Jimmy aka. Jamil |
Pertama-tama aku ingin memperkenalkan diri dulu, namaku Jimmy, sebenarnya ini adalah nama bekenku setelah bekerja di ibukota, aslinya sih ketika ibuku melahirkanku 29 tahun yang lalu aku diberi nama Jamil bin Sanusi. Walau hanya bermodalkan tampang di bawah standar, bahkan beberapa orang ada yang bilang aku mirip Kangen Band (entah ini pujian atau ejekan, tergantung anda memandangnya) namun nasib mengantarku pada surga kenikmatan yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Kemampuanku dalam memuaskan wanita memungkinkanku sudah pernah bersetubuh dengan beberapa wanita cantik yang tidak tanggung-tanggung adalah artis terkenal tanah air dan yang lebih hebohnya lagi mereka adalah kakak adik. Yang pertama adalah majikanku sendiri, Soraya Haque atau yang biasa kupanggil Bu Aya, mantan peragawati dan pemain sinetron Indonesia; adik bungsunya, Shanaz Haque, yang kini lebih dikenal sebagai aktivis sosial dan presenter yang wajahnya banyak menghiasi televisi; serta yang terakhir dan paling seru adalah Marisa Haque, artis yang kini menjadi politisi dari sebuah partai politik berlambang Ka’abah. Berawal dari masuknya aku ke rumah Bu Aya melalui perkenalan pamanku yang adalah sopir sebelumnya, ia ingin pulang kampung setelah kematian istrinya sehingga ia merekomendasikanku pada majikannya. Petualangan seksku dengan mereka bermula dari bekerja di rumah Bu Aya, yang kesepian ditinggal suaminya yang banyak kesibukan di luar rumah. Dia lah yang memintaku melayani hasratnya dan sejak itu akupun patuh menjadi budak nafsunya. Aku pun tidak merasa kesulitan menjaga sikap di depan umum sebagaimana sopir pada umumnya. Sementara Bu Icha (panggilan akrab Marisa) dikenalkan oleh Bu Aya padaku dengan tujuan ‘menghibur’nya. Diceritakan Bu Aya bahwa kakaknya itu sedang mengalami stress ringan karena belum adanya kepastian dari pemerintah masalah penunjukannya sebagai anggota DPR. Ditambah isu suaminya juga digosipkan CLBK dengan mantannya. Nah....saat itulah Bu Aya, yang sudah sehari-hari memakai jasaku untuk memuaskan dahaga biologisnya, mengenalkanya padaku. Setelah kami bertiga ngobrol ngobrol beberapa saat, Bu Aya meninggalkan kami berdua di kamar hotel. Mula-mula Bu Icha terlihat canggung saat berduaan denganku kamar tersebut. Namun aku amat bernafsu dan penasaran dengan kecantikan wajah dan body nya yang semok itu. Dengan nekad saja kuperkosa dia dengan sedikit paksaan. Mulanya sih ia meronta ronta ketakutan. Tetapi setelah penisku kubenamkan dalam kemaluanya dan kupacu tubuhnya, lama kelamaan rontaan itu berganti dengan jeritan dan desahan desahan. Marisa pun tidak bisa lagi menahan birahinya dan mulai menikmati pemekosaan itu.
Shanaz Haque |
Aku memasuki kamar hotel yang telah di booking sebelumnya oleh Bu Aya. Saat itu siang jam 12.30. Badanku menghempas dan telentang di kasur empuk itu. Telanjang sudah, tanpa CD dan tanpa selimut. Kubiarkan dinginnya ac menerpa seluruh pori-pori kulitku karena sebentar lagi aku akan bekerja keras melayani birahi para wanita yang haus belaian itu, yang kuimpikan sejak Bu Aya mengatakannya. Betapa beruntungnya aku dapat merasakan nikmatnya vagina para artis setengah baya yang haus belaian seksual laki laki lain. Di usia mereka yang matang itu seolah aku adalah oase tempat mereka melepas dahaga biologis mereka yang telah bertahun tahun tidak terpuaskan akibat jenuhnya hubungan mereka dengan suami suami mereka. Ting tooong, bel pintu berbunyi. Aku melompat ke arah pintu dan langsung mengintip melalui lubang kecil di sana. Wah…wah, ternyata yang datang lebih dulu adalah Bu Ichaa, perempuan dewasa bertubuh sintal dan berdada montok ini sungguh menggairahkan. Berpakaian gaun lebar motif garis dicampur abstrak berwarna dasar hijau putih hitam sepanjang lengan, mempertontonkan putihnya kulit dan kemontokan buah dadanya tak mampu sembunyi dibalik baju feminim itu. Berbeda dengan penampilannya sehari hari yang selalu berpakaian terutup dan mengenakan kerudung, penampilannya yang tanpa kerudung ini membuatnya seperti penampilannya waktu masih berkecimpung di dunia hiburan tahun 90an dulu. Uuuh, liurku sampai menetes melihat penampilan seksinya, terusan berkancing depan dengan dada rendah itu seperti memacu adrenalin kelelakianku untuk tak sabar menunggu tanganku yang membuka pintu. Dan begitu ia masuk, aku cepat menutup pintu dan dengan gerakan yang ia tak sangka-sangka, kudekap dari belakang. Langsung menyingkap gaunnya. Tangan kananku mendekap erat pinggangnya dari belakang, yang kiri menyingkap bawahan gaun itu dan langsung menyambar vaginanya yang masih tertutup oleh celana dalamnya, lalu kuusap usap dengan kasar hingga pemiliknya gelagapan seperti tak siap. Begitu wajah manisnya sedikit menoleh ke belakang, langsung kuterkam bibir sensualnya. Keciplak-nya pun jadi memicu birahi untuk segera menikmati ibu cantik nan anggun ini.
Marissa Haque |
“Hehehe…sudah basah ya, Tante? Cepat banget basahnya?” itu kata-kataku yang baru pertama keluar sejak ia memasuki pintu kamar, aku memang memanggilnya tante pada Bu Icha. Ia yang minta begitu utk membedakan panggilannya dengan majikanku, Bu Aya. Aku juga senang, karena menurutku, kata tante mengandung konotasi binal dan bukannya mengeluh atas perlakuanku, ia malah semakin gila, meraih penisku dengan tangannya lalu menuntunnya ke lubang senggamanya dan edan!!!! Beliau sekarang menggesek-gesekkan kepala penisku di pintu vaginanya yang sudah siap coblos itu.
“Hssshhhh..say…dari tadi juga tante basaaah mikirin kamu, ayyooohh aahhh, punyaku minta dimasukin segeraa aaahh!!!!” jeritnya sambil mendesah-desah mengiringi tarian kepala penisku yang masih saja hanya sekedar menggelitik klitoris di atas bibir vaginanya yang telah basah itu.
Aku pura pura tidak mengacuhkannya, hingga Bu Icha makin gemas melihat tingkahku.
“Kamu jahat! Cepat entoti aku! Kalau tidak, awas ya. Akan kudekap pinggangmu dengan kedua kakiku yang melingkar ini, laki-laki kurang ajar, kalau kamu terus mengucel itilku begini, aku bisa keluar duluan" ujarnya kalap dengan nafas tak beraturan, ucapan yang tidak akan pernah di dengar dalam kesehariannya.
Kurasa vaginanya sudah gatal dan minta dimasuki oleh penisku. Lengkap sudah pemandangan penuh sensasi ini, Marissa Haque, sang politisi mantan artis itu- kini seperti tante girang yang binal, mengemis untuk segera kusetubuhi, tak peduli terusan hijau garis, panjang dan berenda itu masih melekat di badannya, bahkan sepatu putih berhak tinggi itu belum terlepas dari kedua kakinya. Kedua betisnya terpegang tanganku kiri kanan, pahanya otomatis membuka lebar celah pangkal dimana barang nikmat berbulu lebat itu merekah dan betul-betul siap menerima sang tamu besar nan panjang yang hampir setiap hari selama minggu ini mengunjunginya dengan teratur. Segera saja aku menyudahi permainan kepala penisku yang menggesek dan menggelitik bibir memeknya, kupasang tepat menempel di mulut liangnya dan dengan penuh tenaga, sekali dorong kuhabiskan membenamkannya amblas hingga tak tersisa.
“Oooooohhhhhhh!!!! Yessssss!!!! Aaaaahhhh!!” jerit wanita setengah baya itu dengan keras pula, seolah melepas ketidaksabarannya menanti.
Penisku mentok membentur dasar liang vagina yang telah pernah dua kali dilalui jabang bayi itu. Tetap nikmat dan menjepit, senut-senut di dalam sana, aku menarik hingga kira-kira setengah. Uuuffff….nnggg... bibir bawah Bu Icha mengepit keras, seiring denyut vaginanya yang seakan menyedot kembali batang penisku yang hendak lanjut keluar.
“Masukin lagi...terus genjoooott saaaayyyaaangg..aaaahhhh!!” desahnya saat aku menunggu sejenak sambil memandangi tubuh bongsornya ini.
Tanganku meraih buah dada yang sedari tadi menganggur di sela belahan depan gaunnya yang terkoyak.
“Remeeesss susu tanteeee…ooohhhh…jangan berhentiiii ohhhhh...." jeritnya keras..
“Tante, Bu Aya mana? Mbak Shanaz juga…kok belum dateng juga nih? Kalau main empatan kan lebih sip” aku bertanya sambil menghentikan gerakan turun naik di atas pangkal pahanya, membuat Bu Icha cukup senewen.
“Ayo goyang dulu saay…mungkin ada perlu dulu, tar juga dateng..uuufff tanggungg niiiihh!!”
Ia mencoba menggoyang pinggulnya ke samping. Mungkin berharap aku akan terpengaruh dan lanjut menggenjot atas bawah. Tapi kudiamkan saja, sengaja kupermainkan kenikmatan yang dialaminya.
“Ooouuhhh, jahaaatt kamuuuhhh!” ia menampar dadaku pelan, menunjukkan kekesalannya karena tak mampu menaikkan pinggulnya untuk memasukkan penisku yang hanya menancap sampai kepala. Tentu ia tak mampu, tubuhnya terlalu berat untuk mengangkat dengan posisi begitu.
“OK, sayang! Huuuh…Tante ceritain lebih banyak tentang majikan kamu itu deh, tapi please, goyang dooong, Tante ngga tahan kalau kamu diam begitu!” mohonnya dengan gaya binal.
“Hhhmm….deal! Akan saya goyang perlahan dan tante cerita” aku makin penasaran dengan majikanku Bu Aya itu.
“Sebenarnyaaaa .....Si Aya itu gatelan saaayyy….hhhhhh yesss..ooouuuhhhhh”
“Mbak Shanaz…iya katanyaaah….koq dia gak dattaangg?”
“Dia bilaaangg masssiihhh bannyyaak kerjaaaannn” jawabnya terputus-putus sambil mendesah
“Jaddii kapaann ???…. Apa gak rissih dia nyaaa??? aku bertanya
”ooouuhhh..ssshhh risiiih jugaaahhh!!”
Aku berhenti sejenak sampai ia merengek minta diteruskan.
“hhhhh…makanyaaahhh bertahaaapp..ooouuhh goyang saaayyy ooouuff”
“bertahap gimana tante?” aku diam lagi
“hhhh..jangan berhenti ddoooong, ssshhh maksuudnyaahh kita main duluan, nantiih si Aya pasti dateng setelah kita main setengah ronde, kayanya dah beres kerjaannya…hhhhh yaaah ooh yaaahhh ooohhh yaaahhh!”
“Maksudnya hhhh Bu Aya gabung belakangan gituuuhhh? Aaahhh!” tanyaku sambil menghujamkan penis dalam-dalam
“iyaaahh saayyy...tunggu mungkin setengah jam lagi, dia pasti datang langsung gabuuungg…sssshhhh...mungkin Shanaz juga!”
“Kenaaapaah..nggaa seekaaaliiiaan ajaahh langsuuung gituuhh?” kupercepat genjotan akibat membayangkan bagaimana nanti aku bermain dengan tiga wanita jelita ini.
“Tantee siiih mauuhh ajaaahh..taaapiii si mereka kan emang banyak kegiatan, oouuhhh genjoot lebih keras lagiiihhh dong…ooohhh..yesss..tante ntarrr lagiiihh niihhh” desah Bu Icha terengah-engah mencoba mengimbangi hempasan di pangkal pahanya.
Sebentar lagi ia rupanya akan orgasme. Aku sudah tahu benar gelagat perempuan paruh baya dan kelaminnya saat mereka menjelang orgasme. Kucoba mengatur permainanku agar ia lebih lama lagi. Aku memperlambat gerakan dan menjulurkan lenganku ke balik punggungnya, langsung memeluk dan mencium, dengan mesra.
“Jangan keluar dulu tante, saya mau tante lebih lama karena hari ini tante kelihatan cantik sekali”, aku mencoba merayu untuk mengalihkan perhatiannya.
“ouuuufff….kamuuhh bilang..tantee cantiiik? Hhhh…aaaauuuhhh..cantik mana sama oouuhhh adik saya, majikan kamu? uuuuhhhh.. Hooohhhh..ssshhhhh”
“Sama-sama cantik tante, kan saudara namanya juga asalnya cantik ya semua cantik….saya suka sekali penampilan dan tingkah tante seperti ini, liar banget”
“Bisaa ajaaah kamuuuhh saaayy..oouuhhh nikmatnyaah goyangan kamuuuuhhh..tante bisa gilaa kalau nggak main sehari aja sama kamu..oooouuhhh..yesss..yesss..yesss,..”
Aku berhasil juga membuatnya bertahan lebih lama dengan gaya yang romantis itu tadi yang tentu saja mengalihkan perhatian dan membuat ia GR dengan pujian-pujianku. Saat ini aku memang ingin kami mencapai klimaks bersama-sama oleh sebab itulah saat penisku merasakan gejala klimaks di dinding vagina Bu Icha, aku langsung berhenti bergoyang. Hasilnya, sudah 30 menit permainan, ia belum keluar juga, aku pun berusaha untuk mencapai klimaks yang segera. Setiap gesekan dinding penisku dan vaginanya, sangat kuresapi sehingga beberapa saat setelah kira-kira 45 menit persetubuhan itu berjalan aku mulai merasakannya.
“oooouuuhhh..tanteeeeehhh…keluar sama-sama yuuukk!!” desahku
“uuuuhhh..yesss..ayo sayaaaangg..tanteeeh juga sudaaah nggaaaa sangguuup lagiiiiihh oouuuhhhh…ooohhh..yessss..yesss..yesss..yesss…aaaa u uuhhh….nikmaaatnyaaaahhh oou uuhhhh….hhhh.... yes!!! Tekan sayang, tekan sayaaaang”.desahannya berubah jeritan, aku juga semakin mempercepat naik turun, kini menghempas keras pinggang kami.
“Yes tante! Tante! Tante! Tante! Ooouuuhhhh…..goyang dong sayang oouuhh!!!”
“Peeeluukkk tanteeehhh aaaoouuuhhh..sayaaang peluk tante, peluk tante oouuhhhh!!” erangan kami sahut menyahut memenuhi kamar hotel ini.
Akhirnya ia mencapai klimaks juga, dari dalam sana, dari lubuk rahimnya, keluar cairan hangat menerpa kepala penisku.
“oooouuuhhh..yeeess..tante, tanteeeeeee oooooohhhhhhh!!!!” aku juga menyusulnya ke puncak beberapa detik setelah ia orgasme.
1,2,3,4,6,7,9,12…15 kali semburan spermaku di dalam liang vaginanya. Penuh! Sampai menyembur beberapa tetes keluar dari kemaluan Bu Icha. Lama kami saling mendekap erat sekali, aku menindih sambil memeluk kuat tubuh bagian atasnya, benar-benar lezat tubuh artis paruh baya ini, kedua payudaranya tergencet dadaku. Bibirnya kubekap dengan bibirku, kusedot lidahnya, kutelan liurnya hampir tak bersisa. Bu Icha juga dengan antusias merespon lidahku yang liar. Luar biasa permainan ini!
“mhhhh….nikmatnya saaay….tante puas sekali!”
“Saya juga tante, tante tadi hebat!” pujiku
“hebat gimana say?”
“bisa lama begitu, saya puas sekali!”
“Ah, itu karena kamu yang ngajari tante. Mulanya sejak tadi tante sudah hampir sampai tapi karena kamu ajak ngobrol jadi tante bisa bertahan lama” katanya tersenyum
“Pokoknya tante luar biasa, nanti kalau main berempat tante juga harus mengatur biar bisa lama seperti tadi” aku meminta dengan penuh harap
“Akan tante coba, tapi biasanya tante ngga bisa kontrol, kalau sudah terasa geli sedikit aja, pasti tante langsung genjot terus keluar deh” akunya polos.
Kucium pipinya dengan mesra, Bu Icha membalas sampai beberapa menit setelah itu ia minta istirahat dulu karena seharian tadi ia sudah kerja keras. Kubiarkan ia tertidur disamping aku yang melamun membayangkan bagaimana rasanya besok kami (aku, Bu Aya, Bu Icha, dan Mbak Shanaz) akan menikmati main bertiga untuk yang pertama kalinya. Kubayangkan bagaimana aku, yang hanya sopir ini, akan melayani dan dilayani tiga perempuan cantik bersaudara yang adalah artis-artis top tanah air. Gara-gara keasikan melamunkan bayangan vulgar itu, aku jadi tegang lagi. Sejam saja sejak orgasme tadi, aku kembali meminta jatah dari Bu Icha. Malah kali ini kubiarkan ia terlelap dan dengan hati-hati kumiringkan badannya dan menekuk satu kakinya ke depan. Dengan hati-hati setelah menempatkan diri berjongkok di belakang pantatnya yang semok itu, aku menempelkan kemaluanku tepat di bibir vaginanya yang masih saja basah akibat tumpahan cairan kelamin kami tadi. Blesss!!! Sekali dorong, langsung tertembus. Pemiliknya kaget dan terbangun, menemukan dirinya sedang disetubuhi lagi.
“oooouuhhh….saaayyy…kamu jahaaaaatttt…aahhhh!” erangnya sambil menatap sebal padaku, meski begitu ia menikmati juga.
Akhirnya permainan itu berlangsung juga, kubawa ia terbang melayang berkali-kali sampai setelah itu aku muncrat untuk yang kedua kali hari ini dalam vaginanya.
*********************
Sampai di rumah malam itu, aku langsung masuk kamar. Betapa aku terkejut melihat pemandangan di kamarku. Di tempat tidurku sudah berbaring seorang perempuan paruh baya, mengenakan daster tipis, baju tidur transparan dari bahan sutra putih lembut yang cukup memberikan gambaran bentuk tubuh sintal nan aduhai. Wajahnya menyunggingkan senyum yang lebih berarti ajakan bagiku untuk segera menyantap hidangan itu mentah-mentah! Wanita setengah baya itu tak lain dan tak bukan adalah majikanku, Soraya Haque, yang rupanya sedang gatel dan suaminya, Pak Ekky, sedang di tidak di rumah.
“Kamu tunggu apa lagi Jim? Kok bengong gitu?” tanyanya dengan nada menggoda
Begitu aku duduk di pinggiran tempat tidur dan akan menciumnya ia menyambut dengan antusias. Tangannya langsung dengan cekatan mencomot satu-persatu pakaianku. Sambil mempreteli pakaianku, tangannya juga mengelus tubuhku membuat darahku makin berdesir saja. Aku pun tidak tinggal diam dan balas melucuti daster tipis yang dikenakannya, tidak ada pakaian lain selain celana dalam di balik kain tipis itu. Bu Aya adalah seorang model dan peragawati pada era 80-90 an sehingga tidak heran hingga kini tubuhnya masih terlihat begitu langsing dan indah walau pernah melahirkan.
“Kamu masih kuat kan setelah main sama kakak saya tadi? Saya harap masih ada sisa untuk saya” ujarnya lembut dan datar sekali suaranya, menunjukkan betapa ia seorang wanita paruh baya yang matang fisik dan mental.
“Eemm…iya bu.... tadi siang aku sama Bu Icha, tapi ibu gak dateng-dateng kan awalnya ibu yang mau dateng katanya"
“Yah, maaf saya masih belum selesai urusannya, tapi kamu nggak kecewa kan karena udah ada kakak saya?” jawabnya lembut seraya berlutut sambil menurunkan celana dalamku, pakaian terakhir yang melekat di tubuhku
Setelah kami sama-sama telanjang ia menarik tanganku ke arah ranjang dan disuruhnya aku berbaring telentang. Tanpa basa-basi lagi, Bu Aya sudah menindihku, ia langsung menempatkan diri di atas pinggangku yang kini terbaring dengan penis yang secepat itu pula tegang mengeras.
Soraya Haque |
“Sssshhhh...oouuhh…enaaaakhhhh Bu!” desahku meluncur begitu ia menurunkan pantatnya dan membalut penis tegangku ke dalam celah liang vaginanya.
Ia langsung menggoyang naik turun, pelan, pelan, dipercepat, agak cepat dan semakin cepat sehingga kini keciplaknya mulai terdengar keras. Plak! Plak! Plak! Bunyi kemaluan kami yang bertaut dan mulai becek di sekitarnya akibat cairan bu Aya yang ternyata memang sudah banyak sekali. Nafsunya sudah sangat tak tertahan rupanya, sehingga sekejap saja ia sudah basah seperti itu.
“Oooohhhhh!!! Ooohhh…yyaahh…oooohhh!” erangnya keras sambil menjambak-jambak sendiri rambutnya yang lepas tergerai.
Kubelai buah dada model senior yang sudah lama menjadi majikanku itu.
“Yeeeeessshhhh yaaang kerassshhh remeeeeshhh susu kuuu!!!” teriaknya lagi sambil meremaskan tanganku pada payudaranya sendiri.
Tak tahan dengan sensasi nikmat nyonya majikanku ini, aku jadi ikut-ikutan bernafsu. Kubanting tubuhnya giliran aku yang di atas memompa naik turun. Titik-titik keringant seperti embun sudah membasahi tubuhnya. Sebuah pemandangan yang justru membuat nafsu semakin terpanggang birahi. Aku menghempas sejadi-jadinya, menggenjot sekeras-kerasnya dan menusuk sedalam-dalamnya. Mulutku seringkali menunduk dan langsung meraih puting buah dadanya, menyedot menarik-nariknya dengan gemas. Ibu Aya tak mau pasif saja, sejurus kemudian ia membalikkan posisi. Aku kembali berada di bawah, ia berputar menghadap ke arah kakiku, sambil terus saja mengocok vaginanya dengan penisku turun naik. Akupun duduk dan turut memicu pinggulku sehingga penisku makin dalam menghujam vaginanya. Setelah itu aku kembali bebaring sambil terus berusaha mengimbangi goyangannya. Bongkahan pantatnya yang semok besar kuremas-remas, ketika terangkat ke atas ia menunjukkan betapa kemaluanku yang tegak dan keras itu menyangga celah bibir vaginanya. Saat turun menghempas keras, ia menimbulkan keciplak seperti suara tepuk tangan. Benar-benar persetubuhan yang sensasional dan memabukkan.
“Aaahhh…ibuuuhh nggggaaaa taahaaan…lagi…mooo keeeluar aaauhhh!!!” desahnya sambil mempercepat gerak naik turunnya.
“Yyaaahhh buuuhhh ayoooohhh keluarin…hhhh, tapiiii hhhheehhh ganti posisi dulu yah!” pintaku sambil terengah-engah.
Sejenak kemudian ia melepas pertautan vagina dan penis itu. Lalu berbaring telentang di sampingku. Kakinya diangkat tinggi ke atas dengan paha yang membuka lebar menunjukkan belahan bibir vagina yang merah merekah dengan bulu lebat itu. Benar-benar sensasional! Vagina itu kini menganga lebar menunggu penisku untuk menuntaskannya dengan segera.
“Aah..bu Aya!” aku sampai berguman mengagumi pemandangan yang terhidang begitu sempurna di hadapanku sekarang.
“Kenapa Jim?” rajuknya manja.
“Memek ibu bagus sekali!” dengan jujur kukatakan.
“Aah kamu bisa aja, ayo dong say…ibu ngga tahan niih” pintanya sekali lagi.
Aku yang kemudian tak tahan juga secepatnya menempatkan pinggangku di antara pahanya, menempelkan penisku di bibir merah vaginanya, meraih kedua payudaranya dengan kedua tanganku dan langsung menggenjot keras dan cepat sekali.
“Ooooouuhhhhh…aaaaaahhhh...ahhh..ahhhh...yesss!!” jeritan khas Bu Aya setiap kali ia akan menjelang orgasme.
Aku bergerak tanpa jeda, terus menggenjot naik turun sambil meremas dan berpegang pada buah dada berukuran sedang tapi bulat sempurna itu.
“Mmmmhhhhhhhh…oooohh..iiibuu keluaar…oohh…haahh!!” jerit panjang itu mengantarnya sampai di ujung kenikmatan.
“Yaaahhhh...buuuuhhh ayooohhh keluariiinnn semuaaahhh ooohhh meeemeeek ibuuuuhh enakkkk ooouuhhh..sshhhh…jepiitttt buuuuhhh ooouuhhhhh!” aku ikut berteriak merasakan jepitan vagina bu Aya yang semakin keras saat-saat berkontraksi akibat orgasme. Duh, nikmatnya vagina majikanku ini. Beberapa saat tubuhnya mengeras, pahanya mengapit tubuhku dengan kuat. Ia melepas dengan begitu nikmat. Aku menunduk memberikan ciuman mesra setelah ia sedikit melemas menuntaskan puncak orgasmenya.
“Jangan lupa, Bu. Saya belum” bisikku pelan sambil mengecup belakang telinganya, berusaha membuatnya bangkit lagi.
“Iyaaa...sayang, goyang aja yang pelan…ibu masih sanggup, tapi yang kalem aja ya” katanya dengan suara lemas
“Baik bu” aku mulai menggoyang lagi dengan pelan seperti permintaannya.
“I love you, Bu Aya!” bisikku sambil terus menggoyang naik turun di atas tubuhnya. Matanya yang sedari orgasme tadi terpejam, membuka dan menatapku seperti tak percaya.
“Cinta? Gila kamu, ibu udah ada suami, mau dibunuh kamu sama Pak Ekky?” jawabnya, “oouuuhhhh…nikmatnyaaahhhh” ia tidak menyelesaikan kalimatnya karena aku memberinya sodokan keras sehingga ia langsung memelukku erat dan membelai lembut punggungku.
Aku meneruskan goyangan pinggul naik turun di atas pangkal pahanya dengan pelan dan mesra. Bibir kami bertaut, saling melumat di dalam sana, lidah kami seperti berebut membelai dinding-dinding dalam rongga mulut kami. Pahanya mulai menjepit, mengapit pinggangku yang terus bergoyang. Bu Aya rupanya telah bangkit lagi dengan permainan lidahku di permukaan buah dadanya. Bibirnyapun mulai menggumam lagi, nafasnya turun naik. Kupercepat goyangan dari atas,
“Ooouuhhh…sayaaang!” desahnya,
Ibu Aya mulai berusaha mengimbangi goyanganku, pinggulnya dibuat meliuk seperti menuntun alur kemaluanku dalam liang vaginanya.
“Sssshhhhh….ibuuuu di atas ya say!” ia mengajak ganti gaya
Kami berbalik posisi. Ibu Aya sekarang menindihku tanpa melepas dulu penisku yang masih menancap. Kenikmatan liang vaginanya yang terus membalut lembut penisku membuat aku semakin nafsu. Ia kini asik bergoyang, pelan awalnya dan bertahap dipercepat. Kali ini aku tak mau berlama-lama lagi, bersamaan saat ia menyodorkan buah dadanya ke mulutku, pahanya seperti mengepit memberikan tanda bahwa ia sudah menjelang orgasme lagi. Terhitung sudah tigapuluh menit sejak orgasmenya yang pertama tadi.
“Ibuuuhhh mau keluar lagi nih!”
“Samaaahh—samaaahhh buuuhhhh…saya jugaaah….oohh…oohh!” sahutku sambil mempercepat genjotan
“Ayoooohh saaayyy sekaraaanggg..hhh..hhsshhh..ooouuhhhh!” ibu Aya mempercepat genjotannya sampai ranjang ini berderit.
Aku mempererat pelukanku, kami berciuman mesra, dengan kuat dan sepenuh hati bersiap menyambut gelombang orgasme hingga akhirnya...
“Aaaaauhhhhhh...ooohhhhh!!” jeritnya panjang sembari menengadahkan wajahnya dan badannya mengejang.
Beberapa detik kemudian aku menyusulnya ke puncak
“Ooooooooooohhhhhh..buuuuuuuhhhh….sayah jugaaa…aahhh!!” aku melepas spermaku ke dalam rahimnya sambil melenguh panjang.
Untuk kesekian kalinya pada hari ini kutumpahkan spermaku dalam liang vagina perempuan paruh baya ini. Puas sudah rasanya dalam satu hari melahap tubuh dua wanita cantik kakak adik yang adalah selebritis pula.
“Bu!” aku memanggilnya setengah berbisik.
“iya sayang” sahut bu Aya mesra sambil mengecup.
“ibu besok pagi ikut kita ke puncak?” aku ragu melanjutkannya.
“say…emang kenapa....asama siapa kamu ke sana?
" Bu Icha yang janjiin tadi, dia ngajak sih threesome bareng ibu juga" ujarku, “ibu belum tau?”
"Icha? Ha ha ...masa tambah liar aja dia ya...ini baru gosip seru" Bu Aya hampir tak percaya, “beneran dia omong gitu ke kamu? Ibu aja belum tau tuh”
"Masa dia belum omong ke Ibu?"
"Belum, bener belum kok, si Icha itu kan sehari-hari emang seperti perempuan baik-baik...tenyata gatel juga ya...lucu aja. Tapi gak apaa-apa, besok aku iku kalian, Shanaz juga pasti kita ajak jadi bisa main berempat.”
Berempat…wow membayangkannya saja aku sudah tidak tahan, foursome dengan tiga celebritis cantik seperti kakak beradik Haque ini, wah…wah…agaknya aku harus istirahat lebih awal demi menabung tenagaku besok
“Masa sih .... beneran bu???” tanyaku antusias, “eemmmm…pasti asyik yaaah..asik juga, aku ga sabaran nih rasanya"
"Hehehe jadi malu” ujar ibu Aya menutup wajahnya dengan bantal, “sudah ah, sekarang cuci dulu gih…belepotan tuh!” katanya lagi sambil menarik tanganku ke arah kamar mandi. Selesai bersih-bersih, aku mengajak Bu Aya tidur di kamarnya yang lebih luas dan harum.
**********************
Keesokan harinya
Pagi-pagi setelah sarapan, Bu Aya telah mengajakku bersiap-siap ke puncak, ke villa milik kakaknya, Marisa Haque. Kami tiba di sana pukul 11an siang. Bu Icha dan Shanaz yang ternyata telah tiba lebih dulu menyambut kami. Setelah bercipika-cipiki, Bu Aya terlihat berbisik pada kakaknya lalu keduanya menatapku dengan tersenyum. Mereka mengajakku masuk ke dalam villa yang terbilang mewah itu.
“Kamu pasti capek, ayo diminum dulu ya!” Shanaz menyuguhkanku segelas minuman hangat.
Mereka bertiga duduk di sofa memandangiku meneguk minuman itu sampai habis, aku tidak tahu apa yang kuminum ini, rasanya seperti obat, pahit-pahit gitu tapi warnanya seperti teh merah.
“Nah enak kan? Seger?” tanya Bu Icha meletakkan tangannya di pahaku.
“Iya tante, seger, emang apa sih ini?” tanyaku
Mereka saling memandang lalu tertawa cekikikan
“Entar juga kamu tahu sendiri kok, yang penting khasyatnya” kata Shanaz, “sekarang udah siap kan mainnya?”
Tiba-tiba ketiga artis bersaudara itu mulai membuka baju dan celana mereka dan seketika itu pula mereka sudah keadaan bugil di hadapanku. Keindahan tubuh mereka membuatku melongo dan aku semakin kelabakan karena diserang dari berbagai arah. Shanaz memeluk dan melumat bibirku, kami berciuman dengan bernafsu dan tangaku meraih payudaranya lalu meremasnya. Bu Aya mengambil posisi di sebelah kananku, ia meraih tanganku dan membawanya ke vaginanya.
“Aaaaahhh!” desahnya saat aku mencucukkan jariku memasuki bibir vaginanya, jariku pun mulai keluar masuk pada liang kenikmatannya
Sementara Bu Icha berlutut di antara kedua kakiku dan mulai melucuti celanaku. Begitu membuka celana dalamku dan mengeluarkan penisku, ia langsung membuka mulut dan memasukkan senjataku itu ke dalamnya. Aku mendekap tubuh Shanaz dan melumat payudaranya yang montok dengan penuh nafsu sambil tanganku yang satu terus mengocok vagina Bu Aya, majikanku. Dalam melakukan oral seks ternyata Bu Icha sangat ahli, penisku ia manjakan dengan variasi kuluman, jilatan, dan kocokan sampai merem-melek keenakan aku dibuatnya.
Di kananku, Bu Aya semakin menggelinjang dan kemaluannya semakin basah oleb banjir cairan vaginanya akibat permainan jariku. Sambil terus berciuman denganku Shanaz melepaskan tanganku yang meremas buah dadanya. Tangan itu dituntun ke arah selangkangannya. Tanganku segera menyapu kemaluannya yang berbulu lebat itu dan jemariku segera tenggelam ke lubang yang sudah basah oleh cairan vaginanya. Bu Aya memajukan badannya mendekatkan wajahnya ke kemaluanku dan bersama kakaknya ia turut mengoral penisku. Sensasi yang kudapat pun semakin bertambah dengan lidah dua artis cantik menari-nari pada penisku. Tubuh Shanaz menggeletar menandakan birahinya makin menggila butuh pelampiasan.
"Saya duluan yah!", sahut Shanaz terengah-engah.
Si bungsu dari keluarga Haque itu pun telentang di sofa dengan mata tertutup dan paha yang sudah terbuka lebar siap disetubuhi. Aku memegang kedua pahanya dan beringsut mendekat. Bu Icha kini mendekapku dari belakang menempelkan kedua buah dadanya di punggungku dan lidahnya bergerilya di seputar leher dan kupingku. Kuarahkan penisku yang sudah keras dan tegak. Kuusap-usap di bibir lubang kemaluan Shanaz. Ia mendesis dan mulai menggelinjang, tidak sabar menanti saat-saat penetrasi. Ujung kemaluanku perlahan-lahan mulai menguak bibir kemaluannya yang telah basah. Mulutnya terbuka dan terdengar keluhan kecil. Aku berhenti sejenak. Ia membuka matanya dan di saat itulah kusentakkan pantatku ke depan.
“Aaahhh!!” Shanaz mengerang dengan tubuh mengejang.
Kemaluanku yang besar dan panjang itu menerobos ke dalam lubang kemaluannya, lancar seperti di jalan tol. Ia juga menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar kemaluanku dapat menyuruk lebih dalam. Sunggu nikmat rasanya kemaluanku diremasi oleh dinding vaginanya. Ia mendesis-desis dan mengerang-erang nikmat. Lalu perlahan tetapi pasti aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Erangan Shanaz semakin keras. Buah dadanya bergoncang-goncang hebat seirama dengan genjotanku. Bu Aya naik ke wajah adiknya itu berhadapan denganku, tanpa diminta Shanaz mulai melumat vagina kakaknya itu. Sementara itu aku memagut bibir Bu Aya dan beradu lidah dengan liar. Aku meremas-remas payudara Shanaz sambil memelintir putingnya membuatnya mendesah sambil terus berusaha mengulum vagina kakaknya. Ciumanku pada bibir Bu Aya makin turun ke dagu, leher, terus ke bawah. Ia merespon dengan membusungkan dadanya yang langsung kulumat dengan ganas.
"Ah…ah….yeah…enak Jim!" erang Shanaz
Pahanya mulai menegang dan tubuhnya berkelejotan pertanda orgasme akan menerpanya.
"Jim cepetan dong! Udah mau nyampe nih…cepetan Jim!"
Akhirnya meledak juga pertahanan Shanaz dan gelombang orgasme telah datang. Cairan hangat segera menyelubungi penisku sehingga gerak maju mundur penisku juga semakin lancar dan menimbulkan bunyi kecipak.
“Ayo sekarang sama tante ya!” pinta Bu Icha dengan manja sambil mencium bibirku
Dia menyuruhku telentang di atas karpet dan segera menaiki penisku. Desahannya mengiringi penetrasi penisku ke vaginanya yang sudah becek. ‘Bleess!’ penisku pun terbenam dalam vaginanya dan ia mulai naik turun mengocok batang kejantananku di liang kewanitaannya. Aku meremas-remas payudara yang menggantung dan bergoyang-goyang itu. Rintihan nikmat pun terdengar dari mulutnya,
"Aakhh.. aakkhh.. terus sayang.. enak.. aakkh.. hhmm!!"
Bu Aya kini naik ke wajahku menyuruhku menjilati vaginanya menggantikan Shanaz yang masih terbaring lemas di atas sofa. Aku langsung membuka bibir vaginanya dengan jariku sehingga terlihat bagian dalamnya yang merah dan terdapat sebuah biji. Kulumat sehingga membuat pemiliknya menggelinjang nikmat. Kadang aku juga ikut menyentak-nyentakkan pinggulku sehingga penisku menancap semakin dalam ke vagina Bu Icha yang sedang naik-turun di sana. Dalam waktu sepuluh menit saja, permainan lidahku mampu mengantar nyonya majikanku yang cantik ini ke puncak kenikmatan. Ia mendesah tak karuan dan mengucurkan banyak cairan orgasme yang langsung kuseruput dengan rakusnya. Kini aku tinggal melayani Bu Icha, sepertinya ia pun akan segera orgasme terlihat dari erangan dan gelinjang tubuhnya. Aku bangkit mengubah posisi, kedua kakinya kuangkat hingga telapak kaki dan liang vaginanya menghadap atas hingga genjotanku sekarang bergerak naik turun
"Ahh, Jim lebih cepet Jim!" desahnya
"Shh.. shh…iyah tante!",
Pergumulan kami berdua yang hampir mencapai klimaks diperhatikan oleh Bu Aya dan Shanaz yang tengah memulihkan tenaga.
"Ngga kuaatt lagi nih Jim, tante…tante…aahhhh!!", kali ini jepitan dan remasannya membuatku tidak dapat menahan spermaku lebih lama lagi.
Crett…crett…spermaku muncrat beberapa kali mengisi vaginanya
"Akkhh!!". teriak kami berbarengan.
Tubuh kami mengejang selama dua menitan sebelum akhirnya melemas kembali dan aku menindihnya. Dapat kurasakan dada Bu Icha masih berdenyut-denyut karena nafasnya yang memburu. Aku menengok ke samping dan mendapati Bu Aya sedang asyik berpagutan dengan adiknya sendiri, Shanaz. Jari-jari Bu Aya mengobok-obok vagina adiknya itu. Bu Aya mengerling padaku sambil tersenyum nakal seolah mengajakku bergabung. Aku balas tatapan itu dengan menjilati bibir dengan lidahku. Aku tahu betapa besarnya keinginannya untuk disengggamai karena dari tadi ia belum ditusuk penis. Gairahku terpancing melihat adegan itu sehingga akupun menghampiri mereka. Kuraih pergelangan kaki Bu Aya dan segera kutusukkan ke vaginanya yang sudah sangat basah itu. Aku menyenggamainya dalam keadaan duduk bersandar di sofa selama sekitar sepuluh menit lebih, setelahnya kami ganti gaya, ia berdiri menungging dengan tangan bertumpu pada sandaran sofa dan aku menggenjotnya dari belakang. Shanaz pun ikut memasang gaya yang sama dengan kakaknya, aku memasukkan dua jariku ke vaginanya yang sudah menanti. Suara desahan yang merdu terdengar sahut-menyahut dari mulut kedua artis kakak beradik itu. Sungguh luar biasa hari itu, aku dapat menikmati tiga vagina artis dalam semalam, ini baru namanya surga dunia yang penuh dengan kenikmatan. Setelah dua jam lebih pesta seks tersebut berakhir, tubuh telanjang kami tergolek di ruang tamu itu. Tubuh ketiga bersaudari Haque juga penuh dengan peluh dan ceceran spermaku. Malam itu aku tidur di ranjang besar bersama mereka bertiga tentunya dengan seks. Siapa sangka seorang sopir bertampang pas-pasan sepertiku mendapat kesempatan emas seperti ini.
****************************
Majikan baru si Jimmy |
“Hhhmmm…sungguh ter…la…lu, itu kan dossaaa….dossaaa! kamu dengar itu Jim?” katanya.
Ia menceramahiku seperti kyai menasehati umatnya saja, aku hanya iya-iya saja menanggapinya dengan kepala tertunduk.
“Memang ter…la…lu, masa Si Icha itu juga ternyata begitu moralnya, bisa-bisanya main sama sopirnya sendiri!” katanya lagi sambil geleng-geleng kepala, “begini Jim besok kamu antarkan saya bertemu Bu Icha itu, daridulu saya sudah ke…pe…ngen sama dia!”
“Kepengen apa Bang Haji?” tanyaku bingung.
“Emm…maksudnya kepengen berdiskusi soal agama gitu, kan kita sesama orang beriman sudah seharusnya saling me…ngi…ngat…kan bila ada yang salah, bettthhuull?” jawabnya agak gugup tapi masih bersikap sok wibawa.
“Eh…ehehe…ya iya sih Bang, tapi kan Bu Icha sibuk orangnya, belum tentu juga besok bisa ketemu”
“Itu saya yang atur sama dia, pokoknya besok kamu tinggal antar saya saja!!” tandasnya
“Eehh…iya Bang iya deh…itu hapenya boleh kembaliin ke saya dong Bang” pintaku.
“Nanti besok pasti saya kembalikan, sekarang saya sita dulu demi kebaikan kamu, me…nger…tii!!” katanya seraya meninggalkanku yang terbengong dongkol
Besoknya sore hari, Bang Haji benar-benar menyuruhku mengantarkannya bertemu dengan Bu Icha di villanya di puncak. Ia juga mengembalikan hapeku yang ia sita kemarin malam, saat kucek file-file bokep yang kusimpan termasuk foto bugil Bu Icha satu-satunya telah dihapus.
“Saya sudah menghapus gambar-gambar porno dari hape kamu supaya kamu lebih ber…mo…ral, harusnya kamu terima kasih ke saya!” katanya dengan gayanya yang jijay bajaj.
Aku mungkin sudah meledak dan menonjoknya karena sembarangan main hapus saja, tapi karena masih ingin bekerja padanya karena gajinya yang terbilang tinggi serta dibutuhkan untuk menghidupi diri dan keluargaku di kampung, aku pun mangut-mangut saja mendengar ‘petuah’nya, masa demi file bokep harus kehilangan pekerjaan, kan gak lucu?
“Dasar loe…paling dah lu pindahin ke komputer atau hape lu dulu sebelum dihapus!” omelku dalam hati.
“Bang emangnya mau ngapain nanti sama Bu Icha?” tanyaku di dalam mobil yang telah berjalan.
“Kan sudah saya bilang kemarin…sebagai orang beriman harus saling me…ngi…ngat…kan, saya cuma mau sedikit berdakwah saja buat dia kok!” katanya
Aku sempat melihat wajahnya yang senyum-senyum mesum melalui kaca spion, dari situ saja aku sudah menebak apa yang di pikirannya walau ia terus menjaga sikapnya yang sok berkharisma. Aku cuma diam sambil berkata dalam hati.
“Duh tante, sori banget nih ya, gara-gara ada yang ember jadi gini deh. Semoga tante sabar deh ‘didakwahi’ sama Bang Haji”
Mobil yang kukemudikan pun terus meluncur di jalan dan sudah keluar dari Jakarta menuju ke villa Bu Icha.
Tamat
By: Romy Pantek
-----------------------------
33 komentar
Jerman akhirnya menang. Tanpa Muller, Jerman emang ngak isa apa2
Re: duh ashari sisters…weks aamit2 deh yaw
Re: hhhmm blm setua itu kali, masih untung ga dikasih trio pok atik-nori-hindun loh wahahhaa
pembaca kecewa….
Re: jelek knp? karena si satria bergetar hihihi?
Keep contribute!! buat KBB.. udah lama neh gak ada cerita yg baru2 lagi………huuuuuuu
Re; iya bang haji rock, ga ada baru gmn? ini apa?
Usul buat Sequel nya ariel dan artis bokep donk wkwkwk…..
tapi behubung ini cuman cerita,gpp deh..penting bisa bikin mupeng walo setengah…
terus berkarya bro, jangan masukin hati komentar2 pedas…toh komentator belum tentu bisa nulis…
Re: wah wah kok unk cerita kali ini komentnya kejam2 ya
Re: kalo iya udah ga lolos sensor dong
tapi kalo wanitanya ketuaan kurang nikmat gimana gitu
Rikues dund astrid tiar,franda,laura basuki,vj marissa.. Tapi dgn m0del yg beda,jgn nemu vdeo trus diancam,atau ancaman pemerasan,atau utang,apa ya setting latar yg baru ?…
ayo dilanjutken, tambahain aja tante vena melinda n tante2 lainnya..hehehehe
tp beast and the beast. jd tante2 gini seleranya :nohope:
Terus terang saya cuma baca yang scene Marissa..hehehe.
Saya penggemar kisahbb. Dah mengikuti sejak lama dan berniat bikin cerita. Tokohnya Maya Septha atau Hesti Purwadinata. Mohon dukungannya ya..maklum, masih anak bawang dalam mengarang cerita.
Terima kasih.
Re: maksudnya para peran ceweknya dah pada tua ya hehehe…wah kayanya fanfics lain disini kalau dibaca anak cucu kita kelak mrk dah ga nafsu dong
bos,riquest crita fanfiction terbru donk.