Rumah Baru KisahBB

Setelah 2x ga diterima di Wordpress sehubungan penjualan DVD, Shusaku akhirnya memutuskan memindahkan blog cerita seru KisahBB kesayangan kita ke sini.

kirim cerita karya anda atau orderan DVD ke:


Order via email: mr_shusaku@yahoo.com


tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan


email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.

Promo diskon gede-gedean

Paket istimewa 500rb (50dvd),

untuk dalam Pulau Jawa free ongkos kirim, untuk luar Pulau Jawa tergantung daerah.

Harga normal Rp 15rb/dvd kalau beli banyak Rp.12.500/dvd, untuk paket kali ini jatuhnya Rp. 10rb/dvd, murah banget!!


Tapi ini terbatas hanya untuk 10 orang saja.

jadi silakan order, bisa dilihat list barang di

- list semi & softcore

- list western xxx

- list jav


untuk pemesanan email ke mr_shusaku@yahoo.com

Subject: paket istimewa 500rb

tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan

email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.


-untuk pesanan di atas 50dvd, selanjutnya dihitung @Rp.10.000,-

-hanya untuk film2 satuan (JAV, western XXX, dan Semi), tidak berlaku untuk koleksi pics & kompilasi

Kamis, 21 Juli 2011

Olga Lydia XXX: The Unreleased Pictorial

Olga Lydia

"Ya, jadi menurut bapak kira-kira berapa lama ya selesainya??"
"Paling 2 sampai 3 hari non...Kalau mau hari ini juga kita bisa mulai bongkar, jadi bisa hemat waktu juga...Gimana Non Olga??" Jawab bapak-bapak separuh baya itu
"Boleh pak, tapi saya ada perlu hari ini,gapapa saya tinggal pak??" jawab wanita yang dipanggil Olga.
"Oh, gapapa Non, urusan disini jadi tanggung jawab saya..Non tenang aja.."
"Ga bukan masalah itu, saya percaya koq ma bapa,.Kan dulu rumah mama juga
bapak yang beresin,..Soal pembayaran gimana pak,..??"
"Ya, kita minta 50% aja dulu bisa??Buat belanja bahan nich non.sama urusan
ma pihak apartement gimana,nanti kita dimarahin lagi kerja disini??" jawab
mandor itu..
"Oke tapi untuk pembayaran tunggu saya pulang ya pak. Paling jam empat saya sudah pulang, urusan maintenance sudah saya urus pak, ga masalah, ke tetangga juga sudah saya omongin"
"Oh, kalo gitu kita kan enak kerja-nya,..Ya sudah non kalo non mang ada pekerjaan, bisa ditinggal, pokoknya Non tau rapi saja...hehehe"


"Oke, kalo gitu saya tinggal ya pak, pemotretan-nya jam 12 soalnya..Takut telat.." Kata wanita itu sambil mengangkat tasnya..
Dia tampak tergesa-gesa sekali, Ya, wanita tinggi putih berwajah oriental itu memang Olga, Olga Lydia, foto model, aktris dan presenter yang cukup terkenal di Indonesia.
"Hati-hati Non,.."
"Ya makasih Pak, tolong tunggu saya ya pak.." ingatnya
"Baik Non" jawab mandor itu,..
Olga pun bergegas keluar dari apartementnya, para pekerja berjumlah dua orang plus seorang mandor itu pun segera melakukan pekerjaannya, merenovasi dan
memperbaiki beberapa saluran air di apartement itu.
"Bagus ya pak apartementnya" Kata salah satu dari pekerja
"Ya bagus lah, namanya juga punya artis, hehehe" jawab mandor itu.
"Udah lama pak kenal ma keluarga dia?” tanya mandor berkumis dan kekar
itu, umurnya kira-kira 50an.
"Dari kecil Ded, dah lama juga kenal keluarganya, jadi kerja yang bener ya. Ga enak gue kalo asal jadi aja.."
"Ya pasti pak, tenang aja.hehehe" jawab pekerja bernama Dedi itu.
"Ya bapak tinggalin aja disini biar kita yang urus dulu, kan bapak bisa belanja cat dulu, siapa tau kita bisa mulai cat sore" Kata seorang pekerja yang sedang merokok,..
"Oke gue tinggal, tapi lu jangan ngerokok aja Bakrie, takut kena karpet ya"
"Siap Boss.." jawab pria 30an berambut cepat dan berbibir tebal itu sambil mematikan rokoknya..

###

Di pinggiran kolam renang, sebuah rumah mewah, terlihat beberapa orang mempersiapkan alat-alat pemotretan, dari dalam rumah keluarlah Olga dan beberapa asisten serta Darwis Triadi, salah satu fotografer terkenal di tanah air.
"Gimana??Udah beres alat-alatnya??masa mindahin dari dalem keluar aja lama??" tanya Darwis ke krunya.
"Sudah Boss, nich lagi test aja,.." Jawab salah satu kru..
"Oke Olga bisa dimulai sekarang??"
"Sip Darwis, lagian gue dah risih nich..Hehehe” sambil melepas selendang yang
menutupi bagian pinggangnyya kebawah.
Olga dengan swimsuit merahnya kini sudah masuk set pemotretan itu dengan dibantu beberapa assisten-nya untuk mempersiapkan pose yang diinginkan Darwis. Kipas angin pun dinyalakan untuk membuat kesan rambutnya yang tertiup angin. Tak lama pemotretan itu pun dimulai, beberapa scene, dan mereka mulai berpindah-pindah set.

"Ya bagus, coba angkat tangan kiri kamu, jangan liat ke kamera..natural aja"
Klik !!!
"Ya bagus, Liat kesini, majukan kaki kiri kamu, ya bungkuk sedikit.."
Klik !!!
"Lightening pindah kebelakang, Ya tahan sebentar pose itu, senyum sedikit, yaa.."
Klik !!!
"Oke Thanks, Olga sip banget, ini saya usahain jadi cover ya...sayang banget kalo ga jadi cover.." Kata fotografer itu,..
"Oooo..bayaranya nambah donk,.hehehe, Ga becanda, Gue liat donk hasilnya ya, jangan naek cetak dulu baru lu kasih gue,.." jawab Olga.
"Oke santai, kamu tau gimana saya kerja kan.."
"Hahaha, ya udah, dah beres kan gue tinggal ya??"
"Oke ga masalah thanx ya..Bye-bye"
"Sip, take care ya..Bye"
Olga pun segera menuju ruang ganti pakaian di rumah itu, scene di kolam renang itu, memaksanya untuk berpose dengan swim suit, Sopan sich, tapi pemotretan ini jarang sekali dia lakukan. Di ruang ganti itu ada Anna, sahabat Olga yang juga seorang model.

"Gmana Lyd??" tanyanya.
"Ga tau gue juga belum liat hasilnya, lu tahu sendiri si Darwis, belum perfect buat dia mana mungkin dikasih liat ke kita?? Jawab Olga..
"Hahaha, iya juga yee.Lupa gue,..Mau kemana nich kita??"
"Aduh sory Ann, gue musti buru-buru balik, mau ke ATM dulu, gue mau ambil duit, apartemen gue kan lagi dibenerin, gila keran bocor terus, sekalian lapis cat lagi..."
"Ohhh, jadi nich dibenerin, terus yang jaga siapa??Besok aja kita masih ada satu roll lagi kan.."
"Ah tenang aja,..Hari ini gue tinggal, besok sich nyo gue yang jaga."
"Yawda lu ati-ati aja barang lu ya.."
"Rabu lu jadi kan ke tempat, gue ga da Job juga kan kita??"
"Oce dech, tar gue dateng dech lusa ya..,Gue cabut dulu nich, Biasa Roby dah nunggu.."
"Yawda TitiDJ Na,.."
"Hahaha, Lu juga ye, Bye.." Jawab Anna, sambil membuka pintu ruang ganti itu, Olga pun segera mengambil pakaiannya di loker, Dia segera berganti pakaian, Tak lama Olga pun selesai dan segera keluar dari ruang ganti itu. Setelah berpamitan pada Darwis dan beberapa kru, Olga pun segera meninggalkan lokasi pemotretan itu.

###

Pukul 4.20 Olga sudah kembali, setelah mengambil Uang di ATM untuk membayar 50% biaya perbaikan apartement-nya. Sesampainya di apartementnya, Ibu Olga sudah disana, selain itu beberapa bagian ruangan apartement itu sudah dilapis ulang, Pekerjaan-nya cukup rapi juga...Dia segera menghampiri ibunya di dapur..
"Kapan dateng Mi??"
"Dah pulang, tadi jam 2an lah...Minum dulu jus di lemari es tuch..."
"Makasih Mi, tar dech..Nginep kan Mi???"
"Iya, tapi besok sore mami pulang, kasian Papi kamu sendiri,.."
"Yee, kenapa papi ga diajak kesini aja sekalian??" Jawab Olga sambil mengambil jus
"Tau sendiri kan Papi mu itu, lebih seneng burung daripada nyenengin Mami mu.."
"Dasar Mami..hehehe,..Pak Jabir mana Mi ??"
"Diatas kayaknya..Dia lagi bongkar pipa ma anak buahnya.."
"Oh, Olga keatas dulu ya Mi, sekalian bayar Uang muka nich,..Mami belum dinner kan?"
"Belum, mau Mami masakin??"
"Ga usah mi, nanti kita makan aja diluar, mami dah mandi??"
"Belum, yawda Mami mandi dulu dech.."
"Oke..aku naek dulu ke atas.." kata Olga yang dibalas senyuman oleh maminya..Ia pun segera naik ke tingkat 2, menemui si mandor Jabir.

"Gimana Pak untuk hari ini??" tanya Olga.
"Ya Non liat sendiri, buat pipa ini juga udah ketemu penyakitnya, cuman kita ga bawa peralatannya, mungkin besok kita urus dech Non,kita lagi ngikis cat aja dulu besok di Cat ulang, kalo sekarang ga keburu,.." Jawab Pak Jabir
"Oh yawda, ini pembayaranya pak, 50% dulu,..Dihitung Pak,.." Sambil menyodorkan amplop berisi uang tunai..
"Ah, percayalah bapak ma Non,..Habis ngikis cat di ruangan ini kita pamit dulu ya Non, sudah jam 5 juga.."
"Oke Pak, ga masalah, beresin aja dulu pak, Saya tinggal ya?"
"Silahkan Non.."
Olga pun segera turun, tak lama rombongan pak Jabir pun menyelesaikan pekerjaannya. Mereka berpamitan dengan Olga dan ibunya, yang sedang berbincang sambil menonton televisi..
"Sudah sana mandi, katanya mau makan,..' Tegur Ibu Olga,..
"Iya Mi, baru pada pulang sich ga tenang ada mereka..Hehehe.."
"Dasar, bagus dech, kamu itu wanita, jaga baik-baik harga diri kamu Olga."
"Iya Mi, ya Olga mandi dulu ya."
"Ya sudah, besok kamu ada acara ??"
"Besok aku musti ke agency, kenapa Mi??"
"Ya sudah kamu mandi saja dulu, nanti malam ada yang mau Mami bicarakan.."
"Yawda dech, aku mandi dulu Mi.."

Sejam kemudian Olga pun sudah berdandan, maminya yang sudah siap dari tadi sudah menunggunya di ruang tamu, mereka pun pergi makan malam, menyantap makanan Eropa di sebuah restoran elit, Pukul 10 lewat mereka kembali ke apartement Olga.
"Mami mau tidur??" tanya Olga,.
"Ga sich, kamu mau tidur sayang ?" Jawab ibunya..
"Ngantuk sich mi, tapi katanya ada yang Mami mau omongin.."
"Oh iya, ampir Mami Lupa,.Gini tentang issue belakangan ini tentang kamu nak,."
"Ah itu lagi, Mami percayakan ma Aku ??"
"Iya Mami juga ga percaya, tapi Mami mau dengar dari kamu langsung".
"Oke dech, aku ga da hubungan apapun dengan pejabat itu..Oke Mi..Percayakan
ma aku"..Kata Olga sambil mengacungkan 2 jarinya, seperti bersumpah.
"Iya kamu ga usah gitu lah, mami percaya koq ma Kamu sayang..Mami cuma
kuatir aja, kamu kan tahu itu pejabat + kamu juga tau kan dia udah berkeluarga, jangan sampai kamu nganggu hidup orang lain, kita juga dari keluarga berada, ga perlu mikirin harta kaya Orang lain,.." ingat ibu-nya
"Iya Mi, Makasih ya,..Tidur yuk Mi"
"Ya sudah kamu tidur saja dulu, Mami nunggu telepon Papi-mu,.."
"Oc, dech Mi, Tar tidur bareng aku aja ya,..Nitez mi.."
"Ya sudah nanti mami nyusul sayang.."
Olga pun meninggalkan Ibunya di ruang keluarga, tak lama dia pun tertidur..

Keesokan harinya,"Pagi Mih,..Aku dah telat nich, aku musti cepet-cepet ke agency, Mami dah makan kan??" Tanya Olga..
"Udah kamu tenang aja,..Kamu pulang jam berapa??"
"Mami mau pulang jam berapa, nanti aku yang anter aja??"
"Ga usah, nanti Mami naik taksi saja,..Paling jam tujuhlah, nunggu Pak Jabir pulang kan.."
"Ooh, kalau gitu tunggu aku ya Mi, aku ga malem koq pulanganya,.."
"Kamu beresin aja pekerjaan kamu, mami sich gampang..."
"Ya pokoknya Mami tunggu aja, aku kan masih kangen."
"Ya sudah, Mami tunggu kamu ya sayang.."
"Oke dech,..Mam aku pergi dulu ya ?"
"Eeeeh, Gak sarapan dulu sayang ??"
"Telat Mih,.."
"Udah minum dulu susunya ya.."
"Yawda dech,..Aku pergi ya..." Ujar Olga setelah meminum susunya sambil meninggalkan Apartementnya
Sepulangnya dari Agensy, Olga pun melihat pekerjaan rumahnya yang sudah 75 % rampung, tampaknya pekerjaan ini akan selesai lebih cepat dari jadwal. Masih jam lima sore, ketika ibunya minta ditemani ke minimarket, maka Olga turun mengantar ibunya.

###

"Sayang ya Pak, Non Olga jarang Disini.." Ujar Bakrie.
"Ya mau ngapain juga dia disini..." Jawab Jabir..
"Ya kan lumayan pak, baru hari ini aja dia dirumah, ma temen-nya lagi..' sambung Dedi.
"Lu pada ngeres aja..Pengen liat paha-nya aja lu pada ya??" Canda pak Jabir.
"Iya lah, normal toh Pak, namanya juga laki-laki" Kata Bakrie yang disambut tawa keduanya.
“Ayo, siap geser yah, hati-hati loh !” Pak Jabir mulai memberi perintah pada anak buahnya untuk menggeser sebuah lemari yang awalnya digeser kembali ke tempat semula.
Karena terlalu bertenaga mendorongnya tiba-tiba sebuah koper kecil diatasnya jatuh dan terbuka sehingga isinya berceceran keluar.
“Hadoh, gimana sih lu, dorong pelan-pelan aja ngapain pake tenaga gitu !” Pak Jabir mengomeli Bakrie dan Dedi, “untung orangnya lagi kebawah, cepet-cepet beresin lagi sebelum dia balik”
Mereka pun buru-buru memunguti barang-barang yang tercecer dari koper yang terbuka itu, isinya adalah beberapa album foto. Ada sebuah album foto yang terbuka, jadi bagaimanapun isi album itu terlihat oleh mereka yang sedang berusaha merapikan semua album ini kembali ke dalam koper.

“Eh lihat Pak Jabir, non Olga itu cantik sekali ya.. mana kulit perutnya putih mulus gini. Bener bener amoy dah”, kata Bakrie memandang foto Olga di album itu sambil menelan ludah. “Gimana halusnya ya? Jadi pingin ngerasakan nih”, timpal Dedi yang kini ikut memandangi foto sexy Olga yang memakai bikini. Pak Jabir mau tidak mau tertarik juga untuk melihat. Reaksinya tak jauh beda, ia menelan ludah dan malah melamun membayangkan Olga kecil yang dulu ia lihat, sekarang sudah menjadi wanita yang menggairahkan di dalam foto foto itu.

“Pak? Pak Jabir? Lagi ngelamun apa pak? Melamun non Olga ya?”, senggol Dedi melihat pak Jabir yang terus memandang foto Olga dari tadi, membuat pak Jabir tersadar dari lamunannya. “Hush.. mau tau saja. Sudah cepat, kita kembalikan semua, nanti non olga marah lagi melihat koper ini terbongkar seperti ini!”, kata pak Jabir. Sambil terus memasukkan album album foto itu, Bakrie berkata, “Kalo bisa besok aku kepingin melihat lihat koleksi foto non Olga ah”.

Tepat selesai Bakrie mengatakan itu, tinggal 1 album  foto yang tersisa di luar koper yang dipegang pak Jabir, tapi ia  tak segera memasukkan album itu ke dalam koper. Album itu terkunci, dan di covernya ada tertulis ‘Popular, Edisi Lanjutan’. Pak Jabir berkata, “yang foto bikini tadi, aku memang pernah lihat di sebuah majalah waktu dipanggil pertama sama non Olga untuk merenovasi apartemen ini. Kalau membaca ini, jadi ingat nama majalah itu popular. Jadi penasaran juga, memangnya lanjutannya foto sexy ini seperti apa ya?”

“Wah kalau dikatakan lanjutan, apa ya? Lanjutan dari pakai pakaian lengkap, terus bikini. Terus ya mungkin tinggal pakaian dalam ya…terus, bugil kali ya?” kata Bakrie yang mulai ngeres pikirannya. Mereka diam sejenak, tiba tiba Dedi mengeluarkan obeng dari sakunya. “Kita buka saja daripada penasaran mikirin apa isinya”, katanya dengan yakin. Pak Jabir sempat berpikir untuk mencegah, tapi akhirnya rasa penasarannya mengalahkan moralnya. Ia meminjam obeng Dedi dan mulai berusaha membongkar kunci yang ternyata tak semudah itu dilakukannya.

Akhirnya dengan tak sabar, pak Jabir mencongkel kunci itu, dan saat album itu terbuka, ketiga orang ini terpana. Tak pernah pak Jabir membayangkan, akan bisa melihat foto  dari Olga Lidya dengan berbagai pose erotis. Balutan bikini itu makin lama makin tak menyembunyikan keindahan tubuhnya yang amat ideal, foto-foto itu memang satu seri dengan foto-foto seksi Olga yang pernah ditampilkan di majalah Popular itu, latar belakang dan pakaian renang yang dipakainya pun sebagian sama persis, namun dalam album itu posenya lebih menantang, misalnya posenya di tangga kolam renang dengan pakaian renang berwarna perak itu kini dipeloroti atasnya sehingga menampakkan payudaranya yang berukuran sedang dan montok. Foto-foto itu tentu bukan untuk konsumsi umum, Olga memang sengaja membuatnya untuk koleksi pribadinya saja sehingga disimpannya pun di tempat khusus ditambah dengan album foto berkunci. Ketika semua sedang terperangah, tiba-tiba pak Jabir menutup buku itu, membuat yang lain bersiap protes. Pak Jabir segera menjelaskan tindakannya ini pada kedua orang itu.

“Kita jangan lihat buku ini di sini. Nanti kita pamit ke non Olga untuk malam dulu di warung bawah, seolah olah kita sudah lapar. Di, kamu sembunyikan album ini di jaketmu”, kata pak Jabir. Dedi segera membungkus album itu di jaketnya yang butut. Bakrie yang memang agak lebih bodoh ini bertanya, “Kita ngapain pakai makan lagi? Masih kenyang lah! Bukannya tadi kita  makan siangnya telat sampai jam tiga lebih?”. ‘plak’, pak Jabir memberikan tamparan ringan pada kepala belakang Bakrie. “Pakai otak sedikit! Tapi.. sudalah.. kalo kamu sih mending gak usah ikut mikir, nanti tambah kacau. Yang jelas kalau mau enak, diam dan ikuti saja aku dan Dedi”, kata pak Jabir, tepat ketika Olga masuk ke ruangan itu.

“Non Olga, sepertinya kami harus makan dulu, sudah terlalu lapar nih. Kami ke warung bawah sebentar Non”, kata pak Jabir pada Olga. Tanpa prasangka apapun, Olga mengiyakan saja, kebetulan juga Olga sudah ingin mandi. Maka setelah mereka bertiga keluar, Olga segera masuk ke kamar mandi. Sementara itu, di bawah, pak Jabir berhenti pada ujung lorong yang ada lampunya. Di sana, mereka meneruskan membuka-buka album itu. “Gila bener.. mulus amat”, kata Bakrie yang tak bisa melepaskan pandangan matanya dari foto tubuh Olga yang sudah nyaris telanjang bulat dengan pose yang menggoda. Pose-pose telanjang itu sesungguhnya sangat elegan dan artistik tidak seperti pose-pose bugil asal ngangkang dengan muka mupeng yang mengundang birahi ala penthouse atau hustler, namun orang-orang seperti mereka mana mungkin mengerti yang namanya artistic nude, bagi mereka bugil = porno dan ujungnya membangkitkan birahi.

Dedi tidak bisa bicara lagi, dengan gelisah ia menanti pak Jabir yang sudah hampir tak bisa menguasai diri, tangannya gemetar ketika membalik halaman demi halaman album itu, hanya untuk melihat tubuh indah Olga yang sudah tak tertutup sehelai benangpun. Di beberapa pose, kemaluannya hanya terlindung telapak tangannya, sementara kedua payudaranya yang indah menggelantung bebas, sungguh menantang orang yang melihat foto itu. Mata mereka melotot dengan mulut melongo menatapi pose Olga yang sudah tidak tertutup sehelai benangpun sedang duduk di bibir kolam dengan kaki disilang, seluruh lekuk tubuhnya terlihat jelas kecuali kemaluannya yang tersembunyi di balik lipatan kaki.
“Buka lagi dong, mau liat yang keliatan memeknya, mau tau jembutan ga !” pinta Dedi yang penasaran melihat kemaluan Olga.
Akhirnya mereka dapat menyaksikan seluruh keindahan tubuh Olga dalam sebuah pose bugil frontal dimana Olga sedang berdiri di bawah siraman shower, kedua tangannya menyibak rambutnya ke belakang sehingga payudara dan vaginanya yang berbulu tipis terekspos jelas. Setelah melihat halaman terakhir, mereka bertiga berusaha menenangkan diri.
“Yah, kok ga ada yang ngangkang sih, padahal pengen yang lebih jelas” Bakrie sepertinya tidak puas dan ingin melihat lebih dari itu.
Gini, kita kembali ke atas terus lihat perkembangan situasi di sana. Jangan bertindak gegabah” kata Pak Jabir

Dedi dan Bakrie menurut saja pada kata kata sang bos. Bakrie sempat bertanya, “pak Jabir, bisa tidak kita mencicipi servis non Olga?” Dedi menimpali, “Buku ini kita pakai saja buat memojokkan non Olga pak”. Pak Jabir manggut manggut, “Iya, kan tadi aku sudah bilang. Kita lihat situasinya. Kalau memungkinkan, kenapa tidak?”. Mereka mulai merencanakan bagaimana mereka bisa membuat Olga talkluk di tangan mereka. Setelah rencana dirasa bisa diterapkan, mereka kembali ke atas, bersiap untuk membuat Olga jatuh dalam derita.

###

Ketika sampai, mereka melihat Olga sedang melihat lihat hasil kerja mereka. Olga yang sudah mandi, kini memakai pakai baju rumah yang santai, kaus singlet putih tanpa lengan yang hampir menunjukkan belahan dadanya, lengannya yang putih mulus terekspos jelas. Warna putih pada kaus itu membuat warna pink bra Olga sedikit membayang. Celana pendek mini yang dikenakan Olga membuat mereka hampir tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari paha Olga yang terpampang jelas. Untung saja pak Jabir menguasai keadaannya, ia menyapa Olga yang masih belum menyadari keberadaan mereka. “Malam non Olga”, kata pak Jabir diikuti rekan rekannya, dan Olga membalik badan melihat mereka semua yang keringatan. Rupanya ketika di bawah tadi, mereka sudah begitu terbakar nafsu, tapi tentu saja Olga tak mengetahui semua itu.

“Wah bapak bapak… habis makan apa sampai keringatan gitu? Kepedasan ya.. saya ambilkan minum dulu ya”, kata Olga sambil berlalu ke dapur. Mereka bertiga tahu, kini kesempatan jelas terbuka. Pintu yang dari tadi terus terbuka itu ditutup oleh Bakrie, Pak Jabir memposisikan diri ke dekat jendela, sementara Dedi pura pura mengemasi peralatan pertukangannya, dan Bakrie yang selesai menutup pintu, ikut membantu Dedi. Tiba tiba, “Ded! Albumnya!”, kata Bakrie melihat jaket Dedi ternyata tak menutupi album itu seluruhnya. Terdengar langkah Olga yang sudah akan kembali dari dapur, membuat Dedi panik karena album itu diluar jangkauannya. Tapi sekali ini, otak Bakrie lumayan jalan, ia melepas bajunya dan melempar ke jaket Dedi, lemparannya tepat sasaran dan menutupi album itu, tepat ketika Olga memasuki ruangan itu.

“Nih, diminum dulu. Silakan bapak-bapak”, kata Olga sambil tersenyum manis, lalu duduk di kursi yang ada di tengah ruangan itu, sambil mengistirahatkan tubuhnya yang lumayan capai setelah melewati urusan kerja yang panjang dengan agency siang tadi. Mereka bertiga mengambil minum itu, lalu mengelilingi Olga dengan jarak yang lumayan jauh, jadi tidak sampai mencurigakan Olga. Sambil minum, pak Jabir memulai obrolan ringan, seperti yang tadi direncanakan di bawah. “Non Olga, gimana dengan hasl kerja kami? Nggak buruk kan”, tanya pak Jabir. Olga segera menjawab, “Oh.. baik kok pak, saya puas kok”.

“Kalau gitu, kali kali ada kenalan non Olga yang butuh renovasi, tolong non Olga kenalkan pada kami ya”, kata Dedi. Bakrie menimpalin, “Kenalan non Olga juga artis ya? Iya.. enak ya jadi artis”. Olga hanya tersenyum kecil, lalu menjawab, “Iya deh, nanti kalo ada teman saya yang butuh bantuan bapak bapak, saya pasti mengenalkan pada kalian. Dan tentang artis, ada enaknya, ada nggak enaknya juga lah. Apalagi, kalau ada rekan artis lain yang iri, kadang menggunakan segala cara untuk saling menjatuhkan”. Pak Jabir menyambung, “contohnya RUU APP itu ya, non Olga?”. Olga segera merespon, “Betul, itu salah satu contohnya! Untungnya salah satu tokoh yang mengusung ini kebongkar rahasianya kalo ternyata moralnya juga nggak bener. Jadi pelan pelan suara suara yang pro jadi surut sendiri, karena itu merupakan satu pukulan telak buat kubu pro RUU APP”

Pak Jabir dan yang lain tertawa, kemudian Dedi bertanya, “iya non, saya jadi ingat. Dulu non Olga termasuk yang keras menentang RUU APP itu ya? Kenapa non”. Ditanya begini, Olga sempat menerawang, kemudian Olga menjawab, “iya. Cuma gara gara ego orang yang sok suci yang berselisih dengan seorang artis wanita, memanfaatkan popularitasnya yang waktu itu belum jatuh, melontarkan ide yang jelas mengorbankan hak hak kaum wanita. Laki laki yang nggak bisa menahan diri untuk berpikiran atau berbuat mesum, wanita yang disalahkan dengan alasan penampilan atau perbuatan yang mengundang hasrat. Itu kan keterlaluan? Lelucon yang sama sekali tidak lucu dari berbagai lelucon yang pernah saya dengar!”, kata Olga berapi-api.

“Untung saja, seperti yang saya katakan tadi, orang yang sok suci yang mengusung hal itu kebongkar rahasianya. Pintar sekali menutupi kalau dia itu punya hasrat yang begitu menggebu, dengan cara berkoar koar tentang moral dan RUU APP. Padahal, sudah punya banyak istri, masih pakai kawin siri sama artis muda. Itu kan menunjukkan kalau dirinya amat tidak tahan godaan hawa nafsu. Dengan kemunafikannya yang sudah kelewat batas itu, maka saya merasa harus memprotes keras”, kata Olga lagi pada mereka bertiga yang manggut manggut, jelas mereka mengerti siapa tokoh yang dimaksud oleh Olga. Tiba tiba Olga merasa risih, ia menyadari sejak tadi mata mereka bertiga memandang tubuhnya seolah olah ingin menelanjanginya. Selain itu, ia satu satunya wanita di sini, di antara 3 kuli yang salah satunya bahkan telanjang dada. Ia sudah akan mengakhiri percakapan ini, ketika Jabir bertanya, “Protes yang Non Olga maksud itu, dengan cara berpose seksi di majalah Popular?”

Olga makin merasa risih, dan berusaha menjelaskan dengan halus, “Pak, kalau yang di majalah Popular itu, menurut saya bukan pose seksi yang bersifat porno pak, tapi itu bersifat seni.” Bakri mengambil album yang sejak tadi disembunyikan di bawah tumpukan baju dan jaket, sambil menunjukkan ke Olga dia berkata, “pose seni itu, termasuk yang di buku ini non Olga?”. Olga tersentak, jantungnya serasa berhenti berdetak melihat album yang harusnya ada di dalam koper di atas lemari itu, tak tahu harus menjawab atau berbuat apa. Melihat Olga yang hanya bisa diam, pak Jabir meneruskan, “Nggak salah juga kalau non Olga menentang RUU APP mati matian, kiranya non Olga nggak suka ya difoto seperti itu…”. Olga menguatkan diri dan memotong kata kata pak Jabir, “Kalian ini kok bisa nggak tahu aturan gitu sih, seenaknya saja melihat lihat koleksi pribadi orang lain. Foto itu hanya untuk…”, dan Bakrie langsung memotong, “untuk ditampilkan di majalah Playboy?”

Olga yang sudah terpojok, dengan putus asa setengah berteriak, “Kalian jangan macam macam! Kembalikan buku itu pada saya!” Berkata begitu, Olga segera berdiri dan berusaha meraih buku itu dari tangan pak Jabir, tapi kedua tangannya sudah dipegang dan ditelikung ke belakang oleh Bakrie dan Dedi. “Aduh… lepaskan saya… to..”, Olga yang hampir berteriak minta tolong langsung tersadar dirinya dalam posisi yang tidak menguntungkan melihat pak Jabir mengeluarkan albumnya ke jendela. Sekali album itu jatuh ke bawah, entah apa yang terjadi dengan reputasinya, maka Olga hanya bisa menatap mereka dengan lemas. Pak Jabir mengerti bahwa Olga sudah tak berdaya, ia mulai melancarkan intimidasinya. “Non Olga, kami sudah melihat tubuh non Olga di dalam album ini. Tapi tentu saja lebih menyenangkan lagi kalau kami bisa melihat bentuk asli dari tubuh non Olga. Nah, non mau kan nunjukin tubuh non pada kami secara langsung di sini?”. Berkata demikian, pak Jabir menutup album yang tadi sempat pura pura akan dilempar keluar, dan menaruhnya di meja telepon dekat jendela itu.

“Tentu saja saya tak perlu menjelaskan lagi pada non Olga, bagaimana dengan album ini jika non Olga berani macam macam. Sekali saya lempar ke bawah, orang orang di sana akan dapat gempar, dan besoknya infotainment di TV tak akan ketinggalan memberitakan hal ini juga”, kata pak Jabir dengan ketenangan yang tidak dibuat buat, Olga memang sudah terlihat menyadari nasibnya ada di tangan para kuli yang sekarang sedang bersiap untuk melumatnya habis babisan. Tapi Olga masih mencoba mencari celah untuk lolos dari keadaan ini. “Bapak bapak, tolonglah. Saya punya duit, kalian mau dibayar berapa?”. Pak Jabir segera menjawab, “Kalau soal duit, itu gampang. Non memang harus bayar kami untuk tutup mulut. Tapi non juga harus tahu, kami semua ingin mencicipi servis non juga”. Olga menyadari ia sudah tak punya harapan lagi, dan tertunduk lemas. “Lepaskan pegangan kalian. Non Olga, sekarang non boleh pilih. Non mau buka baju non sendiri dengan sukarela, atau kami bantuin non untuk membukanya,” kata pak Jabir. Olga yang sudah dilepaskan oleh Dedi dan Bakrie, tertunduk menggigit bibir menahan tangis, dan mulai melepasi bajunya dengan terpaksa.

Kaus dan celana pendeknya sudah terjatuh ke lantai. Kini Olga hanya mengenakan bra dan celana dalam, membuat mereka bertiga tertegun memandangi tubuh Olga yang putih mulus tanpa cacat. Mereka menunggu tapi Olga tak melanjutkan melepas semuanya. Kini Olga mulai menggigil dan melipat kedua tangan memeluk dirinya sendiri, bukan karena hawa dingin AC di ruang itu, tapi selain malu yang amat sangat, ia membayangkan tubuhnya akan dinikmati oleh ketiga kuli bejat ini.
“Lho non Olga, kok pilih kasih sama yang jadi fotografer itu. kami kan juga mau liat yang ada di dalam beha dan celana dalam non.”, kata Bakrie.
“Lagi dong” sambung Dedi
Pak Jabir menimpali, “Lanjut.. lagi”. Mereka bertiga bersahut sahutan seolah sedang menonton aksi striptease. Olga mulai menangis, ia tak bisa berpikir lagi apa yang harus dilakukannya. Tak ingin menunggu lebih lama lagi, mereka bertiga mulai mendekati Olga yang mundur mundur ketakutan. Olga jatuh terduduk ke sofa yang tadi memang didudukinya. Dalam kepanikannya, Olga mulai memohon, “Sudah pak.. saya mohon, jangan begini”. Tapi semua itu hanya usaha yang sia sia, mana mungkin tiga orang pria yang sudah begitu bernafsu mau melepas wanita cantik menggiurkan seperti Olga?

“Tenang non Olga. Pokoknya non Olga nurut saja, maka kami nggak akan berbuat kasar. Lagipula, ingat soal album tadi. Jadi sebaiknya non Olga layani kami tanpa berbuat yang macam macam”, kata pak Jabir dingin. Olga hampir menjerit ketika bra yang masih melekat di payudaranya ditarik ke belakang hingga kedua tangannya terangkat ke belakang, dan bersamaan dengan itu celana dalamnya juga dilorotkan hingga kini Olga sudah telanjang bulat. Mata mereka bertiga hampir copot melihat keindahan payudara dan vagina Olga yang sudah pasrah dan hanya bisa menangis. “Lho non Olga, kok nangis terus sih? Di TV katanya cuma bisa mimpi.. hahaha..”, ejek Bakrie. Pak Jabir mendekat dan berkata, “cup cup.. non Olga jangan nangis. Sini bapak cium ya”. Bibir Olga dilumat oleh pak Jabir dengan penuh nafsu, sementara kedua rekan pak Jabir mulai meraba raba tubuh Olga sambil sesekali meremasi payudara yang indah itu.

Bakrie yang semenjak tadi berdiri saja, kini berjongkok di antara kedua belah paha Olga. Pria itu tampak mengagumi keindahan sepasang paha yang sudah lama dikaguminya, paha itu dielus dan dijilatinya alam Olga. Kini kemaluan Olga yang di tumbuhi oleh bulu-bulu halus itu menjadi sebuah pertunjukan gratis bagi orang-orang kampung ini..
"Gila memek-nya aja putih gini, wangi lagi..." ejek Bakrie
"Ya iyalah, kalo ga mana bisa jadi artis atau model" sahut Dedi.
Ejekan ini kontan membuat wajah Olga memerah, namun perasaan itu tidak berlangsung lama, salah satu jari Bakrie mulai menggelitik kemaluan Olga. Tubuh Olga mulai bergerak-gerak, belum lagi sapuan lidah di leher dan telinganya yang juga mulai meningkatkan birahinya. Jemari Bakrie makin lancar mengesek-gesek kemaluan Olga karena dibantu oleh cairan kemaluannya yang mulai keluar, terlebih lagi sesekali pria itu memijit klitorisnya sehingga makin merangsang artis cantik itu..

Olga terus mendesah tertahan sambil sesekali melayani lidah Pak Jabir. Dedi yang memainkan puting susu Olga mulai menjilati benda mungil yang sensituf itu, terkadang dia menyusu sambil menggigit puting kemerahan itu. Olga pun makin hanyut dalam birahinya. Wajah Bakrie semakin terbenam pada vaginanya, tubuh Olga menggeliat ketika dirasakannya lidah pria itu mulai menyapu bibir vaginanya. Dengan rakus Bakrie menjilati vagina Olga yang sudah becek itu. Setiap sapuan lidahnya membuat darah Olga makin berdesir dan tubuhnya menggeliat. Pak Jabir yang sejak tadi berciuman dengannya juga ikut menggerayangi payudara yang satunya. Tangan kasar itu meremas-remas serta memilin-milin puting susunya sehingga semakin mengeras. Nafas Olga semakin memburu seiring dengan semakin hotnya percumbuan itu. Suara kecupan-kecupan beserta desahan tertahan terdengar dari mulut mereka yang saling beradu. Mau tak mau Olga tak dapat menyangkal lagi bahwa dirinya telah terbuai dalam perkosaan ini. Dia tidak dapat menahan sensasi nikmat pada vaginanya yang sedang dijilati Bakrie, lidah pria itu bergerak liar seperti ular menjilati dinding vagina dan klitorisnya. Olga semakin tidak tahan lagi dengan siksaan birahi ini, sepasang paha mulusnya makin mengencang mengapit kepala si Bakrie dan cairan orgasmenya mengalir deras di sela-sela vaginanya. Cairan itu segera diseruput Bakrie dengan rakusnya sehingga tubuh Olga makin menggelinjang.

Pak Jabir melepaskan lumatan bibirnya setelah puas menciuminya selama sepuluh menitan, sebuah percumbuan yang cukup lama. Olga langsung bernafas tersenggal-senggal mengambil udara segar dan juga sisa orgasmenya barusan. Ketiga kuli bangunan itu menatapnya dan tersenyum puas melihat reaksi Olga yang baru saja mencapai klimaks pertamanya.
“Hehehe…gimana Non Olga ? Enak kan ?” ejek Pak Jabir.
“Non kerangsang juga yah, gile sampe becek gini !” sahut Bakrie di antara kedua pahanya yang baru menegakkan kepala.
“Gimana Krie rasanya ?” tanya Dedi pada temannya.
“Wuihh…enak tenan, pejunya artis, gurih banget deh !” komentar pria itu.
Wajah Olga memerah dan kupingnya terasa panas mendengar kata-kata mereka yang tak senonoh itu, namun disisi lain dirinya juga sangat menikmati percumbuan dan orgasme barusan. Pak Jabir menyuruh kedua anak buahnya membereskan meja ruang tamu dan mereka segera menyingkirkan gelas-gelas bekas minum tadi dan sebuah pot bunga kecil diatasnya.
“Aah…mau apa Pak ?” tanya Olga ketika si mandor itu mengangkat tubuhnya.
“Santai aja Non, cuma mindahin aja supaya lega” jawabnya santai
Tubuh telanjang Olga kini diletakkan diatas meja ruang tamu dari bahan fiber itu dengan kaki terjuntai ke bawah. Ketiga kuli itu berdiri mengelilinginya dan menatapnya dengan pandangan lapar. Olga kini bagaikan sebuah makanan nikmat yang siap disantap bulat-bulat. Mereka lalu mulai membuka pakaiannya masing-masing sampai bugil. Olga terhenyak melihat alat vital mereka yang rata-rata besar dan hitam. Rasanya sudah lemas dulu membayangkan ketiga batang itu mengaduk-aduk vaginanya.

Pak Jabir mengambil posisi diantara kedua pahanya, kemudian ia berlutut dan membenamkan wajahnya pada selangkangan Olga sama seperti bawahannya tadi. Tubuh Olga pun kembali menggeliat karena lidah pria itu segera menjilati vaginanya dan libidonya pun naik lagi. Jurus menjilat Pak Jabir lebih lihai daripada Bakrie tadi, ia membuka bibir vagina Olga dengan kedua jarinya sehingga lidahnya dapat menjelajah lebih leluasa dan menyentil-nyentil klitorisnya. Dedi berdiri disamping kepalanya sambil menyodorkan penis yang telah tegang itu ke wajahnya.
"Ayo sepongin Non" perintahnya sambil menepakan penis-nya ke wajah Olga.
"Ga mau Pak, saya belum pernah” iba Olga, jijik sekali baginya kalau harus mengulum
penis bau itu, mana hitam dan kepalanya memerah lagi.
"Oh jadi mau ya albumnya kita lempar ke bawah sana terus diliat orang-orang ?" ancam Dedi yang makin tak sabar.
"Aaah, jangan Pak, baa...baaik dech saya mau" jawab Olga ketakutan.
Dengan gemetaran, Olga meraih penis Dedi, dengan ragu-ragu dia mulai membuka mulutnya dan mulai memasukan penis itu kemulutnya. Belum sempat penis itu masuk kemulutnya, Dedi yang sudah birahi tinggi menyodokan penisnya ke mulut Olga yang membuatnya kalang kabut
"Mmmmph!" setelah beberapa detik baru Olga dapat menyesuaikan dirinya dengan benda asing dimulutnya.
Penis itu sungguh menyesakkan baginya belum lagi baunya yang tidak sedap itu. Olga terpaksa memaju-mundurkan kepalanya yang ditahan oleh Dedi, setidaknya dengan demikian sedikit lebih lega.

“Wuuuiihh…asyik banget nih sepongannya, baru pernah gua disepong artis, mimpi apa gua semalem” gumam Dedi sambil merem-melek keenakan.
“Makannya jangan cuma BBM, baru bisa mimpi !” timpal Bakrie yang penisnya sedang dikocok dengan tangan Olga.
Mereka tertawa terbahak-bahak mendengar komentar Bakrie yang menirukan slogan yang biasa diucapkan Olga dalam Republik Mimpi, sebuah program televisi yang dipandunya. Pak Jabir tidak berlama-lama menjilati vagina Olga, baru lima menit saja dia sudah bangkit dan menyangkutkan kedua betis Olga ke bahunya yang lebar sambil mengarahkan penisnya ke vagina model cantik berusia 31 tahun itu.
“Pak, pelan-pelan, jangan kasar dong" pintanya melepas sebentar penis Dedi dari mulutnya.
"Tenang aja Non, yang penting enak kan" jawab Pak Jabir yang disambut tawa mereka.
Perlahan-lahan mandor itu mulai menancapkan penisnya pada vagina Olga, lumayan sulit karena vagina Olga, walau sudah tidak perawan, terlalu sempit untuk menerima penis sebesar itu. Selama proses penetrasi itu baik Pak Jabir maupun Olga mengerang-ngerang merasakan alat kelamin mereka beradu dan saling bergesekan. Dedi dan Bakrie tertawa-tawa dan menyoraki menyaksikan prosesi ‘pencoblosan’ itu.
“Uuiii…seret banget, memeknya artis emang beda !” kata Pak Jabir ketika penisnya menancap setengahnya.
Kemudian pria itu mendorong-dorongkan penis itu agar semakin dalam memasuki vagina Olga. Model cantik itu mengerang panjang ketika Pak Jabir menyodokkan penisnya hingga menyentuh g-spot nya.

"Asyik ya Pak ngentotin sama terkenal ?” tanya Bakrie
"Iya, aaahhh, enak banget…jauh lebih enak dari lonte-lonte di kampung jawab Pak Jabir sambil terus menggenjot.
Cemoohan itu membuat wajah Olga makin memerah, masa dia dibandingkan dengan lonte kampung, namun dia mulai tidak perduli, kini ia terkonsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaannya secepatnya. Dia masih harus mengoral penis Dedi dan mengocoki si Bakrie. Tak lama kemudian Bakrie minta giliran dioral karena sudah ngiler melihat reaksi temannya yang demikian menikmati sepongan Olga.
“Gantian bentar dong Ded, kayanya enak banget tuh, ayo Non gantian” katanya seraya menjenggut rambut Olga dan menghadapkan wajahnya pada penisnya, “yuk, isep yang enak, jangan dia doang dong !”
Olga pun kini melayani penis Bakrie yang ukurannya lebih pendek sedikit dari Dedi sehingga Olga sedikit bersyukur karenanya. Pada saat itu tubuhnya terguncang hebat akibat sentakan-sentakan Pak Jabir.
“Mmmm…mmhhh…eennggg !” di tengah oral seks ia tak sanggup menahan desahannya.
Mandor itu semakin liar menyodoki vaginanya dengan penisnya, semakin lama vagina Olga semakin basah sehingga batang itu semakin lancar keluar masuk di liang itu. Sesekali Pak Jabir menjilati kakinya yang mulus yang disangkutkan di bahunya, hal itu memberikan sensasi geli pada Olga. Ia semakin tak berdaya terhadap mereka yang menjarahi tubuhnya dengan liar, ia bahkan telah hanyut dan menikmatinya walau itu diluar kehendaknya.

Dedi melepaskan tangan Olga yang sedang mengocok penisnya karena tidak ingin buru-buru keluar. Ia lebih memilih menikmati kemolekan tubuh model cantik itu sambil menunggu Pak Jabir selesai menggarapnya. Pria berkumis tipis itu berlutut di samping tubuh Olga, mulutnya mendekat dan mulai menjilati payudara wanita itu. Darah Olga semakin berdesir karena sapuan dan sentilan lidah Dedi pada payudaranya. Setelah menyusu sebentar, dikecupi dan dijilatinya lekuk-lekuk tubuh Olga yang indah itu sambil tangannya meraba-raba bagian pinggul dan pahanya yang kencang dan berkulit halus.
“Uuhhh…asyik Non iya…iyahhh…isep terus, ntar keluar telan yah !” nampak si Bakrie makin berkelejotan menikmati penisnya dioral.
Ia menggerakkan pinggulnya seolah seperti menyetubuhi mulut wanita itu karena sebentar lagi akan mencapai klimaks. Olga sebenarnya kelabakan atas perlakuannya itu, berkali-kali wajahnya terbenam di selangkangan pria itu yang berbulu lebat dan berkali-kali pula kepala penis itu menyentuh tenggorokannya, namun karena kepalanya dipegangi oleh pria itu, ia pun hanya bisa pasrah saja.
“Aaarrggghhh !” pria itu mengerang dan menumpahkan spermanya di mulut Olga.
Cairan putih kental itu sebagian tertelan olehnya sedangkan sisanya meleleh keluar di pinggir bibirnya. Aromanya begitu menusuk sehingga ia buru-buru menelan cairan itu agar tidak terlalu berasa. Semburan sperma itu mulai berkurang seiring penis Bakrie yang menyusut di mulut Olga. Setelahnya, pria itu masih memintanya menjilati penis itu hingga bersih.

Lima menitan kemudian, giliran Pak Jabir berejakulasi, dia menekan-nekan penisnya lebih dalam sambil mulutnya menceracau.
“Uuhhh…eeennghh !” lenguh pria itu seperti kerbau liar, kedua tangannya makin erat mencengkram betis Olga.
“Oohhh…oohh…sudah, jangan…aaahh !” Olga juga mendesah tak karuan karena ia juga merasakan gelombang birahinya meledak.
Olga pun kembali mencapai puncak, cairan kewanitaannya meleleh semakin membasahi vaginanya. Tubuhnya mengejang dan menekuk ke atas tak terkendali. Namun itu semua belum selesai karena Pak Jabir masih terus menyetubuhinya sampai dua-tiga menit ke depan. Akhirnya barulah si mandor itu orgasme dan menyemburkan lahar hangatnya di dalam vagina Olga. Frekuensi genjotannya menurun dan akhirnya berhenti lalu penis itu tercabut dari vaginanya, nampak lelehan sperma bercampur cairan kewanitaan membasahi selangkangan wanita cantik itu begitu penis itu terlepas.
“Liat nih si Non Olga Lydia, tadi sok jual mahal gak taunya enjoy juga main sama kita-kita” ejek Dedi yang duduk di sampingnya sambil meremas payudaranya.
“Lu liat ga Ded tadi, gua ngecrot di mulutnya, di mulut artis, gile ga kebayang bisa dapet kesempatan gini hehehe !” kata Bakrie dengan bangga.
Pak Jabir yang baru orgasme tidak berkomentar apa-apa, ia hanya terduduk di sofa dengan lemas dan nafas terengah-engah, sebuah senyum puas tersungging di wajahnya.

Sementara Olga yang sudah mulai pulih dari orgasmenya merasa dirinya sudah hancur, tidak pernah disangka olehnya dirinya akan menjadi objek pemerkosaan kuli-kuli bangunan seperti mereka. Kata-kata tak senonoh yang terlontar dari mulut mereka membuat kupingnya panas, namun ia tidak bisa memungkiri bahwa ia juga menikmatinya. Olga pun menangis tersedu-sedu mengingat penderitaan yang dialaminya, ia menyalahkan diri sendiri karena kalau tahu begini album koleksi pribadi itu dia simpan di tempat lain yang lebih tersembunyi dan juga sangat kesal pada mereka yang berani lancang mengoprek barang pribadinya.
“Hayo Non Olga, sekarang sama saya, jangan nangis melulu !” Dedi meraih bahunya.
Pria itu duduk di kursi panjang dan menepuk kedua pahanya sebagai tanda menyuruh Olga naik ke pangkuannya. Dengan terpaksa, Olga pun turun dari meja ruang tamu dan mendekati pria itu. Ia naik ke pangkuan Dedi dengan posisi berhadapan, Dedi menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vagina Olga. Dibimbingnya Olga menaiki penisnya hingga vagina wanita itu menelan penisnya.
“Nnggghh…aaahhh Bang !” lenguh Olga saat penis itu tertancap makin dalam.
Cairan yang membasahi selangkangannya berfungsi sebagai pelumas yang memperlancar masuknya penis Dedi yang besar dan berurat itu. Olga menggeliat dan matanya terpejam merasakan penis itu tertanam seluruhnya pada vaginanya, rasanya sesak sekali dan juga sangat keras. Sensasi nikmat menjalari tubuhnya ketika Dedi mulai menggerakkan pinggulnya perlahan sehingga penisnya bergesekan dengan dinding vaginanya.

Sambil menggenjot, tangan Dedi menggerayangi tubuh Olga mulai dari punggung, pantat, payudara, dan paha.
“Wah…wah, mulus banget Non, bikin gemes aja” puji Dedi sambil menghirup tubuhnya.
“Aakkhh…sakit Bang, jangan keras gitu dong !” rintih Olga karena kedua buah dadanya diremas dengan brutal.
Mulut pria itu juga tak henti-hentinya menjilat dan mencupangi payudaranya yang montok itu hingga meninggalkan jejak ludah dan bekas-bekas cupangan. Dirangsang sedemikian rupa, Olga semakin tak bisa mengendalikan dirinya. Ketika Dedi tidak lagi menyentakkan pinggulnya, Olga menggerakkan sendiri pinggulnya mencari kenikmatannya. Tak lama kemudian tubuh Olga berkelejotan, otot betis dan pahanya mengejang, nafasnya semakin memburu sambil terus merintih keras dan panjang. Setelah mencapai klimaks tubuhnya kembali lemas di pelukan Dedi yang tersenyum puas karena telah berhasil menaklukan sang model cantik itu. Kedua rekan Dedi yang sedang duduk beristirahat juga tertawa dan mengejek melihat adegan itu.
“Weleh, hot banget Non goyangannya, ketagihan nih ceritanya ? Kenapa ga jadi artis bokep aja Non, pasti laku keras deh !” sahut Pak Jabir
“Non Olga ternyata suka ngebor juga, si Inul aja kalah hot hahaha !” timpal Bakrie.
“Asyik kan Non, ngentot sama saya, enak ga ?” tanya Dedi masih yang menaik-turunkan pinggulnya dengan perlahan. “liat tuh Non dibawah sana, banjir gitu”
Olga terdiam lemas tidak bisa berkata apa-apa menanggapi cemoohan mereka yang melecehkan harga dirinya itu. Tubuhnya sudah basah oleh keringat dan tulang-tulangnya seperti mau copot karena lelahnya.

“Gimana rasanya Non, jawab dong !” kata Dedi sambil terus menyentak pinggulnya menyodoki vagina Olga.
“Ampun Bang…iya enak, tapi tolong udah dong” kata Olga dengan lemas dan mengiba.
“Ded ke kamar aja, lebih lega, gua masih belum nyicipin memeknya nih !” ajak Bakrie.
“Ayo aja, sekalian rasain enaknya seranjang sama artis hehe” Dedi mengiyakan, “yuk Non kita ke kamar Non, pegangan yang benar yah, jangan nyalahin kalau tar jatoh”
Olga dengan pasrah menuruti apa kata tukang bangunan itu, ia memeluknya dengan erat dan sepasang kakinya melingkari pinggangnya. Setelah mengumpulkan tenaga, Dedi berdiri sambil mengangkat tubuh Olga yang memeluknya, penisnya masih tertancap pada vaginanya. Bagi seorang yang terbiasa dengan kerja kasar seperti Dedi, tidak terlalu sulit mengangkatnya. Pria itu menopang tubuh Olga dengan memegang kedua pantatnya sambil berjalan dengan hati-hati menuju ke kamar. Sambil berjalan sesekali Dedi menyentakkan pinggulnya sehingga membuat Olga mendesah nikmat.
“Wei, ati-ati lo, gituan sambil jalan kalo jatuh patah tulang nyaho deh” goda Bakrie
Merekapun tiba di kamar Olga yang tertata rapi dan beraroma pengharum ruangan yang sedap. Dedi membaringkan tubuh Olga di atas ranjangnya dengan hati-hati, dia sendiri berlutut diantara kedua paha mulus itu. Setelah itu dia melanjutkan genjotannya dengan lebih bernafsu, Olga mengerang sambil meremasi sprei di bawahnya. Kedua kuli lainnya mengerubutinya dan tangan-tangan kasar mereka menjamahi lekuk-lekuk tubuhnya yang indah. Pak Jabir dengan gemas melihat payudara Olga yang bergoyang-goyang langsung melumat dan menggigiti puting yang sudah mengeras itu. Olga merintih sambil menjambak rambut pria itu, gigitan pria itu menimbulkan rasa nyeri bercampur nikmat baginya. Pada saat yang sama Bakrie melumat bibirnya sehingga mau tak mau Olga harus melayani permainan lidah pria itu.

Kira-kira sepuluh menit kemudian Dedi sudah akan ejakulasi, terlihat dari genjotannya yang makin ganas dan lenguhannya. Tubuh Olga ikut terguncang dengan hebat karena sodokan-sodokan kerasnya. Dengan satu hentakan keras disertai erangan panjang Dedi menyemprotkan spermanya di dalam vagina Olga. Mata Olga pun merem-melek menahan nikmatnya semburan cairan hangat itu di dalam vaginanya. Genjotan Dedi berhenti dan penisnya yang masih belum dicabut mulai menyusut, dia bernafas ngos-ngosan sambil berpegangan pada kedua betis wanita itu yang terangkat ke atas.
“Hhhsshh…hhhh…uenaknya, memek artis emang top” kata Dedi yang nampak puas.
Lidah Pak Jabir menari-nari di leher Olga, wajah cantiknya perlahan tampak sayu menikmatinya. Namun ia tetap malu mengakuinya, bagaimana mungkin dia bisa menikmati diperlakukan begini oleh tiga orang yang lebih rendah status sosialnya dibanding dirinya.
“Udah kan Ded ? misi dulu dong, sekarang gua, udah kebelet pengen nyicipin punya Non Olga, tiap nonton Republik Mimpi gua udah ngidam nih” Bakrie menyuruh temannya menyingkir untuk mendapat jatahnya.
Bakrie membalik tubuh Olga dan menunggingkan pantatnya hingga Olga bertumpu pada kedua lutut dan telapak tangannya. Tanpa buang waktu lagi ia langsung menekan penisnya membelah vagina Olga. Penis itu mulai memompa vaginanya, terdengar bunyi berdecak dan tepukan setiap kali pria itu menyodok penisnya. Goyangan mereka semakin cepat, nampak payudara Olga yang menggantung itu terayun-ayun.

Pak Jabir berlutut di hadapan Olga, ia menjenggut rambutnya sehingga kepalanya terangkat. Sebatang penis hitam yang basah itu telah mengacung ke arah wajahnya begitu wajahnya terangkat. Mandor itu menjejali mulut Olga dengan penisnya sebelum wanita itu sempat protes.
“Mmmm..mmmhh !” nampak Olga kelabakan ketika penis itu dimasukkan secara paksa ke mulutnya, baunya yang tidak enak itu menambah deritanya.
“Jilat Non, mainin lidahnya, uuuhh…ya gitu !” kata Pak Jabir sambil memegangi kepalanya.
Susah payah Olga menggerakkan lidahnya mengelilingi kepala penis yang seperti jamur itu, ia merasakan ada sedikit asin ketika lidahnya menyentuh lubang kencingnya, sempat terasa jijik memang, tapi di tengah keroyokan seperti ini ia tidak sempat berlama-lama memikirkan hal itu. Di belakangnya Bakrie terus menghela tubuhnya seperti menunggang kuda. Payudaranya pun tidak luput dari tangan Bakrie dan Dedi yang sedang mengistirahatkan penisnya. Putingnya ditarik-tarik, dipencet atau dipelintir memberi sensasi nikmat yang luar biasa walau di luar kehendaknya. Dua penis perkasa memompanya dari dua arah berlawanan membuatnya pasrah tanpa bisa melawan. Cairan hasil persetubuhan di sekitar selangkangannya sudah meluber kemana-mana dan meleleh di pahanya yang mulus. Syukur bagi Olga, Pak Jabir tidak berlama-lama menyetubuhi mulutnya, 6-7 menit saja pria itu sudah mengubah posisi dengan duduk berselonjor dan bersandar pada kepala ranjang, pegangannya pada kepala Olga juga mengendur. Kali ini dia memerintahkan agar Olga yang memanjakan penisnya sementara dia sendiri menikmati dengan santai.

“Eeehhmm…sedap!” Pak Jabir mendesah nikmat ketika jari-jari lentik Olga menggenggam penisnya, lidahnya menyapu kepala penisnya yang memerah itu.
Olga setidaknya merasa lega karena dengan begini ia bisa mengambil nafas setelah setelah mulutnya disenggamai setengah mati sampai bernafas pun sulit. Ia kini berusaha agar Pak Jabir puas dengan pelayanan tangan dan mulutnya agar tidak menyetubuhi mulutnya seperti tadi lagi. Tusukan-tusukan pada vaginanya dan rangsangan dari tangan-tangan yang menggerayangi tubuhnya membuatnya larut dalam birahi dan tidak malu-malu lagi menunaikan tugasnya melayani penis si mandor. Tak lama kemudian penis di dalam mulutnya itu semakin berdenyut-denyut, Pak Jabir menahan kepala Olga sehingga ia mulutnya kembali dipenuhi penis.
“Uuuuhh !” erang Pak Jabir sambil memuntahkan spermanya dalam mulut Olga.
Sperma si mandor ini sangat kental dan aromanya lebih menusuk daripada milik si Bakrie tadi. Olga hampis saja memuntahkan cairah itu tapi pria itu tidak melepas kepalanya sehingga mau tidak mau ia harus menelan cairan itu. Baru setelah batang itu menyusut dan tidak menyemburkan sperma lagi Pak Jabir melepaskan kepalanya. Olga langsung terbatuk-batuk dan mengambil nafas, sementara di belakangnya Bakrie masih menyetubuhinya, kuat sekali staminanya, ada mungkin setengah jam ia memacu tubuhnya. Akhirnya kurang dari lima menit setelah diberi minum sperma oleh Pak Jabir, barulah pria berambut cepak itu mencabut penisnya. Dia buru-buru menuju ke dekat kepala Olga dan menyelipkan tangannya ke bawah kepala serta mengangkatnya.
“Buka mulutnya Non !” perintahnya sambil satu tangannya mengocok penisnya.
Dan cret…cret…penis itu menembakkan isinya dan mengenai wajah cantik Olga sebelum ia sempat membuka mulut karena masih lelah.

Banyak sekali sperma Bakrie yang muncrat membasahi wajah Olga, setelah berhenti ia masih menyuruh Olga membersihkan penisnya dengan lidah. Mereka tertawa-tawa mengejek melihat Olga yang sudah tak berdaya dan takluk itu.
"Ini Non, ayo dijilat, biar ga mubazir!" perintah Bakrie setelah mencolek sperma di pipi Olga dan menyodorkan jari itu di depan mulutnya..
Jijik sekali rasanya ketika dia diperintahkan seperti itu, apalagi jemari Bakrie kini tinggal beberapa centi di depan mulutnya. Dengan terpaksa dan rasa takut Olga mulai membuka mulutnya, dan memasukan jemari bersperma Bakrie itu ke mulutnya. "Mmmm…!" dengan rasa jijik yang ditahannya, Olga mulai menjilati jemari itu sampai bersih.
"Enak kan Non ? gurih begitu" ujar Bakrie.
“Uiii…Non Olga demen minum peju juga yah !” sahut Dedi disambut gelak tawa teman-temannya.
Mereka beristirahat sekitar lima menitan, selama itu tangan mereka tidak pernah absent mencolek atau menjamahi tubuh Olga yang sudah basah oleh keringat, kata-kata tidak senonoh juga terlontar dari mulut mereka, namun ia sudah pasrah, harga diri apa lagi yang perlu dipertahankan toh baru saja direnggut mereka. Setelah cukup istirahat Dedi berbaring dan meraih lengan Olga menyuruhnya naik ke penisnya.
“Naik sini Non, saya demen banget sama goyangan Non, jadi ketagihan nih !” suruhnya.
Tanpa harus diperintah lagi, Olga meraih penis yang sudah tegak itu lalu mengarahkannya ke vaginanya. Perlahan-lahan ia turunkan tubuhnya hingga penis itu melesak masuk membelah bibir vaginanya sambil mengeluarkan desahan dari mulutnya. Mulailah ia menaik turunkan tubuhnya disana, matanya terpejam dengan wajah menengadah ke atas, payudaranya diremas oleh pria itu.

Olga menggerakkan sendiri tubuhnya mengikuti birahi yang membara dalam dirinya. Kemudian ia merasakan sepasang tangan kekar mendekapnya dari belakang meraih payudaranya, sebuah ciuman mendarat di lehernya.
“Sori ganggu bentar nih, numpang nyoblos yah, kan masih ada satu lubang lagi !” kata Pak Jabir yang memeluknya dari belakang itu.
Olga langsung merinding mendengar kata-kata si mandor, satu lubang lagi ? berarti dia bermaksud bermain belakang, tidak…pasti rasanya sakit sekali, seumur-umur ia belum pernah merasakan bagian itu ditusuk apalagi oleh penis yang besar seperti itu.
Nggak Pak, tolong jangan disitu….saya ga mau !” Olga memohon dengan terbata-bata ketika pria itu mendorong tubuhnya ke depan sehingga pantatnya nungging.
Dedi yang berbaring telentang di bawahnya langsung mendekap punggungnya ketika ia meronta.
“Kenapa ngga mau Non ? Asik kok, sakitnya cuma sebentar” kata Pak Jabir santai sambil mengarahkan penisnya dubur Olga.
“Tidak, aahh…aduh, pelan-pelan Pak, aahhh !" rintih Olga merasakan benda tumpul menekan anusnya memaksa masuk.
"Ini juga udah pelan-pelan non, santai aja" kata Pak Jabir.
Olga cuma bisa meringis dan merintih menahan nyeri dalam dekapan Dedi. Nyerinya tak tertahankan sampai air matanya keluar. Setelah tarik-dorong berapa saat akhirnya penis itu masuk juga ke pantatnya. Ia merasakan dua lubang dibawahnya penuh sesak, rasa sakit dari pantatnya masih terasa sehingga ia menangis menumpahkan deritanya.

Olga sedang dalam posisi disandwitch oleh kedua buruh bangunan itu, mereka mulai memacu tubuhnya. Desahan Olga bercampur isak tangisnya memenuhi kamar ini, ia tak pernah menyangka akan mengalami pemerkosaan brutal seperti ini gara-gara album foto itu. Namun bila dipikir lebih jauh diperlakukan seperti ini baginya jauh lebih baik daripada kalau album itu dilempar ke bawah dan ditemukan orang-orang lalu menjadi berita panas di infotainment atau tabloid gosip, reputasinya akan hancur dimata seluruh rakyat dan kalau sudah begitu bunuh diri pun malah akan semakin menghancurkan namanya. Daripada menanggung semua akibat mengerikan itu terpaksa Olga merelakan diri dikerjai habis-habisan oleh mereka. Ia mencapai klimaks lagi ditengah genjotan kedua orang itu, namun mereka terus menyetubuhinya tanpa mempedulikannya. Kini ditambah lagi Bakrie yang maju dan menodongkan senjatanya di wajah Olga. Begitu wanita itu membuka mulut, Bakrie langsung menjejalinya dengan penis. Air matanya terus mengalir selama disetubuhi tiga arah itu. Pak Jabir meledak lebih dulu di anusnya, mungkin karena sempitnya. Setelah menumpahkan spermanya ia pun mencabut penisnya sambil mendesah nikmat. Dengan mundurnya Pak Jabir, Dedi lebih leluasa menggarap tubuhnya, ia berguling ke samping hingga tubuhnya berada di atas Olga lalu mencabut penisnya dan naik ke dada wanita itu. Ia meletakkan penisnya di antara payudara Olga lalu menjepitnya dengan kedua gunung itu. Nampak wajah Olga meringis lagi merasakan remasan pada dadanya. Pria itu lalu memaju-mundurkan penisnya diantara himpitan payudara itu. Pada saat yang sama Olga juga menggerakkan tangannya mengocok penis Bakrie yang berlutut di sebelah kepalanya, ia mengocoknya dengan cepat dengan harapan pria itu segera menyudahi aksinya.

Dedi akhirnya orgasme di dada Olga, ketika keluar ia meremas kedua payudara Olga kuat-kuat sehingga membuatnya merintih kesakitan. Spermanya tumpah kemana-mana mengenai wajah, leher dan dadanya. Disusul tak lama kemudian Bakrie juga orgasme oleh kocokan tangan Olga, spermanya menyemprot di wajah model cantik itu sehingga membuatnya semakin basah, sebagian mengenai rambutnya. Mereka semua ambruk kelelahan, suara nafas yang ngos-ngosan terdengar bersamaan dengan hembusan AC. Olga telah luluh lantak, rambutnya kusut berantakan, tubuhnya bersimbah peluh dan ceceran sperma, vagina dan anusnya rasanya panas sekali. Ia mendengarkan obrolan ketiganya dengan sesama mereka dan juga komentar cabul terhadap dirinya.
“Puas banget gua malem ini biar nih badan pegel-pegel !” kata Bakrie
“Iya tuh musti dipuas-puasin kapan lagi coba ngentotin artis kaya gini” Pak Jabir menimpali.
“Gak nyangka yah bisa asik gini, ini sih bukan BBM namanya, tapi BCM” kata Dedi.
“BCM ? apa tuh ?” tanya teman-temannya.
“Bukan Cuma Mimpi” jawabnya lalu mereka tertawa-tawa, “ya gak Non hehehe” tangannya meraba dada Olga sambil iseng meratakan ceceran sperma disitu.
Olga hanya diam saja karena untuk bersuara pun ia masih terlalu lelah, suaranya seakan telah habis untuk mendesah dan menjerit ketika orgasme tadi.

Pak Jabir keluar dari kamar lalu ia masuk lagi tak lama kemudian sambil membawa segelas air. Ia menyelipkan tangan ke bawah punggung Olga lalu menegakkan badannya, gelas itu ditempelkannya ke bibir wanita itu dan menyuruhnya minum. Cukup pengertian juga pria setengah baya itu. Olga langsung meneguk air di gelas itu sampai habis, air itu sungguh menyejukkan tenggorokannya yang telah kering serta memberi sedikit tenaga pada tubuhnya.
“Kasian si Non Olga jadi acak-acakan gitu, kita mandiin aja yuk !” ajak Bakrie sambil cengengesan.
“Boleh juga tuh, sekalian kita juga mandi, gerah nih udah keringetan gini, jadi bisa mandi bareng artis juga kan” Dedi menyambut girang ajakan itu.
“Oh God, please jangan lagi” keluh Olga dalam hatinya, ia membayangkan akan dibantai lagi di kamar mandi bila mandi bareng mereka.
“Aduh udah dong, saya udah ga kuat lagi saya mohon” katanya dengan suara lemas ketika Dedi memapah tubuhnya hendak menurunkan dari ranjang.
“Mandi doang Non biar seger, biar Non tidurnya juga enak” kata Pak Jabir menenangkan.
“Bener Non, kita kan tanggung jawab, udah bikin Non berantakan gini masa ga dibersihin lagi hehehe !” goda si Bakrie.
Di kamar mandi Bakrie meletakkan tubuh Olga yang masih lemas itu di atas lantai marmer putih bermotif flora dengan posisi duduk bersandar ke tembok. Pak Jabir menyalakan kran shower dan mengatur suhunya sehingga air hangat menyiram Olga hingga basah. Guyuran air yang segar itu membuat kepenatan tubuhnya berkurang, ia menggerakkan tangan menyeka wajahnya yang lengket oleh sperma.

Olga tidak peduli lagi ketiga pasang mata mereka sedang memandangi tubuhnya yang sudah basah. Pak Jabir mengulurkan tangannya membantunya berdiri,
“Yuk Non, Non ga usah repot-repot kok, biar kita aja yang mandiin, kan Non juga masih cape” katanya.
Ia mengangkat wajah memandang pria itu, sungguh seksi dan menggairahkan sekali ia dalam keadaan basah seperti itu, dengan ragu diangkatnya tangan membalas uluran tangan mandor itu. Kemudian ia mengangkat tubuhnya perlahan-lahan dengan tenaga yang mulai pulih, punggungnya masih bersandar ke tembok karena belum cukup tenaga untuk menopang tubuhnya dengan kedua kaki. Mandor itu berdiri di hadapannya dan kedua bawahannya di samping kiri dan kanannya, semua mata memandangnya, Olga tidak tahu lagi apa yang akan terjadi, sudah terlalu lelah untuk memikirkan semuanya. Pak Jabir mengambil botol sabun cair dari rak disampingnya dan ditumpahkannya cairan kental berwarna pink ke tubuhnya.
“Ayo bersihin !” perintahnya.
Segera tangan-tangan mereka menggosoki tubuhnya, mereka meratakan sabun cair itu ke seluruh tubuhnya hingga licin berbusa. Mereka jadi begitu lembut sekarang, beda sekali dengan beberapa saat lalu yang begitu brutal menggangbangnya. Elusan-elusan mereka ditambah lagi lembutnya busa sabun, membuat Olga merasa rileks dan terbuai.

“Album saya Pak, tolong kembaliin yah !” pinta Olga pada Pak Jabir yang kebagian tugas menyabuni wajah dan payudaranya.
“Nanti Non, seudah renovasi selesai pasti saya kembaliin, saya sumpah kok” jawab Pak Jabir sambil menggosok memutar sepasang payudaranya.
“Please Pak, kembaliin sekarang juga, saya gak mau kalau sampai ketauan orang lain lagi” suaranya makin memelas.
“Tenang aja Non, pasti saya simpan baik-baik sampai dikembaliin nanti, dijamin gak ada seorangpun yang bakal nyentuh tuh album” Pak Dahlan memencet putingnya hingga ia mendesis.
“Iya Non tenang aja, kita juga ga mau kena perkara kalau sampai albumnya bocor lagi, pasti kita jaga baik-baik kok” Bakrie yang sedang mengkramas rambutnya dari belakang menambahkan.
“Kita simpan dulu biar kita bisa sama-sama senang, tul ga Non Olga ?” Dedi yang sedang jongkok menyabuni daerah paha dan kemaluannya ikut nimbrung.
“Sama-sama seneng apanya, dasar tengik !” maki Olga dalam hati.
Olga menghela nafas panjang, ia hanya bisa berharap kuli-kuli bejat ini menepati janjinya seusai renovasi nanti, masa ia selamanya jadi budak orang-orang seperti mereka. Ia tidak bisa menahan desahannya ketika jari Dedi mengorek vaginanya.
“Biar bersih Non hehehe” katanya dengan senyum memuakkan.
Usai menyabuni dan mengkramas Olga mereka kembali mengarahkan shower ke tubuhnya untuk membilasnya.

Mereka lalu membasuh diri mereka sendiri, kecuali satu, si Dedi, ia masih saja berjongkok dan mengobok-obok vagina Olga.
“Aahh…udah Bang, jangan gitu lagi !” Olga hanya bisa mendesah sambil mendorong-dorong kepala pria itu.
“Wei, belum cukup juga apa, besok kita masih harus kerja, simpen tenaga dong !” tegor mandor itu sambil menoel kepala Dedi.
“Sabar dikit Pak, saya tadi kan belum sempat nyicipin sininya Non Olga, cuma jilat-jilat dikit aja kok, boleh kan Non ?” jawabnya seraya mengangkat paha kanan Olga ke bahunya, tanpa menunggu diiyakan ia membenamkan wajahnya ke kemaluan Olga yang baru dicuci bersih.
Lidah Dedi bergerak liar menjilati bibir vagina dan dinding bagian dalamnya sehingga wanita itu tidak tahan untuk tidak mendesah. Kali ini dia bermain gentle, sambil menjilat tangannya membelai-belai paha, pinggul dan payudaranya. Kelembutan ini membuat Olga yang baru saja dikasari tadi serasa mendapat air di setelah berhari-hari di gurun.
“Aaahh !” akhirnya ia kembali mengeluarkan cairan kewanitaanya.
Dedi langsung mengisapinya dengan rakus. Olga menggelinjang menahan nikmat dan geli karena lidah Dedi terus mengais-ngais seolah tak pernah puas. Akhirnya pria itu menurunkan pahanya dan bangkit. Baru sekarang ia membasuh tubuhnya, dengan buru-buru ia menyabuni diri lalu membilasnya sementara teman-temannya saat itu sudah mengelap tubuh masing-masing.

Akhirnya ketiga kuli bangunan itu telah berpakaian kembali dan membereskan peralatan mereka. Mereka pamitan pada Olga yang hanya memakai handuk kuning yang dililit di tubuhnya, satu-satunya handuk yang tergantung di gantungan baju kamar mandinya. Dengan langkah gontai ia mengantar mereka ke pintu, ia hanya membukakan pintu setengah sambil sembunyi di baliknya karena hanya memakai handuk. Mereka pamitan dengan mengecup bibirnya atau menyentuh tubuhnya sebelum keluar. Orang terakhir, si Bakrie bahkan lebih kurang ajar, sebelum keluar ia dengan sengaja menarik handuk yang melilit di tubuhnya lalu membuka pintu lebar-lebar, kontan Olga pun menjerit kecil sambil menutupi tubuh dengan tangan, mereka malah tertawa-tawa melihatnya.
“Tenang, sepi kok Non, ga ada wartawan !” ejek Bakrie sambil melemparkan kembali handuk itu padanya.
Ia menutup pintu dengan kesal, tidak dibanting karena takutnya memancing perhatian tetangga. Dalam hatinya berkecamuk perasaan marah dan sedih, di kamarnya ia langsung menjatuhkan diri ke ranjang tanpa memakai baju. Disana ia menangis sejadi-jadinya sambil memeluk bantal, kepenatannya membuatnya tertidur dengan posisi demikian, tengkurap dengan memeluk bantal. Ia baru bangun keesokan harinya ketika matahari masuk ke jendela kamarnya yang tirainya belum sempat ditutup. Ia berharap baru bangun dari mimpi buruk, namun ternyata tidak, semua nyata, ranjang itu masih berantakan spreinya kusut sana sini bekas pergumulan kemarin, bekas-bekas cupangan masih membekas di tubuhnya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih, untung hari ini Jumat dan tidak masuk pagi. Kemudian terdengarlah bel berbunyi tanda ada tamu.
“Ya, siapa ?” tanyanya lewat speaker sebelum mempersilakan masuk.
“Kita Non, kangen gak ?” kata suara di seberang sana dengan nada ceria.
Olga langsung lemas mendengar suara yang tak asing itu, penderitaannya akan segera dimulai lagi.

NB: cerita ini adalah hasil kolaborasi Shusaku, Chad, & Diank (penulis seri Eliza)

11 Tanggapan

  1. Wah keren jg!
    Oya, bikin jg donk perkosaan interasial yg laen yg melibatkan gadis2 JAWA, SUNDA, AMBON, ARAB, INDIA, NEGRO, BATAK, PAPUA jd biar variasi ato memek gadis2 jilbab, oke bro? lanjuuut!
  2. keren bos..
  3. bagus juga cerita anda, bisa bikin kita terbayang2 keindahan si olga
  4. kolaborasi yg ciamik.. keren.. detail.. hott..
    btw, sebelum terbit pictorial Olga di Popular, g biasa aja lihat Olga di tv dsb.. tapi abis lihat posenya pake swimsuit.. wahh.. jd ng@c3*** berat.. seksi, exotic ori, dan ga murahan ekspresinya..
    Re: makasih apresiasinya. iyalah Olga emang ga ada duanya, beda banget kalau dibandingin julia perekz si bitch itu, bagai langit & bumi kalau dibandingin hehehe
  5. pada 23 Agustus 2008 pada 07:24 | Balas FanFicsHolic
    bos shusaku , klo gw buat cerita olga jg bole ga? tp bkn kelanjutan yg ini.. jd terpisah gt..
    Re: ooh…tentu saja boleh, diharapkan sekali malah, apalagi oleh penulis berkualitas kaya u hehehe
  6. pada 24 Agustus 2008 pada 09:29 | Balas FanFicsHolic
    halah..kualitas gw masih jauh lah di bawah bos2 kbb disini..tq..ntar coba gw cari ide dulu..
  7. olga lydia-nya ditunggu ya kalo jadi bikin..
    saranku sih, disambung2in aja dikit ama crita yg ini, pas bagian awal aja..
    ***
    misal:
    Selama dua minggu setelah peristiwa tersebut, Olga dipaksa melayani nafsu bejat Bakrie cs. siang dan malam. Akhirnya setelah proyek pembangunan di rumahnya selesai, Olga berhasil mengusir para pekerja tersebut, memberi mereka sejumlah uang supaya mereka mau kembali menyerahkan foto2 pribadinya.
    Olga kemudian berusaha melupakan kejadian memalukan tersebut dan berharap itu hanyalah mimpi buruk yang tak akan terulang lagi.
    Namun ternyata harapannya tidak terwujud…..
    ***
    nah baru deh abis itu, dilanjutin ama crita versi elo, bro…
  8. bagus boz. usul ceritain lagi presenter2 lainnya. ato pembawa berita
  9. say,diliatin dong pic kulinya,ku suka bgt ceritanya asli seksi bgt apalagi kalau kulinya ngew satu2 ngk keroyokan , trsin yah ,,,,,ku suka,,
  10. [...] Juli 28, 2007 pada 8:18 pm tom jonWah keren jg! Oya, bikin jg donk perkosaan interasial yg laen yg melibatkan gadis2 JAWA, [...]
  11. Wah tiga penulis berkolaborasi jadinya ya seru abis,
    Bagaimana kalo ditampilkan adegan2 lucu, misalnya celana dalam si cewek ternyata dari bahan karung terigu..
    Atau penis mandor itu ternyata kecil juga, cuma nekat ja menusuk2 hehehe, jadi ceweknya malah ketawa2 kegelian..
    hehehe, lumayan untuk dikit menurunkan ketegangan dari para mupengers..
    Re; jadi aneh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar