Akhirnya lama kelamaan aku mulai sadar, aku merasakan kepalaku sakit sekali karena terbentur batu, kepalaku juga berdarah, aku menyeka darahku dengan punggung tanganku. Lalu aku perlahan bangun dengan sakit yang masih terasa di kepalaku, setelah kondisi badanku sudah tenang, aku baru ingat kalau sebelum aku pingsan aku sedang dikejar-kejar segerombolan orang yang aneh. Kemudian aku melihat sekitarku tapi percuma saja karena keadaan yang gelap gulita, karena aku sama sekali tidak mengenakan apa-apa di tubuhku, dinginnya malam menusuk sampai ke tulangku. Aku bingung harus kemana karena aku hanya melihat pohon-pohon tinggi yang menghalangi pandanganku tapi aku bisa mendengar ada suara aliran air karena suasana sangat sepi sekali. Aku memutuskan untuk mencari dimana aliran air itu, jadi aku masuk ke dalam hutan yang lebat.Ternyata lumayan jauh, tapi akhirnya sampai juga. Karena aku sangat haus, aku tidak memperdulikan lagi betapa dinginnya air sungai itu, setelah beberapa teguk tenggorokanku terasa sangat segar, selain meminum air sungai aku juga mencuci dahiku yang berdarah serta wajahku. Karena tanggung aku sekalian saja membasuh tubuhku juga, tapi akibatnya, setelah selesai aku menggigil karena sangat dingin, aku sedang berpikir bagaimana caranya agar tubuhku hangat.
“mendingan gue lari di tempat aja”, pikirku. Kemudian aku mulai lari di tempat untuk menghangatkan tubuhku, setelah badanku sudah agak hangat, aku berhenti lari di tempat. Tiba-tiba aku mendengar suara dari semak-semak, aku langsung menoleh ke sumber suara itu dan melihat disana ada sekelompok serigala yang sedang mengintaiku, aku bingung harus bagaimana jadi aku langsung lari dari tempat itu, tentu saja para serigala itu langsung mengejarku ke dalam hutan. Ketika aku sudah terkejar oleh para serigala itu, aku menginjak perangkap jala dan aku langsung tertarik ke atas. Setidaknya aku selamat dari para serigala itu, dan aku bisa beristirahat sebentar.
Aku bangun ketika aku merasakan tangan dan kakiku diikat, setelah aku membuka mataku rupanya aku tangan dan kakiku diikat di kayu yang sedang digotong oleh 2 orang yang berkulit hitam. Aku merasa seperti hasil buruan yang baru ditangkap oleh mereka, aku hanya menutup mataku dengan pasrah karena aku mengira sebentar lagi aku akan dibunuh dan mungkin dimakan oleh mereka. Tak lama kemudian, tubuhku terasa berhenti bergoyang-goyang, aku membuka mataku melihat orang-orang berdiri mengelilingiku, lalu tubuhku ditaruh secara perlahan, dan ikatan di kaki dan tanganku dilepaskan. Baru aku berpikir untuk menerobos kerumunan orang-orang hitam yang mengelilingiku, tubuhku sudah diangkat oleh 2 orang yang membawaku tadi ke tiang kayu yang sangat besar dan terletak di atas tempat yang seperti panggung. Mereka mendirikanku disana dan mengikat pergelangan tangan dan kakiku lagi di tiang kayu itu, setelah mengikatku kedua orang hitam itu turun dari panggung dan masuk ke sebuah tenda berbentuk aneh yang kuduga tenda itu adalah rumah mereka.
Sementara aku seperti menjadi tontonan di atas panggung oleh orang-orang yang berdiri di depanku. Tubuhku yang putih mulus dapat terlihat jelas oleh mereka, dan karena mereka tidak memakai apa-apa aku bisa melihat penis para lelaki hitam itu mulai menegak karena melihat tubuhku, dan para wanitanya menelusuri setiap senti tubuhku, mulai dari wajah, payudara, perut, selangkangan, paha, sampai kakiku dengan mata mereka. Lalu dari sebuah tenda yang lebih besar dari tenda-tenda yang lain keluar 4 orang, 2 orang adalah orang yang tadi membawaku, 1 orang lagi badannya bungkuk dan membawa tongkat memakai baju dan celana, sedangkan 1 orang yang terakhir badannya tegap dan besar, dan memakai baju dan celana yang sepertinya terbuat dari bulu hewan. Mereka mendekat ke arahku, mereka berdiri disana menatap tubuhku dari kepala sampai kaki.
“zufubaba,,,,,gikaluno”.
“tidak, jangan bunuh aku”.
“fagira kohkulune,,,jaemkahuwaeti”.
“tidak, jangan makan aku”.
Karena aku tidak mengerti bahasa mereka, aku mengira mereka akan membunuh dan memakanku, tapi aku kaget ketika pria bungkuk itu berbicara.
“tenang saja, gadis muda. Kami tidak akan membunuhmu apalagi memakanmu”.
“kamu bisa bahasa Indonesia?”.
“ya, tapi kita bahas nanti saja”.
“zokulafa,,,homura,,,pokeramu”, kata pria bungkuk itu kepada semua orang, lalu semua orang itu pergi melakukan aktivitas yang lain, sementara 3 orang yang tadi datang bersama si pria bungkuk turun dari panggung dan masuk ke dalam tenda.
“ayo, nona, mari ikut saya ke rumah saya”.
“baik, terima kasih pak”. Lalu ikatanku dilepas dan dituntun masuk oleh pria bungkuk ke rumahnya, setelah di dalam aku disuguhi minuman dan makanannya lalu mengobrol dengannya.
“perkenalkan, nama saya Ulfsaar,, saya adalah seorang dukun di desa ini”.
“namaku Rasti, ngomong-ngomong ini dimana?”.
“ini di pulau Harla, pulau yang sangat terpencil”.
“oooh begitu, tadi yang lain pada ngomong apa sih?”.
“begini, nak Rasti dianggap dewi kesuburan dan juga dewi kekuatan”.
“kok bisa kayak gitu?”.
“iya, karena tubuh kamu yang putih mulus dan juga seksi, kepala suku jadi menganggap kamu adalah seorang dewi”.
“kepala suku, maksud pak Ulfsaar yang memakai baju tadi?”.
“ya, di desa ini yang boleh memakai baju dan celana hanya kepala suku dan juga dukun”.
“oohh begitu,,”.
“ngomong-ngomong kok kamu bisa sampai kesini?”.
“kecelakaan pesawat, untungnya aku ditolong jadinya aku bisa selamat”.
“terus, orang yang nolong kamu sekarang dimana?”.
“udah meninggal, dibunuh ama orang-orang berkulit hitam yang pake topeng”.
“pake topeng? Untung kamu bisa selamat”.
“memang kenapa?”.
“mereka adalah suku Kupo yang merupakan musuh suku kami yaitu suku Baro. Mereka adalah suku kanibal yang sudah banyak memakan anggota suku kami, jadi kami memutuskan untuk berperang dengan mereka 3 hari lagi”.
“ooohh, begitu, untung aku bisa lari, tapi kalian gak kanibal kan?”.
“gak, tenang aja kok”.
“tenang deh, ngomong-ngomong bahasa indonesia pak Ulfsaar lancar banget?”.
“saya punya teman yang tinggal di pulau Jawa”.
“ooh, gitu”.
“nona, boleh gak saya manggil nama kamu, terus pake aku-kamu?”.
“boleh kok pak, oh ya aku kan jadi dewi terus gimana?”.
“oh ya, aku hampir lupa, ayo aku antar kamu ke sungai buat mandi”.
“mandi? Emangnya mau ada apa?”.
“kepala suku ingin ngecek kamu dewi beneran atau gak”.
“caranya?”.
“kamu akan disetubuhi oleh kepala suku, kamu gak keberatan kan?”.
“gak kok, aku malah seneng, tapi kenapa gak bapak aja yang ngetes aku?”, balasku sambil menjilat pipinya.
“gak boleh, harus kepala suku yang pertama kali mencicipi tubuhmu baru aku dan semua pria dewasa di desa ini”.
“semua pria….?”.
“ya, dan rata-rata semua pria disini mempunyai penis yang ukurannya lebih dari 20 cm”.
“waw, tapi aku masih bingung gimana caranya aku dianggap dewi beneran?”.
“kepala suku akan menyetubuhimu dalam waktu 2 jam, jika dalam 2 jam kamu gak pingsan, kamu bakal dianggap dewi beneran”.
“2 jam?! Kalau gitu aku bisa bener-bener puas donk”.
“yaudah, aku cek vagina kamu dulu”, lalu dia jongkok di depan vaginaku, dia melebarkan bibir vaginaku dari 2 jari kirinya, dan memasukkan 2 jari kanannya ke dalam vaginaku dan menggali dalam-dalam di vaginaku.
“hmm,, vagina kamu sangat sempit, pasti kepala suku bakalan suka, yaudah sekarang kamu mandi dulu”. Kemudian aku dituntun keluar, orang-orang itu langsung menatapku, aku hanya tersenyum karena aku tidak bisa bahasa mereka. Di sungai, aku membasuh tubuhku yang lusuh dengan air sungai yang jernih dan menyegarkan sementara Ulfsaar menikmati pemandangan tubuh putih wanita cantik yang dibasuh dengan air, mungkin ini pemandangan paling indah yang pernah dilihat olehnya. Setelah mandi, Ulfsaar menuntunku kembali ke desa.
“Rasti, boleh gak aku ngeremes dada kamu?”.
“loh, bukannya harus kepala suku dulu yang merawanin tubuhku?”.
“kan cuma ngeremes doang, jadi boleh”.
“kalau boleh sih, yaudah silakan”.
“makasih, abisnya dada kamu montok banget”. Lalu dia meremas-remas dadaku dan memelintir kedua putingku selama perjalanan.
Ketika sudah hampir masuk desa, dia berhenti meremas-remas payudaraku. Ternyata para suku Baro sudah menunggu di depan tempat yang seperti panggung itu sementara si kepala suku sudah berdiri di atas panggung itu seperti menantiku.
“oh ya, Rasti kepala suku bernama Utha”. Kemudian dia menuntunku ke atas panggung, lalu menyerahkan tanganku ke Utha dan Ulfsaar turun dari panggung. Genderang drum berbunyi membuat irama musik yang membuatku bersemangat, Utha mulai mengelus-elus kepalaku, kemudian dia mulai melumat bibirku yang mungil dengan bibir tebal dan hitam miliknya, Utha memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, aku membalasnya dengan memainkan lidahku juga sehingga lidah kami saling membelit. Aku berciuman dengannya sangat lama seperti sepasang kekasih yang berpuluh-puluh tahun tidak bertemu. Setelah puas melumat bibirku, Utha melepaskan ciumannya sehingga terlihat ludah kami yang menyatu, kemudian dia mulai menurunkan ciumannya ke leher jenjangku, aku hanya menutup mataku untuk lebih meresapinya.
Ciumannya terus turun hingga sampai di payudaraku yang kenyal, Utha melumat senti demi senti dari bongkahan payudaraku, sementara putingku dihisap-hisap dan digigit kecil yang membuat putingku menjadi sangat keras. Setelah dia mulai menurunkan ciuman dan jilatannya lagi, aku bisa bekas-bekas merah di kulit payudaraku, ciuman Utha sampai di pusarku, dia menggelitikku dengan memainkan lidahnya di sekitar pusarku. Aku melihat orang-orang lain termasuk Ulfsaar sangat serius sekaligus terangsang melihat kepala suku mereka sedang asyik mengerjai tubuh putih seorang cewek muda yang sangat cantik. Akhirnya ciumannya sampai di vaginaku, Utha langsung memainkan klitorisku dengan lidahnya, tubuhku menggelinjang keenakan. Lidah Utha yang kasar membuat jilatannya jadi semakin terasa nikmat yang menjalar di seluruh tubuhku, dan juga dia menjilati bibir vaginaku serta menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya, karena aku tidak kuat menahan rasa nikmat lagi, 5 menit kemudian aku orgasme.
Cairanku diseruput habis oleh Utha, setelah habis meminum cairanku.
“lafura zagofamu…”.
“Rasti, kepala suku suka ama cairan kamu, manis banget katanya”, aku hanya tersenyum. Sepertinya Utha sudah tidak sabar ingin menancapkan batang kejantanannya itu ke dalam vaginaku yang sangat sempit, lalu Utha mulai melepaskan celananya yang hanya berupa sepotong kain itu. Betapa terkejutnya aku, ternyata penis Utha lebih besar dibandingkan penis-penis yang pernah aku ‘handle’, aku mentaksir penis Utha mempunyai panjang 29 cm dan diameternya 10 cm. Pertamanya sih aku agak takut juga melihat penis sebesar itu, tapi aku juga jadi tidak sabar ingin merasakan kenikmatan dari penis perkasa itu. Lalu aku tidur terlentang di atas panggung sehingga vaginaku yang merah merekah terpampang jelas di hadapan orang-orang yang menonton, aku memberi isyarat dengan telunjukku kepada Utha seolah menantangnya untuk segera ‘mencoblosku’.
Sepertinya Utha mengerti maksudku, karena dia langsung meletakkan kepala penisnya itu di depan bibir vaginaku. Dia mulai memasukkan kepala penisnya ke dalam vaginaku secara perlahan, biarpun kelihatan seram dan kekar rupanya dia tidak ingin membuat aku kesakitan mungkin juga karena aku dianggap dewi jadi dia takut kalau aku sampai marah. Seperti yang sudah kuduga, penisnya tidak bisa semuanya masuk ke dalam vaginaku, mungkin hanya 3/4 nya saja. Ketika terasa sudah tak bisa masuk lagi, Utha mulai memompa penisnya, aku merasa vaginaku menjadi bertambah lebar karena diameter penis Utha yang besar. Tapi, lama kelamaan rasa sakit itu hilang seiring dengan rasa nikmat yang semakin menjalar di tubuhku karena urat-urat penis Utha terus menerus bergesekan dengan dinding vaginaku. 15 menit kemudian, aku orgasme untuk yang kedua kalinya tapi Utha masih kelihatan tenang memompa vaginaku dan tentu saja sambil melumat bibir mungilku dan memainkan lidahnya di rongga mulutku, aku hanya bisa membiarkan lidahnya bermain di mulutku dan kubalas membelit lidahnya dengan lidahku.
Sudah sejam, si kepala suku Utha memompa penisnya di dalam vaginaku, aku sudah lebih dari 5 kali orgasme tapi dia belum orgasme. Akhirnya, beberapa menit kemudian aku merasakan urat-urat penisnya berdenyut di dalam vaginaku dan dia juga mempercepat sodokannya. Aku merasakan semburan spermanya sangat hangat dan juga sepertinya dia menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku sampai lebih dari 7 kali sempuran sehingga aku merasakan spermanya meleleh keluar dari vaginaku. Setelah semburan spermanya berhenti, Utha beristirahat sebentar dengan penisnya yang sudah mulai mengecil masih tertanam di vaginaku. Kemudian, setelah nafasnya sudah tidak tersengal-sengal, dia mencabut keluar penisnya dari vaginaku, sementara aku yang sudah mengumpulkan tenagaku kembali langsung bangun dan mengulum penis Utha yang berlumuran dengan spermanya serta cairanku sendiri sehingga rasa sperma Utha dan cairanku bercampur sehingga tercipta rasa yang sangat kusukai.
Sambil kukulum, Utha bertolak pinggang dan menoleh ke Ulfsaar.
“hia,,,firaniho,,,ukani,,,paemi”.
“hia,,,das parehotuma”. Setelah aku melepaskan kulumanku, Utha langsung turun dari panggung dan masuk ke rumahnya.
“hia,,,pahorutami,,,farhu”, kemudian orang-orang itu bersorak gembira.
“Ulfsaar, tolong ceritain dong, tadi kamu ngomong apaan aja”.
“oh ya, aku lupa, gini,, kepala suku udah percaya kalau kamu seorang dewi kesuburan dan kekuatan”.
“terus,, apaan lagi?”.
“karena kamu udah dianggap dewi, jadi mulai sekarang kalau kepala suku udah selesai menyetubuhi kamu, aku dan semua laki-laki yang mulai umur 18 tahun harus menyetubuhi kamu juga”.
“haaahh,, emang ada berapa cowok yang harus aku layani?”.
“sekitar 20 orang,, kamu gak apa-apa?”.
“gak apa-apa kok, aku malah seneng”.
“yaudah Rasti, sekarang aku duluan ya”. Ternyata penis Ulfsaar tidak sebesar penis Utha, penisnya hanya berukuran 18 cm dan diameternya 5 cm, tapi teknik memompanya lebih bervariasi.
Sudah 1 jam tubuhku digenjot oleh Ulfsaar, sudah beberapa kali aku orgasme, selain tekniknya bervariasi, dia juga menyelingi dengan mencumbuku serta menjilati kedua buah payudaraku. Tak disangka 1/2 jam ke depan, Ulfsaar masih getol memompa penisnya ke dalam vaginaku, sedangkan aku sudah mulai kelelahan akibat orgasme terus menerus. Akhirnya, Ulfsaar menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku, aku menutup mataku untuk lebih merasakan hangatnya semburan sperma Ulfsaar di vaginaku. Seperti sebelumnya, aku melakukan ‘cleaning service’ ke penis Ulfsaar sambil mengumpulkan tenaga. Setelah penisnya sudah bersih, Ulfsaar mencabut penisnya dari mulutku.
“nah, Rasti, abis ini kamu bakal terus-terusan disetubuhi, kamu udah siap?”.
“aku siap kapan aja kok, asalkan ada selang waktunya”. Kemudian, Ulfsaar turun dari panggung dan mulailah tubuhku digunakan oleh orang-orang hitam itu untuk memuaskan nafsu mereka dan vaginaku dijadikan tempat pembuangan sperma mereka.
Tubuhku dilanda orgasme terus menerus, tapi aku masih kuat karena masih ada selang waktu antara satu laki-laki dengan laki-laki yang lain sehingga aku bisa mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga sebelum melayani laki-laki yang selanjutnya. Penis yang tertanam di vaginaku bermacam-macam ukuran mulai dari kecil, sedang, maupun sangat besar meskipun tidak sebesar penis Utha. Setelah semuanya selesai dan matahari sudah muncul, Ulfsaar memapahku untuk berjalan ke rumahnya, aku berjalan dengan sperma yang menetes dari daerah selangkanganku karena daerah itu benar-benar dibanjiri sperma. Akhirnya, aku sampai di dalam rumah Ulfsaar, kemudian aku dibaringkan di tempat tidurnya, dengan telaten, Ulfsaar membersihkan daerah selangkanganku yang ‘kebanjiran’ sperma. Sementara, aku sudah sangat kelelahan sehingga aku menutup mataku dan lalu tidur. Aku membuka mataku dan melihat Ulfsaar sudah tidak ada, aku bangkit dari tempat tidur Ulfsaar dan keluar, ternyata matahari sudah mencuat di atas.
Ketika aku keluar dari rumah, warga sekitar menyapaku dengan bahasa mereka, aku hanya bisa tersenyum karena aku tidak mengerti bahasa mereka. Aku merasa badanku gatal-gatal, aku memutuskan untuk mandi di sungai terdekat, sungai yang ditunjukkan Ulfsaar waktu itu. Ternyata, Ulfsaar sedang melakukan sesuatu di tepi sungai.
“Ulfsaar, kamu lagi ngapain?”.
“oohh, aku lagi bikin ramuan”.
“ramuan apaan? Kok aneh gitu sih”.
“ini, ramuan buat kamu”.
“buat aku?”.
“iya, kepala suku ingin minum susu kamu”.
“susu aku?? gimana caranya, kan aku belum pernah hamil?”.
“makanya, aku bikin ramuan ini, supaya kamu bisa ngeluarin susu”.
“terus, ada manfaat lain gak?”.
“ada, kulit kamu jadi putih ‘n kencang, dan payudaramu tetep kenceng, tapi payudara kamu bisa membesar”.
“mantep banget khasiatnya, tapi payudaraku bisa sampai seberapa gede?”.
“38C mungkin, kamu gak apa-apa kan?”.
“38C?! Ya gak apa-apa, kebetulan aku juga lagi pengen ngegedein dada aku, tapi ada efek negatifnya gak?”.
“kalau ramuan ini, gak ada efek negatifnya”.
“yaudah, sini aku minum”. Kemudian aku meminum ramuan itu.
“kok rasanya hambar?”.
“iya, sebenarnya rasa ramuan itu pahit, tapi aku tambahin madu biar gak pahit”.
“ooh gitu, yaudah aku mandi dulu ya”. Kemudian, aku mulai membilas tubuh putihku dengan air sungai yang dingin dan menyegarkan itu. Aku sengaja sedikit membilas tubuhku dengan agak menggoda agar Ulfsaar menjadi bernafsu, benar dugaanku Ulfsaar langsung mendekatiku dan mendekap tubuhku dari belakang, lalu menciumi leherku dan sekitar kupingku.
“udah, mendingan kita mandi bareng aja yuk, mau gak?”.
“yaudah, aku buka baju dulu ya”. Dalam sekejap, Ulfsaar sudah telanjang bulat. Tubuhnya yang hitam dan sudah bungkuk serta penisnya yang sudah menegang itu terpampang jelas di hadapanku. Kemudian, Ulfsaar mendekati tubuh putihku yang tidak terbalut apa-apa dan langsung memelukku, aku juga membalasnya dengan memeluknya. Lalu kami berdua saling mencumbu, sementara kedua tangannya memegangi bongkahan pantatku sambil memasukkan jarinya ke dalam lubang anusku.
“Rasti, kayaknya pantat kamu sempit banget ya”.
“emang kenapa, bapak mau coba?”.
“mau banget sih, tapi harus kepala suku dulu yang merawanin pantat kamu”.
“oh ya, aku lupa, yaudah tusuk vaginaku aja”.
“tapi sebelumnya, aku mau ngerasain vagina kamu dulu”.
“yaudah, aku tiduran dulu”. Kemudian aku tiduran dan melebarkan kakiku untuk memberikan akses pada Ulfsaar. Tanpa disuruh lagi Ulfsaar langsung membenamkan wajahnya ke selangkanganku, dan langsung menjilati daerah sekitar vaginaku, aku baru sadar kalau lidah Ulfsaar sangat panjang. Ulfsaar menjilati bibir vaginaku mulai dari kiri ke kanan, menjilati klitorisku, dan juga menjilati vaginaku dari atas ke bawah, serta memasukkan lidahnya yang panjang itu ke dalam lubang vaginaku. Aku menggelinjang kesana kemari karena tekstur lidah Ulfsaar yang kasar menambah sensasi nikmat di vaginaku, belum lagi lidahnya bisa masuk ke dalam vaginaku, sehingga lidahnya yang panjang itu bisa menyentuh dinding vaginaku dan pastinya itu menambah kenikmatan.
5 menit kemudian, tubuhku mengejang ke atas menandakan tubuhku mengalami orgasme.
“aaakkkhhh,,,,aku,,,keluaaar!!”. Ulfsaar tidak membuang waktu lagi, cairanku langsung diseruput habis olehnya, dan juga setelah cairanku habis diminum olehnya, Ulfsaar masih menyedot-nyedot vaginaku hingga tetes terakhir, setelah cairan vaginaku benar-benar habis diminumnya, Ulfsaar bangun.
“kamu kayak orang aus aja, sampai disedot-sedot kayak gitu”.
“abisnya, cairan kamu manis banget kayak madu”.
“ah, kamu berlebihan”.
“bener kok, aku jadi ketagihan, boleh lagi gak?”.
“boleh kok, pokoknya tubuhku boleh diapain aja ama kamu”.
“yaudah,,, aku jilatin vaginamu lagi ya”.
“tapi sekarang kamu yang tiduran, soalnya aku juga pengen ngerasain penis kamu”. Lalu, Ulfsaar tiduran di atas tanah dan aku tidur di atas tubuhnya dan mengambil posisi 69 sehingga vaginaku di depan mukanya, dan juga penis Ulfsaar menantang tegak di depan wajahku. Langsung aja, aku masukkan penis Ulfsaar ke dalam mulutku, sementara vaginaku sudah mulai dijilati lagi oleh Ulfsaar.
Aku mulai menjilati batang penisnya, kepala penisnya, dan buah zakarnya. 4 menit kemudian, aku orgasme lagi dan cairanku diminum oleh Ulfsaar sampai habis.
“yuk, Rasti, aku udah gak tahan pengen nusuk kamu”.
“yaudah, kamu tetep tiduran aja, biar aku yang kerja duluan nanti baru kamu”. Aku berdiri di atas penisnya, dan mulai menurunkan tubuhku secara perlahan, dengan tuntunan tanganku, penis Ulfsaar menerobos masuk ke dalam vaginaku. Aku menggerakkan tubuhku naik turun, dan juga kadang-kadang aku menurunkan tubuhku agar aku bisa mencumbu Ulfsaar. Setiap 30 menit, kami berganti posisi, dan setelah 1 1/2 jam kami bersetubuh akhirnya penis Ulfsaar mulai berdenyut, aku memintanya untuk menyemburkan spermanya di dalam mulutku. Setelah penisnya dicabut, aku langsung mengulum penisnya. Kuemut kepala penisnya, kusentil-sentil lubang kencingnya dan kadang-kadang kujilati buah zakarnya, akhirnya hadiah yang kutunggu-tunggu keluar juga.
Sperma hangat Ulfsaar langsung menyemprot ke dalam mulutku yang langsung kutelan habis, setelah habis aku masih mengulum penisnya untuk mendapatkan sisa-sisa sperma yang ada di lubang kencingnya. Kemudian aku melepaskan penisnya yang sudah mulai mengecil, dan aku melihat suatu barang di tepi sungai.
“Ulfsaar, benda apa itu?”.
“aku tidak tau, aku menemukannya di pantai”.
“ah, itu tasku”, dengan segera aku menghampiri tasku, tapi tidak ada baju karena semua bajuku ada di koper bukan di tas. Tasku hanya berisi pil pencegah kehamilan, hpku, dan alat-alat kosmetikku. Tapi, sayangnya hpku rusak karena terendam air, hilang sudah harapanku untuk bisa pulang.
“Rasti, kita balik ke kampung yuk”.
“emangnya, mau ada apaan lagi?”.
“habis ini, kepala suku bakal merawanin anus kamu, dan setelah itu semua laki-laki akan menyodok anus kamu”.
“kalau gitu, aku minum obat dulu ya, biar aku gak hamil”.
“oo, yaudah”. Kemudian aku merogoh tas kecilku dan menemukan obat, ternyata selain pil pencegah kehamilanku, ada pil obat kuat milik Mang Ucup waktu itu yang bisa membuatku segar terus menerus meskipun aku terus menerus orgasme.
“Ulfsaar, abis aku minum obat ini, aku bakal pingsan, kamu gendong aku balik ke pemukiman ya”.
“yaudah, ok”. Kemudian, aku minum obat kuat Mang Ucup dan juga pil pencegah kehamilanku. Dalam waktu 5 menit, kepalaku pusing dan langsung pingsan, aku sudah tidak sadarkan diri. Dan sebentar lagi tubuhku akan menjadi sarana pelampiasan nafsu suku Baro.
Cuman kalo boleh kasi saran, tolong dibuat agak realistis lagi bro. biar kita yang baca benar2 kebawa suasananya gitu.
Apalagi yang bagian ini (dalam hutan lebat) menurut gw banyak hal yg janggal. Misalnya masak iya ada dukun yg tinggal di tengah hutan lebat (walaupun ceritanya punya teman di p.jawa) pilihan kata bahasa indonesianya kayak orang kota gitu?
contoh:
“ya udah, aku cek vagina kamu dulu”. Walah ini parah sekali. dukun ditengah hutan tau istilah “vagina”, “anus”, “setubuh”. Ini mah bahasa orang kota terdidik. Jadi mengurangi kerealistisannya, dan mengurangi ciri khas kisah BB-nya bro”.
Trus ada lagi yg mengurangi ciri kisah BB-nya, yaitu si tokoh utamanya terlalu “murahan sekali”. Masak iya ngeseks sama siapa aja nggak pandang bulu dengan suka rela dan kayaknya OK OK begitu saja dengan enteng gampang tanpa pakek mikir. Kasus dengan pak Bambang it’s OK, tapi dengan suku Baro? Kesannya ni cewek pikiranya ga beres alias rada ga waras. Selain itu greget ceritanya nya jg jadi berkurang.
seharusnya Rasti pakek mikir juga, atau gak mau dan kemudian diperkosa baru akhirnya dia bisa menikmati and so on, and so on.
OK bro, ga ada maksud apa2 loh, ini cerita karangan elo, gw cuman kasi masukan karena kebetulan cerita ini imajinasi gw banget. hehehe. OK ditunggu karya selanjutnya yang lebih imajinatif dan tentunya lebih menyatu dengan setting cerita, terutama penggunaan pilihan kata.
Thanks…
Ternyata emang yg janggal pemilihan bahasa kurang menyesuaikan setting.
misal:
“iya, karena tubuh kamu yang putih mulus dan juga seksi, kepala suku jadi menganggap kamu adalah seorang dewi”.
tahu apa orang yg tinggal di hutan soal seksi?
Oya boss. Mo nambahin neh. masuk akal ga, dukun yg tinggal di tengah hutan di pulau terpencil, selain bahasanya kayak orang kota, dia juga paham banget ukuran bra.
“mantep banget khasiatnya, tapi payudaraku bisa sampai seberapa gede?”.
“38C mungkin, kamu gak apa-apa kan?”.
Aneh dan janggal banget kan? Di hutan itu aja yg namanya kain penutup gak ada. Dukun itu sendiri aja cuman pake penutup dari bulu hewan. Itu sama aja kayak jaman purba. mana tau dia produk modern seperti bra?
Mungkin akan lebih realistis kalo ukuran pembandingnya adalah buah. Itupun harus hati-hati juga karena ini adalah hutan daerah tropis, jd buahnya jg menyesuaikan. misal mangga, kelapa, dsb.
OK boss, memang membuat cerita nggak gampang, musti teliti dan memperhatikan detail kalo mo membawa pembaca ke suasana cerita yg elo maksud. Jd pembaca nggak ngerasa diboongin :p
OK, no hurt feeling and keep trying!
PS: versi revisinya gw tunggu (kalo elo berkenan merevisinya loh :p )
mnrt gw crita udh bagus. imajinasi ok. bhs no problem lah kl dukun bs ngmng bhs kota. cm yg jd mslh ya itu…kesannya cewenya murahan bgt. kl bs ya cewenya ada harga dirinya dikit lah. jgn ama sapa aja mao. mgkn ada sedikit intrik di dlm critanya akan lbh seru & bikin cewenya ga murahan bgt. overall…it’s a good story ^ ^
gw kira true story,,tnyata boongan
tp keren2,,bener2 kerenzz abies imajinasi loe..
pantesan gw ngerasa byk bgt yg janggal dr awal,,wakaka
naizzz story mannn…