Cerita ini adalah sekuel dari cerita Dinda : The Beginning. Jadi kalo mau baca cerita ini, silahkan baca dulu cerita sebelumnya, biar nyambung, oke sob?!
*********
Amanda |
Keesokan paginya aku bangun dengan perasaan tidak enak. Sungguh malas rasanya kalau harus pergi ke sekolah dan harus bertatap muka dengan orang-orang yang telah menikmati tubuhku semalam. Akupun memutuskan untuk bolos sekolah saja, selain karena malas, juga untuk mengulur waktu. Bukankah pak Dedi bilang ia ingin menikmati tubuhku selama seminggu ini saja, jadi kalau aku tidak sekolah, makin sedikit kesempatan baginya untuk menikmatiku.
Aku bangkit dari tempat tidur untuk meminta izin bolos dari mama, tapi tiba-tiba HP ku berbunyi, aku meraihnya, hmm ada SMS entah dari siapa, no yang tak kukenal.”Dinda, hari ini kamu ke sekolah jangan pakai celana dalam, supaya nanti lebih gampang, oke?! Dan jangan coba-coba bolos, atau perjanjian kita bapak anggap batal, dan bapak terpaksa memberikan HP Ryan pada Kepala Sekolah. Sampai ketemu di Sekolah. Pak Dedi.”
“Aahhhggg, shit!” aku mengerang frustasi.
Rupanya Pak Dedi sudah bisa menduga niatku untuk bolos hari ini, menyebalkan. Lagipula kenapa pula aku tidak boleh memakai celana dalam ke sekolah? Emang gue eksebisionis?! Pak guru bejat itu pasti berniat menggarapku di sekolah. Dasar tua bangka gak tahu diri.
Karena tidak punya pilihan lain, aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah mandi dan memakai seragam sekolahku, aku melihatlihat jadwal pelajaranku. Sialan, ada mata pelajaran Bahasa Indonesia di jam terakhir, artinya aku harus melihat wajah berengsek Pak Dedi selama 1,5 jam penuh. Aku hendak turun dan sarapan, ketika teringat pesan Pak Dedi tadi, aku lalu membuka celana dalam yang telah kupakai, dan melemparkannya ke sudut kamarku. Aku tidak ingin menentang Pak Dedi, daripada malah menimbulkan masalah yang lebih besar. Rasanya aneh juga tak memakai celana dalam, apalagi rok seragamku tergolong mini, hampir 15 cm diatas lutut, aku mesti berhati-hati nih jangan sampai menimbulkan kehebohan yang gak perlu. Di meja makan keluargaku sudah menunggu, tapi selera makanku sudah hilang.
“Pa, Ma, Dinda mau langsung berangkat aja ah, males sarapan nih” kataku.
“Lho kenapa? Sarapan itu penting banget lho buat kesehatan” kata mamaku.
“Ya, sekali-kali kan gak apa-apa, lagian ada sesuatu yang Dinda mesti kerjain dulu, udah yah dah” kataku cepat setelah mencium pipi papa dan mamaku.
Aku berjalan menuju garasi, dimana Fendi, supirku sudah menunggu. Dengan sigap, Fendi membuka pintu belakang mobilku, dan tak lama kemudian, mobilku pun sudah melaju menuju sekolahku. Selama perjalanan aku merasa tidak tenang, seakan-akan Fendi mengetahui bahwa aku tidak memakai celana dalam dan beberapa kali mencuri pandang kearahku, padahal hal itu tidak mungkin. Aku pasti cuma paranoid aja.
Sampai di sekolah, aku langsung menuju kelasku, Ratna teman sebangkuku telah berada di sana, Ia memang miss rajin.
“Tumben dateng pagi? Biasanya bel udah bunyi lu baru nongol” ejek Ratna.
“Yah sekali-sekali gak telat kan asik juga” jawabku sekenanya, mood ku bener-bener lagi jelek nih.
Selama beberapa jam berikutnya pikiranku benar-benar melantur kemana-mana. Yang pertama aku merasa serba salah dengan posisi dudukku. Masalahnya bangkuku berada di baris paling depan, tepat di sebelah kiri depan meja guru, sehingga apabila aku tidak waspada, si guru bisa langsung melihat bahwa aku tidak memakai celana dalam. Yang kedua, aku menebak-nebak apa sebenarnya rencana Pak Dedi terhadapku, jangan-jangan dia mau yang aneh-aneh, hari ini. Kalo cuma seks aku tidak keberatan, tapi kalo dirty seks, lebih baik gue mesti menanggung malu dan terbongkar rahasiaku daripada melakukan dirty seks dengan Pak Dedi. Jam istirahat pun tiba, dan seperti biasa, anak-anak sekolahku berhamburan ke kantin, termasuk aku.
“Da, Dinda!” ada seseorang yang memanggilku.
Akupun menoleh dan melihat bahwa yang memanggilku adalah gadis cantik kelas 3 yang kemarin juga menyuruhku untuk menghadap Pak Dedi. Kuakui gadis itu tidak kalah cantik denganku, dengan rambut pendek diatas bahu, kulitnya kuning langsat, hidung mancung dan mata lebar, yang mengingatkanku akan salah satu bintang sinetron Indonesia terkenal. Bentuk tubuhnya pun bisa dibilang hampir sempurna.
“Din, sini, gue mau ngomong bentar” ajaknya sambil langsung menarik tanganku kearah lab biologi.
Ketika sampai, kamipun memasuki lab tersebut, gadis itu melongok kesekeliling kami, tampaknya memastikan tidak ada orang didalamnya, tidak ada seorangpun disana Lab ini memang selalu sepi jika jam istirahat dimulai.
“Ada apa kak?” tanyaku
“Din, nama gue Amanda, gue anak 3 IPA 1. Gue tahu apa yang udah menimpa diri lu” katanya serius.
“Maksud kakak?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Lu udah jadi korban si berengsek Dedi itu kan? Gue udah denger sendiri dari Nono, katanya semalem dia ama geng bejatnya dapet korban baru, yaitu lu” katanya lagi.
“Korban baru? Maksud kakak, bukan cuman saya yang udah jadi korban mereka?” tanyaku
“Ya iya lah, sebelum lu, udah belasan siswi sekolah kita yang jadi korban…termasuk gue” katanya, ada gurat kesedihan dalam suaranya.
“Kakak…” aku benar-benar tak tahu harus berkata apa.
“Biar gue tebak, lu sekarang gak pake celana dalam kan? Trus abis ini, sepulang sekolah lu bakalan digarap ama si Dedi bangsat itu di ruang kantornya, atau ama si Nono di gudang sekolah”
Aku merinding mendengarnya, jadi aku memang bukan yang pertama yang jadi korban mereka.
“Gini Din, apapun yang dia janjiin, dia gak bakalan nepati janjinya. Dulu ama gue, dia bilang cuma bakalan ngegarap gue seminggu doang. Tapi buktinya, udah ampir setahun gue jadi budak seks mereka, sekarang gue udah bener-bener terjerumus Din. Gue gak pingin hal yang sama terjadi ama lu. Lu harus menghentikan mereka Din, atau lu gak bakalan bisa keluar”
“Tapi gimana caranya kak? Pak Dedi itu megang rahasia aku…aku gak bisa melawan” ingin menangis rasanya mendengar keterangan kakak kelasku itu.
” Tenang Din, kita pasti bisa, asal kita bersatu, pasti akan ada jalan” katanya antusias.
Aku hanya mengangguk, pikiranku semakin kalut.
“Ya udah kamu balik aja sekarang, nanti kita pikirin gimana cara terbaik buat keluar dari masalah ini, oke?” katanya menenangkan.
Aku kembali menuju kantin, karena perutku yang belum diisi apapun sejak pagi, sudah protes berat. Kantin ternyata sudah penuh sesak oleh anak-anak sekolahku. Aku menghampiri meja kantin yang menyediakan berbagai macam makanan itu.
“Eh non Dinda. Mau makan apa non” Bang Muin si penjaga kantin menyapaku dengan ramah.
Bang Muin adalah penjaga kantin yang telah belasan tahun lamanya bekerja di sekolahku itu. Usianya mungkin sudah mencapai 60-an. Tubuhnya agak gemuk, giginya sudah ada yang ompong, dan sebagian rambutnya sudah memutih. Selain tampangnya yang lucu, Bang Muin sendiri memang orangnya lucu dan ramah, sehingga membuatnya cepat akrab dengan murid-murid disekolahku.
“Ah, yang biasa aja Bang, tolong ambilin ayam gorengnya, plus kasih sayurnya aja” kataku
“Baik non” iapun mengerjakan permintaanku, tapi yang membuatku sedikit merasa heran adalah pandangannya yang tidak seperti biasa. Sekilas ia menatapku seakan-akan aku adalah ayam goreng yang siap disantapnya. Atau mungkin ini hanya khayalanku?
Selesai makan siang, aku kembali ke kelasku dan melanjutkan pelajaranku seperti biasa, hingga akhirnya tibalah mata pelajaran terakhirku, yaitu Bahasa Indonesia. Dan Pak Dedi dengan mukanya yang menyeramkan itu pun memasuki kelasku. Seperti biasa kelas langsung sunyi senyap, tidak ada yang berani macam-macam menghadapi si guru killer yang satu ini.
Pelajaran berlangsung seperti biasa, tetapi belum lama, kulihat Pak Dedi mengeluarkan HP nya dan mengutak-atik sebentar, entah kebetulan atau bukan, HP ku pun bergetar, karena memang kusetel vibra mode, jadi ringtonenya tidak ikut bunyi. Aku membuka sms yang masuk dengan sembunyi-sembunyi. Sialan dari Pak Dedi.
“Din, buka kedua kaki kamu lebar-lebar, bapak pengen liat memek kamu” isi dari sms itu.
Kurang ajar nih bandot tua! Dia mau ngerjain aku didalam kelas? Aku hanya bisa merutuk, tapi terpaksa menuruti perkataannya dan merenggangkan kedua pahaku lebar-lebar. Rok seragamku yang pendek itupun tertarik, hingga mencapai paha atasku, hingga pandangan Pak Dedi kearah vaginaku yang merekah terbuka tanpa penghalang. Karena kuatir Ratna memperhatikan perilakuku, akupun memajukan kursi hingga mepet ke meja. Aku memperhatikan wajah Pak Dedi agak berubah, kemudian timbul senyum yang berusaha ditutupinya dengan buku.
“Oke, ini ada soal latihan, kalian kerjakan yah, masih ada sisa waktu 30 menit, kayaknya cukup” katanya kemudian sambil membagikan kertas soal latihan.
Apalagi ini? Mana mungkin aku mengerjakan soal latihan dalam keadaan seperti ini? Sialan. Tapi belum lama kemudian aku menyadari niatnya. Rupanya Pak Dedi ingin menikmati pemandangan vaginaku sepuasnya tanpa diganggu. Kulihat wajahnya sebentar pucat sebentar merah, kadang tersenyum kearahku kadang menatap ke bawah mejaku.
Aku merasa aneh, seharusnya aku merasa sebal dilecehkan seperti ini, tetapi melihat ekspresi muka Pak Dedi yang menahan nafsu melihat vaginaku, serta sensasi angin segar yang kadang bertiup menerpa vaginaku yang tak terhalang, didepan orang banyak yang tak menyadarinya. Aku merasakan tubuhku menghangat dan gairahku naik!. Tetapi hanya 15 menit kemudian.
“Udah anak-anak, kumpulkan jawaban kalian, terus silahkan pulang lebih cepat. Bapak mau ada keperluan” Seru Pak Dedi terburu-buru.
Pak Dedi lalu mengumpulkan semua berkas soal latihan, memasukannya secara sembarangan kedalam tasnya, dan bergegas keluar dari ruang kelasku dengan langkah yang agak aneh, seperti ada sesuatu yang mengganjal kakinya. Tampaknya ia telah mencapai batas ketahannya. Terbukti dari sms berikut yang ia kirimkan padaku.
“Dinda, abis ini kamu langsung datang ke kantorku, jangan lama-lama”
“Tumben Pak Dedi nyuruh kita pulang lebih cepat” Kata Ratna temanku, sambil membereskan tasnya.
Aku tidak menjawab, aku hanya membereskan tasku dan bergegas menuju ke ruang kantor Pak Dedi. Ratna pasti heran melihat kelakuanku, bahkan aku sendiri pun heran melihat kelakuanku. Aku kan hendak digarap oleh guru bejat itu, tapi kenapa aku malah bersemangat dan buru-buru mendatanginya. Apa ini tandanya aku mulai ketagihan seks?
Akhirnya tibalah aku di depan kantor Pak Dedi, tanpa mengetuk pintu aku pun langsung masuk. Begitu aku masuk, pintu dibelakangku langsung tertutup, dan terdengar suara kunci yang diputar. Aku hendak memutar badan untuk melhat pelakunya, tetapi dua tangan kokoh mendorong kedua bagian belakang bahuku. Tubuhku pun terdorong, hingga hampir membentur meja kerja Pak Dedi, jadi aku mencegahnya dengan kedua tanganku.
“Bungkuk dikit Da” kata sebuah suara serak milik pak Dedi.
Kedua tangannya melingkari pinggangku dari belakang, menariknya hingga kedua kakiku tertarik, sementara kedua tanganku bertumpu pada meja untuk menjaga keseimbanganku. Aku merasakan rok seragamku ditarik keatas hingga mencapai pinggang ku, hingga terpampanglah pantatku yang putih mulus dihadapan pak Dedi, yang tentu saja langsung meremas-remasnya dengan gemas.
“Gila kamu, bikin bapak nafsu setengah mati dikelas tadi. Kalo gak bisa menahan diri, mungkin sudah bapak perkosa didepan kelas tadi” katanya sambil terus meremas-remas pantatku.
Aku tidak menjawab, sungguh menyebalkan, dia yang menyuruhku tadi, kenapa dia malah menyalahkanku. Sungguh bajingan tua, guruku ini. Tapi tiba-tiba, tubuhku terasa tersengat listrik. Aku merasakan jari-jari Pak dedi membelai-belai vaginaku perlahan-lahan dengan lembut, jarinya mengusap-usap belahan vaginaku naik turun hingga perlahan-lahan memasuki liangnya dengan lembut. Akupun tanpa sadar merintih.
“ahh…ehhgh” menyadari rintihanku, aku pun langsung menggigit bibir, jangan sampai aku terlihat seperti cewek murahan didepan bandot tua ini.
Tapi tekad tinggal tekad. Sekarang dua jari Pak Dedi langsung menerobos vaginaku dengan tiba tiba, dan bergerak keluar masuk dengan liarnya. Tidak hanya itu aku bahkan merasakan basuhan hangat lidah menciumi dan menjilati vaginaku, bahkan terkadang naik, hingga menjilati pantat dan anusku. Gerakan jari yang diselingi ciuman, hisapan, dan jilatan itu sungguh membuatku kalang kabut. Dan aku tanpa peduli lagi langsung merintih tertahan.
“Pak…ehhh…terus pakk” erangku.
“Kamu suka dibeginin kan Din?” tanyanya disela-sela perlakukannya padaku.
Aku hanya mengangguk-angguk, kurasakan vaginaku mulai basah, tandanya aku sudah terangsang berat.
10 menit lamanya Pak Dedi mempermainkanku dengan ahlinya, hingga kemudian aku merasakan darahku naik ke ubun-ubun dan suatu kenikmatan yang sangat luar biasa, badanku meregang dan cairan hangat mengalir dari liang vaginaku, rupanya aku telah merasakan orgasme akibat perlakuan Bandot tua ini. Pak Dedi tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya. Tak lama kemudian aku mendengar suara resleting yang terbuka, dan suara benda logam jatuh ke lantai. Pak Dedi telah membuka celananya dan menjatuhkannya kelantai beserta dengan ujung sabuknya yang menimbulkan bunyi tadi. Sebuah benda tumpul perlahan menggesek-gesek bibi vaginaku, dan sedikit-demi sedikit menerobos vaginaku senti demi senti. Karena liang vaginaku yang masih sempit, agak susah payah Pak Dedi memasukkan penisnya yang besar, keringat kami pun bercucuran, wajah bandot tua itu memerah, rasanya nikmat, sakit, perih, senang, puas.. campur aduk jadi satu, akhirnya… jess… masuk sudah seluruh penis Pak Dedi ke dalam liang senggamaku. Liang vaginaku menjepit keras penis Pak Dedi, dan lumayan sakit rasanya, namun nikmaatt sekalii… Pak Dedi pun mulai sibuk menggerakkan badannya maju mundur sambil mengerang-erang.
”Arrghh Dinda… arrgghh…sudah seharian ini……bapak udah gak…sabar pengen nyicipin …memek ..kau.. yang sempit..ini” erangnya.
Penis Pak Dedi pun bergerak-gerak perlahan menggesek vaginaku, aku bisa merasakan urat-uratnya yang menonjol menggesek dinding vaginaku, menimbulkan rasa nikmat yang membuat kakiku lemas dan gemetaran.
Gaya serangan pak Dedi kini berubah menggebu-gebu dan tekanan-tekanan penisnya benar-benar semakin dashyat. Setiap kali pak Dedi menancapkan penisnya yang besar itu kedalam lubang vaginaku, maka tekanan penisnya menarik seluruh bibir vaginaku melesak kedalam, sehingga klitorisku pun ikut tertekan masuk dan tergesek-gesek dengan batang penisnya yang dilingkari oleh urat-urat menonjol. Hal ini membuatku menggelinjang-gelinjang nikmat.
”Aaagghhh…, aaddduuhh…, paakkk…, peeelllannn-peellannn…, doongg…!”, akan tetapi pak Dedi justru malah meningkatkan tempo permainannya, semakin aku menggeliat-geliat, semakin menggebu-gebu ia memompakan penisnya ke dalam liang vaginaku.
Tangan Pak Dedi pun mulai membuka tiga kancing paling atas seragamku, tangannya menyusup kebalik seragamku, dan meremas-remas payudaraku yang masih tertutup Bra-ku. Hingga kemudian tanggannya menyelinap kebali cup bra-ku hingga telapak tangannya bersentuhan langsung dengan payudaraku yang kenyal dan mulus. Bahkan jari-jarinya memuntir-muntir puting payudaraku, dan memijatnya perlahan hingga membuatku makin blingsatan.
“Ahhh…eghhh…pakkk” hanya itu yang keluar dari mulutku.
Rupanya bandot tua ini memang cukup perkasa, 15 menit lamanya ia menggenjotku dengan semangat, namun belum ada tanda-tanda akan keluar. Didalam ruangan tersebut, yang terdengar hanyalah suara erangan pak Dedi, desahanku yang sedang menahan nafsu, dan suara tumbukan bagian bawah perut Pak Dedi yang membentur pantatku, menimbulkan suara konstan yang khas. Namun akhirnya aku merasakan penisnya bergetar keras, dan remasan tangannya pada payudaraku makin mengeras.
“Ooohh…Dinnn…enak…banget…memekmu…din” erangnya.
Pak Dedi lalu menarik tubuhku hingga menghadapnya, mendorong turun bahuku memaksaku jongkok didepannya, aku tahu apa keinginannya. Aku segera meraih penis yang mengacung keras didepan wajahku itu, lalu memasukannya kedalam mulutku. Kuhisap dan jilati penis itu, diselingi dengan kocokan tanganku yang lembut. Tak lama penis itu pun menyemburkan lahar putihnya, yang segera kusambut dengan mulutku.
“Dinn…oohhh…Dinda” erangnya sambil tangannya meremas-remas rambut dan kepalaku.
Sperma Pak Dedi pun langsung memenuhi seluruh sudut mulutku, disertai rasa dan aromanya yang khas. Akupun mengulum sebentar sperma tersebut sebelum menelannya, aku memang menyukai rasa sperma yang khas dan segar itu. Akupun kembali meraih penis Pak Dedi dan mulai membersihkannya, sekalian mengurut keluar sisa-sisa sperma yang mungkin masih tersisa. Pak Dedi hanya membelai-belai rambutku, menerima perlakuaku tersebut.
“Dinda, kamu suka dientot yah?” tanyanya
Aku hanya mengangguk.
“Kalau peju gimana? Kamu suka peju?” tanyanya lagi.
Aku kembali mengangguk. Persetan apa yang dia pikirkan mengenai aku. Setelah mereguk kenikmatan seperti barusan, untuk apalagi aku berpura-pura. Pak Dedi akhirnya memakai kembali dan merapikan celananya. Aku merapikan pakaian dan rokku yang sudah tersingkap kemana-mana. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Pak Dedi yang sudah rapi membuka kunci pintu dan membuka sedikit pintunya. Setelah melihat siapa yang baru saja mengetuk pintu, Pak Dedi membuka pintunya dan Bang Nono, si penjaga sekolah yang kemarin ikut menggarapku beserta guru-guru bejat itupun memasuki kantor Pak Dedi.
“Gimana pak, udah?” tanya Nono sambil senyam-senyum memuakkan.
“Udah No, gih pake aja sepuasmu” jawab Pak Dedi acuh tak acuh.
Aku tahu mereka sedang membicarakan aku. Aku merasa jengkel, enak aja mereka mengoper-oper aku seenaknya, emangnya aku motor pinjaman apa, yang bisa mereka pinjam dan ditunggangi kapan aja mereka mau! Tanpa basa-basi Bang Nono menarik lenganku. Aku langsung mengibaskan lenganku melepaskan diri.
“Apa-apaan sih maen tarik aja. Emangnya gue kerbau apa?” kataku sedikit emosi.
“Tenang non, gak usah sok-sok ngelawan. Tau kan akibatnya kalo ngelawan? Non bakalan jadi bintang bokep paling populer di internet” katanya sambil terkekeh.
Mendengarnya aku langsung tak berkutik.
“Kalo emang kamu mau ngentot aku yah entot aja, tapi gak usah pake tarik-tarik gitu dong” kataku kesal atas ketidakberdayaanku.
“Ya udah, kalo gitu non ikutin saya aja, oke” katanya dengan senyum kemenangan terukur diwajahnya.
Aku mengangguk, dan segera mengikuti langkah Bang Nono yang meninggalkan kantor Pak Dedi. Aku melihat kekanan-dan kekiri, sekolah tampaknya sudah sepi, hanya ada beberapa siswa yang mungkin hendak mengikuti kegiatan ekskul. Bang Nono ternyata membawaku ke gudang sekolah yang letaknya disudut sekolahku, tempat yang memang selalu sepi, pada jam pelajaran sekalipun. Setelah sampai didepan pintu gudang, ia mengetuk pintu tersebut tiga kali, dan tak lama pintu pun terbuka. Bang Nono segera mendorongku masuk. Gila, ternyata didalam sudah ada banyak orang!
Yang pertama kulihat adalah Bang Muin si penjaga kantin, yang baru saja membukakan pintu. Lalu diatas selembar matras olahraga yang terhampar dilantai, aku melihat Amanda, kakak kelasku yang juga telah menjadi korban geng bejat di sekolahku. Amanda telah telanjang bulat, kedua kakinya mengangkang lebar, sementara ada tangan yang sedang mengobok-obok vaginanya. Tangan itu adalah milik Parjo, satpam sekolahku, si Parjo ini setali tiga uang dengan Bang Nono, sama jelek dan dekilnya, dan sama belagu dan soknya. Sementara payudara Amanda yang terbuka lebar sedang diremas-remas oleh sepasang tangan milik Hadi, tukang sapu sekaligus tukang kebun sekolahku. Ahrggg, sialan! Sebentar lagi pasti aku yang digarap oleh orang-orang tak tahu diri ini. Akupun hendak melarikan diri, persetan dengan rekaman ditangan Pak Dedi! Namun belum sempat aku membalikkan badan untuk melarikan diri, Bang Nono sudah memelukku dari belakang.
“Mau kemana non? Disini aja udah, tak kasih enak lho” Kata bang Nono sambil terseyum-senyum.
“He..he..non Dinda, udah lama saya ngincer non, tiap kali liat tubuh seksi non Dinda, saya selalu ngekhayal ngentotin non Dinda sepuasnya. Taunya hari ini kesampaian juga” kata bang Muin, wajahnya yang biasanya lucu dan ramah, kini berubah menyebalkan.
“Eh, kalo mau ngentotin gue, entot aja, tapi jangan banyak bacot lu, enek gue dengernya” kataku yang kesal setengah mati.
Mendengar ini, Bang Muin yang sudah bertelanjang bulat, kemudian menghimpit tubuhku lalu langsung melumat bibirku, lidahnya menerobos masuk kedalam mulutku dan memijat lidahku dengan lembut, ternyata dia mahir memainkan lidahnya, nafasku habis rasanya. Sekilas kulihat Amanda yang masih dikerjai Parjo dan Hadi yang membelai, mencium dan mengulum dada montok miliknya. Amanda melihatku dengan pandangan sayu, antara berahi dan rasa penyesalan yang amat dalam. Bang Nono dengan tidak sabaran langsung membuka seluruh kancing seragamku, ia menarik seragamku dan langsung membuka bra ku dan melemparkannya kesudut ruangan, hingga aku berdiri dengan bertelanjang dada, mempertontonkan payudaraku dihadapan para bandot tua yang melotot melihat payudaraku yang indah dan putih mulus.
“Gile, toketnya bagus banget, putih, sekel” ujar bang Muin.
Setelah beberapa saat berciuman, bang Muin pun mulai mencium leher di bawah telingaku sambil mendesah-desah merasakan kenikmatan, setelah itu dia merambat mengerjai payudara sebelah kiriku dengan liar dan ganas. Sementara tangan bang Nono langsung melucuti rok seragamku, yang langsung melorot kelantai, hingga sekarang aku benar-benar telah telanjang bulat.
Tangan Bang Nono lalu berpindah ke paha dan mulai meraba-raba pahaku yang putih mulus,dan perlahan mulai bergerilya sampai di sebuah bukit kecil milikku, dengan leluasa Bang Nono menemukan celah vaginaku dan segera jari-jari tangannya mulai menyusup masuk ke dalam celah dan mulai memainkan clitorisku. Tubuhku mulai bergetar sambil tanpa sadar mengeluarkan suara desahan-desahan nikmat, ahh… ahh… ahh…, ” Bang Nono yang mendengar desahanku pun semakin bernafsu untuk mengobok-obok liang vaginaku dengan jari-jarinya. Ssst! Sunguh nikmat sekali. Tiba-tiba aku mendengar erangan Amanda, ternyata dia sedang dalam keadaan tengkurap di antara Hadi dan Parjo. Gila, Amanda sedang di sandwich, dikerjai depan belakang, Hadi mengerjai vaginanya, sedangkan Parjo menggejot anusnya.
“Gilaaa.. sett.. ughhh.. ssst!” mulut Amanda ngomel-ngomel nggak karuan sambil merem-melek tak berdaya.
Tiba-tiba badanku diangkat, dan kedua kakiku dilingkarkan hingga mengalungi pinggang Bang Muin, ternyata dibalik tubuh gemuknya, tenaganya besar juga, karena ia mengangkatku dengan amat mudah. Aku lalu mengalungkan tanganku keleher Bang Muin untuk menjaga keseimbanganku. Aku merasakan ada benda tumpul yang menggesek-gesek vaginaku, mencari jalan masuk. Setelah batang penis bang Muin berada tepat di antara bibir vaginaku, pantatku ditarik dengan keras-keras hingga masuk semua batang penis itu dengan lancar menerobos liang vaginaku yang memang sudah licin. Penisnya pun langsung bergerak-gerak dengan liar, dan ternyata walaupun sudah berumur, namun batanganya masih amat keras, dan genjotannya pun mantap.
Tak lama kemudian, aku merasakan sebuah jari mengorek-orek liang anusku. Dalam posisi seperti ini, anusku memang terbuka lebar, seakan mengundang Bang Nono untuk memainkan jarinya di anusku ditengah genjotan nikmat Bang Muin. Sensasi aneh melandaku, belum pernah aku diperlakukan seperti ini sebelumnya, sungguh sangat berbeda, dan nikmat. Tetapi makin lama aku merasakan jari-jari bang Nono semakin besar, aneh sekali, hingga aku akhirnya menyadari, bahwa bukan jari lagi yang mengorek-orek anusku, melainkan penisnya. Bang Nono berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku!
“No, jangan keterlaluan lu No!” kataku sedikit panik.
“Tenang aja non, nanti juga enak ko, tanya aja ama non Amanda noh” jawab ang Nono santai.
Penisnya memasuki anusku yang sempit, senti demi senti.
“Ssst.. aaah.. aaah!” Gila sakit banget, baru kali ini anusku digarap orang. “Aaakkh..!” aku menjerit sekuat tenaga begitu batang penis itu seluruhya masuk ke dalam anusku.
Untuk beberapa saat, gerakannya masih perlahan, keluar masuk sedikit demi sedikit. Namun makin lama, gerakannya makin cepat, bahkan mulai mengimbangi gerakan bang Muin. Tubuhku pun hanya bisa terlonjak-lonjak diapit oleh dua tua bangka yang sedang menikmati tubuhku ini.
“Ehrrgh…ehrrg” erangku tak tahan.
Selang beberapa saat, terasa juga nikmat yang sebelumnya tidak terbayangkan, timbul dari gesekan dari dua lubang kenikmatan di tubuhku ini. 10 menit kemudian, tubuhku mengejang rasanya nikmat sekali dan akupun hampir semaput, sampailah aku pada klimaks. Sialan, rasanya mudah sekali aku mencapai orgasme bila sedang digarap oleh geng bejat ini, padahal bisa sedang bercinta dengan Ryan, aku sulit mencapai kepuasan seperti ini. Tapi meski aku sudah orgasme, dan vaginaku mengeluarkan cairan yang mengucur dengan deras dan muncrat kemana-mana, kedua orang ini masih sibuk menggenjotku. Sungguh kewalahan aku melayani mereka.
Beberapa saat kemudian kurasakan bang Nono yang sedang menggarap anusku, menggeram serta meremas pantatku kuat-kuat, dan kemudian kurasakan bagian dalam anusku tersembur cairan yang hangat. Rupanya ia sudah mencapai orgasme, bang Nono pun melepaskan tubuhku, dan jatuh terduduk karena lemas. Tinggal bang Muin yang masih menggenjotku sambil berdiri, perkasa juga ia rupanya.
”Gimana In, memeknya enak gak?” tanya Parjo
Rupanya Parjo dan Hadi telah selesai menggarap Amanda, dan kini keduanya duduk selonjor diatas matras, sementara Amanda masih berbaring lemah dengan kedua kaki mengangkang. Nafasnya tampak terengah-engah kelelahan.
“Gillaa men…eennaaakk banget…memek ABG” kata Bang Muin terengah-engah.
“Yah enak lah..gratis!” ejek Hadi.
Percakapan mereka ini sungguh membuat hatiku panas. Tak lama kemudian, Bang Muin menggeram keras, penisnya berdenyut-denyut, dia lalu menghujamkan penisnya dalam-dalam.
“Aaahhh non Dindaaa…enakk banget” erangnya.
Penisnya pun menyemburkan spermanya hingga memenuhi rahim dan vaginaku. Bang Muin lalu melangkah menuju matras, dengan lembut membaringkanku diatas matras, dan sejenak mencium dan memasukan lidahnya kedalam mulutku, sementara penisnya masih tertancap di vaginaku.
“Woy gantian, gue juga pingin rasain memeknya nih”, kata Parjo sambil tertawa-tawa, waduh habis aku, sama sekali gak dikasih kesempatan untuk istirahat.
“Banyak bacot lu pada! Gak tahu lagi enak apa? Tuh pake sepuaslu!” kata Bang Muin sambil bangkit berdiri.
Hadi dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Parjo memposisikan diri diantara kedua kakiku. Parjo pun lalu langsung memasukkan penisnya yang masih belum tegang benar kedalam vaginaku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah dengan tubuh yang bergoyang-goyang akibat genjotan Parjo yang mantap. Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan penisnya ke dalam vaginaku. Sementara Hadi menjejal-jejalkan penisnya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengontrol diriku lagi, dan segera melakukan kuluman dan jilatan pada penis Hadi dengan lidah dan mulutku. Akupun semakin lama semakin horny dan semakin tidak kuat lagi menahan desakan kenikmatan yang makin memuncak dan semakin tidak tertahankan itu. Hingga akhirnya merasa seperti melayang menyentuh awan dan tanpa sadar aku melenguh keras .
“Ooooahh…, Jooo..”, dan akupun meremas kuat belakang kepala Parjo dan menjepit erat pinggangnya dengan kedua paha dan kaki sekuat-kuatnya dan juga mengangkat pinggulku hingga penisnya menancap dalam-dalam liang vaginaku, saat itu diriku terasa basah dan nikmat sekali. Basah baik pada lubang kemaluanku maupun sekujur tubuhku.
Meskipun badanku terasa begitu lemas sehabis orgasme tersebut, aku memaksakan diri dan meraih penis Hadi yang sempat lepas dari kulumanku, dan segera memasukannya lagi kedalam mulutku, entah kenapa penis itu rasanya nikmat sekali, atau mungkin karena aku seudah kecanduan menghisap penis? Hampir 15 menit lamanya mereka menikmati servis vagina dan mulutku. Tak lama kemudian, Hadi mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan benda itu dari dalam mulutku, namun tangan Hadi yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itupun akhirnya memenuhi seluruh sudut mulutku.
“Jangan dulu ditelen non, nikmatin dulu dong” kata Hadi sambil tertawa-tawa.
Iapun lalu membuka mulutku dengan paksa, dan tertawa puas ketika melihat mulutku yang penuh dengan spermanya. Akhinya ia melepaskan mulutku, dan aku segera menelan cairan berbau menyengat itu. Ketika aku melihat kesamping, rupanya Amanda telah kembali digarap, kali ini oleh Bang Muin, sementara bang Nono sudah menghilang entah kemana. Tiba-tiba Parjo yang masih menggenjotku melenguh panjang, ia rupanya telah mencapai orgasmenya. Iapun meremas-remas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Aku merasakan penisnya memuntahkan lahar panas didalam vaginaku, untuk kedua kalinya dalam sehari, rahimku dibanjiri sperma orang-orang yang kubenci, belum lagi yang orgasme di mulut dan anusku.
Beberapa saat kemudian dengan nafasnya yang tersengal-sengal Parjo memisahkan diri dari diriku. Banyak sekali sperma yang memenuhi vaginaku, bahkan sampai meluap keluar dan membasahi daerah sekitar bibir vaginaku. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya. Hadi dan Parjo sudah terduduk terengah-engah, tampaknya sudah tak mampu berdiri, Bang Muin pun sudah berdiri dan hendak memakai pakaiannya, jadi akupun hendak berdiri, ketika bang Muin tiba-tiba berkata.
“Jangan dulu bangun non, kita mau ngasih hadiah nih buat non, karena udah berbaik hati ngasih tubuh non buat kita nikmatin rame-rame” katanya sambil terkekeh, iapun memberi isyarat pada Amanda yang masih terbaring lemah.
Akupun merasa sedikit aneh, ini pasti cuma kerjaan mereka buat mempermalukan aku lebih jauh. Tapi tiba-tiba, Amanda yang telah bangkit, langsung berjongkok diatas kepalaku, hingga vaginanya terletak tepat diatas mulutku.
“Sori Din, gue kepaksa” katanya lirih.
Iapun mengorek vaginanya dengan jarinya dan cairan sperma bercampur cairan vagina Amanda pun mengucur deras kedalam mulutku. Cairan itu pasti merupakan hasil” tabungan” Hadi dan bang Muin tadi. Tanpa banyak protes aku langsung menelan semua cairan mengucur deras tersebut, bahkan aku meraih tubuh Amanda dan langsung mencucup dan menyedot vaginanya dengan semangat.
“Ahha Dinda…jang..annn” erang Amanda, tapi tubuhnya tidak mengadakan perlawanan.
“Wuiih gillee…ternyata non Dinda doyan peju” komentar Parjo yang melihat kelakuanku.
Setelah semuanya selesai, tanpa banyak bicara aku meraih tasku dan mengeluarkan tisu yang selalu kubawa , aku segera mengelap seluruh tubuhku seadanya dari seluruh cairan bekas pertempuran tadi. Setelah selesai, aku segera mengenakan seragamku kembali, diiringi siulan dan ejekan dari para pegawai sekolah yang baru saja menggarapku itu. Aku melihat Amanda pun sudah mengenakan seragamnya kembali dengan lengkap, aku segera menarik tangannya untuk segera keluar dari dugang sekolah jahanam itu.
“Non Dinda, non Amanda, kapan-kapan kita main lagi oke, dijamin pasti lebih puas” entah siapa yang mengatakannya.
Aku menulikan kupingku dan berjalan menarik Amanda menuju parkiran sekolah.
“Sini Din, yang ini mobil gue” kata Amanda sambil menghampiri sebuah sedan keluaran terbaru berwarna gelap.
“Kamu biasa pulang naik taksi kan? Mau gue anter gak” tanya Amanda.
Aku mengangguk dan segera menaiki mobilnya, tak lama kemudian mobil itupun meluncur mulus di jalan menuju rumahku. Dalam perjalanan kami bercakap-cakap mengenai banyak hal, terutama mengenai bagaimana Amanda bisa menjadi budak seks geng bejat tersebut. Kisahnya berawal hampir satu tahun yang lalu, saat itu Amanda yang merupakan siswi berprestasi di sekolahku masih duduk di kelas 2. Suatu hari ketika hendak pulang sekolah, Amanda dipanggil menghadap ke kantor Pak Dedi. Disana, tasnya diperiksa dan akhirnya ditemukan 2 gram shabu. Meskipun Amanda telah membantah habis-habisan bahwa narkoba itu adalah miliknya, tapi pak Dedi tetap tidak percaya. Setelah memohon habis-habisan supaya tidak dilaporkan ke polisi, pak Dedi akhirnya setuju, asalkan Amanda mau menjadi budak seksnya. Dengan berat hati Amanda pun menyetujuinya. Hingga sekarang ini, Amanda masih belum bisa lepas dari cengkraman geng bejat tersebut.
“Setelah gue pikir-pikir, kayaknya yang naruh narkoba itu di tas gue pasti pak Dedi sendiri, atau si Nono brengsek itu. Itu pasti jebakan, soalnya mana mungkin tiba-tiba ada narkoba di tas gue pas di hari yang sama gue dirazia ama pak Dedi” kata Amanda geram.
Aku setuju, tidak mungkin semuanya kebetulan. Tapi yang lebih aku risaukan adalah nasibku yang mungkin akan serupa Amanda, selama bertahun-tahun menjadi budak seks tua bangka itu. Bergidik aku membayangkannya. Tak lama, mobil itupun sampai kedepan rumahku. Sebelum turun aku memegang tangan Amanda.
“Jangan khawatir kak, pasti ada jalan keluarnya, kita pasti bisa mengalahkan geng tua bangka brengsek itu” kataku meyakinkan.
Amanda hanya tersenyum. Walaupun kita belum lama kenal, namun sebagai kawan senasib sepenanggungan, jalinan persahabatan ini telah terjalin kuat. Tunggu saja geng bejat, tunggu pembalasanku kataku dalam hati.
To Be Continued
-------------------
jadi penasaran ama kelanjutannya hi hihi
Aku simpen dulu yak si dinda
mataku udah 5 watt T-T, he he he
Keep on Going ! ! ! ! ! ! Thx atas karyanya
@shusaku : bro kalo boleh request. . . . di lanjutin dong seri nightmare campus . . itu karya fav gw ! ! ! Bagus banget tuh bro, bakalan byk menginspirasi penulis2 baru ! !
Sukses selalu . . . . ! ! !
Re: iya lagi dalam penggarapan nih, tunggu aja
atau eps ke 3 ttng sherin nih bro raito… hehe
GL trus bro semangad!!
di KBB makin banyak cerita loli..
mulai dari anak majikanku (sayang dah tamat..T-T)
hospital , trus karang dinda..
jadi tambah mupeng kalo ceritanya loli..ato cewe kampus masih seger-seger
ceritanya dah bagus, seeep Cuma gambarnya kalo bisa cari yang lebih muda lagi biar mencerminkan sweet 16 an ato 17 biar lebih ngacung neh selangkangan…
Wakakaka
Re: itu gambar modelnya dah dipilih yg muda, masa masih kurang muda? ntar jadi pedophile taste lagi
Re: iy iy tar lagi gw bikin
seperti model atau artis gitu…
@Hello K!tty, ditunggu cerita2 loli selanjutnya, cerita2 nya very inspirational, bikin gue semangat nulis nih.
@Coli!! tebakan jitu! Sherin emang disimpen buat eps 3, tunggu aja tanggal postingnya oke bro?!
Ahh Eliza emang gak ada matinya, selalu aja keluar di comment, buat Dian Kanon, please dunk keluarin Elizanya, setidaknya one last episode deh, biar mupengers pada tenang tidurnya.
ada Dinda, sebelumnya ada Sherin, trus skrg ada Amanda… namanya bagus2.. jadi makin sedep ngebayanginnya.
Re: itu gambar modelnya dah dipilih yg muda, masa masih kurang muda? ntar jadi pedophile taste lagi
weheheh… ya ngga segitunya juga, bos.
cuma emg susah yak cari foto yg modelnya cewek pake baju seragam putih-abu2? supaya lebih kerasa kesan anak sekolahannya…. ^^
Re: foto2 disini kan cuma sebagai ilustrasi saja memperjelas deskripsi cerita, sori kalau kebetulan sama. ok