Note:
Cerita ini adalah sekuel dari cerita “Parto, Orang Desa Yang Cari Rejeki Di Kota” yang telah di-publish disini (Aug 2009). Bagi yang belum membacanya harap membaca cerita itu terlebih dahulu, demi kelancaran cerita.
Disclaimer:
- Cerita ini tak cocok dibaca oleh anak di bawah umur, kaum munafik, atau orang yang berpikiran sempit. Read at your own risk!
- Cerita ini adalah fiksi belaka. Demikian pula dengan unsur mistis dalam cerita ini. Namun bukan tak mungkin sebagian atau keseluruhan peristiwa dalam cerita ini terjadi betulan. Seandainya itu terjadi, hal itu adalah kebetulan semata.
- Cerita ini mengandung unsur hubungan interracial namun sama sekali tak bermaksud SARA / rasis. - Demikian pula tokoh dan perilaku negatif dalam cerita ini tak bisa dianggap mewakili seluruh suku / golongan / ras tertentu. Semoga tidak ada yang berpikiran sempit.
- Kalo ini semua masih belum cukup, jangan diteruskan bacanya! Semua orang punya pilihan untuk itu. Peace.
By ara456 (aeguugea@yahoo.com)
(Warning: read at your own risk!)
########################################
Pada suatu hari, saat menjelang sore…
Fey Chen sedang duduk sambil membaca majalah khusus cewek. Ia baru selesai olahraga jogging. Namun wajahnya saat itu begitu segar dan cantik. Karena ia baru selesai mandi sehabis jogging tadi. Bahkan beberapa ujung rambutnya saat itu masih menempel dan terlihat basah. Saat itu ia memakai baju putih dan celana pendek merah dengan dadanya kelihatan menonjol di balik baju putihnya. Sementara celana merahnya itu cukup pendek sehingga menampakkan sebagian besar pahanya yang putih mulus. Selain pendek juga termasuk ketat sampai-sampai pantatnya terlihat begitu menonjol. Saat ia sedang asyik membaca, tiba-tiba muncul ayahnya yang keluar dari dalam kamar. Segera ia menghampiri dan berbicara ringan dengan putrinya sejenak. Setelah itu ia berkata dengan serius,
“Chen, sebaiknya untuk sementara ini kamu jangan memakai baju yang terlalu terbuka atau terlalu pendek. Kamu harus ingat, di dalam rumah kita saat ini ada adik Mboh Minah, yang namanya…siapa itu…Parjo atau Warto. Kamu harus sadar kalau sekarang kamu sudah besar. Papi nggak mau nanti kamu diliatin sama dia yang akhirnya bikin kamu sendiri nggak nyaman. Kemarin khan Papi juga sudah bilang.”
“Ah, tapi khan dia selalu di luar, Pi. Sedangkan aku di dalam. Lagian ini khan rumah kita juga, kok sekarang malah aku yang mesti menyesuaikan diri gara-gara kita ada kedatangan seorang kacung. Masa aku mesti ngalah sama kacung.”
“Ya biar bagaimana pun khan namanya tinggal dalam satu rumah khan pasti suatu saat bisa ketemu. Sementara dia itu khan cowok dan kamu cewek. Kamu harus mengerti tentang masalah ini,” kata Papinya,” Lagian, Papi nggak mau nanti terjadi apa-apa kalau tiba-tiba dia jadi kurang ajar sama kamu, misalnya.”
“Ah, Papi terlalu mengada-ada. Lha aku jarang ketemu dia koq. Apalagi disini khan banyak pembantu cewek, ada Mbok Minah, Wati, Suminten, dll ditambah Papi disini. Masa dia berani macam-macam. Apalagi Mbok Minah adalah kakaknya.”
“Ya tetap saja kemungkinan itu ada, Chen. Kamu ini kalau dinasehati selalu aja membantah. Sudah sebaiknya kamu ikuti nasehat Papi. Kamu jangan pakai celana yang pendek seperti itu kalau keluar kamar. Sebaiknya sekarang kamu ganti dengan yang lebih panjang. Dan ingat, jangan lupa selalu kunci pintu kamarmu!”
Saat itu rupanya Parto berada di taman di luar ruang tempat mereka berada. Namun posisinya tak jauh dari situ. Sehingga ia bisa mendengar semua percakapan itu. Dalam hati ia mentertawakan nasehat tuannya itu kepada Fey Chen, anak gadisnya.
“Ah, pake nasehat macam-macam. Itu semua nggak guna. Hehehehe. Lha wong anakmu itu sudah kadung aku bikin nggak perawan kok. Hahahahaa.” Dan penisnya seketika mengeras saat membayangkan itu. “Sekarang aja di depan lu dia sok alim. Nanti malam di belakang lu, heheheheee, bakal abis-abisan dah. Hahahahaa.”
Sementara di dalam, Fey Chen yang mendengar nasehat ayahnya, akhirnya bangkit berdiri. Parto, yang mengetahui cewek itu kini berdiri dan posisi ayahnya kini berjalan menjauh dari putrinya, berusaha mengambil kesempatan dalam kesempitan. Paling nggak sore itu ia mencoba mencuri dulu paha ayam muda dari penjagaan ayahnya. Untuk itu ia berdiri di depan pintu dan mengambil posisi yang pas supaya bisa melihat Fey Chen yang sedang berdiri dan membetulkan celananya itu, namun tak terlihat oleh bokapnya yang berdiri tak jauh dari sana.
“Suitt, suit, aduuhh sexy-nya,” katanya tentu dalam hati.
Dengan mata jelalatan dilahapnya pemandangan indah itu. Dilihatnya pantat menonjol “ayam muda” Fey Chen yang sexy itu. Juga pahanya yang putih mulus terlihat sampai ke pangkalnya. Karena memang betul perkataan ayah gadis itu, celana pendek merah yang dikenakannya itu sungguh pendek, sampai-sampai pahanya yang putih mulus terlihat sampai ke pangkalnya. Dan juga begitu ketat, sampai-sampai pantat Fey Chen terlihat bulat menonjol. Tentu hal seperti ini sebetulnya memang tak pantas dilihat oleh kacung rendahan seperti dirinya terhadap anak cewek majikannya yang telah berusia dewasa. Namun tentu bagi Parto hal seperti ini termasuk “rejeki” baginya. Wow! Mangstaff! Parto berdecak kagum dalam hati menyaksikan pemandangan indah itu. Apalagi bentuk figur tubuh Fey Chen memang indah dengan tubuh langsing, tinggi-berat yang proporsional dan payudara yang cukup menonjol di balik kaus putih yang dikenakan gadis itu. Dan wajah gadis itu juga begitu segar dan cantik. Ujung-ujung rambutnya yang masih basah dan menempel, membuat “ayam muda” itu jadi semakin sexy dan maknyuss sekali. Wajahnya yang cakep dan kinyis-kinyis seperti boneka + tubuh proporsional + rambut indah + paha putih mulus + pantat bulat menonjol + dada membusung = mupengs abisz!
Fei Chen |
“HEY! Ngapain kamu berdiri disana!!” sergah ayah Fey Chen tiba-tiba yang membuat Parto menjadi terkejut sampai-sampai ia hampir melompat. Wajah pria setengah baya itu merah padam. Nampak jelas kalau ia begitu marah karena melihat Parto kacung rendahan itu ternyata diam-diam sedang memelototi putrinya dengan tampang mupeng abis.
“Ayo balik ke belakang!!” bentaknya dengan keras sambil berdiri di tengah pintu. Rupanya ia beniat menghalangi pandangan Parto supaya tak bisa melihat putrinya. Jadi kini pandangan Parto jadi sepet karena terhalang tubuh pria setengah baya ini. Apalagi orang ini sedang marah terhadap dirinya.
“Ma-maaf Tuan. Iya. Eh, anu, tadi, saya kebetulan lewat,” kata Parto kepada tuannya.
“Sudah cepat, pergi sana!!”teriaknya. “Fey Chen, ayo cepat kamu masuk ke dalam!” katanya sambil memalingkan kepalanya ke dalam.
Dalam hati Parto mendongkol juga karena pemandangan indahnya tiba-tiba sirna, malah kini ia mendapat hardikan dan makian dari tuannya. Sementara Fey Chen segera langsung menghilang masuk ke dalam kamarnya. Ah, sialan, ngerusak kesenangan orang aja! Batinnya dalam hati. Namun ia tak berani mengucapkannya. Selama ini ia melakukan hubungan terlarang dengan Fey Chen secara diam-diam, karena ia tak ingin diusir dari rumah itu. Ia tak ingin kehilangan sumber uang tetap yang didapatnya dari gadis itu, juga lebih-lebih lagi ia tak mau kehilangan “hak istimewa”nya yaitu bisa menikmati kemulusan tubuh gadis majikannya itu terus berulang-ulang-ulang dan berulang-ulang terus. Sementara itu, insiden tadi tak hanya berhenti disitu saja. Karena beberapa saat setelah ia ke belakang dan masuk ke kamarnya, tiba-tiba terdengar suara kakaknya berteriak memanggilnya. Mula-mula ia tak ingin menjawabnya. Namun semakin lama teriakan itu semakin keras. Bahkan kini kakaknya itu menggedor-gedor pintu kamarnya sambil berteriak memanggilnya.
Parto |
“Parto! Ayo keluar kamu!” perintah Mbok Minah. “Partooo!!!” bentak kakaknya itu.
“Iya, iya. Sebentar aku keluar, “ kata Parto akhirnya.
“Ada apa sih Mbak, teriak-teriak gitu?”
“Kamu ini! Dasar muke gile loe ya! Udah Mbak bilang berkali-kali. Disini kamu harus sopan terhadap Tuan dan Non. Ayo keluar!” kata Mbok Minah sambil menarik Parto ke depan.
“Mau ngapain Mbak?”
“Kamu harus minta maaf sama Tuan! Ayo cepat ikut aku!”
“Nah, ini orangnya Tuan,” kata Mbok Minah yang terus menarik Parto akhirnya berhenti saat bertemu dengan ayah Fey Chen, Pak Sutanto.
“Parto, ayo kamu minta maaf sama Tuan. Cepat!”
“Eh..”
“Ayo, cepat!!”
“Maaf, Tuan. Tadi saya nggak sengaja lewat,” kata Parto perlahan sambil menundukkan kepala. Dalam hati ia amat dongkol. Sialan, pikirnya!
“Ingat ya! Aku tidak ingin hal seperti ini terulang lagi!” kata Pak Sutanto sambil menatap tajam ke arah Parto.
“Iya, Tuan,” kata Parto sambil menundukkan kepalanya. Namun dalam hatinya…awas, rasain, tunggu pembalasanku nanti!
“Minah!”
“Ya Tuan,” kata kakaknya sambil membungkuk, yang membuat Parto jadi semakin sebal dengan sikap carmuk kakaknya itu.
“Hanya karena mengingat dia adalah adikmu, maka dia nggak langsung aku usir. Tapi ingat, sekali lagi terjadi, dia harus pergi! Mengerti kamu?”
“Iya, baik Tuan. Terima kasih Tuan.”
“Dan satu lagi, kamu harus bisa mendidik adikmu ini supaya mengerti sopan santun. Mengerti?”
“Mengerti Tuan. Sekali lagi maaf Tuan. Dan, tolong sampaikan permintaan maaf saya ke Non juga.”
“Baiklah, sekarang kamu boleh pergi,” kata Pak Sutanto kepada Parto.
“Parto! Ayo kamu bilang terima kasih dulu ke Tuan,” kata Mbok Minah.
“Eh, terima kasih Tuan,” kata Parto dengan terpaksa. Huh! Gerutunya dalam hati.
“Ayo, sekarang kamu kembali ke belakang,” perintah Mbok Minah.
“Dasar ular berkepala dua”, batin Parto saat berjalan ke belakang. “Di depannya membungkuk-bungkuk tapi di belakang ceritanya lain. Sekarang aku disuruh ke belakang, pasti kamu pengin ngentotan sama tuan sialan itu!” Gerutunya dalam hati karena hatinya kesal. Bahkan kakakku sendiri bukannya ngebelain adik sendiri malah carmuk dengan orang luar. Abis ini pasti “lama deh baliknya”.
Sementara itu, begitu Parto meninggalkan mereka…
“Perbuatan adikmu itu sungguh tak bisa diterima,” kata Pak Sutanto yang rupanya masih kesal dengan kejadian tadi. .
“Ya, maafkan dia, Tuan. Dia itu memang orang goblok, nggak berpendidikan. Jadi maklum kalau tindakannya konyol. Tapi dia nggak akan berani berbuat macam-macam kok, apalagi setelah kumarahi tadi.”
“Baik, kau harus bisa mendidik adikmu itu.”
“Baik Tuan. Eh, omong-omong….Tuan cape? Pengin aku pijit nggak?” tanya Minah dengan melirik genit.
“Gila kamu. Masa sekarang…masih sore gini.”
“Ah, nggak apa-apa Tuan. Apalagi Non Fey Chen khan sudah masuk ke kamarnya. Dan disini sekarang lagi nggak ada orang,” kata Minah memegang tangan tuannya sambil mengedipkan matanya. “ Sekalian untuk menurunkan emosi Tuan yang barusan naik.”
“Ah, ya, ya, memang pintar sekali kamu dalam urusan ginian. Hehehe,” kata tuannya tanpa basa-basi lagi. Bahkan kini tuannya itu tanpa sungkan lagi meraba-raba dagu dan pipinya. Bahkan setelah itu tangannya turun ke bawah memegang-megang dada Minah.
“Memang sekarang kamu harus melayaniku dengan baik. Tadi adikmu itu bikin darahku naik. Nah, sebagai obatnya, sekarang Mbak-nya wajib memberikan “ongkos gantinya” Hehehee…”, katanya sambil kini kedua tangannya meremas-remas buah dada Minah.
“Iiih, Tuan jangan begitu ah!” kata Minah pura-pura menolak.
“Yuk, masuk ke dalam kamar aja….” kata tuan yang telah mata gelap karena nafsu itu sambil memeluk Minah dan membawanya masuk ke dalam kamar…..
–@@@@–
Sementara di dalam kamar Parto…
“Huh! Sialan”, gerutu Parto.
Ia masih kesal karena harus minta maaf kepada tuannya yang pada dasarnya tak terlalu disukainya. Dan ia makin dongkol karena Mbak-nya juga turut memarahinya di depan tuannya. Dan kini, Mbak-nya tak kunjung datang. Tentu mereka sedang asyik di dalam kamar. Ah, sungguh bangsat bener tuan ini. Anaknya baru diliatin gitu aja sudah sewot setengah mati. Padahal dia sendiri dengan seenaknya mainin cewek. Tiba-tiba dirinya jadi bergairah. Ah, ngapain kesal. Sekarang adalah saat yang bagus. Selagi kau asyik menggarap Mbakku, akan kugarap pula anakmu yang bening itu. Heheheh… Apalagi sejak tadi memang anakmu itu telah bikin aku ngaceng. Kini Parto semakin bergairah lagi karena rasa mupengnya kini bertambah dengan keinginan membalas dendam terhadap tuan yang memarahi dirinya itu. Sekalian ini adalah sebagai ganti rugi karena si bangsat itu juga kini sedang menggarap Mbakku, pikirnya. Namun ganti rugi ini adalah ganti rugi plus plus plus yang sangat menguntungkannya, karena Fey Chen jauh lebih muda, lebih cakep, lebih sexy, daya tarik seksualnya jauh lebih tinggi…pokoknya kelasnya jauh diatas Mbaknya yang sudah stw. Nah, rasain kau! Batinnya.
Kupelototin anakmu, kau marah.
Kau berani pelototin anakku, kugarap kakakmu!
Kau garap kakakku, kugarap pula anakmu!
Dan, akulah yang akhirnya menang. Hehehehee….
–@@@@–
Fey Chen sedang duduk di ranjang di dalam kamarnya. Ia masih memakai baju yang sama seperti tadi, yaitu atasan kaus putih dan celana merah yang begitu pendek. Pahanya yang putih mulus sebagian besar terbuka dan terlihat jelas. Namun kali ini di atas pahanya yang putih itu terdapat tangan hitam yang meraba-raba paha mulusnya. Tangan itu adalah tangan Parto, kacungnya! Tanpa sungkan-sungkan lagi terhadap gadis ini, tangan Parto merayap kesana-kemari, menggerayangi seluruh bagian paha Fey Chen yang terekspos dan membuatnya mupeng sejak tadi. Seandainya ada orang luar yang melihat kejadian itu, tentu mereka semua tak habis pikir. Sungguh kejadian yang langka bin ajaib, seorang kacung rendahan yang kere dan sama sekali nggak ada cakep-cakepnya bisa berduaan di dalam kamar dengan anak gadis majikan dari keluarga Chinese elit. Padahal ceweknya sungguh bening dan cakep luar biasa. Malahan dengan sukarela gadis majikan ini menurut saja dirinya digrepe-grepe oleh kacungnya itu. Tentu kacung itu tak menyia-nyiakan “daging empuk” di depan matanya itu. Sementara tangannya yang satu terus meraba-raba paha mulus Fey Chen, tangannya yang lain memeluk bahu sambil bibirnya asyik menciumi bibir gadis itu. Mmmphhhhhh! Dengan ganas dilumatnya bibir Fey Chen. Parto merasa aman untuk melakukan apa pun yang diinginkan sesuka hatinya terhadap anak majikannya itu saat itu. Karena “anjing bulldog” yang menjaganya telah dijinakkan oleh Mbak-nya. Sehingga kini ia bisa dengan leluasa memakan “anak ayam” yang kinyis-kinyis ini. Memang saat itu di kamar yang lain, Pak Sutanto sedang asyik menggrepe-grepe Minah yang meski sudah 40-an tahun tapi tubuhnya masih cukup kenceng. Tentu ia tak sadar kalau pada saat yang sama Parto juga sedang asyik menggrepe-grepe anak gadisnya yang tadi bahkan baru dipelototi aja sudah protes berat. Sekarang malah lebih hancur-hancuran..Saat itu Fey Chen yang pahanya sedang digerayangi sambil bibirnya diciumi Parto sama sekali tak melawan, malah ia memejamkan matanya sepertinya menikmati juga perlakuan kacungnya itu terhadap dirinya. Padahal awalnya tadi ia tak ingin membuka pintu saat Parto mengetuk kamarnya dan dilihatnya melalui kaca kecil di pintu ternyata yang terlihat adalah mulut tonggos Parto. Ia tentu tak ingin perbuatan skandalnya itu ketahuan Papinya. Namun Parto terus mengetuk malah ketukannya makin keras. Tindakan Parto yang baginya sungguh nekat itu kini membuatnya semakin takut. Sehingga mau tak mau akhirnya ia membuka pintu kamarnya sedikit. Maksudnya menyuruh Parto untuk segera pergi dan tidak mengetuk kamarnya lagi. Namun begitu pintu terbuka sedikit, Parto langsung menerobos masuk ke dalam. Belum sempat ia bicara, tiba-tiba kacungnya itu langsung mendekap dan mencium bibirnya!
“Mmmpphhhhh.” Fey Chen berusaha berontak, namun Parto tidak mau melepaskan bibir nikmat gadis majikannya itu. Ia terus menciumi bibir gadis muda ini dengan penuh nafsu. Setelah tadi kena marah dan dipermalukan oleh ayah gadis ini, kini saatnya ia membalas dendam dengan menguasai dan menggagahi putrinya! Apalagi ia sungguh suka dengan cewek ini karena putih bening, cakep, dan sexy banget. Ditambah lagi wajahnya yang oriental sungguh menggairahkan dirinya! Apalagi selama ini ia jarang bahkan nggak pernah bergaul dengan cewek-cewek keturunan. Kapan lagi ia bisa menikmati cewek Chinese seperti sekarang. Cowok mana yang nggak pengin menikmati barang bagus seperti ini! Ditambah faktor kejadian tak menyenangkan tadi serta bayangan bokap cewek ini yang sedang menggarap kakaknya, membuat nafsunya semakin menggelora bagaikan ombak Laut Selatan yang ditiup angin topan. Sehingga kini mulutnya yang tonggos itu menyapu seluruh bagian bibir gadis Chinese yang berwajah polos ini
tanpa ada satu bagian pun yang terlewat. Fey Chen membiarkan saja perbuatan Parto yang sebetulnya tergolong amat kurang ajar terhadap dirinya itu. Karena ia telah betul-betul masuk ke dalam jerat perangkap pelet yang disusun oleh Mbok Minah sebelumnya (baca: Parto, Orang Desa Yang Cari Rejeki Di Kota, di folder bulan Aug 2009). Jadi kini ia betul-betul jatuh ke tangan (atau tepatnya, penis) Parto secara mutlak. Malah kini ia juga mendambakan belaian kasih Parto terhadap dirinya. Demi Parto, ia rela menyerahkan segalanya termasuk kehormatan dirinya. Terbukti sebelumnya telah ia serahkan keperawanannya untuk direnggut Parto. Ia sama sekali tak peduli dengan kenyataan bahwa Parto adalah kacungnya! Juga ia tak peduli dengan perbedaan diri mereka yang begitu besar dalam hal segalanya, termasuk ras, status sosial, kekayaan, pangkat, warna kulit, latar belakang keluarga, pendidikan, prospek masa depan, dan lain sebagainya. Juga ia tak peduli dengan wajah Parto yang jelek dan penampilannya yang amburadul. Dalam pandangannya, Parto adalah pangeran idamannya. Begitulah hebatnya khasiat ilmu pelet itu!
Kini Fey Chen mulai membalas ciuman Parto. Bibirnya yang lembut bergerak menjelajahi bibir Parto yang hitam tonggos. Keduanya kini saling berciuman dengan hangat. Bahkan di dalamnya, lidah keduanya juga saling bertemu dan beradu. Sambil menciumi Fey Chen, kedua tangan Parto menggerayangi bagian belakang tubuh gadis itu sampai akhirnya keduanya mendarat di celana merah gadis Chinese itu. Dipegang-pegang dan diremas-remasnya pantat Fey Chen yang menonjol di balik celana ketatnya. Sesuatu yang tadinya tak boleh dilihat, sekarang malah bebas untuk digrepe-grepe. Sementara badan Fey Chen menempel di tubuh Parto. Sambil terus menciumi bibir dan menggrepe-grepe pantat Fey Chen, ia merasakan dada empuk gadis itu yang menempel di dadanya. Aaaahhhhh. Begitu nikmatnya hidup ini, gumam Parto dalam hati. Meski gua nggak suka dengan pemilik rumah ini, tapi kalo disuguhi yang kayak gini ya kagak nolak deh. Setelah puas berciuman, Parto menuntun Fey Chen ke ranjang. Setelah gadis itu duduk di ranjang, makin jelas saja pahanya yang putih mulus. Sehingga, tangannya langsung meraba-raba paha gadis itu. Dan kali ini Fey Chen mengambil inisiatif dengan mulai menciumi Parto lagi. Sambil memejamkan mata, bibir indahnya menempel di bibir tonggos Parto, lalu dikecupnya, dan dikecupnya lagi. Kembali bibirnya menempel dan menggamut bibir Parto. Membuat Parto jadi merem melek merasakan nikmatnya dicium gadis Chinese majikannya yang cakep ini. Satu tangannya memeluk bahu Fey Chen, membuat gadis itu merasa disayangi. Namun tangan satunya begitu liarnya menggerayangi paha Fey Chen. Malah tangan itu mulai menyentuh-nyentuh bagian pribadi gadis itu. Membuat Fey Chen semakin “on” saja dan makin nafsu menciumi Parto. Tangan Parto kemudian lanjut menggerayangi baju putih gadis itu. Sasaran utamanya tentu tak lain adalah dadanya. Tangannya bergerak liar kesana kemari tak
jauh dari sekitar payudara gadis itu. Sambil terus menciumi, Fey Chen mengeluarkan lirihan-lirihan kecil. Apalagi Parto juga ikutan ganas dalam menciuminya. Beberapa saat mereka berciuman dengan asyik. Seolah waktu berhenti berputar….Parto kini sudah tak sabar lagi ingin melihat kemulusan tubuhnya. Apalagi ia masih mengingat tadi saat dibentak bokapnya hanya cuma sekedar melihat gadis ini dari kejauhan. Kini selain bisa melihat dari jarak close-up, juga bisa melihat gadis ini dalam keadaan polos, mulus, tanpa busana sama sekali! Segera ia menghentikan ciumannya. Kedua tangannya memegang ujung baju putih Fey Chen. Segera ditariknya baju itu ke atas. Semakin ditarik ke atas, semakin terekspos kulit tubuh gadis itu yang begitu putih dan halus. Sampai akhirnya Parto berhasil meloloskan baju putih itu dari kepala dan rambut Fey Chen dan kemudian melewati kedua tangan putih Fey Chen.
Dilihatnya gadis itu memakai bra warna putih juga. Nampak belahan dadanya yang sexy di atas branya. Sementara baju Fey Chen yang ada di tangannya langsung dilemparkan ke belakang dan mendarat di lantai. Kini ia tak cukup puas hanya sekedar melihat cleavage Fey Chen. Kedua tangannya langsung mengarah ke punggung Fey Chen. Diraihnya tali bra gadis itu dan dengan sekali gerakan terbukalah kaitan bra itu. Segera tangannya dengan cepat melucuti bra putih itu dari tubuh putih Fey Chen. Dalam waktu singkat bra Fey Chen telah berada di tangannya. Kini terbukalah dada Fey Chen tanpa penutup apa pun di depan mata Parto. Lagi-lagi Parto melemparkan bra itu ke belakang dan tali bra itu menggantung di ujung meja rias Fey Chen. Melihat Fey Chen yang telanjang dada, dalam diri Parto langsung terasa syuurrr! Penisnya semakin menegak kencang. Matanya melotot memandanginya. Mulutnya yang tonggos terbuka karena terpana. Meski telah melihatnya berulang-ulang kali, namun buah dada Fey Chen ini tak pernah gagal membuatnya terangsang abis sampai ke tulang sumsum. Sejenak ia melupakan celana pendek merah yang masih melekat di tubuh gadis itu. Karena kedua tangannya sudah tak sabar ingin merengkuh sepasang gunung kembar indah yang terbuka di depannya ini. Apalagi wajah gadis ini begitu innocent dan kinyis-kinyis. Membuatnya sungguh kontradiktif melihat gadis bertampang baik-baik seperti dia namun dadanya telanjang. Kedua tangan Parto kini memegang masing-masing buah dada Fey Chen. Sungguh pas sekali. Payudara Fey Chen dengan C cup yang cukup menonjol dan padat berisi itu begitu pas berada dalam genggamannya. Dan ia meraba-raba payudara gadis ini yang berukuran 34C itu. Sungguh kontras sekali perbedaan warna kedua tangannya yang hitam dengan tubuh gadis itu. Membuat Parto semakin menggebu nafsunya meraba-rabai dan menggoyang-goyang payudara Fey Chen yang putih mulus itu. Sementara itu Fey Chen sama sekali tak memberontak saat payudaranya digenggam dan diraba-raba oleh kacungnya ini. Malah ia memejamkan matanya seakan begitu menghayati akan nikmatnya dirinya saat diraba-raba dan diremas-remas oleh Parto. Sehingga Parto pun juga makin bernafsu. Kini payudara gadis itu diremas-remasnya sambil kedua putingnya disentuh-sentuhnya dengan kedua telunjuknya. Sambil ia menatap wajah polos Fey Chen. Nampak ekspresi kepuasan tersirat dari wajah cakep gadis itu, membuatnya nampak semakin cantik saja. Membuat nafsu Parto semakin menggelora. Setelah cukup merangsang payudara Fey Chen, kini tangannya mulai menggeser-geser celana merah gadis itu. Fey Chen pun bersikap kooperatif sehingga tak lama kemudian celana merah itu pun juga terlepas dari dirinya. Parto melemparkannya ke belakang dan kali ini mendarat di kursi kecil di depan meja rias.
Saat itu Fey Chen memakai celana dalam warna pink yang berukuran agak mini. Oleh karena ikut tertarik ke bawah saat Parto menurunkan celana pendek Fey Chen tadi, maka bagian atas bulu-bulunya kini terlihat di atas celana dalam itu. Tangan hitam Parto langsung menyusup masuk ke dalam celana dalam gadis itu. Ia meraba-raba bulu-bulu vagina gadis itu. Selanjutnya tangannya itu turun ke bawah lagi di tengah-tengah selangkangan gadis itu, mengobok-obok bagian dalamnya. Entah kenapa, bagi Parto ada kepuasan dan sensasi tersendiri memasukkan tangannya ke balik celana dalam cewek. Dan tangannya langsung mengobok-obok bagian pribadi gadis ini. Rupanya ia telah
cukup berpengalaman dalam hal ini sehingga bahkan gadis berwajah se-innocent Fey Chen pun dibuatnya merem melek dan mendesah-desah, membuat Parto semakin puas hatinya. Sampai akhirnya saat ia mengeluarkan tangannya kembali, tangannya telah menjadi basah. Setelah itu celana dalam pink itu dipelorotkannya ke bawah. Kini seluruh bulu vagina Fey Chen yang begitu rapi dan indah itu nampak jelas terlihat. Sementara liang vaginanya juga sedikit kelihatan karena posisi pahanya yang agak terbuka. Sementara celana dalam pink yang halus itu kini juga dilemparkannya ke belakang. Kali ini celana dalam Fey Chen mendarat di atas meja rias, jatuh menutupi bingkai foto kecil dengan foto Fey Chen lagi berduaan dengan Roger, cowoknya. Setelah berhasil melucuti seluruh pakaian Fey Chen dan kini pakaian gadis itu berserakan di mana-mana, giliran Parto melepas pakaiannya sendiri satu persatu. Sampai akhirnya ia juga sama-sama telanjang bulat. Tubuhnya nampak begitu hitam dan sungguh kontras kalau dibandingkan dengan tubuh Fey Chen. Parto berdiri di depan Fey Chen yang duduk di tepi ranjang. Ia meraih tangan Fey Chen dan menaruhnya di batang penisnya yang berdiri tegak ke atas. Wajah polos Fey Chen menatap Parto sejenak. Setelah itu ia mulai memijit-mijit penis kacungnya itu. Sambil tangan satunya lagi kini memegang buah zakar Parto dan mengelus-elusnya. Ia terus mengocok-ngocok batang penis Parto yang besar hitam dan berurat itu. Sementara wajah kinyis-kinyis Fey Chen tertuju ke penis yang di-massage-nya itu. Ia nampak begitu konsentrasi dengan pekerjaannya itu. Membuat Parto jadi semakin terangsang. Apalagi kini ibu jari dan telunjuk Fey Chen juga meraba-raba dan memencet-mencet kepala penisnya yang membesar dan disunat itu.
Orang-orang yang mengenal Fey Chen semuanya mempunyai kesan kalau ia adalah cewek baik-baik dan alim karena wajahnya yang cakep dan polos seperti boneka. Namun sungguh tak dinyana, dibalik kepolosan wajahnya itu, ternyata ia telah sering bermain-main dengan penis kacungnya. Sementara ia sendiri “dijadikan boneka” oleh kacungnya itu di atas ranjang. Demikian pula dengan saat itu. Ia nampak begitu mahir dan cekatan dalam urusan memainkan penis cowok. Terbukti kini Parto jadi mengerang-ngerang dan merem melek karena perbuatan gadis berwajah alim ini. Untunglah Parto termasuk cowok yang kuat dan perkasa dalam hal esek-esek sehingga ia bisa terus menikmati rangsangan Fey Chen tanpa mengalami ejakulasi dini. Malah kini dengan tenang ia memberi perintah ke cewek itu untuk menyepong kontolnya.
“Yuk, sekarang diemut, Chen,” perintahnya tanpa ada rasa hormat dan sopan santun sama sekali ke gadis majikannya ini.
Hebatnya, Fey Chen langsung menanggapi permintaan kacungnya itu. Segera tangannya menghentikan kocokannya. Wajah polosnya menatap Parto sebentar saat kacung itu berkata,” Ngemutnya pake lidah ya,” sambil ia memegang rambut gadis itu. Sembari menatap Parto, Fey Chen menganggukkan kepalanya. Saat itu wajahnya sungguh polos seperti boneka. Namun perbuatannya sungguh kontradiktif. Karena sesaat kemudian ia menjalankan perintah Parto itu dengan penuh rasa kepatuhan.
Shleebpp…shleebbp…shleebppp….
Penis Parto yang hitam besar dan perkasa itu kini telah masuk ke dalam mulut Fey Chen. Kepala Fey Chen bergerak naik turun mengangguk-angguk saat menyepong penis Parto. Terdengar suara-suara kecipakan saat mulutnya bergerak naik turun itu. Sementara Parto mengerang-erang menikmati rangsangan mulut Fey Chen terhadap penisnya. Apalagi di dalamnya, lidah gadis itu bergerak-gerak kesana kemari menjelajahi setiap jengkal kepala penisnya yang disunat itu.
Bagi Parto, lidah Fey Chen yang menari-nari di kepala penisnya itu terasa hangat. Dan Fey Chen sepertinya cukup jago juga dalam melakukan ini. Seluruh bagian kepala penis Parto tak ada yang terlewat oleh lidahnya yang hangat. Bahkan leher penisnya juga tak luput dari sapuan lidah cewek itu. Di dalam mulut Fey Chen yang hangat, lidah gadis itu bergerak melingkari leher penisnya sampai 360 derajat. Dan gadis itu melakukannya secara variatif, kadang searah jarum jam, kadang berlawanan, kadang berpindah-pindah
tempat. Membuat Parto jadi berkelojotan karena nikmatnya yang luar biasa. Bagi orang yang tak berpengalaman tentu akan langsung ejakulasi diperlakukan seperti itu. Namun hal itu tak berlaku bagi Parto. Ia bisa terus menikmati sepongan dahsyat Fey Chen untuk waktu yang cukup lama. Bahkan satu tangannya ikut memegang rambut Fey Chen dan menggerak-gerakkan kepalanya. Maksudnya supaya gadis itu tak berhenti melakukan aksinya. Sementara tangannya yang lain berkacak di pinggangnya. Sementara ia terus menatap wajah polos Fey Chen saat melakukan oral service yang hebat itu. Lagak Parto saat itu mirip seperti boss gede saja. Padahal sebenarnya ia hanyalah seorang kacung rendahan biasa sementara justru cewek yang sedang mengoral dirinya ini adalah anak seorang boss gede. Setelah itu tangan Parto mulai menggerayangi tubuh mulus Fey Chen. Sambil terus menikmati sepongan cewek itu di penisnya, kedua tangannya meraba-raba dan memencet-mencet payudaranya terutama kedua putingnya yang dimain-mainin dengan jarinya. Sehingga birahi Fey Chen pun juga jadi semakin tinggi, akibatnya ia makin aktif dalam melakukan sepongannya. Namun tak lama kemudian tiba-tiba Fey Chen justru menghentikan aksinya.
“Eeh, kenapa kok berhenti,” protes Parto,” Ayo terusin lagi.”
“Ganti posisi donk,” kata Fey Chen dengan muka agak memerah. “Aku juga pengin..”
“OK, OK,” kata Parto tersenyum-senyum sambil membatin, kalo punya anak majikan kayak gini siapa yang nggak kerasan kerja disini. Apalagi ceweknya cakep lagi. Kapan lagi bisa nyicipin cewek bening kayak gini.
“Yuk, kita di ranjang aja,” kata Parto. “Kamu telentang ya.”
Fey Chen tak menjawab karena sebenarnya ia agak malu minta ke Parto. Tapi ya gimana lagi, soalnya dirinya sudah terangsang…
Tanpa berkata apa-apa ia tiduran telentang di atas ranjang.
“OK, kamu terusin disana, aku main disini,” kata Parto sambil menindih tubuh Fey Chen.
Namun dalam posisi terbalik alias 69. Ia menggeser tubuhnya sedikit supaya penisnya tepat di atas mulut Fey Chen sementara mulutnya bisa menyedot-nyedot vagina gadis itu. Sementara payudara Fey Chen terlihat menempel di perut Parto. Nampak kontras sekali perbedaan keduanya terutama warna kulitnya. Putih bening di bawah, hitam butek di atas. Tubuh Fey Chen begitu mulus halus, sementara tubuh Parto kasar. Yang cewek berwajah tipikal chinese oriental, sedangkan cowoknya amat jelas bertampang Jawa. Rambut Parto hitam pendek dan agak keriting, sementara rambut Fey Chen panjang lurus dan disemir kecoklatan. Dan terakhir, kalau Fey Chen begitu cakep dan menarik, wajah Parto sama sekali nggak ada cakep-cakepnya. Meskipun begitu besar perbedaan fisik mereka, namun kini mereka berdua sama-sama merasakan kenikmatan luar biasa. Keduanya sama-sama berkejab-kejab, sama-sama mengerang dan mendesah-desah, sama-sama menggelinjang. Terutama Fey Chen yang sejak tadi haus akan sentuhan-sentuhan, kini nafsu itu begitu menggelora bagaikan luapan air sungai yang siap meledakkan tanggul. Tubuhnya terutama bagian pinggulnya bergoyang-goyang. Karena Parto begitu cekatan merangsang dan menjilati klitorisnya. Sambil terus melakukan sepongannya, gerakan pinggulnya itu semakin liar. Sementara vaginanya kini telah banjir. Membuat ia tak mau kalah dan semakin mengeluarkan kemampuannya dalam mengemut dan menyedot-nyedot penis Parto. Sehingga Parto pun juga merasakan kenikmatan luar biasa. Setelah beberapa saat, mereka ganti posisi. Kali ini Parto yang di bawah sementara Fey Chen berada di atasnya. Posisi ini buat Parto lebih nikmat dan menggairahkan dirinya karena ia bisa melihat dan meraba-raba punggung Fey Chen yang putih halus. Juga payudara Fey Chen jadi lebih terasa menempel di tubuhnya karena pengaruh gravitasi. Apalagi sejak bertukar posisi, sepongan Fey Chen jadi semakin menggila saja. Kini ia merasa ejakulasinya hanya tinggal menunggu waktu saja. Sehingga ia juga semakin bersemangat mengenyot-ngenyot dan menjilati klitoris dan G-spot Fey Chen. Rupanya ia tak ingin kehilangan muka karena kalah “keluar duluan” dibanding cewek itu. Sebaliknya Fey Chen pun demikian. Ia penasaran ingin membuat cowok itu keluar duluan karena selama ini ia selalu kalah darinya.
Rupanya diam-diam diantara keduanya terdapat persaingan terselubung. Masing-masing pihak berusaha membuat pihak lain mencapai klimaks duluan. Sehingga kini keduanya saling merangsang dan saling dirangsang. Tinggal menunggu saja, siapa yang nggak tahan dulu….
“Uuuhhh…Ooohhh….”
“Ooohhhh….aaahhhhh…”
“Shleebb…shleebb…”
“Cleebb..clepp….”
Dan akhirnya….
“Aaaahhhhhh…..aaaaahhhhhhh…..aaaaahhhhhhhhhh……..”
“Aaaahhhhhhhh…….aaaaaahhhhhhh…………”
Terdengar suara desahan-desahan panjang dan keras dengan nada tinggi. Suara Fey Chen! Karena tak tahan lagi digituin terus-terusan oleh Parto, akhirnya… bobollah tanggulnya sehingga kini ia mengalami orgasme yang sungguh nikmat sekali. Saat itu ia sama sekali tak ingat lagi dengan keadaan sekitar sehingga ia langsung meracau tak karuan sambil mendesah-desah dengan keras, dengan tubuhnya menggelinjang-gelinjang dengan hebat. Sementara vaginanya mengeluarkan cairan yang cukup banyak. Membuat wajah Parto jadi ikutan basah. Parto dalam hati merasa bangga karena lagi-lagi ia akhirnya berhasil “menaklukkan” gadis majikannya ini secara mutlak dan telak. Dijilatinya vagina Fey Chen sambil terus merangsang titik-titik sensitif di daerah vaginanya yang telah diketahui rahasianya. Membuat Fey Chen semakin kuyup dan semakin liar gelinjangan tubuhnya. Sehingga skor saat ini Parto vs Fey Chen adalah 1-0 untuk Parto. Sementara itu Parto sendiri saat itu juga sudah hampir nggak tahan lagi. Apalagi mulut Fey Chen terus melakukan jurus “sepongan maut”-nya secara kontinu. Kini, setiap tarikannya jadi begitu berarti untuk secara drastis memperpendek “usia hidup” penis Parto. Sampai akhirnya kurang dari lima tarikan….
“Crottttt—-crotttttttt-crott–crotttt—–crottt——crott—-crottt———–”
Meledaklah gunung berapi yang memuntahkan seluruh lavanya. Penis Parto berejakulasi mengeluarkan sperma dalam volume yang banyak. Dan kejadian itu berlangsung saat penisnya masih di dalam mulut Fey Chen! Sehingga hampir seluruh “protein kocok” yang dimuntahkan penis Parto itu terminum oleh Fey Chen. Hanya sedikit sisa-sisanya terutama yang keluar belakangan yang kini masih tersisa di penis Parto. Sisanya terminum semuanya oleh gadis itu.
Sementara Parto nampak senyum-senyum cengengesan setelah berejakulasi. Sungguh puas sekali bisa bercinta dengan gadis secakep dan se-aduhai Fey Chen. Apalagi mengingat status sosial gadis itu yang jauh di atasnya. Ditambah lagi kulitnya yang putih bersih dan wajahnya yang oriental. Sungguh amat membanggakan ia bisa bercinta dengan gadis seperti ini. Dan kini, ia berhasil membuat gadis ini menenggak pejunya! Setelah itu Parto tiduran di ranjang dengan kepalanya ditaruh di tumpukan bantal. Lalu ia menyuruh Fey Chen membersihkan sisa-sisa sperma di penisnya itu dengan mulutnya sampai betul-betul bersih. Sampai akhirnya penisnya menjadi mengkilap dan licin kembali. Parto kini tiduran berbaring sebentar karena kecapean, sambil nonton LCD TV layar lebar yang terpasang di dalam kamar Fey Chen. Sementara sambil nonton, tangannya meraba-raba tubuh Fey Chen yang berbaring di sebelahnya. Setelah itu, tiba waktunya untuk massage. Kacung tengil ini kini menyuruh anak majikannya itu untuk me-massage punggung dan dadanya. Namun bukan sekedar massage biasa. Karena pijitan itu sama sekali tidak menggunakan tangan, tapi menggunakan payudara gadis itu. Jadi kini Parto sedang enak-enakan tiduran sambil merasakan sensasi nikmat punggungnya dipijit-pijitin oleh payudara gadis majikannya itu. Tak lama kemudian mereka berdua ke kamar mandi untuk shower. Sementara Fey Chen menyabuni tubuh Parto yang berkulit sawo matang, Parto menyabuni seluruh tubuh putih gadis mulus itu. Saat itu penis Parto telah berdiri dengan tegaknya seperti saat sebelumnya tadi. Akhirnya mereka berdua keluar dari kamar mandi. Fey Chen hanya memakai handuk saja. Sedangkan Parto sama sekali telanjang bulat. Penisnya terlihat masih menegang dengan kuat. Tanpa permisi lagi Parto melepaskan kaitan handuk di depan dada Fey Chen, membuat handuk itu otomatis terlepas dan jatuh dari tubuh gadis itu. Mata Parto menatap ke payudaranya. Lalu ia mencium bibir Fey Chen. Sementara tangannya kini merayap dan mengusap-usap payudara gadis itu. Kemudian kembali mereka melakukan petting sebagai pemanasan untuk menu utamanya. Setelah puas saling merangsang dan, lagi-lagi, membuat basah vagina Fey Chen, Parto berdiri di belakang gadis itu. Ia menyuruh cewek itu menungging sementara tangannya berpegangan di tepi ranjang. Sehingga vagina Fey Chen jadi terbuka. Kemudian dijilat-jilatinya sebentar vagina gadis itu. Sebelum akhirnya didekatkannya penisnya ke vagina Fey Chen, sambil ia memegang kedua pantat gadis itu, dan…didorongnya tubuhnya ke depan sampai tubuh gadis itu juga ikut terdorong ke depan. Fey Chen menjerit saat Parto ikut mendorong tubuhnya ke depan. Karena pada saat itu masuklah penisnya ke dalam vagina Fey Chen sampai seluruhnya sampai-sampai tak kelihatan lagi.
Dan, setelah itu,
“Aaahhh…aahhhhhh…….aaahhhhhhh……..”
Fey Chen dibikin mendesah-desah saat penis Parto maju mundur di dalam vaginanya. Sementara mulut tonggos Parto ikut bergerak-gerak saat ia konsentrasi penuh “memompa” gadis itu. Sambil memegang pantat Fey Chen, penisnya terus bergerak maju mundur. Dengan gagah perkasa ia menunggang “kuda betina putih” yang mulus ini. Penisnya menghunjam-hunjam mengoyak-ngoyak vagina Fey Chen.
“Aaaaahhh…aahhhhhh…….aaaahhhhhhhh……..”
Fey Chen semakin keras mendesah-desah. Tubuhnya ikutan bergerak maju mundur seiring dengan irama Parto mengocok penisnya itu. Sementara payudaranya jadi bergoyang-goyang terguncang-guncang dibuatnya. Membuat Parto bernafsu untuk segera menyangganya dengan kedua tangannya, menepuk-nepuk dan meremas-remasnya. Kini sambil terus menggenjot Fey Chen itu, Parto juga sibuk meremas-remas susunya dari belakang. Di-massage-nya payudara gadis itu sambil terus penisnya maju mundur di dalam tubuh gadis itu. Parto melepaskan tangannya. Ia menghentikan kocokannya bahkan mencabut penisnya keluar dari tubuh gadis itu. Ia memegang kedua kaki Fey Chen dan tiba-tiba diangkatnya keduanya. Sehingga kini Fey Chen hanya berpegangan pada tepi ranjang saja. Parto mendekatkan dirinya ke depan. Lalu, sambil menahan kedua paha Fey Chen dengan tangannya, ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Fey Chen kembali. Dan kembali disetubuhinya gadis itu dalam posisi seperti kuli bangunan yang sedang mendorong kereta dorong beroda satu. Mungkin Parto teringat saat ia bekerja sebagai kuli bangunan membawa kereta dorong berisi batu bata di tengah pasar. Namun bedanya kali ini yang ia “dorong-dorong” bukanlah kereta dorong tapi adalah Fey Chen. Sementara penisnya terus menusuk-nusuk masuk ke vagina Fey Chen. Membuat seluruh tubuh gadis itu lagi-lagi terdorong-dorong ke depan. Rambut Fey Chen yang tadinya tersisir rapi kini jadi berantakan. Dan payudaranya berguncang-guncang tak
beraturan. Membuat Parto jadi bernafsu melihat itu sehingga ia makin kuat menyodok-nyodok vagina Fey Chen. Sehingga kini bahkan ranjang king size besar yang tepinya dipegang Fey Chen itu juga ikut bergoyang-goyang.
Saat itu di dalam kamar itu benar-benar sedang terjadi gempa setempat yang begitu hebat! Untuk beberapa saat lamanya Parto bagaikan seorang cowboy menunggangi “kuda putih” berambut panjang ini. Ia terus-menerus dengan perkasa menggoyang-goyang tubuh gadis keturunan Chinese ini sambil penisnya terus menyodok-nyodok di dalam vaginanya. Kini Parto menidurkan Fey Chen di ranjang dan dimiringkannya tubuh gadis itu. Lalu diangkatnya satu kakinya ke atas. Dalam posisi agak serong, disetubuhinya gadis itu kembali. Posisi menyerong begini sungguh memberikan sensasi yang berbeda. Dirasakannya penisnya dijepit dengan kuat oleh otot vagina Fey Chen yang memang usianya masih muda dan vaginanya masih seret itu. Dikocoknya gadis itu terus menerus. Satu tangan Parto kini meraba-raba payudara Fey Chen. Sementara Fey Chen rupanya juga suka dengan posisi ini. Terbukti wajah cakepnya itu terus mengeluarkan suara desahan-desahan yang erotis. Bahkan setelah itu Fey Chen memejamkan matanya membiarkan tubuhnya bergerak-gerak disetubuhi Parto. Seolah ia sungguh menikmati dan begitu menghayati saat dirinya disetubuhi seperti itu oleh Parto.
“Emmhh…mmmhhh…mmmhhhh……,” demikianlah desahan-desahan tertahan Fey Chen yang sungguh erotis saat dirinya disetubuhi Parto sambil ia mengemut jari telunjuknya sendiri. Menyaksikan reaksi gadis yang sedang disetubuhinya itu, Parto terus-menerus mengocok-ngocok penisnya, untuk membombardir vagina gadis itu. Setelah itu posisi mereka berganti lagi. Parto duduk di tepi ranjang, dengan penisnya begitu perkasanya berdiri mengacung tegak ke atas. Dipangkunya Fey Chen yang putih mulus itu. Diraba-rabai kedua pundak gadis itu. Dirasakannya kulit tubuhnya begitu halus dan bersih. Sambil ia menciumi rambut dan leher gadis itu. Diciumnya bau harum menebar dari tubuh gadis itu. Diciuminya rambut lurus gadis itu. Lalu ia mengecup-ngecup leher yang putih halus itu. Membuat Fey Chen kegelian sehingga tubuhnya menggeliat-geliat sambil ia mendesah perlahan dengan mata terpejam. Diciuminya punggung gadis itu yang begitu mulus dan begitu putih. Sambil tangannya meraba-raba paha gadis itu yang sama putih, sama mulusnya, dan sama-sama membangkitkan gairah birahi itu. Lalu Parto kembali menciumi rambut dan leher gadis itu. Dadanya yang hitam menempel di punggung gadis itu, yang makin memperjelas perbedaan warna kulit keduanya dengan begitu kontras. Namun bagi Parto hal itu semakin membangkitkan gairah birahinya karena ia bisa mencium harum aroma tubuh Fey Chen.
Sambil terus menciumi rambut dan leher gadis itu, Parto kini meraba-raba payudara Fey Chen sambil meremas-remasnya. Kedua putingnya dimainkan dengan jari-jarinya. Apalagi puting Fey Chen cukup menonjol sehingga bisa digerak-gerakkan dengan jari tangannya. Tak lama kemudian Parto mengangkat tubuh Fey Chen sedikit, dimundurkannya sedikit dan, bleesshhh!, kini masuklah penisnya ke dalam vagina Fey Chen berbarengan dengan turunnya tubuh gadis itu ke pangkuannya. Kini giliran Fey Chen yang “menunggang” penis Parto. Digerak-gerakkannya tubuhnya naik turun, mula-mula perlahan tapi makin lama makin cepat iramanya. Sambil ia mendesah-desah. Seluruh tubuhnya bergoyang-goyang, terutama payudaranya yang ikutan bergerak naik turun bahkan sambil berputar-putar saat ia semakin cepat menggoyang tubuhnya mengocok penis Parto.
“Aaaaahhh…aahhhhhh…….aaaahhhhhhhh……..,” tanpa bisa menahan dirinya lagi Fey Chen mendesah-desah dengan suara cukup keras.
Sementara Parto di belakang juga merem melek menikmati goyangan tubuh gadis majikannya ini karena penisnya jadi dikocok-kocok oleh vaginanya yang terasa begitu sempit menjepit penisnya. Sambil menikmati “tunggangan” Fey Chen ini, ia menatap wajah polos Fey Chen yang kini sedang terangsang hebat itu melalui pantulan kaca rias. Memang Parto sengaja duduk dengan posisi menghadap meja rias, sehingga selain bisa menikmati mulusnya punggung Fey Chen, juga ia tak kehilangan pemandangan indah tubuh bagian depan Fey Chen dan juga reaksi wajah cakepnya saat sedang disetubuhinya. Sungguh menggairahkan sekali melihat tampang cakep Fey Chen yang kinyis-kinyis itu sedang dalam keadaan “high”. Apalagi “high”nya itu disebabkan karena menunggangi penisnya. Dan gadis itu terus menggoyang tubuhnya naik turun. Membuat rambut
gadis itu mengenai wajah dan kepalanya dengan tak beraturan. Sehingga kini Parto membenamkan wajahnya di rambut gadis itu sambil menciumi bau harumnya sambil tangannya terus memainkan payudaranya, menyentuh-nyentuh dan menggerak-gerakkan putingnya, juga melingkar-lingkarkan jarinya di sekeliling putingnya. Sementara Fey Chen semakin cepat dan tak terkendali menggerak-gerakkan tubuhnya naik turun sambil terus mendesah-desah dan berteriak-teriak. Dunia seolah berhenti berputar bagi dua sejoli berlainan jenis yang sedang asyik main “roller-coster roller-costeran” itu. Setelah itu Fey Chen menghentikan gerakannya. Namun tak lama. Karena ia hanya membalikkan badannya.
Kini ia menghadap Parto sementara tubuh putih mulusnya hampir menempel ke tubuh hitam Parto. Dan lagi-lagi…bleeesshh, penis Parto amblas masuk ke dalam vaginanya. Lalu, kembali ia memulai permainan “roaler-coster” itu lagi. Kini tubuhnya bergerak naik turun mengocok penis Parto sambil mereka saling berciuman bibir dengan hangat. Setelah itu bibir Parto turun ke bawah leher putih gadis itu. Lalu turun lagi untuk menciumi payudara gadis itu bergantian kiri dan kanan. Kedua puting Fey Chen yang menonjol dan berwarna merah segar itu langsung dikenyot-kenyot dan disedot-sedot. Membuat Fey Chen makin liar. Ia terus menaik-turunkan tubuhnya, mengocok vaginanya dengan penis Parto di dalamnya. Sementara Parto terus mengemut-ngemut puting Fey Chen yang segar kemerahan itu. Sambil mengemut, lidahnya juga dijulur-julurkan menyentuh-nyentuh ujung puting yang amat sensitif itu. Sementara Fey Chen terus menggoyang tubuhnya, membiarkan penis Parto terus menyodok-nyodok liang vaginanya sampai akhirnya, Fey Chen mencapai klimaksnya dan mendapatkan orgasmenya yang kedua. Setelah itu ia menghentikan gerakannya dan melepaskan dirinya dari penis Parto. Namun rupanya penis Parto masih berdiri tegak! Sehingga kini skor Parto vs Fey Chen menjadi 2-0. Fey Chen terpana melihat penis Parto masih tegak dengan perkasanya, karena kini ia sadar apa yang mesti dilakukan selanjutnya sebagai “balas budi” untuk penis Parto. Apalagi Parto saat itu telah memberi instruksi jelas kepadanya, “Ayo emut donk!” katanya ke gadis majikannya itu sambil menunjuk penisnya. Kini mau tak mau Fey Chen harus melakukannya. Sambil duduk bersimpuh di depan kaki Parto, kini Fey Chen mengemut-ngemut penis kacungnya.
“Shleebb…shleeebb….shhleebbb….” demikian bunyi mulut Fey Chen saat menyepong penis Parto. Kepalanya terus mengangguk-angguk dengan penis hitam milik kacungnya itu bergerak keluar masuk mulutnya. Sementara Parto memejamkan matanya. Mulutnya yang tonggos itu bergerak-gerak seiring dengan irama sepongan Fey Chen yang bersimpuh di kakinya itu. Sungguh ia menikmati sepongan Fey Chen yang begitu nikmat.
Dan akhirnya, Parto menyuruh Fey Chen berhenti dan dikeluarkannya penisnya dari dalam mulut gadis itu. Nampak penisnya telah basah mengkilap karena cairan pre-cum nya bercampur dengan ludah gadis itu. Kini dikocoknya penisnya itu persis di depan wajah Fey Chen. Sampai tak lama kemudian akhirnya,
Crotttttttt—crottss—crotttzz–crottt–crott—–crott———-Muntahlah sperma Parto ke wajah cakep Fey Chen. Sehingga wajah putih cakep dan kinyis-kinyis seperti boneka itu kini jadi belepotan oleh semprotan sperma si kacung tengil ini. Alis Fey Chen, hidungnya, pipinya, dagunya, dan bibirnya, semuanya mendapat bagian kena semprotan sperma Parto. Bahkan ada juga sperma “nyasar” yang mendarat di rambut Fey Chen. Melihat itu sungguh Parto merasa puas sekali. Hatinya begitu bergelora menyaksikan itu semua. Karena cowok mana yang nggak suka menyemprotkan spermanya ke wajah cakep seorang gadis muda. Apalagi kalau gadis itu adalah anak majikannya! Beberapa saat kemudian…
“Yuk ah, aku cabut dulu,” kata Parto yang berdiri dari duduknya. Saat itu Fey Chen juga telah berdiri dan berjalan untuk mengambil tissue di atas meja rias. Namun Parto langsung menyelanya,
“Mau ngapain kamu?”
“Mau bersihin muka, sebelum nanti meleleh.”
“Jangan dibersihin,” perintah Parto. “Nanti saja setelah aku keluar. Sekarang ayo, kamu tiduran di ranjang donk dan berpose dulu yang sexy. Hehehehee…,” katanya sambil mengenakan celana dalamnya Parto tertawa terkekeh sambil menatap tubuh mulus Fey Chen yang telanjang itu. “Ayo buka pahamu lebar-lebar. Cepat!”
“Hahahaaa. Bagus, bagus,” katanya saat melihat Fey Chen menuruti perintahnya dengan patuh dan berpose menantang sambil membentangkan kedua kakinya dengan lebar. “Suitt…suitt….,” mulut usil Parto bersuit-suit sambil ia mengenakan seluruh pakaiannya. Sementara matanya tak lepas menatap liang vagina dan bulu-bulu kemaluan Fey Chen yang terbuka jelas di depan matanya itu.
“Terus dadamu asyik juga loh. Segar merangsang, padat berisi dan kenyal. Putingmu yang merah itu…cocok bener untuk diisep-isep. Hehehee…” katanya sambil menatap ke buah dada Fey Chen yang putih dan padat berisi dengan puting kemerahan yang menonjol itu.
Lalu Parto berjalan ke meja rias Fey Chen. Dibukanya tas Lous Vuitton warna hitam yang ada disana. Dikeluarkannya dompet didalamnya yang juga LV merknya dan dibukanya. “Ini aku ambil semua ya,” katanya sambil menguras habis seluruh duit yang ada disana dan dimasukkan ke kantong celananya.
“Hehehee. Liat tuh, wajahmu yang cakep sekarang jadi belepotan gitu,” katanya sesaat sebelum pergi. Saat itu memang wajah Fey Chen menjadi basah di beberapa tempat karena spermanya itu telah mencair dan mengalir turun. Bahkan sebagian leher dan dadanya kini juga ikutan basah karena sperma cair yang turun dari dagu dan pipinya. Sementara rambut panjangnya yang terurai nampak awut-awutan. Tapi Parto justru puas menyaksikan Fey Chen dalam keadaan hancur-hancuran saat itu. Juga hatinya puas karena telah merusak gadis majikannya ini untuk kesekian kalinya. “Wah kapan-kapan Papimu harus ngeliat keadaanmu seperti ini. Biar shock dianya. Hahahaaaaa……..”. Lalu keluarlah Parto dari kamar itu meninggalkan Fey Chen yang masih dalam pose yang sama seperti tadi sambil termenung-menung sendirian di dalam…
–@@@@–
(Continue reading at your own risk!)
Di ruang kantor yang acak-acakan dan penuh dengan asap rokok itu duduk saling berhadapan dua orang lelaki yang usianya terpaut cukup jauh. Lelaki berambut gondrong dan dikuncir yang duduk di belakang meja itu berusia sekitar 40 tahunan. Tampangnya galak seperti kepala preman. Badannya penuh tato dan kulitnya amat hitam karena sering terbakar matahari. Sementara lelaki yang duduk di hadapannya usianya baru sekitar 21-22 tahun. Tampangnya jelek dan penampilannya amburadul. Gaya bicaranya begitu tengil namun sikapnya penuh rasa kebanggaan diri.
“Demikianlah ceritanya, Pak,” kata lelaki yang lebih muda itu sambil menyeringai dan tersenyum penuh kebanggaan.
“Bagaimana menurut Bapak, hebat bukan?” katanya lagi sambil kepalanya ditegakkan untuk menatap lawan bicaranya yang umurnya lebih tua itu.
“Ya, kamu betul-betul HEBAT,” puji lawan bicaranya itu dengan intonasi yang kuat saat ia mengatakan kata HEBAT. “Sungguh LUAR BIASA sekali!” tambahnya lagi dengan suara penuh kekaguman, sehingga membuat lelaki muda, yang tak lain dan tak bukan adalah Parto, itu jadi semakin bangga dan berseri-seri.
“Tapi itu masih belum selesai, Pak Badrun. Masih ada lagi terusannya,” kata Parto makin bersemangat karena ekspresi kekaguman lawan dengarnya kini begitu jelas terlihat.
“Oh ya? Apalagi tuh?”
“Sejak itu cewek anak majikan saya itu tak henti-hentinya saya entotin terus-menerus. Tidak peduli musim kemarau atau hujan badai, pagi, siang, sore, malam… pokoknya cewek itu udah kenyang deh aku mainin. Hahahahaaaa…” kata Parto, yang mulut tonggosnya itu tertawa terkekeh-kekeh untuk beberapa saat. “Sementara aku menikmati orangnya, duitnya terus aku porotin, Pak. Sampai akhirnya aku bisa beli motor dan lain-lain.”
“Tapi setelah hampir setahun, lama-lama akhirnya aku mulai bosan sama dia. Apalagi anunya itu mulai nggak peret lagi, mungkin karena udah keseringan dipake ya. Hahahaaa. Juga bodinya nggak sebagus dulu lagi. Dadanya mulai kendor dan turun, mungkin karena gara-gara keseringan aku remes-remes dan aku goyang-goyang waktu mengetubuhinya. Hehehe. Lalu duitnya juga nggak sekenceng dulu karena mulai dibatasi oleh bokapnya gara-gara pengeluaran yang terlalu banyak. Pokoknya disana udah nggak oke lagi. Jadi akhirnya aku tinggal pergi cewek itu. Dan lucunya, kalau dulu awalnya dia yang sama sekali nggak menganggap diriku, sementara aku begitu mendambakan dia. Tapi sekarang jadi terbalik. Waktu aku tinggalin, malah dia yang memohon-mohon sambil berlutut dan nangis-nangis supaya aku tetap tinggal. Tapi akunya yang sudah nggak mau sama dia lagi. Heheheee.”
“Saat itu ceritanya aku baru keluar dari kamarnya sehabis ngentotin dia. Rupanya bokapnya ada di dekat situ. Melihat aku berjalan dari arah kamar anaknya, rupanya ia curiga dan langsung bertanya
dengan gaya bicara yang nggak enak,
“Ngapain kamu ada disini? Tempat kamu seharusnya di belakang, bukan disini!” kata bangsat itu dengan marah.
“Langsung aku jawab dengan cuek “karena aku baru keluar dari kamar Peicen, habis selesai ngentot sama dia!” kataku sambil nantangin ngeliat dia balik.”
“Bangsat! Kamu berani ngomong kurang ajar ya! Dasar kacung rendahan nggak ngerti aturan! Sekali lagi ngomong seperti itu aku tampar kamu! Ayo kamu pergi dari rumah ini! Sekarang juga!!” bentaknya dengan marah.
“Oh, hahaha. Lu nggak percaya ya?” kataku sambil berjalan mendekati kamar Peicen. Kalo lu nggak percaya boleh tanya langsung ke anakmu tuh!” kataku sambil langsung kubuka pintu kamar Peicen lebar-lebar.
“Dasar lagi beruntung, waktu kamarnya kubuka, rupanya Peicen pas menghadap pintu. Dan saat itu ia masih dalam keadaan kacau balau. Rambutnya awut-awutan seperti baru bangun tidur. Tapi yang hebatnya adalah: dirinya masih telanjang bulat dan…mukanya masih belepotan peju! HAHAHAHAHA!!”
“Ia berteriak kaget saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. Lebih-lebih lagi saat berhadapan dengan bokapnya! Namun bokapnya malah lebih kaget lagi ngeliat keadaan putrinya. Tak disangka kalau putrinya dalam keadaan bugil. Dan anehnya, kok aku bisa tahu? Hehehe. Ditambah lagi ngeliat wajah cakepnya dan payudaranya yang belepotan peju sampai basah mengkilap! HUAHAHAHAHAAA. Ia langsung shock melihat itu. Kini setelah melihat sendiri tentu ia tahu kalau semua itu gara-gara ulahku. Ia jadi terbengong-bengong.”
“Sungguh puas hatiku ngeliat itu semua. Aku bicara dengan nada amat sinis, “Nah, tuh liat sendiri dan tanya sendiri sama anakmu. Kirain anakmu masih perawan, iya? Padahal memeknya sudah aku jebol beratus-ratus atau ribuan kali. Malah sekarang ia jago nenggak peju. Hahahahaa. Sekarang anakmu itu perlu ganti nama, bukan Peicen lagi, tapi Peicun! Huahahahaaaa…” Aku gituin bokapnya, sampai dia nggak bisa ngomong apa-apa dan terbengong-bengong.”
“Setelah puas memaki-maki bokapnya, lalu aku mengejek cewek itu abis-abisan, sebelum akhirnya kutinggal pergi. Saat aku melangkah pergi, cewek yang tak tahu malu itu malah menahanku sambil memohon-mohon dan menangis-nangis untuk tak meninggalkannya. Bahkan ia sampai bersimpuh di depanku dan memegangi kakiku. Membuatku jadi jijik apalagi bau peju yang begitu menyengat dari tubuhnya.”
“Sementara itu bokapnya jadi semakin shock dan teler melihat itu semua. Apalagi cewek itu masih dalam keadaan telanjang bulat saat ia berlari mengejar dan memegangi kakiku. Tapi aku tetap tak tergerak. Dengan tegas ia kubentak,”Enyahlah! Soalnya sekarang kamu sudah nggak ada harganya lagi!” Setelah itu aku meninggalkan rumah itu untuk tak pernah kembali lagi selamanya.”
“Belakangan aku dengar hidup mereka jadi hancur berantakan dan mereka jatuh kere. Bokapnya jadi stress dan usahanya bangkrut abis. Rumah itu habis disita. Mereka tinggal di rumah kontrakan kecil di kampung kumuh. Untuk menyambung hidup, anaknya jadi WTS kelas rendah yang mejeng di pinggir jalan. Dan yang menjadi langganannya adalah para preman, kuli bangunan, dan supir angkot,” kata Parto mengakhiri cerita panjangnya selama berjam-jam itu dengan hati puas.
“Ah, masa? Benarkah sampai sedrastis itu? Sungguh buruk sekali nasib mereka,” kata Pak Badrun yang raut wajahnya terlihat berubah karena terkejut dan heran. “Dari mulanya kelas pengusaha kaya yang elit dan mentereng lalu jatuh hancur sampai anak gadisnya kini jadi pelacur jalanan. Bukan main! Sungguh ironis!” katanya sambil menggelengkan kepalanya.
“Ya, betul Pak. Tapi itulah pembalasan yang setimpal bagi orang yang tidak lurus dan berhati busuk! Pria itu sungguh pantas menerimanya karena selama ini ia terlalu sering mempermainkan cewek, termasuk kakak saya,” jawab Parto dengan tegas.
“Ya, ya,” kata Pak Badrun sambil manggut-manggut. “Mungkin yang kaukatakan itu ada betulnya. Tetapi gadis itu, sungguh malang sekali nasibnya karena sebenarnya ia tak bersalah apa-apa.”
“Ah, nggak juga Pak. Ia pantas menerima itu karena sikapnya yang begitu sombong. Saat pertama kali ketemu, bahkan cewek itu sama sekali tak melirikku,” kata Parto dengan nada meninggi. “Aku masih ingat saat pertama kali ketemu aku ajak dia salaman, malah dia tinggal pergi!”
“Tapi kini, ia jadi pecun betulan. Hahahaaaa,” Parto tertawa terbahak-bahak.
“Hmm, ok, ok,” kata Pak Badrun manggut-manggut dan tak berkomentar lagi. Namun terlihat di wajahnya kalau ia masih agak terbawa emosinya dengan cerita Parto itu. Keadaan saat itu sungguh kontradiktif. Karena bahkan seorang kepala preman kelas kakap yang telengas seperti dia pun jadi miris hatinya mendengar perubahan drastis kehidupan keluarga Fey Chen dan Fey Chen sendiri. Sebaliknya sikap Parto malah cuek, sama sekali tak ada rasa kasihan atau simpati sedikit pun. Menurutnya nasib amat buruk itu amat pantas diterima mereka.
“Lalu apa yang kamu lakukan setelah meninggalkan rumah itu?” tanya Pak Badrun akhirnya memecah kebisuan yang berlangsung beberapa saat.
“Sejak itu….”
Dokk! Dokk! Dokk!
Tiba-tiba ada suara ketukan pintu.
“Sebentar,” kata Pak Badrun memberi isyarat kepada Parto.
“Ada apa?” teriak Pak Badrun.
“Pak Soleh tukang soto langganan Abang lagi lewat sini. Bang Badrun mau pesan makan?”
“Boleh, boleh…pesankan dua mangkok, Cok! Kuah campur ya.”
“Baik Bang.”
“Aah, dari tadi kamu sudah bercerita selama berjam-jam. Ayo, kita makan dulu, setelah itu dilanjutkan lagi”, kata Pak Badrun kepada Parto. Dan untuk beberapa saat mereka break makan siang…
–@@@@–
(Last warning! Continue reading at higher risk!! You have been warned!!)
“OK, sekarang boleh kamu lanjutkan, eeeGG…., lagi, maaf,” Pak Badrun menggelegak karena kekenyangan.
“Setelah itu, aku pindah kerja ke keluarga-keluarga kaya lain. Sengaja aku nyari keluarga yang punya anak gadis yang masih muda. Sekarang ini, hehehe sudah tak terhitung berapa banyak cewek-cewek cakep dan manis-manis yang telah saya tiduri. Tak peduli anak pejabat, anak konglomerat, anak jenderal, bahkan artis muda pun pernah saya sikat. Mau Cina, Jawa, Sunda, Indo, India, bahkan Arab dan bule pun semuanya pernah saya sikat!”
“Dan semua itu adalah berkat pelet mujarab itu Pak. Dan kini, pelet itu bisa Pak Badrun miliki dengan menyerahkan uang 25 juta saja!” kata Parto sambil menatap ke Pak Badrun lawan bicaranya itu.
“Apa?!!” Pak Badrun berseru kaget mendengar kalimat Parto terakhir itu.
“Jadi, tujuanmu kemari menemui saya dan bercerita panjang lebar selama berjam-jam sampai ada part 1 part 2 segala….semua itu karena kamu ingin menjual ilmu pelet itu ke saya. Begitu?”
“Betul Pak,” jawab Parto dengan cepat. “Tadi Pak Badrun memuji saya orang hebat, kini Pak Badrun pun juga bisa jadi orang hebat seperti saya….dengan ilmu pelet itu.”
“Ooh. Hohohoho……Hahahaaaaa……….,” Pak Badrun tiba-tiba tertawa terbahak-bahak tanpa kendali lagi, sampai seluruh tubuhnya bergoyang-goyang, bahkan meja kayu di depannya juga ikut bergoyang. Sementara Parto tak tahu harus berbuat apa karena ia sungguh tak menyangka reaksi Pak Badrun akan seperti itu.
“Parto, Parto…sungguh hebat sekali kamu. Kamu betul-betul orang yang luar biasa!” puji Pak Badrun disela-sela ketawanya.
“Pak Badrun pun juga bisa jadi orang yang luar biasa seperti saya,” kata Parto tersenyum-senyum cengengesan. “Semua itu bisa Bapak dapatkan dengan cuma 25 juta saja. Tidak mahal,” kata Parto dengan mantap.
“Ah, ya ya betul. Memang harga segitu tak mahal,” kata Pak Badrun menggumam.
“Jadi, kita sepakat Pak? “kata Parto sambil mengulurkan tangannya. “Bahkan saya bisa mengatur supaya bapak bisa menikmati gadis yang saya ceritakan tadi sepuas hati, sebagai bonus tambahan. Tapi satu hal, saya minta dibayar cash Pak. Setelah itu, Bapak akan menjadi orang hebat seperti saya.”
“Ya, ya, ya,” Pak Badrun mengangguk sambil menyalami Parto. “Memang kamu HEBAT sekali,” kata Pak Badrun.
“Namun….bukan prestasimu yang hebat tapi BUALANMU itu yang hebat!” kata Pak Badrun dengan keras sambil tiba-tiba memelintir tangan Parto.
“Aduuhhh!! Sakit Pak!” teriak Parto meringis kesakitan dengan hati amat terkejut. Meskipun usianya jauh lebih muda, namun tenaganya kalah jauh dengan Pak Badrun yang telah berpuluh-puluh tahun berkecimpung di dunia hitam. Selain kalah tenaga juga ia kalah wibawa jauh dibanding pria setengah baya yang merupakan tokoh pentolan dunia hitam itu.
“Kamu ingin menipu saya mentah-mentah ya?! Bangsat! Kau kira aku segoblok itu, hah!”
“Aduuh, ampun Pak. Mana berani saya menipu Bapak. Sungguh, sumpah mati Pak!”
“Anjing bangsat! Masih berani menyangkal! Kamu kira bisa menipu aku, Badrun jagoan ibukota dengan menggunakan cerita bualan yang sungguh tak masuk akal seperti itu, hah!” sergah Pak Badrun yang semakin marah dengan jawaban Parto itu. Sambil terus memelintir, ia menarik tangan Parto dengan keras sehingga tubuh anak muda itu tertarik ke depan. Dan,
Plakk! Plakk! Ia menampar kedua pipi Parto dengan sekuat tenaga.
“Aduuhh!” Teriak Parto.
Tiba-tiba Pak Badrun mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.
“Kau datang kemari mau menipuku 25 juta dengan menggunakan cerita seperti itu…hmmm, rupanya kamu sudah bosan hidup ya! Kalau ingin menipu, tolonglah menipu dengan cara yang lebih canggih. Hahahaha…. Sesungguhnya, ketahuilah, kau adalah orang paling goblok yang pernah kutemui di sekolong jagat ini. Ketahuilah, aku, yang namanya Badrun, jagoan ibukota, kagak pernah percaya ilmu pelet dan hal-hal gaib kayak gituan.”
“Dan ceritamu itu… hah!” seru Pak Badrun sambil mengejek. “Sungguh tak masuk di akal. Kalau memang betul peletmu itu manjur, ngapain kamu datang kemari dan menjualnya dengan harga “cuma” 25 juta? Seharusnya kamu bisa dapet uang lebih dari segitu dari cewek-cewek anak orang kaya menurut ceritamu itu. Dan satu lagi, ingat baik-baik ya dan sebaiknya kamu ngaca dulu, penampilanmu kayak gini sama sekali nggak sesuai dengan ceritamu,” kata Pak Badrun dengan pandangan melecehkan. “Kalo betul kamu memang dapet duit banyak, mana mungkin penampilanmu sekarang cuman cocok jadi kernet angkot!”
“Nyaho kamu?” Plak-plakk-plakk. Pak Badrun kembali menampar mulut tonggos Parto.
“Dan ada satu lagi, hahahaaa, dengan tampang begomu seperti celeng ngongos gini, biar pake pelet 10 kali juga kaga bakal bisa menggaet pembantu. Boro-boro anak orang kaya yang tinggal di rumah gedongan.”
“Sekarang… ayo ngaku, bukankah kamu berniat menipu saya?” bentak Pak Badrun sambil memelintir tangan Parto lebih keras lagi.
“Am-ampun, ampun, Pak,” kata Parto dengan gemetar,” Lepaskan, Pak.” Ia meringis kesakitan sambil memegangi tangannya yang akhirnya dilepas juga oleh Pak Badrun.
“Ayo bicara!” perintah kepala preman itu sambil memain-mainkan pisau lipatnya.
“Be-benar Pak. Saya mengaku. Memang saya berniat mendapatkan 25 juta dari Bapak dengan cara , eh…, menipu. Harapan saya, bapak percaya dengan cerita saya lalu langsung memberi saya uang 25 juta. Setelah itu saya akan langsung kabur dari sini untuk kembali ke desa. Tak disangka Pak Badrun mengetahui kebohongan saya, padahal tadi saya sudah senang, kirain Pak Badrun terkena tipuan saya,” kata Parto dengan polos.
“Hahahahaaa. Hebat, hebat! Baru kali ini aku menemui orang SEGOBLOK kamu! Huahahahaaa!”
“Tapi sungguh betul saya pernah kerja di rumah itu, Pak. Mereka sungguh keluarga kaya dan sumpah mati, anak ceweknya itu betul-betul cantik. Dan putih mulus gitu lho. Jadi begini Pak rencana saya, saya cukup tahu isi dalam rumah itu jadi saya bisa menunjukkan jalan kesana. Sementara Bapak bisa mengerahkan anak buah Bapak untuk menyatroni rumah itu, untuk merampok hartanya, lalu menculik dan memperkosa anak gadisnya. Bapak boleh mengambil seluruh hartanya, sementara cewek itu untuk saya,” kata Parto menawarkan idenya. Rupanya ia masih begitu penasaran dengan cewek dalam ceritanya itu. “Bagaimana Pak, bagus khan usulan saya ini?”
“Bangsatt!!” maki Pak Badrun sambil menggebrak meja. “Memang kamu siapa berani-beraninya main perintah ke Badrun, hah?! Buat apa kita semua mengadu nyawa melakukan tindakan yang berbahaya dan bodoh hanya demi…..
“Ah, aku mengerti,” kata Parto sambil tersenyum tiba-tiba memotong kata-kata Pak Badrun. “Maafkan kesalahanku tadi, maksudku tadi, kalau memang mau Bapak boleh memperkosa gadis itu terlebih dahulu, setelah Bapak puas baru serahin ke saya. Bagaimana, Pak?”
“Anjing hina!! Kaukira kami orang-orang berpikiran bejat sepertimu, hah! Dengar baik-baik! Biarpun aku bermain di dunia hitam, tapi aku dan orang-orang disini adalah professional. Kita bukan kumpulan orang-orang berjiwa rendah yang hanya sekedar melampiaskan nafsu semata, seperti kamu. Lagipula, hah..dasar bego. Mulutmu asal jeplak aja nggak pake otak. Kau kira segampang itu masuk ke rumah orang, apalagi rumah orang kaya seperti ceritamu itu. Nanti urusannya bisa panjang, tolol! Lalu, kamu menyuruhku mengorbankan nasib teman-teman hanya sekedar untuk melampiaskan nafsu binatangmu itu?!! Huh! Dasar, kau betul-betul manusia berakhlak rendah! Bahkan dari ceritamu tadi, sudah menunjukkan kalau kau adalah manusia yang tak tahu diri, tak tahu diuntung, dan sungguh-sungguh tak bermoral!” kata Pak Badrun dengan sinis mengejek Parto yang hanya bisa menundukkan kepalanya.
“Sebenarnya, Pak, apa yang saya ceritakan tadi tidaklah benar,” kata Parto membela diri karena ia tak terima juga dikatakan manusia tak bermoral dan berakhlak rendah segala. “Semua itu adalah karangan saya saja, supaya Bapak makin percaya dengan khasiat ilmu pelet itu dan mau membelinya. Sebenarnya saya juga bukan orang serendah itu,” kata Parto yang mukanya kini jadi merah padam.
“Kau sungguh memalukan!” ejek Pak Badrun ke Parto. “Kalau mendengar ceritamu tadi, lagakmu seperti jagoan tapi rupanya kemampuanmu cuma sampe segitu saja! Bisanya cuma menggoda perempuan tak berdaya saja. Huh! Memalukan!”
Parto hanya diam saja tak berani bersuara.
“Tadi kaukatakan dongenganmu barusan tidak benar. Lalu apa yang sebetulnya terjadi disana?” tanya Pak Badrun dengan nada mengejek. Sebetulnya ia tak perlu membuang-buang waktunya menanyakan hal itu. Tapi rupanya ia masih kesal berusaha ditipu dengan cara yang amat goblok oleh Parto tadi karena hal itu seolah meremehkan kepandaian otaknya. Oleh karena itu kini ia ingin mempermainkan anak muda yang nekat tapi tak berotak ini untuk beberapa saat sebelum mengusirnya. “Kau kerja disana sebentar lalu diusir dengan tidak hormat dari rumah itu karena berusaha berbuat kurang ajar terhadap anak cewek pemilik rumah itu, begitu khan yang terjadi?” tanyanya dengan senyum mengejek.
“Betul Pak,” kata Parto sambil menghela napas mengakuinya,” Tapi itu semua karena…”
“Aku tahu,” potong Pak Badrun. “Kejadiannya pasti waktu kamu ngeliat cewek itu seperti yang kamu cerita barusan, saat cewek itu pake baju putih dan celana pendek itu. Itu adalah hari keduamu disana. Lalu kamu nggak bisa nahan napsu bangormu itu terus berusaha mendekati cewek itu. Tapi rupanya kamu nggak sadar kalau bokapnya ada disana. Terus kamu langsung diusir dari rumah itu. Sementara itu Mbakmu masih bisa tinggal disana karena tiap malam menjual diri ke pemilik rumah itu. Betul khan seperti itu? Hahaha! Dasar keluarga rendah semuanya! Yang cowok jadi penipu, yang cewek bisanya cuman jadi pelacur. Huh!” jengek Pak Badrun dengan sengaja melecehkan Parto.
Tapi lain kali boleh kauajak kakakmu itu datang kemari untuk menghibur Ucok dan kawan-kawan. Hahahahaaaa….”
Parto hanya diam saja tak berani bicara. Meski mukanya kini begitu merah padam. Namun ia tak berani melawan.
“Baik, sekarang apa maumu?” tanya Pak Badrun akhirnya.
“Eh, anu, kalau boleh saya pergi dari sini Pak,” kata Parto setengah memohon.
“Hahahaaa… Lalu 25 jutanya, nggak jadi?” ejeknya.
“Ehmm, eh, kalau dikasih ya…eh…..”
“Hahahahaaaa. Kau betul-betul bocah menakjubkan.”
“Tetapi, hmmm,“ wajah Pak Badrun kini berubah menjadi ramah,” bagaimana pun juga aku harus salut dengan keberanianmu. Berani masuk ke kandang macan tanpa modal cukup. Hahaha. Kau adalah orang yang suka maen hantam saja tanpa terlalu banyak mikir. Untuk itu, maukah kau bekerja untukku?”
“Apa?” tanya Parto kaget.
“Ya, maukah kau bekerja untukku? Tentu organisasiku ini butuh orang-orang dengan watak seperti kamu,” kata Pak Badrun sambil tersenyum ramah.
“Oh, ya, ya. Tentu saja. Saya bersedia bekerja untuk Pak Badrun,” kata Parto dengan gembira karena saat ini memang ia masih luntang lantung tanpa kerjaan jelas.
Pak Badrun tersenyum mendengarnya. “Bagus, bagus,” katanya. Dalam hati ia memang butuh orang seperti Parto begini, yang apa-apa main seruduk tanpa banyak mikir karena memang otaknya nggak nyampe. Orang seperti ini pasti ada manfaatnya bagi organisasi mafianya. Ibaratnya kalau dalam peperangan, orang seperti ini cocok untuk ditempatkan di barisan paling depan. Kalau mati, mati duluan, tapi paling nggak sudah menyebabkan kerusakan yang cukup berarti kepada lawannya.
“Terima kasih Pak Badrun, karena bersedia menerima saya. Saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh,” kata Parto dengan semangat menggebu-gebu karena ia tak pernah menyangka sebelumnya akan mendapat tawaran itu. Bahkan ia sempat kuatir tak bisa meninggalkan tempat itu dengan selamat.
“Tapi omong-omong, apa kerjaan saya disini, Pak?” tanya Parto.
Pak Badrun termenung sejenak untuk memikirkan akan ditempatkan di mana sebaiknya si Parto ini. Namun tiba-tiba ia menengadahkan kepalanya dan menatap tajam ke arah Parto. Wajahnya berubah serius dan sikapnya menjadi tegang. Tiba-tiba ia menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya! Ia merasakan adanya sesuatu yang amat janggal mengenai ini semua, yang mana ia hampir kelupaan dan terkecoh! Padahal kejanggalan itu kini sungguh nampak jelas terlihat di depan mata. Untunglah kini ia menyadarinya. Di dalam dunia hitam yang keras dan penuh tipu daya, satu kejadian janggal kadang bisa menjadi masalah hidup dan mati. Untuk itu kini ia bersikap super waspada.
“Siapa yang mengirimmu kemari!” tanya Pak Badrun tiba-tiba dengan tenang namun dingin. Apabila ia bersuara seperti itu, itu tandanya ia dalam keadaan siap membunuh karena merasa terancam! Hal itu juga tanpa sadar mempengaruhi psikis Parto karena tiba-tiba ia menjadi gentar menghadapi orang ini. Ia tahu kalau orang ini sedang mencurigainya, meski ia tak tahu karena apa.
“Hah?! A-apa maksud bapak?” tanya Parto agak gemetaran.
“Kau!” kata Pak Badrun sambil mengacungkan pisau lipatnya ke wajah Parto,” Siapa yang menyuruhmu kemari? Ada kejanggalan besar antara dirimu dan ceritamu tadi. Pasti ada orang yang mengirimmu kemari untuk menyusup ke organisasiku! Ayo sekarang katakan, SIAPA!” desis Pak Badrun sambil tiba-tiba dengan gerakan luar biasa cepat ia menerjang Parto dan menempelkan ujung pisaunya ke leher cowok apes itu!
“Sa-saya tidak a-a-ada yang mengirim…saya datang atas ke-kemauan saya sss-sendiri,” kata Parto tergagap-gagap dan gemetaran karena ketakutan,” kk-kkarena ss-saya ingin me-menipu u-uang 25 juta. “Sumpah mm-mati!” kata Parto saking gemetarnya hampir saja ia kencing di celananya.
Pak Badrun masih menempelkan pisaunya itu di leher Parto namun sebenarnya saat itu hatinya ragu karena ia tak tahu mana yang benar mana yang salah. Ia telah malang melintang puluhan tahun di dunia hitam, sehingga ia tahu banyak mengenai karakter dan psikis berbagai tipe orang. Sejak pertama kali ketemu Parto, ia bisa membaca bahwa Parto adalah jenis orang yang rendahan yang kasar. Ia adalah tipe orang yang dalam bertindak tak memikirkan resiko dan cenderung main hantam tanpa banyak berpikir karena memang daya pikirnya amat terbatas. Hal ini terbukti dengan kedatangannya kesini untuk membual tentang ilmu pelet itu dan pengalamannya dengan cewek cakep itu yang jelas-jelas tak masuk di akal. Ia berani melakukan itu karena dengan naif mengira orang lain tentu percaya dengan bualannya. Dan mengenai hal itu, penilaiannya tak perlu diragukan lagi karena Parto sendiri telah mengakui kalau ia memang berniat menipu dirinya untuk mendapatkan 25 juta. Namun kini ia menemukan satu kejanggalan aneh antara cerita yang secara detail diceritakan Parto itu dengan karakter orang yang menceritakannya. Cerita Parto tentang peristiwa di dalam rumah itu, termasuk cara kerja pelet itu dan cara menjerat cewek itu (yang semuanya adalah bohong belaka itu) terlalu rumit dan detail untuk dikarang oleh orang dengan kepandaian terbatas seperti Parto. Bagaimana mungkin Parto bisa mengarang cerita serumit itu? Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan, yaitu ada otak di belakang layar yang mengatur kedatangan Parto menemuinya saat ini. Dan otak inilah yang mengarang seluruh cerita ini dan menyuruh Parto menceritakannya ke dirinya. Tujuannya supaya dirinya merekrut Parto sehingga Parto bisa menjadi mata-mata bagi orang itu. Akan tetapi kini ia jadi ragu dengan dugaannya ini melihat sikap ketakutan Parto yang tak dibuat-buat. Ditambah lagi, Parto bukan tipe orang yang bisa menjadi mata-mata, karena tadi, tingkat
intelegensianya yang amat terbatas.
Selain itu juga dugaannya tadi ada kelemahan yang ketiga. Sangat jelas sekali adanya kejanggalan antara kerumitan cerita Parto itu dengan tingkat kepandaian Parto. Sehingga dalam waktu tak terlalu lama, pasti ia akan menyadari hal ini, seperti yang terjadi sekarang. Pada saat itu tentu ia akan langsung mencurigai adanya orang di balik layar yang mengatur ini semua. Pada saat itu terjadi, keberadaan Parto tak akan membawa manfaat apa-apa bagi orang itu karena ia telah mencurigainya. Jadi, untuk apa orang itu susah-susah mengarang cerita seperti itu, mengirim Parto menemuinya, dan sebagainya sementara pada akhirnya semua itu tak terlalu memberikan manfaat apa-apa baginya. Melihat reaksi dan sikap Parto selama ini, ia menilai kalau Parto datang atas niatnya sendiri karena memang ia adalah orang yang bodoh, seorang yang plain stupid. Tapi kini tingkat kecurigaan Pak Badrun yang begitu kuat akan segala hal di sekitarnya itu kini mulai bekerja. Ia jadi curiga dengan penampilan Parto. Jangan-jangan orang dihadapanku ini adalah orang yang luar biasa cerdik dan amat pandai berpura-pura. Penampilan bloonnya itu memang sengaja dilakukan untuk menipuku, pikirnya. Demikianlah pembawaan Pak Badrun. Karena terlalu lama berkecimpung di dunia hitam yang keras, ia selalu penuh waspada, berhati-hati, dan mudah curiga. Kini diam-diam timbul rasa cemas dalam dirinya. Jangan-jangan ia adalah seorang pembunuh bayaran ulung yang dikirim untuk membunuhku. Untuk itu ia buru-buru melepaskan pisaunya dari leher Parto supaya ia bisa menjauhkan dirinya sejauh mungkin dari anak muda itu, sambil ia mengawasi kedua tangan Parto. Saat itu memang ia tak
melihat ada sesuatu yang berbahaya dalam diri Parto. Namun tetap ia melakukan tindakan berjaga-jaga. Segera ia duduk kembali di belakang mejanya. Diam-diam digengggamnya pistol di dalam laci mejanya. Pistol yang berisi peluru panas! Dan ia bersiap memanggil anak buahnya masuk. Namun ia mengurungkan niatnya memanggil anak buahnya masuk. Ia percaya kalau ia bisa mengatasi Parto sendiri. Karena nalurinya mengatakan kalau Parto memang seorang yang bodoh, plain stupid, bahkan ia bisa melihat rasa ketakutan luar biasa yang terpancar dari kedua bola matanya. Namun tetap ia ingin menguak rahasia kejanggalan yang dirasakannya itu. Untuk itu ia bertanya lagi ke Parto,
“Tadi kau berusaha menipuku dengan ceritamu tentang ilmu pelet dan pengalamanmu dengan cewek itu dan hal itu telah kau akui sendiri. Tapi sekarang pun rupanya kau juga masih berusaha menipuku. Ceritamu yang panjang lebar tadi, terlalu rumit untuk dikarang oleh orang bodoh seperti kamu. Bagaimana kamu bisa mendapatkan cerita serumit itu? Pasti ada orang yang membuatkan cerita itu dan menyuruhmu kemari? ” tanya Pak Badrun memancing jawaban Parto sambil menatap tajam ke arahnya. Sementara tangannya di bawah meja telah siap beraksi apabila ada satu langkah mencurigakan dari anak muda di depannya itu.
Mendengar pertanyaan Pak Badrun ini, entah mengapa kini timbul rasa ketenangan dalam diri Parto. Kini ia tak gemetar lagi. Bahkan ia bisa berbicara dengan tenang. Ia menjawab pertanyaan Pak Badrun itu dengan tenang namun pasti. Dan, jawaban Parto itu amat mengejutkan Pak Badrun karena ia sama sekali tak menyangkanya.
“Pak Badrun, sesungguhnya tidak ada yang mengarangkan cerita itu dan tidak ada orang yang menyuruh saya kemari. Saya bisa bercerita panjang lebar tadi karena hampir seluruh kejadian yang saya ceritakan itu BETUL-BETUL TERJADI! Saya akui, ada beberapa hal disana-sini yang saya ubah dan saya lebih-lebihkan supaya lebih dahsyat. Namun saya berani mengatakan bahwa ilmu pelet itu bukan omong kosong belaka tapi memang BETUL-BETUL ADA. Dan ilmu itu sungguh BERKHASIAT dan bekerja dalam diri cewek itu! Untuk hal ini saya berani sumpah mati sampai tujuh turunan sekalipun!”
“Kau bicara jangan sembarangan! Sekarang kau berusaha mangkir dan balik ke bualanmu yang tadi lagi, hah!” hardik Pak Badrun dengan marah karena merasa dipermainkan oleh Parto.
“Dalam keadaan sekarang, Pak, untuk apa saya bicara bohong?” tanya Parto dengan tenang. “Salah-salah, nyawa saya bisa melayang,” tambahnya.
“Jadi kalau aku kasih kamu 25 juta, aku bisa memakai ilmu pelet itu, begitu?” tanya Pak Badrun sambil tersenyum sinis.
Tanpa mempedulikan ejekan Pak Badrun, Parto menjawab dengan tenang, “Ilmu pelet itu memang ada, Pak. Tapi untuk SAAT ITU. Namun kini lain ceritanya. Seandainya Pak Badrun membelinya dari saya sekarang, itu sama saja dengan saya menipu Bapak karena ilmu pelet itu kini sudah tak berkhasiat lagi,” kata Parto dengan jujur dan sungguh-sungguh.
“Ah, benarkah? Benarkah memang ada ilmu pelet dan ilmu gaib seperti itu di dunia ini?” tanya Pak Badrun agak susah menerima penjelasan Parto itu karena memang pada dasarnya ia sama sekali tak percaya akan hal-hal begituan. Namun kini melihat sikap Parto yang sungguh-sungguh, dirinya jadi terbawa sehingga ia tak lagi bersikap sinis.
“Lalu, bagaimana dengan cewek cakep dalam ceritamu tadi? Apakah kamu sungguh-sungguh telah menidurinya?” tanya Pak Badrun lagi.
“Dan, apa maksudmu, dengan dulu berkhasiat sekarang tidak lagi? Mengapa khasiatnya bisa hilang kalau memang dulunya betul-betul berkhasiat?” tanyanya bertubi-tubi.
Sikap Pak Badrun kini berubah, dari awalnya curiga kini jadi penasaran. Apalagi melihat sikap Parto yang tiba-tiba jadi serius, membuat dirinya tertarik untuk mengetahui hal yang sebenarnya.
“Mengenai hal-hal itu, Pak, sebenarnya tadi saya sudah ingin mengatakannya namun Pak Badrun membuat saya takut sehingga akhirnya saya tak berani mengatakan apa-apa.”
“Akan tetapi, kini, apabila Pak Badrun ingin mengetahui keseluruhan hal yang terjadi,” kata Parto dengan tenang, “Maka, saya bisa menceritakan lagi semuanya secara apa adanya.” Wajah Parto saat itu begitu serius dan sungguh-sungguh. Seolah-seolah ia akan menceritakan satu bagian penting dari pengalaman hidupnya.
“Tunggu,” kata Pak Badrun sambil mencari sesuatu dari lacinya. Tangannya yang tadinya tersembunyi di dalam laci kini dikeluarkannya sambil memegang sebungkus rokok kretek kesukaannya. Ia menyodorkannya ke Parto, namun Parto menolaknya dengan sopan. Saat itu ia terlalu serius dan sungguh-sungguh. Sementara Pak Badrun menyulut rokoknya dan menaikkan kakinya ke atas meja. “Baik, sekarang silakan kau mulai,” kata Pak Badrun sambil menghembuskan rokok yang dihisapnya itu.
Dan mulailah Parto bercerita mengenai seluruh kejadian itu. Kali ini ia menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi….
–@@@@–
(Bersambung)
****************
early morning catch the first worm hehehe
nice story bro/sis…
sex and black magic… good….
give me curiosity what will happen in the next episode
cheers
Cerita bro ara emang khas bgt dlm pengulangan deskripsi karakter cewek “perfect” yg mungkin rada monoton tp efektif, semakin merangsang imajinasi pembaca. Menggugah nalar, mengguncang iman lah pokoknya. Hehe..
blon dibuatin kategori khusus ya… padahal crita2nya mantab loo
berharap hamba bisa menulis cerita seperti ini juga… ^_^
damn i like that…!!!!
bikin penasirun aja.. ada nuansa baru dlm baca cerita mesum heheheheh
Trs dilanjut dong Fey Chen-nya dianal…, digangbang…, dibondage…, dll-lah…, biar ceritanya engga monoton…, vegi melulu…
Best story…
Lanjutkan…
pengen ngambil gambarnya yang banyak sambil baca ini…
kasi tahu dong …
tiba2 alur berubah drastis dengan tokoh sentral yang sama
misterius dan sangat menggoda untuk di tunggu..
cerita yg menarik! awalnya beauty & the beast klasik, akhirnya suspense antara badrun vs parto, dan ujungnya… cliffhanger!
jangan tahun depan ya lanjutannya… bulan depan aja!
Req yeyen lidya donk..
Trus crita2y jgn yg brbau cina2 gtu biar lbh asik.
Tengkyu atas komen2 nya. Mohon maaf, karena kesibukan dll, jadi ngga sempat nulis lagi, sampe ngga terasa udah setahun berlalu….hehehe.
@ Bro Andranih, lanjutan liani udah mulai dibikin tapi masih baru 10% kira2. Mudah2an bulan depan dah rampung.
@Bro Ninja Gaijin, hahahaa, ok ok..gue usahain deh secepatnya, mgkn ga bisa bulan depan krn lagi bikin cerita lain tapi ga sampe taon depan deh. Ditunggu juga cerita2 nya.
@Bro Dreammaster, masa sih ceritanya mirip dgn tokoh yg sama pula?
And…selamat Hari Raya bagi yg merayakannya.
http://www.facebook.com/group.php?gid=170729182350&ref=ts
gabung aja kalo punya epbe, biar ikut diskusi di sana.
saya juga lagi nunggu cerita saya dirilis sih.