- Cerita berikut hanyalah fiksi semata, jika ada kesamaan, mungkin sekali memang disengaja.
- Cerita ini hanya karangan biasa yang ditulis untuk melampiaskan fantasi yang tidak terlampiaskan dan dituangkan dalam bentuk cerita agar tidak menjadi kanker didalam kepala. Jadi, jika ada diantara anda yang sulit membedakan antara fantasy dan realitas, silakan hubungi paranormal atau dukun terdekat. Atau jika ada yang marah-marah karena cerita ini silakan hubungi rumah sakit jiwa untuk memeriksa kesehatan jiwa anda.
- Kemungkinan besar cerita ini tidak menarik bagi pembaca dan cenderung membosankan, tapi bisa sebagai tambahan koleksi cerita seru, sambil kita sama-sama menunggu cerita yang lebih hebat dari para MASTER KBB.
- Di dalam dunia maya penulis mengakui,tidak bisa melarang anda untuk tidak meng-copy paste , menyebarkan, serta mengkomersilkan tanpa izin dari penulis. Hanya kesadaran anda-lah yang bisa. “hargai dong karya orang!”.
- Terakhir penulis hanya seorang biasa yang baru belajar membuat cerita seru. Jadi masih bisa dibilang “anak bawang”. Oleh karena itu penulis sangat menerima saran, kritikan, masukan bahkan cacian dan makian khususnya, jika itu bisa ditolerir dan bisa memberikan konstribusi ke hasil tulisan.
Donita |
Malam beranjak semakin larut, membuai semua anak manusia untuk terus hanyut terlelap dalam buaian mimpi-mimpi mereka. Begitu juga yang dialami oleh kedua insan yang baru saja melakukan aktivitas pemuasan nafsu yang sangat nikmat dan melelahkan. Tubuh yang sudah luluh lantak dan tidak bertenaga lagi, membuat keduanya tidur dengan nyenyak tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh mereka. Setelah melakukan aktivitas sex yang sangat liar dan dahsyat, Donita serta pak Supri tertidur pulas diatas sofa panjang itu. Tubuh langsing Donita yang memiliki berat tubuh lumayan ringan, tidur berdekapan dengan nyamannya diatas tubuh pak Supri. Kemaluan mereka masih saling bertautan, walaupun penis si supir sudah memuntahkan seluruh isinya ke dalam liang vagina sang nona majikan, tapi benda kokoh yang satu itu masih saja tetap dalam kondisi yang cukup kuat, untuk terus terbenam di dalam lubang hangat nan sempit milik Donita. Cairan hasil persetubuhan yang masih merembes keluar dari kedua kelamin, tidak sedikit pun mengusik tidur mereka. Apalagi hujan mulai turun, membuat suasana semakin nyaman dan cocok untuk membuat semua orang terus tidur dengan lelapnya. Tanpa disadari oleh mereka berdua, ternyata ada seseorang yang sejak dari tadi melihat semua aktivitas yang dilakukan oleh Donita dan supirnya. Ya, cuma ada satu orang yang berada di rumah itu selain mereka berdua, yang tak lain dan tak bukan adalah Asmirandah. Sewaktu dia terbangun karena kehausan, ia mendengar ada suara erangan dan desahan di ruang depan. Saat melihat apa yang terjadi disitu, dia mendapati sahabat baiknya Donita, sedang bersetubuh dengan panasnya bersama pak supirnya sendiri. Gadis manis itu benar-benar tidak menyangka kalau Donita, sahabat yang sudah sangat dikenalnya selama ini, bisa berubah menjadi sebegitu liarnya saat berhubungan sex dengan pak Supri, layaknya pelacur yang sedang melayani pelanggannya saja. Selama ini ia berfikir bahwa wajar jika artis-artis wanita sepertinya bertingkah laku seperti wanita jalang di depan om-om produser atau para pejabat yang menyewa mereka untuk ‘dipakai’. Itu dilakukan sebagai jalan pintas untuk mendapatkan pekerjaan atau pun untuk mendapatkan uang. Tetapi dengan melihat langsung apa yang dilakukan Donita, dia benar-benar tidak habis fikir, bagaimana mungkin sahabat baiknya itu bisa melakukan hal yang sedemikian rupa bersama sang supir yang jelas-jelas kelas sosialnya jauh berbeda dengan dirinya. Yah, setelah melihat langsung ukuran ‘senjata’ milik pak Supri dan bagaimana cara pak tua itu memuaskan gairah liar sahabatnya, Asmirandah tidak heran kalau Donita bisa berubah menjadi sedemikian rupa. Walaupun gadis itu tidak tahu kenyataan, bahwa sejak awal sahabatnya telah terlebih dahulu takluk karena menerima ancaman dari sang supir, sehingga Donita terpaksa memuaskan nafsu bejat pria tua itu. Sebenarnya, sejak melihat adegan panas yang disuguhkan langsung oleh Donita dan pak Supri, nafsu Asmirandah sudah naik dan ingin turut bergabung pula dalam percintaan panas sahabatnya. Tapi ternyata dia masih punya perasaan segan dan malu terhadap mereka berdua. Masa’ ia menawarkan tubuhnya begitu saja kepada pak tua itu, kalau dia melakukan hal yang demikian, itu sama saja dengan mengatakan bahwa dia adalah perempuan murahan yang terlalu mudah untuk ‘dipakai’. Ia hanya melampiaskan nafsunya dengan menggosok-gosokan tangannya ke selangkangannya dari balik hotpantsnya. Asmirandah merasakan selangkangannya makin basah saja, maka karena tidak tahan melihat pemandangan panas di depannya lebih lama lagi, akhirnya ia memilih kembali ke kamar untuk melanjtkan tidur, dan berharap gairah yang sudah terlanjur naik dapat segera turun.
************************************************
Keesokan paginya…
Donita terbangun dari tidurnya. Dengan kepala yang masih sedikit pusing, dia mencoba untuk bangkit dari sofa. Tapi ia masih belum bisa mengumpulkan tenaganya secara utuh, sehingga memilih untuk duduk sejenak. Ia heran melihat tubuhnya ditutupi selimut dan juga tidak mendapati pak Supri yang tidur bersamanya semalam. Terfikir olehnya, apakah sang supir yang bangun terlebih dahulu yang menyelimuti tubuhnya. Saat merasa tubuhnya sudah cukup kuat untuk bergerak, ia beranjak bangun untuk mencari pak Supri. Tiba-tiba dia teringat pada Asmirandah yang masih tertidur di kamarnya. Segera dia membatalkan niat untuk mencari si supir dan bergegas menuju kamar tidurnya. Saat membuka pintu, gadis itu melihat ternyata sahabatnya sudah tidak ada lagi di dalam kamar, berikut barang-barang bawaan berupa tas jinjing hitam dan sebuah hp black berry yang ia letakkan diatas meja kamarnya ketika ia membaringkan Asmirandah semalam. Donita menduga-duga, apakah sahabatnya pulang dengan melihat dirinya bersama pak Supri tidur berbugil ria diruang depan atau justru sahabatnya itulah yang menyelimuti dirinya ketika sedang terlelap. Tak mau ambil pusing dengan semua itu, Donita masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap, karena dirinya memiliki jadwal syuting sinetron hari ini. Setelah mandi dan mengenakan pakaian yang menurutnya menambah daya tarik dirinya, ia tidak lupa menyapukan sedikit make-up tipis ke wajah cantiknya dan bergegas turun ke bawah.
“Paaaak! paaaak Supriii! paaaakkkk! dimana sey?”
Sungguh terlalu! hari masih pagi, tapi dara cantik ini sudah berteriak-teriak layaknya pedagang saat menjajakan barang dagangannya saja. Pak Supri yang sudah dipanggil-panggil dengan keras itupun, tidak juga menjawab maupun menampakkan batang hidungnya. Kesal karena tidak ada jawaban dari supirnya, ia pun memilih pergi ke kamar supirnya yang terletak di bagian belakang rumah. Sesampainya di depan pintu, Donita sedikit ragu. Apakah tidak akan terjadi sesuatu yang buruk dengan pergi kekamar supirnya ini. Bisa-bisa pak Supri yang mesum itu kalap dan bangkit nafsunya saat melihat dirinya, dan berusaha menyeretnya ke dalam kamar lalu diperkosa habis-habisan. Tapi waktu tidak lagi memberinya kesempatan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Akhirnya dia memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu kamar sang supir meski diliputi perasaan was-was dan takut. tok! tok! tok!
“Pak Supri! pak! anterin aku dong!” perlahan dia mengetuk pintu dan memanggil orang tua itu.
“Iya….iya! sebentar non! lagi mandi nih!” terdengar suara orang tua itu dari dalam.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya pintu dibuka dan mucullah wajah supir memuakkan itu.
Pak Supri |
Benar-benar kurang ajar pak tua ini. Sebegitu mudahnya dia mengeluarkan kata-kata cabul seperti itu di hadapan seorang wanita, apalagi yang ada di hadapannya ini adalah majikannya sendiri. Tapi supir itu bicara layaknya kepada seorang pelacur saja. Kontan telinga Donita panas mendengar perkataan sang supir yang jelas-jelas sangat merendahkan dirinya.
“Heh pak! kalo ngomong yang sopan dikit ya! pernah makan bangku sekolahan ga? aku ni majikan bapak! Jadi tolong dijaga mulutnya! Bapak mau saya pecat hah?” bentaknya, kesal juga diperlakukan seperti itu.
“ya, ya non! maap! kan cuman canda doang! galak amat sih? jangan suka marah-marah non, nanti cepet tua loh! oke manis? hak hak hak” ujarnya meminta maaf sambil tangannya menowel dagu gadis cantik itu.
“Udah tunggu apa lagi? cepetan ganti baju! gara-gara bapak aku jadi telat tau!”
Dengan terburu-buru Donita beranjak pergi menjauh dari sarang sang iblis tua, takut jika dia gelap mata dan menyeret dirinya ke dalam kamarnya untuk disetubuhi lagi. Setelah majikannya pergi, sang supir membuka baju yang ia kenakan. Sambil bersiul, pak tua itu mengambil “seragam dinas kesupiran-nya” dan memakainya secepat kilat. Setelah selesai, sempat-sempatnya dia menarik resleting celana dan mengeluarkan “batang” kebanggaannya. Dikocok dan dielus-elusnya secara perlahan ‘ular besar’ itu hingga berdiri tegak.
“ He he he…., sabar ya jon, sabar! nanti ente ane kasih lagi deh memek tuh cewek, oce? sabar ya! sekarang ente istirahat dulu, tunggu tanggal mainnya…. hak hak hak!” ujarnya sinting kepada penisnya, seakan-akan benda itu hidup dan mengerti perkataannya saja. Sesudah mengunci pintu kamar dan tentu saja mengamankan ‘senjata’ yang bisa membuat para wanita takluk pada dirinya, ia membuka pintu bagasi lalu mengeluarkan mobil mewah milik sang artis. Saat mencari-cari gadis itu, ternyata Donita sedang duduk menunggu di kursi teras rumah dan langsung naik kedalam mobil begitu mobil dikeluarkan. Donita duduk dikursi belakang, tapi dia merasa tidak nyaman dengan keberadaan sang supir yang acap kali ketahuan sedang melirik-lirik tubuhnya melalui kaca spion mobil sepanjang perjalanan. Tentu saja dia gelisah. Bagaimana mungkin gadis itu bisa tenang, jika mengingat peristiwa yang tadi malam dilakukan oleh mereka berdua. Terbayang dalam pikiran gadis itu, bisa saja pak Supri ini menculiknya atau membawanya ke tempat yang sepi, dan memaksa dirinya untuk kembali memuaskan nafsu birahi sang supir yang terus membara layaknya api yang tidak mau padam. Apalagi jika dirinya menolak, yah sudah pasti si supir akan kembali membuka jurus ampuhnya, yang tak lain dan tak bukan adalah ancaman akan menyebarkan video mesum yang dibintangi oleh sang artis. Membuat dirinya terangsang juga memikirkan hal yang demikian.
Pak Supri yang melihat sang nona majikan melalui kaca mobil, bisa melihat raut kegelisahan yang terpancar dari wajah cantik sang artis. Dia hanya bisa tertawa geli dalam hatinya, dan berusaha mencari-cari cara apa lagi yang seru dan asik untuk mengerjai dan menikmati berjuta kenikmatan yang ditawarkan oleh tubuh molek gadis itu. Karena sedang ayik-asyiknya terlarut dalam khayalan masing-masing, tidak terasa mobil telah sampai di lokasi dan langsung dibawa masuk ke dalam pelataran parkir tertutup sebuah gedung, yang merupakan tempat akan dilakukannya beberapa pengambilan scene sinetron yang dibintangi oleh Donita. Setelah mobil diparkir, gadis itu turun dan menghampiri pak Supri yang masih duduk dalam mobil.
“Pak, nanti jemput aku jangan kelamaan ya! nih uang untuk rokok!” pesannya pada supir itu seraya memberinya tiga lembar uang lima puluh ribu.
Dengan cepat pak Supri mengambil uang itu dan dengan cepat pula, supir itu menarik kerah kaus yang dikenakan Donita. Dibukanya kancing-kancing kaus itu dengan cekatan, dan disingkapnya bra coklat milik gadis itu keatas. Otomatis, kedua buah dada Donita yang montok dan ranum terbuka dan menggantung dengan bebasnya dihadapan wajah si tua bangka itu. Donita yang terkejut dengan perbuatan supirnya, berusaha untuk memberontak. Tapi dengan kuat, tangannya meremas pergelangan tangan sang artis, sehingga membuat gadis itu kesakitan dan berbisik pelan.
“Non diem aja! saya mau nyusu bentar! kalo non ngelawan gitu, nanti ada orang yang bakalan datang dan ngeliat kita, non mau? jadi tenang aja ya manis!” bisiknya di dekat telinga gadis itu dengan raut wajah jeleknya yang sangat serius dan agak sedikit menyeramkan.
Kali ini perbuatan si supir benar-benar sudah melewati batas, melakukan hal cabul seperti itu ditempat terbuka begini. Donita sebenarnya masih ingin melawan, tetapi dia takut apabila ada orang yang kebetulan lewat lalu mendekat karena ada sedikit kegaduhan di tempat itu dan memergoki dirinya dalam kondisi sekarang, bisa celaka!. Dan juga ancaman serta kata-kata supirnya barusan, menandakan pria tua ini tidak main-main. Bisa saja dia ‘mendiamkan’ dirinya dengan caranya sendiri yang mungkin lebih berbahaya, sehingga membuatnya pasrah saja dengan perlakuan supirnya itu. Berdiri diluar mobil dengan kondisi tubuh setengah terbuka seperti sekarang, jelas membuat gadis cantik itu gemetar ketakutan setengah mati. Memang tempat parkiran itu tertutup dan dipenuhi banyak mobil, tapi bisa saja sewaktu-waktu ada orang yang kebetulan lewat dan melihat perbuatan yang sedang mereka lakukan. Selagi berbagai macam hal sedang berkecamuk dalam pikiran sang artis, dengan sangat bernafsu supir itu meremas-remas payudaranya. Donita bisa merasakan jari jemari pak Supri melingkari puting susunya dan menggoyang-goyang benda bulat kenyal itu, seperti mengocok obat sebelum diminum. Donita mulai terengah-engah akibat perbuatan si supir dan sedikit kesulitan mengatur nafasnya. Jantungnya berdetak dengan keras, rasa takut perbuatan mesum sang supir dilihat orang lain dibarengi dengan api nafsu yang berkobar. Gadis itu sudah tidak punya lagi keinginan untuk melawan, pasrah menerima resiko apaun yang akan terjadi.
Mulai merasa bosan hanya dengan meremas, bibir hitam tebal milik sang supir mendekat dan melumat tanpa ampun pentil susu yang sudah sedari tadi mengacung, menantangnya untuk dilahap. Tubuh gadis itu sedikit melonjak kaget ketika merasakan mulut serta lidah hangat milik supirnya, mengenyot dan menghisap puting payudaranya. Ditambah lagi bibir pria tua itu aktif mencium dan menjilat setiap jengkal wilayah payudaranya. Tanpa disadari Donita reflek memajukan tubuhnya, seolah-olah memberikan akses kepada supirnya agar lebih leluasa menikmati dan melahap setiap jengkal bagian tubuhnya yang indah itu. Merasa bahwa nona majikannya sudah takluk seutuhnya, pak Supri menambah hisapan dan jilatannya dengan menggigit-gigit pelan puting mungil kemerahan itu, membuat sensasi kenikmatan yang diterima Donita semakin menjadi-jadi, menjalar dari dada ke seluruh tubuhnya.
“oooooohhhhhhh!!! pakkkkkhhhh! jangan kenceng-kenceng nyedotnyaaahh!!” lenguhnya menahan nikmat, seraya mengingatkan supirnya agar tidak terlalu keras menghisap buah dadanya.
Sang supir tersenyum puas melihat reaksi dan ekspresi wajah sang artis yang merah padam menahan gelora birahi. Andai kata ada orang yang kebetulan melintasi tempat itu dan melihat mereka berdua, dijamin dia bakal langsung menubruk dan memerkosa sang artis saat itu juga. Tapi entah mengapa, sejak dari tadi tidak ada sedikit pun tanda-tanda akan adanya seseorang yang melintas ataupun menuju ke tempat parkiran itu. Entah karena semua orang sedang sibuk-sibuknya bekerja atau memang karena sang iblis, yang memberikan kesempatan emas kepada pak Supri agar bisa melakukan perbuatan mesumnya pada sang artis. Sedang asyik-asyiknya mengunyah puting sang nona majikan, tiba-tiba hand phone milik pak tua itu berbunyi.
“Wong edaaan!!!! gak tau orang lagi enak apa! sontoloyo!!” makinya kesal.
Bgaimana tidak kesal? sedang asyik menyusu,ada saja orang yang mengganggu. Tapi setelah melihat layar hpnya, raut wajah supir itu berubah.
“Oalah cup! koe rupanya toh! ho’h, ho’h! gue langsung kesana ya! iya rebes, santai aja!” (hmmm.. patut dicurigai nih nada bicara si supir)
Setelah memutus sambungan telepon, dimasukkannya hp itu ke saku bajunya.
“Non, kita lanjutin dirumah lagi ya nanti, acara nyusunya! bapak ada kerjaan dulu nih! jemputnya jam berapa ntar?” tanyanya enteng, tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“hhh… jam dua! jangan telat, ya pak!” jawab gadis itu dengan nafas yang tersengal-sengal.
Tampaknya Donita sudah bisa menerima status tidak resminya sebagai alat pemuas syahwat pak Supri. Hal ini bisa dilihat dari sikapnya yang tidak memarahi sang supir, yang sudah melakukan perbuatan cabul seperti itu di tempat umum. Setelah bisa mengontrol dirinya, Donita membetulkan kembali pakaiannya yang sudah acak-acakan dan agak sedikit kusut.
“ Ya udah non, bapak pergi dulu! dadah!” pamitnya seraya mengemudikan mobil meninggalkan tempat itu.
Donita cuma bisa memendam kekesalan dalam hati, walau agak kecewa dengan pekerjaan ‘tanggung’ supirnya. Sadar bahwa sudah ditunggu sedari tadi, dia pun meninggalkan lapangan parkir itu dengan terburu-buru.
“Yaahhh…. dimarahin lagi deh sama si bos!” batinnya dalam hati sambil melangkah cepat.
******************************
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, membuat sang mentari kini berada tepat ditengah-tengah langit sembari memancarkan sinarnya yang terik dan menyengat. Jarum jam menunjukkan angka dua kurang sepuluh menit. Tampak Donita sedang duduk kelelahan di atas sebuah kursi plastik sambil mengipas-ngipas tubuhnya. Pengambilan adegan sinetron kejar tayang yang dilakoninya kini sudah selesai. Saat sedang istirahat dengan santainya, tiba-tiba lawan mainnya yang seorang artis cowok ganteng sekaligus penyanyi dan saat ini sering diburu oleh nyamuk-nyamuk infotaintment karena baru saja memutuskan kekasihnya yang sudah sangat lama dipacari (bagi yang sering nonton sinetron sc**, pasti tau deh siapa tuh cowok), muncul dengan membawa sepiring nasi goreng.
“Hay cantik! sendirian aja ni! o ya neh tadi pak sutradara nitipin nasi goreng buat elo. Dimakan ya.” ujarnya dengan senyuman.
“Ow, thanks! maaf kalo ngerepotin. Pas banget, gue lagi laper berat ne!” jawabnya disertai senyuman yang tak kalah manis, membuat pemuda itu agak salah tingkah.
“Ok, sama-sama. Kalo gitu gue pulang dulu ya, dah!”
“Daahhh!”
Sepeninggal pemuda itu, Donita langsung melahap nasi goreng itu. Memang sedari tadi dia sudah kelaparan, rencananya ia ingin maklan di rumah saja. Yah tapi sayangkan kalau makanan itu ditolak?. Setelah menghabiskan makanannya, gadis itu menelepon pak Supri untuk menjemputnya. Sebelum sempat memencet nomor sang supir, rupanya pak tua itu sudah lebih dulu meneleponnya.
“Halo pak! lagi dimana? aku dah selesai neh!”
“Saya dah di depan non!” jawabnya di seberang telepon.
“Oh ya udah! aku kesana ya!”
Setelah membereskan barang-barang bawaannya dan berpamitan kepada semua kru, ia berjalan keluar dari gedung menuju tempat si supir menunggu. Terlintas dalam benaknya bila sudah sampai dirumah nanti apakah pak Supri akan ‘menggarapnya’ lagi?, jawabannya sudah tentu pasti. Tidak mungkin pak tua itu akan melepaskan kesempatan emas begitu saja, apalagi dirumah sedang tidak ada orang. Pak Supri dapat dengan leluasa menyetubuhinya dimana pun dan kapan pun dia mau. Lelah membayangkan semua itu, ia memilih pasrah saja. Membiarkan semuanya terjadi layaknya air yang mengalir. Cuma satu hal saat ini yang ingin ia lakukan, memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki untuk istirahat sepuasnya. Begitu sampai di tempat supirnya menunggu, dia langsung masuk ke dalam mobil. Namun, saat baru akan membuka pintu belakang mobilnya, terdengar suara sang supir yang berkata,
“Non, jangan duduk dibelakang dong! didepan atuh, temanin bapak nyetir!”
“Males ah! aku mau nyantai dibelakang. Lagian untuk apa seh?”
“Hmmm? jadi nolak neh ceritanya? non mau jadi bintang porno lokal? okeh, tinggal bapak upload nih videonya ke internet” (waow, benar-benar pakar iptek ne tua bangke, pake kata-kata upload segala cin!)
“Eh..eh jangan pak, jangan! masa gara-gara itu aja bapak marah? aku capek pak, pengen istirahat di belakang bentar. Boleh ya? pleaseeee!” pintanya dengan wajah memelas.
“Nggak! sekali di depan tetep didepan! cepetan naek!” perintah si supir galak.
Tidak ingin memperpanjang urusan dan juga khawatir mendengar ancaman supirnya, Donita pun mengalah untuk duduk di kursi depan bersama supirnya. Memang itulah yang ingin sekali dihindari gadis itu. Alasan ‘capek’ dan ‘pengen istirahat’ itu hanyalah trik untuk mengelabui supirnya. Sejak awal dia memang ingin menghindari semua kemungkinan yang bisa berujung persetubuhan dengan tua bangka itu. Akhirnya dengan perasaan sangat terpaksa, gadis manis itu akhirnya membuka pintu depan, lalu duduk bersebelahan dengan supirnya yang menyeringai dan menatap dirinya dengan pandangan aneh. Donita menebak-nebak apa maksud dari ekspresi wajah pak Supri. Apakah itu pertanda senang bagi sang supir karena telah berhasil menaklukkan dan menguasai dirinya atau ada hal lain yang disembunyikan. Entahlah, yang jelas dia sudah sangat lelah. Lelah karena dihujani aktivitas syuting yang menguras tenaganya dan juga lelah karena mendapat persoalan baru dengan supirnya ini. Ditengah berbagai macam hal yang berputar-putar dalam pikirannya, gadis itu merasakan belaian halus di kepalanya.
“Non capek ya? kasian! emang ngapain aja seh seharian?” tanyanya sok perhatian dan pura-pura tak tahu kegiatan majikannya.
“Ya iyalah pak! kan abis kerja seharian! emang ada apa seh nanya-nanya? tumben bapak perhatian!” jawabnya yang curiga dengan sikap baik orang tua itu.
“Enggak juga kok. Kan udah kewajiban saya untuk nyenengin dan melayani majikan. Apalagi untuk urusan ngentot! betul gak non? hua ha ha ha!”
Ingin rasanya dia menonjok wajah jelek pria buruk rupa itu, tapi dia masih bisa menahan diri dan memilih diam saja. Merasa kata-katanya tidak direspon, sang supir tidak menunda-nunda lagi aksinya. Tangan kiri yang digunakan untuk menggerakkan persneling gigi mobil, meluncur cepat menuju ke depan kancing celana jeans yang dipakai Donita dan membukanya. Donita yang tidak siap dengan serangan itu, tidak sempat bereaksi sehingga sang supir berhasil membuka kancing celananya.
“Pak, stop! apa-apaan ih? udah gila ya!” Donita membentak sang supir dan berusaha menahan tangan yang ingin menyentuh alat vitalnya.
Melihat pelawanan majikannya, supir itu menjambak rambut panjang gadis itu dan menarik kepalanya ke arah wajahnya sendiri. Tak lupa laju mobil diperlambat dan dibawa agak ke tepi jalan.
“ Heh non, bapak bilang sama non ya! bapak udah capek kalo tiap kali mau entotin non harus ngancem non berkali-kali. Jadi gini aja, kalo non sekali lagi melawan, bapak gak bakalan ngancem lagi. Bakal langsung tak sebarin tu video. mau hah? kita liyat aja pa kata orang-orang kalo video non beredar! biar non sekeluarga malu seumur hidup!! gimana?” ucapnya dengan suara bergetar yang penuh kemarahan tepat di hadapan wajah gadis itu.
Donita cuma bisa mengangguk. Mata indahnya mulai berkaca-kaca, perlahan-lahan air mata tumpah mengalir membasahi pipinya. Dengan kasar supir itu melempar kembali tubuh majikannya ke kursi sampingnya. Donita sudah tidak bisa menahan lagi isak tangisnya, ia menumpahkan segala kekesalan dan rasa tidak berdayanya melalui tangisannya. (wah, nangisnya acting ato beneran nih? secara artis gitu loh!)
“Oalah! kok pake acara nangis segala sih? kan nanti mau dikasih kontol! jangan nangis lagi ya manis! cup cup cup, diem anak cantik!”
Entah setan macam apa yang ada di dalam diri pria tua ini, sehingga bisa membuatnya bertingkah seperti itu. Tangannya kini mencoba lagi beroperasi di sekitaran daerah vagina Donita yang masih tertutup celana. Gadis itu kini hanya diam saja, membiarkan tangan supirnya menyusup masuk kedalam celananya. Begitu masuk, tangan itu merayap seperti ular, melewati pinggiran celana dalam dan akhirnya menemukan apa yang dicarinya. Digosoknya naik turun kedua pasang bibir memek Donita, membuat tubuh gadis itu menggeliat keenakan. Elusan halus nan pelan pada bibir memeknya, jelas membuat nafsunya merambat naik. Dirinya yang tadi terisak-isak, kini mulai sedikit melenguh dan mendesah pelan. Pak Supri melihat perubahan pada majikannya, lalu semakin menambah gencar serangannya. Dua jari yang digunakan untuk mengelus, dimasukkannya ke dalam lubang vagina itu perlahan dan didiamkan sejenak. Donita mengekspresikan rasa nikmat yang diberikan jari supirnya, dengan cara meremas keras pegangan tangan dipintu mobil seraya menggigit bibirnya. Sayang, kaca mobil itu terlalu gelap jika dilihat dari luar, kalau tidak sudah pasti pengemudi yang datang dari arah berlawanan dapat melihat aktivitas kedua insan yang kepalanya sudah penuh diisi dengan nafsu birahi. Pak Supri bisa merasakan jarinya kini sudah sangat basah oleh lendir yang keluar dari memek nona majikannya, menandakan gadis itu sudah sangat siap untuk disetubuhi. Mula-mula dikeluar masukkan jarinya secara perlahan. Seiring dengan makin banyaknya lendir vagina yang keluar, sang supir semakin meningkatkan kecepatan kocokan jarinya.
“nnnnggghhh……!!! nnnggghh…ouuuuhhh….!!!!” tak tahan juga dia untuk tidak melenguh.
Pak supir itu juga tak mampu lagi menahan nafsunya lebih lama. Tapi karena sedang mengemudi, terpaksa dia membagi konsentrasinya antara menyetir dengan aktivitas mengubel-ubel vagina majikannya. Bahkan jarinya harus sering keluar dari vagina, untuk menggerak dan mengganti persneling gigi. Akhirnya Donita memasukkan sendiri jari tangannya ke dalam vaginanya. Dikorek-korek vaginanya sendiri seakan-akan ada barang yang tertinggal di dalamnya. Pak Supri menambah kecepatan, tak sanggup melihat adegan masturbasi itu lebih lama. Begitu mobil memasuki pintu gerbang, langsung diparkirkan di halaman depan. Pak Supri buru-buru turun menutup pintu gerbang dan membuka pintu depan mobil. Digendongnya yang terduduk lemas, sepetonya gadis itu sudah mencapai orgasmenya dengan bermasturbasi tadi. Dibawanya tubuh lunglai Donita kekolam renang di samping rumah. Begitu sampai pinggiran, ia membuka seluruh pakaian gadis dan mencampakkannya kesembarang tempat. Setelah sang nona majikan telanjang bulat, buru-buru ia juga menelanjangi diri sendiri dan menceburkan tubuh mereka ke kolam. Kedua tangannya yang sudah keriput termakan usia tapi masih bertenaga mendekap erat tubuh sang artis.
“Ooouuufffpppph, pak! pelan-pelan dong!” protes Donita, karena tiba-tiba ceburkan paksa.
“Ehehehe…! maap non. Soalnya baru kali ni bapak berenang sambil bugil, dengan cewek cakep lagi. Gimana? asikkan? hua hak hak!” ujarnya sambil memeluk erat Donita.
Tak ayal lagi, payudara montok dan kenyal milik sang artis berdesakan kuat dengan dada kerempeng miliknya. Sehingga kedua insan berbeda jenis kelamin itu dapat mendengar detak jantung pasangannya masing-masing. Akhirnya mimpi lama sang supir hampir terwujud. Dulu sewaktu masih muda, pak Supri punya sebuah impian. Jika sudah menjadi orang kaya dan menikah dengan seorang wanita cantik nanti, ia akan membuat sebuah rumah mewah dilengkapi sebuah kolam renang yang besar, sehingga setiap hari ia dan istrinya bisa bercinta sepuasnya di kolam itu seharian. Walaupun impian menjadi kaya dan menikah itu sampai sekarang tidah pernah terkabulkan, tapi impian bercinta dengan seorang gadis cantik jelas sudah hampir terealisasi sekarang. Tinggal memasukkan penisnya ke dalam liang vagina si cantik Donita, maka impian itu benar-benar akan resmi menjadi kenyataaan. Bercinta di dalam kolam renang pun menjadi sensasi baru bagi Donita. Selama menjalani kehidupan seksnya, ia tak pernah membayangkan sedikit pun untuk melakukan aktivitas sex di dalam air. Hal ini benar-benar menjadi pengalaman baru bagi mereka berdua.Tangan kasar pak Supri mulai menggerayangi tubuh gadis itu. Sang supir meremas payudara Donita dan memainkan putingnya. Suara desahan pelan keluar dari bibir seksinya.
Gadis itu melingkarkan tangannya ke leher supirnya dan mencium bibir hitam nan tebal milik sang supir dengan agresif. Tanpa ragu dan jijik ia bermain lidah dengan pria yang mungkin seusia dengan kakeknya. Keduanya terlibat percumbuan liar di tepian air kolam yang merendam mereka sebatas dada. Pak Supri meremas pantat berisi Donita dengan gerakan sedikit mengangkat, lalu menyenderkan punggung gadis itu ke bibir kolam sehingga tubuh Donita sedikit terangkat, memudahkannya untuk melumat dengan ganas payudara basah sang artis. Bibir tebal supir itu mencium dan menyedot kulit payudara serta putingnya sehingga menimbulkan rasa geli dan nikmat. Tak bosan-bosannya ia menikmati benda yang satu itu, dijilat, dihisap, digigit, dan ditariknya dengan gemas puting mungil Donita, membuat tubuh gadis itu bergelinjangan menahan rasa nikmat, otomatis air kolam pun turut bergoyang-goyang karena aktivitas mereka. Puas mengerjai buah dada majikannya, pak Supri mengangkat tubuh Donita dan mendudukkannya di tepi kolam. Tubuh pak tua itu sediri masih berada dalam air. Sekarang, vagina Donita tepat berhadapan dengan wajah sang supir. Mulut pak Supri perlahan maju menuju vagina Donita dan dimainkannya ‘daging’ lezat milik nona majikannya.
“Mmmhh…. paakkkhhhhh!!! gelihh…. auukkhhh!” erangnya saat lidah hangat pak Supri menjilati belahan vaginanya dan menyeruak masuk ke dalam liang sempit milknya.
Permainan lidah sang supir mengakibatkan nafu birahi sang artis kini sudah sangat memuncak. Ingin dia meminta pada pak Supri agar jangan mempermainkannya lagi dan memohon agar pak tua itu segera menjebloskan kontol besar memeknya. Tapi, ia sudah tidak mau merendahkan dirinya lebih jauh lagi di hadapan sang supir. Seluruh kenikmatan yang diterima, ditumpahkan dengan desahan dan jambakan dalam desahan dan jambakan pada rambut putih beruban pak Supri.
“Iiiiyyyyaaaaahhhh! paakkkkhhh!!! jilaaattthh, akhhh!!!! terussshhh!!!”
Lidah pak Supri bergerak-gerak liar menjilati bagian dalam liang rahim nona majikannya, tak lupa juga dia menjilat klitoris sang artis yang sangat sensitif. Ditambah dengan remasan yang dilakukan kedua tangan pak Supri, satu di pantat dan satu lagi di sebelah payudaranya membuat Donita merasakan semua aliran rangsangan kenikmatan itu mengalir ke seluruh urat syarafnya. Setelah merasa cukup untuk sesi pemanasan, ia menarik kembali tubuh Donita ke dalam air. Pak Supri menatap lembut wajah nona majikannya yang cantik jelita. Rambut hitam panjangnya basah terurai, belum lagi bibir merah dan indah Donita yang sedikit merekah, membuat sang supir tidah tahan untuk tidak melumatnya kembali. Mereka pun berciuman sambil berpelukan erat. Penis pak Supri diremas dengan kuat oleh tangan halus Donita.
“Masukin pak! please masukin kontol bapak ke memek aku! ayoooohh!!” mohonnya pada sang supir sambil tangannya mengocok pelan penisnya.
Mendengar permintaan gadis itu, si supir segera mengambil alih aroma besarnya dari tangan Donita dan menekannya ke bibir vagina nona majikannya.
“oookkkkhhh…. besarkkhh!! pelaaan pakkhhh! kontol lu besar tauuukkhh! jangan dipaksaain, bisa robek memek gueh!” mulai lagi keluar kebiasaan buruk sang artis saat bersetubuh.
Tubuh Donita mengejang seperti orang yang menahan sakit, ketika pak Supri melesakkan si penis dengan kuat kedalam liang memeknya yang kecil. Begitu sudah masuk semuanya, ia langsung menyodok kencang. Supir tua itu menggenjot sambil tangannya memegang paha Donita dan meletakkan kaki jenjang sang artis di kedua tangannya, jadilah gadis itu melayang dalam air dengan kedua kaki yang ditopang oleh lengan supirnya. Punggungnya disandarkan di dinding kolam, serta kedua tangan memeluk erat leher si supir. Erangan nikmatnya sesekali terhambat ketika mulut mereka saling berpagutan. Pak Supri melepaskan pegangannya pada kaki kiri Donita, tangannya yang kasar merayap membelai pipi mulus si artis. Membelai lembut bibir ranumnya, dan semakin turun untuk meremas payudaranya. Diremasnya payudara gadis itu dengan gemas dan kuat, jari-jarinya dengan nakal mecubit-cubit daerah aorela dan memainkan puting yang sudah keras sehingga makin mengeras. Sementara bibir tebal si tua bangka menyusur bergerak menjelajah bagian telinga. Dijilatnya cuping telinga sang artis, membuat gadis itu semakin terengah-engah dan menggelinjang tak karuan. Jilatan didaerah telinga terus berlanjut turun menuju buah dada yang masih menganggur. Dihisap dan dikenyot kuat buah melon itu, membuat bekas cupangan kemerahan diseluruh permukaan kulit lembut payudara gadis itu. Merasa kurang leluasa dengan posisi itu, dibaliknya tubuh majikannya sehingga kini tubuh sang artis menghadap ke tepian kolam dan membelakangi supirnya. Kaki kiri Donita diangkat dan kembali ia melesakkan kontol memasuki liang nikmat sang artis. Tak lupa tangannya yang sebelah lagi mencengkram buntalan susu gadis itu. Pak Supri menarik keluar kontolnya sebagian, lalu kembali menghujamkan benda itu kedalam liang memek Donita sedalam mungkin, begitu dilakukan berulang kali. Air kolam beriak dengan keras akibat sodokan-sodokan brutal pak Supri. Tubuh Donita terlonjak-lonjak, pantatnya bertumbukan keras dengan tulang kelamin supirnya, walaupun tenaga sodokan sang supir sedikit diredam oleh air. Gadis itu merasakan sedikit rasa perih disekitar dinding memek, karena bergesekan kuat dengan batang besar berurat supirnya. Tapi segera rasa sakit itu itu sirna digantikan rasa nikmat tiada tara. Seluruh syaraf disekitar kelaminnya mengirim semua kenikmatan yang diterima ke seluruh penjuru tubuh membuat gadis itu kehilangan kontrol atas tubuhnya sendiri. Pinggulnya secara reflek menjemput tumbukan sang supir, berusaha menggali semua kenikmatan yang ada. Dinding vagina Donita terus meremas dan mencengkram penis pak Supri, membuat dia semakin menggasak vagina itu dengan seluruh tenaganya.
“Emmmffffhhhh!!!! nnnggghhh….!! aaaakkkhhh!!!” sebuah ekspresi kenikmatan yang hebat keluar dari mulut sang artis.
Benar-benar edan pak supir ini. Walaupun kondisi fisiknya sudah tua renta, tetapi masih memiliki stamina layaknya anak muda. Mungkin benar kata orang, usia boleh tua, tapi semangat harus tetap muda. Kembali ke kolam, Donita kini sudah hamper berada diambang batas kekuatannya. Ia sudah tidak bisa menahan kenikmatan ini lebih lama lagi. Kontol sang supir yng mengaduk-aduk liang rahimnya sungguh membuatnya gila. Tangannya mencengkram kuat ubin pinggiran kolam, tubuhnya meronta-ronta sangking nikmatnya. Payudara yang menggantung bebas, terpental kesana kemari akibat tumbukan brutal pinggul sang supir. Benar-benar suatu kenikmatan dahsyat yang diberikan oleh pak Supri. Sang supir yang sudah diambang batas itu pun benar-benar merasakan nikmatnya hidup saat liang vagina legit majikannya, meremas dan berusaha meremukkan batangan kontolnya didalam sana. Nafasnya terasa sesak, seiring semakin kencang penisnya diremas. Pak tua itu tahu bahwa majikannysa akan sampai dipuncak kenikmatannya sebentar lagi. Tak ingin kalah, pak Supri meremas kuat pantat Donita dan menggoyang serta menyodok secepat yang ia bisa.
“ooouuugggghhhh…. iyyyahhh!!! enaaaakkk…. lebbbih keraaasss… paakkhhh!! yanggghh… eeghhfff…. kenceennggg!! AAAhhhgggHHH!!” Donita mengerang kuat dengan badan melengkung ke belakang, meresapi kenikmatan orgasme yang dirasakannya.
Melihat nona majikannya sudah keluar duluan, Sang supir pun semakin menambah kecepatannya. Sambil menggenjot, pak Supri bisa merasakan otot-otot memek Donita masih berkontraksi selepas orgasme, berusaha meremas penisnya agar menumpahkan muatannya secepat mungkin. Ia pun semakin brutal menyentakkan penisnya. Setelah beberapa sodokan kuat, ia tidak tahan lagi. Dengan tubuh bergetar ia memeluk Donita dan memompakan semua benihnya dalam tubuh gadis itu.
“Nnnnnhgggggghhhh!!! Makanhh…. niiiikhhh peejjuuukkhhh guueeekkkhhhh…!! Huuurrrgghh!!!”
Lenguhan panjang keluar dari mulut sang supir. Ditekannya sedalam mungkin penisnya sampai mentok, batangan super itu pun menyemburkan semua isinya, memenuhi rongga kewanitaan sang artis. Bahkan ada sebagian yang keluar dari vagina, karena sangking banyaknya sperma yang dikeluarkan sehingga nampak sedikit gumpalan air mani kental pak Supri dipermukaan air kolam. Nafas keduanya memburu tidak beraturan. Tubuh Donita yang sedari tadi siang kelelahan karena aktivitas di lokasi syuting kini bertambah lunglai akibat persetubuhan dengan supirnya. Sadar akan kondisi nona majikannya yang sudah sangat kecapaian, pak tua itu segera menarik keluar kontolnya dari vagina Donita. Begitu terlepas, pak Supri bergegas mengangkat Donita keluar dari kolam. Dengan tetap bertelanjang ria, sang supir menggendong tubuh majikannya yang sepertinya sudah agak kehilangan kesadaran untuk dibawa masuk ke kamar melalui pintu samping. Tanpa disadari oleh keduanya, ada sesosok bayangan orang yang berdiri di samping tembok depan rumah mengintip mereka. Sepetinya orang itu sudah sedari tadi berada disana. Sosok misterius itu menyeringai sambil melihat hasil rekaman adegan persetubuhan Donita dan sang supir, yang direkam melalui handycam miliknya. Siapakah sebenarnya orang itu dan apa sebenarnya tujuannya merekam adegan panas Donita?? Semuanya masih menjadi teka-teki yang belum dapat terjawab.
*********************************
NB: Sebenernya ni cerita ditulis tanpa kerangka karangan, apa yang ada di kepala itu deh yang ditulis. Jadi kalo da yang mau protes kurang panjang, kurang mantap, jelek ato sebagainya, silakan aja itu hak ente-ente sekalian. Bagi yang ngefans ama Asmirandah ato Donita, ane cuma bisa bilang I’m sorry. secara ane juga ngefans ama mereka. Tapi ni kan cuma cerita, gak ada sangkut pautnya ama doi berdua didunia nyata. ya ga?. Btw, ada yang masih mau dilanjutin? ditunggu kritik dan sarannya. Dan ane harap kepda penulis2 yang udah pro untuk menganalisis ni cerita, ada kekurangannya kah? ato bagian yang jelekkah? ditunggu bantuan and pertolongannya. Cheers!
Regards.
Mr. Bento
===========================
36 komentar
Trs jgn cm vegi-nya doang, khan ada 2 lobang lg…, dipake jg dong…
Trs yg lbh penting lg, lanjutannya jgn kelamaan…
Tq…
trus donita nanti dilanjutin sama rizuki ya? hehehe…
tapi sayang, humiliation nya kurang.. sekedar masukan, donita harusnya bisa lebih dipermalukan lagi dan dijadikan budak sex yg bener2 “budak”. kaya ga boleh pake baju di rumah, dientotin sambil ngapalin dialog atau pas lg nelfon randi pangalila. dsb
OverAll nice story..
Paling ilang sedikit tuh ttg Ucup, Asmirandah, n Sutradara (kl bisa yg kelakuannya Beast)…
Kl blh usul, jgn video recording lg doonk boss… Udh banyak story yg pake’ ancaman via Rekaman Video…
Perkosa, Cekek – Banting aj… wkwkwkwkkk….
@ Ayuk :Setuju tuh, Mona Ratuliu Cooy….
TGIF
atau rizuki aja dah. sudah lama gua tunggu fanfics nya. ^^
asmirandahnya kemana?
eh request Melinda Dee lah si pembobol citibank itu. toge tuh bikin ngiler hhehehe…
ditunggu lanjutannya bro
Si montok yg kena kasus citibank itu.
Oke bos?
Melinda dee meskipun tua ttp aja kesannya binal..apalagi melon kembarnya itu..bkin g nahan..
Mohon d kabulkan permintaan dr rakyat RM ini..
Jaya!!
lebih keren lagi kalo dibikin lebih fetish. seluruh badannya dijilatin, sampe keteknya juga. pejunya donita ditelen dan digambarkan lebih detail lagi memeknya si donita. dibikin terkencing2 juga asik
kl bole, buat cerita ttg Fenita Ari donk gan….thanx
Betul nih,dah 1mgg ko blm rilis lagi?
Bro keihin bener tuh,dah 1mgg ko blm rilis lagi?
Menunggu lanjutan BLACK NOTE
Setuju jg ma yg diatan BLACK NOTE kapan kluarx???
Reg titi sjuman donk
Setuju jg ma yg diatas BLACK NOTE kapan kluarx???
Req titi sjuman donk
Buatin shara aryo/titi sjuman donk
lanjutannya ane usahain pasti lebih baik lagi…
*panadoL mode:on
kira2 bro kt yg satu ne mau ga ya di jadiin tokoh cerita…???
gmana para penis..eh salah penulis….hehehehe