10 Agustus 2010
Perhatian sebelum membaca !
- Cerita Holiday’s Challenge menceritakan tentang sifat-sifat seorang wanita yang mungkin jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
- Tidak ada unsur kepolosan dari seorang wanita yang terkandung dalam cerita ini, hanya ada sifat-sifat wanita nakal dan bitchy
- Cerita ini hanya mengkisahkan wanita-wanita dengan sifat yang tidak biasa yang mencari ‘pengalaman’ baru di saat liburan.
- Kemungkinan besar cerita ini tidak akan menarik, mungkin cenderung membosankan, tapi bisa sebagai penambah koleksi cerita seru sambil menunggu cerita-cerita yang lebih hebat dari para pengarang lainnya
HAPPY READING ^_^
*************************************
|
Monic |
Berbeda dengan 3 temannya, Moniq sudah menentukan pekerjaan apa yang akan dicobanya. Dari dulu, dia ingin sekali menjadi peternak karena dia memang suka sekali dengan boneka sapi yang lucu-lucu. Di dalam kamarnya, mungkin ada lebih dari 10 boneka sapi dengan berbagai ukuran.
“tok tok tok !!”.
“Bi Inah yaa ?”.
“iyaa non…”.
“masuk, Bi…”.
“ini susunya, non…”.
“waah…asiiik…”. Moniq langsung meneguk habis segelas susu yang dibawa Bi Inah.
Moniq sangat suka minum susu, tapi anehnya badannya tidak bertambah tinggi. Dibandingkan dengan 3 temannya pun, Moniq lah yang paling mungil dan imut-imut namun badannya benar-benar sekal dan begitu padat berisi. Moniq adalah anak satu-satunya dari kedua orang tuanya, tak heran kalau dia agak manja karena selalu dimanja kedua orang tuanya. Keluarga Moniq adalah keluarga yang harmonis dan sangat berada. Moniq mendapatkan kehangatan dan kasih sayang dari kecil, tapi semuanya berubah saat ayahnya meninggal dunia karena penyakit jantung. Waktu itu, Moniq baru kelas 1 SMA, awalnya Moniq berubah dari periang menjadi pendiam. Tapi, Ibunya yang sama-sama sedih, berhasil menyemangati Moniq sehingga lama kelamaan Moniq kembali periang. Moniq kesepian sekali saat ibunya harus menggantikan peran ayahnya sebagai direktur utama sebuah perusahaan sehingga otomatis ibunya menjadi super sibuk dan sering ke luar negeri. Di saat itulah Moniq terjerumus ke dalam lembaran hitam dari kehidupan seorang wanita. Moniq yang memang polos berhasil diperdaya oleh guru olahraganya sehingga keperawanannya pun terenggut. Kejadian itu membangkitkan ‘sesuatu’ yang ada di dalam diri Moniq. Sesuatu yang benar-benar liar dan nakal yang sebenarnya tak akan mungkin ada di dalam diri seorang gadis yang manja dan polos seperti Moniq. Sejak itu, sisi gelap Moniq semakin menguasainya tapi sama sekali tak mempengaruhi sifatnya.
“non Moniq mau kemana ?!”, tanya Bi Inah yang kaget setelah mendengar mesin mobil.
“Moniq mau jalan-jalan…”.
“jangan non…nanti kalo ibu tau..bisa marah..”.
“biarin…”.
Moniq pun langsung melaju pergi dengan mobilnya.
“yeey !!!”, teriak Moniq lepas dan merasa sangat senang berhasil keluar dari rumahnya. Moniq pun mencari-cari secarik kertas yang berisi sebuah alamat.
Alamat yang di dapat Moniq dari seorang penjual kambing di Jakarta. Moniq pun menuju alamat tersebut yang merupakan alamat dari orang yang katanya memiliki peternakan. Lumayan jauh juga perjalanan yang ditempuh gadis imut itu, tapi sekarang dia sudah sampai di perbatasan desa. Moniq pun membuka jendela.
“hemmhh…enak udaranya”, ujar Moniq sambil menarik nafas dalam-dalam untuk menikmati segarnya udara pedesaan yang tak terkontaminasi oleh asap kendaraan.
“permisi, Pak…”, sapa Moniq melihat seorang bapak yang berjalan di pinggir.
“ada apa, neng ?”. Bapak itu agak terkejut setelah melihat wajah cantik Moniq.
“saya mau numpang nanya..Bapak tau alamat ini nggak ?”, dengan nada suaranya yang manja.
“oh ini mah rumahnya Bapak Jali…”.
“kalo dari sini gimana, Pak ? masih jauh nggak ?”.
“nggak terlalu jauh, neng..tinggal lurus aja…”.
“makasih yaa, Pak…”.
“sama-sama, neng…”. Tak sampai 5 menit, Moniq sampai di rumah yang ada bangunan-bangunan seperti kandang. Moniq pun keluar dari mobil.
“hst..hst…”. Beberapa orang laki-laki saling memanggil satu sama lain dengan bahasa isyarat. Semuanya pun memandangi Moniq yang berjalan ke arah Jali.
“ckck…cakep banget..”, hampir semua lelaki yang memandangi Moniq berdecak kagum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sisanya, memandangi Moniq dengan pikiran-pikiran jorok dengan tonjolan yang segera muncul di celana mereka.
“permisi, Pak…”.
“iya, neng ? ada keperluan apa ya ?”.
“saya mau ketemu Bapak Jali..dimana yaa ?”.
“oh, saya Pak Jali…ada perlu apa neng cari saya ?”.
“begini, Pak…”.
“sebentar neng..kita ngobrol di teras aja…mari, neng…”.
“iya, Pak…”. Moniq pun mengikuti Jali ke teras rumahnya.
“jadi, neng ini namanya siapa ? kok bisa tahu nama saya ?”.
“oh iyaa..nama saya Monica, Pak..”.
Jali pun menyambut tangan Moniq yang putih nan mulus itu. Alus banget tangannya nih cewek, ujar Jali dalam hati.
“jadi neng Monica ini ada keperluan apa ? kok neng Monica bisa tahu rumah saya ?”.
“mm…maaf, Pak…panggil saya neng Moniq aja..”.
“oh iya, neng Moniq..”.
“jadi gini, Pak…saya tau alamat Bapak dari penjual kambing di Jakarta, Pak…”.
“he emh..terus ?”.
“saya mau tahu caranya ternakkin hewan ternak, Pak…”.
“ouh begitu..”. Ada seorang wanita keluar dari dalam rumah.
“ada tamu ?”.
“permisi, Bu…”, Moniq pun berdiri dan menjabat tangan wanita itu.
“neng ini siapa ya ?”.
“saya Moniq..”.
“neng Moniq..ini istri saya, namanya Nunung..”.
“neng Moniq ada perlu apa yaa ?”.
“saya mau belajar ternakkin sapi dan kambing, Bu…”.
“ooh…”.
Meski agak polos, Moniq tahu kalau Nunung cemburu dengannya. Bagaimana tidak cemburu, wajah Moniq begitu cantik nan imut. Postur tubuhnya yang mungil didukung wajah imutnya memang tak diragukan lagi, Moniq bisa membuat laki-laki gemes dan gregetan terhadapnya.
“kalo boleh tau, rumah Pak RT dimana ya, Pak ?”, tanya Moniq.
“saya Pak RT, neng…”.
“oh..Bapak..Pak RT di sini ?”.
“iya, neng…kenapa neng Moniq ?”.
“saya…”. Belum selesai Moniq berbicara, ada seorang pria.
“permisi, Pak…maav saya telat..tadi saya ada urusan…”.
“iye gak ape-ape, Yib…”.
“lho ? Bapak ?”.
“eh neng…”.
“neng Moniq kenal ama Toyib ?”.
“tadi saya nanya ke Bapak ini…”.
“kebetulan banget nih ada si Toyib..”.
“kenapa, Pak ?”.
“ini neng Moniq mau belajar cara ternak…tolong di ajak ngiter, Yib…”, Jali sedikit melirik wajah istrinya yang kelihatan bt sehingga tak berani mengajukan diri untuk mengajak Moniq berkeliling.
“ayo neng Moniq…”.
“mari, Pak, Bu…”. Moniq pun berkeliling dengan dipandu Toyib. Moniq pun diajak berkenalan oleh pekerja lainnya.
“nah ini kandang sapi, neng…”.
“iih mana mana sapinya ?”.
“kok beda sii ?”.
“ha ? beda apanya, neng ?”.
“beda sama ini…”, Moniq menunjukkan hpnya yang ada gambar kartun sapi.
“hahaha…ya beda lah, neng..sapi dimana-mana yaa kayak gini, neng…”, Toyib tertawa geli.
Tapi, ia merasa bingung juga. Masa iya, cewek cakep gini polos n’ lugu kayak anak kecil, pikir Toyib. Moniq pun diajak melihat kandang ayam dan juga kandang kambing.
“neng Moniq nggak pulang ? udah sore ?”.
“rumah saya jauh, Pak…n’ kayaknya saya belum dapet apa-apa, Pak…”.
“lho ? terus ? neng Moniq mau nginep gitu ?”.
“iyaa, tadinya saya mau nginep di rumah Pak Jali..tapi kayaknya Bu Nunung cemburu..bisa-bisa perang dunia tiga ntar…hihi..”.
“haha..Ibu Nunung emang cemburuan, neng…”.
“oh gitu yaa, Pak..”.
“terus neng Moniq gimana ?”.
“nggak tau nih, Pak…saya juga bingung..”.
“ng…kalo neng mau..neng bisa nginep di rumah saya..”.
“di rumah Bapak ?”.
“tapi kalo neng gak yakin sama saya juga gak apa-apa…”.
“gak yakin ? maksudnya ?”.
“kalo neng Moniq takut di apa-apain ama saya ntar saya tanyain temen saya yang lain..”.
“saya sii nggak takut..Bapak orangnya baik..tapi istri Bapak nanti marah nggak ?”.
“saya udah cerai 5 bulan yang lalu, neng…”.
“maaf, Pak…saya nggak tau…”.
“nggak apa-apa neng…jadi gimana, neng ?”.
“mm…boleh deh, Pak…maaf kalo nanti saya ngerepotin..”.
“tenang aja, neng…”. Bagai gayung bersambut, Toyib merasa senang sekali. Serumah dengan cewek cantik, seperti mimpi rasanya. Sedari tadi, mata Toyib tak henti-hentinya memandangi kemulusan kulit Moniq. Hanya dengan dilihat, Toyib bisa membayangkan betapa mulusnya dan betapa halusnya kulit Moniq yang putih seperti susu itu. Moniq dan Toyib pun kembali ke rumah Jali.
“gimana, neng Moniq ?”.
“Pak Toyib sih banyak ngejelasin, tapi sayanya masih kurang ngerti..hehe..”.
“oh..Toyib emang yang paling tau peternakan saya..soalnya dia yang pertama kali kerja sama saya..”.
“oh gitu yaa, Pak…”.
“terus neng Moniq mau ke sini lagi besok ?”.
“nng..gini, Pak…saya mau nginep di rumah Pak Toyib…rumah saya jauh dari sini…lagian saya capek bolak balik, Pak…”.
“apa neng Moniq gak takut nginep di rumah Toyib ? cuma berdua sama Toyib ?”.
Pertanyaan yang tidak sengaja terlontar dari mulut Jali itu semakin menegaskan kalau bandot tua itu tak rela Moniq menginap di rumah Toyib.
“saya nggak takut, Pak…Pak Toyib orangnya baik banget…”, puji Moniq sambil memandang ke arah Toyib dan tersenyum.
“oh yaudah kalo gitu…”. Jali menatap Toyib dengan pandangan mata penuh rasa iri, sementara pandangan mata Toyib bersinar-sinar seperti orang yang menjuarai perlombaan dan mendapatkan hadiah yang istimewa.
“kalo gitu..saya ama Pak Toyib pulang dulu yaa, Pak…”, izin Moniq.
“bentar, neng…”. Jali masuk ke dalam rumah dan sebentar langsung keluar lagi dengan secarik kertas di tangannya.
“ini nomer telpon Bapak, neng…kalo neng Moniq mau nanya atau minta tolong..langsung telpon aja yaa, neng…”.
“okee deh, Pak…beres..”. Dasar bandot maruk, udah punya bini cakep masih aje ngincer daon muda, ujar Toyib dalam hati.
Pertama kali melihatnya, Toyib langsung kesemsem dengan Moniq. Toyib tak pernah membayangkan akan bertemu dengan wanita yang imut-imut dan begitu menggemaskan. Wajah Moniq sangat sedap dilihat, tentu tak akan bosan dipandangi seharian. Tapi, yang paling menarik perhatian Toyib adalah warna kulit Moniq. Begitu putih merona bagai mutiara dan terlihat sangat halus dan sangat mulus, tak ada luka atau lecet sedikit pun.
Bagi Toyib, Moniq benar-benar bibit unggul, kandidat yang paling tepat untuk memperbaiki keturunan. Mereka berdua masuk ke dalam mobil. Baru kali ini, Toyib naik mobil mewah seperti mobil milik Moniq. Biasanya Toyib hanya naik angkot, atau paling keren, naik taksi, belum pernah pria tua itu naik mobil mewah. Joknya terasa lembut dan nyaman, aroma mobil pun harum dan membuat rileks, acnya pun sejuk sekali.
“rumah Bapak lewat mana nih, Pak ?”.
“luruuus aja, neng…ntar kalo ada belokan, saya kasih tau..”.
“oke, Pak…”.
“neng, saya boleh nanya nggak ?”.
“mau nanya apa, Pak ?”.
“neng Moniq kenapa mau belajar ternak ?”.
“yaa sebenernyaa sii awalnyaa mau ngerjain tugas dosen aja, Pak…tapi denger penjelasan Pak Toyib tadi..Moniq jadi tertarik juga..”.
“oh gitu…”.
“eh maaf Pak…tadi saya gak sopan…bahasain diri pake nama…”.
“nggak apa-apa kok, neng..”.
“saya kebiasaan kalo udah ngerasa deket sama orang..suka pake nama..”. Udah cantik, imut-imut, baik, sopan, n’ kaya, benar-benar cewek sempurna, pikir Toyib.
“gak apa-apa, neng…justru kerasa lebih deket..hehe..”.
“hmm…oh iyaa yaa..ngomong-ngomong Pak Toyib udah berapa lama kerja sama Pak Jali ?”.
“pertama mulai kerja sih umur 38..jadi kira-kira udah 5 tahunan lha, neng…”.
“wah lama juga yaa…kalo gitu umur Bapak 43 yaa sekarang ?”.
“iyaa, neng…kalo neng Moniq umurnya berapa ?”.
“Moniq baru mau 20, Pak..hehe”.
“oh baru 20…pantes masih imut-imut…”, rayuan kampung Toyib pun mulai keluar.
“iih Pak Toyib bisaa aja nih..”, balas Moniq dengan nada manja dan mencubit lengan Toyib.
“hehe..”. Toyib merasa berbunga-bunga karena Moniq tak marah digoda olehnya.
“nah di depan belok kanan, neng..”.
“nah rumah saya yang itu tuh, neng…”.
“oh yang itu yaa ? mobil Moniq parkir dimana nih, Pak ?”.
“hmm…di situ aja neng..”. Setelah mobilnya terparkir, Moniq pun mengikuti Toyib masuk ke dalam rumah.
“maaf neng, rumah saya kecil n’ berantakan…”.
“gak apa-apa, Pak…Moniq malah suka rumah kecil kok…”.
“bagus kalo gitu, neng..hehe..oh iyaa, neng…di sini kamar neng Moniq..”. Sebuah kamar yang rapih dan cukup bersih untuk seorang pria yang tinggal sendirian. Ada sebuah ranjang cukup besar dengan kelambu di atasnya seperti model ranjang favorit untuk pengantin dan sebuah lemari besar di pojok kamar.
|
Toyib |
“wah..kamarnya rapih…”.
“iya dong, neng..hehe…kan kamar ini kamar saya…”.
“lho ? terus ntar Pak Toyib tidur di mana ?”.
“yaa…saya mah gampang, tidur di luar juga bisa..”.
“tapi tetep di dalem rumah kan ?”.
“iya lha, neng…”.
Toyib pun keluar dari kamar. Moniq langsung merapikan pakaiannya ke dalam lemari.
“neng Moniq mau makan apa ?”, tanya Toyib ke Moniq yang baru keluar kamar.
“hmm…Moniq mau fried chickenn…”.
“apa neng? prait..prait ciken ? apa tuh, neng ?”.
“emm…ayam goreng yang di tepungin itu lho, Pak ?”.
“aduh saya gak tau, neng…tapi kalo ayam goreng biasa sih ada yang jual deket sini…”.
“gak apa-apa deh, Pak…ini, Pak uangnya…”.
“gak usah, neng…”.
“masa Moniq udah ngerepotin Pak Toyib, makan di bayarin juga…”. Moniq memaksa Toyib menerima uangnya.
“hmm..yaudah deh, neng..saya beli ayam gorengnya dulu ya neng..”.
“oke, Pak…”. Toyib kembali dan menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Toyib dan Moniq pun makan bersama sambil bercanda dan bersenda gurau. Toyib semakin kesemsem dengan si gadis imut yang ada di hadapannya. Enak sekali ngobrol dengan Moniq yang periang dan mudah tertawa. Tawa renyah Moniq membuat suasana rumah Toyib menjadi hangat. Sudah 5 bulan, rasa sepi dan dingin selalu terasa ketika Toyib pulang ke rumahnya sendiri. Jadi, tak heran kalau Toyib senang sekali dengan kehadiran Moniq.
“kamar mandinya dimana, Pak ?”.
“ayo ikutin saya, neng…”.
“iyaa, Pak…”.
“nah ini kamar mandinya, neng…”. Toyib pun meninggalkan Moniq di dalam kamar mandi dan kembali menonton tv kecilnya.
“Pak..Moniq tidur duluan yaa…”.
“iya, neng…”, jawab Toyib.
*******************
Keesokan harinya.
“hooaahhmm…eennggg !!!”, Moniq ngulet meregangkan otot-otot tubuhnya.
“hemm…”, Moniq menikmati segarnya udara pedesaan di pagi hari setelah membuka jendela. Moniq keluar dari kamar, Toyib pas sekali mau keluar rumah.
“Pak Toyib ! mau kemana ?”.
“eh neng Moniq udah bangun…”.
“iyaa, Pak…Moniq baru bangun nih…Pak Toyib mau kemana sih ?”.
“saya mau ke rumah Pak Jali, neng…”.
“kok Pak Toyib nggak bangunin Moniq sih ?”.
“tadi saya mau bangunin…tapi neng Moniq keliatan pules banget…makanya saya nggak enak mau bangunin neng Moniq…”.
“oh..yaudah, Pak Toyib tunggu sebentar yaa..Moniq mau ganti baju dulu kalo gitu…”.
“oke, neng…”.
Sambil menunggu Moniq kembali, Toyib pun berandai-andai. Pria tua itu membayangkan kalau dia berhasil mendekati Moniq untuk mau menjadi istrinya. Terbayang oleh Toyib akan kehidupan yang sangat indah jika berhasil memperistri Moniq. Pertama, tentu kehidupannya tak akan sesulit sekarang yang harus bekerja keras membanting tulang untuk kehidupan sehari-hari karena pasti dibantu oleh Moniq. Kedua, dan yang paling penting adalah memiliki istri dengan wajah begitu cantik dan imut ditambah tubuh yang sintal dan padat pasti akan membuat betah jika di rumah.
“kyuut…”, lama kelamaan tonjolan di celana Toyib pun semakin terlihat sebab Toyib sedang membayangkan jika menjadi suami Moniq, dia akan menyuruh Moniq untuk mengenakan daster transparan setiap harinya atau malah akan melarang Moniq mengenakan apapun jika di rumah mereka nanti agar bisa memandangi tubuh Moniq yang putih mulus.
“Pak Toyib ?”.
“e e eh neng Moniq udah selesai…”, Toyib langsung berdiri supaya Moniq tidak melihat tonjolan di celananya karena sedang ngaceng berat.
“ayo, Pak Toyib…kita ke tempat Pak Jali…”.
“ayo, neng…”. Moniq memakai kaos hitam dan celana pendek sepaha, 6 cm di atas lututnya.
Betis dan sedikit paha Moniq yang putih mulus sekarang bisa terlihat. buset, ni cewek emang bener-bener bening, pikir Toyib. Di dalam mobil, Toyib dan Moniq pun bercengkrama dengan hangatnya seperti keluarga.
“nih, neng..pake ini aja…kalo kotor kan gak apa-apa…”. Moniq melepaskan sandalnya dan mengenakan sepatu boot yang diberikan Toyib. Lucu kelihatannya, sepatu boot terlihat kebesaran ketika dipakai Moniq.
“ayo neng, kita ke kandang ayam dulu…”.
“yuuk…”. Toyib pun mengajari Moniq untuk mengganti air minum dan menyebarkan makanan ayam. Selain itu, Moniq pun belajar cara mengambil telur ayam dan menentukan mana yang baik untuk ditetaskan dan mana telur yang bisa dijual.
“sekarang ke kandang mbek yaa, Pak ?”.
“iya, neng…”. Mereka berdua masuk ke dalam kandang kambing. Ada sekitar 2 orang pria yang sedang memberi makan kambing.
“eh ada neng Moniq…”, goda salah satu pria.
“eh Pak Wawan…lagi ngasih makan mbek yaa ?”.
“iyaa nih neng Moniq…mau coba kasih makan gak, neng ?”.
“boleh juga, Pak…”.
“nih neng…”. Wawan menyerahkan rumput yang sedang digenggamnya.
“mbeknya nggak gigit kan, Pak ?”.
“nggak lah, neng…nggak tega ngegigit neng…hehe..”.
“bisa aja nih, Pak Wawan…”.
“aww…”, Wawan teriak kecil saat Moniq mencubit perutnya.
Wawan jadi semakin gemas saja dengan kelakuan gadis imut ini, meski hanya dicubit Moniq, batang Wawan bereaksi. Dengan perlahan, Moniq menjulurkan rumput yang di genggamnya ke mulut kambing yang langsung disambar kambing itu.
“ehhh…ampir aja…”, Moniq refleks menarik tangannya takut di sambar kambing itu.
“tenang aja, neng…ga bakal digigit kok…”. Moniq pun memberanikan diri dan akhirnya tenang setelah berhasil mengelus-elus kepala si kambing.
“Pak Sani lagi ngapain ?”, sapa Moniq dari belakang dan memegang kedua bahu Sani.
“ini neng..lagi merah susu kambing…”.
“susu kambing rasanya gimana sih, Pak ?”.
“neng Moniq mau nyobain ? nih, neng..”. Moniq mengambil gelas plastik yang diberikan Sani.
“iih…aneh Pak rasanya..anyeep..”, komentar Moniq manja.
“haha..yaa emang gitu rasanya, neng…anyep tapi lebih sehat lho, neng daripada susu sapi…”.
“emang iyaa ya, Pak ?”.
“iya neng…kalo abis minum susu kambing..badan neng Moniq pasti lebih seger rasanya…”.
“oh gitu yaa, Pak…”.
“makanya, neng…abisin susunya…”.
“iyaa deh, Pak…”.
“hahaha…”. Sani pun tertawa geli melihat tingkah polah Moniq yang memencet hidungnya dan memejamkan matanya bagai orang minum jamu saja. Usai dari kandang kambing, Moniq dan Toyib pun pergi ke kandang sapi. 3 orang pekerja pun langsung menggoda Moniq. Kapan lagi bisa bercanda dan menggoda cewek cantik di kandang sapi, udah gitu ceweknya gak marah digodain, gampang ketawa, bikin tambah gemes aja, semua itu dirasakan oleh 3 orang pria yang ada di kandang sapi.
“neng Moniq mau belajar caranya merah susu sapi gak ?”.
“wah mau mau mau mau, Pak…”.
“sini, neng…perhatiin saya..”. Toyib pun mencolek sesuatu yang berwarna kuning di gelas plastik.
Toyib mengolesi kedua tangannya dengan sesuatu yang berwarna kuning.
“Pak…itu apa sii ?”.
“ini mentega, neng…”.
“mentega buat apa, Pak ?”.
“supaya licin, neng..jadinya sapinya gak ngerasa sakit..soalnya kalo dia sakit..gak mau ngeluarin susu…”.
“oh gitu yaa, Pak…”.
“nah neng Moniq sekarang perhatiin…neng megangnya di sini…abis itu remes pelan-pelan sambil diurut ke bawah kayak gini, neng…”. Begitu Toyib mengurut, susu langsung terpancar menuju ember yang ada di bawah perut sapi itu. Toyib pun mencontohkan beberapa kali.
“sini, Pak…Moniq mauu cobaa…”. Toyib pun digantikan Moniq duduk di dingklik. Moniq melumuri kedua tangannya dengan mentega seperti yang dilakukan Toyib tadi.
“dari sini yaa ?”.
“agak ke atas neng…”.
“di sini ?”.
“iya di situ, neng…sekarang neng coba remes sambil di urut ke bawah pelan-pelan…”.
“mooo !!!”, tiba-tiba si sapi agak meloncat. Moniq yang kaget langsung terjungkang ke belakang.
“aduuwwhhh, sakiit…”.
“neng Moniq gak apa-apa ?”.
“gak apa-apa kok, Pak…”, ujar Moniq membersihkan kedua sikunya yang kotor.
“kok sapinya ngamuk sii, Pak ?”.
“neng Moniq kekencangan kali…”.
“iyaa kali yaa..Moniq coba lagi deh..”. Dengan lebih hati-hati, Moniq pun lancar memerah susu sapi bahkan sampai embernya penuh.
“asiik juga yaa merah susu sapi..hihihi…”.
“wah neng Moniq ada bakat jadi tukang perah susu nih kayaknya..”.
“pokoknya kalo ada sapi yang mau diperah..panggil Moniq aja yaa..hihihi…”.
“tapi neng Moniq bisa diperah juga gak ? hehe…”, celoteh jorok keluar dari mulut Maman.
“iih Pak Maman…masa Moniq mau diperah juga ? emangnya Moniq sapi…wee…”, balas Moniq sambil memeletkan lidahnya. Moniq benar-benar membawa suasana baru bagi para pekerja di tempat Jali sehingga mereka semua jadi giat bekerja. Selain jadi pemandangan indah untuk cuci mata, Moniq enak sekali di ajak ngobrol karena Moniq tidak marah malah menanggapi candaan-candaan para pekerja yang cenderung jorok dan vulgar, tapi Moniq masih menjaga jarak dengan semuanya, tak mau terjadi apa-apa.
“semuanya, Moniq pulang dulu yaa…”.
“iyaa neng…”.
“makasi udah ngajarin Moniq yaa…”.
“sama-sama, neng…”.
“ati-ati, neng Moniq…”. Moniq dan Toyib pun kembali ke rumah dan makan malam.
“uunnghh !! pegeell !!!”.
“capek ya, neng ?”.
“iyaa nih, Pak…capek bangeet…Moniq mau ganti pakean dulu deh..abis ituu..tiduuurr !!”.
“Pak Toyib…Moniq tidur duluan yaa…”.
“iyaa neng…”.
Moniq terlelap dalam kelelahan. Sementara itu, pintu kamar terbuka dan ada yang masuk ke dalam kamar.
“mm ??”. Meski kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya, Moniq merasa aneh. Kedua kakinya terasa terbuka lebar tapi tak bisa digerakkan, begitu juga dengan kedua tangannya. Dan ada sesuatu di dalam mulutnya. Moniq pun membuka matanya dan mendapati dirinya telah terikat ke ranjang seperti huruf X. Dan ada kain yang menyumpal mulutnya.
“eh neng Moniq udah bangun…”.
Moniq melihat pria masuk ke dalam kamarnya. Ternyata yang melakukan semua ini tak lain dan tak bukan adalah Toyib.
“dari tadi di tungguin akhirnya bangun juga..hehe..”.
“emph mmphh !!!”. Moniq kelihatan ingin berbicara sesuatu, tapi tentu tak bisa karena tersumpal kain.
“neng Moniq gak usah ngomong..nikmatin aja haha !!”. Toyib mengeluarkan gunting dari saku celananya.
“ssrtt srrt srrtt”, bunyi kain yang sedang digunting. Toyib menggunting piyama yang dikenakan Moniq mulai dari lubang lehernya terus turun sampai ke celana dalam satu garis lurus. Pakaian Moniq pun terbelah jadi dua, kiri dan kanan. Bagai orang yang mendapat gaji pertama, jantung Toyib berdetak cepat, merasa gugup dan deg-degan sekaligus tak sabar ingin melihat apa yang ada di dalam pakaian Moniq yang kemarin-kemarin hanya bisa dibayangkan dalam pikirannya yang kotor. Toyib menyibakkan baju Moniq ke kanan dan ke kiri. Mata Toyib pun terbuka lebar.
“gllkk…”, Toyib menelan ludahnya sendiri melihat kemulusan kulit Moniq.
Hanya dengan melihat perut Moniq yang rata dan payudaranya yang masih terbungkus bra, ‘adik’ Toyib sudah mencuat ke atas, membuat tonjolan di celananya.
Toyib pun mengelus-elus dan membelai perut Moniq.
“neng Moniq…kulitnya alus banget…”, Toyib pun mencubiti kecil-kecil perut Moniq saking gemasnya. Tubuh Moniq begitu mulus dan begitu harum. Bagai kue yang baru diangkat dari oven, tubuh Moniq terlihat sangat ‘segar’ dan kelihatan begitu ‘lezat’ untuk disantap.
“cupph cuphh cuuphh…”, Toyib menciumi perut Moniq terus menerus sebelum mulai menjilatinya.
Pusar Moniq pun dicolok-colok Toyib dengan lidahnya. Banyak waktu yang dimiliki Toyib membuat pria tua itu ingin menikmati ‘kelezatan’ dari setiap jengkal tubuh Moniq secara perlahan. Toyib pun melangkah ke tahap selanjutnya, dia menggunting tali bh Moniq di kedua sisi. Toyib pun dag dig dug lagi, penasaran ingin tahu bagaimana bentuk payudara dari seorang gadis imut. Toyib langsung melongo, matanya terbuka lebar, air liur hampir menetes keluar. Kemasan susu terindah yang pernah Toyib lihat seumur hidupnya. Moniq hanya bisa pasrah, kedua buah payudaranya menjadi tontonan Toyib. Gumpalan daging kembar yang sangat indah. Bentuknya benar-benar bulat sempurna, terlihat penuh berisi dan sangat kencang, putih mulus, dan yang sangat mengundang birahi adalah pucuk payudaranya yang berwarna pink agak pucat, sangat serasi dengan kulitnya. Tanpa ragu-ragu, Toyib langsung mencengkram kedua buah payudara yang sangat mengundang birahi itu. Toyib meremasi gunung kembar Moniq dengan kasar, semakin lama semakin kencang remasannya karena pria tua itu sangat gemas dengan keempukan, kekenyalan, dan kelembutan payudara Moniq.
“hmmffhh !!”, ekspresi Moniq menunjukkan orang yang sedang meringis kesakitan.
Toyib pun memainkan kedua puting Moniq, memencet-mencet, menarik-nari, dan memilin-milin ‘tutup’ kemasan susu Moniq. Ekspresi wajah Moniq pun berubah menjadi ekspresi nikmat. Tapi, ekspresi Moniq segera berubah lagi saat Toyib menyentil putingnya yang sudah keras dengan sangat kencang. Toyib terus menyentil kedua puting Moniq bergantian. Tubuh Moniq hanya bisa berkedut-kedut merasakan sakit.
“happhh !! nyymmhh !!”, Toyib langsung menyantap payudara kanan Moniq. Toyib mengemuti puting Moniq yang kenyal, menghisap dan menyedot kuat-kuat bagai bayi yang sedang lapar-laparnya.
“mmffhh…”. Kedua pucuk payudara Moniq dikunyah terus oleh Toyib. Kadang digigit kencang oleh Toyib lalu ditarik-tarik ke atas.
“cuuupphhh !! cuuupphhh !!”, Toyib pun mencupangi kedua buah payudara Moniq. Kulit payudara Moniq pun langsung kelihatan memerah di beberapa titik yang habis dicupang Toyib. Toyib tersenyum senang, dia telah berhasil membuat tanda di payudara Moniq yang menggiurkan itu.
“PLAAKK !!!”, sebuah tamparan sangat kencang mendarat di payudara kanan Moniq. Ekspresi wajah Moniq berubah seketika, menahan rasa pedih dan ‘panas’ di payudara kanannya.
“PLAAKK !!!”, payudara kiri Moniq pun ditampar kencang juga oleh Toyib yang kelihatan begitu puas melihat Moniq yang terlihat kesakitan.
Moniq pun tak berdaya merasakan pedih karena Toyib terus menampari kedua susunya. Gumpalan daging Moniq yang tadinya begitu putih mulus kini berubah menjadi kemerah-merahan bekas tamparan dari Toyib. Toyib mencupangi leher, lengan, dan belahan dada serta perut Moniq karena pria tua itu ingin membuat tanda di sekujur tubuh indah Moniq. Ketiak Moniq pun tak luput dari Toyib. Ketika ketiaknya diciumi dan dijilati, Moniq pun menggeliat-geliat kegelian. Karena harum, Toyib pun jadi betah di daerah itu sehingga membuat Moniq tersiksa dalam rasa geli. Ketiak Moniq pun basah kuyup karena air liur Toyib.
“hehe..geli ya neng ?”, ledek Toyib melihat Moniq yang uget-uget dari tadi. Toyib merasa cukup bermain dengan tubuh bagian atas Moniq, saatnya berpindah konsentrasi ke bagian bawahnya. Bagian tubuh Moniq yang paling membuat Toyib penasaran. Gunting yang dipegang Toyib pun bergerak mendekati daerah Moniq yang paling pribadi.
“kres kres kres…”. Dengan sangat hati-hati, Toyib mengguntingi celana Moniq yang sudah terbelah menjadi 2 sisi untuk menghilangkan sisa kain yang masih menutupi selangkangan Moniq.
Akhirnya daerah kewanitaan Moniq pun tak tertutup kecuali cd yang masih setia melekat. Satu-satunya kain yang memisahkan Toyib dengan ‘surga dunia’ yang ada di tengah-tengah selangkangan Moniq yang putih mulus itu. Tak sabar ingin melihat ‘hadiah’nya, Toyib langsung menggunting pinggir kanan dan kiri cd Moniq. Bagian tengah cdnya kini sudah terputus sehingga Toyib mudah melipat ke bawah.
“waahh…”, pandangan mata Toyib semakin berapi-api, nafasnya semakin memburu melihat lembah kenikmatan milik Moniq. Tak pernah terbayang di pikiran Toyib bisa melihat vagina seindah ini. Bentuk alat kelamin yang begitu indah, bibir vagina Moniq terlihat begitu rapat, kulit di sekitarnya pun berwarna putih mulus, warna belahan bibir vaginanya seperti warna merah muda, dan sama sekali tak ada bulu yang menghiasi kelaminnya, benar-benar bersih dan sangat mulus. Belum lagi, semerbak aroma harum yang tercium oleh Toyib. Toyib tersenyum penuh arti memandangi tengah-tengah selangkangan Moniq. Toyib tersenyum karena vagina Moniq yang menggiurkan dan sangat menggugah selera itu hanya untuk dirinya seorang. Tak akan ada orang lain yang bisa mengganggunya untuk mendapatkan kenikmatan sebanyak-banyaknya bahkan si pemilik vagina pun tak bisa mengganggu Toyib karena sudah terikat kuat ke ranjang.
Toyib langsung membenamkan wajahnya ke selangkangan Moniq, menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup aroma harum dari vagina Moniq sebanyak-banyaknya. Tubuh Moniq langsung gemetar saat lidah Toyib mulai melakukan kontak fisik.
“mmffhh…”, hanya itu yang keluar dari mulut Moniq seiring tubuhnya yang berkedut-kedut. Toyib asik menyapu belahan bibir vagina Moniq dari bawah ke atas lalu kembali ke bawah dan seterusnya. Tonjolan sensitif Moniq pun disentil-sentil Toyib dengan lidahnya membuat Moniq semakin menggeliat-geliat. Lidah Toyib begitu lincah menari-nari di daerah kewanitaan Moniq. Toyib pun mencicipi sedikit cairan yang meleleh keluar dari celah sempit milik Moniq itu.
“ayo neng…keluarin lagi dong…enak banget…”, komentar Toyib sebelum mulai menyerbu vagina Moniq dengan lebih ganas. Moniq hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tubuhnya berkedut-kedut merasakan kenikmatan yang luar biasa yang berasal dari vaginanya. Toyib semakin buas menggerogoti vagina Moniq, melahap vagina indah itu bagai tak ada hari esok. Tanpa diketahui Toyib, Moniq sebenarnya sangat menikmati ketidak-berdayaannya untuk melindungi daerah yang paling intim dari tubuhnya. Moniq sangat suka jika merasa tak berdaya di hadapan pria, Moniq akan mematuhi semua perintah pria yang menjadi teman sexnya meski kadang membuatnya tersiksa. Tapi, semakin tersiksa, Moniq akan semakin bergairah. Tubuh Moniq menegang, perutnya sedikit terangkat ke atas, Toyib langsung memasang mulutnya.
“ssrrppphh..ssllrrrppp…”. Sekejap saja, cairan vagina Moniq langsung habis. Toyib membuka bibir vagina Moniq dengan kedua jari telunjuknya dan langsung menggali bagian dalam vagina Moniq dengan lidahnya.
Mengais-ngais dan menyedot sisa-sisa cairan yang tersisa di sela-sela bibir vagina Moniq. Memang, sudah sewajarnya Toyib begitu rakus menguras vagina Moniq karena rasa vagina Moniq sangat gurih dan ada sedikit rasa manis bahkan Toyib sedang berusaha ‘menimba’ vagina Moniq lagi. Sesekali Toyib menjilati dan menciumi selangkangan Moniq yang begitu harum.
“hei ! senangnya dalam hati, aku beristri dua, serasa dunia, ana yang funya !!”, Toyib pun terpaksa bangun dan mencari hpnya setelah mendengar ringtonenya.
“siape sih ah..ganggu orang aje..gak tau ape..lagi enak-enaknye makan memek…”, Toyib ngedumel.
“sialan tuh Jali..lagi enak-enaknye disuruh ke sono lagi..”. Toyib pun keluar kamar, tak lama kemudian Toyib kembali. Sambil tersenyum, Toyib meremas kencang biskuit yang dipegangnya.
“neng Moniq…Abang pergi bentar yaa..”, ujar Toyib sambil menabur remah-remah biskuit ke selangkangan Moniq yang sudah basah kuyup oleh air liur Toyib.
“ati-ati neng..disini banyak tikus ama semut…hehe..”. Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Toyib keluar kamar. Moniq tak bisa berbuat apa-apa untuk membersihkan vaginanya yang penuh dengan remah-remah biskuit karena kedua kaki dan tangannya masih terikat ke ranjang. Moniq dag dig dug sekali, dia berharap Toyib segera pulang sebelum tikus, semut, kecoa, atau hewan-hewan kecil lain ‘menyatroni’ dan masuk ke dalam vaginanya. Tapi, tetap saja Moniq merasa ‘panas’ apalagi saat memikirkan kalau dia sama sekali tak mampu melindungi daerah paling intim dari tubuhnya bahkan dari hewan kecil sekalipun. Rasa pegal terasa di mulut, kaki, dan tangan gadis mungil itu.
“cklek…”. Rasa lega dirasakan Moniq saat Toyib masuk ke kamar.
“alo neng Moniq…gimana ? memeknya gak apa-apa kan ? hehe..”. Toyib mendekati dan melihat daerah segitiga Moniq yang masih penuh dengan remah-remah biskuit.
“wah masih ada biskuitnya ya, neng ? kalo gitu Abang aja yang makan…hehe”, Toyib langsung mengambil posisi untuk ‘menyantap’ alat kelamin Moniq lagi.
“wah enak juga biskuit rasa memek yee hahahaha !!!”.
“mmffhh mfh..”.
“neng Moniq mau ngomong sesuatu ?”.
“umm..”, Moniq mengangguk.
“tapi neng Moniq jangan teriak ya..”. Moniq pun kembali mengangguk. Dengan hati-hati, Toyib mengeluarkan kain dari mulut Moniq dan menyiapkan tangannya yang lain untuk membekap mulut Moniq seandainya dia teriak.
“lepasin donk, Pak Toyib..Moniq pegel nih…”. Toyib terkejut mendengar perkataan Moniq. Nada suaranya sama sekali tak menunjukkan kalau dia marah atau ingin teriak, seolah biasa saja, tak terjadi apa-apa.
“tapi, neng Moniq gak bakal macem-macem kan ?”.
“nggak, Pak..”. Toyib melepaskan ikatan di tangan dan kaki Moniq. Moniq hanya duduk sambil mengelus-elus kedua pergelangan kakinya yang ada bekas ikatan tali.
“neng Moniq nggak marah ?”.
“nggak, Pak…”, jawab Moniq sambil tersenyum lebar.
“Moniq cuma pegel…”, jawaban Moniq semakin membingungkan Toyib. Moniq duduk di tepi ranjang.
“Moniq suka kok kayak tadi…”, Toyib sangat terkejut mendengar jawaban Moniq.
Toyib tak menyangka Moniq akan mengeluarkan jawaban yang membuatnya serasa di dalam mimpi. Toyib memang memiliki perilaku sex yang agak menyimpang, dia suka sekali memperlakukan wanita dengan kasar sebelum mulai bersenggama. Toyib sudah menikah 2x, dua mantan istrinya tak ada yang tahan dengan prilaku sexnya. Tak heran kalau Toyib merasa bermimpi. Kini, di hadapannya ada seorang gadis muda yang cantik dan bilang kalau dia juga suka bermain ‘kasar’.
“yang bener, neng ?”.
“bener, Pak…”.
“kalo gitu…”. Toyib langsung menyelinapkan tangannya ke bawah selangkangan Moniq.
“berarti memek ni punya siapa ?”, Toyib mengobel-obel vagina Moniq.
“mmm..punyaa..hh..Pak..Toyibhh…”.
“gak ada Pak Toyib..adanya Bang Toyib..panggil gue Bang Toyib !!”.
“ii..yaa, Bangg..eemmmhh..”.
“sekali lagi gue tanya. ni memek punya siape ?!”.
“punya Bang Toyib…oouummhhh..”.
“bagus bagus…”.
“ooouuhhh…oohh oohh uuuhh…”, Toyib semakin cepat mengorek-ngorek vagina Moniq.
“enak yaa dikobel ? hahaha !!”, ledek Toyib.
“enaaakk Baangghhh…ooohhhh !!”. Moniq pun memegang kencang tangan Toyib, menekan vaginanya ke bawah.
“OOOUUHHHHH !!!”, lenguh Moniq mendapatkan orgasmenya.
“bagus ya lo bikin tangan gue basah..ayo jilatin !!”.
“iya, Bang…”.
Moniq menjilati punggung tangan, telapak tangan, dan sela-sela jari tangan kiri Toyib lalu 5 jari Toyib pun dikulum dengan sangat telaten oleh Moniq. Toyib mengajak Moniq berdiri. Dipeluknya tubuh Moniq yang mungil namun sangat padat berisi itu.
“pokk !! pokk !!”, Toyib menampari dan meremasi kedua bongkahan pantat Moniq yang kenyal. Memang, Moniq sedikit merintih kesakitan, tapi ekspresi mukanya menunjukkan kalau dia senang bahkan kelihatan sangat bergairah dan begitu ‘ingin’.
“ayo sekarang lo jongkok !!”. Moniq langsung jongkok.
“sekarang bukain celana gue !!”. Dengan hati-hati, Moniq menelanjangi bagian bawah Toyib. Moniq mengusap-usap tonjolan yang ada di kolor Toyib lalu menciumi tonjolan itu, benar-benar seperti cewek nakal.
“lo demen ama kontol gue ye ? hahaha”.
“iyaa, Bang…”. Lidah Moniq menjalar di sekitar tonjolan itu. Bagai orang yang mempunyai 2 kepribadian, Moniq benar-benar seperti orang yang sangat berbeda. Yang tadinya kelihatan imut dan polos, sekarang kelihatan seperti cewek murahan yang begitu menyukai apa yang ada di dalam kolor bau apek itu, sebuah benda yang paling utama dalam hubungan seksual yang bisa mengantarkan ke puncak kenikmatan. Moniq tak sabar, dia langsung melorotkan kolor Toyib. Spontan, ‘senjata’ Toyib langsung menyembul keluar. Sambil terus menarik celana Toyib ke bawah, mata Moniq tak bisa lepas dari benda tumpul yang ada di selangkangan Toyib. Bukannya kenapa-kenapa, Moniq sudah lumayan banyak melihat kejantanan pria-pria, mungkin sudah sekitar 6x dia melihat ‘ular’ yang berbeda, tapi dia tak pernah melihat yang seperti ini. Leher penis seorang pria memang agak timbul dari batangnya, tapi mungkin hanya beberapa milimeter saja atau paling maksimal 1/2 cm dari batangnya. Sedangkan topi penis Toyib lebih timbul, mungkin 1,5 cm dari batangnya, sehingga terlihat seperti King Cobra yang akan menangkap mangsanya.
“kenapa ?? kaget ngeliat kontol gue ??”.
“…”. Moniq hanya bisa diam, kedua matanya tak bisa beralih dari batang aneh itu.
“jawab !!”.
“i..iya, Bang…”.
“biar gak kaget..lo jilatin kontol gue biar tau rasanya..”.
“iyaa, Bang…”.
Moniq mulai menggenggam penis Toyib dan mengocoknya perlahan.
“cupp cupp cupp…”. Moniq mencumbui helm merah muda Toyib dengan lembutnya. Bau apek memang menyengat sekali di hidung Moniq, tapi gadis mungil itu kelihatan begitu terbius, begitu asik mencumbui sekujur batang kejantanan Toyib dan tak ketinggalan buah pelirnya juga.
“aammhh…mmhhh..emmm…cllpphh…”. Moniq ‘menelan’ kedua telur puyuh Toyib bergantian.
“uuhhh…”, eluh Toyib keenakan. Sudah lama, ‘perkakas’nya itu tidak mendapat perhatian dari seorang wanita sebegitu intensnya. Moniq tak segan-segan menciumi dan menjilati bagian pangkal dari ‘tonggak’ milik Toyib.
Moniq sudah mulai berkaraoke. Pipinya kembang kempis seiring keluar masuknya penis Toyib.
“slebbh slbbhh…”.
“oohhhh uuuhh maantaabbhh !!!”. Nikmatnya sungguh tiada tara, Moniq benar-benar tahu cara menggunakan lidahnya. Toyib terus mengeluh-eluh keenakan, apalagi Moniq menggunakan tangannya untuk ‘mengurus’ buah pelir Toyib. Toyib menarik kepala Moniq menjauh dari selangkangannya.
“lo udah biasa nyepongin orang ?”.
“iyaa, Bang…”.
“wahaha !! gak nyangka, muka polos tapi udah biasa nyepong..bagus bagus…sekarang buka mulut lo !”. Moniq membuka mulutnya selebar mungkin. Toyib menggerakkan kepala penisnya mengitari mulut Moniq 3x putaran sebelum memukul-mukulkan batangnya ke kedua pipi Moniq seolah-olah sedang menampari Moniq dengan ‘pentungan’nya. Toyib memegangi kepala Moniq dan mengarahkan juniornya ke mulut Moniq.
“jlbbhh !!”. Toyib langsung menusukkan penisnya masuk ke dalam mulut Moniq.
“heegghhh !!”, mata Moniq terbelalak, dia kelojotan menerima penis Toyib yang masuk dengan tiba-tiba dan sangat dalam.
“ohog ohog”.
Air mata terlihat keluar dari sela-sela kedua mata Moniq.
“ohok ohok ohok !!!”, Moniq terbatuk-batuk ketika Toyib sudah mengeluarkan penisnya.
Penis Toyib yang menyentuh sampai ke pangkal kerongkongannya membuat Moniq jadi mual, ingin muntah. Moniq menyeka air matanya dan tersenyum sambil memandang wajah Toyib, setelah itu Moniq mengelus-eluskan penis Toyib ke pipinya sendiri seperti orang yang sedang bermanja-manja dengan hewan peliharaan kesayangannya. Dalam hati, Toyib merasa senang bukan kepalang. Inilah wanita yang dicari-carinya selama hidupnya. Begitu cantik, imut, mungil, dan montok. Dan paling penting bagi Toyib adalah sifat Moniq yang begitu penurut, menerima semua perlakuannya dengan senang hati. Moniq membuka mulutnya lagi.
“mau lagi ?”. Moniq mengangguk. Seakan luluh dengan sikap penurut Moniq, Toyib mendorong penisnya dengan perlahan, tak ingin menyakiti Moniq.
“oohhh angeetthhh !!!”. Batang kejantanan Toyib telah ditelan seluruhnya oleh Moniq.
Mulut Moniq mengatup di penis Toyib dengan begitu rapat, tak mau membiarkan penis itu keluar. Lidah Moniq pun membelai manja tugu milik Toyib.
“uaahhh…”, Moniq bisa bernafas lega, penis Toyib telah keluar dari mulutnya. Moniq menjulurkan lidahnya, mengulik lubang kencing Toyib. Toyib merinding hebat, rasa geli, sedikit ngilu bercampur dengan rasa nikmat dirasakan Toyib di pucuk alat reproduksinya. Toyib pun terpaksa menjauhkan organnya itu dari lidah Moniq yang benar-benar ‘berbahaya’. Berbahaya karena hampir membuat Toyib orgasme. Toyib pun langsung menggendong Moniq, dan menghempaskan tubuh putih mulusnya ke ranjang. Benar-benar menggiurkan melihat Moniq terkulai pasrah di atas ranjang. Tubuhnya yang mungil namun montok seakan-akan mengundang Toyib untuk mendekat. Pria tua itu langsung menerkam tubuh putih mulus itu. Dicumbuinya jengkal demi jengkal tubuh Moniq dengan penuh nafsu. Sementara si gadis mudanya pun begitu menikmati cumbuan dan cupangan Toyib yang penuh gairah. Saatnya merengkuh kenikmatan dari tubuh indah ini, pikir Toyib. Toyib mulai mendobrak masuk ke dalam pintu surga dunia milik Moniq dengan tongkatnya.
“hhnnmmhhhh…eeennnhhh…”, Moniq meresapi senti demi senti benda asing yang masuk ke dalam tubuhnya melalui vaginanya. Sensasinya lain, kepala penis Toyib bagai payung di dalam rahim Moniq. Semakin dalam dan semakin dalam ‘jamur’ Toyib memasuki liang senggama Moniq.
“eegghhh oohhh !!”, Toyib mengerang keenakan, penetrasi terhadap alat kelamin Moniq begitu nikmat. Sempit dan peretnya liang kewanitaan Moniq sangat memberikan sensasi luar biasa pada Toyib.
Semakin panjang rudal Toyib yang menyesaki liang vagina Moniq. Terasa sangat terjepit, seperti ditarik dan dihisap masuk semakin dalam. Akhirnya, tombak Toyib sepenuhnya mengisi rongga vagina Moniq. Moniq masih membiasakan diri dengan benda besar nan tumpul yang membuat liang vaginanya terasa penuh sesak, apalagi terasa ada yang mengganjal di ujung rahimnya, sama sekali tak pernah dirasakan olehnya. Toyib langsung memagut bibir Moniq yang merah merekah.
“hheemmm…cpphhh…mmmm…”, gumam keduanya. Bibir Toyib melekat begitu erat dengan bibir Moniq. Keduanya saling pagut, saling lumat, dan saling membelitkan lidah. Bibir tipis Moniq habis dihisap, dikulum, dan disedot oleh Toyib. Pinggul Toyib mulai bergerak naik turun.
“uummm…”. Alat kelamin Toyib terasa seperti pompa gabus bagi Moniq karena kepala penis Toyib benar-benar menghalangi celah-celah di dalam liang vagina Moniq seperti tutup botol gabus.
“gimana, enak ??”, ejek Toyib sambil terus menggenjot dengan perlahan untuk memancing gairah Moniq agar semakin tinggi.
“enaak bangeed, Bangh…”, lirih Moniq. Moniq sama sekali belum pernah merasakan sensasi ini. Alat kelaminnya tak pernah terasa begitu ‘tersumbat’ seperti sekarang, gesekannya terasa lebih ‘memabukkan’, kejutan listrik terus menerus mengalir.
“oouuhh yeeehhhh aahhh hhuuuhhh…”, desahan Moniq diiringi nafas Toyib yang menderu-deru.
Hujaman tombak Toyib semakin cepat bagai piston motor yang dipacu semakin cepat, membuat Moniq semakin tak bisa mengendalikan dirinya. Sungguh nikmat yang tiada duanya, Moniq sampai lupa sedang ada dimana, siapa yang sedang menggumulinya, bahkan Moniq hampir lupa siapa namanya. Rasa nikmat itu benar-benar menguasai pikiran Moniq, membuatnya serasa seperti melayang-layang di udara. Toyib mencabut batangnya keluar, wajah Moniq menunjukkan wajah ‘tanggung’ dan meminta untuk ditojos lagi.
“jleebbhh !!!”.
“HEEGGGHHH !!!”, mata Moniq terbelalak, vaginanya terasa ngilu luar biasa.
Toyib tersenyum melihat ekspresi Moniq yang terkejut sekaligus merasakan ngilu, pria tua itu semakin merasa berkuasa atas tubuh gadis imut yang sedang ‘dikait’nya. Berkali-kali Toyib melakukan ‘tusukan maut’nya, berkali-kali juga mata Moniq terbelalak dan tubuhnya tersentak kencang ke atas. Kedua alat kelamin itu sama-sama saling mengunci posisi masing-masing sambil terus bergesakkan.
“ooohh oohhh terusshh Baangghh eemmhhh ooouuhhh !!”.
“POKKHHH !!”.
“AWWHHH !!!”. Tamparan kencang mendarat di payudara Moniq. Tubuh Moniq terkejut, tapi wajah Moniq menunjukkan ekspresi nakal. Persetubuhan antara Moniq dan Toyib yang dibumbui unsur penyiksaan terus berlangsung. Pria tua itu bagai menemukan belahan jiwanya. Gadis muda yang sedang digumulinya sangat pasrah, malah semakin hot dan semakin bergairah jika semakin disiksa. Bekas-bekas cupangan bertambah di leher dan payudara Moniq. Payudara Moniq kini agak memerah karena terus ditaboki oleh Toyib. Wajah Moniq pun basah kuyup oleh air liur Toyib. Desahan dan nafas keduanya saling balap-balapan. Keringat bercucuran dari tubuh 2 insan yang sangat bertolak belakang. Sang gadis muda terlihat begitu menikmati disetubuhi sang pria tua. Sang pria tua pun begitu bersemangat menggeluti tubuh montok sang gadis muda. Moniq dan Toyib sama-sama sedang tenggelam dalam lautan kenikmatan. Keduanya merasa seperti di surga, sama-sama tak ingin kenikmatan yang mereka rasakan berakhir. Tubuh keduanya bersatu dengan alat kelamin mereka sebagai penghubung. Moniq dan Toyib bergerak selaras, irama gerakan mereka berdua begitu harmonis dan serasi, seperti sudah terjalin komunikasi batin yang sangat kuat di antara mereka. Desahan Moniq tak terdengar lagi, Moniq sudah terlalu lemas. Dia sama sekali tak tau sudah berapa kali Toyib membuatnya orgasme. Semua karena bentuk tongkat Toyib yang tak biasa, memberikan kenikmatan yang juga tak seperti biasanya.
“AAGGHHH HEENNN OOKKHHH !!!”, kenikmatan yang dirasakan Toyib sudah mencapai puncaknya.
Alat reproduksi Toyib sedang mengisi rahim Moniq dengan berjuta-juta sperma. Kepuasan dan rasa bangga yang tiada tara bagi Toyib, bisa menyirami rahim gadis secantik Moniq dengan benih-benihnya. Moniq mengatur ritme nafasnya, perutnya kembang kempis karena bernafas dengan cepat. Senyuman tulus menghiasi wajah Moniq. Toyib juga tersenyum, tapi Toyib heran. Sudah dikasari dan diperkosa, tapi malah tersenyum seperti menandakan kalau dia merasa senang. Toyib pun tidur di samping dan memeluk Moniq. Keduanya tidur kelelahan, si Toyib kelelahan setelah puas melampiaskan nafsu setannya kepada Moniq dan menumpahkan semua maninya ke dalam rahim Moniq, sedangkan Moniq kelelahan akibat orgasme yang terus menerus sampai vaginanya terasa ‘pegal’, tapi sekarang rahimnya terasa hangat dan nyaman karena genangan sperma Toyib.
“mm..nyymm…”, mata Moniq terbuka sendiri. Dia melihat keadaan sekitar, tak ada siapapun. Hanya dia sendiri yang ada di atas ranjang yang awut-awutan itu.
“duuuhh…”, Moniq terasa ngilu di V-zone miliknya saat turun dari ranjang.
“gara-gara Bang Toyib nih…”, ujar Moniq bicara sendiri sambil tersenyum. Dia pun berjalan keluar kamar dengan sedikit mengangkang. Tak pernah rasanya sengilu ini bahkan sampai tak bisa merapatkan kedua pahanya, tapi Moniq merasa begitu senang. Sampai sekarang, Moniq baru merasakan apa arti dari hujaman dan hantaman dari sebuah batang kejantanan pria. Moniq makan makanan yang ada di meja makan, sepertinya telah disediakan Toyib dari pagi.
Sambil terus makan, Moniq mengenang momen-momen tadi malam. Memori yang tak bisa dilupakan oleh Moniq, dia tak pernah merasa begitu dikuasai, begitu tak berdaya, seakan Toyib memang sudah mempunyai hak penuh atas dirinya. Perlakuan kasar Toyib malah menjadi daya tarik sendiri di mata Moniq. Begitu jantan dan begitu perkasa, membuat Moniq mesem-mesem sendiri. Namanya juga Moniq, semakin dikasari malah semakin bergairah. Ketiga teman akrabnya pun sampai keheranan, mengapa Moniq begitu suka dikasari saat berhubungan intim. Padahal sifatnya manja, biasanya orang dengan sifat manja, tidak mau kalah, tapi Moniq malah mau membiarkan orang ‘menang’ atas dirinya.
“oh iyaa, aku telpon aja Bang Toyib…bego banget sih…”. Moniq men-dial nomer Toyib di hpnya.
“halo, Bang Toyib ?”.
“ada apa, neng ?”.
“Bang Toyib lagi di mana ?”.
“lagi di tempatnya Pak Jali, neng…”.
“oh..pulangnya jam berapa ?”.
“jam 3an kali, neng..emang kenapa, neng ?”.
“oh..kalo gitu Moniq tunggu yaa..Moniq mau ngomong tentang tadi malem..”.
“i..iyaa, neng…”. Jam dinding pun menunjukkan pukul 3, Moniq sudah mandi, tubuhnya sudah bersih dan wangi kembali. V-zonenya pun terlihat indah lagi, tapi tetap saja ada bekas-bekas cupangan di sekujur tubuh Moniq, terutama di payudaranya.
Toyib masuk ke dalam rumah, begitu terkejut saat melihat Moniq. Bagaimana tidak terkejut, Moniq sama sekali tak mengenakan apapun, hanya kalung yang mengekang lehernya dan tali yang menjuntai ke lantai. Toyib pun tau kalau yang dikenakan Moniq adalah kalung anjing yang biasa digunakan untuk mengekang anjing.
“neng ?! neng Moniq ?!”. Moniq tersenyum dan berjalan mendekati Toyib.
“Bang Toyib udah Moniq tunggu dari tadi…”.
“neng Moniq kenapa begini ?”.
“bukannya Bang Toyib suka kalau Moniq kayak gini ?”.
“tapi kenapa neng..?”.
“pokoknya Moniq akan nurutin Bang Toyib…”. Moniq menyerahkan tali kekangnya kepada Toyib. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi, apakah nyata atau tidak, Toyib menerima tali kekang Moniq dengan ragu-ragu.
Moniq pun turun dan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya.
“bener nih ?”. Moniq mendongak ke atas, tersenyum sambil mengangguk.
“oke kalo gitu…”. Toyib menarik tali kekang Moniq lalu duduk di bangku. Moniq duduk di bawah, pantatnya menempel di lantai.
“hmm..mulai sekarang gue bakal manggil lo Momon…kayak nama sapinya Pak Jali…hahaha..lo gak keberatan kan ?”. Moniq pun menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum manis.
“bagus bagus hahaha !!”, Toyib mengelus-elus kepala Moniq.
“ayo Mon, sekarang bukain sepatu Abang…”. Moniq pun melepaskan sepatu boot Toyib. Kedua kaki Toyib sangat bau amis, tapi Moniq sama sekali tak terlihat jijik.
“kayaknya kaki Abang kotor…ayo dibersihin, Mon…pake lidah..hehe..”. Moniq benar-benar menjilati kedua kaki Toyib. Telapak dan punggung kaki serta sela-sela jari-jari kaki Toyib dijilati Moniq berkali-kali. Moniq pun mengemuti kesepuluh jari kaki Toyib hingga berlumuran air liur.
“bagus..bagus..sekarang sebagai hadiahnya..”. Toyib berjalan ke depan kamarnya.
“ayo sini Mon…”, Toyib memanggil Moniq seperti memanggil hewan peliharaannya.
“mooo !!”, jawab Moniq lalu merangkak ke kamar Toyib. Hari-hari Moniq pasti akan lebih ‘sibuk’ setelah kejadian ini dan tentu semuanya akan diabadikan lewat handycam Moniq.
BERSAMBUNG!
****************
closing story nie critannya
bytheway anyway busway top markotob mbak dina, two thumbs upppp
Re: tetap jalan kok, cuma yang puasa ya diimbau supaya jangan masuk sini dulu biar ga batal
Berarti tinggal 1 cerita lg yah mbak dina? Tinggal cerita si riri.
hmm..bos shu mungkin mau stay low dulu kalii yaa?
Re: liat2 keadaan lah sis
@liong
tengkyu liong
i appreciate it hhe
@gagal pertamax
awas nabrak??? hihi
@squall
thanks yaa, tenang udah ak kirim kok semua k bos shu
lagian tinggal cuma 1 lagi ini
@m
iyaa, itu dari koleksi temen ak
wahh, tapi maaf, slavenya kurang greget kayaknya hihi
@savend
iyaa tinggal 1 lagi, semuanya terserah bos shu hihi
tunggu aja bos shu kapan publisnya
@m
waa 2 kali komen
ngefans banget kayaknya hhi
to ALL
HAPPY RAMADHAN 1431 H
tolong dimaafin yaa kalo ak punya salah
Salam KBB
Re: shusaku juga mengucapkan selamat berpuasa bagi yang merayakan, tanggung jawb di tangan masing2, kalau tau lagi puasa ya jangan masuk sini, ok
di awal cerita, si moniq yg sifat ny imut bgt bwt suasana cerita jd lain… I love it !!! Tipe w bgt nih si moniq…. Hohohoho
Sis dina emg yahuuud….
Triple thumb for sis dina….^-^bbb
Re: ngilernya ditatakin supaya jangan basah kemana2 hehehhe
What a great view of the stories…
Ijinkan hamba belajar lebih banyak lagi…
Re: emang miss dina ini cocok unk berguru menulis cerita hehhee
Ini cerita mengingatkan ane ama cerita lama mengenai peternakan tantenya (kalo gak salah karya dina_nakal juga deh). Kirain ada beastilitynya, ternyata si moniqnya wkwkwkwk… Bisa-bisa aja bikin ceritanya… Lanjutannya kapan nih? Ane penasaran, masa cuman 1 celup doank wkwkwkwkwk…
Re: dina nakal = rsska
Re: wah aliran hardcore nih
tengkiu monster, kalau ngiler yaa di-lap dulu donk
ntar banjir lhooo hhe
sebenernya Moniq hampir ngikutin Beautifully Stupid Doll-nya sis Yo
tapi ak ubah jadi agak “advanced” dikit hhi
tengkiuu banget yaa dipuji sekali lagi jadi nggak enak hhe
suka sama cewek imut n’ agak lola yaa? hhi
Re: wah sis dina juga suka ambil referensi dari cerita lain ya, sama dong gw juga hhehehhe
@arya
wah menggunggah selera kayak makanan aja hhi
makasih yaa arya udah dibaca
yang satu lagi sudah sampai di tangan bos Shu pokoknya
Re: iy tinggal tunggu aja tanggal mainnya
@rainmaker
kok dipanggil mistress? panggil nona aja (bukannya sama yaa -_-”) hhi
sebenernya ak cuma nonton Jika Aku Menjadi hhe
ak ubah aja ceritanya
tengkiu banget yaa komennya
belajar apa nih? biayanya mahal lhoo hhi :p
ak jg msh tahap belajar kok makanya ak sering baca karya Dr. H, PBinal, Sis Yo, Ninja Gaijin, sis Diny, Harry Potter, Joeanchoexs, naga langit, vein, diankanon, bos Shu, raito yagami
ak ambil semua gaya khasnya terus ak coba gabungin jadi satu (kedengerannya curang yaa?) ^_^”
@fani
tengkiu yaa sis fani (maaf kalau salah), kelanjutannya nggak ada tapi cerita tentang temennya ada hhe
@Evil_Clown
hmm begitu yaa? yaa kan biar beda-beda gituu hhe
soalnya menurut ak
perpaduan antara lugu n’ suka BDSM yang 180 derajat bisa menambah daya imajinasi hhe
kalau Lina kan agak bitchy gitu hhe
tengkiu sangadh udah dibilang karya terbaik yang udah pernah dibaca
ak bener” seneng hhe
btw, bro evil_clown masih temenan ama Joker nggak? kan hampir mirip tuh hhi
@vengxi
Mr. Vengxi sih jarang ngeliat tulisanku
rskaa (Riska) yaa dina_nakal
itu kan nama samaran di DS aja, abisnya di DS banyak cowok tak menyenangkan huft -_-
pindah room? repot ah kalau pindah room mesti nyewa orang buat mindahin barang-barang hhe
itu kan duluu sekarang dikit hhi (tersipu malu)
iyaa dong biar beda hhe
1 celup? seperti teh celup yaa? hhi
lanjutannya mungkin ada yang bersedia buat lanjutannya
soalnya ak kalau udah selesai satu cerita langsung buat cerita baru dengan tema baru (kecuali cerita berseri)
@Evil_Clown, kangen eliza
hmm mungkin yang lain ada yang mau melanjutkan
soalnya ak lagi buat cerita lain lagi takutnya ceritanya jadi ngaco ntar hehe
siapa aja boleh lanjutin cerita seri challenge ini, Lina, Intan, Moniq, atau Riri (buat yang belum pernah buat cerita kan bisa buat latihan sebelum buat yang tulisan hebat”)
pepatah mengatakan
“learn it by doing it” ^_^
Re: betul itu pepatahnya, btw sis ga main di fb? biar lebih gampang diskusi sis, ayo masuk yo
gw lbih suka yg 1 on 1 drpada gangbang
keep the good work sis
ps: buat semua, hati2 sama nawala project
Diliat dari komen, ampir semuanya minta dilanjutin loh. Soalnya emang bener-bener sangat bagus sekale. Ampe bikin penasaran nih. Mirip ama cerita gadis pemuas yang berseri. Bikin kayak gitu donk din hehehe… Pokoke ane tunggu (maksa) wkwkwkwkwk…
Re: maksudnya selesai unk eps ini, gitu loh
Koq mau Udahan sih sist? Ceritanya nanggung abiisss…
Naughty nya berasa…
setelah ngak bisa masuk kemaren…
untung sekarang bisa….
ceritanya bagus sis din, lanjut lagi dung.. ijin ah, di kupas
eeh.., di co pas…. ^_^
Re: akhirnya berhasil juga cara dari gw ya sis, emang tuh gara2 pemerintah rese (terutama yg di depkominfo, tempat yg harusnya di bom)
Re: masa? apa yg kurang emang bro?
mkasih bos shuuuuuuu… ^_^
Re: saya yang makasih sis, karena tanpa sis yo, kbb rasanya ada yang kurang, kaya sup tanpa garam gitu loh, setubuh…eh setuju ga semua?
iaa bos shu, terutama dari cerita RYT hhe
kalau fb ada sih bos shu, cuma akun fb ak dipakai bersama ama pacar (dipaksa ngasih password fb Y_Y)
ntar kalau udah ak ganti, ak langsung add deh bos shu
@soldier88
iyaaa
sama..makin kesini ak juga makin suka 1 in 1 hhi
gara-gara makin sering baca cerita-cerita pengarang lain hhe
@vengxi
mungkin maksud bos shu, bersambung untuk karakter lain hhe
hmm kayak gadis pemuas? waah itu kan aliran saya dulu hhi
susah kembali ke aliran itu hhe
maksa niih? nggak takut :p
maaf nih om vengxi, ak suka bosen kalau ngelanjutin yang udah ak selesain hhe
mungkin yang lain mau lanjutin
@m
wah kalau itu ak nggak tau deh hhe
maap yaa
@Hyper
iyaa hehe maap yaa
abisnya mau buat karakter baru hhe
@sis Yo
emang kenapa sis Yo nggak bisa masuk?
jangan dikupas dong sis Yo, ntar jadi tipis donk? hhi
sis Yo, mana nih Febynya? udah ditunggu-tunggu nih
@CrazyBear
hmm..tapi pada suka yang ini dibandingin yang kedua?
kurang dimananya CrazyBear?
aku rencana mo nyelesaiin office ama sd dulu ^_^
btw pantes aja bang toyib betah d prantauan eh tauny udah dpt bini baru yg lbih bening, y nasib bini tua si abang akhrny cm bs berdendang : “bang toyib… bang toyib… abang kok ngga pulang, pulang??”
Genre-nya sedikit beda ama yang sebelumnya, good lah.
Tapi kalau kayak gini cerita pertama (Lina) jadi keliatan garing, ya?
Kayaknya agak sedikit nanggung deh, endingnya…
Atau memang bersambung kah?
sambil nari perut (canda canda)
*sis dinamel
lupa ding kemaren-kemaren tuch diblok T_T
untung mendapat Pertolongan dari bos shu… hi hi
btw saya juga punya blog tp susah dapat pengunjung, seandainya bisa seperti blognya mister shu…(ngarep)
tp two thumbs d buat mr Shusaku, bisa buat org balik lagi…..saya aja dah berkali2….hebat dah mr….Jadi pengen minta tips2 ato klo boleh mw join deh ma bos Shu…^^…
Bagus dah….^^….
ok de…keep blogging MR Shusaku…..^^…
hayo dilanjut lg moniq main sm abang2 di kandang mbek n kandang sapinya, trus main sm pak jali jg hehehehe.., klo dibikin si moniq rada nakal n menggoda abang2 itu pasti tambah seru nih…
asal jngan disuruh main sm sapi ya boss, kasian…hehehehe
padahal udah lebih setaun ngikutin kisahbb..
ceritanya menggairahkan sekali..tipe cew yg gini fav ane nih..lanjutannya cepetan dong
Teman2 gang nya yg cewk2 maniak itu dateng, orgy disana, pokoknya bikin suatu yg beda aj…
Waahh.. Khayalan disaat buka puasa niih…
Hajar terruuss…..
yang sama nelayan udahh,,sama petani udahh,, ama
peternak udahh..
besok sekuel barunya ama siapa yaaa??
jadi penasaran..
jgn lama-lama yaahhh..
thx
bytheway anyway busway top markotob mbak dina, two thumbs upppp
hahahahhahaha
tapi adegan sexnya kayaknya kurang banyak nih..
wkt para peternaknya blg “susu moniq yg diperah”, kenapa gak direalisasikan aja?
misalnya pas ke kandang sapi lagi esoknya.. bisa digangbang dengan adegan pembuka susunya moniq yg dikasi mentega trus diperah2 gitu.. dan bla bla bla.. dan bla bla bla..
soalnya wkt awal baca pikiran gw dah kemana2.. tp nyatanya cuman ama si abang itu doank.. jd agak kecewe dikitlah..
maap ya, hanya kritik, tp ada saran juga..
bagaimana kalau bikin lagi, dgn fantasi yg lebih liar..