Cerenia |
Cerenia lalu membungkukkan tubuhnya sehingga posisinya semakin menungging, ia lalu melebarkan pahanya dihadapan Roubert dan menekukkan lututnya, menurunkan pinggulnya sedikit untuk menyesuaikan posisi lubang pantatnya dengan penis Roubert. Kini posisi lubang pantat Cerenia berada tepat dihadapan Roubert, tersaji indah siap untuk dipetik keperawanannya.
“Roubert... ayo, berikan penismu untukku. Aku siap...” ujar Cerenia.
Roubert tampak amat senang, ia lalu mengarahkan tangannya ke selangkangan Cerenia perlahan-lahan.
“Mmmh...” Cerenia mendesah pelan saat selangkangannya kembali disentuh oleh Roubert.
Cerenia melepas pegangannya pada salah satu rantai itu dan mulai mencolek-colek vaginanya yang masih basah oleh cairan cintanya sendiri. Cerenia lalu melepas tangannya yang lain dan menggunakan kedua tangannya untuk menguakkan bongkahan pantatnya itu. Roubert bisa melihat lubang pantat mungil milik Cerenia, sementara Cerenia menggunakan jari tangannya yang masih basah itu untuk membalurkan cairan cintanya di lubang pantatnya itu dan menggosoknya pelan disekitar lubang pantatnya itu. Roubert tentu tidak mampu menahan godaan saat melihat wanita cantik seperti Cerenia sedang membalurkan cairan cintanya di lubang pantatnya sendiri. Roubert lalu mengacungkan penisnya yang menegang itu dan sedikit menyandarkan tubuhnya di tubuh Cerenia. Akibatnya, tubuh Cerenia kembali tertekan maju menggencet tubuh Ryan sekali lagi. Roubert lalu memposisikan penisnya pada celah pantat Cerenia, tepat didepan lubang pantat pengantinnya itu. Roubert ikut mencengkeram pinggul Cerenia dan menariknya kearah tubuhnya. Cerenia kembali mengatur nafasnya sejenak saat ia merasakan lubang pantatnya membuka perlahan seiring masuknya penis Roubert kedalam pantatnya itu. Roubert yang merasakan lubang pantat Cerenia yang telah membuka segera mendorong pinggangnya dengan cepat.
“AAAWH!!” terdengar jeritan pilu dari bibir Cerenia yang memenuhi ruangan itu.
Rasa perih yang seolah mengoyak lubang pantat Cerenia itu begitu menyakitkan baginya karena keperawanan pantatnya yang terenggut. Perasaan Ryan campur aduk antara marah, sedih, kesal dan kecewa bercampur dengan nafsu birahinya saat melihat Cerenia disetubuhi oleh Roubert. Ia amat kecewa karena belum sempat menikmati keperawanan pantat Cerenia saat ia masih hidup sebagai Melissa, rasa marahnya meluap pada Roubert yang telah mengubah Melissa sekaligus rasa kesalnya pada keadaan dirinya yang hanya terikat tanpa daya menyaksikan kekasihnya menjadi pengantin orang lain dan bersetubuh di hadapan matanya.
“Ahaa... Aaa...” Cerenia berusaha menyesuaikan tubuhnya dengan penetrasi penis besar milik Roubert yang kian membenam didalam pantatnya itu.
“Jadi inilah rasanya pantatmu...” gumam Roubert saat penisnya telah membenam sepenuhnya didalam pantat Cerenia.
“Hhh... mm... ahh...” Cerenia hanya bergumam dan mendesah kesakitan.
“Rasanya lembut dan hangat. Untunglah pantatmu masih belum sempat diperawani.” Ujar Roubert sambil melirik penuh ejekan pada Ryan.
“Ayo, mari kita mulai.” Ujar Roubert sambil menggerakkan pinggul Cerenia perlahan, penis itu pun maju mundur perlahan memasuki lubang pantat Cerenia, untuk memberi Cerenia kesempatan menyesuaikan diri.
“Tenanglah, jangan terlalu kaku, Sayang. Lemaskanlah otot pantatmu, terimalah seperti apa adanya.” Bisik Roubert untuk menenangkan Cerenia.
Cerenia menurut, dan melemaskan otot-ototnya yang menegang karena rasa sakit di pantatnya itu. Perlahan-lahan, Cerenia mulai merasakan suatu sensasi yang aneh; rasa nikmat mulai menjalari tubuhnya, seolah ada kejutan listrik yang menggelitik hingga ke ujung jari kaki Cerenia saat penis Roubert menumbuk masuk sedalam mungkin kedalam anusnya. Rasa perih disekeliling lubang pantatnya memberi Cerenia rasa tersendiri yang melengkapi rasa nikmat itu sementara perutnya terasa agak sesak. Cerenia pun mulai menggerakkan pinggulnya. Lubang pantatnya yang mungil begitu ketat melingkari batang penis Roubert sehingga Roubert pun ikut merasa amat nikmat dengan jepitan lubang pantat Cerenia. Roubert terus menarik dan mendorong keras penisnya menghunjam anus Cerenia.
“Aah... aah... ahn...” Cerenia mendesah penuh kenikmatan.
“Bagaimana rasanya?”
“Niikmaat... sekali... aah! Hnn... penismu besar sekali... Roubert... hyaah...” jawab Cerenia sambil mendesah-desah erotis. Roubert sekilas menatap wajah Ryan, ia bisa melihat mata Ryan yang penuh kemarahan. Melihat hal itu, justru menimbulkan ide baru bagi Roubert; ia tiba-tiba menghentikan gerakannya sekali lagi sekaligus menarik penisnya keluar dari lubang pantat Cerenia.
“Rou... bert... kenapaa? Aku tidak tahan... kumohon... lanjutkanlah...” pinta Cerenia pelan.
“Apa yang kamu inginkan, Cerenia?” tanya Roubert sambil tersenyum menyeringai.
“Kumohon... mainkanlah pantatku lagi...” jawab Cerenia.
“Kamu menyukainya?” tanya Roubert; Cerenia mengangguk mengiyakan.
“Kalau begitu, ucapkanlah di hadapan kami berdua, siapa yang lebih hebat dari kami?”
“Nggh... tentu saja dirimu, Roubert...”
“Apa yang paling kamu inginkan dalam hidupmu?”
“Pe... penismu, Roubert... Aku amat menyukainya! Aku menginginkannya!” Cerenia mulai berceloteh tanpa sadar karena dilanda nafsunya yang mengejar kenikmatan itu.
“Katakanlah sekali lagi dihadapan Ryan, siapakah dirimu sekarang? Siapa yang kamu cintai?”
“A... aku... namaku Cerenia van Roosliefde, pengantin... Roubert...van der Aarkman... Aku hanya mencintaimu, Rou... bert... Seluruh jiwa dan ragaku... kuserahkan padamu... sepenuhnya milikmu...” ikrar Cerenia dihadapan Ryan.
Ryan hanya bisa mengepalkan tangannya dan menggeretakkan giginya dengan penuh kemarahan. Roubert sudah lebih dari cukup mempermainkan perasaannya dan rasa sakit setiap kali melihat adegan persetubuhan Cerenia dan Roubert ditambah dengan pengakuan dan ungkapan rasa cinta Cerenia pada Roubert terus menyayat dan membakar hatinya, layaknya perihnya luka yang diperciki dengan garam. Ryan sekuat tenaga berusaha untuk memberontak, namun hasilnya tetap saja sia-sia, ikatan tubuhnya yang begitu erat pada rantai itu, rasa ngilu yang menyengat di rusuknya langsung menahan gerakannya lebih lanjut. Apalagi tubuhnya serasa lemas seluruhnya tanpa tenaga setelah Cerenia sempat meniup wajahnya tadi. Tubuhnya sama sekali tidak mau bergerak dan ia hanya bisa terdiam lemas menyaksikan adegan itu.
“Percuma saja kamu memberontak, Ryan. Untuk apa? Lebih baik kamu menonton dan menikmati percintaan kami saja. Bukankah kamu juga menikmatinya?” ejek Roubert.
Ryan menggeram mendengar ejekan Roubert, namun memang itulah kenyataannya; fakta bahwa penis Ryan ikut menegang keras saat melihat adegan persetubuhan antara Roubert dan Cerenia tetap dapat dilihat dengan jelas. Cerenia menunduk dan wajahnya sedikit memerah saat melihat penis Ryan yang masih tertutup oleh celana jinsnya itu tampak mengacung, seolah selangkangan Ryan tampak membengkak. Roubert kembali mempermainkan Ryan sekaligus ingin menguji kesetiaan Cerenia.
“Dia begitu menginginkanmu, Cerenia. Apa kamu mau melayaninya?” tanya Roubert menguji Cerenia.
Ryan begitu terkejut dan terluka saat melihat Cerenia menggelengkan kepalanya.
“Tidak, aku tidak mau melayaninya lagi... aku sudah pernah melayaninya dulu... aku hanya ingin melayanimu sepenuh hatiku, Roubert...” ujar Cerenia.
“Kenapa? Bukankah dia adalah kekasihmu?” tanya Roubert.
“Aku... sudah bukan lagi Melissa, kekasihnya. Kini aku adalah Cerenia, pengantinmu, kekasih hatimu Roubert... hatiku... hati dan cinta kami berdua sepenuhnya untukmu...” jawab Cerenia menunjukkan kesetiaannya. Ryan sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, hatinya sudah terluka lebih dari yang bisa diungkapkan kata-kata saat mendengar ucapan dan sikap Cerenia yang seolah telah melupakan dan membuang dirinya itu.
“Sekarang... kumohon... masukkanlah kembali penismu, Roubert... Berilah aku kenikmatan lagi...” pinta Cerenia pelan sambil kembali menguakkan bongkahan pantatnya sehingga lubang pantatnya yang kini tampak membuka kecil terpampang jelas.
Roubert merangkul pinggang Cerenia dengan erat dan kembali menusukkan penisnya masuk sedalam mungkin ke lubang pantat Cerenia.
“Aah!! Aaaw...” Cerenia kembali mendesah saat merasakan lubang pantatnya yang kembali mekar dan menerima penis Roubert didalamnya.
Tidak seperti tadi, pantat Cerenia kini sudah basah dan lembab karena cairan cintanya dan persengamaannya barusan sehingga penis Roubert kini dengan mudahnya memasuki lubang pantat Cerenia. Roubert terus memompa penisnya itu dengan ritme yang jauh lebih cepat dari sebelumnya. Cerenia, yang sudah terbiasa dengan penis Roubert didalam pantatnya kini merasakan rasa nikmat sepenuhnya. Rasa agak sesak di pantatnya seolah menggelitik pusarnya. Roubert menggoyangkan pinggulnya sehingga penisnya ikut bergoyang didalam pantat Cerenia.
“Ahn! Aaa... Awh... Perutku... gelii...” Cerenia menggumam sejenak saat penis itu mengaduk pantatnya. Cerenia berusaha meresapi rasa nikmat itu sebaik mungkin. Sensasi kenikmatan anal sex yang baru pertama kali ia rasakan ini begitu berbeda dengan saat vaginanya dimasuki penis.
“Ya, bagus. Nikmatilah, Cerenia!”
“Hnngh...” Cerenia meringis dan mengejan, lubang pantat Cerenia seolah sedikit meremas batang penis Roubert saat ia mengejan dan memberi Roubert rasa nikmat tersendiri.
Roubert membalas gerakan pantat Cerenia dengan menekankan penisnya sedalam mungkin di pantat Cerenia, bahkan tubuh Cerenia kembali terdesak maju dan sekali lagi menggencet tubuh Ryan. Tak pelak, Ryan semakin terangsang karena gencetan tubuh lembut Cerenia itu di tubuhnya. Roubert lalu memompa penisnya dengan cepat menghujami lubang pantat Cerenia, akibatnya tubuh lembut dan empuk milik Cerenia tertekan-tekan dengan tubuh Ryan, sehingga Ryan dapat meresapi kelembutan tubuh Cerenia sepenuhnya; bahkan tubuh Ryan ikut terguncang-guncang bersamaan dengan guncangan tubuh Cerenia karena dipompa oleh Roubert.
“Ooohh... aah... aawwhhh!!” desahan yang keluar dari bibir Cerenia kian keras saat ia mulai merasakan gelombang rasa nikmat yang mengalir ke sekujur tubuhnya saat Roubert menghentak-hentakkan penisnya didalam pantatnya.
Roubert meraih vagina Cerenia, dirasakannya vagina Cerenia yang kian basah dan sedikit bergetar, Roubert sadar bahwa Cerenia sebentar lagi akan mencapai orgasmenya.
“R... Roubert... aku... aah...”
“Aku tahu... tidak apa-apa. Ayo, kamu boleh orgasme.” Ujar Roubert seolah mengetahui apa yang hendak dikatakan oleh Cerenia dan memberinya izin.
“Akh... aaaw... AAAH!! AA!!!” Tiba-tiba Cerenia melenguh keras dan tubuhnya menegang, menekan keras tubuh Ryan. Roubert bisa merasakan rasa hawa hangat dari selangkangan Cerenia dan memang, cairan cinta Cerenia kini menetes deras membasahi lantai kayu itu dan sebagian mengalir turun melalui pahanya. Selama beberapa saat, tubuh Cerenia menegang, sebelum akhirnya tubuh pengantin wanita itu melemas dan kehilangan tenaga. Cerenia pun menyandarkan tubuhnya pada Ryan, Ryan bisa mendengar dan merasakan hembusan nafas Cerenia yang tersengal-sengal kelelahan setelah orgasme itu.
“Belum selesai. Sekarang giliranku, Cerenia!” ujar Roubert sambil menarik keluar penisnya dari pantat Cerenia.
“Akh!” Cerenia merintih pelan saat ia merasa vaginanya dimasuki oleh penis Roubert.
“AAH! Akh! Aawh!” Cerenia menjerit keras saat Roubert memompa vaginanya dengan liar.
“S... stop...” tiba-tiba terdengar suara Ryan. Roubert melirik sejenak dan dilihatnya Ryan tampak bersusah payah untuk berontak dan berbicara.
“Hahaha... harus kuakui, aku kagum dengan semangatmu itu. Tapi sia-sia saja, kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Aku akan melakukan sesuatu pada Cerenia sehingga semua orang, termasuk dirimu, dapat melihat bukti nyata dari cinta kami.” tutur Roubert.
Ryan tampak bingung dengan perkataan Roubert itu, ia juga penasaran dengan apa yang ingin dilakukan Roubert pada Cerenia.
“Kamu belum mengerti? Lucu sekali, padahal kamu adalah kekasihnya sampai beberapa saat lalu. Kamu tidak tahu kondisi tubuh kekasihmu sendiri?” tanya Roubert. Ryan membelalak dan mulai menyadari maksud Roubert itu.
“Ya! Kalau belum jelas, akan kuberitahu; saat mempersiapkannya untuk ritual, Agatha menyadari bahwa kekasihmu, Melissa, sedang dalam masa suburnya. Aku juga berhasil memastikannya saat aku mempermainkan vaginanya saat ritual. Karena ritual itu tidak mempengaruhi kesuburan wanita, maka gejala biologis milik Melissa akan menurun pada tubuh Cerenia; jadi, apa kamu tahu apa yang akan terjadi kalau benih milikku dikeluarkan di dalam rahimnya saat ini?” tanya Roubert sambil tersenyum sinis.
“Ya, dia akan hamil dan menjadi seorang ibu untuk anak-anak kami nantinya. Saat ia melahirkan anak kami, anak itu akan menjadi bukti nyata cinta kami; hasil dari percintaan kami ini.” Lanjut Roubert.
Ryan menggeram keras penuh kemarahan yang kian meluap saat mendengar ucapan Roubert itu. Namun Roubert tampak tenang dan yakin, ia menghimpit dan menggencet tubuh Cerenia hingga Cerenia terjepit di hadapan kedua pria itu.
“Eergh... Aah...” Cerenia tampak meringis karena sesak akibat tubuhnya terhimpit apalagi penis Roubert yang membenam semakin dalam di vaginanya karena tubuhnya yang digencet itu memberi Cerenia rasa nikmat hingga ke dasar rahimnya.
DUKK... “Uargh!” Ryan meringis kesakitan saat Roubert mendaratkan tinjuan keras di rusuknya yang patah sekali lagi. Darah merah yang segar pun tampak muncrat dari mulut Ryan dan mengalir turun dari sela-sela bibirnya. Ryan menyadari bahwa ia sudah nyaris diambang batas kesadarannya. Sudah tidak mungkin baginya untuk berontak atau melakukan apapun untuk menyelamatkan Melissa.
“Kyah!” Cerenia menjerit saat Roubert menarik tubuhnya dengan kasar secara mendadak, menjauhi Ryan.
“Uups, maaf. Aku tidak ingin gaun putih bersih milik pengantinku ternoda oleh darah kotormu.” Hina Roubert.
“Nah, Cerenia. Bersediakah kamu menerima benih cintaku di dalam rahimmu?” tanya Roubert sambil memompa pelan vagina Cerenia.
“Aah... Ya... aku bersedia... Roubert. Tumpahkanlah semuanya kedalam tubuhku... Aah... ah...”
“Kamu dengar sendiri, Ryan? Sekarang, akan kukabulkan keinginannya!” ujar Roubert sambil mempercepat gerakan penisnya didalam tubuh Cerenia.
“Aah! Ah! Aw! Aah... aaa...” Cerenia menggelinjang liar seiring dengan gerakan Roubert yang kembali memompa vaginanya dengan kecepatan yang semakin kencang.
Suara tumbukan tubuh mereka terus bergema didalam telinga Ryan, sementara ekspresi wajah Cerenia yang erotis tampak membayang dihadapan pengelihatannya yang semakin kabur karena rasa sakit yang menyiksa rusuknya. Beberapa saat kemudian, nafas Roubert tampak semakin memburu dan wajahnya tampak mengrenyit keras. Baik Ryan maupun Cerenia menyadari bahwa Roubert sudah di ambang klimaksnya
“Eergh... Cereniaa... terimalah ini! Terimalah seluruh benih cintaku ini!!“ dengan diiringi oleh geraman keras, Roubert menekankan penisnya sedalam mungkin ke vagina Cerenia dan...
“Aaah!!! Aaa...” Cerenia mendongak keatas, bibirnya membuka lebar dan mengeluarkan desahan erotis saat merasakan semburan cairan hangat dari penis Roubert ke dalam dasar rahimnya.
Roubert tetap menahan penisnya di dalam vagina Cerenia hingga ia merasa seluruh spermanya telah dikeluarkan di dalam vagina pengantin wanitanya itu. Cerenia bisa merasakan penis Roubert yang tadinya menegang dan keras kini mulai menyusut dan lembek. Perlahan-lahan, Roubert pun mencabut penisnya dari kewanitaan Cerenia.
“Ah!” Cerenia tampak lunglai saat penis itu tercabut dari vaginanya, Cerenia pun ambruk dihadapan Ryan dan Roubert dengan nafas yang tersengal-sengal. Roubert tersenyum puas dan kembali berpakaian lengkap.
“Agatha!” seru Roubert memanggil wanita itu. Pintu kamar itu kembali dibuka dan Agatha tampak memasuki ruangan itu. Tak berbeda jauh dari Roubert, Agatha tampak tersenyum saat melihat Cerenia yang rebah kehabisan tenaga di lantai.
“Tolong bantu Cerenia untuk beristirahat dan rapikan penampilannya.” Perintah Roubert.
“Baik, Meester.” Jawab Agatha sambil membungkuk pelan.
Roubert kembali menghampiri Cerenia. Ia lalu membungkuk dan mengelus kepala Cerenia dengan pelan.
“Kamu benar-benar luar biasa, Sayangku. Aku senang kamu telah kembali lagi; kamu sekarang sepenuhnya adalah milikku, pengantin villa ini selamanya.” bisik Roubert di telinga Cerenia.
“Ya... Roubert... apa kamu mencintaiku?” tanya Cerenia pelan dengan raut wajah sedikit cemas.
“Ya, selamanya, pengantinku.” Jawab Roubert mantap.
“Aku mencintaimu sepenuh hatiku, Roubert...” ungkap Cerenia, mencurahkan seluruh perasaan cintanya pada pria itu sambil memeluk leher Roubert.
“Ya, aku tahu. Kamu sudah berulang kali mengatakannya. Aku juga, Cerenia. Aku mencintaimu.” Balas Roubert sambil sedikit menggoda Cerenia. Cerenia tampak sedikit tersipu malu mendengar ucapan itu.
“Nah, sekarang aku pergi dulu, sayang. Sampai nanti.” Ujar Roubert sambil mencium pipi pengantinnya itu. Roubert lalu bangkit dan mulai beranjak pergi.
“Maaf, Meester. Apa yang harus dilakukan pada pemuda ini?” tanya Agatha tiba-tiba sambil melirik kearah Ryan yang terikat tanpa daya di dinding itu.
“Cerenia, kuserahkan dia padamu. Lakukanlah apapun sesukamu padanya.” Ujar Roubert.
“Aku mengerti.” Cerenia menganggukkan kepalanya.
Roubert pun keluar dari kamar itu dan berjalan pergi. Sementara Cerenia dibantu oleh Agatha untuk merapikan penampilannya kembali.
“Selamat, Meisje Cerenia. Saya berharap anda berdua akan memiliki bayi yang lucu.” Harap Agatha.
“Masih lama... butuh 9 bulan lagi, Madame Agatha.” Ujar Cerenia sambil tersenyum dan memegangi perutnya.
“Jangan khawatir. Saya akan mengurus anda selama itu, Meisje Cerenia.”
“Terima Kasih, Madame.”
“Tapi... apa yang harus kita lakukan pada pemuda ini, Meisje Cerenia?” tanya Agatha sekali lagi pada Cerenia sambil menunjuk Ryan.
Cerenia tersentak seolah menyadari sesuatu saat ia melihat Ryan. Wajah Cerenia tampak menimbang-nimbang sejenak dan berpikir dalam-dalam. Wajahnya tampak amat serius namun semburat rasa sedih juga terpancar dari wajahnya itu.
“Madame Agatha... Bolehkah saya meminta sesuatu pada anda?” tanya Cerenia dengan sedikit ragu.
“Silahkan, apa saja. Meisje Cerenia, saya akan menuruti permintaan anda.” Jawab Agatha. Cerenia beranjak mendekati Agatha dan membisikkan sesuatu di telinga wanita tua itu. Mata Agatha tampak membelalak mendengar permintaan Cerenia itu.
“Anda... anda yakin, Meisje Cerenia?” tanya Agatha setengah tidak percaya.
“Ya, apakah boleh saya melakukannya?” tanya Cerenia agak ragu.
“Silahkan saja. Saya mengerti perasaan anda, dan lagi saya berjanji untuk menuruti semua permintaan anda. Saya akan membantu menjelaskan ini pada Meester Roubert.”
“Terima kasih... Madame Agatha...” ujar Cerenia. Ryan sayup-sayup mendengar suara Cerenia yang terdengar agak bergetar; ia juga melihat Cerenia perlahan-lahan berjalan mendekati tubuhnya.
Ryan bisa merasakan dagunya yang diraih oleh tangan Cerenia. Perlahan-lahan, Cerenia menegadahkan wajah Ryan yang sedikit tertunduk. Cerenia meraih dahi Ryan dan menekan dahi Ryan, seketika itu Ryan merasa sedikit tenaganya kembali dan rasa sakitnya sedikit mereda. Lidah Ryan terasa lemas, ia mulai bisa berbicara walaupun terpatah-patah.
“Maaf... Ryan... aku sudah... melukai dirimu... Aku tidak bisa menolak permintaan Roubert...” terucaplah sebuah permintaan maaf dari bibir Cerenia.
Ryan tersentak sejenak mendengar ucapan Cerenia itu, ia segera mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Cerenia. Ryan amat terkejut saat melihat air mata Cerenia berlinang keluar dari pelupuk matanya.
“Ce... bukan... Mel... lissa?” tanya Ryan setengah tidak percaya. Cerenia tidak menjawab, ia masih terisak.
“M... Mel?”
“Maafkan aku... Ryan... Aku bukan lagi Melissa yang kamu kenal...” tutur Cerenia sambil menggeleng.
“Bu... bukan... kamu... Mel...lissa...”
“Aku mengerti dengan perasaanmu, Ryan... Tapi kumohon... relakanlah aku... ” pinta Cerenia.
“T... ta... tapi...” ujar Ryan terbata-bata setengah tidak percaya.
“Tidak... aku sekarang adalah Cerenia. Kami berdua adalah satu dan sama... Aku tidak bisa kembali... bersamamu lagi... Kutukan ini membuatku pasrah pada Roubert. Aku tidak akan bisa melawannya...” tutur Cerenia sambil berlinang air mata. Wajahnya memancarkan kesedihan dan rasa perih yang amat dalam.
Ryan merasa trenyuh melihat ekspresi wajah penuh kesedihan itu. Sadarlah Ryan kalau tidak hanya dirinya yang terluka. Melissa pun pasti juga demikian; walaupun sudah diubah menjadi Cerenia, tentunya belahan hati Melissa di dalam Cerenia menjerit pilu saat ia harus melayani Roubert dihadapan Ryan sekaligus menyakiti hati Ryan hingga sedemikian rupa.
“Kumohon... mengertilah, Ryan... Aku sudah diubah menjadi pengantin Roubert... dan aku telah terikat selamanya dengannya oleh kutukan ini; dengan demikian masa hidupku pun kini ada di masa ini, di abad ini. Bukan lagi masa dimana kita dulu bersama...” jelas Cerenia sambil terus terisak sedih. Cerenia kembali ambruk terduduk di lantai, kedua telapak tangannya menutupi wajahnya dan ia terus menangis tersedu-sedu.
Melihat pemandangan itu, hati Agatha sedikit tergerak. Ia lalu berjalan mendatangi Ryan.
“Mengertilah, Meester. Meisje Cerenia hanya ingin agar anda bahagia.”
“Ta... tapi... dia...” tutur Ryan terbata-bata.
“Apa anda tahu apa yang diminta olehnya pada saya?” tanya Agatha.
“Meisje Cerenia meminta pada saya agar anda bisa diizinkan untuk kembali ke masa hidup anda yang sebenarnya. Ke masa depan...” tutur Agatha. Ryan tersentak mendengar ucapan Agatha itu.
“Ke... napa? Di... Dia... Mel...”
“Ia tidak mau melukai anda lagi. Apabila anda tinggal disini, saya yakin Meester Roubert akan kembali melakukan hal yang sama; mempermainkan anda seperti yang anda saksikan dan rasakan barusan. Apabila anda kembali ke masa anda, maka anda tidak akan bisa disakiti lagi.”
“Anda tidak mengerti? Meisje Cerenia melakukan ini demi kebaikan anda sendiri. Ya, walaupun tubuhnya sudah berubah, jiwa dan perasaannya sebagai Melissa pasti masih tersisa sebelum kutukan itu sempurna; ia masih mencintai anda, karena itulah ia ingin agar anda pulang dan melanjutkan hidup anda. Tidakkah anda sadar betapa terlukanya hati Meisje Cerenia dengan perbuatan Meester Roubert pada anda barusan?” Jelas Agatha.
“Ka... lau begitu... ke... kenapa dia...”
“Itulah kutukan ritual itu. Ia akan jatuh cinta hingga tergila-gila pada Meester Roubert apabila Meester Roubert ada disampingnya. Namun karena ia baru saja diubah, maka kutukan itu belum sempurna dan ia masih bisa mempertahankan rasa cintanya pada anda selama Meester Roubert tidak berada di dekatnya; walaupun hanya sebentar. Beberapa hari lagi, saat kutukan itu sudah sepenuhnya sempurna, ia akan benar-benar mencintai Meester Roubert sepenuhnya tanpa sedikitpun perasaan cinta pada anda.” Jawab Agatha menjelaskan perbuatan dan kejadian barusan; seolah sudah mengetahui pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Ryan.
“Mel... Kalau... be... gitu, Mel... ikutlah... denganku...” pinta Ryan pelan.
Agatha langsung kehilangan kesabarannya saat mendengar permintaan Ryan itu. PLAAK... ditamparnya pipi kanan Ryan dengan keras.
“Madame Agatha!” Cerenia menjerit saat melihat wanita itu menampar Ryan.
“Meisje Cerenia, anda terlalu baik bagi orang sepertinya!” seru Agatha marah.
“Tahukah anda!? Sekarang ini Meisje Cerenia telah menjadi bagian dari abad ini! Satu-satunya yang bisa kembali hanyalah anda seorang karena tubuh anda masih sama seperti waktu anda kembali!”
“M... mak...sudnya?” tanya Ryan agak kebingungan.
Agatha segera melepas rantai tangan kanan Ryan. Dicengkeramnya pergelangan tangan pemuda itu dengan keras dan diarahkannya tangan itu menuju dada kiri pemuda itu. Ryan bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Namun Agatha kembali menarik tangan Ryan itu dan menyentuhkannya ke bagian dada kirinya sendiri. Ryan tersentak kaget saat merasakan dada Agatha.
“Ti... tidak ada...”
“Ya, karena anda berasal dari masa mendatang, anda tidak akan merasakan detak jantung kami, orang-orang yang hidup di masa ini! Di masa anda, kami semua sudah meninggal seabad yang lalu!”
“L... lalu... Me... lissa?” Ryan tercengang saat menyadari arti perkataan Agatha itu.
“Maaf, Meisje Cerenia...” ujar Agatha sambil membopong tubuh Cerenia keatas. Disentuhkannya kembali tangan Ryan ke dada Cerenia, tepat di bagian jantung. Ryan semakin ketakutan dan khawatir saat ia tidak bisa merasakan denyut jantung Cerenia sama sekali. Walaupun tubuh mereka sempat terhimpit, Ryan sama sekali tidak menyadari bahwa detak jantung Cerenia tidak bisa ia rasakan. Baru kali inilah, dengan tangannya sendiri, Ryan menyadari bahwa jantung Cerenia tidak berdetak sama sekali.
“Anda masih mau melukainya lagi, setelah tahu bahwa ia tidak mungkin kembali ke dunia anda? Dengan mengajaknya pulang sama saja dengan memberinya harapan kosong dan ia akan terus merenung dan merindukan anda saat tinggal disini. Belum cukupkah rasa sakit dan luka di hati Meisje Cerenia?” bisik Agatha pelan di telinga Ryan dengan raut wajah marah bercampur kecewa. Ryan tercengang, itu berarti mereka akan terpisah selamanya saat ia kembali ke masanya sendirian.
“Inilah perbedaan antara kita sekarang, Ryan... Keberadaan kita pada masa yang berbeda... Aku tidak bisa lagi bersamamu...” tutur Cerenia pelan.
“Kalaupun kembali ke masa kita lagi, aku hanya akan langsung lenyap... Keberadaanku telah ditentukan dan tersimpan di masa ini...” lanjut Cerenia. Ryan menunduk, air matanya tak kuasa dibendung olehnya lagi saat menyadari bahwa ia dan Melissa harus berpisah selamanya.
“Madame Agatha...” pinta Cerenia sambil memberi isyarat pada Agatha. Agatha mengangguk. Ia segera melepaskan rantai tangan kiri Ryan sehingga Ryan terbebas dari belenggunya.
Tubuh Ryan tampak lunglai, ia terhuyung-huyung hendak ambruk; namun Cerenia segera menangkap tubuh Ryan dan memeluknya dengan erat.
“M... Mel...”
“Maafkan aku, Ryan... Kamu harus kembali, tapi kumohon mengertilah... aku tidak bisa kembali bersamamu lagi... Aku harus tinggal disini. Inilah masaku disinilah keberadaanku...”
“A... aku... Argh!” Ryan hendak berbicara, namun lukanya kembali menimbulkan rasa perih yang luar biasa.
“Jangan bicara lagi Ryan... Aku hanya menghentikan peradanganmu sementara...”
“M... Mel... K... kamu... cantik...” puji Ryan sambil berlinangan air mata saat melihat sosok kekasihnya itu yang begitu cantik dan feminin dengan balutan gaun pengantinnya itu. Andai saja Melissa mengenakan gaun itu untuknya, tak terbayang betapa bahagianya dirinya. Namun kenyataan berbicara lain; Melissa sudah terlanjur menjadi pengantin wanita orang lain yang tak mungkin ia miliki lagi. Cerenia sedikit terhenyak mendegar pujian Ryan itu, ia tersenyum lembut sambil membelai rambut Ryan.
“Akhirnya... kamu memujiku juga, Ryan...” ujar Cerenia bahagia.
“Kalau saja aku bisa membanggakan ini dihadapan Linda atau Felicia...” Cerenia tampak kembali terisak sedih.
“Maafkan saya, Meisje Cerenia. Tapi kita sudah harus segera mengembalikan Meester Ryan ke masanya; jangan sampai ia melewatkan waktu selama 6 jam di villa ini.” Tutur Agatha.
“Ya...” jawab Cerenia pelan sambil mengangguk tanda mengerti.
“6 Jam waktu berputar ke tanggal 6 November 1840, 6 jam masa yang terhabiskan di villa ini, dimana waktu akan terikat di masa depan... Dia sudah harus kembali, masih ada 20 menit lagi...” lanjut Agatha.
Cerenia menyadari waktunya amat terbatas, ia lalu berlutut sambil mendekap erat tubuh Ryan.
“Aku akan menyembuhkanmu, Ryan... Sebelum aku memulangkanmu ke masa kita.” Tutur Cerenia sambil mendekap erat tubuh Ryan. Ryan bisa merasakan kehangatan dan kelembutan tubuh Cerenia, aroma lili semerbak dari tubuh Cerenia, rasa halus dan lembut dari gaun pengantin Cerenia kini dapat ia rasakan dan resapi sepenuhnya. Perlahan-lahan, rasa sakit di tubuh Ryan mereda dan lenyap, namun anehnya Ryan merasa semakin lelah dan mengantuk.
“Kumohon... berbahagialah di masa hidupmu, Ryan. Aku berharap kamu akan menemukan pengganti diriku... Lupakanlah aku dan carilah wanita lain yang pantas bagimu.” Ujar Cerenia sambil berlinangan air mata. Air matanya yang bening menetes dan membasahi wajah Ryan. Ryan masih bisa melihat sekilas wajah Cerenia dan dari wajah Cerenia bisa terpancar jelas perasaannya yang begitu berat untuk melepas dan berpisah dengan Ryan selamanya. Ryan menghela nafasnya sejenak dan memantapkan hatinya...
“Tidak...” jawab Ryan.
“Eh?”
“Aku tidak akan melupakanmu, Melissa. Maafkan aku kalau aku sudah banyak menyakitimu.” ujar Ryan.
“Kamu tetap akan ada didalam hatiku, selamanya... walaupun kita harus terpisahkan oleh waktu, apapun yang telah terjadi padamu... Kamu tetap pacarku, Melissa.” lanjut Ryan dengan mantap, walaupun ia sendiri bisa merasakan kesadarannya yang kian buyar akibat rasa kantuk dan lelah yang melandanya.
“Terima Kasih, Ryan...” Cerenia kembali menyeka air matanya dengan penuh rasa haru dan sedih.
“Kamu juga, berbahagialah di masa hidupmu ini, Mel... Nek, tolong jaga dia...” pinta Ryan pada Agatha. Agatha mengangguk pelan, ia tampak menyeka airmatanya karena tak kuasa menahan rasa haru melihat perpisahan sepasang kekasih itu.
“Tenanglah, saya akan merawat Meisje Cerenia sebaik mungkin... dengan segenap jiwa saya.” Ujar Agatha. Ryan tersenyum lega, entah kenapa ia bisa merasa tenang melepaskan kekasihnya itu. Mungkin inilah saatnya ia harus merelakan kekasihnya itu untuk menjalani hidup mereka masing-masing; lagipula, sorot mata Agatha tampak penuh kesungguhan dan keseriusannya dalam merawat dan menjaga Cerenia untuk Ryan. Agatha lalu membisikkan sesuatu pada Cerenia, Cerenia tampak terkejut mendengar bisikan Agatha itu.
“Benarkah hal itu bisa terjadi? Madame Agatha?” tanya Cerenia penuh pengharapan.
“Ya, Meisje... ada kemungkinannya, namun anda harus memberitahunya dulu agar ia tidak terkejut apabila hal itu benar-benar terjadi.” jawab Agatha.
“Waktunya tak akan sempat, aku akan memberitahunya lewat ini...” Cerenia mengeluarkan sehelai kain putih seperti sapu tangan dan seolah membisikkan sesuatu pada kain itu.
“Ryan, bawalah ini... ini kenang-kenangan dariku untukmu...” Ujar Cerenia sambil menyelipkan kain putih itu di saku baju Ryan.
“Selamat Tinggal, Mel...”
“Ya, Selamat Tinggal, Ryan... jaga dirimu baik-baik...” tutur Cerenia pelan.
“Aku berjanji akan me... mu ... gi... ... ...” bibir Cerenia tampak mengucapkan sesuatu, namun pendengaran Ryan mulai samar-samar, ia tidak lagi bisa mendengar jelas perkataan Cerenia maupun suara-suara disekitarnya.
Entah apa yang dikatakan Cerenia, namun ia bisa samar-samar melihat Cerenia menunjuk ke saku baju Ryan dan menekannya, seolah memberi isyarat atas adanya sesuatu di kain putih yang diberikan olehnya. Ryan menatap mata biru safir Cerenia yang indah tampak memancarkan kesedihan yang mendalam, itulah pemandangan terakhir yang dilihat oleh Ryan sebelum ia menutup matanya, aroma bunga lili yang lembut semerbak dari tubuh Cerenia mengiringi Ryan menuju alam mimpi dan ia pun akhirnya tertidur lelap...
******************************
CUIIT... CUIITT... Terdengar suara kicau burung di telinga Ryan dan membangunkannya dari tidurnya. Entah sudah berapa lama Ryan tertidur lelap. Saat ia mulai sadar dan terbangun, ia bisa merasakan rasa hangat menerpa wajahnya dengan lembut, sementara angin semilir membelai permukaan wajahnya. Ryan merasakan cahaya matahari yang cerah di pelupuk matanya.
“Hngg... Aahh...” Ryan meluruskan badannya sejenak dan pelan-pelan membuka matanya. Ia bisa melihat langit biru yang cerah, matahari yang bersinar cerah dan awan yang berarakan di udara.
Ryan melihat sekelilingnya, kini ia sudah berada di samping mobil yang disewanya bersama Melissa. Ryan bangkit dan berusaha memahami keadaan sekitarnya. Ia menyadari bahwa panorama alam di sekitarnya adalah gunung tempat ia dan Melissa bertamasya.
“Hei, sudah bangun rupanya!” tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang menyapa Ryan. Ryan menoleh ke asal suara itu dan dilihatnya seorang pemuda sedang berdiri di hadapannya sambil menggendong beberapa potong kayu bakar.
“Bi... Billy? Lho? Kenapa kamu ada disini?” tanya Ryan keheranan saat melihat teman kuliahnya, Billy berada di sampingnya.
“Oi, oi, bukannya kamu yang mengajak kami ke sini? Katanya mau kemping? Kok kamu malah tidur? Dasar pemalas!” gerutu Billy.
“Kami?”
“Tuh, yang lain sudah pada pergi mencari kayu bakar untuk nanti malam! Cuma kamu saja yang ketiduran disini! Ayo cepat! Daripada nanti kita ditertawakan cewek-cewek gara-gara kamu!” lanjut Billy.
“Eh... eh... Bil... sekarang ini tahun berapa?” tanya Ryan sedikit cemas dan khawatir.
“Kelamaan tidur ya? Ini tahun 2010! Kamu menerawang sampai kemana waktu tidur?” ejek Billy.
Ryan beranjak bangkit dengan hati yang galau, benarkah semua yang ia alami dan rasakan beberapa saat lalu hanyalah mimpi? Ryan merogoh rusuknya, sama sekali tidak terasa sakit; seolah tidak pernah ada luka di tubuhnya itu.
“Ayo, cepat! Bantu aku sebentar!” pinta Billy sambil menyodorkan beberapa kayu bakar pada Ryan.
“Bil, kita kemping dengan siapa saja?” tanya Ryan.
“Duh, kamu kebentur batu atau apa, Ryan? Kamu sendiri yang mengajak aku dan Ferry; katanya disuruh bawa pacar masing-masing untuk kemping weekend!” jelas Billy.
“Jadi, Linda dengan Felicia juga ikut?”
“Yaa ampun... ingatnya pacar orang lain, pacar sendiri dilupakan!”
“Pacar? pacarku? Melissa! Dia ada disini?!” tanya Ryan tidak percaya.
“Hoi, sejak kapan kamu selingkuh?! Dasar playboy! Siapa tuh Melissa? Pacar barumu?” goda Billy sambil menyikut Ryan.
“Eh?” tanya Ryan heran, siapakah “pacar” yang dimaksud oleh Billy? Bukankah pacarnya seharusnya adalah Melissa, dan bukankah Melissa telah berada di masa lampau? Lalu, apa yang terjadi padanya di masa ini?
“Ooi...” Lamunan Ryan terbuyarkan oleh seruan Billy tampak melambaikan tangannya kearah sekelompok pemuda-pemudi yang sedang berkumpul di sebuah perkemahan. Ryan melihat dua temannya yang lain, Linda, bersama Ferry sedang menyiapkan tenda.
“Lama banget, Bil! Kita sudah keburu mau masak!” gerutu Linda.
“Iya, iya! Nih, si Ryan lagi tidur sampai mengigau parah, masak pacarnya dilupakan!” goda Billy sambil menyikut rusuk Ryan.
“Yaah, dasar pemalas!” timpal Ferry. Ryan masih tampak melongo, ia sekarang bingung membedakan apa yang terjadi; antara kenyataan dan mimpi. Bukankah tadinya ia hanya pergi ke gunung itu bersama Melissa? Lalu apa yang dilakukan oleh teman-teman kuliahnya disini? Sejak kapan ia mengajak mereka kemping bersama?
“Heei, kayunya sudah datang belum?” tiba-tiba terdengar suara dari dalam salah satu tenda itu, kain tenda itu disibakkan dan keluarlah seorang gadis muda berambut panjang. Ryan mengenali gadis itu sebagai Felicia, pacar Billy.
“Sudah nih, Sayang!” jawab Billy sambil meletakkan potongan kayu bakar itu.
“Waah, syukur deh! Sudah lapar banget nih!” gumam Felicia. Felicia lalu kembali masuk ke tendanya.
“Hei, kayunya sudah ada tuh! Ayo, buruan!” ujar Felicia memanggil seseorang dari dalam tenda itu.
“Huuh untunglah! Aku kira kita bakal kelaparan malam ini!” terdengar gerutuan seorang gadis dari dalam tenda itu. Ryan tersentak terkejut. Rasa-rasanya ia mengenali suara itu...
Kain tenda itu kembali terbuka dan keluarlah sesosok tubuh seorang gadis yang membawa sekeranjang jagung yang telah dikupas. Ryan benar-benar terkejut setengah mati saat melihat wajah gadis itu yang tak asing lagi di ingatannya. Ya, gadis itu tak lain adalah Melissa; dengan tubuh yang sama persis dengan saat sebelum ia menjalani ritual itu, namun rambutnya tidak lagi pendek, melainkan hitam panjang sebahu dan dihias dengan bando putih.
“M... Mel?! Melissa?!! Kamu... kenapa masih di sini?!” seru Ryan setengah tidak percaya. Para pemuda-pemudi itu tampak bingung dan keheranan saat Ryan memanggil nama “Melissa” itu.
“Hee? Ryan? Kamu panggil siapa tuh?” tanya Felicia heran.
“Tuh kan? Dia mengigau lagi! Oii, Lii...lyy! Si Ryan punya selingkuhan tuh! Sampai kebawa mimpi!” Goda Billy.
“Iya nih! Dari tadi melongo saja melulu! Kebanyakan tidur, mimpiin si Melissa kali!” canda Linda.
“Heeh? Kamu mimpi apa sih Ryan? Siapa itu Melissa?!” tanya gadis yang dipanggil Lily itu dihadapan Ryan sambil berkacak pinggang.
“E... eh... kamu...” ujar Ryan bingung sambil menunjuk ke arah Lily.
“Bil, tadi dia terhantam apa sih? Kok jadinya linglung begini?” tanya Lily heran.
“Tahu, demam kali, ya?” tanya Billy.
“Ta... tapi... kamu kan Mel... Melissa...”
“Sejak kapan aku berganti nama, heeh? Dasar! Namaku Lily tahu! Li... ly!! Bukan Melissa!!” tegas Lily.
“Nama pacar sendiri saja sampai lupa, dasar si Ryan!” imbuh Felicia.
“Li... Lily?” Ryan tampak kebingungan.
“Duh! Ampun deh! Sudah sana! Kamu istirahat saja, mungkin kamu kebanyakan bergadang!” omel Lily.
Ryan terkesima sesaat, apakah gadis ini bukan Melissa? Bagaimana mungkin? Selain rambut panjang sebahunya yang menggantikan rambut pendek Melissa, tubuh dan suara Lily sama persis dengan tubuh dan suara Melissa sebelum berubah menjadi Cerenia; dan lagi watak dan sifat mereka sama persis! Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ryan semakin tenggelam dalam pemikirannya. Apakah ini adalah kenyataan atau hanya mimpi? Tiba-tiba, Ryan mencium aroma bunga lili dari saku bajunya. Ryan terpana saat mengingat bahwa wangi itu adalah wangi tubuh Cerenia. Ryan segera merogoh sakunya, ia menemukan sehelai saputangan wanita dari sutra putih yang memancarkan aroma wangi itu. Ryan sadar, bahwa yang semua dialaminya di villa itu adalah nyata saat melihat saputangan itu. Ryan melihat seperti ada noda di saputangan putih itu. Karena penasaran, ia pun membentangkan dan memperhatikan sapu tangan dengan seksama, rupanya noda itu adalah sebuah tulisan kecil yang bertuliskan...
“Vaarwell... Tot ziens, Ryan. Aku pasti akan menemuimu lagi... walaupun harus mengarungi waktu...” demikianlah tulisan itu tertera di saputangan itu.
Saat membaca tulisan “Aku pasti akan menemuimu lagi walaupun harus mengarungi waktu” itu, seketika itu pula Ryan memahami apa yang telah terjadi. Ya! Karena keberadaan Melissa telah berpindah mundur ke tahun 1840, maka wajar saja apabila tidak ada orang yang mengenal nama “Melissa” di masa ini karena alur sejarah telah sedikit berubah dengan keberadaan Melissa di masa lalu. Tentunya Lily telah menggantikan keberadaan Melissa dan ini pula yang menjelaskan mengapa peristiwa yang terjadi sekarang berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya; mengapa ada teman-teman Ryan dalam masa saat ia kembali dan situasi yang telah jauh berubah dengan tergantikannya keberadaan dan posisi Melissa oleh Lily sebagai pacar Ryan. Ryan pun akhirnya menyadari arti dari keberadaan Lily, itulah penepatan janji Melissa untuk kembali bersamanya, setelah beberapa dekade yang memisahkan mereka. Pastilah Lily merupakan inkarnasi dari Melissa; guna menepati janjinya seperti yang telah tertulis di saputangan itu. Ryan tersenyum penuh kebahagiaan saat melihat janji Cerenia yang tertulis di saputangan itu. Saat ini yang ada dihadapannya adalah kenyataan, Melissa telah berhasil menepati janjinya, ia kini kembali sebagai gadis yang bernama Lily!
“Hayoo, sapu tangan siapa itu?! Punya si Melissa itu, ya?!” tiba-tiba terdengar suara wanita yang membuyarkan lamunan Ryan.
“Eergh...” Ryan mengerang saat telinganya tiba-tiba dijewer keras dari belakang.
“Kamu beneran selingkuh ya? Heh?!” terdengar suara Lily dari belakang.
“Li... Lily?” Ryan menoleh dan dilihatnya wajah yang telah lama ia rindukan itu, wajah manis gadis itu tampak merengut kesal dengan sorot mata yang tajam penuh kecurigaan.
“Akhirnya sadar juga deh! Kukira kamu kebentur batu atau demam sampai amnesia! Masak lupa dengan nama pacarmu sendiri.” ujar Lily.
“Nah, sekarang jelasin padaku, itu sapu tangan cewek yang mana, Bung Playboy?” lanjut Lily sambil menguatkan jewerannya di telinga Ryan.
“Egh! Bu... bukan...aku... saputangan ini punyamu...” tutur Ryan sambil menahan rasa sakit di telinganya.
“Eh?”
“Iya... Aku mau memberikannya untukmu...” jelas Ryan.
“Yang benar?”
“Iya... anggap saja aku mengembalikannya padamu.” Ujar Ryan. Lily mengrenyitkan dahinya sedikit kebingungan. Namun ia tetap mengambil saputangan itu dari tangan Ryan.
“Lhoo... kenapa ada tulisanku disini?” tanya Lily bingung saat melihat tulisan Cerenia. Ryan hanya tersenyum karena mengetahui fakta dari asal-usul saputangan itu.
“Kan sudah kubilang, sapu tangan itu punyamu.” Jawab Ryan.
“Huuh, dasar aneh! Ya sudah, sapu tangan ini kuterima! Tapi kamu beneran nggak selingkuh kan?” tanya Lily sambil mendelik ke mata Ryan.
“Iya... sumpah! Buat apa aku cari pacar lagi? Pacarku saja sudah manis begini!” bujuk Ryan. Lily menatap tajam sorot mata Ryan, entah kenapa ia bisa merasakan bahwa Ryan tidak berbohong dan ada perasaan sayang dari sorot mata Ryan itu. Lily pun melepas jewerannya sambil tersenyum.
“Ya sudah, asal kamu nggak bohong. Aku nggak marah...” Ujar Lily.
“Nah, ayo! Kita mau pesta jagung bakar! Tolong bantu kami, ya!” lanjut Lily sambil tersenyum manis dan mengulurkan tangannya. Ryan melihat wajah Lily; ya, itulah senyum manis yang telah membuatnya jatuh hati pada Melissa, senyum itu sama persis dengan senyum Lily saat ini. Ya, Melissa telah hidup kembali sebagai Lily untuk menepati janjinya! Tak kuasa menahan gejolak emosinya, Ryan segera meraih uluran tangan Lily dan menariknya kearah tubuhnya.
“Kyah!” Lily menjerit saat tubuhnya bertubrukan dengan tubuh Ryan. Ryan segera mendekap Lily sekuat mungkin, seolah tidak rela melepaskannya lagi.
“Ah! Hei, Ryan! Apa-apaan sih?!” protes Lily.
“Maaf, tapi bolehkah aku seperti ini sementara waktu?” pinta Ryan dengan suara yang bergetar menahan haru. Ia masih belum percaya bahwa kekasihnya itu masih bersamanya dan mereka tidak lagi terpisah; perpisahannya dengan Melissa seolah hanya mimpi semata. Ryan tidak peduli lagi dengan apa yang telah terjadi. Ryan mendekap erat tubuh Lily; ia bisa merasakan detak jantung Lily dengan amat nyata, bukti bahwa mereka hidup di masa yang sama. Lily sendiri bisa merasakan bahwa Ryan sedang tertekan dan terkejut. Lily pun sedikit tersenyum, ia seolah bisa merasakan dan mengerti akan keadaan hati Ryan yang galau dan berusaha menghiburnya sebisa mungkin.
“Kamu aneh deh, Ryan! Sebenarnya kamu kenapa sih? Ya sudah, kamu boleh memelukku sampai kamu baikan. Tapi jangan kelamaan, ya? Awas lho, kalau semua jagungnya keburu disantap mereka...” ujar Lily setengah bercanda sambil mengelus punggung Ryan untuk menenangkan pemuda itu.
“Terima kasih, Lily...” ujar Ryan pelan.
Ryan kembali menitikkan air mata, namun air matanya bukanlah air mata kesedihan lagi, namun air mata bahagia yang mengalir turun dari pipinya. Ryan tahu, bahwa ini adalah kenyataan indah yang telah menghapuskan mimpi buruk akan kehilangan kekasihnya untuk selamanya itu. Baginya, keberadaan Lily sudah lebih dari cukup untuk menghapuskan luka hatinya dan sebagai bukti nyata bahwa Melissa telah kembali padanya.
“Mimpi buruk itu telah berlalu... “ bisik Ryan pelan.
“Dan walaupun saat ini adalah sebuah mimpi, kumohon, jangan bangunkan aku...” lanjutnya.
TAMAT
By: Seks Cewek Pengantin
--------------------------------
31 komentar
endingnya gua suka…
it’s all ’bout love…
Bagus banget ceritanya.
happy ending niy suit suittt
waaaaaaaaaaaaaaaapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
biar di bilang alay gak urus,…
seks nya juga bagus..
mantabss dah…
Gw mpe terharu
Hebat nih pngarangnya
I’m speechless…
with this kind of stories, KBB indeed already step up to next level…
Bravo
kalo bisa,bikin lagi serial baru yang lebih seru,bos!!!!
sukses y bro utk ceritanya
Kombinasi Insanity + weird Romance….
Baru sekali gw baca kbb sampe’ Mellow gini…
All thumbs up !!!!
great!!!
Happy ending, beautiful romance. Adegan sex nya jg menegangkan yg lain.
Bravoo
pas baca bagian awal yang bawah yang basah, pas bgian bagib kkhir jadi terharu baca cerita nya