Hujan rintik masih menghiasi langit malam itu.
Seolah turut mendramatisir sebuah insiden yang terjadi di sebuah kamar hotel
berbintang di ibukota ini. Beberapa pria berbadan tegap mengenakan seragam
polisi terlihat sibuk di dalam ruangan itu. Sesosok pria terbaring tanpa
nyawa-tanpa busana diatas ranjang kamar itu. Matanya melotot dan mulutnya
menganga. Seorang pria berkumis samar mendekati mayat itu.
“pria
yang beruntung...” ucap pria itu
seraya melihat mayat yang tergeletak itu. Dia menoleh ketika mendengar langkah
kaki mendekatinya. Seorang pemuda berumur 22an mendekatinya, rambut belah
samping tanpa poninya rapi menghias kepalanya.
“apa yang
kita punya disini?” tanya pria
yang baru saja masuk.
“tidak
ada tanda-tanda kekerasan atau racun tertentu, sepertinya masa sewa pria ini
memang sudah habis.. Hey!! Berapa kali kubilang jangan merokok di TKP!!”
“Ayolah
Dean, kau sendiri kan yang bilang? Pria tua ini mati karena masa sewanya di
dunia memang sudah habis... lantas apanya yang TKP??”. Sergah pemuda itu sambil meninju pundak
rekannya.
“Paling
tidak tunggu sampai tim forensik selesai” jawab Dean disusul tawa renyah sang pemuda.
Sang pemuda berjalan mendekati gagang telepon di
samping mayat tersebut, gagang telepon itu terbuka, pertanda bahwa telepon itu
baru saja digunakan. Pandangannya menyisir lampu meja berukiran bunga sakura
dengan warna krem lembut hingga akhirnya pandangannya berakhir pada sebuah
asbak berbentuk naga yang berisikan beberapa puntung rokok. Pemuda itu
mendekati asbak tersebut.
“Dean,
pinjamkan aku pinset” ujar pemuda
itu pada Dean. Tanpa banyak bicara Dean menyerahkan pinset.
Pemuda itu memutar beberapa puntung rokok dalam
asbak itu, beberapa diangkatnya lalu diperhatikan dengan seksama, satu demi satu
puntung rokok itu diperiksanya. Beberapa petugas dari tim forensik mendekati
Dean, mereka berbincang-bincang sebentar, Dean mengangguk dan petugas-petugas
itu mulai membungkus sang mayat.
“ada yang
kau temukan Rio?” tanya Dean
sambil mendekati pemuda itu. Sang pemuda itu menggeleng. “kau tahu? Melihat keadaan dan semua kemungkinan... kau benar, mungkin
aku berlebihan jika menyebut tempat ini sebagai TKP”. Kata Dean.
Rio meletakkan kembali asbak tersebut di
tempatnya, lalu berbalik ke arah Dean. “aku
harus ke kamar kecil” ujar Rio.
“gunakan
kamar mandi umum di lobby!”
sergah Dean.
Rio tetap saja bergegas masuk ke kamar mandi kamar
hotel ini, Dean bergerak untuk mencegah rekannya yang suka ceroboh ini. KLONTANG!!
Kaki Rio menabrak tempat sampah besi di dekat pintu kamar mandi, isinya
berhamburan mengotori lantai.
“Bagus!!
Sekarang kamu menyempurnakan TKP!!” teriak Dean kesal, “berapa kali
kubilang agar kamu lebih hati-hati saat berada di TKP?!!”.
Dean menghentikan omelannya ketika melihat Rio
berjongkok di dekat sampah-sampah yang keluar dari tempat sampah itu. Rio
menyingkirkan tong sampah itu dengan ujung sepatunya, dikeluarkannya pinset
dari sakunya untuk mengambil sesuatu yang tadinya terjepit di bawah tempat
sampah plastik itu.
“kau tahu
Dean...” katanya kemudian, “aku memang harus minta maaf padamu...” Rio
bangkit dan menunjukkan benda diujung pinsetnya pada Dean. “ini memang TKP...” ujarnya.