Laman

Jumat, 29 Juli 2011

Nona Majikanku dan Dua Temannya yang Polos 6

27 Juli 2008

Eps 6 (Final): After School & Happy Holiday Bang.
 “Tarida” ” Nia” Feilin” aku terus menguncang-guncangkan tubuh mereka, aku panic karena mereka tidak bereaksi,  tubuh mereka semakin dingin, bibir mereka tampak pucat, nafas mereka lama semakin lemah…
“Rhoni.. cepat… Rhonn!!!” Aku menyuruh Rhoni menginjak gas mobil yang kami tumpangi.
Hujan semakin deras, disertai ledakan-ledakan bunyi geledek yang menggelegar. Rhoni dengan gugup mengemudikan mobil menuju Rumah Doktor Wahidin , salah seorang kolega kami , satu-satunya tempat yang dapat dijadikan tempat berlindung dan berobat jika aku dan kawan-kawanku tertembak atau terluka berat , tertolongkah mereka bertiga ????.
(Red : karena ini eps terakhir jawabnya langsung dibawah ini… hiks… hikss)
           
Aku mengintai dari kejauhan, disebuah pemakaman umum, tangisan keluarga yang sedang berduka cita terdengar begitu menyayat hati, tanah kuburanpun masih tampak merah, semerah dendamku yang  membara.
Tidak ada lagi yang dapat kulakukan, semuanya sudah terlambat. Perlahan-lahan sang waktu merayap dengan malas , siang hari yang panas berganti dengan dinginnya malam, aku melangkahkan kakiku, menuju sebuah rumah mewah dikawasan elite tersebut, dari kejauhan mataku memandangi rumah mewah itu, rumah itu kini gelap tanpa cahaya yang menerangi. Masih terbayang olehku betapa nikmatnya ketika dahulu aku merengut keperawanan Tarida, Feilin dan Nia, menikmati tubuh mereka yang hangat dan mulus.


*******************************
Tujuh minggu yang lalu      

“Hallo…..” Aku mencoba menghubungi nomor telepon Nyonya Fonny , orang tua Feilin.
“Ya… Haloo……..” suara itu menyahut.
“Eee… itu nyonya… Feilin ehhhh Non Feilin sakit… beratt!!” Aku ingin menjelaskan sesuatu tapi entah bagaimana  menjelaskannya.
“Lohhhhh koqqqq malah telepon ke saya… , saya tuh sibukkk bisnisss… suami saya juga… kalo sakit telepon doctor dong…. masa telepon kesaya sih..!!!Lagian Feilin kan udah gede… masa ngak bisa jaga diri sihh!!!… urusan sepele gini ngapain sih kamu interlokal ke Amrik segala.. mahallll” Nyonya Fonny malah ngomel panjang lebar.
“Hallo… Halllo…,Bego… Gebleggg.”Aku sewot naik darah karena Nyonya Fonny mendadak memutuskan telepon, udah mahal-mahal interlokal malah kena damprat.

Aku hanya dapat menghela nafas panjang, aku mulai dapat mengerti mengapa sifat Feilin nakal, galak, agak liar, rupanya selama ini ia kekurangan kasih sayang, orang tuanya hanya sibuk mengurus urusan bisnis tanpa memperhatikan anak mereka. Rumah yang sebesar ini, hanya ada seorang pembantu tua part-time, nyuci , masak terus pulang deh ke rumahnya di RT tetangga.  Nyonya Fonny dan Tuan Richard kadang-kadang pulang 3 minggu sekali, kadang sebulan sekali,  itupun hanya dua atau tiga hari saja mereka ada dirumah megah dan besar ini.
“mamah pulang… papahhh…”Feilin mengigau, dengan telaten Aku merawat Feilin, sudah dua hari ia menderita demam akibat perkosaan masal yang dialaminya, demikian juga dengan Tarida dan Nia, hanya bedanya mereka berdua dirawat dengan penuh kasih sayang oleh orang tua mereka masing-masing.

*****************************
Dirumah Tarida
“Tarida kamu kenapa…?” mamah Tarida terkejut melihat keadaan anaknya
“Tarida ketularan feilin deh.. mahhh.. kan kemaren sabtu ama minggu jagain dia yang lagi sakit.. demamm.. hhhh” Tarida berbohong padahal dua hari yang lalu ia dan Feilin sama- sama terkapar tanpa daya.

*****************************
Dirumah Nia
“Mamahhh…. Hkkk Hkkkk”begitu pulang Nia menangis sambil  memeluk mamahnya
“Hahhh… badan kamu koqq panass sayangg…” Mamah Nia memegang kening Nia dengan telapak Tangannnya.
“Duhhhh… anakk mamah sakittt… kita ke doctor ya..”mamah Nia memapah tubuh Nia.
“Sudahhh… sudahhhh… cuppp… anak mamah kalo sakit jadi manja dehh”dengan penuh kasih sayang mamah Nia mengecup kening Nia.

******************************************
Kini didalam rumah itu tidak ada lagi rengekan manja Nia, Tidak ada lagi jeritan kecil Feilin yang liar dan binal, Tidak ada Lagi Guyonan Tarida yang nakal. tidak ada lagi canda tawa diselingi oleh rengekan-rengekan manja.

Rintik-rintik gerimis semakin membuat hati pilu, air mataku mengalir deras membasahi pipiku, mengingat betapa malangnya nasib ketiga gadisku.

****************************************
Sebuah teriakan manja menghentikan lamunanku………..

 ”Mang Dhani… bawain donggg berat nehhhhh” aku menoleh kebelakang , kearah suara itu, Tarida protes.Aku tersenyum melihat mimik wajahnya yang imut rada cemberut, aku habis menemani ketiga gadisku Shoping diMall.
 ———————-
  • * Bikin kaget ya ? maap dehh ho ho ho, mo godain para mupenger…^^ (Red : Makanya rumahnya gelap , penghuninya lagi pada keluar semua, tuch mereka dah pada balik he he he….)
———————–
Sambil mengambil barang bawaan Tarida aku sempat mencomot buah dadanya.
“Mang.. nanti diliat orang..” Tarida buru-buru menepiskan tanganku. “Feilinnnn…. Niaaaaa… Ayo cepat.. gerimisnya makin gede” Aku memanggil Feilin dan Nia.
Feilin dan Nia berlari kecil menghampiriku “Hu.. uh.. Mang Dhani, masa Tarida doang yang dibawain…” Feilin dan Nia merengut manja.
“Ya sudah, ayo sini biar mang Dhani yang bawain…” Aku mengulurkan tanganku mengambil barang bawaan Mereka.
“Tapiii…, kalian juga tolong bawain yang mang Dhani ya.”
“Bawain apa mang ?” Feilin kebingungan, Nia dan Tarida saling berpandangan kemudian menatapku keheranan.
“Ini yang diselangkangan berat bawanya he he he” aku terkekeh-kekeh. “Abisnya kegedean sihhhhhh…..” Tarida seperti sengaja merapatkan pantatnya keselangkanganku.
Sontak saja kemaluanku membesar tanpa dapat dibendung,
“Ha ha ha.. duhhh kasian.. masih dikurung ya.? Dasar !!! Sosis Raksasa he he he” Nia dan Feilin tertawa lepas kemudian membelai-belai bagian celanaku yang menggembung.

Dari kejauhan terdengar suara mesin mobil yang semakin mendekat, ketiga gadisku menghentikan aksinya,aku mengikuti langkah mereka dari belakang sambil menatap buah pantat mereka yang bergoyang-goyang, menggodaku dari balik seragam sekolah yang mereka kenakan. Sudah 7 minggu lebih aku puasa lahir & batin, menunggu dan menunggu sampai ketiga gadisku pulih, tampaknya kondisi mereka kini sudah fit, aku menelan ludah membayangkan persetubuhan yang nikmat, lubang Vagina yang seret dan sempit, tubuh yang halus dan mulus !! OO YEAHHH!!!!
“Mangggg Dhani kesini…mau kemana he he he?”
“Lohhhhhhh koqqqqqq, malah lurus sih… ?”
Aku tersentak celingukan sambil menolehkan kepalaku kebelakang ,
Aduh !! malu rasanya ketika mereka menatapku dengan tatapan mata yang nakal
“Mmmm Abiss gelappp sih rumahnya…. ” aku mencari-cari alasan.
Tapi sepertinya mereka tahu apa yang kupikirkan, pikiran-pikiranku yang ngeres.
“Emm itu…nya kalian, sudah baik-baik saja kan?” Aku kesulitan mengemukakan isi hatiku.

“He he he… pasti mang Dhani udah kepengen ya ?masak rumah feilin sampe kelewat sih ? pasti gara-gara Mang Dhani mikirin yang ngeres-ngeres he he he” Feilin tersenyum kecil, sikucing liar Feilin menebak pikiranku.dengan tepat.
“Lohhhh ? koq tahu..?”Aku balik bertanya.
“Tuhhhh ! yang dibawah udah teriak-teriak…” Tarida menunjuk kearah celanaku yang menggembung.
“Sebenarnya, dari kemaren-kemaren juga udah ngak apa-apa sih…. Kami Cuma pengen godain mang Dhani” Nia akhirnya membuka rahasia mereka bertiga.
Aku buru-buru menggiring Tarida, Nia, dan Feilin. “Uhhh… Achhhh manggg” “Jangan ahhh, manggg akhhh” “Enakkkkkk Ouchhh”
Ketiga gadisku mendesah manja menggodaku kemudian setelah membuka pintu pagar, mereka berlari-lari kecil kedalam rumah. Aku buru – buru mengikuti ketiga gadisku, , setengah berlari aku mengejar mereka bertiga.
“Tunggu.. he he he”.
         
Dihadapanku, berdiri tiga gadis Chinese yang cantik, mulus dan mungil, mereka menggerak-gerakkan tubuh mereka dengan manja, kupeluk mereka bertiga , ciumanku mendarat kesana kemari.
“Hii… hii hii geli mangg stoppp” “Ahhhh… manggggg” “Awww… ha ha ha ha”para gadisku terkekeh-kekeh kegelian.
Lagi asik-asiknya aku menciumi mereka, tubuhku didorong dengan lembut. “Bentar mang, kami mandi dulu ya…” Nia mendorong dadaku.
“Ngak usah… kalian udah wangi koq..” Aku menelan ludah tidak sabaran. “Sabar mang Dhani sayanggg…,  mang Dhani juga harus mandi ya.., supaya bersih” Feilin menuntunku kekamar mandi, Tarida mengambilkan handuk untukku. Dengan terburu-buru aku mandi, setelah mengeringkan rambut dan tubuhku, aku keluar dari kamar mandi tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhku. Aku keluar mencari-cari makananku yang hangat dan nikmat. Telingaku mendengar bunyi – bunyi aneh dari kamar mandi lain tidak jauh dari tempatku, bunyi airkah itu ? sepertinya bukan…. Aku mendekati kamar mandi yang mengeluarkan suara aneh itu, Terdengar suara – suara rintihan kecil didalamnya.
“Tarida… Niaaaa… Feilinnnn… ayo buka manis…Tok… Tokkkk Tokkkkk”aku mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Berkali-kali aku mengetuk pintu itu , berulang kali aku memohon agar mereka yang didalam mau membukakan pintu untukku, sebuah pintu menuju kenikmatan.

Akhirnya terdengar bunyi “Klikk” kemudian pintu kamar mandi itu terbuka lebar, wajah Nia terlihat sexy dengan rambutnya yang basah. Feilin sedang duduk dipinggiran bak mandi dan Tarida sedang asik memeluk tubuh Feilin. Mereka bertiga terkekeh-kekeh nakal, memandangi selangkanganku. Aku menyergap dan mengangkat tubuh Nia sampai ia terpekik kaget, bibirku menyumpal bibirnya, Nia mengalungkan kedua kakinya kepinggangku, sedangkan aku mencengkram buah pantatnnya agar tubuh Nia tidak terjatuh. “Mmmm… Mmmmmmm” Bibirku dan bibir Nia Saling melumat, Aku menarik wajahku, kupandangi wajah Nia yang berada dekat sekali dengan wajahku. Nia membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar, aku tersenyum, kuemut-emut lidah Nia , lidahku dan lidah Nia terjulur saling mengait dan saling menghisap lidah. Bibir kami kembali bertautan, lidahku terjulur kedalam mulutnya, hisapan dan emutan mulutku semakin kuat “Hmmm Mhhhhhhh… Mhhhhh…nnnnnnhhhhh..”aku meremas buah pantatnya, aku berusaha memasukkan kemaluanku dalam posisi berdiri, Nia menggerak-gerakkan pinggulnya berusaha membantuku.
“Ahhhh Susahhh manggg….” Nia mendesah, ketika kemaluanku terpeleset untuk yang kesekiankalinya.

Feilin dan Tarida menghampiriku yang sedang asik berusaha memasukkan kemaluanku dalam posisi berdiri. Tarida membantu mengangkat pantat Nia sedangkan Feilin membimbing kemaluanku menuju lubang Vagina Nia yang kecil dan sempit. “Henngghhhh………… ” wajah Nia terangkat menatap langit-langit, ketika kepala kemaluanku mendesak lubang Vaginanya. “Slepppp……….Ouchhhh”
Dengan susah payah kepala kemaluanku menggeliat memasuki lubang sempit diselangkangan Nia, semakin dalam dan dalam. Aku mulai mengayunkan kemaluanku, kedua paha Nia semakin kuat menjepit pinggangku. “Ahhhh…oww, manggg enakkkk…mmmmhh mmhh” kuciumi bibir Nia dan kulumat -lumat dengan kasar, aku semakin kuat dan cepat menusuk-nusukkan kemaluanku.
“Whowwwww….” “Uchhhhhh….” hampir bersamaan suara itu terdengar dari mulut Feilin dan Tarida.
“Cleppp… cleppppp Pleppppp… clopppppp…” Suara-suara becek semakin keras terdengar, wangi sabun mulai tercampur dengan harumnya cairan vagina Nia.
“Ahhhhhh… Akkkkkk Crrrtttt.. Crttttttt” Kedua kaki Nia menjepit pinggangku dengan kuat, pinggangnya melenting kebelakang, denyutan-denyutan kuat seakan – akan sedang memeras Cairan Nia yang harumnya mirip wangi daun pandan.

Perlahan-lahan aku menurunkan tubuh Nia, Feilin mengambil posisi berdiri menungging disisi bak mandi, kedua tangannya bertumpu pada pinggiran bak mandi, aku mendekati buah pantat Feilin, kuarahkan kepala kemaluanku menekan-nekan lubang anus Feilin, berkali-kali kusentak-sentakkan kepala kemaluanku untuk memaksa memasuki lubang anus Feilin yang mulai melebar dan…
“Ha akkkkkhhh… Uhhhh Mang Dhani…., aw!!!”Feilin terdorong kedepan, ia menjerit keras ketika aku berhasil menjebloskan kepala kemaluanku dengan satu sentakan yang sangat kuat, untuk beberapa saat aku membiarkan Feilin membiasakan diri.
Tarida mengambil posisi Duduk dipinggiran Bak Mandi, tepat disebelah Feilin yang sedang berdiri dengan sedikit menungging, Nia perlahan-lahan berlutut diantara selangkangan Tarida. “Ohhhh Nia… Enakk Banget…… akhssss kamu tambah pinter dehhhh… “Tarida memuji Nia yang asik mengemut-ngemut dan menjilati selangkangannya.
Tarida merintih manja, ketika Feilin mengelus payudaranya
“Ihhhh Susunya tambah bulet….hi hi hi” Feilin cekikikan, Pinggulnya bergoyang-goyang sehingga membuat tensi birahiku naik dan dengan satu sentakan kuat aku menjebloskan kemaluanku kelubang anusnya.
“Achhhh owwwwww…. Mmmm Mmmmhhhh” kini giliran Feilin yang merintih-rintih ketika aku memacu kemaluanku merojok-rojok lubang anusnya. “Plkkkk… Plllkkkkk… plokkkkk….” Terdengar bunyi mesra buah pantat Feilin beradu dengan daerah selangkanganku.

Tubuhnya tersentak-sentak dengan kuat dan semakin kuat seiring dengan semakin tingginya tensi birahiku, tanganku merayap keselangkangan Feilin mencari-cari daging kecil sebesar “kacang tanah yang mungil” jariku bergerak dengan lincah menggesek dan menekan-nekan daging mungil diselangkangannya. Setelah melalui sebuah perjalanan yang menyenangkan tiba-tiba “Aaaaa… Aaaaaaa Aaaaannhhhhh…Enggghhh Owww Ccrrtttt Crrtttttt” semburan hangat menyembur dari lubang Vagina Feilin, tubuhnya meliuk dalam satu gerakan indah , sensual dan erotic.
“Manggg Dhani, aku mauuuuu….” Tarida merengek manja, ia hendak turun dari bak mandi namun………………………..
“Awwwww…..Plesetttt Byurrrrrrrrr Haeeeepppp.. Glk.. Uhukk Uhukk” Tarida terpeleset dan terjungkal kedalam bak mandi.. Feilin dan Nia saling berpandangan kemudian terkekeh-kekeh , menertawakan Tarida yang terjungkal kedalam bak mandi.
“Ha ha ha ha ha…. Sini… manisssss” Aku mengangkat tubuhnya yang mungil dari dalam bak mandi. “Uhhh Dinginnnn… “Tubuh Tarida menggigil kedinginan, aku segera memeluk tubuhnya dari belakang sambil berbisik dibelakang telingannya
“Gimana, sudah hangat ?” dengan erat aku memeluk tubuhnya dan mengusap-ngusap buah dada Tarida.
Tarida tersenyum malu , ia mengangguk pelan ketika aku tambah erat memeluk tubuhnya. Aku menciumi lehernya terus merayap kepundaknya, kedua tanganku terus meremas-remas payudaranya yang semakin kenyal dan keras.

Berkali-kali tubuh Tarida menggelinjang -gelinjang kegelian, desahan dan rintihannya bertambah manja, kemudian Tarida menggeliat berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukanku, tapi mana mau aku melepaskan tubuh mungilnya yang halus dan mulus.
“He he he mangg dhani.. ha ha ha ha ha.. geli, Haa kkhh Sssstttttt uhhhhhh ” Tarida kegelian ketika aku memelintir-melintir putting susunya. Aku semakin rakus menciumi Tarida dan mengendus-ngendus tubuhnya yang harum. Nia bersujud disebelah kanan dan menarik kemaluanku, lidah Nia menari-nari melingkari kepala kemaluanku, diciuminya kemudian diemut-emutnya kepala kemaluanku yang bentuknya seperti Helm, Feilin bersujud disebelah kiri dan mengelus-ngelus buah pelirku, Tangannnya yang halus sesekali meremas buah pelirku. Tarida membalikkan tubuhnya kemudian menarik kepalaku kearah buah dadanya, aku menyusu didada Tarida, mulutku melahap buah dadanya yang ranum dengan rakus.
Mulutku mengemut payudara Tarida Bagaikan bayi raksasa  kelaparan yang sedang menyusu
“Mang Dhani aku mau coba yang seperti Nia tadi… Ayooo manggg.. Dhaniiiiii….” Tarida merengek manja, ia mengalungkan kedua tangannya keleherku.

Aku merendahkan kemaluanku, Tarida membantu dengan mengangkangkan kedua kakinya kemudian dengan susah payah kemaluanku menerobos lubang Tarida yang sempit, kutenggelamkan kemaluanku sampai amblas secara sempurna. Tanganku meraih kedua buah pantat Tarida, kuangkat tubuh mungil Tarida, kedua kaki Tarida langsung mengait pinggangku, jepitan pahanya yang mulus terasa sangat halus ketika bergesekan dengan pinggangku, kedua tangannya melingkar dileherku. Aku mulai menyentak-nyentakkan kemaluanku dengan lembut, perlahan-lahan kupercepat dan semakin cepat. ” Ahhhh… Mmmhnn Nnngggggg… “Tarida merintih-rintih, terkadang-kadang matanya terpejam rapat-rapat menikmati sodokan-sodokanku yang liar.
“Ahhh Aaaaa Awwww.. Crrrtttt.. Crrrttttt” Tarida merangkulku erat-erat ketika menahan badai kenikmatan yang melanda lubang vaginanya, tubuhnya menggelepar ketika berkali-kali vaginanya menyemprotkan cairan kental yang terasa hangat, sangat hangat !!
“Hatt-chii!” Feilin tiba-tiba bersin,aku tersenyum,
Setelah aku menurunkan tubuh Tarida aku menggiring ketiga gadisku kedalam kamar. Aku tidak mau mereka sampai masuk angin, kedinginan, lebih baik aku menggarap mereka didalam kamar, sungguh tidak kusangka kalau ketiga gadisku semakin nakal, liar, manja dan menggemaskan, kuambil handuk berwarna Coklat muda dan kukeringkan tubuh mereka dengan handuk.

“Nahhhh sudah….” aku menepuk pantat Nia dengan lembut.
 Feilin dan Tarida mendorong dan mendudukkanku diranjang, aku duduk sambil mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar seakan-akan sedang memamerkan kemaluanku yang panjangnya 19,4 cm. Nia, Tarida dan Feilin berjajar dihadapanku, tubuh mereka meliuk-liuk dengan indahnya, mataku melotot melihat mereka sedang menari erotis. Ahhh sulit untuk kuungkapkan dengan kata-kata, tubuh mereka yang mulus dan halus, bergerak dengan indahnya, tarian erotis yang disuguhkan oleh ketiga gadisku membuat kemaluanku semakin keras dan tegang. Aku bangkit berdiri Feilin kusuruh menungging ditengah ranjang, Nia kusuruh menungging diatas Feilin dan Tarida menungging diatas Nia. Kini dihadapanku tersusun buah pantat bertingkat tiga, mulus, halus bulat dan padat. Hotel tiga tingkat bertingkat berbintang lima…!! Ehh? Hmmm kayanya sih, lebih cocok tiga tingkat buah Pantat berbintang lima..ya ?  ^^
Kutusukkan jari kiriku kelubang vagina Feilin, kemudian Jari kananku perlahan-lahan memasuki lubang vagina Nia, kujulurkan lidahku menjilati vagina Tarida dari belakang sambil menggerak-gerakan jari-jari tanganku keluar masuk vagina Feilin dan Nia. Kini didalam ruangan kamar itu terdengar paduan suara dari tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus, rintihan-rintihan kecil saling menyambung menciptakan sebuah melody birahi yang terdengar merdu bak buluh perindu. Cukup lama juga aku memainkan lubang-lubang sempit mereka bertiga, kugeser posisiku, kuarahkan kemaluanku pada tingkat pertama, vagina Feilin yang berwarna merah muda.

Satu tusukan yang kuat membuat Feilin menjerit kecil, selanjutnya tubuh Feilin terdorong maju mundur dengan kuat, tanganku sibuk memainkan Buah pantat Tarida ditingkat tiga dan mengelus-ngelus Paha Nia di tingkat dua, aku terus melakukan tusukan-tusukan gencar dilubang Vagina Feilin sampai pada satu waktu
“Achhhh Crrrrr… Crrrrrrrrrr” Feilin terengah-engah , cairan vaginanya menyemprot bagaikan gelombang disamudra birahi. Kuarahkan kemaluanku kini ketingkat dua, vagina Nia, Nia merintih lirih ketika tusukanku membuat tubuhnya terguncang-guncang, hmm biasanya sih Nia cepat keluar tapi kali ini tidak, rupanya Nia sudah banyak kemajuan, kupercepat irama sodokanku.
“Ahhhh.. Aaaaaaa… Aaaaaaaaaacchhhhh” lumayan lama juga aku berusaha menundukkan Nia, sampai akhirnya tubuh Nia mengejang “Akhhh..Aaaaaaaa… Crrrrr Kecrrrtt ” tertumpahlah cairan hangat dari dalam vagina Nia. Kucabut kemaluanku dan kulanjutkan ketingkat tiga , lubang vagina Tarida.

Karena terlalu bernafsu beberapa kali kemaluanku terpeleset ketika berusaha memasuki lubang kecil diselangkangan Tarida. “He enngggg… ahhh ahhhhhhh” tubuh Tarida terdorong kedepan ketika satu tusukan yang kuat menghantam lubang vaginanya, Tarida menoleh kebelakang, kuemut bibirnya dari belakang, jempolku menekan-nekan lubang anusnya ,Tarida tampak resah rupanya nafsu birahinya sudah memuncak, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk merobohkannya.
“Crrrrr… Crrrrrrrr Oahhhhhhhh” Tarida menggelepar-gelepar , tusukan-tusukanku semakin gencar “Argggggg….. Kecrotttt….. Kecrotttt… Crootttttttttttttttt” Air maniku muncrat, aku ambruk menindih tubuh Tarida.
“Mampus aku, manggg Dhani heggkhhhh….” Feilin yang berada dibawah mengeluh menahan berat badan kami bertiga, aku buru-buru bangkit, Tarida dan Nia segera menggeser tubuh mereka.
Feilin membalikkan tubuhnya, Tarida dan Nia berbaring kelelahan disisi sahabatnya. Mata ketiga gadisku terpejam rapat, mereka kecapaian setelah kugenjot dengan liar dan brutal, kuselimbuti tubuh mereka bertiga , kukecup lembut bibir ketiga gadisku yang kini tertidur pulas., kubaringkan tubuhku, tidak berapa lama akupun jatuh tertidur.

Pada pagi hari jam 6.11, aku sedang duduk-duduk santai diruang tamu, aku menoleh mendengar suara pintu kamar terbuka, Nia keluar dari dalam kamar.
“Hoaammm… manggg Dhani…lagi ngapain ” Nia merentangkan kedua tangannya keatas. Tampaknya Nia masih mengantuk, ia berjalan menghampiriku. Putting susu Nia tercetak jelas dari balik piyama tipis ,berwarna biru muda yang dikenakannya. Kutarik tubuh Nia agar duduk dipangkuanku, ia menggeliat kegelian ketika aku menciumi lehernya.
“Hi hi hi.. mang dhani, aduhhh, ihhhh tititnya nusuk…” Nia terkekeh-kekeh merasakan kemaluanku bangkit begitu bersentuhan dengan pahanya. Tanganku bergerak dengan lincah , kulepaskan baju piyama berwarna biru muda, kubuang jauh-jauh.
“Nia kamu ngak pake bh…”kataku sambil mengelus bagian bawah payudara Nia.
“Emang enggak.. pake , kan aku mau nyusuin mang Dhani supaya sehat, sini mang Minum Susu dulu he he he” Nia menarik kepalaku sambil menyodorkan buah dadanya. Nia memekik kecil ketika aku dengan rakus menetek disusunya. Tanganku menarik celana piyama Nia, Nia tersenyum duduk dipangkuanku. Kutusukkan jari telunjukku kelubang Nia, bibir Vagina Nia menjepit kuat-kuat jari telunjukku, rasanya sempit banget, hangat dan basah. Nia Turun dari pangkuanku, ditariknya turun resleting celanaku, kemudian Nia menarik celana panjang yang kukenakan, aku membantunya dengan menggeser-geserkan pinggulku.

Mata Nia berbinar-binar melihat sesuatu yang menggembung dibalik celana dalam yang kukenakan, dielusnya permukaan celana dalamku kemudian diremasnya dengan lembut, Nia tersenyum sambil terus menggoda isi celana dalamku. Tangan Nia menyelinap kebalik celana dalamku dan menarik keluar kemaluanku, lidah Nia menggelitik kepala kemaluanku. , lidahnya bergerak melingkar-lingkar dikepala kemaluanku. Nia membuka mulutnya lebar-lebar kemudian dimasukkannya kepala kemaluanku kedalam mulutnya. “Mmmm… Mmm” suara mulutnya yang sedang asik mengemut kepala kemaluanku, “Auhh..!!!” Aku tersentak kaget merasakan gigitan-gigitan kecil dikepala kemaluanku. Kedua tangannya dengan lincah mengocok-ngocok kemaluanku, sesekali mulutnya menciumi batang kemaluanku.
Ahh !!! aku kembali tersentak kaget ketika Nia dengan nakalnya menggigit batang kemaluanku, “he he he “Nia terkekeh-kekeh, Nia memasukkan kepala kemaluanku kedalam Mulutnya, lidahnya bergerak memutari kepala kemaluanku, Aku tersenyum sambil membelai-belai kepala Nia, Nia-ku yang sexy semakin pandai, sesekali aku meringis ketika Nia menggigit-gigit kepala kemaluanku dengan gemas.
“Ahhhhh… ja.. jangannn digigit gitu sayanggg Ouhhhhh… waduhhhh” Aku menahan kepalanya,  Nia menengok keatas memandangi wajahku, aku menundukkan wajahku, sambil menarik wajah Nia, kulumat bibirnya yang mungil.

Nia menarik bibirnya dari bibirku, ia tertawa kecil dan memandangiku dengan tatapan matanya yang nakal. Nia menekan bahuku agar aku bersandar kebelakang, ia berusaha menunggangiku. Pinggulnya menekan turun , sedangkan tangan kanannya mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang vaginanya. “Ennhh…sllleepphhh” perlahan-lahan kepala kemaluanku mulai memasuki lubang vagina Nia, aku membantu menekan pingul Nia agar kemaluanku semakin dalam memasuki lorong sempit diselangkangannya, untuk sesaat Nia berusaha mengendalikan diri menerima kemaluanku yang besar diselangkangannya, wajahnya bersemu merah ketika tatapan mata kami saling beradu pandang. Nia mencoba mengangkat pinggulnya kemudian digerakkannya pinggulnya turun , gerakan itu dilakukan berulang kali, Nia mendesah dan merintih-rintih sambil terus memainkan pinggulnya Naik turun. Aku menggeser pinggulku agar dapat bergerak dengan lebih leluasa, kini aku mulai memacu kemaluanku keatas, kusentakkan berkali-kali sampai bunyi-bunyi becek terdengar dari kemaluan kami yang sedang berjuang meraih kenikmatan.
“Clepp Cleppp cllppp Cleppp Cleppp… Clepppp” , dipagi hari yang indah ini kembali terjadi saling serang menyerang antara kemaluanku dengan vagina Nia, jika aku menusukkan kemaluanku keatas Nia segera menyambutnya dengan goyangan pinggulnya,tubuhnya meliuk-liuk dengan indah sehingga tensi birahiku semakin tinggi, lumayan lama kami bertarung
“Uhhhhh mang Dhani!!” Nia roboh dalam pelukanku, lubang vaginanya  memuntahkan cairan kental berwarna bening. Aku memeluk dan mengusap-ngusap punggungnya, aku belum merasa puas, kemudian sambil menyentak-nyentakkan kemaluanku keatas, kuremas dan kubelai lembut buah pantat Nia yang bulat dan padat, kupercepat irama tusukanku, Nia meringis-ringis keenakan, tubuhnya menggelepar-gelepar lembut dalam pelukanku.

Satu perjalanan yang panjang, akhirnya kembali membuahkan hasil yang memuaskan “Annnhhh Srrrtttttt… Rrrrtttt” Nia kembali terkulai untuk yang kedua kalinya, empat kali aku merobohkan Nia , tubuhnya bersimbah keringat ,pertarungan sengit selama 1 jam 45 menit membuat Nia terkulai kecapaian, ia  beristirahat diatas tubuhku.
“Nia lapar manggg….kita beli nasi padang yukk..”Nia mengalungkan kedua tangannya keleherku dengan manja, kemudian Nia turun dari tubuhku, tangannya membasuh lelehan air mani yang meleleh kesela-sela pahanya. Aku bangkit dan kembali berpakaian, Nia masuk kedalam kamar , tidak berapa lama ia sudah berpakaian, seksi banget, baju kaos ketat warna abu muda dan celana jeans pendek menutupi tubuhnya.
“Feilin sama Tarida sudah bangun ?” aku bertanya.
“Ngak, belum, he he he kecapaian, habisnya kemaren malam terus digenjot mang Dhani Sihhhh….” Nia terkekeh-kekeh menyindirku.
Aku tersenyum , mengakui, karena kemarin malam Feilin dan Tarida minta tambah beberapa ronde lagi, aku menggarap Tarida dan Feilin sampai mereka terkulai tanpa daya. Aku mencoba menyalakan mobil yang biasa kugunakan untuk mengantar ketiga gadisku kesekolah, waduh kenapa nih , sepertinya mogok deh..!!!
Nia menyarankan agar kami berjalan kaki saja. Sinar matahari pagi terasa hangat menerpa tubuh kami berdua, aku menuruti keinginan Nia yang katanya sambil berolah raga jalan pagi, aku berjalan agak jauh dibelakang Nia , agar orang-orang tidak curiga, kami menunggu angkutan kota setelah kelelahan berjalan kaki.

Akhirnya sampai juga kami kewarung nasi favorite ketiga gadisku yang letaknya agak jauh dari kompleks perumahan elite itu (+/- 40 menitan , naik angkot), Nia memesan empat bungkus nasi padang lengkap dengan lauk pauknya, wajah Nia tampak berseri-seri ketika menerima pesanannya. Pada saat perjalanan pulang, disebuah tempat yang sepi, sebuah mobil BMW meluncur melewati kami, wajah Nia mendadak pucat, mulutnya menceracau tidak karuan, jari telunjuknya menunjuk mobil BMW itu.
“Nia…!! Kamu kenapa ? Heiii” Aku menggguncang-guncangkan tubuhnya. Nia seperti tersentak kaget, Nia menjelaskan secara singkat apa saja yang harus mereka alami demi membebaskanku, Pelecehan, dan akhirnya pemerkosaan – pemerkosaan yang sangat brutal,dan kini otak pelakunya tengah menuju rumah Feilin.
 ”Manggg Ayoo!!! Kita harus menolong Tarida sama Feilin mangggg… hhk hhhkk”mata Nia berlinangan air mata, aku buru-buru mengikuti  Nia yang berlari-lari sekuat tenaga. “Hosssshhh. Hossshhhh aduhhh mangg… hhhh hhh”Nia kecapaian, sepertinya olah raga kecil yang kami lakukan dirumah sudah terlalu banyak menyita tenaganya.
“Nia.. Aku duluan..”
Nia mengangguk. “Iya manggg cepat selamatkan Tarida dan Feilin Hosh Hhh”

***************************

Feilin dan Tarida baru saja selesai mandi, mereka mengeluarkan sebuah kotak kardus yang nampaknya masih baru, dibukanya kardus itu dari dalamnya dikeluarkan beberapa pasang celana dalam model G-String yang sengaja mereka pesan lengkap dengan stocking berwarna lembut. Tarida dan Feilin memakai accesoris baru mereka untuk menggoda Dhani. Mereka tersenyum begitu mendengar suara pintu rumah dibuka seseorang, sambil mengendap-ngendap mereka menuju pintu kamar dan “Hiattttttt….aww” Tarida dan Feilin melompat dari dalam pintu kamar yang tiba-tiba terbuka, wajah mereka mendadak pucat pasi melihat sesosok tubuh berlemak yang sudah sangat mereka kenal
“Ha ha ha ha ternyata kalian sudah bersiap-siap menyambutku.. he he he” Sigemuk mengacung-ngacungkan sebuah dompet dan kunci milik Feilin yang dahulu sempat tertinggal.
Feilin dan Tarida ketakutan, bagaikan dikomado mereka segera meloncat masuk kembali kedalam kamar. Namun sebelum mereka berdua hendak menutup pintu kamar tangan Si gemuk dengan tangkas menahan pintu itu, terjadilah aksi dorong mendorong yang cukup seru, namun apalah artinya tenaga dua orang gadis mungil seperti mereka dibandingkan dengan tenaga sigemuk. “Brakkkk…!!!”
“Owww” “Aduhhhh” Satu terjangan yang kuat dari luar membuat Feilin dan Tarida terjengkang. Sosok gemuk berlemak dan bertampang sangar itu melangkah masuk kekamar, ditutupnya pintu kamar itu.

Sementara itu….
——————————————————————————–
Didalam angkutan kota aku gelisah, belum lagi jurus sakti angkot yang membuat aku dan para penumpang mati kutu ( red : jurus ngetem !!! mampus dah !!) , sebuah semboyan tertulis dikaca “Anda butuh waktu, kami butuh uang”. Aku semakin stress dan gelisah, ditambah lagi suasana kendaraan dijalanan yang mulai ramai berdesakan, sepertinya mulai macet total.

Sigemuk menutup pintu dibelakang tubuhnya, matanya memandangi Tarida dan Feilin yang hanya mengenakan celana dalam model Gstring, Stocking, dan kaos seksi yang minim dan ketat, bulatan buah dada kedua gadis itu tergambar dengan jelas, begitu menggoda dari balik kain kaos yang ketat dan tipis.
“Ha ha ha seksi.!!. cantik..!! cantik sekali!!! he he he”Sigemuk memuji Tarida dan Feilin, kedua gadis itu menyilangkan tangannya dibagian-bagian tubuh mereka yang sensitive. “Awww…. Lepasss… tidakkk” Tarida meronta-ronta ketika sigemuk menerkamnya, bibir sigemuk menciumi leher Tarida, Feilin berusaha menolong Tarida,
Sigemuk mengeram merasa terganggu, satu dorongan yang kuat membuat Feilin terpental dan terpelanting
“Dukkkkk… Aaaduhh… Ohhhhhhhhhhhh” kepala Feilin terbentur tembok, tubuhnya mendadak lemas, pandangan matanya berkunang-kunang.
“Fei… Feilinnn…”Tarida mengkhawatirkan kondisi Feilin yang terkapar dilantai. Sigemuk mendorong tubuh Tarida keatas ranjang, kemudian tubuh gemuk dan berlemak itu menindih tubuhnya.
“Hm..eeemm..mmm” bibir Tarida dilumat oleh sigemuk, air mata mulai mengalir dari sudut mata Tarida. Si gemuk terkekeh-kekeh. Tangannya menarik kaos minim yang dikenakan Tarida keatas, tersembullah buah dada Tarida. Tarida memekik kecil ketika sigemuk melahap payudaranya. Lidah sigemuk mengait-ngait putting susu Tarida, dijilati dan diemut-emutnya puncak bukit milik gadis itu. Tangan sigemuk menarik simpul celana dalam Tarida, Tubuh Tarida yang mungil diteduhi oleh tubuh gemuk berlemak , sigemuk menyentakkan kemaluannya dan  ”Ahhhh.. Ahhhhh… “tubuh Tarida tertekan-tekan dengan kuat ketika sigemuk memperkosanya dengan liar dan brutal.

Kedua tangan Tarida berusaha menahan gerakan pinggul sigemuk, segemuk mendengus kesal, dengan kasar sigemuk menepiskan kedua tangan Tarida dipinggulnya, diremas-remasnya payudara Tarida kuat-kuat
“Ahh auhhh….sakittt aowwww”Tarida kesakitan, air mata mengalir semakin deras dari mata Tarida yang sipit, buah dada Tarida tampak memar kemerahan ketika tangan sigemuk melepaskan buah dada Tarida, jari tangan sigemuk memelintir-melintir dan menarik-narik putting susu Tarida, sesekali dengan gemas sigemuk mencubit payudara Tarida sehingga Tarida memekik kesakitan, tangannya yang mungil berusaha mendorong-dorong tubuh gembrot yang terkekeh-kekeh keenakan, tangan mungil Tarida berkali-kali menepiskan tangan sigemuk, tubuhnya meronta-ronta.
“Duh Tarida, gemes gua ama susu lu… gimana ? enak ngak gua entot…He He He… pasti lu rindu ama gua”sigemuk semakin kasar menghujamkan batang kemaluannya. “Aaaa Ouhhhhh… Crrrt… Crrrrrrr” tangisan Tarida tertahan ketika cairan kenikmatan itu tiba-tiba saja meledak tanpa kompromi.
“He he he… bucat juga lu akhirnya…”sigemuk cengengesan. Ditariknya tubuh Tarida agar berdiri, tangan mungil Tarida memukul-mukul sigemuk yang terkekeh-kekeh.

Si gemuk tibat-tiba mengigit bahu Tarida sampai Tarida memekik kesakitan
dengan kasar dibalikkannya tubuh Tarida, diciuminya Tarida dari belakang , tangan sigemuk merayap menggenggam payudara Tarida, Tarida terus melakukan perlawanan berusaha melepaskan diri dari pelukan si gemuk, dari belakang sigemuk kembali meremas kuat-kuat payudara Tarida sampai Tarida memekik kesakitan.
“kalo lu ngak nurut gua bisa bikin lebih sakit!!!”si gemuk menjambak rambut Tarida dari belakang, sebuah ancaman dari sigemuk membuat perlawanan Tarida surut.
Kedua Tangan sigemuk mencengkram pinggul Tarida, sebuah tusukan kasar sigemuk membuat tubuh Tarida tersentak kedepan.
“Plookkk plokkkk plokkkk” suara itu terdengar semakin nyaring ketika sigemuk mulai memaju mundurkan batang kemaluannya.
Isakan tangis terdengar Tarida tersendat-sendat, sigemuk tampak asik terus memompa sambil sesekali memutar-mutarkan batang kemaluannya dengan liar didalam vagina gadis itu, isakan Tarida bagaikan sebuah harmony yang menambah tinggi nafsu birahi sigemuk.
“Nnnnggg…hhnnhhh…aaakkhh!” Tarida menjerit kecil merasakan kenikmatan itu melanda tubuhnya sekali lagi. Si gemuk mendudukkan Tarida dipinggiran ranjang, kedua tangannya mengangkangkan kaki Tarida lebar-lebar dan “Jrebbb… Awww… Ahhhh” kedua tangan Tarida bertumpu ke belakang, sigemuk menggenjot lubang vagina Tarida sekuat tenaga sehingga tubuh Tarida tersentak-sentak mengikuti irama sodokan sigemuk. “Aduhh Ahhhhhhhhhh crrrr.. Kcccrrtt….” Tubuh Tarida ambruk kebelakang, sigemuk mencabut kemaluannya.

Puas memperkosa Tarida sigemuk menghampiri Feilin yang masih terkapar diatas lantai, diraihnya tubuh Feilin, Feilin melawan, beberapa cakaran mendarat di pipinya, sikucing liar Feilin tidak mempedulikan ancaman sigemuk. Si gemuk memiting kedua tangan Feilin kebelakang dan dengan ikat pinggang diikatnya kuat-kuat kedua tangan Feilin sampai Feilin kesakitan.
“Achhh…Awwww” Feilin menjerit kesakitan ketika sigemuk meremas buah pantatnya kuat-kuat, kemudian dengan kasar sigemuk menyodomi Feilin. Tangan kanan sigemuk menjambak rambut Feilin sampai wajahnya terangkat keatas, sedangkan tangan kiri si gemuk meremas-remas buah dada Feilin dengan kasar dan brutal.
“Ahhhh… Tol Toloonggg.. awww sakittttt” Feilin tidak sanggup menahan rasa sakit didadanya, Feilin semakin keras terisak-isak menangis. Dengan kasar dibalikkannya tubuh Feilin kemudian sigemuk menjejalkan kemaluannya kelubang vagina Feilin, Satu tusukan yang kuat dari sigemuk terpeleset dan menggesek clitoris Feilin, tubuh Feilin menggelinjang kegelian, sigemuk kembali menusuk kemaluan Feilin dan “Akhhhh… Crepppp” selanjutnya tubuh Feiiln terguncang-guncang dengan kuat. Sigemuk tidak mempedulikan Feilin yang meringis dan terisak-isak ketika kemaluan sigemuk mengocok lubang Vaginanya dengan kuat.
Sigemuk kembali menunggingkan tubuh Feilin dan “Aaaaaaaaa!!!” Jeritan Feilin membuat sigemuk semakin bersemangat menyodomi lubang anusnya.

*****************************
Nafasku terengah-engah ketika sampai didepan rumah Feilin yang letaknya agak terpisah dari rumah-rumah mewah lainnya, sebuah mobil BMW terparkir didepan pintu rumah. Aku masuk dan mencari-cari Tarida dan Feilin. Sayup-sayup aku mendengar suara-suara isakan tangis dan suara tawa terkekeh-kekeh, perlahan-lahan kubuka pintu kamar. Darahku mendidih menyaksikan Tarida sambil menangis, duduk dipinggiran ranjang, sedangkan Feilin menangis dalam keadaan terikat sedang disodomi oleh seseorang bertubuh gemuk berlemak.
“Bangsattt!!” Aku menerjang kedalam. Sigemuk kaget dan melepaskan tubuh Feilin. Terjadilah pertarungan sengit didalam kamar, saling pukul , saling dorong, dan saling menerjang. Tinju kananku melayang dalam gerakan yang tidak diduga oleh si gemuk.
“Unnngghhhh… Huaakkkkk Bukkk Bukkkk.. Bukkkkk” beberapakali tinjuku menghantam wajah dan perutnya dengan telak. “Gubrakkkkk…….” Sigemuk terjengkang, “Uuuuhhh Hhhhhhh” Sigemuk hendak bangkit namun tubuhnya segera limbung dan roboh kelantai.
“Sialan.. cuihhh!! gua masukin lagi kepenjara lu!!!”sigemuk meludah kelantai, ludahnya bercampur darah, ia mengancamku
“Bapak yang saya masukin kepenjara!!, karena Bapak sudah memperkosa mereka!!”
“Enak aja…. Mana buktinya !!!”sigemuk ngak mau kalah
“Mereka korban dan saya saksinya !!!”
“Anjing lu…!!!” sigemuk memakiku, dengan tangkas ia menyambar pakaian dinasnya dan melompat keluar kamar.

Aku hendak mengejarnya, namun erangan Feilin membuatku menahan diri, dengan hati-hati aku melepaskan ikatan ditangannya, terlihat memar dipergelangan Tangan Feilin akibat ikatan yang terlalu kuat. Kududukkan tubuh Feilin disebelah tubuh Tarida. Mereka berdua menangis dalam pelukanku, tidak berapa lama Nia datang, ia tampak panik sampai aku menenangkannya, Nia membantu memandikan kedua sahabatnya yang masih shock, habis diperkosa dengan brutal dan liar oleh sigemuk, selama berhari-hari Feilin dan Tarida berdiam diri. Setiap hari aku hanya dapat menghela nafas panjang, aku mengerti bagaimana perasaan mereka , berbagai cara sudah aku lakukan untuk menghibur mereka berdua, namun tampaknya tidak ada satupun yang berhasil.
“Tarida.. Feii, aku mandi dulu ya…”Nia berusaha memecah keheningan. disore hari itu, Tarida dan Feilin hanya mengangguk lemah.
Tidak berapa lama terdengar suara bunyi shower dari kamar mandi, aku menelan ludah membayangkan Nia yang sedang mandi, agak lama barulah Nia keluar dari kamar mandi, uh Nia hanya mengenakan selembar handuk untuk membalut tubuhnya , tangan Nia menjinjing pakaian dan baju dalamnya. “Awww…Bluggg…. “tubuh Nia terpeleset, pakaian dan baju dalamnya terlempar keudara.
“Auhhhhhhh……glekk Heuhhh.!!!” wajahku tertutup sesuatu , tanpa terduga celana dalam Nia terlempar kewajahku sedangkan Bh Nia tersangkut dileherku.
Tarida dan Feilin memandangiku yang masih tergagap-gagap terkena serangan celana dalam dan BH Nia, sebentar kemudian mereka menatap Nia yang terjatuh dalam posisi sedikit mengangkang ,  mendadak mereka berdua tertawa lepas tanpa beban.
“Makanya ati-ati kalo jalan… he he he” Feilin dan Tarida menghampiri Nia dan membantu sahabatnya berdiri, mood Tarida dan Feilin mulai kembali seperti biasanya.
“Aduh.. duh sakit nihhh…” Nia mengusap-ngusap pingulnya.

**************************
Tengah Malam.

Aku mengecupi kening ketiga gadisku yang tertidur pulas sehabis kuhantarkan mereka kelautan birahi yang panas dan bergejolak,perlahan-lahan aku bangkit dari ranjang, Kuletakkan sebuah surat diatas meja belajar yang ada didalam kamar, dengan mengendap-ngendap aku keluar dari dalam kamar dan kututupkan pintu kamar itu. “Tarida… feilin… Nia… mang Dhani pergi dulu…mungkin agak lama hhhh” aku menghela nafas panjang sambil memandangi rumah mewah itu dari luar.
Hari itu sudah genap seminggu aku meninggalkan rumah Feilin ,Aku menceritakan pemerkosaan yang dilakukan oleh sigemuk terhadap Feilin dan Tarida kepada Rhoni
“Mereka… tidak terluka bukan ?” Rhoni mendadak bertanya, ia tampak kuatir dengan ketiga gadisku, terutama Tarida.
“Untungnya Enggak… Hhhh” Aku menghela nafas panjang.
“Aku rindu pada mereka Rhon…”Aku tertunduk lesu.
“Emmmm, kalo gitu besok malam , kita mengunjungi mereka !!! “Rhoni tampak bersemangat.
Rhoni tersenyum senang ketika aku mengangguk, ia menghampiri tubuh seorang laki-laki bernama Doktor ijon kemudian “Plakkk… bukkk bukkkk haduhhhh ampppphunnnn… amphuuuunnnn” Doktor ijon kesakitan ketika Rhoni menjambak rambutnya.
“Sialannnn…!! Enak aja lu maen perkosa…!! Mau Gua penggal tuh isi kolor…!!! Hahhh?!!!” Rhoni membentak.
Nafasnya turun naik karena emosi… ehhhh Emosi maksudnya… he he he h ^ ^.
Beberapa orang yang terikat menjadi sasaran empuk , digampar, dijambak, ditonjok oleh Rhoni.

********************************
Malam Sabtu.. waktunya “Apel dan nempel..”

Rhoni menghentikan mobil tuanya, sekarang kurang lebih jam 7 malam, Aku turun dari mobil, Rhoni mengikutiku dari belakang.
“Dhani…!! Koqq rumahnya gelappp !!!!” Rhoni berbicara dengan nada serius”Ehhhh !!! aku memandangi rumah Feilin yang megah, gelap tanpa penerangan, keningku berkerut
“Mana kuncinya !!! cepattt…..!!!”Rhoni tampak kuatir
Aku buru – buru mengeluarkan kunci rumah dari saku-ku
“Sini…!!” Rhoni menambar kunci yang baru kukeluarkan dari saku celanaku.Dengan terburu-buru aku mengikuti langkah-langkah Rhoni.
“Clikkkkkk”bunyi suara lubang kunci.
Rhoni menerjang melompat masuk kedalam.
“Buk…bukkkkk…. Whadowwww… Dhuengggggggg…!! Gdombranggg!!” Rhoni menjerit kesakitan.
Aku buru-buru menyalakan lampu , dannn… Upsssss !!!!!!
Rhoni yang berbadan besar tengah ditindih oleh ketiga gadisku, Tarida memegang Teflon, Nia memegang katel kecil, sedangkan Feilin memegang tutup panic. Tangan Rhoni berusaha melindungi wajahnya ketika sebuah Teflon ditangan Tarida melesat dengan cepat namun terlambat..!!!
“Bletakkkkk…. Whadowwwwww”, Rhoni Sahabatku terkapar sambil memegangi kepalanya.
“Ehhhh… Nia.. Tarida…. Feilin… jangan..!! dia teman mang Dhani…”Aku berusaha meredakan pertempuran sengit didepanku. Gerakan Tarida , Nia dan Feilin mendadak berhenti ketika mendengar suaraku.

“Manggg Dhaniiii….” Mereka bertiga berhamburan , memeluk tubuhku.
Aku menciumi mereka bertiga, berbagai pertanyaan terlontar dari bibir mungil ketiga gadisku.
“Sebentar….” Aku tersenyum – senyum, menghampiri Rhoni Sahabatku terkapar dilantai, ada benjolan sebesar telur angsa dijidatnya.
“Aduhh… aduhhhh ….”Rhoni memegangi kepalanya, Aku memapahnya agar duduk diatas sofa.
Ketiga gadisku tampak serba salah, Tarida berinisiatif mengambil kotak P3K, “Ini manggg….” Tarida menunduk sambil memberikan obat gosok, wajahnya tidak berani  menatap Rhoni, apalagi melihat telur angsa hasil karyanya dijidat Rhoni. Jam dinding menunjukkan pukul 7.15 malam, ketika aku selesai mengobati Rhoni
“Rhonn… lu tidur dikamar gua aja ya…tuhh dibelakang….”
“Iya… gua tiduran dulu…. Pusing nihhh”Rhoni Bangkit dari duduknya.
Aku tersenyum ,setelah Rhoni berlalu tidak berapa lama ketiga gadisku menarik-narik tanganku kedalam kamar, terjadilah peperangan hebat didalam kamar, sampai akhirnya kami berempat tertidur kecapaian.
“Manggg…. Manggg Dhaniii….” Aku membuka mataku , rupanya Tarida membangunkanku.
“kenapa maniss… Mmmhhh…”Aku memeluk tubuhnya yang masih telanjang.
“Manggg…temenin yuk.. Tarida mau pipisss Takuttt….” wajah tarida tampak imut, lucu banget deh.

Aku bangkit dan tersenyum, dengan terburu-buru Tarida membalutkan kain tipis mirip kimono ditubuhnya. Tarida memegangi tanganku erat-erat, ketika kami melewati kamar tempat Rhoni berisitirahat, sepertinya Tarida takut karena merasa bersalah pada Rhoni, setelah selesai buang air kecil Tarida meminta diantar ke dapur , haus katanya. Aku dan Tarida kembali menuju kamar Feilin, langkah kami berhenti , aku dan Tarida saling berpandangan, ada sesosok tubuh hitam, tinggi besar dan gemuk berlemak sedang asik mengintip dari lubang pintu.
“Ssstt…. Pelan-pelan” bisikku sambil menempelkan jari telunjuk dibibir, Tarida mengangguk , kemudian dengan perlahan-lahan kami melangkah mendekati seseorang yang sedang asik mengintip Feilin dan Nia yang masih tidur telanjang bulat diatas ranjang.
“Dharrrrr……..  ” Aku berteriak keras-keras sambil menampar pantatnya orang itu.
“Dukkkkkkkk!! Wadowww…mampuss!!!” saking kagetnya Rhoni menyeruduk pintu kamar.
“Ha ha ha ha ha….” Aku terbahak-bahak melihatnya mengusap-ngusap telur angsa dikepalanya,
“Aduhhh… uhhhh Biyunggggg…. Tega amat lu…”
Rhoni  duduk pasrah diatas lantai sambil meringis.
Tarida tidak kuasa menahan tawanya, suara merdunya bagaikan obat ajaib membuat Rhoni melupakan rasa sakit dikepalanya.
“Ngapain lu Rhonnnn….” Aku tersenyum cengengesan.

“Eeeeehhh iniiii… ituuuu…. Mmmmhhh maksudku… yaaaa begituuu… ngakkk… ngapa-ngapain koqqq” Rhoni menceracau gugup karena ketahuan mengintip, Rhoni menatap Tarida yang masih tertawa-tawa kecil, wajahnya benar-benar memelas minta dikasihani.
“Tarida kamu temenin Rhoni ya…” Aku berbisik ditelinga Tarida.
“Enggak ahhhh… Tarida takuttt mangggg” Tarida menarik leherku dan berbisik ditelingaku.
Aku berlalu menuju pintu kamar, Tarida hendak mengikutiku namun aku buru-buru menutup dan mengunci pintu kamar dari dalam.
“Tok.., Tokkk…, Tokkk, Manggg… manggg Dhani.. buka mangggg” Tarida mengetuk-ngetuk pintu kamar.
Rhoni menghampiri Tarida, tangannya menepuk perlahan bahu Tarida, Tarida membalikkan tubuhnya. Jantung Rhoni seakan-akan berhenti berdetak , wajah yang cantik, cute, tubuh yang mungil, berdiri ketakutan dihadapannya.
“Nama kamu Tarida ya…? “Rhoni bertanya dengan lembut
Tarida mengangguk, sikap Rhoni yang lembut membuat hati Tarida sedikit tenang. Tangan Rhoni menggenggam tangan Tarida yang mungil, ditarik tangan gadis itu agar mengikutinya.jika digambarkan mereka berdua bagaikan Seekor Gorila bertubuh tinggi besar dan gemuk berwajah buruk tengah bergandengan tangan dengan seorang gadis cantik bertubuh mungil

Rhoni menutup pintu kamar itu, setelah menyalakan lampu kamar, Rhoni menghampiri Tarida, gadis itu mundur kesudut kamar sampai punggungnya tertahan ditembok, Wajah Rhoni yang rusak berat membuat Tarida semakin ketakutan.
“Maaff..Mang Rhoni…,ngak sengaja…”tiba-tiba Tarida meminta maaf, sambil terisak-isak.
“Lhoo…malah nangiss ? koq minta maaff…? Oooo.. ini ya ?”Rhoni menunjuk benjolan sebesar telur angsa dijidatnya.
“Mang Rhoni  jadi punya telur..nih. gara-gara ditabok ama  Teflon he he he” Rhoni sengaja bergurau agar Tarida tidak terlalu tegang.
Tarida terisak namun juga tidak sanggup menahan tawanya, mengingat kejadian tadi ketika Rhoni menyeruduk pintu kamar. Dengan lembut Rhoni menyeka air mata Tarida, tangan mungil Tarida menahan wajah Rhoni yang mendekati wajahnya. Kedua tangan Rhoni meraih pinggang Tarida yang ramping, tangan Rhoni menarik lepas ikatan simpul dipinggang Tarida.
Beberapa kali tangan Rhoni bergerak menyibakkan kain tipis mirip kimono ditubuh Tarida, kini Tarida berdiri mematung, telanjang bulat disudut ruangan, ia terkesima ketika Rhoni dengan berani menelanjanginya.
Tarida memejamkan matanya ketika wajah Rhoni mendekati wajahnya dan “Mmmmhhh Mhhhhh…….” bibir mungil Tarida tersumpal berkali-kali oleh bibir Rhoni yang semakin rakus, mengecup-ngecup bibir Tarida. Tarida mengalungkan kedua tangannya keleher Rhoni.

Rhoni menarik tubuh Tarida keranjang, didudukkannya tubuh mungil Tarida dipinggiran ranjang, Tangan Rhoni bergerak melepaskan pakaiannya.
“Wuaaaahhhhh..?! apaan tuhh… mampus aku..!!”jerit Tarida dalam Hati, Tarida melotot tercekat melihat kemaluan Rhoni.
Sebuah kemaluan Hitam besar dihiasi urat-urat bertonjolan, , yang membuat Tarida merinding ngeri ,Bulataan dan panjangnya batang kemaluan Rhoni lebih gemuk besar dan panjang dari Dhani Anwar, besar kepala kemaluan Rhoni hampir mirip seperti bola kasti, belum lagi batang kemaluannya yang panjang dan tampak kokoh, Tarida mendadak teringat situs-situs interracial yang sering dibukanya diinternet,  Rhoni tersenyum , lelaki berdarah Irian – arab itu kini bersujud dihadapan Tarida, Tarida merinding memandangi Pemukul kasti diselangkangan Rhoni. Mata Rhoni melotot melihat payudara Tarida, bulatan payudara yang indah dihiasi oleh puting susu berwarna merah jambu. Tangan Rhoni meremas-remas buah pinggul Tarida, Tangannya mengelus-ngelus paha Tarida yang halus mulus. Mulut Rhoni mulai mendekati puting Susu Tarida, lidahnya terjulur keluar.
“Ihhhhhh…. ” Tarida kegelian ketika lidah Rhoni dengan begitu ahli mengelitiki putting susunya, Tarida mendorong kepala Rhoni.
“Ahh Manggg Rhoni….” Tarida merintih lirih ketika Rhoni menggusur tubuh mungilnya sambil menekan Bahu gadis itu agar tidur terlentang diatas ranjang.
Rhoni berbaring disisi kanan Tarida, bibirnya mengecup-ngecup sekitar leher dan payudara Tarida. Rintihan-rintihan lirih terdengar dari bibir mungil Tarida bagaikan sedang menyanyikan sebuah lagu yang enak terdengar.

Kini Rhoni mulai meneduhi tubuh Tarida, tubuh mungil Tarida tertutup oleh tubuh Rhoni yang gemuk dan besar diatasnya. Rhoni menatap wajah Tarida, Rhoni tersenyum meresapi kecantikan Tarida, Tangannya membelai-belai kepala Tarida dan mengusap-ngusap pipi Tarida. Rhoni semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Tarida.
“Hmmmm Mmmmmmhhh” Rhoni dengan rakusnya mengulum dan mengemut-ngemut bibir Tarida, untuk beberapa saat Tarida masih diam dan pasrah.
Jantung Rhoni berdetak-detak kencang ketika Tarida mulai berani membalas kulumannya, bibir mereka bertaut dengan rapat, suara berkecipak terdengar berkali-kali “ckk Ckkk.. Ckkkk MMm Ckkkkkkk”
Tangan Rhoni menyibakkan kedua paha Tarida agar gadis itu mengangkang, dengan ragu-ragu Tarida berusaha mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Tubuh Rhoni terus berkutat berusaha mencelupkan kepala kemaluannya yang terlalu besar bagi lubang Vagina Tarida yang sempit dan seret, sampai akhirnya “Ha akkhhh Ufffhhhh….” Tarida menahan pinggul Rhoni ketika merasakan sesuatu yang besar menekan memaksa hendak melesat memasuki lubang Vaginanya, tangan mungil Tarida berusaha mendorong tubuh “Rhoni Si Gorila berwajah buruk”
“Akknnnnnhhhh.. Ohhhhh besar amat MM MAnggg MmMMMMMHHH”
“AAAAAA jangan dipaksa manggg , ngakk… NGAKKKK MUATTT.. C..BU…TTTT !! CABUTTT mangggg !!!Aduhhhhhh Ngilu HaaaUHHHHHHH !!  WHOAWWW!!! “
Tarida tidak sanggup menahan kepala kemaluan Rhoni, yang seakan-akan hendak membelah dirinya.

“WHAAWWWHH” Satu teriakan Panjang Tarida kembali terdengar ketika Rhoni dengan paksa menjejalkan kepala kemaluannya kelubang vagina gadis itu, kepala Tarida terkulai kesebelah kiri, nafasnya yang terengah-engah membuat payudaranya bergerak dalam irama yang membangkitkan birahi Rhoni. Rhoni tersenyum, usahanya membuahkan hasil, kepala kemaluannya kini tenggelam kedalam bibir vagina gadis itu yang mungil, Jantung Rhoni berdetak kencang merasakan Himpitan bibir vagina Tarida dileher kemaluannya. Tubuh Tarida sampai melenting-lenting dibawah tindihan tubuh Rhoni, erangan demi erangan terdengar dari bibir mungil Tarida, ketika Rhoni kembali menjejal-jejalkan kemaluannya, Tarida tambah menggeliat-geliat tidak karuan. Rintihan-rintihan keras diiringi jeritan kecil Tarida terdengar sampai keluar kamar. Wajah Tarida tampak semakin cantik dan sensual, bibirnya yang mungil sedikit terbuka ketika Rhoni berusaha menjebloskan Batang kemaluannya semakin dalam. Rhoni bertambah nafsu, beberapa kali tubuh bagian bawahnya berkutat dengan kuat, sehingga batang kemaluannya terbenam semakin dalam. Wajah Tarida bersemu merah, berkali-kali Tarida meringis ketika Rhoni menusukkan kemaluannya kuat-kuat. Rhoni tersenyum, merasakan kemaluannya kini terbenam sampai mentok kedalam Vagina Tarida, denyutan-denyutan kuat serasa meremas-remas Batang kemaluannya.
“Ahhhh…aahh!” Tarida menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Rhoni mulai memacu kemaluannya dengan kuat dan kencang, maju mundur, menggasak lubang vagina gadis itu.

Kedua tangan Tarida terentang kesamping meremas – remas seprei, sekali lagi jeritan panjang Tarida terdengar keras disertai rengekan-rengekan yang terdengar menggairahkan ditelinga Rhoni.
“Aaaa. Owww… Crrrrrr Crrrrrrrrrr…Henngkkk… Ahhhhhh” Tubuh Tarida melenting kemudian menggelepar-gelepar, Rhoni tersenyum merasakan cairan-cairan Hangat mengguyur kemaluannya, sambil tersenyum Rhoni menusukkan batang kemaluannya dalam-dalam, seakan akan ingin semakin menenggelamkan Tarida kedalam lautan birahi. Untuk beberapa saat Rhoni membiarkan Tarida meresapi kenikmatan yang baru diraihnya. Tangan Rhoni mencengkram buah pantat Tarida. Tanpa melepaskan tubuh Tarida, Rhoni merubah posisi, Rhoni duduk mengangkang sedangkan Tarida menduduki kemaluan Rhoni, Tarida mengalungkan kedua tangannya keleher Rhoni, sesekali nafasnya tertahan merasakan batang kemaluan Rhoni semakin dalam merojok lubang vaginanya. Rhoni menciumi leher Tarida dengan lembut, dijilatinya leher jenjang gadis itu. Berkali-kali tangan Rhoni meremas buah pantat Tarida yang bulat dan padat. Pada Saat nafsu Rhoni sedang memuncak ditingkat yang paling tinggi tiba-tiba…
“Bletakkk… Wadowwww….” Rhoni kesakitan ketika Tarida mendadak menjitak jidatnya, hati Tarida masih kesal ketika Rhoni memaksa memasukkan kemaluannya yang besar dan panjang , namun Rhoni malah tersenyum-senyum cengengesan kedua matanya sengaja dijulingkan menggoda Tarida.

“He he he…he… ” Entah kenapa Tarida tidak sanggup menahan tawanya , ketika Rhoni yang cengengesan menjulingkan mata sambil mengusap-ngusap benjolan sebesar telur angsa dijidatnya , merasa diberi angin, ciuman-ciuman Rhoni yang kasar kembali mendarat dipipi, bibir dan dileher Tarida. Sedikit demi sedikit Tarida mulai terbiasa menerima kehadiran kemaluan Rhoni yang besar dilubang vaginanya yang mungil dan seret, lidah Tarida terjulur keluar namun ketika Rhoni hendak menghisap lidah yang terjulur itu, Tarida menarik mundur kepalanya, Tarida mencibirkan bibirnya, kemudian Tarida mengusap keringat didahinya, keringat bercucuran ditubuhnya yang mungil. Dengan gemas Rhoni menyergap dan mengulum bibir Tarida kini terjadilah perang lidah yang sesungguhnya, lidah Roni dan lidah Tarida saling terjulur dan saling mengait, Rhoni tampak asik menghisapi lidah Tarida. “Ckkk CKkkkkk CCkkk” suara itu terdengar semakin keras, seiring semakin serunya pertarungan lidah Rhoni dan Tarida. Kini pinggul Tarida mulai bergerak naik turun diatas tubuh Rhoni, kedua tangan Rhoni membantu menaik turunkan pinggul Tarida, Rhoni terbuai oleh liukan-liukan tubuh Tarida yang begitu mempesona, indah, gemulai, bahkan kadang-kadang berubah liar dan binal. Entah berapa lama terjadi pertarungan antara gadis mungil melawan Rhoni yang gemuk dan besar didalam kamar itu, yang pasti Tarida kembali mengejang , Tarida mengigil  ketika merasakan sebuah ledakan kenikmatan tiba-tiba disusul oleh ledakan kenikmatan yang datang bertubi-tubi.

Rhoni merem melek keenakan, terlalu enak malah…..ketika vagina Tarida meremas-remas dengan kuat batang kemaluannnya. Tarida memandangi Rhoni, matanya tampak sayu , gadis itu memejamkan matanya ketika Rhoni mengecup keningnya dengan lembut. Berkali-kali Rhoni mengantarkan Tarida ke gerbang kenikmatan , gadis itu kembali terkulai lemas, tubuhnya mengigil ketika merasakan Cairan kenikmatan itu mendadak muncrat tanpa dapat ditahan, tenaganya seakan-akan dikuras habis, Rhoni meleletkan lidahnya ketika merasakan cairan hangat itu kembali mengguyur kemaluannya, vagina Tarida seakan-akan sedang meremas-remas kemaluan Rhoni dengan kuat. Setelah berusaha menguasai diri karena remasan-remasan vagina Tarida, Rhoni mencabut kemaluannya dari lubang vagina gadis itu. Tarida memandangi Rhoni dengan tatapan mata penuh selidik, sepertinya Rhoni belum terpuaskan, kemaluannya masih berdiri dengan gagah.
“Luar biasa…. Cantikk… mulussss…. Dannn ahhhhh ck ck ck…” Rhoni dengan leluasa menikmati kecantikan dan lekuk liku tubuh Tarida yang terlentang pasrah,Rhoni menelan ludah menatap selangkangan Tarida, lubang vagina Tarida agak memar kemerahan.
Rhoni duduk mengangkang, ditekannya kepala Tarida keselangkangannya. Mulut Tarida mencoba menelan kepala kemaluan Rhoni, bibirnya yang mungil tampak kesulitan ketika hendak memasukkan kepala kemaluan Rhoni, mata Rhoni terpejam-pejam merasakan emutan-emutan Tarida yang memuaskan, Tangan Rhoni dengan lembut membelai-belai kepala  siGadis yang sedang mengemut-ngemut kepala kemaluannya, Tarida mengecup-ngecup Batang kemaluan Rhoni, lidah gadis itu terjulur keluar dan mengulas-ngulas buah pelir Rhoni

Rhoni mengambil Baby Oil dan melumasi batang kemaluannya sehingga benda itu kini terlihat licin dan mengkilat. Rhoni membalikkan tubuh Tarida, dibelai-belainya punggung Tarida kemudian tubuh Rhoni mulai menindih tubuh Tarida, sambil menggesek-gesekkan batang kemaluannya ke sela-sela pantat Tarida yang terasa halus dan lembut,
“Heeehhh.. Nggghhhhhhhhhh…..” Tarida mengeliat, ia berusaha menahan beban tubuh Rhoni,ketika tubuh Rhoni yang berbulu lebat menimpa tubuh mungil Tarida, Tarida merasakan tubuhnya seperti melesak kedalam kasur empuk itu,  kedua Tangan Rhoni menyelinap dari belakang meremas – remas kedua payudara Tarida.
 Tarida merengek manja ketika Rhoni mengigit-gigit lembut lehernya, diciuminya daerah dibelakang telinga Tarida sambil berbisik lembut
“Tarida…kamu mulus, cantik sekali..he he he”
Ciuman-ciuman dan jilatan-jilatan Rhoni yang liar mulai menjelajahi, punggung Tarida, perlahan-lahan ciumannya semakin turun, diendus-endusnya belahan pantat Tarida dan dengan kasar dijilatinya sela-sela pantat diantara dua buah pantat Tarida yang empuk dan bulat. Rhoni mengambil posisi mengangkangi buah pantat Tarida yang halus, kepala kemaluannya yang sudah dilumasi baby oil dijejal-jejalkan kesela-sela pantat Tarida, ditekannya kuat-kuat batang kemaluannya berusaha menjebol lubang anus Tarida, berkali-kali Rhoni terus menyentak-nyentakkan kemaluannya kuat – kuat sampai suatu ketika..
“Hegggkkkkkk…….?!” Nafas Tarida tertahan, matanya melotot kemudian terpejam ketika merasakan hantaman kuat dilubang anusnya, kepala kemaluan Rhoni mejebol lubang anusnya dengan kasar.

“Emmmhhh Hkkk Hkkkkkk… Awwwww” Tarida terisak-isak, tubuhnya menggeliat-geliat tidak karuan , Tarida merasakan lubang anusnya semakin melar dan melebar, ada rasa perih akibat gesekan batang kemaluan Rhoni yang semakin dalam memasuki dirinya.
Rhoni tersenyum , diusap-usapnya buah pantat Tarida yang kenyal dan lembut, sambil memegangi pinggul Tarida, Rhoni semakin mendesakkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya kedalam lubang anus gadis itu.
“Shhhh Owwww Oww…aduhhh pedih mangg, ngiluuu… Hkk Khhhh” Tarida merasakan linu pada lubang anusnya, isak tangisnya semakin keras terdengar, Rhoni mengusap-ngusap Tarida membujuk supaya Tarida tidak menangis.
“Sudahhh manggg dicabutt aja…sakitt aduhh Ahhh Awwww….”Tarida berusaha menelepaskan dirinya dari tindihan Rhoni
 Rhoni menekan punggung Tarida kuat-kuat, tangan Kanannya mencengkram pinggul Tarida kuat-kuat, Setelah beberapa lama berusaha melepaskan diri Tarida akhirnya menyerah, ia kecapaian ,benar-benar sulit melepaskan diri dari cengkraman Rhoni yang kuat dengan segudang tenaga yang tidak pernah habis menikmati tubuh mungilnya. Tangan Rhoni membelai-belai kepala Tarida, ia tersenyum, Tarida kini menyerah total pada kekuasaannya. Tangan Rhoni kembali menyelinap dari belakang, memelintir-melintir putting Susu Tarida, diremas-remasnya dengan lembut buah dada Tarida.

Perlahan-lahan Rhoni mendaratkan tubuhnya menindih Tubuh Tarida yang mulus , Seiring dengan semakin tenggelamnya batang kemaluan Rhoni kedalam Anus Tarida, Badan Rhoni semakin rapat meneduhi  tubuh mulus gadis itu dan akhirnya tubuh Rhoni dengan sempurna menindih tubuh mungil dibawahnya yang terengah-engah menahan kemaluan Rhoni yang mengait lubang anusnya dengan sempurna dari belakang belum Lagi menahan berat tubuh Rhoni yang dengan asik terus menekan-nekan tubuh mungil dibawahnya. Rhoni mulai menarik batang kemaluannya kemudian dengan kasar disentakkannya kembali memasuki lubang anus Tarida, gadis itu berkali-kali meringis merasakan kemaluan Rhoni memaksa memasuki dirinya. Tubuh Tarida terasa halus ketika bergesekan dengan tubuh Rhoni yang berbulu lebat, Rhoni semakin sering menggesek-gesekkan tubuhnya merasakan kemulusan tubuh Tarida. Tubuh gadis itu terlihat tertekan-tekan dengan kuat dibawah tindihan tubuh Rhoni yang besarnya sangat tidak seimbang dengan tubuh mungil Tarida yang halus mulus, Rhoni menggeram dan kemudian
“ARggghh…uuuhh keluar nih!!” Rhoni meraung, kedua tangannya membelit tubuh Tarida seakan-akan hendak meluluh – lantakkan tubuh mungil gadis itu.

Setelah beberapa saat barulah Rhoni mencabut kemaluannya dari lubang anus Tarida “Plopppp…..” bunyi keras itu terdengar nyaring ketika Rhoni membetot ujung kemaluannya keluar dari lubang anus Tarida. Rhoni tersenyum puas sambil memandangi Tarida, gadis itu membalikkan tubuhnya,dengan terengah-engah ia menyeka keringat yang mengucur dengan deras dikeningnya, sementara Tangan kirinya bergerak menyilang melindungi buah dadanya dari Tatapan Rhoni, kedua kakinya yang mulus merapat, tangan kanannya yang mungil menutupi wilayah selangkangannya dari tatapan Rhoni. Rhoni mengecup kening Tarida dengan lembut, tangannya masih belum puas merayapi lekuk liku tubuh Tarida, berkali-kali tangan Rhoni meremas-remas lembut payudara Tarida. Sementara mata Tarida terasa semakin berat, rasa lelah bercampur dengan rasa mengantuk membuat mata sipitnya terpejam rapat. Walaupun Tarida sudah tertidur pulas Rhoni tetap asik merayapi tubuh mulus Tarida.

************************
Keesokan paginya

Aku membuka pintu kamar dan melangkah menuju dapur, wah kayanya Rhoni lagi masak deh.
“Eeehhh yang itu buat Tarida….” Rhoni menyelamatkan potongan daging yang paling besar.
“Gimana kemaren malem “Aku menggoda Rhoni
“He he he” Rhoni cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.
Tidak berapa lama terdengar suara kamar terbuka, dari dalamnya muncul Tarida, wajahnya menatap Rhoni kemudian tertunduk malu, jalannya terlihat agak aneh , sedikit mengangkang.
“Rhonn apa lu yakin, semalam ngak ada yang ketinggalan waktu lu entotan sama Tarida ?”Aku bertanya sambil tersenyum – senyum memandangi Tarida yang masuk ke kamar Feilin.
Haahh…!!! apanya yang ketinggalan ?” Rhoni bengong menatapku.
“Tuh.. !!!!  uler diselangkangan lu !!!, abis jalan Tarida sampe ngangkang gitu  Hua ha ha ha ha ha ha” Aku tertawa ngakak, jari telunjukku menunjuk sesuatu diselangkangan Rhoni.
“Geloo siahhhhh….!!! HaHaHa…itu sih gara-gara gua giniin kemaren” Rhoni menyelipkan jempolnya diatara jari telunjuk dan jari tengah.
“Makanya lu pangkas dulu tuh isi kolor.. biar ngak terlalu gede !! he he he” Aku tertawa terpingkal-pingkal

“Yeee, emangnya lu pikir taneman apa ? ha ha ha.. uhuk uhukk” Rhoni tertawa ngakak sampai terbatuk-batuk.
“Dhani bagaimana dengan si kunyuk Parto..?” tanya Rhoni dengan wajah serius.
“Dia bagianku Rhon… dialah awal dari segalanya, gara-gara Parto mereka bertiga hampir hilangan nyawa” aku menjawab dengan nada dingin.
Rhoni tidak berani banyak tanya lagi melihat ekspresi Dhani yang dingin. Sudah dua minggu wajah Parto tidak kelihatan disekolahan elite itu, tidak ada seorangpun yang tahu dimana Parto berada sekarang. Pada saat jam istirahat Tarida, Nia dan Feilin berkumpul disebuah sudut sekolahan itu, dengan gugup Nia menunjukkan selembar surat pada teman – temannya.
Mereka bertiga membaca isi surat itu dengan cemas….
————————————–
Dhani dan Rhoni ada ditanganku,
kedatangan kalian ditunggu dikantin sekolah jam 2 siang ,
jangan sampai terlambat!!!! Kalo enggak mereka berdua saya panggang jadi sate…..
salam hangat : Parto
—————————————
Selama pelajaran berlangsung Tarida, Nia dan Feilin tampak gelisah, “Teng Teng Tengg” akhirnya suara bel sekolah terdengar nyaring.


Setelah pak Guru memberikan PR, ia langsung cek out dari ruangan kelas kelas diikuti para murid yang berhamburan keluar. Satu demi satu para guru  dan murid melangkahkan kakinya keluar dari sekolahan itu, kecuali…. Tarida , Nia dan Feilin. Dengan cemas mereka menuju kantin sekolah, Feilin dan Tarida yang pemberani memimpin paling depan, yang terakhir Nia yang penakut.
“Tarida… Feiiii” Nia merengek
Feilin dan Tarida menghentikan langkah mereka
“Aku takuttt….” Nia tampak cemas memandangi pintu kantin yang masih tertutup menyimpan seribu misteri.
Feilin dan Tarida berusaha menenangkan Nia, mereka mengerti , Nia memang seorang gadis yang penakut.
Dengan memberanikan diri Feilin mendorong pintu kantin
“Kreee kettttt…….”
Perlahan-lahan ketiga gadis itu masuk kedalam ruangann kantin bersih yang terawatt.

Sementara itu dari tempat yang tersembunyi, dua pasang mata yang sudah lama mengawasi gerak gerik mereka bertiga tampak berbinar-binar, dua sosok laki-laki yang masih bersembunyi tersenyum-senyum, dengan mengendap-ngendap mereka berdua menghampiri ketiga gadis itu dari belakang. Lalu…
“Dharrrrrrr” sebuah suara meledak tiba-tiba mengejutkan tiga sosok mulus dan mungil itu dari belakang.
“Wuahhhhhh…..” “Whouwwww… “Tarida dan Feilin terkejut sampai melompat
“AAAAAAAAAW.. CIAAATT” Nia yang penakut mendadak membalikkan tubuhnya dan menendangkan kaki kanannya dan GOOOLLLLL..!!! OLEE… OLEEE OLEEE OLEEE…!!
“Heggggkkkk………. AA Aduhhhhh” sebuah tendangan reflek dari Nia yang mendarat diselangkanganku membuat mataku melotot dan nafasku sesak.
“Blukkkkkkkk…” aku langsung terkapar mendapatkan sebuah tendangan keras ditempat yang paling berbahaya, dua buah bola diselangkanganku terasa ngilu.
“Ha Ha Ha Ha Ha….” Rhoni tertawa terbahak-bahak melihatku yang terduduk lemas diatas lantai kantin sambil mengusap-ngusap selangkanganku.
“Ehhhhh….” Nia tampak terkejut, para gadisku saling berpandangan kemudian mereka tertawa lepas sambil membantuku berdiri.
 Nia cengengesan sambil garuk-garuk kepala

“WAduhhhh….itunya ngak apa-apa kan ?”Feilin cekikikan
“He he he… duhh kaciannnn..Sosisnya sakit ya sayang…” Tarida menggodaku sambil mengelus bagian selangkanganku.
“Hmmmmm….. mang Dhani ngak apa-apa kan ?”Nia tersenyum senyum malu
“Euhhhh…Ehmmm ngakkk.. ngakkk apa-apa koqqq” Aku berusaha menegakkan tubuhku agar tidak terlalu malu.
“Wahhhhh ternyata Nia hebat juga bisa merobohkan seorang Dhani” Rhoni menyindirku, suara gelak tawa kembali menggelegar dikantin sekolahan itu.
“Ehhh… mangg Dhani…” Tiba-tiba Nia mengeluarkan sebuah kertas kumal dan menunjukkannya kepadaku, wajahnya tampak serius, demikian juga wajah Tarida dan Feilin.

Seminggu yang lalu
Aku mengintai sesosok tubuh tua dan kurus, hujan deras disertai angin yang mengamuk membuat suasana jalanan itu menjadi sepi, riak air terlihat bergelora dengan arusnya yang kuat, kucegat tubuh tua itu.
“Hahhh… ” matanya melotot memandangiku dengan ketakutan  
“Haii Pak tua masih ingat aku ?”
“Aa Uuu Eee ampunnn.. hekkkss” suara dikerongkongannya tertahan ketika sebuah tangan mencekik lehernya, tubuh parto melayang diudara dan……..
“Aaa Byurrrrrr”Tanpa ampun, Arus air di kali besar itu menelan sesosok tubuh yang kurus  dan peot.
Kupungut sebuah dompet tua yang sempat terjatuh dari kantung mahluk menjijikan itu dan “Plunnnnnggggg” kulemparkan dompet itu kedalam kali besar yang sedang mengamuk agar dapat segera menyusul pemiliknya

“ini mah tulisannya si Rhoni…he he he”
Aku dan Rhoni tersenyum saling berpandangan.dan tersenyum-senyum

“Dengan bangga saya memperkenalkan diri saya sebagai satpam baru disekolahan ini… tugas utama saya untuk naik keranjang bersama Tarida” Rhoni membungkukkan tubuhnya yang besar.
“Aduhh.. duhhh duhhh” Rhoni memegangi perutnya yang terasa pedih karena dicubit Tarida.
“Taridaaa.. mangg Rhoni pengennnn” Rhoni memelas, sudah seminggu ini Rhoni sibuk mengurus kebebasannya dari Lembaga Permasyarakatan dikota itu.
Nafas Rhoni memburu kencang sambil memperhatikan Tarida, Tarida mundur ketika Rhoni menghampirinya.
“Eehh… sama Feilin dan Nia aja ya, mangg…Rhoni kan belum pernah main sama mereka….” Tarida mendorong Nia dan Feilin.
“Hupppp… asikkkkkk….” Rhoni memanggul Tubuh Feilin dan Nia dibahu kanan dan kirinya.
“Ehhh ngakk mauu..” Nia berontak menyadari apa yang diinginkan Rhoni.
“Ihhh… Mang Rhoni mau ngapainn lepasin ahhh” Feilin juga tampak berontak, Rhoni terkekeh-kekeh melangkahkan kakinya.
“Tarida…. Manggg Dhani  pengennnn he he he” aku meniru permintaan Rhoni.

Tarida tersenyum sambil membalikkan tubuhnya, ia berjalan kearah meja dan naik keatas meja dikantin sekolahan itu, kedua tangan Tarida bergerak kebelakang dan bertumpu pada meja kantin, kedua kakinya tertekuk dan bergerak mengangkang, Tarida tersenyum nakal seolah-olah menantangku. Jantungku berdetak-detak dengan kencang melihat isi Rok seragam Tarida yang tersibak menampakkan pangkal pahanya yang  mulus. Aku segera menghampirinya, kutekan bahu Tarida agar ia merebahkan dirinya diatas meja, aku duduk diatas kursi, dihadapanku tubuh Tarida menggeliat lembut, matanya yang sipit menatapku dengan pasrah, tanganku merayapi pahanya yang terasa halus, Tanganku kananku semakin naik dan kini menyelinap kebalik kain segitiga berwarna abu-abu diselangkangan Tarida, kujejalkan jari tengahku kedalam lubang vagina Tarida yang hangat dan berdenyut-denyut, bibir Vagina Tarida dengan kuat menggigit jariku. Irama nafas Tarida mulai tak teratur ketika aku mengucek-gocek lubang Vagina Tarida , Tangan kiriku meremas-remas buah dadanya yang masih bersembunyi dibalik seragam sekolah gadis itu. Tanganku bergerak semakin liar menelanjangi Tarida, kini Tarida terlentang diatas meja kantin dalam keadaan telanjang bulat. Mata sipit Tarida terpejam-pejam ketika aku mengesek-gesek clitoris mungil diselangkangannya, rintihan-rintihan kecil mulai terdengar dari bibir Tarida. Kedua tanganku kini meremas kedua buah dada Tarida, sebuah remasan kuatku pada buah dadanya membuat Tarida mengeluh, tiba-tiba Tarida menepiskan tanganku.

“Ngak mau ahhh… mang Dhani licik… masak Tarida doang yang telanjang..” kedua tangan Tarida menutupi buah dadanya dari pandanganku, kedua kakinya merapat.
“Habis malassss sih, ngak ada yang bukain…” Aku berdiri menantangnya, Tarida turun dari atas meja, kedua tangannya melepaskan kancing-kancing baju yang kukenakan, tangan mungilnya bergerak menyibakkan pakaianku agar terlepas, kini Tarida berlutut dihadapanku, tangannya menarik resleting celanaku, tanpa dapat kucegah celana panjang yang kukenakan melorot kebawah. Tarida mengecup-ngecup bagian celana dalamku yang menggembung, dengan cepat Tarida menarik celana dalamku turun, dengan liar Tarida menjilati batang kemaluanku, kemudian lidahnya melingkari kepala kemaluanku. Aku menatap kebawah, kubelai-belai kepalanya, Tarida yang nakal kini begitu pandai melakukan jilatan dan hisapan-hisapan pada kemaluanku. Aku harus mengakui kepandaian Tarida, Nia dan Feilin dalam bercinta memang meningkat dengan pesat.
“Auhhh….. “Aku keenakan merasakan sedotan-sedotan rakus mulut Tarida dikepala kemaluanku, lumayan lama kubiarkan Tarida mempermainkan kemaluanku.
Kuangkat tubuh Tarida dan kuletakkan kembali diatas meja, kedua kakinya menggantung dipingiran meja, Tarida merenggangkan kedua kakinya lebar- lebar, kugosok-gosokkan kepala kemaluanku pada bibir vagina Tarida , kutekan kepala kemaluanku , sedikit demi sedikit kepala kemaluanku mulai terbenam kedalam lubang vagina Tarida yang sempit, satu sentakan yang kuat membuat kepala kemaluanku melesat dan terjepit dibibir vagina Tarida yang bentuknya seperti cincin .

Kedua tangan Tarida berpegangan kuat-kuat pada leherku ketika aku mulai memaju-mundurkan kemaluanku “Krekett… Kreketttt…Cleppp clepppp Cleppppp… Ahhhh Ahhhhhhh” suara derit meja diiringi dengan suara rintihan-rintihan Tarida mulai menghiasi ruangan kantin itu.
“Esssttt Akhhh Manggg Dhanii Enakkkk… Ouuhhh terusss mangg lebih kuat…” Tarida memohon agar aku memperkuat seranganku.
Tanpa harus diminta duakali aku menuruti keinginan Tarida Aku semakin kuat menusuk-nusukkan kemaluanku pada lubang Vagina Tarida yang seret dan sempit. Rengekan-rengekan manja Tarida diiringi jeritan-jeritan kecilnya terdengar begitu mengasikkan, wajah Tarida terangkat keatas , bibirnya mendesah dan merintih-rintih keenakan merasakan tusukan-tusukan kemaluan Dhani yang semakin liar
“Akkkkk SHH Crrrrrrttt KCCCRRTTTTTTT” kedua kaki Tarida menjepit pinggangku kuat-kuat ketika cairan kenikmatan itu meluap dari lubang Vaginanya.
Kuangkat kedua kaki mulus Tarida keatas dan kuletakkan pada kedua bahuku, sambil mengocok-ngocok lubang vaginanya kedua tanganku merayapi permukaan pahanya yang halus mulus. Wajah Tarida semakin bersemu merah ketika aku mengocok-ngocok lubang vaginanya dengan kuat, kemaluanku mengocek-ngocek lubang vagina Tarida dengan lembut, kutekan kemaluanku sedalam-dalamnya kemudian kutarik dengan perlahan dan kemudian kusodokkan dengan cepat, Tarida mendesah-desah lembut, sesesekali matanya yang sipit terpejam dengan rapat merasakan gesekan-gesekan kemaluan Dhani Anwar diselangkangannya.

Tarida meronta , ia mendorong pinggulku kebelakang sehingga kemaluanku terlepas dari lubang Vaginanya.
“Sini manggg, dudukkkkk…..” Tarida merengek memintaku untuk duduk diatas kursi, aku menuruti keinginannya.
Tubuhnya yang mungil mengangkangiku, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang vagina Tarida. Kepala kemaluanku terasa geli ketika kembali menyelinap memasuki lubang vaginanya yang berlendir, Tarida menahan gerakannya ketika merasakan kepala kemaluanku memasuki lubang vaginanya. Aku mencengkram dan menekan pinggul Tarida kuat-kuat, memaksa gadis itu menurunkan pinggulnya.
“Ahhhh Shhhh…Uhhh!!” nafas Tarida tersendat-sendat ketika kemaluanku terbenam semakin dalam.
Akhirnya Tarida berhasil menduduki kemaluanku secara sempurna, kedua tangannya berpegangan pada bahuku , sedangkan kedua tanganku menekan-nekan pinggulnya sambil menusukkan kemaluanku kuat-kuat keatas. Tarida merintih-rintih, pinggulnya bergoyang-goyang, sesekali ia mendesak-desakkan selangkangannya sehingga kemaluanku tenggelam semakin dalam.
“Akhhhhh Aowwwwwwwwww Chrrrrr Crrrrrrrrrrtttt” Tarida memejamkan matanya meresapi rasa nikmat yang melanda tubuhnya ,lidah Tarida sedikit terjulur keluar ketika memuntahkan Cairan kenikmatannya kembali….
Pertarungan satu-lawan satu dikantin sekolahan itu masih berlangsung dengan sengit, Dhani Anwar seakan-akan tidak pernah puas menikmati tubuh Tarida yang mungil dan mulus.

****************************
Sementara itu…. Kita mundur yuk.. ke moment dimana Rhoni memanggul Tubuh Feilin dan Nia dikedua bahunya….. (red : Ehmm Nyam.. Nyamm… Nyammm… ^^ ). Rhoni melangkahkan kakinya kesebuah ruangan, setelah menurunkan tubuh Feilin dan Nia Rhoni segera menutup pintu itu dan menguncinya “Click”. Tanpa malu-malu Rhoni melepaskan seragam Satpam ditubuhnya, dilanjutkan dengan terjatuhnya Celana panjang miliknya dan yang terakhirrrr.
“Wuaaahhhh” “Idihhhhhh” Feilin dan Nia tercengang ketika melihat  sebuah “tongkat pemukul kasti” teracung dengan gagah diselangkangan Rhoni , Feilin dan Nia bergidik ngeri , sebuah Pribahasa mengatakan “diatas langit masih ada langit.”
Rhoni menghampiri Feilin dan Nia, Nia melangkah mundur dengan teratur sedangkan Feilin diam ditempat sambil terus memperhatikan daerah selangkangan Rhoni. Rhoni meraih tangan Feilin yang mungil kemudian membimbing Tangan Feilin kearah selangkangannya. Rhoni tersenyum merasakan elusan-elusan telapak Tangan Feilin yang halus dikepala kemaluannya, tangan Feilin meremas-remas batang kemaluan Rhoni yang lebih panjang dan lebih besar bulatannya dibandingkan milik Dhani Anwar.
“Addaaa Dawhhhh…..” Rhoni menjerit kesakitan ketika Tangan Feilin meremas dan menarik Batang kemaluannya kuat-kuat.
“Ehhhh… Emmmm Aslii ya  ? ” Feilin buru-buru melepaskan kemaluan Rhoni.
“YAW ASLI DONNGGHH AHHH..”Rhoni bergaya seperti bencong sambil mencubit kecil hidung Feilin.

Kedua tangan Rhoni mulai mengelus-ngelus bahu Feilin sebelah kanan dan kiri. Feilin diam tanpa berkata-kata, matanya yang sipit terus memandangi selangkangan Rhoni. Tangan Rhoni dengan lincah mulai mempreteli kancing baju seragam Feilin, satu demi satu kancing baju seragam Feilin berguguran , Tangan Rhoni bergerak melepaskan baju seragam gadis itu, sementara itu Tangan Feilin meraih kemaluan Rhoni dan membelai-belai bagian kemaluan Rhoni yang bentuknya seperti helm. Rhoni tersenyum kemudian memanggil Nia yang masih tersudut ketakutan
“Sini… Ayoo Siniiii….” Rhoni merayu Nia, perlahan-lahan Nia melangkah mendekati, Nia memeluk pinggang Feilin dari belakang, dari balik bahu Feilin, mata Nia mencuri-curi pandang memperhatikan kemaluan Rhoni , baru kali ini Nia melihat ada kemaluan laki-laki lebih besar dan lebih panjang daripada milik Dhani Anwar. Feilin menoleh kebelakang , bibirnya menciumi bibir Nia, Nia membalas ciuman Feilin, bibir mereka bertaut rapat saling mengemut dan mengulum.
“Wahhhh… he heh ” Rhoni terkekeh-kekeh menatap kedua gadis Chinese yang sedang asik saling melumat, tangan Nia melepaskan pengait Bra Feilin, dengan lembut dan erotis tangan Nia melepaskan Bra yang dikenakan Feilin.
 Rhoni menahan nafas sambil meleletkan lidahnya, mata Rhoni mendelik melihat payudara Feilin yang tampak menggumpal padat. Baru saja Rhoni menjamah payudara Feilin , tangan pemilik buah dada itu menepiskan tangan Rhoni yang sembarangan mencomot buah dada gadis dihadapannya.

“Dugg duggg dugggg…” Jantung Rhoni berdetak kencang ketika Feilin menatap dengan tatapan mata yang tajam, Feilin merendahkan tubuhnya dan berlutut dihadapan selangkangan Rhoni, tubuh Nia yang sedang memeluk pinggang Feilin ikut terbawa turun.
“Glekkk… ” Rhoni menelan ludah ketika Feilin mulai mengendus-ngendus kepala kemaluannya, Rhoni merem melek ketika tangan Feilin melakukan kocokan-kocokan yang semakin kuat. Lidah Feilin mulai terjulur keluar, lidahnya mengait – ngait “leher helm” Rhoni, sesekali dihisapnya lubang kemaluan Rhoni.
“Fei. Nia mauuuu…..” Nia merengek pada Feilin yang tampak rakus dan serakah mempermainkan kemaluan Rhoni.
Feilin menggeser posisinya, Nia merangkak dan kini ia berlutut tepat disamping Feilin, “Pemukul Kasti” milik Rhoni berada ditengah-tengah diantara kepala Feilin dan Nia, kedua gadis Chinese itu mulai mengendus – ngendus dan menciumi batang kemaluan Rhoni.
Sebuah “Duet” serangan Feilin dan Nia membuat Rhoni mengeluh keenakan. Tangan Rhoni membelai-belai kepala Nia dan Feilin, mereka berdua sedang asik dengan mainan barunya yang lebih besar dan panjang. Lidah Nia dan Feilin bergerak bergantian menggelitiki kepala kemaluan Rhoni. Rhoni mengangkat Tubuh Feilin, dibaringkannya tubuh Feilin diatas kasur busa yang tampaknya sengaja disiapkan dipojok ruangan itu. Gadis bermata sipit itu kini terlentang pasrah diatas kasur busa dengan hanya mengenakan rok seragam sekolahnya. Nafsu Rhoni naik sampai keubun-ubun menatap dua buah gundukan buah dada Feilin yang turun naik seirama dengan nafas gadis itu. Rhoni menerkam dan menggeluti tubuh Feilin, liar, rakus dan kasar sekali ciuman-ciumannya ketika mendarat dibibir, dan dileher Feilin.

Feilin memejamkan kedua matanya yang sipit rapat-rapat, rasa was-was dan ngeri mendadak menyiksa dirinya ketika ciuman, jilatan dan hisapan-hisapan Rhoni semakin turun kearah dadanya.
“Auhhhhh… MMM HHHH AHHHHH” Feilin tersentak merasakan cumbuan Rhoni yang begitu liar dan brutal, berkali-kali tubuh gadis itu melenting-lenting merasakan kenyotan-kenyotan kuat dibagian puncak payudaranya.
Rhoni begitu lahap menyantap dua buah gundukan susu dihadapan wajahnya, berkali-kali Tangan Rhoni menepiskan tangan Feilin yang berusaha mencegahnya menikmati payudara gadis itu. Ciuman-ciuman Rhoni semakin turun dan kini tangan Rhoni menyibakkan rok seragam yang dikenakan oleh Feilin, sepasang kaki yang halus dan mulus masih merapat ketakutan, sebuah kain segitiga putih masih asik menempel menutupi bagian vagina si kucing liar Feilin. Tangan Rhoni yang berbulu lebat menarik kain segitiga yang menutupi wilayah vagina Feilin. Feilin menekuk kedua lututnya kemudian mengangkangkan kedua kakinya kesamping kiri dan kanan seolah-olah ingin memamerkan keindahan vaginanya dan  sepasang kakinya yang halus dan mulus. Kepala Rhoni bergerak menciumi dan menjilati paha Feilin. Jilatan dan Ciuman Rhoni yang liar dan kasar semakin naik sampai…
“Ahhhhhhhhhhhh…. SHHH” Feilin menggeliat liar ketika lidah Rhoni menjilati bibir vaginanya, mulut Rhoni dengan rakus menghisap dan mengenyot vagina gadis itu.
Kedua tangan Feilin mendekap kepala Rhoni, pinggul gadis itu terangkat-angkat keatas, seakan-akan hendak memberikan seluruh kenikmatan diselangkangannya untuk Rhoni yang rakus dan liar.

Jeritan-jeritan liar dan rengekan Feilin membuat jantung Rhoni berdetak-detak tidak beraturan, ia semakin rakus menikmati vagina gadis itu, lendir-lendir gurih yang meleleh diselangkangan Feilin membuat Rhoni semakin betah menjilati dan mengemut-ngemut vaginanya. Rhoni kini mulai bergerak mengangkangi Feilin, kepala kemaluan Rhoni yang mirip bola kasti menempel dan menggesek-gesek bibir vagina Feilin. Nafas Feilin tertahan-tahan merasakan tekanan-tekanan kuat diselangkangannya, Rhoni terus berkutat menjejal-jejalkan kepala kemaluannya pada lubang vagina Feilin yang sempit.
“Hhhuuaahh!!” mata Feilin yang sipit melotot, mulutnya terbuka lebar merasakan vaginanya seakan-akan terkuak lebar ketika Rhoni dengan paksa menjebloskan kepala kemaluannya kedalam vagina gadis itu.
“Akhhh aduhhh sakittt akkkkk tidakk….” tubuh Feilin mengeliat-geliat tidak karuan, punggungnya terangkat, ia berusaha menggeser-geserkan pinggulnya seperti hendak melepaskan diri dari kemaluan Rhoni yang mengait lubang vaginanya yang mungil, Rhoni malah semakin dalam merojok lubang vagina Feilin kemudian “Bluk” punggung Feilin kembali terjatuh tanpa daya.
Feilin semakin sering meringis-ringis merasakan “sebuah tongkat Kasti” memasuki lubang vaginanya yang mungil.
“Echhhh Ahhhhhh Owwwwwwwww!” jeritan-jeritan liar Feilin menggema ketika Rhoni dengan kasar memaju-mundurkan kemaluannya menggasak lubangnya.

Bibir vagina Feilin terlipat kedalam ketika Rhoni menekan batang kemaluannya masuk dan tertarik sampai monyong ketika Rhoni menarik batang kemaluannya, Tubuh Rhoni mendesak-desak tubuh gadis yang ditindihnya. Keringat mengucur dengan deras membasahi tubuh Feilin dan “Aww Akhhhhhhh KccRRRTTT CRRRRRRRRttttTTT” mata sipit Feilin terpejam rapat, bibirnya sedikit terbuka  menikmati keluarnya cairan kenikmatan itu di selangkangannya yang masih digasak oleh Rhoni dengan kasar.
“HmmmHH… sudahh manggg Akhhh… aku diatas saja…” Feilin merasa sesak nafas ditindih oleh pria bertubuh tambun yang keasikan menindih-nindih tubuh gadis yang ditindihnya.
Tanpa sudi untuk melepaskan kemaluannya yang mengait vagina Feilin Rhoni merubah posisinya, posisi saling duduk berhadapan, Feilin berpegangan pada kedua bahu Rhoni. Bibir Rhoni mengecupi bibir Feilin, lidahnya terjulur keluar menjilati mulut Feilin yang masih tertutup rapat. Tampaknya Feilin masih merasa risih berciuman dengan Rhoni. Dengan cerdik Rhoni menyentakkan kemaluannya kuat-kuat keatas menghantam lubang vagina Feilin sehingga mulutnya terbuka lebar diiringi desahan panjang. “Ahhhhhhhww HMMMMM MMMMM HHHH”
Pada saat mulut Feilin terbuka itulah mulut Rhoni segera menyumpal mulut sikucing liar Feilin, Tangan kanan Rhoni menekan kepala Feilin dari belakang sehingga mulut mereka semakin rapat bertautan. “Aufffhhhh HHH…” Feilin menarik bibirnya dari bibir Rhoni, matanya yang sipit terlihat sayu memandangi Rhoni.

Perlahan-lahan Feilin membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar, dengan gembira Rhoni menghisap-hisap lidah si kucing liar Feilin, lidah mereka kini saling kait , sesekali Rhoni kembali mengulum bibir Feilin. Tubuh Feilin kini mulai bergoyang diatas tubuh Rhoni, gerakan-gerakan erotis tubuh Feilin membuat Rhoni melotot tanpa berkedip, tubuh Feilin meliuk-liuk dengan liar dan binal. Rhoni semakin kuat dan cepat menyentak-nyentakkan kemaluannya keatas yang disambut oleh goyangan pinggul gadis itu.
“Uhhh gila nih cewe , bener kata si Dhani dia yang paling liarr… he he he asikk.. Uttsss goyangannya muantebbb!!!” kata Rhoni dalam hati sambil terus menghujam-hujamkankan kemaluannya keatas kuat-kuat.
“Awwww Akkkk Owwww…. CRRRTTT CRRRRTTTT” Entah sudah yang keberapa kali Feilin memuntahkan cairan kenikmatannya dalam berbagai posisi sex, yang jelas kini tubuhnya terkulai lemas ditindih tubuh gemuk diatasnya.
“He he he Floopppppppphh….” Rhoni terkekeh-kekeh kemudian mencabut kemaluannya dari lubang vagina Feilin yang kini memar kemerahan, nafas Feilin terengah-engah kecapaian.

Rhoni bangkit kemudian menghampiri Nia yang sedang duduk diatas sofa, matanya yang sipit terpejam rapat-rapat, sedangkan tangan kirinya sedang asik menggesek-gesek selangkangannya sendiri, pakaian seragam sekolahnya sudar bersebaran diatas lantai. Dengan perlahan-lahan Rhoni bersujud dihadapan Nia, saking asiknya, Nia sampai tidak menyadari kalau kini Rhoni sedang menontonnya. Nia mendadak membuka matanya ketika merasakan seseorang mengusap payudaranya, Nia menatap Rhoni dengan tatapan mata yang sayu. Rhoni berdiri kemudian menarik kepala Nia kearah kemaluannya.
“HMMM MHHHHHHH….” Nia tampak lahap menikmati kemaluan Rhoni, Rhoni berkacak pinggang sambil menyodorkan “Tongkat kastinya”
Beberapa saat kemudian Rhoni mencabut kemaluannya dari tangan Nia, kini Rhoni kembali bersujud diantara kedua kaki Nia yang mengangkang. Kemaluannya menekan-nekan berusaha memasuki lubang vagina Nia, tubuh Nia tersentak-sentak dengan kuat ketika kepala kemaluan Rhoni berusaha memasuki lubang vaginanya dengan satu sentakan yang sekuat tenaga akhirnya Rhoni berhasil menjejalkan kepala kemaluannya.
“Waaahhh….uuuuhh!” Nia menggeliat-geliat ketika  Rhoni semakin dalam menyodokkan kemaluannya.
Mata gadis itu yang sipit menatap Rhoni seakan-akan minta untuk dikasihani, Rhoni terkekeh-kekeh dan kemudian dengan tanpa ampun menghujam-hujamkan kemaluannya merojok vagina Nia dalam-dalam.
“Heeekkkkk Akkkkkkk Ohhhhh Waaaaaaaaaaa” Nia kewalahan menghadapi “mainan barunya”, bahkan mainan barunya cenderung membuat lubang vaginanya terasa ngilu diselingi oleh rasa nikmat yang tak tertahankan

“HAAA Akkkkkk CRRRRRTT CRRRRRR” Nia menggelepar-gelepar , kedua kakinya yang mulus melejang-lejang, rasa nikmat mendera diselangkangannya.
Rhoni meremas dan membelai-belai payudara Nia sebagai penambah rasa nikmat, sambil tersenyum Rhoni mencengkram buah pantat Nia dann…
“Huppppp he he he” Rhoni bangkit berdiri, secara otomatis kedua kaki Nia yang mulus melingkari pinggang Rhoni, kedua tangan gadis itu kini berpegangan pada bahu Rhoni.
Rhoni meleletkan lidahnya dan kemudian ia mulai mengayunkan kemaluannya, tubuh Nia kini terayun-ayun mengikuti helaan kemaluan Rhoni. Rengekan-rengekan Nia terdengar dengan keras diiringi jeritan-jeritan kecil. Sang Surya seakan akan sengaja berjalan dengan lambat, ia masih ingin menonton pertarungan seru antara Rhoni dan kedua gadis Chinese itu.

Hari sudah mulai gelap,mungkin sekitar jam 17.30, Aku duduk santai diatas kursi, Tarida duduk dipahaku, kepalanya bersandar dibahuku, kedua matanya yang sipit terpejam kecapaian, hampir setengah jam Tarida tertidur dipangkuanku, perlahan-lahan ia menggeliatkan tubuhnya.
“MMMMHHH Hoooaahhhh… manggggg” Tarida menguap.
“Emmm cup cuppp” aku mengecupi keningnya sambil mengusap-ngusap pahanya. Ia turun dari pangkuanku kemudian memakai kembali pakaian seragamnya.
Tarida tersenyum sambil memperhatikanku yang sedang memakai pakaianku kembali. Tidak berapa lama Rhoni muncul sambil menggandeng Nia dan Feilin. Jalan kedua gadisku agak aneh.
“Liatt jalannya ngangkang he he he. persis kaya kamu dulu itu lohh” aku menyindir Tarida.
Tarida menyikutku, bibirnya manyun, aku langsung mencium bibirnya yang monyong. Aku menggandeng pinggang Tarida menyusul Rhoni yang sudah terlebih dahulu menuju mobil.

************************************
Beberapa bulan kemudian

Malam itu aku menanti dengan tidak sabaran, akhirnya terdengar suara mesin mobil dari kejauhan mendekati tempatku menanti, aku tersenyum tanpa banyak bicara aku naik , duduk disebelah depan, Rhoni dan Aku akan menjalankan rencana yang sudah kami susun dengan rapi, satu rencana terakhir. Rhoni memarkirkan mobilnya disebuah diskotik, disana kami mengintai sampai subuh, sebuah penantian yang panjang. Rhoni dan Aku saling berpandangan dan tersenyum ketika melihat sesosok tubuh gemuk berlemak masuk kedalam mobil BMW. Mobil Rhoni segera mengekori mobil didepannya sampai disebuah tempat yang sepi.
Ciiiiiiieettttt…… “ Rhoni menyalip mobil didepannya, Aku dan Rhoni segera turun lalu mengurung mobil BMW itu. Dengan sebuah kampak aku memecahkan kaca mobil. “Prangggg…..”
“Heiii… !!!!” sosok gemuk itu membentak garang namun begitu melihat tindakan kami yang beringas nyali sigemuk menciut, dengan paksa Rhoni menyeretnya masuk kedalam mobil tua miliknya.

**********************************
Disebuah Rumah Tua dipinggiran kota.

” Bukkk… Bukkkk Bukkkk… Whuaaakkk… Akkkkkkkhhhh…” Sigemuk menjadi sasaran Tinju-ku dan Rhoni , beberapa gigi sigemuk sudah tanggal terhantam tinju kami berdua.
Aku semakin sebel melihat wajah sigemuk yang ketakutan, kuhampiri dia…
“Dhani !!! Jangann !!!” Rhoni mengingatkanku , ia memegangi tanganku yang sedang mengangkat kampak.
“Nahhh sekarang lu pilihhhh….!!! Tanda tangani document ini atau Mau gue sodomi pake golok…Hah!!!” Rhoni mengancam sambil mengacungkan sebilah golok.
Aku tersenyum, rupanya Rhoni lebih cerdik, ia sudah mempersiapkan setumpukan document, dan surat-surat pembebasan tahanan karena berkelakuan baik, didalamnya ada nama teman-temanku. Tanpa banyak tingkah sigemuk menanda-tangangi document-dokument yang disodorkan oleh Rhoni.

**********************************
Didepan sebuah Lembaga Permasyarakatan

Aku dan Rhoni menunggu didepan LP,  dari sebuah pintu gerbang yang kokoh itu mulai bermunculan wajah teman-temanku.
“Ditttt…. Dittttt ” Rhoni membunyikan klakson mobil untuk menarik perhatian mereka semua. Aku dan Rhoni mengantarkan mereka kesebuah tempat dimana kami biasa berkumpul, sebuah rumah sederhana didekat telaga, keadaan alam disana masih asri, pohon-pohon besar tumbuh tanpa terganggu oleh tangan-tangan jahil manusia, rerumputan hijau bak permadani menghiasi sekitar rumah tempat kami berkumpul jauh dari keramaian dan hiruk pikuk masyarakat sekitar.

********************************
Hore Hari libur telah tiba.

Siang itu aku menggiring ketiga gadisku yang manyun. Mereka mengenakan atasan tank top dan rok mini ketat.
“Manggg kita ke dufan ajaaaa…” Tarida merengek
“Iya manggg…” “Manggg Dhaniiii… Huu Uhhh” demikian juga halnya Nia dan Feilin merengek-rengek.
Dengan tegas aku menyuruh mereka naik kemobil, Rhoni menggaruk-garuk kepala, aku menghela nafas panjang ada perasaan bersalah mendera hati kecilku.

———————————–
Beberapa hari yang lalu

“Ehhh Dhanni… bawa dong tiga gadis itu kesini…”Barli sibawel tiba-tiba mengajukan sebuah permintaan , para sahabatku juga ribut mengajukan permintaan yang sama.
“Ayooo Dhannni tolongg kami butuh sekali” Shad begitu memelas.

Aku dan Rhoni saling berpandangan tidak tahu harus menjawab apa…
“Udahhh gini aja… Ntar kita bawa kesini tapiiii…., kalian ngak boleh menyakiti mereka… kalau tidak…. Kami akan mengambil tindakan serius…” Rhoni mendadak menjadi sangar dan serius.
Para sahabatku tidak berani bersuara lagi kemudian mereka mengangguk setuju
“Tapi kami boleh kan kalau memberi mereka kenikmatan…”Sam ngakak tertawa , selanjutnya terdengar suara tawa riuh rendah memecah keheningan malam.
————————————
Aku membujuk ketiga gadisku untuk turun dari mobil, akhirnya satu persatu mereka turun dari mobil. Dari dalam sebuah rumah muncul wajah-wajah para sahabatku, tanpa malu-malu mereka sudah telanjang bulat dihadapan ketiga gadisku, kemaluan-kemaluan yang besar – besar dan panjang kini sudah lepas dari sangkarnya.
“Burung-burung nakal” berukuran 19 s/d 25 cm teracung-acung mengajak ketiga gadisku untuk berperang.dalam kenikmatan.

Ketiga gadisku bersembunyi ketakutan dibalik tubuhku dan Rhoni,
“Manggg Dhani siapa mereka ?” “Ihhh mangggg” “Uhhhhh…Mang Rhoni”
Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut ketiga gadisku yang panik. Kini mereka mulai mengurung ketiga gadisku, decak kagum begitu ramai terdengar, kagum akan ketiga gadisku yang cantik, mulus , mungil, pokoknya cute banget deh. Kayanya biar ngak susah nginget-nginget, kita ulas dulu Profile mereka ya..
1.)Amin wajahnya yang dulu ganteng , suka bermain wanita kini berwajah hancur mengerikan akibat dibakar warga.
2.) Sam bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih kuping yang satu lagi udah Alm.
3.) Fadil tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas jahitan.
4.) Jo wajahnya tetap Jo,tapi cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram air keras.
5.) Nick Botak, Brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang cacingan.
6.)Shad Ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan disana-sini, mirip  Frankenstein.
7.) Barli sibawel, bibirnya sumbing.
8.) Agato, Tangannya kini Cuma sebelah kanan, hidungnya agak melesak kedalam..

Aku memperkenalkan mereka pada para sahabatku yang berebutan menyalami ketiga gadisku.
“Ehhhhhhh!!” Feilin kaget ketika Fadil meraih tubuhnya, dibopongnya tubuh Feilin kedalam rumah, Jo, Shad dan Amin mengikuti Fadil dan Feilin.  Fadil , Jo, Shad dan Amin berebutan menelanjangi Feilin, kemudian Fadil mendudukkan tubuh Feilin diatas ranjang, ia bersujud dan langsung mengangkangkan kedua kaki gadis itu lebar-lebar.
“Ouchhh Owww.. Akkkk….” Feilin tersentak kaget merasakan jilatan-jilatan Liar Fadil diselangkangannya, Jo meremas-remas buah dada Feilin sebelah kiri, dan Shad meremas-remas buah dada Feilin sebelah kanan, Amin menciumi Feilin dari belakang.
“AKhhhh Owwwww… Utssss” Kedua tangan Feilin menahan kemaluan Fadil yang hendak menyeruduk lubang vaginanya
Jo dan Shad menangkap tangan Feilin dan memegangi tangan gadis itu sehingga Fadil lebih leluasa melampiaskan nafsunya.
“Aowwww Whhhhhhhaa HMMMM MMMMMHHH” jeritan Feilin tersumpal oleh mulut Amin, Tubuh Feilin tersentak-sentak ketika Fadil memaksa menjejalkan kemaluannya memasuki lubang Vagina Feilin yang berukuran mungil.
“Duh sempit amat.. seretttt assyikkk…baru kali ini gua ngerasain memeknya amoy.. anak sekolahan lagi… HA HA HA” Fadil tertawa senang merasakan jepitan sempit dikepala kemaluannya, tubuh Feilin terguncang-guncang dengan kuat ketika Fadil menyodok-nyodokkan kemaluannya.

Jo dan Shad menggelitiki putting susu Feilin, mulut Feilin sampai kempot diemut oleh Amin yang rakus, Fadil menggasak lubang Vagina Feilin kuat-kuat. Tubuh Feilin menggelinjang-gelinjang menghadapi serangan dari empat orang laki-laki sekaligus
“Auuhhh… OHHHH AWWW CRRRTTT… CRRRTTTT” tanpa ampun Feilin terkapar dalam kenikmatan ketika lubang Vaginanya berdenyut-denyut dan memuncratkan cairan dari dalamnya.
“Awww. Aduhhhh duhhhhhhh NGGGHHH”Feilin mengerang ketika Fadil menggunakan kemaluannya dengan kasar mengorek-ngorek lubang vaginanya.
“Kira.. kira lu…, jangan sampe sobek tu memek.”Shad menggoda Fadil.
“Emangnya lu pikir kertassss…”Fadil terkekeh-kekeh kemudian melanjutkan mengocek-ngocek dengan lebih kuat sampai Feilin merengek-rengek
Keempat laki-laki itu terkekeh-kekeh, Fadil mencabut kemaluannya dari vagina Feilin. Shad tidur terlentang diatas ranjang, ketiga laki-laki itu menggiring Feilin agar menduduki kemaluan Shad. Feilin pun bergoyang dan menaik turunkan pinggulnya.
“Wueisssttt… gila!!!! panas amat goyangannya…”Jo memuji Feilin sambil menjamahi payudaranya.
Amin menahan gerakan Feilin, ia menjejalkan kemaluannya kelubang anus gadis itu.
“Owwww…” Jeritan Feilin mengiringi melesatnya kemaluan Amin merojok lubang anusnya, Untuk sesaat Amin dan Shad membiarkan Feilin untuk membiasakan diri menerima kemaluan mereka di lubang anus dan lubang vaginanya, selanjutnya….

“Akhhh Owww… Uhhh…” Feilin merinding keenakan ketika lubang vaginanya dan lubang anusnya dikocok – kocok sekaligus.
Kedua tangannya melingkar kebelakang membelit leher Amin, secara otomatis payudara Feilin membusung kedepan dan menjadi mainan yang mengasikkan bagi Fadil dan Jo.
“He he he Hebat juga lo Moy“Amin mencengkram pinggul Feilin sambil memacu kemaluannya lebih kuat,
 Shad mengelusi paha Feilin sambil meyentak-nyentakkan kemaluannya keatas. Jo dan Fadil meremas-remas payudara Feilin, mengusapi payudaranya yang lembut dan kemudian memelintir-melintir putting susunya yang lancip dan keras.
“Akhhhhh Oww Kecrotttt KCRRRTTT” Untuk yang kesekian kali Feilin mengerang kenikmatan, matanya yang sipit terpejam rapat merasakan cairan kenikmatan kembali membanjiri selangkangannya, Tubuhnya masih terguncang-guncang karena sodokan Amin dan Shad, Jo masih asik menjejal-jejalkan kemaluannya kemulut Feilin, sedangkan Fadil meremasi payudara Feilin.
“Hu AkkkkkhHHH…” “HMMMRRRRHH” Amin dan Shad menusukkan kemaluan mereka dalam-dalam pada lubang anus dan lubang Vagina Feilin.
Hampir bersamaan mereka menembakkan sperma mereka kedalam tubuh gadis itu. Tubuh Feilin tertindih diantara tubuh Amin dan Shad, namun itu tidak begitu lama karena Fadil dan Jo merebut tubuh mulusnya dari cengkraman kedua teman mereka yang sudah sukses memuaskan nafsu bejatnya.

“Jo…bagi susunya….” Fadil sempat sewot karena Jo dengan rakus memonopoli kedua payudara Feilin.
Jo menggeser posisinya kesebelah kanan dan Fadil langsung merebahkan tubuhnya disebelah kiri.
“Tadi siapa nama lu moyy.. Hmm ?” Fadil bertanya sambil menciumi bibir gadis itu, tangan Fadil menggenggam payudara Feilin.
“Feilin Ennngg….” Gadis itu kembali memejamkan mata sipitnya ketika merasakan hisapan Jo diputing susunya.
Feilin membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya keluar. Fadil terkekeh-kekeh menghisapi dan mengait-ngait lidah Feilin, sesekali Bibirnya mengulum bibir Feilin yang mungil. Jo menarik dan menyuruh Feilin agar menungging, Jo berusaha mencoblos lubang Vagina Feilin dari belakang, sedangkan Fadil menarik kepala Feilin dan menjejalkan kepala kemaluannya ke mulut gadis itu.

***********************
Sementara itu diluar sana

“Ihhhhh…jangan ahhh…Oww” Barli memeluk dan menciumi Tarida, Rhoni merayapkan  tangannya menjamah pinggul Tarida dan Nick bersujud dan menyusupkan tangannya kedalam rok mini gadis itu. Pakaian yang dikenakan oleh Tarida terlempar kesana kemari.  Barli dengan paksa hendak menidurkan tubuh Tarida diatas rerumputan.
“Eiiittt… tar dulu…. Lu ambil gih kasur busa didalem sana…” Rhoni merebut tubuh Tarida dari Barli.
“Waduhhh tanggung… ngak usah pake kasur segala…”Barli hendak merebut  Tarida.
“Kotor tau !!! Kaga…boleh !! Napa sih lu rewel amat !!!” Wajah Rhoni berubah garang, ia begitu melindungi Tarida
Barli dan Nick tidak berani membantah mereka berdua masuk kedalam rumah dan membawa dua buah kasur busa keluar.
“Tolooongg Rhon, ngak kuatt…” Barli memohon-mohon, demikian juga Nick.
Dengan lembut Rhoni mendorong Tarida kearah Barli dan Nick. Mereka segera membaringkan tubuh Tarida diatas kasur busa, kedua tangan Tarida dipegangi terentang ke kiri dan kekanan, Barli dan Nick dengan bebas menyusu dipayudara Tarida, Rhoni menerkam selangkangan Tarida dan mengemut-ngemut cairan gurih diselangkangan gadis itu.
“Awww Akkksss UHHHH” Tarida menggelinjang-gelinjang ketika kenikmatan yang diberikan oleh ketiga laki-laki membuatnya merinding panas dingin.

Nick tidur terlentang diatas kasur busa, Barli memberi komando agar Tarida mengangkang naik kemedan pertempuran dalam posisi punggungnya menghadap ke arah dada Nick  dan “Jrebbbbb….. Jrebbbb” berkali-kali kemaluan Nick berusaha memasuki lubang kecil imut dipantat Tarida. Tangan Nick membantu mengangkat dan menurunkan pinggul Tarida, Rhoni dan Barli menyodorkan kemaluannya pada Tarida, tangan mungil gadis itu sibuk mengocok-ngocok kemaluan dua laki-laki yang terkekeh-kekeh keenakan. Sesekali bergantian diemut-emutnya dan dijilatinya kepala kemaluan Rhoni dan Barli.
“Uhhh Si Amoyy hebattt!!! Terus!” Barli menceracau keenakan.merasakan hisapan kuat Tarida dikepala kemaluannya.
“Hushhh… namanya bukan Amoyy Tapi TAAA.. RIII… DAAA” Rhoni protes sambil mengelusi kepala Tarida.
“Hee NNNGhhh CRRRt CRRRRT” kening Tarida berkerut matanya terpejam rapat, tubuhnya roboh kebelakang ketika cairan kenikmatannya berdenyut-denyut keluar.
Rhoni berbaring disisi dikanan dan Barli berbaring disisi kiri , mereka asik menonton geliatan-geliatan tubuh Tarida diatas tubuh nick yang sedang asik memompa kemaluannya keatas merojok-rojok anus Tarida. Barli mulai mengambil posisi, ia mengangkangkan kedua kaki Tarida lebar-lebar kemudian kepala kemaluannya menusuk dan menekan-nekan berusaha memasuki lubang vagina gadis itu yang sempit.

“Owww Akhhhhh” satu tusukan kuat SiBarli membuat Tarida membelakkan matanya, dua Batang kemaluan yang besar dan panjang mengait lubang anus dan lubang vagina Tarida yang mungil.
 Rhoni mengecupi kening Tarida dan bertanya “Gimana ? enakk ?”
Tarida menatap Rhoni dan mengangguk, selanjutnya tubuh Tarida terguncang-guncang karena sodokan-sodokan kuat dilubang anus dan lubang vaginanya. Rhoni menyusu dibuah dada Tarida
“Ooooohhhh!!” Tarida kembali menggelepar-gelepar dilanda kenikmatan.
Ketiga laki-laki yang menggumuli Tarida terkekeh-kekeh menikmati tubuhnya yang halus dan mulus. Beberapa saat kemudian Rhoni duduk mengangkang diatas ranjang, Nick dan Barli mencabut kemaluannya dari kedua lubang gadis itu. Nick menyerahkan Tarida pada Rhoni, Rhoni mengarahkan kepala kemaluannya pada lubang Vagina Tarida, gadis itu berusaha memasukkan kemaluan Rhoni dalam posisi duduk saling berhadapan. Barli dan Nick sibuk membantu meremas dan menekan-nekan buah pantat Tarida.
“Auhhhh….. jrebbbb” Tarida menahan gerakannnya ketika kepala kemaluan Rhoni melesat masuk kedalam lubang vaginanya.

Lidah Tarida terjulur keluar ketika Rhoni menyentakkan kemaluannya menyelami lubang sempit diselangkangan gadis itu. Barli dan Jo menarik punggung Tarida agar ia merebahkan punggungnya diatas kasur busa, mereka berdua asik menyusu pada buah dada gadis itu. Rhoni yang masih dalam posisi duduk menaikkan kedua kaki Tarida, kemaluannya yang besar dan panjang masih mengait lubang vagina Tarida yang kini rebahan diatas kasur itu.
“Teruuuss Rhonnnn Ha HA HA HA” Nick memberi semangat pada Rhoni.
“Ha HA HA liat susunya… Wahhhh bagus..!! Baguss!!” mata Barli melotot melihat payudara tarida yang bergerak-gerak dengan kencang seirama dengan sodokan-sodokan Rhoni.
“Awww KRRCCTTT KTCTTTRRRTTTTT” Tarida menatap sayu pada ketiga laki-laki yang sedang habis-habisan menikmati tubuhnya.
Tangan Barli dan tangan Nick mengelusi payudara Tarida, dipelintir-pelintir dan ditarik-tariknya putting susu gadis itu dengan lembut. Sesekali mereka menunduk untuk menghisapi  dan menjilati buah dada Tarida. Keringat meleleh ditubuh Tarida bagaikan keju yang terbakar api kenikmatan.

*********************************
Sam dan Agato mulai mengelilingi Nia

“Ngakk ahh !! ngak mau…!! mang Dhani HMMM MHHH”Nia berontak ketika Sam bersujud sambil meraih pinggangnya, Tangan kanannya merayapi Paha Nia yang halus,  Agato menjilati leher Nia dari belakang,sedangkan dari belakang aku memegangi kedua tangan Nia dan menarik tangan Nia dengan lembut kebelakang.
Lewat Tangan Agato yang Cuma sebelah menyusup masuk kedalam Tank Top yang dikenakan oleh Nia. Agato tampak asik meremas-remas payudara Nia. Sam menaikkan rok mini gadis itu dan menarik turun kain segitiga berwarna merah diselangkangan gadis itu.
“HMMM… Wahhh…!!!” Sam melotot melihat garis tipis yang sedikit terbuka menampakkan isi Vagina Nia yang berwarna merah muda.
Sam mencelupkan telunjuknya kesela-sela diselangkangan Nia. Agato menarik tangannya dan bersujud untuk ikut menonton vagina Nia, Agato ikut mencelupkan jari telunjuknya dan kini berbarengan mereka berdua asik mengocek-ngocek lubang sempit diselangkangan Nia. Nia menggeliat geliat, aku menciumi dan menjilati lehernya dan turun mengecup-ngecup bahu Nia. Nia memohon agar aku melepaskan kedua tangannya, aku menuruti permintaannya sambil terus kedua tanganku kini mengelus ngelus pinggang Nia yang ramping, kutarik baju tank top yang dikenakan Nia keatas agar terlepas dari tubuh mulusnya yang putih.
Setelah melepaskan pengait bra, kulepaskan dan kulempar jauh-jauh bra berwarna putih itu.
 ”AWWW AKHHH CRUTTTT CRUTTTTTTTTT” Agato dan Sam berebutan menjilati lendir yang meleleh diselangkangan gadis itu.

Sam berdiri dan merendahkan tubuhnya, diemut-emutnya payudara Nia bergantian yang kiri dan kanan, sementara Agato masih sibuk membersihkan lendir meleleh dari sela-sela selangkangan Nia. Lidah Agato begitu lincah mengait-ngait clitoris Nia. Aku menarik pinggul Nia dan mendorong punggung gadis itu agar berdiri dengan posisi menungging, Agato menekan kepala Nia kearah kemaluannya. Sam meraih payudara nia dari samping dan kutekan kepala kemaluan memasuki lubang sempit diselangkangan Nia yang kewalahan menerima masuknya kemaluanku.
“Awww…akhhhh mangggg aduhhh…” Nia menjerit-jerit kecil keenakan ketika kemaluanku memompa lubang vaginanya dari belakang.
“Uhhh Siiipppp…!!! Teruss sedottt…”Agato membelai-belai kepala Nia diselangkangannya,
Sementara Sam bersujud sambil terkekeh-kekeh mengusap dan meremas-remas payudara Nia yang bergelantungan didada gadis itu, sesekali mulutnya menjilati dan menghisapi payudara Nia dengan rakus.
“UUHHH Uhhh MMMMMHH MAngg Dhanii Akhhhh… CRRRTT CRRRT” Nia merengek manja merasakan cairan kenikmatannya muncrat dari dalam tubuhnya.
“Dhann gentian doonng” Agato meminta lebih, aku terkekeh-kekeh sambil mencabut kemaluanku dari lubang Vagina Nia.
Agato bergerak kebelakang Nia dan sekali lagi Nia mengerang merasakan kemaluan yang besar dan panjang berusaha memasuki lubang kecil di vaginanya. Tubuhnya kembali tersentak-sentak maju mundur dengan kuat…

“Uttsss Eee EEEEHHHHH” tangan Agato yang cuma sebelah itu terpeleset dan tubuh Nia tersungkur kedepan.
“EitttTTT…” aku dan Sam buru-buru memegangi Nia yang hampir terjatuh.
Nia menolehkan kepalanya kebelakang, entah kenapa Nia merasa kasihan melihat Agato yang merasa bersalah, atau juga merasa rendah diri menyadari kondisi fisiknya yang kekurangan satu tangan dihadapan Nia. Nia meronta kecil melepaskan dirinya dari peganganku dan Sam, ia melangkah mendekati Agato. Tangan mungil Nia mengelus pipi Agato, Mata Nia saling berpandangan dengan mata Agato, senyuman manis Nia membuat agato melupakan rasa rendah dirinya. Kedua tangan Nia bergelantungan dileher agato dan “Hmmm MMMHHHH MMMMHHHHHH” Agato menyambut ciuman Nia yang panas.
Nia meminta Agato berbaring diatas rerumputan hijau, gadis itu mengangkangi kemaluan Agato dan berusaha menjebloskan kemaluan Agato yang berukuran besar memasuki lubang sempit diselangkangannya.
“NNNN NnnnggGGGGHHH” Nafas Nia tertahan – tahan ketika perlahan-lahan kepala kemaluan Agato memasuki lubang sempit diselangkangannya.
Nia mulai bergoyang dan menaik turunkan pinggulnya diatas tubuh Agato
“Achhhhh Owww akhhhh Uhhhhh Mmmmmmhh” Sam menyumpal mulut Nia yang mendesah-desah dengan kemaluannya. Aku meraih tangan Nia dan membimbingnya untuk mengocok-ngocok kemaluanku.
“Ackkkk OWWW CRRRTT CRuuuttt CRRRUTttttttTTT” gerakan Nia tertahan, tubuhnya menggeletar keenakan.

“Hupppp HE he he he he” Sam mengangkat tubuh Nia sehingga kemaluan Agato terbetot lepas dari lubang Vagina gadis itu.
Yeee!!! Elu Samm Ahh….he he he” Agato tampak kecewa namun ia terkekeh-kekeh melihat Sam tengah mencumbui tubuh Nia sambil berdiri.
Sam merendahkan kemaluannya dan kemaluannya berusaha mengait lubang vagina Nia. Nia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar berusaha menerima kemaluan Sam yang ingin memberinya kenikmatan.
“OOchhhh Uhhhh” Nia tersentak begitu kemaluan Sam memasuki dirinya, Sam mencengkram buah pantat Nia dan mengangkat tubuh gadis itu. Nia mengalungkan kedua kakinya membelit pinggang Sam dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Sam. Tubuhnya segera terayun-ayun seperti sedang bermain ayunan
“Clookkk Clopppp Plooopppp Cleepppp” Bunyi – bunyi itu terdengar dengan merdu.
Aku bergerak dan meremas-remas buah pantat Nia yang menggantung, kujejalkan Kepala kemaluanku kelubang anusnya dan…
“Ohhh MMM Mangggg Dhani… Akkkk….” Kini sebelah tangan Nia bergerak kebelakang melingkari leherku, sedangkan yang satunya berpegangan pada bahu Sam.
Aku dan Sam berlomba-lomba menghujani lubang Anus dan lubang Vagina Nia. Agato bangkit berdiri, tangannya yang Cuma sebelah menarik kepala Nia dan..
“Hmmmm MHHHH MHHHHH MHHHHHH” mulut Nia tersumpal oleh mulut Agato

****************************
Pada malam harinya

Malam itu aku terbangun, mataku mencari-cari dimana gerangan ketiga gadisku, lewat kaca jendela aku melihat tiga sosok yang amat kukenal sedang duduk berdampingan diatas kursi panjang menghadap kearah telaga. Aku berjalan tertunduk menghampiri ketiga gadisku
“Kalian marah ya ? sama mang Dhani…”aku bersujud dihadapan mereka ,rasa bersalah semakin mendera hatiku
“Maafin yaaa….” tanganku mengelus-ngelus paha-paha mulus mereka bertiga.
“Tadinya sih marah banget….” Feilin membuka suara
“Tapi setelah dipikir-pikir….” Nia melanjutkan ucapan Feilin
“Kami ngerti koq…. Mang Dhani pasti ngerasa ngak enak ya menolak permohonan teman-teman mang Dhani” Tarida tersenyum manis.
“Tadi Mang Rhoni yang ngasih tahu…..” Feilin tersenyum manis
“Lagipula… setelah dirasa-rasa… enak juga pesta sex kaya tadi he he he” Feilin terkekeh-kekeh.
Aku menghela nafas lega melihat senyuman  menghiasi wajah ketiga gadisku.
Ketiga gadisku berdiri, mereka menyuruhku duduk diatas kursi panjang menghadap kearah telaga.

“Gubraggg…. Byurrrrrrrrrr……….”
Seekor Katak tiba-tiba roboh dan tercebur kedalam telaga terkena serangan jantung menyaksikan tiga orang gadis Chinese yang cantik mulus bersujud,  menciumi dan mengulum kemaluan Dhani Anwar. Aku menatap keatas langit,  rembulan terlihat begitu cantik…bintang bintang bertaburan menghiasi langit malam, kedip-kedip nakal terlihat diatas sana, mengintip aku dan ketiga gadisku yang sedang asik bergumul demi meraih kenikmatan.

The End
——————————————————————-
Buat bos Shu makasih banget dah dieditin and dipostingin, & sebagai tempat bertanya juga kalo ada yang ngak tau ato bingung, he he he…
Aku Jadi ngerepotin Bos shu neeh…^^

buat para mupenger makasih udah meluangkan waktu membaca cerita ini dari awal ampe tamat moga-moga ngak ngebosenin bacanya ya, &makasih atas saran & kritik dan komentnya, selama ini,mudah-mudahan aja series selanjutnya bisa lebih baek lagi bikin ceritanya.

Sebelah kanan Tarida pada gitar, Feilin pada Drum dan Nia pada piano, Dhani Anwar & Friend & Other Character “diseruling bagian bawah he he” (kaya abisan konser di ti pi itu loh ke ke ke)

Satu lagi yang paling penting ceritaan ini hanyalah rekayasa dan khayalan semata, just for “fun mupeng” only.  
The Real World is Out There….
Don’t Do Bad Thing’s Out There Oceh.. ^^
     
See’u in next series…
Yohana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar