Rumah Baru KisahBB

Setelah 2x ga diterima di Wordpress sehubungan penjualan DVD, Shusaku akhirnya memutuskan memindahkan blog cerita seru KisahBB kesayangan kita ke sini.

kirim cerita karya anda atau orderan DVD ke:


Order via email: mr_shusaku@yahoo.com


tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan


email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.

Promo diskon gede-gedean

Paket istimewa 500rb (50dvd),

untuk dalam Pulau Jawa free ongkos kirim, untuk luar Pulau Jawa tergantung daerah.

Harga normal Rp 15rb/dvd kalau beli banyak Rp.12.500/dvd, untuk paket kali ini jatuhnya Rp. 10rb/dvd, murah banget!!


Tapi ini terbatas hanya untuk 10 orang saja.

jadi silakan order, bisa dilihat list barang di

- list semi & softcore

- list western xxx

- list jav


untuk pemesanan email ke mr_shusaku@yahoo.com

Subject: paket istimewa 500rb

tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan

email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.


-untuk pesanan di atas 50dvd, selanjutnya dihitung @Rp.10.000,-

-hanya untuk film2 satuan (JAV, western XXX, dan Semi), tidak berlaku untuk koleksi pics & kompilasi

Kamis, 10 November 2011

Everything Has It's Price

Monic

Namanya Monica Wulan, berdarah Chinese-Jawa, usianya saat ini 25 tahun. Wajahnya cantik khas Oriental dengan postur tidak terlalu tinggi, 167cm berat 48kg. Tubuhnya proposional dengan ukuran payudara 34C dan bokong membulat sempurna membuat Monic tampil sebagai gadis yang ideal secara fisik. Namun, sayangnya nasibnya justru berbanding terbalik dengan kondisi fisknya. Ia adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kakaknya laki-laki semua. Pada usia 10 tahun, ibunya meninggal dunia. Nasib buruk berikutnya menyusul pada saat dirinya berusia 15 tahun, ayahnya meninggal karena kecelakaan lalu-lintas. Maka terpaksa Monic pindah ke kota Jogja tinggal terpisah dengan kedua kakaknya. Ia ikut tinggal bersama dengan adik perempuan ayahnya (tante Mel). Selama 1,5 tahun tinggal bersama menumpang, semuanya baik-baik saja. Ia dapat melanjutkan SMAnya di kota tersebut. Di SMA inilah aku berkenalan dengan Monic. Namaku Nitha, usia sebaya dengannya. Aku tak jelek, juga tak secantik Monic, hanya saja aku tampil menarik karena posturku yang tinggi (171cm/57 kg). Aku dekat dengan Mel karena kita sama-sama aktif di Cheers sekolah. Dari situ hubungan kita semakin dekat dan menjadi sahabat, kami kami tahu karakter masing-masing dan suka saling curhat. Dari ceritanya aku mendengar kisah sedih dalam hidupnya hingga terperosok ke lembah nista. Di sinilah aku menceritakan kembali penuturannya. Kembali ke cerita Monic, masalah mulai timbul ketika usaha dari Om Roy, suami tante Mel, mengalami masalah. Hal ini membuat Om Roy sering uring-uringan karena biaya rumah tangga yang semakin tidak tertutupi, apalagi Tante Mel sangat suka shoping yang tentunya membutuhkan budget tidak sedikit. Suatu ketika Om Roy dan tante Mel bertengkar yang menyebabkan Tante Mel minggat dari rumah. Sejak itu, Om Roy meluapkan kekesalannya kepada Monic, ia sering mencaci dan memukulinya, bahkan suatu ketika ia pulang dalam keadaan mabuk dan hampir saja memperkosa Monic untuk melampiaskan napsunya yang sudah 1 minggu ditinggal istrinya. Kecantikan dan kemolekan tubuh Monic membuatnya gelap mata sehingga ia melakukan perbuatan terkutuk itu. Karena kejadian itu, Mel kabur dari rumah omnya dan sempat tinggal di rumahku. Dua bulan kemudian ia pindah ke rumah Kak Kris, kakaknya yang pertama, yang sudah memiliki kontrakan. Untuk biaya sekolah dan hidup Monic, ditanggung kakak dan dibantu saudara yang lain. Untuk menambah uang jajan, ia masuk dalam sebuah agency model. Ia juga mengajaku bergabung untuk bersama-sama mencari penghasilan di bidang ini.

Ternyata di sini, potensinya mulai terlihat dan nasibnya berubah. Dalam waktu satu tahun saja, ia cukup banyak menambah pundi-pundi keuangannya. Bahkan ia akhirnya bisa pindah ke apartemen yang relatif mewah karena kebetulan saat itu Kak Kris juga harus pindah ke Kalimantan untuk urusan pekerjaanya. Di samping itu Monic pun juga sudah bisa membeli mobil KIA Visto yang saat itu harganya tergolong tinggi. Aku sempat iri dengan kesuksesan yang didapat Monic. Aku saja punya mobil masih diberi oleh orang tuaku. Ia lebih sering dapat job peragaan dan pemotretan dibanding aku, bahkan sampai ke ibukota Jakarta. Tapi ternyata kesuksesanya ini harus dibayar mahal olehnya.
Selepas SMA aku keluar dari agen tersebut dan kuliah di Australia. Sejak itu aku lama tak pernah kontak dengan Monic lagi, saat itu kuingat tahun 2003, ponsel dan internet masih belum terlalu merakyat seperti sekarang ini, bahkan Friendster, BB dan Facebook pun belum lahir sehingga komunikasi dengan teman yang berjauhan pun tidak sepraktis sekarang. Di kemudian hari, aku baru tahu bahwa kesuksesan yang diraih Monic saat SMA itu tidaklah gratis, ia harus membayar harga mahal yang harus ditanggungnya hingga kini, yaitu dengan tubuh dan kehormatannya. Adapun orang yang telah melambungkannya itu adalah Pak Dipo, seorang yang sangat kaya, pemilik agency tempat Monic bernaung. Ia cukup berkuasa dan mempunyai pengaruh di kota Jogja karena masih kerabat bangsawan di kota ini. Sebagai kader partai kuning yang terkenal sebagai gudangnya pengusaha busuk, ia juga mempunyai koneksi pengusaha kelas atas dan pejabat-pejabat tinggi di ibukota, termasuk ketua partainya yang mempunyai reputasi buruk sebagai pengusaha licik yang suka mencari untung di atas penderitaan orang lain. Dari permukaan ia nampak seperti orang yang saleh, suka menyumbang ke panti asuhan, pesantren dan korban bencana alam. Ia juga sering tampil bersama istri dan keluarga di depan umum sehingga semua akan memandangnya sebagai kepala keluarga teladan. Namun dari penuturan Monic, itu semua hanyalah topeng, topeng yang begitu indah sampai-sampai tidak seorang pun melihat wajah mengerikan di baliknya karena ternyata Pak Dipo adalah seorang pria hidung belang kelas atas yang biasa memangsa para model di agencynya dengan iming-iming akan melambungkan karirnya seperti yang dialami oleh sahabatku ini. Memang sejak awal Pak Dipo telah mengincar Monic, sehingga ia membuat gadis itu kerasan di bawah agencynya dengan memberikan banyak kemudahan dan kemewahan. Sampai suatu saat, Monic dijadwalkan akan pemotretan di Bali selama 1 minggu. Betapa senangnya Monic saat itu ketika mendengar dirinya dipilih untuk sesi pemotretan yang cukup bergengsi itu. Namun itu hanya akal bulus Pak Dipo untuk menjeratnya. Setelah sampai di Bali, mereka menginap di sebuah resort cukup ekslusif yang ternyata sebagian besar sahamnya dipegang oleh pria itu juga. Di penginapan itulah Monic diberi tahu oleh Jay, si pria kemayu ahli make up-nya yang notabene orang Pak Dipo, bahwa jadwalnya di Bali selama 1 minggu salah satunya adalah bertemu dengan Pak Dipo yang juga akan ke Bali untuk berlibur. Tanpa menyadari adanya udang di balik batu, Monic pun dengan polosnya mengiyakan. Sekitar jam lima sorean, Monic diminta mandi dan kemudian didandani oleh Jay. Ia mengenakan gaun terusan model backless, warna putih mutiara, dengan panjang tak sampai 5 cm diatas lutut. Setelah didandani, Monic melihat dirinya di cermin yang nampak sexy dan cantik sekali, tidak kalah dengan para model papan atas dan artis. Dengan optimis ia merasa kelak ia akan mencapai jenjang seperti para top model tanpa kesulitan.
Jam 6.30 sore, Pak Dipo datang beserta para pengawalnya yang rata-rata bertampang sangar. Pria itu berusia 57 tahun, lebih pantas jadi ayah Monic, dengan postur tubuh besar tambun. Tinggi 170an dengan berat 90 kg dengan perut yang buncit, berkulit gelap dan brewok di dagunya. Ketika bertemu dengan Monic, mengembanglah senyum di wajah buruknya itu. Tak lama lagi ia akan dapat merasakan mainan baru yang telah lama diidamkannya. Mula-mula, Pak Dipo mengajak Monic makan malam di ruang bernuansa eksotis di penginapan itu yang telah dipesan khusus sehingga tidak ada tamu lain. Di ruang makan telah tersedia berbagai makanan yang lezat yang harganya tentu tidak murah. Selama makan tak henti-hentinya pandangan mata pria itu mengarah pada belahan dada Monic yang terbuka karena model gaunnya. Sambil menikmati, banyak pertanyaan basa basi disampaikan Pak Dipo.
”Dik Monic senang menjadi model?” tanyanya.
“Senang Pak” jawab Monic singkat.
“Jadi adik seharusnya bisa berterima kasih pada perusahaan yang telah mengorbitkan adik kan.” kata Dipo sambil memasukkan potongan steak ke mulutnya.
“Iya Pak, tentu saja” jawab Monic singkat.
“Apalagi kepada saya sebagai pemilik agency, bukan begitu? Hahaha....” senyum Dipo
“Iya Pak, terima kasih banyak” jawab Monic.
“Terima kasih tidak cukup hanya di kata-kata, harus dengan perbuatan. Adik harus setia kepada perusahaan” nasehat Dipo.
“Baik Pak, saya akan berusaha sebaik-baiknya” jawab Monic
”Ikutlah saya, 1 minggu ini adik liburan di sini” kata Dipo, “semua fasilitas di sini bebas adik gunakan, butuh apa tinggal pesan ke pelayan di sini, gak usah khawatir biaya, ok”
Monic hanya mengangguk tersenyum, dalam hati ia merasa senang karena telah diperlakukan bagaikan ratu sepeti sekarang ini. Setelah makan, Pak Dipo mengajaknya menuju sebuah kamar yang adalah kamar pribadi Pak Dipo di resort mewah itu.
”Kita mau apa ya Pak?” suatu pertanyaan yang bodoh terlontar dari mulut Monic
“Sudah masuk saja dulu”. Jawab Pak Dipo dengan suara beratnya.
Monic pun berlahan melangkahkan kakinya ke dalam kamar tersebut. Matanya tetap dengan awas menyapu sekeliling ruangan kamar tersebut. Ruangan kamar ini juga terlihat begitu besar rapi dan bersih. Di dalam kamar terdapat sebuah ranjang king size, LCD TV, AC, lampu hias dan beberaa kamera tergantung di dinding. Di dalam kamar tersebut juga terdapat sebuah kamar mandi berukuran 3x4 meter. Dengan sebuah Bathtub ukuran double. Setelah Monic masuk ke dalam kamar, Pak Dipo segera menyusulnya kemudian laki-laki paruh baya itu menutup pintu. Tanpa Monic sadari selain menutup kamar Pak Dipo juga mengunci pintu kamar tersebut.
“Kamar tidur siapa Pak?”, pertanyaan cemas terdengar dari suara Monic, ia mulai merasakan ada yang tidak beres.
“Ini akan menjadi kamar kamu untuk 1 minggu ke depan”.
Perasaan Monic kembali tidak enak mendengar kata-kata Pak Dipo, “Terus maksud Bapak mengajak saya kemari?”.
Bukannya jawabannya yang diperoleh Monic, namun sebuah dekapan langsung membekap tubuh sintalnya. Belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi, sebuah ciuman langsung mendarat di bibir lembut gadis cantik tersebut. Mendapat serangan yang tiba-tiba seperti itu Monic pun meronta sebelum ciuman selanjutnya mendarat kembali di bibirnya. Ia pun langsung refleks mendorong tubuh Pak Dipo menjauh.

Dipo

“Bapak mau apa?”, suara Monic bergetar karena ia sangat ketakutan, ia sadar apa yang sedang terjadi namun semuanya telah terlambat.

Monic lalu bergerak mundur menjauhi pria gendut itu, berusaha kabur dari kamar itu. Matanya menatap ke arah pintu mencari momen yang tepat untuk lari ke sana. Tapi dengan santainya kini Pak Dipo melepaskan jas yang dikenakannya kemudian meletakkannya di kursi. Ia tersenyum lebar dan sengaja menghalangi pintu keluar dengan tubuh tambunnya itu sehingga Monic sulit mencapai pintu.

“Hahaha… kamu mau kabur? Bukannya Jay telah sampaikan ke kamu? Saat ini saya ingin tubuh kamu yang molek itu”.
“Tolong jangan Pak!, saya masih perawan, tolong kasihani saya”, ekspresi kepanikan terlihat di wajah Monic setelah mendengar kata-kata bosnya ini.

“Bukankah, kamu sudah kuberikan kemudahan menjadi model, uang, kekayaan selama setahun ini. Tentu kamu tahu, tidak ada yang gratis di dunia ini nona Monic. Saya ada tawaran leih buat kamu. Jadilah salah satu penghiburku maka kamu akan mendapatkan semua yang kamu impikan”, kini laki-laki tambun itu terlihat melonggarkan ikatan dasi yang dikenakannya.

Selama ini Pak Dipo memang mempunyai banyak ’selir’ yang kebanyakan adalah model di bawah agency-nya. Walau tampangnya mirip gorila, kekayaannya mengundang banyak gadis belia yang bersedia menjadi selirnya.
“Saat ini saya hanya ingin melihat kesungguhan hati Dik Monic untuk berterima kasih kepada saya, jadi layanilah saya dengan sepenuh hati, saya ingin merasakan kehangatan tubuh adik, apalagi adik masih perawan, anggap saja ini malam pertama nona, hahaha…”.
Monic benar-benar tidak percaya kata-kata sekurang ajar seperti itu bisa keluar dari laki-laki yang sebelumnya sangat ia hormati ini. Tanpa pikir panjang lagi ia langsung berontak menolak dan kabur ke arah pintu. Dengan tergesa-gesa kunci pintu berhasil dibukanya. Berhasil...pintu terbuka, namun baru saja beberapa meter keluar dari sana ia sudah berhasil dihadang oleh pengawal Pak Dipo dan digiring kembali ke kamar tadi dan ditempeleng serta dijambak rambutnya. Ia diancam akan diminta mengembalikan semua fasilitas yang sudah didapatnya dari agency. Ditambah lagi, tak mungkin ia dapat kabur dari resort tersebut karena diancam akan disiksa lebih keras lagi hingga akhirnya ia tak bisa berbuat banyak. Monic pun akhirnya mengerti maksud dan tujuan arah pembicaraan Pak Dipo mengajaknya ke Bali. Bos ini rupanya ingin menikmati kehangatan tubuhnya Ternyata kebaikan Pak Dipo selama ini kepadanya hanyalah topeng belaka, topeng yang ia gunakan untuk menutupi maksud keinginan kotor di dalam otaknya.
“Selama ini saya sangat menghormati Bapak sebagai Bos yang baik, Bapak banyak membantu saya, menyemangati saya. tapi ternyata Bapak tidak lebih dari hanya seorang binatang berotak mesum!”, umpat Monic sambil menangis sesegukan dan memegangi pipinya yang memar.

“Haha… tidak seburuk itu Dik. Adik akan lebih sukses lagi setelah ini, saya ini seorang laki-laki biasa yang tentunya akan berfantasi nakal ketika melihat tubuh seindah tubuh Adik ini, melihat susu Adik dan kini saya hanya ingin untuk mewujudkan fantasi tersebut, melihat, meremas, dan menyusu, hahaha...”.
“Dasar orang tua tak tahu diri!”, Monic melempar vas bunga, namun meleset.
“Adik tidak perlu melawan, jika tidak mau melayani saya, akan saya minta pengawal saya untuk memperkosa Adik ramai-ramai dan kemudian nona saya jual ke luar negeri.hahaha….” tawanya menyebalkan ”saya tahu Dik Monic sebatang kara di dunia ini bukan, hahaha...”.
Tak mampu Monic lagi untuk melawan. Yang dikatakan Pak Dipo tadi sangatlah benar. Kini tak ada lagi yang diharapkan bisa menolongnya dari seorang iblis berhati busuk dan mesum di hadapannya ini.
“sudah tak perlu membahas masalah ini karena saya yakin adik sudah benar-benar mengerti dengan situasinya”, kini Pak Dipo nampak melepaskan dasi yang ia kenakan.
“Adik terlihat sangat cantik dengan berbalut pakaian itu, namun saya lebih suka dengan yang ada di balik gaun itu, jadi sekarang silakan Dik Monic melepas gaun dan pakai dalam Adik satu per satu”.
“untuk permulaan aku ingin dipuaskan dengan susu montok dari Monic yang cantik hahaha....” kata Dipo dengan melepas baju dan celana panjangnya...
Monic benar-benar muak dengan laki-laki tambun yang ada di hadapannya ini. Bagaimana bisa Pak Dipo dengan tenang dan santai begitu saja memintanya untuk melepaskan pakaian, sambil melepas pakaiannya sendiri. Pak Dipo menatap tajam ke arahnya yang masih tetap berdiri termangu.

“Rupanya nona manis ini ingin menguji kesabaran saya,” laki-laki tambun itu pun menekan intercom mencoba memanggil pengawalnya untuk menyiksa Monic lagi.

Ia sama sekali tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Dia kini benar-benar tak punya pilihan. Pilihan antara melayani Pak Dipo dengan sukarela atau diperkosa ramai-ramai oleh para pengawalnya yang seram itu. Air mata pun mulai mengalir dari mata indahnya. Sungguh kini tak ada lagi pilihan untuknya yang tersisa, selain mengikuti kemauan tak bermoral laki-laki bejat di hadapannya.
“Tunggu Pak!”, ucap Monic pelan.
“Kenapa sayang?
“Sa… saya akan melepaskan pakaian saya dan melayani Bapak” ucapnya bergetar
”Good...” senyuman puas terpampang di wajah Dipo.
Tangan Monic pung meraih gasper gaun di belakang dan membuka kaitanya. Kemudian ia menurunkan lengan bahu gaunnya, maka meluncurlah gaun itu ke bawah. Tangannya terasa berat sekali ketika ia melakukannya. Terlihatlah kini gundukan payudaranya yang indah. Yang tertinggal di tubuhnya tinggal celana dalam kremnya saja karena model gaun yang tadi ia kenakan memang model tanpa bra. Wajahnya memerah menahan malu dan kedua tangannya menutupi kedua payudaranya.

“Hehehe...bagus, bagus sekali...ayo sini!” Pak Dipo memanggilnya dengan nada melecehkan
Monic pun mendekati pria itu dengan berat hati. Pak Dipo memintanya melepaskan celana dalam hitamnya. Monic berlutut di depannya, ia memberanikan diri meraih celana dalam pria itu dan memelorotinya perlahan-lahan. Muncullah keris sakti Pak Dipo yang sudah mengeras dengan panjang hampir 20 cm. Monic terhenyak dan menelan ludah melihat benda yang sudah mengeras dan panjang itu, benda itu akan segera merenggut keperawanannya.

“Ayo dimasukin mulut dong, kok diem aja?” Pak Dipo nampak tidak sabaran, ia menempel-nempelkan kepala penisnya yang bersunat itu ke bibir Monic yang menutup mata merasa jijik.

Belum pernah dalam hidupnya ia melihat penis seorang laki-laki begitu dekat dengan wajahnya, apalagi mengoralnya. Ia menyadari bahwa kemauan pria ini tidak bisa ditawar-tawar lagi. Monic melingkari tangannya pada penis Pak Dipo dan kemudian mengocoknya dengan tangan yang masih gemetaran. Dengan membuang rasa jijiknya, ia mulai mendekatkan mulutnya ke kepala penis pria itu. Sambil menutup mata, ia membuka mulutnya dan perlahan-lahan memasukan penis itu ke dalam mulutnya. Pak Dipo melenguh merasakan nikmatnya mulut Monic yang hangat. Lidah gadis itu menyentuh batang kemaluannya menimbulkan kegelian yang menyenangkan. Walaupun demikian, melihat gadis itu hanya diam saja saat mengulum penisnya, pria itu memulainya duluan dengan menjenggut rambut Monic dan mulai memaju mundurkan pinggangnya "memperkosa" mulutnya. Monic pun sudah pasrah saja daripada disiksa dan diperkosa ramai-ramai oleh para pengawal Pak Dipo, ia menyerah dan memilih takluk pada pria tambun tak bermoral ini. Penis Pak Dipo keluar masuk mulut Monic yang hangat. Monic menyadari betapa kotor dirinya melakukan itu, tetapi tanpa sadar iapun mulai terangsang. Tangan kanannya masih melingkari batang kemaluan Pak Dipo, sementara tangan kirinya turun ke payudaranya dan meremasinya.

Setelah sepuluh menitan mengoral Pak Dipo melepaskan kepala Monic. Gadis itu akhirnya bisa mengambil udara segar.

“Sekarang coba pijat kontol Bapak pake tetek kamu Dik! Bapak suka sama bentuknya montok, hehehe!!” perintah Pak Dipo sambil meremas payudara kanan Monic.

Tanpa disuruh lagi, Monic pun mulai menjepit penis pria itu di antara kedua payudaranya. Ia belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya tapi pernah melihatnya di film porno. Berusaha melakukannya dalam praktek nyata, mulailah ia mengocok penis itu dengan payudaranya. Akibat kocokan dari payudara berkulit lembut dan mulus itu, Pak Dipo keenakan, merek merem. Sesekali lidah Monic juga menjilati kepala penis pria itu.

“Luar biasa...eeeemmhhh...kamu pinter muasin pria ya ternyata hehehe....hhhhmmm!” ejek Pak Dipo.

Tak lama kemudian Pak Dipo mengangkat tubuh gadis itu hingga berdiri lalu dilumatnya payudaranya kiri dan kanan secara bergantian. Dengan gemas, dihisapnya payudara Monic sambil tangannya menggerayangi tubuhnya yang tinggal tertutup celana dalam saja. Lidahnya bergerak nakal menyentil-nyentil puting payudaranya sehingga makin mengeras, ditambah lagi dengan kenyotan-kenyotannya.

“Aaaahhh...mmmhhh...Pak!” erang Monic sambil meremasi rambut Pak Dipo yang asyik menyusu darinya.

Lalu ciuman pria itu turun ke perut Monic yang rata terus hingga ke vaginanya. Pria itu menarik lengan Monic lalu menjatuhkan pantatnya ke sofa tunggal dekat situ. Dengan sekali hentakan, sobeklah celana dalamnya ditarik oleh Pak Dipo. Mata pria itu nanar menatapi vagina perawan Monic yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Monic secara refleks mengangkat satu kakinya dan berpijak di sandaran tangan sofa tersebut sehingga memudahkan Pak Dipo yang sedang duduk di depannya untuk menjilati vaginanya. Tercium aroma lendir kewanitaan dari daerah vagina Monic yang sudah terangsang. Pria itu membuka bibir vagina Monic dan mulai menyedotnya dengan rakus sehingga pemiliknya mengerang dengan penuh gairah. Semakin lama makin liar lidahnya menari dan menjelajahi seluruh relung-relung vagina Monic. Gadis itu merasakan cairan kewanitaannya meleleh semakin deras seiring dengan rangsangan yang semakin kuat, semakin nikmat lidah yang sesekali menyelinap ke dalam. Tangan Monic mengelus kepala Pak Dipo hingga akhirnya tubuhnya mengejang dan ia rapatkan kepala pria tambun itu ke vaginanya. Rupanya Pak Dipo tanggap bahwa Monic sudah mau mencapai puncak. Maka dihisapnya klitnya kuat-kuat serta ujung lidahnya cepat mengais-ngais bagian dalam kewanitaannya. Tubuh Monic pun menggeliat-geliat karena nikmatnya.

"Uuhh....mmmhhh...Pak!" lenguh Monic tertahan.

Ia merapatkan kakinya dengan tubuh mengejang. Jilatan dan hisapan Pak Dipo pada vaginanya telah membuatnya orgasme. Ssslluurrpp...suara seruputan pria itu pada vaginanya. Setelah vaginanya dilahap oleh Pak Dipo, Monic merasa tubuhnya lemas, mungkin ia tidak kuat berdiri lagi bisa saja pria itu tidak memapahnya ke ranjang. Kini tubuh telanjang Monic terbaring di ranjang. Ia masih memohon belas kasih Pak Dipo agar menghentikan perbuatannya namun reaksi demikian justru membuat pria itu makin nafsu saja padanya.

“Tenang aja Dik, gak usah tegang, ini biasa kok kalau di awal, tapi udah kesananya pasti keenakan hehehe...” katanya

Pak Dipo yang sudah sangan berpengalaman dalam hal ini memaklumi hal ini. Agar Monic lebih rileks dan enak, seluruh sisa cairan yang masih ada di sekitar vaginanya ia bersihkan dengan lidahnya. Setelah itu didekapnya tubuh Monic, bibirnya mencium telinga gadis itu dan mengecupi wajahnya. Monic memalingkan wajah ketika pria itu hendak mencumbunya, tapi akhirnya pria itu tetap berhasil melumat bibirnya dengan lembut. Dalam waktu sebentar saja Monic sudah takluk, mulutnya membuka dan mulai balas mengulum bibir tebal Pak Dipo. Sensasi nikmat yang baru pertama didapatnya menjalari tubuh gadis itu. Ketika sedang saling beradu lidah dengan penuh nafsu, Monic merasakan tangan besar Pak Dipo meremasi payudaranya. Jari-jarinya yang besar dan kasar memilin-milin putingnya hingga makin mengeras. Bibir pria itu meneruskan jelajahannya ke leher Monic, lehernya yang jenjang itu dikecup, dijilat kadang digigit

lembut. Sambil tangannya terus meremas-remas payudara Monic, tubuhnya sudah di atas tubuh gadis itu, bibirnya terus menelusuri permukaan kulitnya yang halus lembut. Tangan satunya mulai menjamah vagina Monic yang sudah sangat becek. Dibelainya vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut, sesekali jarinya menyentuh klitnya. Tentu saja perlakuan itu menyebabkan tubuh Monic bergetar terlebih ketika jarinya sengaja memainkan klitnya dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam vaginanya. Sementara bibirnya terus bergantian menjilati puting kiri dan kanan disertai kenyotan-kenyotan gemas. Pria itu merasa tibalah satnya untuk membobol keperawanan Monic setelah pemanasan yang membuai gadis itu. Penis pria itu yang sudah full ereksi bergesekan dengan bibir vagina Monic. Saat berikutnya lagi benda panjang itu terasa tepat menekan vaginanya. Monic tersentak, secara refleks pahanya menutup, tapi pria itu membukanya lagi dan mencoba menusuk lagi.

“Aaaakh!!” erang Monic dengan tubuh menggeliat ketika penis super Dipo menembus vaginanya yang masih perawan.

Begitu sakit! Sangat pedih dan rasa perih yang tak terkira! itulah yang selalu dirasakan Monic saat penis pria itu yang tegak penuh dengan urat-urat kejantanannya yang begitu perkasa membobol keperawanannya. Air mata meleleh dari mata indahnya, rasa sedih dan penyesalan menderanya. Ia telah menukar keperawanannya untuk kemewahan dan popularitas yang diberikan pria ini. Namun nasi telah jadi bubur, untuk apa disesali, maka ia pun memutuskan untuk menikmati pemerkosaan itu. Ia hanya pasrah saja menerima perlakuan si hidung belang itu laksana seorang budak nafsu yang rendah dan sangat hina.Matanya merem melek karena tidak bisa menahan kenikmatan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka. Seluruh vaginanya seakan terulur sampai batas dan terisi penuh oleh penis pria itu. Monic bisa merasakan denyutan demi denyutan penis Pak Dipo di dalam liang kewanitaannya. Perlahan-lahan penis Pak Dipo yang telah separuh terjepit oleh vagina Monic yang memberi sensasi kehangatan pada ujungnya ia benamkan makin dalam sedikit demi sedikit ke dalam liang kenikmatan Monic. Lambat laun belahan daging indah berbulu itu terkuak mengikuti setiap laju desakkan dari otot-otot keperkasaan lelaki itu yang menyeruak makin dalam ke vaginanya.

"Slep.. slep.. sslleek!", begitulah bunyi decakkan pertemuan kedua kelamin mereka

Pak Dipo benar-benar meresapi sensasi luar biasa akibat jepitan selaput dara Monic dan akhirnya perlahan tapi pasti penis pria itu telah menembus pula sampai mentok ke dasar liang kewanitaan Monic. Bagi Pak Dipo tak ada satu kenikmatan apapun di dunia yang mampu menandingi ataupun menyamai dari nikmatnya momen-momen merenggut keperawanan seorang gadis. Seperti biasa, ia memberi waktu dulu pada setiap wanita yang ditidurinya agar dapat menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan penisnya agar si wanita juga menikmatinya. Kini seiring dengan pergerakan penis pria itu yang telah keluar sepertiga dari ukuran batangnya dari vagina Monic yang merekah membuat bibir-bibir vaginanya menjadi ikut tertarik. Penis itu tampak berkilat-kilat basah oleh lendir yang melumasinya dan tampak pula pada vagina itu mulai menetes darah segar kesuciannya yang pada baru saja direnggut. Tubuh telanjang Monic mengikuti hempasan-hempasan yang dilakukan oleh Pak Dipo pada vaginanya. Pria tambun itu paling suka bila korbannya telah bertekuk lutut padanya kini sehingga ia semakin gencar memacu tubuhnya.

"Ohh.. Dik.. nikmat sekali...memekmu...begitu sempit" Pak Dipo terus mengocok vagina Monic dan temanku itu pun semakin menikmatinya, berangsur-angsur hilanglah rasa pedih dihatinya digantikan dengan kenikmatan yang tiada taranya, mulut gadis itu mulai meracau mengeluarkan desahan nikmat.

"Akhh.. Pak.. Aduuh.. ohh.." desah Monic

Monic mengimbangi genjotan itu dengan menggelora sampai akhirnya kembali tubuhnya mengejang dan sambil memeluk erat tubuh gemuk Pak Dipo ia kembali menyemprotkan cairan orgasme yang mengucur tanpa tertahan lagi. Ia orgasme untuk yang kedua kalinya, orgasme lebih dahsyat dari yang pertama tadi sampai tubuhnya menggelinjang hebat.

Selama beberapa saat Pak Dipo menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuh Monic sambil melumat bibirnya lembut. Monic tak bisa menyangkal bahwa dirinya benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, matanya terpejam sambil melingkarkan kedua kakinya ke pinggang pria itu. Tak lama kemudian pria itu mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari vagina Monic. Entah mengapa Monic merasa ada sesuatu yang hilang dari tubuhnya. Perlahan ia bergerak ke samping dan membalikan tubuh gadis itu yang tak berdaya dan hanya menurut saja. Kali ini ia mengambil posisi di belakang dan mengangkat pinggul Monic hingga nungging. Tanpa buang waktu lagi, mulailah ia menekan masuk penisnya ke vagina Monic. Lendir yang telah membasahi selangkangannya mempermudah masuknya penis Pak Dipo kembali menancap di vaginanya. Setelah masuk, ia pun bergerak sambil kedua tangannya meremas payudara gadis itu dari belakang dan menghela pantatnya menghantam liang vaginanya. Gesekan demi gesekan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang vagina Monic, tangan gadis itu mencengkram erat seprei tempat tidur yang telah kusut.

"Ohh.. Dik Monic.. sayang...asyiknya ngentotin...kamu...mmmhh!!" ceracau Pak Dipo

Pria itu memang benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauli temanku itu dengan berbagai posisi, sementara Monic juga semakin berserah diri pada nafsu binatang pria itu. Setelah sepermpat jam, Pak Dipo berganti posisi, ia menaikkan tubuh Monic ke pangkuannya sambil mendekap dengan posisi memunggungi. Ia mencumbu leher Monic yang mulai sudah basah dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-pori tubuhnya. Jenggot pria itu menyapu-nyapu kulit leher Monic memberikan sensasi geli padanya. Sementara tangan pria itu terus saja ia menggerayangi kedua payudara gadis itu. Penis Pak Dipo menghujam telak ke liang senggama Monic yang mendudukinya. Kocokan demi kocokan yang semakin gencar menggesek dinding vagina gadis itu. Monic pun melepaskan seluruh hasratnya tanpa bisa ia kendalikan lagi, ia tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhinya karena tubuhnya menuntut kepuasan. Lama posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Pak Dipo semakin gencar menyodok vaginanya, gerakan pria itu semakin cepat. Pak Dipo lalu menghempaskan tubuhku kembali terlentang di ranjang. Tubuh tambun itu mengejang dan memeluk rapat tubuh Monic sampai gadis itu sulit bernafas. Tak lama kemudian semburan hangat dengan kencang menerpa vagina Monic.

"Akhh...enak Dik!!" Pak Dipo mengerang panjang sambil menekan pantatnya ke bawah dengan keras

Monic merespon dengan mencengkram dan kembali melingkarkan kakinya ke pinggangnya dan ia pun melepaskan sisa orgasme yang masih tersisa di tubuhnya.

Untuk orgasme kali ini mereka mencapainya dalam waktu hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Pak Dipo roboh menindih Monic yang juga sudah lemas. Lama mereka terdiam merasakan sisa kenikmatan itu hingga akhirnya Pak Dipo mulai beringsut menjauhi Monic.

"Kamu hebat...saya jamin karir kamu ke depan pasti baik" setengah sadar dan tidak Monic mendengar pria itu membisikan kata-kata tersebut sambil mengecup keningnya. Selanjutnya, Monic tidak tahu apapun karena ia tertidur karena lelah dan kantuk yang menyerangnya. Jam sembilan pagi Monic baru terbangun dari tidurnya, tubuhnya serasa hancur dan letih sekali. Sperma kering berceceran membasahi tubuhnya dan sprei di bawahnya, pada sprei itu juga tampak noda merah darah yang tidak lain adalah darah keperawanannya yang tadi malam terenggut. Ia tidak menemukan Pak Dipo di kamar ini, entah kemana dia. Dengan agak terhuyung-huyung karena selangkangannya masih terasa nyeri, ia berjalan menuju kamar mandi membersihkan dirinya. Guyuran air hangat membuat tubuhnya sedikit lebih segar. Ia mendapati vaginanya memerah dan bekas cupangan nampak di sekujur tubuhnya terutama payudara dan leher. Cukup lama ia berada di kamar mandi berendam di bathtub sambil termenung memikirkan kejadian semalam. Ia mengutuk dirinya sendiri dan sangat menyesal dengan hal itu. Bangsat benar pria yang selama ini ia hormati itu, ia telah menodai kesuciannya dan menjerumuskannya ke lembah nista seperti ini. Yang lebih disesalkannya lagi, dirinya juga menikmati perkosaan itu. Ia mengakui keperkasaan Pak Dipo yang telah membuatnya seperti melayang tinggi kemarin itu. Setelah setengah jam lebih barulah ia keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk pada tubuhnya.

"Pagi Sayang, bagaimana mimpi indahmu?" sapa Pak Dipo yang ditemuinya sedang duduk di sofa begitu keluar dari kamar mandi.

Monic terhenyak karena Pak Dipo tidak sendirian, di sofa satunya juga ada seorang pria lain bertubuh kekar. Pria itu tidak lain adalah Erico, salah seorang pengawal Pak Dipo yang berasal dari wilayah Indonesia timur.
“Sini ayo ke sini. Kamu pasti udah pernah liat dia, ini pengawal Bapak yang paling kuat namanya Erico." Pria itu memperkenalkan pengawalnya pada Monic.

Pria itu menyebutkan namanya memperkenalkan diri sambil tersenyum memperlihatkan gigi-giginya yang putih yang kontras dengan kulitnya yang gelap itu.

“Bapak mau kamu main sama dia, sebentar aja, mau Bapak rekam untuk koleksi pribadi!” sahutnya sambil mempersiapkan sebuah handycam berukuran sebesar telapak tangan.

“Pak! Apa-apaan ini? Apa belum cukup menjadikan saya mainan Bapak semalam? Saya sudah pasrah semua itu, tapi sekarang Bapak juga mau suruh saya melakukannya dengan orang lain lagi dan direkam? Ini sudah sangat keterlaluan Pak!” Monic tampak mengepalkan tangannya keras-keras menahan emosi.

“Bapak tahu kamu akan menolak awalnya, Bapak perlu rekaman kamu sebagai jaminan kalau kamu benar-benar menyerahkan diri pada Bapak. Kalau kamu gak mau maka terpaksa juga Bapak akan menggunakan cara kasar, Bapak akan panggil yang lain untuk mengeroyokmu dan karirmu di dunia modeling juga akan tamat”, kata Pak Dahlan dengan santainya lalu meneguk kopi di meja di depannya “bagaimana? Kamu pasti tahu kan bagaimana memilih dengan bijak? Bapak juga akan memegang janji bapak untuk mengorbitkan kamu, dan itu semua sudah kamu rasakan kan sebagai uang mukanya?”

Monic sadar dirinya tidak bisa menolak untuk tidak melakukan permintaan pria bejat ini walau tahu permintaan ini sangat melecehkan dirinya, namun tak ada cara lain baginya selain menurut, lagipula toh dirinya sudah ternoda ini, untuk apa harus jual mahal lagi yang akibatnya malah merugikannya. Maka setelah menghela nafas panjang, ia pun memberanikan diri mendekati Erico yang sedari tadi sudah menatap penuh nafsu padanya. Ia mencoba tersenyum menggoda pria itu, diraihnya juga tangannya yang kasar dan diletakkan pada pahanya yang mulus. Sambil cengengesan Erico merabai paha gadis itu.

"Wah mulus sekali paha Non ini, hebat ini Bos...barang bagus" komentar Erico pada bosnya dengan logat daerah yang kental.

Terus terang dalam hati Monic sangat terhina apalagi dibilang ‘barang’ oleh si tukang pukul itu, tapi ia sedapat mungkin tetap bersikap manis. Pria itu mulai menciumi pahanya yang menggiurkan itu. Kemudian, Monic pun membuka lipatan handuk yang melilit tubuhnya dan membukanya sehingga terpampanglah tubuh telanjangnya yang molek di depan si pria Ambon itu. Erico langsung menarik lengan Monic sampai gadis itu terduduk di pangkuannya. Bibirnya yang tebal segera memagut bibir tipis Monic dan keduanya langsung berpagutan dengan panas.

"Emmpphh.." desah Monic tertah karena tangan Erico mulai menjamah kewanitaannya dan jarinya menyusup ke bibir vaginanya mengorek liang surgawi itu.


Erico
Pria Ambon itu juga menciumi payudaranya dengan disertai gigitan-gigitan kecil. Monic mencoba tidak pasif dengan menggerakkan tangannya mencopoti satu persatu kancing baju pria itu. Sebentar saja tubuh atas pria itu sudah telanjang. Setelah lumayan lama beradu lidah dan saling raba. Erico merebahkan tubuh telanjang Monic di sofa, lalu ia dengan terburu-buru membuka celana panjang beserta celana dalamnya. Penis pria itu sudah menegang siap mengeksekusi gadis di hadapannya itu. Ia membentangkan kedua paha gadis itu sehingga vaginanya terkuak memperlihatkan bagian tengahnya yang merah merekah dan basah. Tangannya yang satu menuntun penisnya ke arah liang itu.

“Uhh...pelan-pelan, jangan kasar!” Monic memperingatkan pria itu yang nampak begitu bernafsu pada dirinya.

“Santai aja Non, saya jamin bakal enak deh hehehe!” sahut Erico terkekeh seraya menempelkan kepala penisnya pada bibir vagina gadis itu.

"Emmpphh.. penuhh nih.. pelan pelan..dong!" rintih Monic merasakan nyeri karena Erico agak kasar menekan-nekan penisnya untuk penetrasi.

Rupanya pria itu cukup mengerti juga dan mulai melembut. Perlahan namun pasti, Erico menusukkan penisnya yang besar itu ke dalam vagina Monic hingga mentok. Kemudian ia mencondongkan badannya ke arah gadis itu dan memakai satu lututnya untuk menopang badannya di sofa dan satu kaki berpijak di lantai. Ia mulai menggoyangkan pinggangnya. Pertama pelan...kemudian frekuensi genjotannya makin naik, dan terus naik.

"Ahh..aahh!" desah Monic saat penis hitam itu mencucuk-cucuk vaginanya.

Sekalipun rasanya ngilu digenjot sekasar itu tapi nikmatnya luar biasa. Pak Dipo mendekati Monic dengan kameranya. Monic tidak peduli lagi pria itu mensyutingnya dalam keadaan seperti ini seperti bermain film porno, ia terus mendesah-desah kenikmatan merasakan sensasi genjotan Erico. Pria itu menggerakkan pantatnya dengan teratur sementara sementara tangannya terus meremasi payudara Monic. Sekitar setengah jam kurang Erico menyetubuhi Monic dengan tempo yang stabil hingga akhirnya...

"Aahh..", crrot.., sampailah ia di puncak kenikmatan dengan mengejang dan menekankan penisnya sedalam mungkin di vagina gadis itu.

Bunyi becek di bawah sana menandakan cairan orgame yang dikeluarkan Monic banyak. Sekalipun telah keluar tapi goyangan Erico masih belum surut. Tanpa mencabut batang kemaluannya tangan kokoh pria itu menarik punggung Monic hingga tubuhnya terangkat dengan posisi berhadapan dengannya. Persetubuhan mereka berlanjut dalam posisi berpangkuan,

"Oughh.. oughh.. oughh.. oughh.." Monic mendesah liar setiap menaik-turunkan tubuhnya.

Kini malah Erico lebih pasif dan menerima genjotan Monic sambil terus sambil menyusu dari kedua payudaranya yang ikut bergoyang secara bergantian. ‘

"Sedap Non...goyang terus!!" erangnya sambil menikmati Monic naik turun di atas penisnya

"Masss...mau keluar...aahhh...aahh!!" Monic berseru kencang dan memeluk erat kepala pria itu di dadanya.

Erico juga balas memeluknya erat serta turut menggoyangkan pinggulnya ke atas.

"Non...Monic...ahshh..aaahh!!"

Keduanya melenguh bersahut-sahutan dengan tubuh menggelinjang, embun-embun keringat nampak pada kulit tubuh mereka, sungguh erotis sekali. Semua itu tidak lepas dari kamera Pak Dipo. Akhirnya Monic pun kembali mencapai orgasme lagi bersamaan dengan pria itu. Mereka berdua ngos-ngosan setelah percintaan itu, namun Erico masih mempunyai cukup tenaga untuk mengangkat tubuh Monic dan membaringkannya di ranjang empuk tempat Pak Dipo menggarapnya kemarin malam. Rekaman persetubuhannya dengan Erico itulah yang mencengkramnya dengan kuat sehingga tak bisa lepas dari Pak Dipo. Selama beberapa hari ke depan, Monic bersama Dipo di Bali. Bagi Monic hal tersebut serasa penyiksaan tiada henti, tidak siang atau malam, Dipo selalu minta pelayanan seks. Baik di kamar, di kolam renang, di ruang billiard, di ruang tengah. Tak henti-hentinya tubuhnya menjadi bulan-bulanan pria itu. Selama itu pula Monic diminta berpakaian yang selalu seksi, agar Dipo terangsang dan mudah menggarapnya. Namun selama itu pula apapun yang diminta Monic selalu dibelikan oleh pria itu. Setelah cukup puas bermain dengan Monic di Bali, mereka kembali ke Jogja. Monic kembali dengan banyak belanjaan mewah dan bermerek. Itulah titik balik kehidupannya, Monic mau tau mau akhirnya menjadi salah satu "selir" Pak Dipo. Sejak itu karirnya makin melesat, ia mendapatkan berbagai tawaran pemotretan, peragaan busana maupun tawaran main sinetron, serta pernah beberapa kali mendapat order dari agency luar negeri. Ia sering diajak Pak Dipo ke berbagai tempat baik dalam maupun luar negeri. Tentunya selama perjalanan itu ia harus menjadi teman tidur Pak Dipo. Seiring berjalannya waktu, sekarang Pak Dipo sudah punya selir baru yang lebih fresh lagi. Monic pun mulai terpinggirkan namun ia masih berperan sebagai "alat negosiasi" bisnis bagi pria itu. Katanya pernah ia suatu kali, selama sebulan, ia dikirim ke Yordania, diminta menemani tentu saja melayani, seorang saudagar Arab berusia 48 tahun, berjenggot lebat, yang ada bisnis kuningan dengan Pak Dipo. Ia juga pernah menemani salah seorang menteri kabinet Indonesia Bersatu, untuk kepentingan pak Dipo juga. Bahkan yang lebih edan lagi ia, bersama para model lain yang juga simpanan Pak Dipo, pernah diikutkan dalam sebuah pesta seks di sebuah hotel berbintang di Dubai yang melibatkan Pak Dipo dan para mitra bisnisnya yang Arab-Arab itu. Dalam pesta seks itu, ia juga bertemu beberapa selebritis nasional yang tentunya di bayar mahal oleh Pak Dipo untuk acara ini, mereka hanya mau melakukannya jauh dari tanah air untuk menghindari risiko. Menurut penuturannya padaku, ia bertemu dengan kakak-beradik (sebut saja inisialnya CS dan JE) selebritis yang cukup terkenal, di sana mereka tidak ubahnya seperti pelacur kelas atas yang dengan liar memuaskan nafsu kliennya tanpa malu-malu. Ia juga bertemu dengan OL, model papan atas dan presenter terkenal, yang dibayar sangat tinggi oleh pria itu untuk berpesta syahwat di sana. Monic menyaksikan bagaimana wanita cantik berparas oriental itu tanpa malu-malu berthreesome dengan dua Arab di ruangan penthouse itu
Sekarang aku semakin sulit bertemu dengannya, hanya lewat email dan facebook. Ia sering bercerita kepadaku saat dirinya sedih harus melayani pria-pria jelek berkuasa, baik dalam negeri maupun luar, dan masih dalam cengkraman Dipo. Namun pada saat yang sama kadang ia bercerita yang happy-happy, seperti liburannya di Hongkong, Jepang, Amerika, dll dan tidak pernah kekurangan uang. Aku sendiri sebagai model, sering mendapat banyak tawaran seperti Monic dari pihak-pihak mesum dengan iming-iming uang banyak, ditawari menjadi isteri simpanan, produser/ sutradara iklan, dll. Hal inilah yang menyebabkanku keluar dari agency dan memilih untuk melanjutkan sekolah ke Australia. Untungnya aku dari keluarga berada dan cukup mempunyai iman sehingga aku mampu menolak segala iming-iming itu. Yang dapat kulakukan sekarang hanyalah berdoa bagi Monic dan semua wanita yang senasib dengannya agar dapat segera lepas dari kehidupan yang seperti itu dan memperoleh kebahagiaan mereka yang sejati.

TAMAT

By: Miss Nitha
-----------------------------
20 komentar Post your own or leave a trackback: Trackback URL
  1. jay_shon mengatakan:
    pertama ni….
    baca dulu ahh….
    abs ini Lauara bazuki xxx ya….??
    ditunggu fanfict nya…
    L A N J U T K A N…
  2. ganteng mengatakan:
    ajib ceritanya bro
  3. pukimai mengatakan:
    KEDUA hahahahah
  4. pimp lord mengatakan:
    CS and JE hehehe i think i know who they are…
    OL… hehehe i think bi bro shu might guess that one better…
    cheers
  5. bayau mengatakan:
    wah bgus ni cerita,,,,
    bdw kok tamat ya,,
    emang gk ada lanjutannya yaa?
    thx
  6. gloendhoenx mengatakan:
    yang keempat deh. mantap abiz
    Bos Shu ko lama ga komen?
  7. Robot378 mengatakan:
    Mana neh cerita MONA RATULIU yang pantatnya besar bgetttt ,,,aQ SERING BGET NGELIAT DY,,, UHHH MANTAPP TANNTEEEE
    Mana nihh ,,,itu tante kya nya mupeng bget tuhh,, mantappppp
    Tapi ini ceritanya bagus ,,,
  8. croootisme mengatakan:
    asyik malam minggu crita baru nih
    Iya ni mana crita tentang mbak mona ratuliu, dah tunggu tunggu lo
  9. alvin mengatakan:
    keren2,tp artisnya ko gak dieksekusi??
    Putri patricia dunk klo bleh
  10. D ' Jq Kurniawan mengatakan:
    kewewahan tidak akan membawa ke bahagian yang hakiki……dik……
  11. pembacasetia mengatakan:
    foto ilustrasi monic nya cakep bgd bos shu
    boleh donk dikasih sini nama aslinya pemilik foto tersebut, mau dipm :D
  12. Tiara mengatakan:
    Alur cerita begini rasanya udah banyak… Tante sarah donk!
  13. bos shu mengatakan:
    Oh iya nanti kita relis mona ratuliu ya, ditunggu saja
  14. pratoke mengatakan:
    baguss cm di awal2 kok kebalik2 sih….aturan monic tp disebutnya mel terus…….tp overall ceritanya bagus…..lanjutkan berkreasi….naiz…..
  15. Jaya mengatakan:
    Bos.. ini kisah nyata, kawan dari kawanku ya….
    good2… tapi kasihan bener orangnya pada kenyataannya……
    kawan2… ini KISAH NYATA yang dipermark…
  16. mr r mengatakan:
    wah. ini kisah nyata? bagus sih..
    oya. ditunggu laura juga kalau bisa yuanita christiani atau rizuki rizky.. hehehhe….
  17. Ninja Gaijin mengatakan:
    hmm… akhirnya sis Nitha M menyampaikan kisahnya… justru sisi “terinspirasi kisah nyata”nya yang membuat cerita ini lebih kuat.
  18. pak polisi mengatakan:
    garing ahhhh…
    maunya yg nakal2 gitu deh.. ky tante sarah n Tia..
  19. BeDjoe mengatakan:
    sama kayak komen si pratoke begin nya banyak nama mel ketuker monic atau nitha atau sebaliknya, di tengah malah ada pak dahlan yg nyasar hehe… tapi di ending ga sempet baca keburu muncrat hak..hak..hak..
  20. poke rajeh mengatakan:
    mana nih RYT…nya… udah gak sabar…..jangan lupa dilema alya atau lidia…..alya main ama mertua lidya dan temannya yang namanya marto karena paidi pulang…………… kampung….sebaliknya lidya main 3in1ama paidi dan pak bejo…………riliskan broooooooooooo

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. n1 cerita na...
    koq cepat x tamat na...
    bikin lanjutan na lagi donk...
    thanx be4

    BalasHapus