“Wooyy,,, Ga,,, tu bini orang mau diculik kemana ,” teriak Adit, yang sedang duduk santai di gazebo bersama Bu Sofie dan Aida.
Arga menoleh ke sumber suara, lalu melambaikan tangannya sambil tertawa. Di sampingnya berjalan Zuraida yang terlihat begitu feminim, jilbab hijau muda, dipadu dengan kaos lengan panjang dengan warna senada, sementara rok hitam panjang yang menutup hingga kemata kaki melekat cukup ketat, membungkus kaki jenjang yang berujung pada paha dan pinggul yang aduhai.
“Memangnya kau mau mengajak ku kemana?,,,”
“Ngga ada tujuan pasti, cuma ingin jalan-jalan bersamamu,,, tenang aja, kan tadi udah izin ama Dako,, kamu ngga capek kan?,,,” Arga balik bertanya sambil memandangi wajah Zuraida yang tampak tersenyum malu-malu layaknya gadis SMA yang pertama kali diajak kencan.
“Capek sih,, tapi ngga apa-apa, aku juga ingin jalan-jalan,,” Bibir tipis Zuraida yang bergerak menjawab pertanyaan, tak lepas dari pandangan Arga.
“Kamu cantik banget,,, lebih cantik dibanding saat kuliah dulu, kau yang sekarang terlihat lebih matang sebagai seorang wanita,,,”
“Kalo cantik kan emang dari dulu, hehehee,,, kalo matang,,, emmhh,, mungkin proses hidup,,,” Zuraida yang berjalan sambil melipat tangan didepan dada, segera menurunkan tangannya, saat melihat mata Arga yang memandangi payudaranya yang membusung.
“Mateng banget,,,hehehee,,”
“Iiihh,,, dasar cowok mesum, pikirannya ngga pernah jauh dari situ,,,hahahaahaa,,,” Zuraida tertawa sambil menggelng-gelengkan kepala.
“Ya maklumlah,, aku masih normal,, Aki-aki aja banyak yang masih doyan ama begituan,,,”
Zuraida menyambut tangan Arga yang perlahan menggamit jemari lentiknya. Berjalan bergandengan menyusuri bibir pantai. Sesekali kaki mereka disapa oleh ombak yang datang menghampiri.
“Hahaha,,,, emang bisa apa kalo udah jadi aki-aki,,,”
“Lhoo,, jangan salah,,, seorang cowok, selama tangannya masih bisa mengangkat ember penuh air, ya hasrat dan pikirannya ga bisa jauh ama yang begituan,, apalagi kalo ceweknya cantik seperti kamu,,,”
“Hahahahaa,,, macam-macam ajaa,,,”
* * *
|
Sintya |
“Iiiihhh,,, duduknya geseran kesana dikit dong,,,” keluh Sintya sambil mendorong tubuh Munaf.
“Geser kemana lagi, emang tempat nya sempit gini?” jawab Munaf, sambil menarik tubuhnya ke samping, bersandar pada pintu mobil pick up, sementara Mang Oyik hanya bisa tertawa melihat tingkah gadis di sampingnya. Sintya merengut, bibirnya manyun, wanita yang tidak terbiasa dengan angkutan darurat itu terlihat begitu gelisah, apalagi tatapan mata Mang Oyik yang berulangkali menyatroni pahanya yang terbuka.