahku semakin dalam terbenam di belahan dadanya. Dengan ujung lidah kugelitiki belahan buah dadanya dan kuciumi payudaranya yang indah, non Ay Hwa menggesek-gesekkan vaginanya keperutku. Dapat kurasakan lendirnya yang harum hangat dan lengket, buah dadanya yang indah mengundangku untuk lebih menikmati buah itu. Kusentuh induk payudaranya dengan lembut dan perlahan, tubuhnya menggeliat ketika aku membuat gerakan melingkar yang menyempit hingga mendekati puting payudara. Rangsanganku membuat puting payudaranya meruncing dan mengeras, kuremas dengan lembut dan kuvariasikan dengan menyentuh putingnya. Saat ia merintih kucapit putingnya dengan dua jari dan kuputar seperti sedang membuat bulatan.
Kusiapkan non Sherin menungging di sisi Non Ay Hwa yang juga kutunggingkan. Kutekankan dan kukait vagina Non Ay Hwa, kusodok kuat menggunakan seluruh kemampuan dan tenagaku, kutunggangi tubuhnya hingga butiran keringat membasahi punggung dan pinggangnya. Kupacu dan terus kupacu hingga terdengar suara rintihan lirihnya
“ohhhhhhhhhhhhhh cruttt cruttt crutttt...”
Kupindahkan batangku yang basah oleh cairan vagina Non Ay Hwa kerutan anus Non Sherin, ia melenguh keras saat kubongkar paksa anusnya, kucengkram pinggulnya kuat-kuat. Saat kusodokkan batangku kutarik pinggangnya kevbelakang hingga tumbukanku semakin kuat.
“PLOKKK.. PLOKK PLOKKK”
“UNGGHH UNGGGG NGUUUUHHH....”
Non Sherin mengeluh dan terus mengeluh, ia merintih saat Ay Hwa membantunya dengan melakukan remasan dan jilatan pada putingnya yang mengeras. Cumbuan-cumbuan Ay Hwa yang hangat menghanyutkan membuat Sherin menikmati keliaranku. Jari kanan Ay Hwa menggosoki belahan vagina Sherin sementara tangan kirinya meremas-remas payudara Sherin yang terayun bebas mengikuti sodokan batang penisku.
“ouuuhc.. srruttt crruttt...., aduh-aduduhh sakit Ujang sakittt...”
Kuhentikan gerakan kasarku menyodomi anus non Sherin sebagai gantinya aku tidur terlentang dan kunaikkan vagina Non Sherin ke atas batang kemaluanku. Crebbbb, raut wajah non Sherin terlihat mengenaskan saat kubenamkan batang besarku, ia terlihat kewalahan, erangannya terdengar keras saat tubuhnya tersentak-sentak ke atas. Seiring berjalannya waktu entah sudah berapa kali tubuhnya mengejang keenakan dan vaginanya berkedut kedut menyemburkan cairan kenikmatan.
“Ujang, emmhh ,ahhhh...mmm mmmmmhhh”
Non Ay Hwa memeluk dan mengulum bibir Non Sherin, mereka berdua saling memangut dan bergantian menaiki batangku dan bergantian pula batang penisku dimandikan oleh lelehan cairan vagina Ay Hwa dan Sherin. Kini vagina Non Ay Hwa bermain naik turun pada batangku sementara Non Sherin menyodorkan vaginanya ke mulutku. Kukunyah vaginanya yang legit sambil terus menyentakkan batangku ke atas menyerbu kenikmatan di selangkangan Non Ay Hwa
10 menit kemudian terdengar lenguhan dari bibir Sherin, Ay Hwa dan Vania yang sedang dikerjai oleh Darso, dua batang yang haus akan kenikmatan menyemburkan cairan klimas dalam tempo yang berbeda.
“Crotttt Crottt Crotttt.......”
“Heugghhh Kecrottt crottttt...........”
“hi hi, Ujang minum nihhh....”
“kamu juga Darsooo, ayo sayang...”
“Gluphh... Glukk Glukkk...”
“Ceglukkk, Burpphhh Glukkkkkk”
Aku dan Darso yang ambruk kecapaian dicekoki oleh non Michelle dan Non Shasha. Entah berapa botol sampanye yang sudah habis akibat kenakalan mereka mencekoki kami berdua. Dunia ini serasa oleng ke kiri dan ke kanan kemudian “BYAR PET PYAR PETTTTTT....”semuanya tiba-tiba saja menjadi gelap.
OUCCCHHHH....!! wer em ai ? , Kupincingkan mataku untuk memperjelas pandanganku yang masih kabur. Kepalaku terasa pusing, setelah beberapa kali berkedip yang cukup lama aku mulai tersadar. Sekuat tenaga aku meronta, buset, aku terikat diatas ranjang besi, kupanggil nama istriku satu persatu namun tidak ada satupun di antara mereka yang menyahut.
“non Shasha, !! Non Michelle, Non ..Vaniaaaa dll dst dsb...”
“Ujangggghh,sebentar dong, udah ngak sabar ya ? hi hi hi...”seseorang muncul dari balik pintu sambil menyahut memanggil namaku.
“WHUAAAAAAA...!! B-Buu Selmy ?? !!!”
(Yohana : Oye ^_^)
(All : AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA @_@.....!!!!!)
Tak terkira kengerian yang kuhadapi saat melihat sesosok kurus kering melenggok genit berjalan ke arahku. Tubuhnya masih bersimbah keringat, ia mengkikik hingga bulu kuduk-ku berdiri dan robohnya Ujang junior tergeletak tanpa daya. Aku menjerit dan meronta sejadi-jadinya saat si penyihir tua melompat menerkamku, tangannya menyambar kemudian meremas dan mengocoki batangku, bibirnya monyong mengecupi pipi kiri dan pipi kananku.
“AUHHH.. WHOAWWW, AMPUN BU, AMPPPUUUUNNNNN..!! ANJRIT MAMPUS DAHHHHH..!!.WHOADOOOOOOHHHH.”
“cup.. cupp muachh hi hi hi ... hiii hiii.. muachhh..!!ayo Ujang, berdiriin dongg tititmu, masa lemes gini, cmon beib, nih sedot susu ibu.hi hi hi”
“JANGAN bu, jangannnn..!!KAGA MAU, susunya udah basi buuu..!! WHUAAAA...!!AMPOOOOONNN, Ehhhhh ??Lhaaaa ??ehh ituuu.......”
“Eihhh, cobain dulu.., belum dicoba koq udah nolak sich hik hik hik..”
Tiba-tiba mataku melotot kearah belahan dada bu Selmy, ada sesuatu yang kukenali, itu..!! astaga..?? OMGGGG, di antara payudaranya aku melihat sebuah tanda lahir , itu...!! tanda itu...!! aku tidak akan pernah melupakan orang yang telah merengut keperjakaanku. Seorang wanita bertubuh gemuk, hemmmm, koq sekarang jadi kurus kering begini ya ?? !!! diet dan sedot lemak kali ?? ahhh..!! itu tidak penting.
“jalan xxxx rt xxx rw xxx....!! Adowwww....”Aku menjerit karena si peot terlalu kuat meremas batangku akibat terkejut.
“kam-kamu.., siapa kamu sebenarnya....”si putih peot mangap sambil bertanya.
“nama saya Ujang buu , UJANG...!! saya obe di kantor ibu.....!!”
“SAYA TAHU ITU...TOLOL....!!
Bu Selmy seperti melamun kemudian terdengar suara cemprengnya.
“mungkinkah kamu si anak kecil bertitit besar itu ?? jawab??“
“Nahhhh itu-kan INGET...!!begitu saya melihat tanda di susu ibu yang peot saya yakin 1 juta persen orang itu pasti ibu, saya tidak akan pernah melupakan tanda lahir di susu itu seumur hidup saya!! TIDAK AKANNNN...PERNAHH!! pokoknya sekarang juga lepaskan saya buu.., kalau enggak saya laporin ibu sama komnas ham, sama kak Seto dll ehh iya nggak lupa saya laporkan sama pak polisi, kalo perlu saya laporkan juga sama Bang Oma atas apa yang pernah ibu lakukan terhadap saya.....!!LEPASKAN..!! LEPASKAN ENGGAK ?? !!!”
“iy-iya jang.., iya..., iya...”
Aku sedikit merasa lega saat dengan gemetar binatang tua itu menyahut sambil melepaskan ikatan di kedua tangan dan kakiku yang terikat mirip huruf x. Begitu semua ikatan sudah terbuka aku melompat sambil menyambar sehelai selimut tanpa mempedulikan si tua yang memohon agar kusetubuhi. @_@...% # !!, e-ehhh maksudku agar kuampuni....!! Dengan tegas kupaksa dia untuk menunjukkan kamar tempat Darso disekap....! waduh ..!! sungguh malang nasib Darso yang kutemukan dalam keadaan terikat. Abis diapain sampe diiket iket segala , kulepaskan si gemuk DARSO.
“HU HU HU HU, gua diperkosa janggg... Huu huuuu”
“hah? diperkosa sama siapa ? terus gimana enak ??bagi-bagi dung”
“SETAN luh .JANG!Gua baru diperkosa ama bu Selmi NYOHO...!!hu hu”
“MAMPUS DAH!!! Kalo itu mah buat elu aja dah, btw lu ngak apa – apa Shooo...!!”
“HIDUP GUA ANCUR JANG,ANCURRRRR HU HU HUU HUUU....”
“tenang Sooo, gua bakal bikin bu Selmy membayar semuanya..!!” aku buru-buru menghibur Darso yang menangis sesegukan.
Kubalikkan tubuhku, kudekati bu Selmy yang mundur ketakutan menghadapi kegaranganku. Aku terus merangsek sampai ia tersudut di pojok kamar tempat Darso disekap dan diperkosa.
(yohana : ready sex scene 2, bu Selmy renyah kaya jamur crispy..., semuanya siap – siappppppp......, ACTIONNNNN....!!)
(all : waduh !! lagi ?? !! )
“tenang aja bu , saya ngak akan merkosa ibu....!!!”
(All : Fiuhhh, (bernafas lega)
“Tapi sebagai ganti atas apa yang ibu telah lakukan terhadap saya dan Darso.... he he he he he..., begini buuuuuu” aku berbisik ditelinganya
“.............................??? gila kamu...!! saya tidak mungkin melakukan itu....” tolak bu Selmy dengan mata melotot.
“terserah ibu..., pokoknya sekarang saya Cuma ngasih dua pilihan buat itu, satu jalan ibu bisa bebassss..., tapi satu jalan lagi...., berakhir dipenjara + kebangkrutan....., lagian kan ibu nggak punya keturunan...., nggak ada yang akan dirugikan nantinya...!!”
“berikan saya sedikit waktu untuk memikirkannya...”
“enak aja...!! saya beri ibu waktu satu malam, besok pagi saya tunggu ibu di depan kantor pengacara ibu...., ingat buu... satu malam saja, nggak pake lama...!!kalau tidak AWASSS...!! dan satu lagi kembalikan saya dan Darso kehabitatnya, e-ehh maksud saya ke rumah, NGARTI ??!!satu lagi bu, saya minta dibeliin motor TIGER...” aku mengancamnya
Tanpa banyak cerita Bu Selmy mengangguk. Hari itu aku lolos dari kebuasan bu Selmy. Hanya Darso yang cemberut sepanjang perjalanan, sesekali ia terisak mengingat kemalangan yang harus dialami olehnya,
Di siang hari yang telah ditentukan, dengan wajah tertunduk sesosok tua renta mengekori dua orang yang berjalan di depannya, bibirnya meruncing. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh bu Selmy, seumur hidup, baru kali ini ia merasa kalah telak dan tidak tanggung-tanggung, ia dikalahkan oleh dua orang obe berwajah jauh dari kata tampan. Matanya mendelik saat Ujang menoleh sambil tersenyum dan mengangguk ramah. Dengan menggunakan motor baru kubonceng Darso kembali ke kantor kemudian kukumpulkan para istriku di ruangan bu Selmy. Bibirku meruncing manyun begitu pula bibir Darso, kelima istriku berjajar dengan wajah tertunduk menatap lantai saat aku dan Darso mengomel panjang lebar tentang insiden yang terjadi, wass wes wos wak wek wok..!! aku berkoar-koar.
“maaf janggg maaaaaffff...banget kami dipaksa...” Non Sherin terlihat serba salah, demikian juga Non Michelle, Non Shasha , Non Vania dan Non Ay Hwa, bibirku makin meruncing karena rasa kesal yang menggunung.
“maaf dong Darsooo, abis bu Selmy udah tau kita – kita sering begituan sama kalian, jadi yaaaaa, bu Selmy ngancam, minta jatah.., maaf yach maafff.” Non Ay Hwa berusaha meminta pengertian padaku dan Darso, melihat wajah cantik non Ay Hwa murung dengan seketika hati Darso mencair dan sikapnya melunak.
“Jang , jangan galak-galak donggg, Non Ay Hwa kan jadi ketakutan tuch, sini sayanggg, Darso nggak marah koq sama non Ay Hwaaaa..., tapi inget yah non.., sesuai dengan janji non Ay hwa di pesawat, ceraikan suami non Ayhwa dan nikah sama saya..setuju non??.” Darso merayu sambil merogoh selangkangan Non Ay hwa pasrah mendesah sambil mengangguk kemudian Darso menarik Non Ay Hwa agar ia duduk di pangkuannya.
Aku cemberut memelototi Darso yang nggak konsisten, aku menggaruk-garuk kepala sambil mendengarkan penjelasan dari para istriku. Rayuan dari istri istriku yang cantik jelita akhirnya membuat rasa kesalku minggat dari dalam hati ini. Aku berjongkok di hadapan non Vania dan Non Shasha, tanganku mengusapi kaki jenjang mereka dan terus merayap naik ke atas sambil menaikkan rok mini mereka. Mataku menatap sayu pada belahan mungil di selangkangan Non Vania dan Non Shasha.
“Ujangg , jangan disini uh, ini kan ruangan bu Selmy ntar kalo dia dateng gimana ??”
“Oooo tenangggggg , sekarang sich direktur yang sebenarnya saya n Darso, bu Selmy cuma jadi puppet doll aja sslccckk ckkk”
“ihhh Darso ngak mauuu ahhh....”non Ay Hwa mendorong kepala Darso yang mengendus-ngendus lehernya.
“ha ha ha.. sini dong nonnnn muachhh mmmm”
bergantian aku menjilati vagina non Vania dan Non Shasha dan Darso terkekeh sambil memperlihatkan isi dari sebuah map biru kepada Non Ay hwa yang duduk di pangkuannya. Di dalamnya tertulis dengan jelas ahli waris dari Bu Selmy “UJANG dan DARSO”.
TAMAT
------------------------------------26 komentar
Waah, serial Sis Yo habis, antara sedih and seneng, sedih karena ini harus berakhir.. seneng berarti ada serial baru lagee dari Sis Yo ^o^.
Masih quw tunggu Feby-na neh Sis…
Eh, met tahun baru 2011 yaa, utk KBB readers ‘n Bang Shu, harapan kecil gw.. Bang Shu kembali aktif komen, coz rasanya hambar kl pemilik gax reply Bang.
Aku tunggu ke-eksisannya yaa.. klo aku ada waktu, ‘nti aku buatin FB lage deh buat Bang Cu ya…
Belom baca cerita … straight to comment soale kalo karya sis Yo dah kondang T-O-P dehh
Oh ya .. sis Dini n penulis lain FB pribadinya gak diapa-apain kan? Kalo ane di BAN abis .. bahkan akun email yang udah 10 taon aja nyaris diblock … fiuuuhhh
Mr. Shu kemana emang? lagi TIARAP kali ..
piss …. love …. n keep on ravin’ ..
new year, new story…
good ending sis….
cheers
success 4 u all
yaaaaaaa….. office cutie uda abs ya,,,
padahal good story banget….
L A N J U T K A N……
good ending..good ncrot.
koment dulu baru baca…cwe ny mantaf2 tuh
buat smuany HAPPY NEW YEAR ya… d tunggu ya crita2 baruny… pokokny tahun ini harus muncul crita2 yg OK2 dr pnulis2 KBB jd gw sbg pnikmat crita bs terpuasakan…
buat mr. shu, bener jg nih kmane aje bos? liburan kok lama bener??? liburan k bulan ye bos?? hak hak hak…
mkasih bang
yeee…, kg boleh dicoba bang ini mah buat di mimpikan aja deh, he he he, koq mampirnya cuma bentar ? duduk dulu, minum dulu, pan aer dikolam renang masih penuh tuch bang (canda canda V ^_^ V)
Bro IOE
maaf bro kelamaan yak hi hi, moga moga ngak mengecewakan & sesuai dengan harapan bro ..
Bro suka nonton
met baca good too ke ke
Bro jay
iy Bro akhirnya tamat juga , mkasih dah baca
Bos Pimp
mkasih bos, ditunggu loh karya selanjutnya dari bos pimp
mr R
hoh ..? blognya ngak ada diflder gimana ceritanya ??
bro pukimai
tamatnya udah 2 ke ke ke, yang satu dirahasiain dulu apa yang tamat
Bro jaka & siluman tengkorak&sis gheta
waduh makasih banget dah baca dan apresiasinya bro & sis
sis diny
dikit lagi sis , keduluan ama sis gheta, tp gpp sis din selalu pertama ada dihati…NG dan kami semuah ciehhhhhh, iy niy akhirnya o c tamat juga…., cerita baru blum dulu mo rehat bentar kayaknya ^_^
tapi gpp. akirnya ob ngakak ini tamat!
*pop champagne*
ngomong2 itu yg foto-foto nya model nya nama sapa aj yg sebenernya ??, gw tawnya yg foto sherin doank namanya wang ruo yi, yg laen sapa y ?? ad yg taw ??
kalau info masukan untuk wei ting ada di film serial hot shot. kalau hari ini ada sekitar jam 3 pagi. dan lihat aja yang jadi ketua senat atau ketua cherleader di kampus tempat jerry yan main di film tersebut. wei ting berperan jadi lin zhi xuan yang menyukai show luo yaitu yuan da ying di film itu. wei ting yang jadi ketua senat. body dan wajahnya bener2 mantep. menggoda untuk diperkosa. ^^
Nice ending, perfect malah. Totally happy ending buat tokoh2 utamanya
Bro shusaku, sekarang kbb jadi berat nih kalo di buka dr hp. Ini dari wordpressnya atau dr bro sendiri ?
sis din selalu pertama ada dihati..
Waah, janan-janan.. Sis Yo… lesbo yaah xixixi. Canda Sis ^o^, eh Febby-nya gmn? nunggu ney ^o^
@ Jaka Gila
FB-quw gax papa untung-na. Eh, khan KBB ada FB baru.. dah jd anggota lg lum? ^o^
hi hi hi, belakangnya blum kebaca tuch sis, pertama di hati.. ng dan ….. iy niy sis muup lama, server feby moodnya lagi rada down ini teh
asd
jgn ah tar ditangkep ^_^
bro tales
not right gimana maksudnya, ? ato dibagian mananya ??
buat masukan aku memperbaiki cerita dikemudian hari
Bro jontor
mkasih bro apresiasinya, ummm, model lainnya ngak tau namanya niy…., ambil dari internet
Mr R
masih dipake…, cuma kalau keluarnya ngak janji dulu ah…, aku tuh lama banget soalnya kalau buat cerita seleb……
Bro salamander
iy bro benangnya dah disiapin dari ke satu he he he, masih inget ya… ?? ebat ebat…ketelitiannya dan daya ingetnya kuat niy,
ok. lama tapi kalau berkualitas sih gak masalah. asal jangan lupa aja. ^^
yang dipake itu keduanya sis? wei ting dan yang cheng lin atau salah satunya? kemudian isabela leong ikut?
asik nih bisa baca karyanya yang bagus. ^^
video clipnya. mungkin bisa jadi masukan tentang hobynya terutama bodynya dan wajahnya sama ukuran susunya. ^^
Walah… jangan , bandwithnya lemot niy… @_@
*Bro little-Boy
ngak dilupain koq ^_^
mantep lho sis bodynya coba di download dulu sis trus diliat dan dinilai sis. wajahnya maupun bodynya sis. apalagi itu susunya. ^^