Rumah Baru KisahBB

Setelah 2x ga diterima di Wordpress sehubungan penjualan DVD, Shusaku akhirnya memutuskan memindahkan blog cerita seru KisahBB kesayangan kita ke sini.

kirim cerita karya anda atau orderan DVD ke:


Order via email: mr_shusaku@yahoo.com


tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan


email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.

Promo diskon gede-gedean

Paket istimewa 500rb (50dvd),

untuk dalam Pulau Jawa free ongkos kirim, untuk luar Pulau Jawa tergantung daerah.

Harga normal Rp 15rb/dvd kalau beli banyak Rp.12.500/dvd, untuk paket kali ini jatuhnya Rp. 10rb/dvd, murah banget!!


Tapi ini terbatas hanya untuk 10 orang saja.

jadi silakan order, bisa dilihat list barang di

- list semi & softcore

- list western xxx

- list jav


untuk pemesanan email ke mr_shusaku@yahoo.com

Subject: paket istimewa 500rb

tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan

email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.


-untuk pesanan di atas 50dvd, selanjutnya dihitung @Rp.10.000,-

-hanya untuk film2 satuan (JAV, western XXX, dan Semi), tidak berlaku untuk koleksi pics & kompilasi

Jumat, 22 Juli 2011

Aline

Juli 6, 2007

Malam itu, Aline sedang berdua dengan pacarnya, Faiz. Kedua meluncur ke sebuah
daerah pinggiran di kota S. Daerah itu dikenal dengan sebutan “goyang goban”.
Disana tempatnya luas, lapang tetapi gelap. Oleh karena itulah banyak dimanfaatkan
oleh kalangan muda-mudi untuk menyalurkan hasrat seksual mereka secara darurat.
Cukup dengan membayar goban (lima puluh ribu rupiah), sepasang muda-mudi bisa
segera crot. Tinggal memilih lokasinya saja. Tetapi tentu aktifitasnya didalam
mobil, karena daerah itu sebenarnya adalah tanah lapang.

“Malam, bang.”, sapa Faiz saat memasuki daerah itu. Beberapa orang yang sedang
asyik merokok dan ngopi memandang dia. Lalu salah seorang berdiri dan mendekat
ke mobil Kijang tersebut.
Tanpa banyak bicara Faiz segera menyodorkan selembar uang lima puluh ribu rupiah
ke preman tersebut. Sambil menghisap rokoknya, pemuda tanggung dengan tubuh yang
agak kurus itu melongok kedalam mobil.
“Agak rame lho. Jadi pilih yang dalam aja.”. Ujarnya.
“Ceweknya mas?”, tanyanya sambil mengantongi uang goban itu. Faiz mengangguk.
“Cakep mas.”, ujarnya lagi. Faiz tersenyum kecil. Dia lalu segera menjalankan
mobilnya masuk ke daerah “telarang” itu. Melalui kaca spion mobilnya, Faiz dapat
melihat preman tadi tertawa-tawa dengan teman-temannya sambil menunjuk kearah
mobilnya.
Benar juga. Sudah ada beberapa mobil yang terparkir rapi ditempat itu. Karena
lampu depannya masih menyala, secara sepintas Faiz dapat melihat beberapa adegan
panas didalam mobil yang pas kena sorot lampunya. Ada yang sedang mem-blow job
cowoknya, ada juga cewek yang sedang disetubuhi cowoknya. Pemandangan yang
semakin menggairahkan Faiz tentunya. Tetapi dia tidak berani secara terang-
terangan menyorot mobil-mobil tersebut. Bisa-bisa digebukin ama preman yang
jaga disana.
Tak lama kemudian, dia mendapat lokasi yang bagus. Didepannya banyak berjejer
pohon sono yang rindang. Faiz lalu mematikan mesin mobilnya dan membuka sedikit
jendelanya agar ada udara segar yang masuk.
“Yuk, say.”, ujar Faiz dengan genit. Aline cuman tersenyum lalu mencium kekasihnya
dengan mesra. Keduanya lalu pindah ke kursi belakang, karena lebih luas.
Setelah itu, Faiz dengan segera menciumi Aline dengan penuh nafsu. Sudah sekitar
1 bulan ini dia tidak menikmati tubuh pacarnya, karena Aline lagi liburan ke
Amrik bersama orang-tuanya. Jadi nafsunya sudah sangat bergolak. Aline balas
menciumi kekasihnya itu. Tangan Faiz tidak lupa meremas-remas dengan cepat
payudara Aline yang menonjol dibalik kaus ketatnya itu.
Sudah beberapa menit mereka berciuman. Faiz lalu meraba-raba paha Aline yang mulus
itu dan mulai bergerilya masuk kedalam. Aline memejamkan mata, merasakan geli
sekaligus nikmat, saat jemari Faiz menggosok celana dalamnya dan lalu menusukkan
jarinya kedalam vaginanya.
“Ah…”, erang Aline. Faiz terus menciumi leher Aline sambil jarinya merogoh masuk
kedalam vagina Aline dan mengkocoknya dengan cepat. Vagina itu terasa semakin
basah dan hangat.
“Enak say?”, ujar Faiz sambil terus melumat leher Aline. Sang cewek cuman
mengangguk lemah saja, menikmati rangsangan yang diberikan pacarnya itu.
Pada saat sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobilnya. Sontak
hal ini membuat Faiz dan Aline kaget. Dengan perlahan Faiz membuka kaca jendelanya
lalu melongok keluar.
“Mas. Buka pintunya sebentar.”, ujar salah seorang preman yang mendekat tadi. Faiz
memandangi sekitarnya. Karena gelap, dia tidak dapat melihat dengan jelas. Namun
yang pasti, ada 3 orang yang sedang mengerumuni mobil mereka. Merasa gelagat yang
kurang enak, Faiz berusaha menutup kaca jendela dan berniat untuk kabur. Namun
salah seorang preman tersebut menyadari rencana Faiz dan segera melayangkan
tinjunya. Plak ! Faiz terguling didalam mobil. Aline berteriak tertahan. Dengan
cepat, preman tersebut memasukkan tangannya kedalam mobil melalui jendela yang
terbuka dan membuka kunci pintunya.
Singkat cerita, mereka membawa Aline dan Faiz ke sebuah gubuk bambu yang letaknya
tidak jauh dari lokasi mereka memparkir mobil. Gubuk itu hanya diterangi oleh
lampu petromaks, ukurannya tidak terlalu besar. Didalamnya ada sebuah kasur yang
sudah butut. Salah seorang preman itu lalu menohok perut Faiz dan melemparnya
ke lantai. Fiaz mengerang kesakitan. Aline cuman bisa gemetar sambil menutup
mulutnya.
“Hehe…punya cewek cantik cuman mau dinikmati sendiri. Enak aja.”, ujar
Adi, salah seorang preman itu. Kedua preman yang lain tertawa mendengarnya.
Salah seorang diantara mereka sedang memegang botol bir yang tinggal sedikit.
Hm…lagi mabuk rupanya.
Adi lalu mendekati Faiz dan melucuti seluruh pakaiannya. Setelah itu, dia
membuang pakaian itu ke luar gubuk, mengikat Faiz dan meninggalkan Faiz yang
sedang kesakitan dalam keadaan telanjang.
Ketiga preman itu lalu berbalik dan memandangi Aline yang sedang berdiri ketakutan.
“Wow…nonik ini cantik sekali. Putih dan seksi lagi.”, goda Somat.
Aline cuman diam sambil menangis sesenggukan. Dia melihat Somat memandangi dirinya
kayak belum pernah liat cewek sebelumnya. Tiba-tiba timbul penyesalan didalam
dirinya. Ngapain juga pake baju seksi. Aline memakai kaus tanktop putih tipis
yang ketat, dengan BH hitam. Ditambah rok mini jeans kesukaannya.
Somat lalu mendekat dan mulai meraba-raba tubuhnya. Dengan cepat Aline menepis
tangan itu. Ketiga preman itu cuman tertawa melihatnya. Lalu tiba-tiba Somat
memeluk Aline dari belakang dan langsung meremas-remas payudara Aline.
“Aduh…sakit. Lepaskan…Jangan mas…jangan…”, ujar Aline memelas. Air mata-
nya menetes dengan deras. Dia tidak rela tubuhnya disentuh oleh preman-preman
ini. Tetapi dia tak mampu melawan. Somat nampak merem-melek meremasi payudara
Aline yang seksi itu.
“Oh…uenak banget. yeah…”, ujarnya sambil menggesek-gesekkan penisnya ke
pantat Aline. Adi tidak tinggal diam. Dia juga mendekat lalu menarik Aline
dari Somat. Dengan buas dia lalu menciumi bibir Aline yang tipis dibalut
lipstik pink itu.
“Oh…ga mau……ga mau….”, pintanya memelas. Tetapi dia tidak mampu melawan.
Preman yang satunya lagi, si Rohim, nampak sudah melepas seluruh pakaiannya dan
mulai mengkocok penisnya sendiri, melihat kedua temannya mengerjai gadis cantik
itu.
Karena sang korban masih melawan, Somat dengan kesal mengeluarkan gobang dari
balik bajunya dan menempelkannya ke leher Aline.
“Loe bisa diam kagak? Mau gue gorok kayak sapi ya?”, ancamnya serius. Aline cuman
menggelengkan kepala sambil menangis. Mungkin saking takutnya, tanpa sadar
Aline sampai ngompol !
Somat menyadari hal ini. Dia lalu tertawa lepas, demikian juga kedua temannya.
“Haha…udah deh non. Kamu diam aja. Ok? Ga apa-apa kok. Kami cuman pengen coba
aja. Masa seumur hidup kagak pernah? Cowokmu kan sama dengan kita, tapi dia
pernah. Masa kita kagak boleh?”. Sahutnya lagi.
“Mau kan non?”, tanya Somat lagi. Aline menggeleng dengan lemah. Somat lalu
menempelkan lebih keras gobangnya. “Mau ngga? Aku gorok sekarang.”, ancamnya
sambil pelan-pelan menggeserkan goroknya dileher Aline. Aline merasa ancaman
si Somat ini nggak main-main. Jadi dia cuman pasrah aja, sambil menangis
sesenggukan.
“Nah…gitu donk non. Sip.”, ujar Adi sambil melepas seluruh pakaiannya,
yang kemudian diikuti oleh Somat. Aline diam saja sambil menutup matanya. Dia
tidak menyangka hal seperti ini bakal dialaminya.
Somat lalu mendekati Aline dari belakang dan kembali meremasi payudara
gadis itu dengan gemas. Aline mengeritkan dahi, menahan sakit.
“Duh…sakit mas.”, ujar Aline tetapi tidak digubris oleh Somat yang terus
meremas payudaranya sambil merem-melek keenakan.
Adi lalu menyuruh somat berhenti dan dia lalu mengangkat tanktop putih ketat
Aline sehingga tampaklah payudara Aline yang indah, terbungkus oleh BH hitam
transparan berenda.
“Bujubuset. Asyik banget dadamu, moy.”, ujar Adi kegirangan. Somat lalu
menciumi punggung Aline dengan buas, sedang Adi langsung menyergap kedua bukit
kembar itu dengan sama buasnya. Aline merasa kesakitan.
Tak sabar, Adi lalu mengangkat cup BH hitam Aline.
“Wuah….seksi banget.”. Putih Aline yang merah muda terlihat menonjol di ujung
payudaranya yang berukuran 34B. Dia lalu dengan buas menyedot puting payudara
Aline sambil tangannya yang lain memilin puting satunya. Aline mengerang.
Dia mulai merasakan sedikit getaran kenikmatan saat putingnya disedot dengan
kasar oleh Adi.
Somat lalu berdiri didepan Aline, bersebelahan dengan Adi. Lalu keduanya dengan
rakus menyedot dan melumat kedua payudara Aline secara bergantian. Adi terkadang
memainkan lidahnya di daerah puting Aline, sedang Somat terus menetek dengan ganas.
Payudara indah yang putih mulus itu sekarang penuh dengan air liur kedua preman itu.
Aline mengerang semakin jelas. Entah, menurut ceritanya, dia mulai merasakan
kenikmatan saat payudaranya dinikmati oleh preman tersebut.
Sambil terus menetek, Somat mulai menarik resleting rok jeans Aline dan melepasnya.
Mereka lalu berhenti menyedot puting Aline dan melihat pemandangan seksi dibawahnya.
Mereka melihat sebuah CD hitam transparan yang berenda juga, menutup lubang vagina
Aline. Mata kedua preman itu takjub. Aline cuman pasrah saja. Dia memandangi
gubuk itu dan melihat si Rohim masih mengkocok penisnya perlahan.
“Uh…Seksi banget non.”, ujar Somat. Dia lalu menarik Aline keatas kasur butut
itu dan menidurkannya terlentang. Adi lalu dengan cepat menciumi daerah paha kanan
Aline, sedangkan Somat dengan asyiknya menciumi dan menjilati belahan vagina Aline
yang masih tertutup CD hitam transparan tersebut. Jarinya tak lupa memilin-milin
puting payudara Aline.
“Uh…ah…”, erang Aline. Tak bisa dipungkiri, walaupun dia dalam kondisi diperkosa,
Aline merasakan getaran kenikmatan seksual yang semakin tinggi.
“Haha…Konak juga loe ya non…Dibilang apa.”, goda Adi. Aline diam saja sambil
memejamkan mata, membiarkan dirinya dinikmati oleh preman tersebut.
Somat lalu melorot CD hitam tersebut. Wow…Terlihat sebuah vagina yang GUNDUL !
Tercukur rapi. “Wah…Non rupanya ga suka ada bulunya ya…”, goda Somat lagi.
Dia lalu dengan cepat memainkan lidahnya didalam belahan vagina Aline yang semakin
becek itu.
Lalu, Adi segera memberi isyarat kepada Somat untuk mulai. Somat lalu berdiri. Adi
memposisikan Aline supaya lebih enak disetubuhi. Dengan cepat dia menindih gadis
cantik itu dan memposisikan penisnya divagina Aline.
“Duh…aku ga mau bang. Jangan bang…”, ujar Aline perlahan. Adi cuman menyeringai
saja. Dia lalu memposisikan penisnya dan menusuknya dengan cepat kedalam vagina Aline.
“Oooooooo…uenaknya. Becek uhh…”, teriak Adi saat penisnya menembus vagina Aline.
“Aduh…bang. Sakit… !”, teriak Aline kesakitan. Bibir vaginanya melesak kedalam
saat penis Adi menusuknya. Penis Adi memang cukup besar, sehingga “merepotkan” vagina
Aline didalam menerimanya.
Adi lalu terus menghunjamkan penisnya yang besar itu dan mengkocoknya dengan ganas.
Aline cuman bisa menangis kesakitan, sedang Adi merem melek menahan nikmatnya
menyetubuhi gadis itu. Payudara Aline yang putih terguncang kedepan dan kebelakang,
mengikuti irama persetubuhan Adi yang kasar.
Selama beberapa menit Adi menyetubuhi gadis ini. Erangan kesakitan dan tangis Aline
tidak mengurangi gairah ketiga preman itu. Justru hal ini membuat mereka semakin
bergairah.
“Uh…enak man….enak man…”.
Tak lama kemudian, Adi mengalami orgasme. Dengan menjambak rambut Aline,
dia menyemprotkan spermanya didalam vagina Aline. Dia lalu kelojotan selama beberapa
detik dan lalu rebah kecapaian diatas Aline.
Dia lalu mencabut penisnya dan terlihat sedikit lelehan spermanya keluar melalui
belahan vagina Aline. Aline menangis memegangi vaginanya yang terasa sakit dan
ngilu. Adi tertawa melihatnya, “Giliranmu, Mat. Gile. Enak banget.”.
Somat lalu menarik dengan kasar lengan Aline keatas sehingga memperlihatkan ketiaknya
yang putih. Somat dengan gemas menciumi ketiak Aline dan menjilatnya penuh nafsu.
“Uh…sip.”, ujarnya.
Dia lalu memposisikan penisnya dan bersiap untuk memperkosa Aline.
“Aduh…sakit bang. Jangan ya bang…”, pinta Aline memelas.
Somat tidak menggubrisnya, dan dengan sebuah hunjaman yang dalam, dia menusukkan
penisnya kevagina Aline.
“Ahhhhhhh………”, teriak Somat keenakan.
“Aduh…bang ! sakiiiiit !”, teriak Aline kesakitan. Penis Somat katanya berukuran
lebih besar ketimbang Adi, sehingga bibir Aline semakin melesak kedalam saat dikocok.
Untung ada tambahan pelumas, yaitu sperma dari Adi. Kalo nggak, bakal pingsan dah
Aline.
Somat lalu memegang kedua pinggang Aline dan menariknya ke depan dan belakang. Dia
mengkocok penisnya yang besar itu didalam vagina Aline.
“Oh…ya….sip…uh…”, erang Somat keenakan. Aline cuman kembali menangis merasakan
sakit di vaginanya.
“Uh…Him, Rohim. Sumpel mulutnya supaya ga nangis melulu.”, tukas Somat sambil
terus memperkosa Aline dengan buas. Rohim yang dari tadi udah nunggu jatah dengan
segera memasukkan penisnya ke mulut Aline.
“Huek…”, Aline sedikit tersedak ketika mulutnya dimasuki penis Rohim. Uh…Bau.
“Ayo, diemut non.”, perintah Rohim. Aline cuman bisa pasrah. Sambil melelehkan air
mata, dia emut penis Rohim yang hitam besar itu. Rohim mengerang keenakan. Tangannya
tidak diam tetapi meremasi payudara Aline yang indah itu.
“Ah….ah….Aaaaaaaaaaahhhhh”. Sekitar 5 menit kemudian Somat mengalami orgasme.
Dia mengkocok penisnya dengan ganas didalam vagina Aline sambil kelojotan menyemprotkan
spermanya kedalam rahim gadis ini.
Rohim lalu mendorong Somat yang kelelahan dan mencabut penisnya dari mulut Aline. Penis
hitam berurat itu terlihat licin terlumuri oleh ludah Aline.
“Nah…giliran gue menikmati vaginamu, Moy.”, kata Rohim menyeringai.
“Duh…jangan bang. Sakit…”, sekali lagi Aline mengiba.
Rohim tidak menghiraukan. Dia lalu memposisikan penisnya. Ah, vagina Aline terlihat
memerah. Sedikit bengkak. Terlihat noda merah darah yang keluar bersama-sama dengan
lelehan sperma Adi dan Somat. Kayaknya mereka menyetubuhi Aline terlalu keras sehingga
melukai vaginanya.
Dengan buas pula, Rohim menusukkan penisnya kedalam vagina Aline. Penis itu nampak
mudah sekali masuk. Aline juga tidak terlalu merasakan sakit seperti sebelumnya.
“Wah. Itunya udah ga enak, bang. Udah longgar banget. Brengsek.”, Umpat Rohim, diikuti
tawa Adi dan Somat yang sedang tiduran kecapaian. Rohim lalu mencabut penisnya.
Aline merasa sedikit lega. Artinya dia ngga bakal tersiksa lagi.
Rohim lalu menarik lengan Aline dan memangkunya. Dia lalu memasukkan penisnya kedalam
vagina Aline dalam posisi duduk. Aline mengerang, kali ini dia merasa enak saat penis
Rohim menembus vaginanya. Entah kenapa. Padahal sebelumnya dia merasa sakit.
Rohim lalu menyedot puting Aline sambil menggenjot vaginanya. Tangannya juga meremasi
payudara putih itu denagn penuh nafsu. Aline cuman menggigit bibirnya. Mereka lalu
bersetubuh dalam posisi memangku selama beberapa menit. Tak lama kemudian, Aline merasa
ada getaran aneh merasuki dirinya. Tubuhnya bergetar. Oh my. Dia merasa bakal
orgasm ! Tidak mungkin ! Masa dia menikmati pemerkosaan ini. Tetapi tubuhnya berkata
lain. Dengan sekuat tenaga dia berusaha untuk tidak berteriak. Namun, saat orgasm
itu benar menyergap, Aline seakan lupa segala. Sambil berciuman bibir dengan Rohim,
dia berteriak menyambut puncak kenikmatan yang dirasakannya. “Ah……bang….”.
Ketiga preman itu langsung tertawa-tawa lebar, mengejek. Aline merasa malu, tetapi
memang hal itu tidak bisa dikendalikannya. Rohim lalu mencabut penisnya dari vagina
Aline. “Anumu udah ga enak, non. Longgar.”.
Dia lalu memutar posisi Aline tetapi tetap memangkunya sehingga Rohim memandangi
punggung gadis cantik ini. Dia lalu pelan-pelan memasukkan penisnya yang besar itu
kedalam anus Aline.
“Duh…jangan disitu bang. Sakit bang. Sakiittt…Awaaaaaauuuuw !”, teriak Aline.
Rohim dengan cepat menghunjamkan penisnya kedalam anus Aline. “Oh ya…Ini baru
enak. Seret. Oh……Ah….”, erang Rohim penuh kenikmatan. Tangannya memegang
payudara Aleine yang meremasnya dengan gemas dari belakang, sambil mengkocok
penisnya didalam anus gadis ini.
“aduh….sakit bang….”, erang Aline kesakitan. Rohim cuman merem melek merasakan
kenikmatan seksual yang dirasakannya. Tak lama kemudian, dia menyemprotkan sperma
kedalam anus Aline dengan cepat. “Ohh………….”.
Setelah puas, dia lalu mencabut penisnya dan tiduran kecapaian disamping teman-
temannya.
Aline menangis, merasakan sakit di lubang dubur dan di lubang vaginanya. Setetes
darah keluar dari anusnya.
Beberapa menit kemudian, ketiga preman itu lalu berpakaian. Mereka menyuruh Aline
juga segera berpakaian. Dengan menangis sesenggukan, gadis manis itu mengenakan
kembali pakaiannya. Faiz disuruh mengambil sendiri pakaiannya. Ketiganya lalu
menghilang dibalik kegelapan malam.

2 Tanggapan ke “Aline”

  1. ce4rite boong gk percaya bgt gue
    Re: duh cape deh ! udah dibilang juga di halaman muka, cerita2 disini tuh fiksi. disini tuh bukan website berita, kita semua disini buat fun !! susah deh omong ama pembaca yg belum dewasa mah. dasar otak di selangkangan melulu
  2. banyak orang bego emang jaman sekarang koko shusaku biarin aja cape ngurus nya…otaknya d pantat…alias selangkangan juga hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar