Rumah Baru KisahBB

Setelah 2x ga diterima di Wordpress sehubungan penjualan DVD, Shusaku akhirnya memutuskan memindahkan blog cerita seru KisahBB kesayangan kita ke sini.

kirim cerita karya anda atau orderan DVD ke:


Order via email: mr_shusaku@yahoo.com


tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan


email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.

Promo diskon gede-gedean

Paket istimewa 500rb (50dvd),

untuk dalam Pulau Jawa free ongkos kirim, untuk luar Pulau Jawa tergantung daerah.

Harga normal Rp 15rb/dvd kalau beli banyak Rp.12.500/dvd, untuk paket kali ini jatuhnya Rp. 10rb/dvd, murah banget!!


Tapi ini terbatas hanya untuk 10 orang saja.

jadi silakan order, bisa dilihat list barang di

- list semi & softcore

- list western xxx

- list jav


untuk pemesanan email ke mr_shusaku@yahoo.com

Subject: paket istimewa 500rb

tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan

email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.


-untuk pesanan di atas 50dvd, selanjutnya dihitung @Rp.10.000,-

-hanya untuk film2 satuan (JAV, western XXX, dan Semi), tidak berlaku untuk koleksi pics & kompilasi

Sabtu, 23 Juli 2011

Pramugari Dinda yang Malang

Juli 12, 2007
Dinda

Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan
pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah
kost-kostan yang terletak beberapa kilometer
dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Kost-kostan tersebut lokasinya agak jauh dari
keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi
siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan
sepi. Kost-kostan yang memiliki jumlah kamar
mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang
baru saja dibuka untuk disewakan, hanya beberapa
kamar saja yang sudah ditempati, sehingga
suasananya dikala siang atau malam cukup
lengang.

Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi
nampak sesuatu telah terjadi disalah satu kamar
dikost-kostan itu.
Seiring dengan turunnya air hujan, air mata
Dinda juga mulai turun berlinang disaat lelaki
itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak
berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam
kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan
dan takut datang menyelimuti dirinya.
Beberapa menit yang lalu secara tiba-tiba
dirinya diseregap oleh seseorang lelaki disaat
dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari
sebuah tugas penerbangan.
Kedua tangannya langsung diikat kebelakang
dengan seutas tali, mulutnya disumpal dengan
kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan oleh
lelaki itu keatas tempat tidurnya.
Ingin rasanya dia berteriak meminta pertolongan
kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan
antar jemput yang tadi mengantarkannya
sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan
kost-kostan ini, padahal didalam kendaraan
tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan.

Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari
pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru
menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut,
postur tubuhnya tinggi dan langsing
proporsional. Dengan dianugerahi penampilan yang
cantik ini sangat memudahkan baginya untuk
diterima bekerja sebagai seorang pramugari.
Demikian pula dengan karirnya dalam waktu yang
singkat karena kecantikannya itulah dia telah
menjadi sosok primadona di perusahaan
penerbangan itu.
Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya,
baik itu sesama karyawan ditempatnya bekerja
atau kawan-kawan lainya. Namun karena alasan
masih ingin berkarir maka dengan secara halus
maksud-maksud dari para lelaki itu ditolaknya.

Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas
sikap dari Dinda itu. Paul adalah salah satu
dari orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda
terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan
seorang temannya telah melakukan seuatu
perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk
dilakukannya terhadap Dinda. Malam ini mereka
telah menyergap Dinda dikamar kostnya.
Paul adalah satu dari sekian banyaknya lelaki
yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi
Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan
baik karena kedudukannya bukanlah seorang
karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau
kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah
seorang tukang batu yang bekerja dibelakang
kost-kostan ini.
Ironisnya, Paul yang berusia setengah abad lebih
dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih sering
menghalalkan segala cara dalam mendapatkan
sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang
terdidik. Segala tingkah laku dan
perbuatannyapun cenderung kasar, karena memang
dia hidup dilingkungan orang-orang yang
bertabiat kasar.

“Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya
kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.
“Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya.
Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda
beberapa bulan yang lalu, Paul langsung jatuh
hati kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan
bidadari yang turun dari khayangan sehingga
selalu hadir didalam lamunnanya. Diapun berniat
untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4.
Bak bukit merindukan bulan, Paul tidak berdaya
untuk mewujudkan impiannya itu. Predikatnya
sebagai tukang batu, duda dari 3 kali
perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan miskin
menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati
sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang
sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda
sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur
sapanya diacuhkan oleh Dinda, tatapan mata
Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama
kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa
benci terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun
berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi
benci namun gairah nafsu sex terhadap Dinda
tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur
menghantui dirinya selama ini.
Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk
melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya
tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh
Dinda pikirnya.
Jadilah malam ini Paul melakukan aksi nekat,
diapun membulatkan hatinya untuk memberi
pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan
nafsunya yang selama ini mulai tumbuh secara
subur didalam dirinya.

Kini sang bidadari itu telah tergeletak
dihadapannya, air matanyapun telah membasahi
wajahnya yang putih bersih itu.
“Lihat aku, cewek bangsat…..!”, hardiknya
seraya memegang kepala Dinda dan menghadapkan
kewajahnya.
“Hmmmphh….!!”, jeritnya yang tertahan oleh
kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun
melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia
telah berhadapan dengan Paul seseorang yang
dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan
tergetar tatkala Paul yang berada dihadapannya
tertawa penuh dengan kemenangan,
“Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis
cantik”.
Keringatpun langsung mengucur deras membasahi
tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat rasa takut
yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa
yang bakal terjadi terhadap dirinya.
Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan
ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai
hadir didalam hatinya, akan sikap-sikapnya yang
tidak berhati-hati terhadap Paul.

Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan baju
kumalnya satu persatu hingga akhirnya telanjang
bulat. Walaupun telah berusia setengah abad
lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh
kasar maka Paul memiliki tubuh yang atletis,
badannya hitam legam dan kekar, beberapa buah
tatto menghiasi dadanya yang bidang itu.
Isak tangis mulai keluar dari mulut Dinda,
disaat paul mulai mendekat ketubuhnya. Tangan
kanannya memegang batang kemaluannya yang telah
tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah
Dinda.
Melihat ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya,
namun tangan kiri Paul secepat kilat mencengkram
erat kepala Dinda dan mengalihkannya lagi persis
menghadap ke batang kemaluannya..
Dan setelah itu dioles-oleskannya batang
kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh yang
bergetar Dinda hanya bisa memejamkan matanya
dengan erat karena merasa ngeri dan jijik
diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak
bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat
oleh tangan Paul.
“Ahhh….perkenalkan rudal gue ini
sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus
mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah
Dinda, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian
mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang
kemaluannya itu Paul tengah menikmati kehalusan
wajah Dinda.
“Hai cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan
kontol gue ini, seberapa mahal sih wajah cantik
elo itu hah ? sekarang kena deh ama kontol gue
ini….”, sambungnya.
Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong
tubuh Dinda hingga kembali terjatuh kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek
tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju sergam
pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju
dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna
biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning
tua serta rok pendeknya yang berwarna biru
seolah semakin membangkitkan birahi Paul,
apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya
yang putih mulus itu terlihat. Rambutnya yang
panjang sebahu masih digelung sementara itu topi
pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat
penyergapan lagi.
“Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin
mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa
perdulinya paling-paling cuma permintaan ampun
dan belas kasihan.

Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh
Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya yang
terikat kebelakang menempel dipunggung sementara
dada dan wajahnya menyentuh kasur.
Kedua tangan kasar Paul itu kini mengusap-usap
bagian pantat Dinda, dirasakan olehnya pantat
Dinda yang sekal. Sesekali tangannya menyabet
bagian itu bagai seorang ibu yang tengah
menyabet pantat anaknya yang nakal
“Plak…Plak…”.
“Wah sekal sekali pantatmu…”, ujar Paul sambil
terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat
Dinda.
Dinda hanya diam pasrah, sementara tangisannya
terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin
keras ketika tangan kanan Paul secara
perlahan-lahan mengusap kaki Dinda mulai dari
betis naik terus kebagian paha dan akhirnya
menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh
kebagian selangkangannya.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan
kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup masuk
kecelana dalamnya dan langsung menyentuh
kemaluannya.
Kontan saja hal ini membuat badan Dinda agak
menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta,
namun jari tengah Paul tadi langsung menusuk
lobang kemaluan Dinda.
“Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit badannya
mengejang tatkala jari telunjuk Paul masuk
kedalam liang kewanitaannya itu.
Badan Dindapun langsung menggeliat-geliat
seperti cacing kepanasan, ketika Paul memainkan
jarinya itu didalam lobang kemaluan Dinda.
Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah
lobang kemaluan Dinda, sementara itu badan Dinda
menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek,
mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang
teredam oleh kain yang menyumpal mulutnya itu
“Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”.
Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan
Dindapun menjadi basah oleh cairan
kewanitaannya, Paul kemudian mencabut jarinya.

Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya
terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan
keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan
celana dalamnya yang berwarna putih itu
ditariknya hingga bagian bawah Dinda kini
telanjang.
Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda yang indah,
sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari
lobang kemaluannya yang telah membengkak itu.
Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Dinda
hingga mengangkang setelah itu ditekuknya hingga
kedua pahanya menyentuh ke bagian dada.
Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar,
seragam pramugarinyapun telah basah oleh
keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul
bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda.
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp……”, Dinda
menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika
Paul mulai menanamkan batang kemaluannya didalam
lobang kemaluan Dinda. Matanya terbelalak
menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya
menggeliat-geliat sementara Paul terus berusaha
menancapkan seluruh batang kemaluannya.
Memang agak sulit selain Dinda masih perawan,
usianyapun masih tergolong muda sehingga
kemaluannya masih sangat sempit.
Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Paul berhasil
menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam
vagina Dinda. Tubuh Dinda berguncang-guncang
disaat itu karena dia menagis merasakan sakit
dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu.
Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya
akhirnya terenggut oleh Paul.
“Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue
berhasil mendapatkan perawan elo !”, bisiknya
ketelinga Dinda.

Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana
memekakkan telinga.
Karena ingin mendengar suara rintihan gadis yang
telah ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang
sejak tadi menyumpal mulut Dinda.
“Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….ampuunn…”,
rintih Dinda dengan suara yang megap-megap.
Jelas Paul tidak perduli. Dia malahan langsung
menggenjot tubuhnya memopakan batang kemaluannya
keluar masuk lobang kemaluan Dinda.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh….”,
Dinda merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot
Oleh Paul, badannyapun semakin
menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru
badannya yang menggeliat-geliat itu malam
memancing nafsu Paul, karena dengan begitu
otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut
mengurut-urut batang kemaluan paul yang tertanam
didalamnya, karenanya Paul merasa semakin
nikmat.
Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih
dengan sekuat tenaga Paul terus menggenjot tubuh
Dinda, Dindapun nampak semakin kepayahan karena
sekian lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa
pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan
dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai
setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja
yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga
mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah,
“Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”.
Dan akhirnya Paulpun berejakulasi di lobang
kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan
kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim
Dinda.
“A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Paul melolong
panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan
kepala menengadah keatas. Puas sudah dia
menyetubuhi Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat
baik itu puas karena telah mencapai klimaks
dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas
dalam merobek keperawanan Dinda dan puas dalam
memberi pelajaran kepada gadis cantik itu. Dinda
menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba
terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah
berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan
hangat yang menyembur membanjiri vaginanya.
Cairan kental hangat yang bercampur darah itu
memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai sampai
meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur.
Dinda yang menyadari itu semua, mulai menangis
namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.

Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya
diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh
lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Paul nampak
terguncang-guncang sebagai akibat dari isak
tangis dari Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh
Paul.
Setelah beberapa menit membiarkan batang
kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda,
kini Paul mencabutnya seraya bangkit dari tubuh
Dinda.
Badannya berlutut mengangkangi tubuh lunglai
Dinda yang terlentang, kemaluannya yang nampak
sudah melemas itu kembali sedikit-demi sedikit
menegang disaat merapat kewajah Dinda.
Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan
Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda.
Dinda yang masih meringis-ringis dan menangis
tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Paul.
Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Paul yang
telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan
wajahnya.
Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah mencekoki
mulutnya dengan batang kemaluannya. Walau Dinda
berusaha berontak namun akhirnya Paul berhasil
menanamkan penisnya itu kemulut Dinda.
Nampak Dinda seperti akan muntah, karena
mulutnya merasakan batang kemaluan Paul yang
masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu
Paul kembali memopakan batang kemaluannya
didalam rongga mulut Dinda, wajah Dinda memerah
jadinya, matanya melotot, sesekali dia
terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun Paul
dengan santainya terus memompakan keluar masuk
didalam mulut Dinda, sesekali juga dengan
gerakan memutar-mutar.
“Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Paul
merasakan kembali kenikmatan di batang
kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya.
Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya
dibatang kemaluannya.
Dan akhirnya,
“Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…sayanggg…..”, Paul
mendesah panjang ketika kembali batang
kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut
Dinda.
Dengan terbatuk-batuk Dinda menerimanya, walau
sperma yang dimuntahkan oleh Paul jumlahnya
tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut
Dinda hingga meluber membasahi pipinya.
Setelah memuntahkan spermanya Paul mencabut
batang kemaluannya dari mulut Dinda, dan
Dindapun langsung muntah-muntah dan batuk-batuk
dia nampak berusaha untuk mengeluarkan
cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma
Paul tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya.

Saat ini wajah Dinda sudah acak-acakan akan
tetapi kecantikannya masih terlihat, karena
memang kecantikan dirinya adalah kecantikan yang
alami sehingga dalam kondisi apapun selalu
cantik adanya.
Dengan wajah puas sambil menyadarkan tubuhnya
didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat
Dinda yang masih terbatuk-batuk.
Paul memutuskan untuk beristirahat sejenak,
mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu
tubuh Dinda meringkuk dikasur sambil
terisak-isak.

Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda
telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil
santai Paulpun menyempatkan diri mengorek-ngorek
isi laci lemari Dinda yang terletak disamping
tempat tidur. Dilihatnya album foto-foto pribadi
milik Dinda, nampak wajah-wajah cantik Dinda
menghiasi isi album itu, Dinda yang anggun dalam
pakaian seragam pramugarinya, nampak cantik juga
dengan baju muslimnya lengkap dengan jilbab
ketika foto bersama keluarganya saat lebaran
kemarin dikota asalnya yaitu Bandung.
Kini gadis cantik itu tergolek lemah
dihadapannya, setengah badannya telanjang,
kemaluannya nampak membengkak.
Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang
yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan
emas didalam laci itu, dengan tersenyum Paul
memasukkan itu semua kedalam kantung celana
lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”, batinnya.

Setelah setengah jam lamnya Paul
bersitirahat,kini dia bengkit mendekati tubuh
Dinda. Diambilnya sebuah gunting besar yang dia
temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu
dengan gunting itu, dia melucuti baju seragam
pramugari Dinda sat persatu.
Singkatnya kini tubuh Dinda telah telanjang
bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang
sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh
Paul sehingga menambah keindahan menghiasi
punggung Dinda.
Sejenak Paul mengagumi keindahan tubuh Dinda,
kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping,
payudaranya yang tidak terlalu besar,
kemaluannya yang walau nampak bengkak namun
masih terlihat indah menghias selangkangan
Dinda.
Tubuh Dinda nampak penuh dengan kepasrahan,
badannya kembali tergetar menantikan akan
apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya.
Sementara itu hujan diluar masih turun dengan
derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar
yang tidak terlalu besar itu.
Udara dingin itulah yang kembali membangkitkan
nafsu birahi Paul. Setelah hampir sejam lamanya
memberi istirahat kepada batang kemaluannya kini
batang kemaluannya kembali menegang.
Dihampirinya tubuh telanjang Dinda,
“Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….Dinda minta
ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak memelas
memohon-mohon kepada Paul.
Paul hanya tersenyum saja mendengar itu semua,
dia mulai meraih badan Dinda.

Kini dibaliknya tubuh telanjang Dinda itu hingga
dalam posisi tengkurap.
Setelah itu ditariknya tubuh itu hingga ditepi
tempat tidur, sehingga kedua lutut Dinda
menyentuh lantai sementara dadanya masih
menempel kasur dipinggiran tempat tidur, Paulpun
berada dibelakang Dinda dengan posisi menghadap
punggung Dinda.
Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki
Dinda selebar bahu, dan….
“Aaaaaaaaakkkkhh………”, Dinda melolong
panjang, badannya mengejang dan terangkat dari
tempat tidur disaat Paul menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anus Dinda.
Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah
selangkangannya, dengan agak susah payah kembali
Paul berhasil menanamkan batang kemaluannya
didalam lobang anus Dinda.
Setelah itu tubuh Dindapun kembali
disodok-sodok, kedua tangan Paul meraih payudara
Dinda serta meremas-remasnya.
Setengah jam lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu
yang lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu.
“Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”, dengan mata
merem-melek serta tubuh tersodok-sodok Dinda
merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya
diremas-remas oleh kedua tangan Paul.
Paul kembali merasakan akan mendapatkan klimaks,
dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang
kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan
dibaliklah tubuh Dinda itu hingga kini posisinya
terlentang.
Secepat kilatpula dia yang kini berada diatas
tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya
kembali didalam vagina Dinda.
“Oouuffffhhh……”, Dinda merintih dikala paul
menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama
setelah Paul memompakan kemaluannya didalam
liang vagina Dinda
“CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”, kembali penis
Paul memuntahkan sperma membasahi rongga vagina
Dinda, dan Dindapun terjatuh tak sadarkan diri.

Fajar telah menjelang, Paul nampak meninggalkan
kamar kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan
kemenangan, sebatang rokok menemaninya dalam
perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota,
sementara itu sakunya penuh dengan lembaran uang
dan perhiasan emas.
Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang
pramugari cantik imut-imut itu, apakah dia masih
menjual mahal dirinya. Entahlah, yang jelas
setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu,
hal itu bukan urusannya lagi.

T A M A T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar