Sherin |
Aku membuka mataku yang serasa dilem rapat-rapat, aku mencoba bergerak tetapi badanku terasa sakit-sakit. Huh, gara-gara para penjaga sekolah brengsek itu, menggarapku tanpa ampun kemarin sore, badanku serasa seperti habis hiking saja. Aku melihat jam weker disamping tempat tidurku, sudah pukul setengah 6, hari yang baru, penderitaan yang baru pula. Entah cara apalagi yang mereka rencanakan untuk mengerjaiku hari ini. Tapi harus kuakui, aku diam-diam agak berdebar-debar juga, aku mulai menikmati bercinta gangbang seperti yang baru-baru ini saja aku alami, mungkin jika saja mereka tak memakai cara-cara kotor seperti pemerasan atau fitnah, aku mungkin akan melayani mereka dengan senang hati. Plaakk! Aku menampar diriku sendiri, apa yang aku pikirkan? Diperkosa kok enjoy! Aku segera bangkit dari tempat tidurku dan menuju kamar mandi, membersihkan badan sekalian membersihkan pikiran kotor yang mengisi benakku.
20 menit kemudian aku keluar dari kamar mandi, dengan hanya berbalutkan handuk, sejenak aku berhenti didepan cermin besar yang tergantung di dalam kamarku, akupun membuka handuk yang melilit tubuhku. Aku menatap pantulan bayanganku sendiri di cermin, bukannya narciss tapi wajahku memang cantik, badanku pun ideal, sejenak pandanganku jatuh ke arah selangkanganku dan menatap belahan vaginaku. Tak terasa aku tertawa, hanya karena bagian tubuhku yang ini, banyak lelaki rela berbuat apapun untuk mendapatkanku, cukup menyanjung egoku juga. Tak lama aku segera turun kelantai bawah untuk sarapan pagi dengan keluargaku, pembicaraan membosankan seperti biasa pun terjadi, “gimana sekolahnya?”, “yang rajin belajar yah, supaya cita-citamu tercapai”, “jaga kelakuan, kamu kan perempuan”. Dan segudang petuah lagi yang selama belasan tahun diulang-ulang dan didorong masuk kedalam kupingku. Dengan tampang se-innocent mungkin aku membalas dengan setumpuk basa yang tak kalah basinya. Tampaknya mereka puas dengan jawabanku, aku masih mereka anggap sebagai putri kecil mereka yang belum tahu apa-apa, sejenak tergoda juga untuk menceritakan petualangku akhir-akhir ini, iseng saja untuk melihat air muka ortuku ketika mengetahui aku tidak se-innocent bayangan mereka.
Didalam mobil yang mengantarku ke sekolah, HP ku berbunyi, segera kubuka. Sudah kuduga, sms dari pak Dedi.
“Dinda, nanti kamu jangan langsung masuk kelas, ke lab fisika dulu sebentar”
Lab fisika? Mau apalgi para bandot tua itu, sebentar lagi jam masuk kelas, jadi tak mungkin mereka akan menggarapku disana. Akupun menutup HP ku, segudang pertanyaan menggayuti kepalaku. Mobilku akhirnya memasuki pekarangan sekolah, akupun segera turun.
“Non Dinda, nanti siang mau dijemput apa nggak?” Fendi sopirku bertanya padaku.
“Iya pak Fendi, nanti tunggu disini yah” kataku.
“Iya Non” jawabnya pendek.
Aku melihat sekeliling, belum banyak siswa yang datang. Langkahku segera membawaku menuju Lab fisika.
Begitu sampai, aku langsung membuka pintu lab, tidak terkunci. Pak Hendri ternyata sudah berada di dalam lab, ia sedang duduk dibalik meja gurunya, tapi pak Dedi tidak kelihatan batang hidungnya.
“Eh Din, ayo masuk, trus tolong kunci pintunya” Pak Hendri bangkit dari kursinya, dia lalu membuka laci mejanya dan mengeluarkan seperangkat benda aneh.
Aku segera mengunci pintu dan berjalan mendekati meja, tanpa disuruh.
“Sini Din, duduk di meja” kata pak Hendri sambil berjalan mengitari meja.
Aku segera duduk di meja kerjanya, karena mejanya cukup tinggi, kakiku hampir tak menyentuh lantai. Pak Hendri lalu berdiri dihadapanku, ia memegang suatu benda aneh ditangannya, bentuk dan ukurannya seperti tabung lipstik, tetapi lebih besar, sepertinya terbuat dari karet dan ada benjolan-benjolan di sekeliling tabung itu, dan ada sesuatu yang seperti kabel sepanjang setengah jengkal pada ujungnya.
“Buka lebar-lebar kaki kamu Din” perintahnya
Tanpa banyak bicara aku menurut. Pak Hendri sedikit membungkuk dan menyingkapkan rokku keatas memperlihatkan pahaku yang putih mulus, ia lalu menyingkapkan celana dalamku yang berwarna biru muda kesamping, sehingga belahan vaginaku terlihat jelas.
Pak Hendri lalu dengan berhati-hati memasukkan tabung tersebut kedalam vaginaku, aku sedikit menikmati gesekan terhadap dinding vaginaku itu. Hatiku langsung berdetak kencang, “Dildo!” teriakku dalam hati. Dengan mulus, benda itu langsung masuk kedalam vaginaku, hanya menyisakan setengah jengkal kabel tebal yang tampak aneh karena menjulur keluar dari vaginaku.
“Apaan ini pak?” tanyaku pura-pura tak mengerti.
“Oh, ini cuma hasil hobi bapak, merakit benda-benda elektronik, udah kamu boleh kembali ke kelas” katanya tak acuh, sambil kembali berjalan menuju kursi duduknya.
Dasar pervert! Hobinya juga pervert! Pikirku dalam hati Aku lalu meloncat turun dari meja tersebut, dan berjalan menuju pintu, cukup aneh juga rasanya berjalan dengan dildo kecil dalam vaginaku, agak sedikit mengganjal, dan gesekan-gesekan dari benjolan-benjolan di permukaan dildo tersebut, membuatku sedikit menahan nafas setiap kali kakiku melangkah. Belum sampai menuju pintu, tiba-tiba aku merasakan dildo didalam vaginaku bergetar keras, layaknya vibrasi handphone. Hanya saja jika vibrasi HP tidak akan ada masalah, sedangkan vibrasi dildo yang ada dalam vagina? Bisa dibayangkan akibatnya!
“Arggghhh..” aku mengerang, lututku terasa lemas, sehingga terpaksa berpegangan pada meja didekatku untuk menjaga keseimbangaku.
Tua bangka sialan! Jeritku dalam hati. Aku segera berbalik bersiap untuk mendamprat pak Hendri. Kulihat ia masih duduk di kursinya sambil tersenyum-senyum, ditangannya terdapat semacam alat sebesar kunci remote mobil. Pasti remote untuk mengaktifkan vibrasi dari dildo didalam vaginaku.
“Pak apa-apaan sih!” sergahku.
“Apa? Gak ada apa-apa kok, kamu balik aja ke kelas” katanya sambil menahan senyum.
Sejenak aku terdiam tak tahu harus berbuat apa. Tapi akhirnya aku berjalan kembali ke kelas, toh aku tak bisa berbuat apa-apa. Sambil sedikit ngedumel, aku lalu duduk di bangkuku di kelas. Ratna yang seperti biasa sudah tiba lebih dahulu dariku tampak sedikit bingung melihat tampangku yang bete.
“Ada apaan sih, pagi pagi udah cemberut gitu?”
“Gak ada apa-apa kok” kataku tanpa banyak bicara.
Aku segera mengalihkan pandanganku kearah jendela.
Mata pelajaran pertama, Bahasa Inggris berjalan dengan lancar, kecuali gerakku yang sedikit terganggu dildo sialan ini.
Mata pelajaran kedua Fisika! Pak Hedri pun memasuki kelas dengan langkah lambat. Seperti biasa ia mengajar dan berbicara dengan kecepatan kura-kura yang lagi sakit kaki. Membosankan bukan main. Akupun mengalihkan pandanganku ke jendela, sekilas aku melihat Hadi yang lewat didepan jendela kelasku, ia tampak menyeringai melihatku yang sedang menatapnya. Tiba-tiba aku serasa dialiri listrik, kepalaku mendadak pening, vaginaku terasa berdenyut-denyut. Dildo sialan itu kembali bergetar! Aku menatap pak Hendri yang masih berdiri didepan kelas, sebelah tangannya masuk kedalam saku. Ia sama sekali tak melihat kearahku.
Satu jam berikutnya benar-benar menjadi mimpi buruk. Tiap 5 menit, Pak Hendri mengaktifkan vibrasi dildo tersebut, kadang lama, kadang pendek. Hasilnya adalah aku yang gemetar menahan nafsu berahi didalam kelasku sendiri, didepan teman-temanku! Keringat mulai mengalir keluar dari tubuhku, kalau sempat aku menggigit bibirku sendiri untuk menahan erangan yang mendesak keluar, terkadang mulutku terbuka membentuk huruf O tapi tidak ada suara yang keluar. Lama kelamaan, Ratna teman sebangkuku jadi curiga juga.
“Kamu gak apa-apa Din? Kok dari tadi gemeteran terus, kamu sakit?” tanyanya prihatin
“Gak kok, gak…ehhm…gak apa-apa” dildo sialan itu kembali bergetar.
Kini vaginaku sudah basah kuyup dan berdenyut-denyut keras minta digenjot, Ini sungguh siksaan berahi paling berat yang pernah menghantamku. Ingin rasanya aku menjerit atau setidaknya mengerang, tapi bagaimana mungkin aku melakukannya didepan kelas ku sendiri, mau ditaruh dimana mukaku.
Celana dalamku pun mulai basah, membuatku makin tak nyaman, aku khawatir nanti rokku pun bisa basah kuyup karena cairan pelumasku.
Karena sudah tidak tahan, aku mengangkat tanganku.
“Pak saya mau kebelakang” kataku, akupun segera bangkit dan berjalan keluar kelas tanpa menunggu jawaban dari pak Hendri.
Aku berjalan dengan terburu-buru, setiap langkahku membuat dildo dalam vaginaku bergerak makin liar menggosok dinding-dinding liang vaginaku, membawaku makin dekat kearah orgasme, akupun beberapa kali harus menutup mata merasakan siksaan nikmat ini. Begitu sampai ke WC sekolah, aku langsung menuju ke salah satu bilik toilet yang berada didalam WC perempuan. Begitu berada didalam bilik, aku langsung mengunci pintu, mengangkat rokku setinggi mungkin, dan duduk diatas toilet. Aku melihat celana dalamku benar-benar sudah basah kuyup. Aku menyingkapkan celana dalamku kesamping, dan dengan perlahan menarik keluar dildo yang tertanam dalam vaginaku itu. Gesekan dildo itu menimbulkan rasa nikmat, seakan menggaruk vaginaku yang sedang gatal, sehingga aku batal menariknya keluar, aku justru memaju mundurkan dildo tersebut, seakan dildo itu adalah penis yang sedang menyetubuhiku.
“Erhggg…” erangan tertahan keluar dari mulutku, nikmat ini sungguh tak tertahankan.
Gerakan maju mundur, keluar-masuk itupun makin cepat, seiring orgasmeku yang makin mendekat.
“Ahhhh…oohhhh..ohhh” aku sudah tidak peduli lagi jika ada yang mendengar eranganku, asalkan berahi ini bisa tertuntaskan.
“ohhhh… shiittt..gillaa” akupun mengerang panjang.
Aku segera mencabut dildo tersebut, dan cairan orgasme ku segera tumpah ruah, muncrat keluar dari liang vaginaku, mengucur jatuh langsung kedalam toilet. Aku mengernyit menahan nikmat, nafasku terengah-engah seperti habis lari marathon. Tidak kusangka bisa merasakan kepuasan seperti ini hanya dengan sebuah dildo berukuran mini. Sejenak aku menyender kebelakang, tubuhku rasanya lemah sekali. Setelah mengumpulkan sedikit tenaga, aku hendak berdiri, tetapi celana dalamku yang basah membuatku tidak nyaman, jadi akupun tanpa mau repot langsung menyobek bagian samping celanaku dengan mudah, lebih baik tak pakai celana dalam daripada tidak nyaman, pikirku dalam hati. Akupun merobek tisu gulung yang ada didalam toilet untuk membersihkan sisa-sisa cairan orgasme yang masih membasahi vagina dan pahaku, untung tidak sampai membasahi rokku.
Dengan celana dalam basah dan dildo mini ditanganku, aku berdiri dan keluar dari bilik toilet tersebut. Aku hendak membuangnya di tempat sampah, ketika kudengar pintu WC perempuan itu terbuka, diikuti suara klik kunci yang tertutup. Aku berbalik dan mendapati Hadi yang sedang tersenyum-senyum berjalan mendekatiku.
“Non lagi ngapain? Lagi onani yah?” tanyanya mesum.
Aku tidak menjawab, hanya langsung membuka tutup tempat sampah dan menjatuhkan celana dalamku kedalamnya, aku hendak membuang dildo itu pula, persetan aku sudah tidak peduli lagi. Tapi Hadi mencegahku.
“Eh non jangan dibuang, sayang. Kata pak Hendri dildonya harus dibalikin. Sini kasih ke saya saja, biar saya yang balikkin”
Aku segera meletakkan benda tersebut diatas telapak tangannya yang terulur. Ia segera memasukannya ke dalam saku.
Aku hendak berjalan keluar dari WC, ketika Hadi tiba-tiba mendorong kedua bahuku hingga punggungku mepet ke dinding.
“Mau apa lu? Lepasin!” kataku sambil berusaha berontak.
“Gak apa-apa kok, cuman mau ngecek sesuatu” katanya sambil nyengir.
Tangannya lalu menyelinap kebalik rokku, dan langsung menemukan vaginaku yang tidak tertutup celana dalam lagi. Begitu menemukan celah vaginaku, dua jarinya langsung bergerak perlahan memasuki liang vaginaku yang sudah basah, lalu perlahan bergerak keluar masuk, birahiku pun naik lagi.
“Wah si non, bener-bener kegatelan pengen digaruk yah? Sampe kesekolah aja gak pake celana dalam, mana memeknya udah basah kayak gini lagi, pengen digaruk non? Nih pake kontol saya aja” ejeknya.
“Hadi, lepasin ah!” bentakanku memang keras, tetapi rontaanku hanya rontaan setengah hati, dan Hadi sepertinya menyadarinya, senyum kemenangan terukir diwajahnya yang penuh bopeng.
“Lepasin apa puasin? Saya kurang denger tuh” katanya, sambil satu tangannya menurunkan resleting celananya, lalu merogoh kedalam, dan mengeluarkan penisnya yang ternyata sudah ereksi maksimal.
Hadi lalu mengangkat satu kakiku dan menempelkannya kedinding, sehingga aku berdiri hanya dengan satu kaki. Rok seragamkupun tertarik keatas. Hadi langsung menghimpitku, penisnya digosok-gosokkan kebelahan vaginaku, membuatku menggigit bibir bawahku, jangan sampai aku keceplosan dan memintanya cepat-cepat memasukan penisnya kedalam.
“Gimana non? Gak keberatan kan saya entot?” katanya, ia sudah tahu apa jawabanku.
“Gak kok, terserah mang Hadi aja” kataku mulai pasrah.
Hadi langsung memasukan kepala penisnya kedalam vaginaku, dan setelah tepat posisi penisnya diantara bibir kewanitaanku, langsung ditekannya kuat-kuat, hingga seluruh batang penisnya amblas masuk dalam vaginaku.
Hadi langsung bergoyang-goyang keluar masuk dengan gencar aku kewalahan menghadapi serangannya. Tubuhku yang mungil itupun langsung terlonjak-lonjak membentur dinding WC tersebut. Erangan dan desahan langsung terdengar bergema didalam ruangan tersebut.
“Ohhh…non Dinda…gimana..kontol..saya..enak gak?” erangnya seperti orang yang sakit asma.
“Enak banget bang..terus genjot..yang kuat..bang” erangku yang sudah kehilangan akal sehat.
Hadi terus mengeram-ngeram sambil menekan-nekan penisnya dan mendesak tubuhku sampai aku sesak nafas, mulutnya langsung menciumi leherku dan bagian atas dadaku yang tidak terlindung seragam. Sesekali aku mendengus dan mendesis menyambut setiap gesekan alat vital kami. Tak lama yang terdengar hanya deru nafas Hadi dan aku, diselingi lenguhan dan erangan panjang. 15 menit lamanya Hadi menggenjotku sambil berdiri, sampai akhirnya tubuhku mengejang seperti ditarik dua kuda sekaligus.
“Baanng Hadiii..” erangku panjang sambil meremasi rambut dikepalanya, lalu sepertinya tumpah semua cairan dari dalam liang vaginaku, membasuh penis Hadi yang masih keluar masuk vaginaku dengan semangatnya.
Tak lama kemudian genjotannya semakin cepat dan cepat, lalu berhenti…….Tubuh Hadi tersentak sentak, kurasakan penisnya bergetar keras dan kurasakan liang vagina dan rahimku di sembur cairan hangat, sperma bang Hadi.
“Nonn..erggh” erangnya perlahan.
Hadi meremas rambutku yang sudah kusut masai, lalu menciumku dengan lembut seakan ia kekasihku. Akupun membalas dengan tak kalah lembutnya, sejenak lupa bahwa Hadi adalah tukang sapu sekolah yang sedang memperkosaku. Sejenak ruang itu terasa hening, detak jantung kami pun seakan bergema seirama. Aku masih menghayati kenikmatan yang baru saja menerpaku, begitu juga Hadi, nafasnya yang masih memburu, menerpa leherku. Aku tiba-tiba tersadar akan situasi, dan karena merasa salah tingkah, aku langsung mendorong Hadi hingga ia jatuh terduduk, ia pun mengaduh.
“Aduh! non Dinda ini, abis dapet enaknya aja, langsung…”
“Eh jangan banyak omong yah, siapa bilang gue ngerasa enak diperkosa ama tukang sapu kayak lu”
Dengan muka merah padam menahan malu, akupun langsung berjalan menuju pintu keluar, untunglah kuncinya masih tergantung dipintu. Aku segera memutar kuncinya dan meninggalkan WC itu, namun belum sempat aku sampai ke kelasku, bel tanda istirahat telah berbunyi, jadi aku memutar langkahku menuju kantin. Aku benar-benar merasa tidak nyaman, rambutku berantakan dan kusut, tubuhku terasa lemas, begitu panas dan berkeringat membasahi seragamku, cairan orgasmeku bercampur dengan sperma Hadi kurasakan mengalir turun dari pahaku menuju kakiku. Inginnya aku langsung pulang saja kerumah, melihat kondisiku yang sudah tidak keruan seperti ini, mungkin bisa menimbulkan tanda tanya teman-temanku. Aku menimbang-nimbang sejenak, sebelum akhirnya memutuskan untuk tetap di sekolah, tentu saja setelah sebelumnya membenahi penampilanku.
******
Jam-jam pelajaran berikutnya berlalu begitu saja tanpa ada peristiwa yang berarti, mungkin karena pikiranku yang masih setengah semaput. Tampaknya tidak ada yang menyadari penampilanku yang agak berantakan dan lain dari biasanya, untunglah. Bel pulang sekolah pun berbunyi, anak-anak di kelasku langsung ribut begitu Pak Darman wali kelasku mempersilahkan kami pulang, akupun membereskan tasku sambil tenggelam dalam lamunan.
“…gimana?” sebuah kata tanya yang sepertinya dialamatkan padaku
“ehh..apa?” kataku langsung tersadar dari lamunanku.
“Kamu kenapa sih akhir-akhir ini, kok kayaknya tingkah kamu aneh banget” kata Ratna, pandangannya penuh selidik menatapku
“Ah..nggak kok, perasaan kamu aja kali, emang tadi kamu nanya apaan?” kataku berusaha mengalihkan perhatian
“Makanya jangan ngelamun terus, aku bilang tadi kamu nanti datang ke pestanya Ryan ama siapa?” tanyanya lagi.
“Eh..pesta?..oh my god!” aku baru teringat bahwa nanti malam adalah pesta ulang tahun Ryan pacarku. Aku benar-benar lupa, selain karena masalahku dengan geng bandot tua, juga karena aku memang sedang berusaha menghindari Ryan. Setelah peristiwa yang diakibatkannya kini, aku merasa malas bertemu dengannya, jangankan mendekatinya, mendengar suara lewat telepon saja aku tidak tahan.
“Aku kayaknya gak dateng deh nanti, lagi gak enak badan nih” kataku sambil bergegas meninggalkan ruang kelas.
“Apaa? Eh Din tunggu..Dindaa..” kudengar Ratna berusaha mengejarku.
Akupun mempercepat langkahku, enggan rasanya membohongi sahabtku sendiri, tapi mau bagaimana lagi, tak mungkin aku menjelaskan semuanya pada Ratna. Akupun bergegas menuju lapang parkir, kulihat mobilku sudah terparkir disana, tetapi sebelum aku sampai ke mobilku, aku melihat kakak kelasku Sherin melambai memanggilku dari samping mobilnya. Sherin adalah salah satu siswi yang juga menjadi korban dari geng bandot tua di sekolahku. Akupun menghampirinya. Dan kulihat ternyata ada Amanda berdiri disamping Sherin.
“Ada apa kak?” tanyaku.
“Ehh..aku ama Amanda disuruh pak Hendri buat bawa kamu nanti malam ke rumah pak Dedi” katanya, nada penyesalan terdengar jelas dari suaranya.
“Gangbang lagi?” tanyaku harap-harap cemas, antara enggan dan pengen.
“Kayaknya sih? Tapi untung juga sih, soalnya… sekalian ada yang mau aku ama Amanda omongin ama kamu” katanya, wajah orientalnya yang cantik tiba-tiba tampak tersenyum sumringah.
“Emang mau ngomongin apaan kak?” tanyaku, rasa ingin tahuku langsung terbit.
“Gini Din, aku dapet ide untuk membebaskan kita dari tangan pak Dedi dkk” bisiknya
“Haahh, gimana caranya?” tanyaku antusias.
“Mendingan kita ongobrol di mobilku aja, sekalian aku nganter kamu pulang ” katanya
Akupun mengangguk setuju, aku segera menuju mobilku dan menyuruh sopirku untuk pulang duluan. Setelah mobilku berjalan pergi, aku duduk kursi belakang, sementara Amanda di kursi penumpang di depan . Tak lama kemudian mobil itupun berjalan meninggalkan sekolahku.
“Jadi gimana caranya kak?” tanyaku tidak sabar.
“Gini Din, pas kemaren kita digarap bareng di rumah pak Dedi, aku baru sadar bahwa pak Dedi selalu ngerekam semua perbuatan bejatnya lewat kamera tersembunyi. Aku gak sengaja nemuin kamera itu di sembunyiin di atas rak buku di kamar tidurnya Pak Dedi. Kalo kita bisa nemuin alat perekamnya, atau tempat pak Dedi menyimpan kaset videonya, kita bisa memberikan rekaman itu ke Kepala sekolah, biar pak Dedi ama gengnya dipecat” jelasnya antusias
“Tapi kak..kalo rekaman itu disebar, bukannya kita yang rugi sendiri?” tanyaku khawatir
“Tapi kan gak usah rekaman kita sendiri yang kita sebarin, kan masih ada rekaman-rekaman kakak kelas kita yang terdahulu” kata Amanda
“Tapi itu artinya kita nyebarin aib orang dong” kataku
“Kamu ini kenapa sih? Bukannya semangat dikasih jalan keluar, malah mencla-mencle gini, denger Din, di dunia ini kadang kita harus kejam dan egois, kalo gak lu bakalan bisa hidup” katanya sedikit marah.
Aku mengangguk pelan, jika memang tidak ada cara lain tampaknya kami harus melakukan ini jika ingin bebas di pak Dedi dkk. Aku, Amanda dan Sherin pun membahas rencana kami, yang akan dilaksanakan malam itu juga.
********
Malam itu, mobil yang membawa Sherin, Amanda dan aku, berjalan perlahan hingga akhirnya berhenti didepan rumah pak Dedi.
“Gimana udah pada ngerti kan? Kita keroyok pak Dedi ama gengnya hingga semaput, terus begitu ada kesempatan, siapapun dari kita harus mencari tempat kaset video pak Dedi” jelas Amanda.
Aku dan Sherin mengangguk, tekad kuat jelas terbayang dari ekspresi wajah kami bertiga. Kami pun turun dari mobil dan menghampiri pintu rumah pak Dedi, tempat dimana semuanya bermula. Kami semua benar-benar tampak canti malam itu, meskipun hanya mengenakan make up tipis saja. Sherin mengenakan dan aku mengenakan kaos ketat berwarna gelap dan rok mini, Sherin dari bahan kain, sedangkan aku dari bahan jeans. Amanda mengenakan tank top motif army dengan celana pendek yang juga bermotif army. Semua pakaian kami jelas tidak cukup untuk menutupi keindahan tubuh kami, malah cenderung menonjolkannya. Hal yang memang disengaja oleh kami. Aku segera membunyikan bel pintu, dan tak lama kemudian pintu pun terbuka. Diluar dugaan, yang membukakan pintu adalah bang Muin si penjaga kantin, ia segera tersenyum, menampakkan giginya yang ompong.
“Eh..none-none cantik udah pada dateng, ayo masuk, kita-kita dah lama nih nungguin.”
Kami bertiga pun segera masuk, dan langsung mengikuti bang Muin menuju ruang tengah. Empat kepala langsung menoleh kearah kedatangan kami. Pak Dedi, Pak Hendri, Nono, dan Parjo, ditambah bang Muin semuanya ada 5 orang yang harus kami bikin semaput dengan tubuh kami bertiga. Bukan perkara mudah.
“Ehh akhirnya datang juga, ayo sini jangan malu-malu, mau minum dulu?” tanya pak Dedi sambil mengacungkan gelas ditangannya, sepertinya berisi Whiskey dan menunjuk kearah bar di pinggir ruangan, ekspresi mesum terbayang di wajahnya.
Kami bertiga pun segera duduk diatas sofa melingkar besar yang ada diruangan tersebut, diikuti 5 orang pria bejat yang langsung duduk merapat pada tubuh kami. Suara musik langsung terdengar dari stereo set yang distel cukup keras. Botol-botol bir dan minuman keras lain terhampar diatas meja. Kami pun langsung berbicara ngalor ngidul, sambil sesekali menuangkan minuman jika ada gelas yang kosong, ditingkahi suara teriakan dan ketawa terbahak-bahak. Sesekali ada saja tangan jahil yang meraba dada atau pantat kami, bahkan terkadang mencium bibir, atau meraba paha hingga kebalik rok yang kami kenakan.
Sekilas adegan itu seperti adegan yang biasa terjadi di tempat karaoke remang-remang, atau bar yang merangkap tempat prostitusi, lengkap dengan tamu yang setengah mabuk, dan pemandu lagu yang siap “dipakai” kapan saja. Hanya saja para tamu ini adalah guru dan staf sekolah, dan pemandu lagunya adalah siswi dari sekolah itu.
“Eh, kayaknya pesta kayak gini belum lengkap kalo gak ada striptease nya, tul gak” kata Parjo.
“Betul juga, tapi dimana nih nyari penarinya?” kata bang Muin berpura-pura bodoh, sambil matanya melirik kearah aku dan Sherin.
“Lha ini ada mereka, Sherin dan Dinda kan anggota cheers, pasti mereka jago narinya” kata Pak Hendri sambil terkekeh.
“Yak betul-betul, ayo Sher, Dinda, kamu juga Amanda nari dong, hibur orang-orang tua kayak kami” pinta pak Dedi.
Kami sadar kalo ini bukanlah permintaan, tapi perintah. Karena tidak ada pilihan, dan memang hal ini masih sejalan dengan rencana kami, setelah saling pandang sejenak, kami bertiga berdiri bangkit dari sofa.
Sherin menghampiri stereo set terlebih dahulu, ia lalu mengganti lagu yang sedang diputar dengan musik yang agak upbeat. ketika lagu mulai dilantunkan, tubuh Sherin dan aku mulai bergoyang mengikuti irama lagu. Sesekali Sherin meliuk-liukkan tubuhnya yang indah dengan menggairahkan, dan sesekali meremas-remas payudaranya dan juga terkadang meraba-raba selangkangannya. Aku pun melakukan hal yang sama, dan Amanda meski agak sedikit kaku, juga meniru perbuatan kami. Suara riuh rendah dan tepuk tangan langsung terdengar dari arah sofa. Untuk beberapa saat kami meliukan tubuh dan melakukan gerakan-gerakan sensual, termasuk mengedipkan mata sambil melancarkan senyum menggoda kearah para penonton kami. Sherin dan aku mulai menanggalkan pakaian kami dengan perlahan, dan menjatuhkannya ke lantai, Amanda melirik perbuatan kami dan melakukan hal yang sama. Kami pun dengan perlahan sambil bergoyang, membuka bra masing-masing dan melemparkannya kearah geng bejat itu yang menyambutnya dengan gembira. Perlahan suara teriakan dan tepukan mereda, tampaknya para penonton kami mulai dibuat panas dingin menahan nafsu, apalagi melihat payudara putih mulus dan mengkal milik kami bertiga yang bergoyang-goyang dengan indahnya.
Melihat para penonton didepan kami mulai blingsatan karena menahan nafsu, kami pun semakin hot meliuk-liukkan tubuh kami yang indah dan melepaskan rok dan celana pendek yang kami kenakan, hingga jatuh ke lantai. Sekarang kami bertiga menari nari dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Celana dalam Amanda tergolong biasa, celana dalam ku agak mini dan tembus pandang, sedangkan Sherin mengenakan G-string yang super mini. Membuat para penonton kami terbengong dan hanya bisa menelan ludah. Sherin lalu berjalan mendekati pak Dedi dengan langkah sensual, pantatnya bergoyang perlahan mengikuti langkahnya. Lalu setelah berdiri tepat didepan pak Dedi yang masih terduduk di sofa, Sherin berputar membelakanginya, hingga pantatnya yang putih mulus menggoda, tepat sejajar dengan muka pak Dedi. Sherin pun mulai memelorotkan G-stringnya secara perlahan-lahan, hingga akhirnya ia membungkuk menungging didepan pak Dedi, dan menghentikan gerakannya. Mana ada pria yang tahan melihat pemandangan seperti ini didepan matanya!
Kedua tangan pak Dedi dengan cepat terulur, satu tangan meremas remas pantat menantang didepannya, sementara satu tangan lagi langsung menyusup ke selangkangan Sherin, jari-jarinya langsung menemukan celah vagina Sherin, dan mendorong masuk hingga dua jarinya tenggelam dalam liang vagina Sherin, dan ketika sudah mentok, ia lalu menariknya keluar, lalu mendorongnya masuk kembali. Sherin pun mengeluarkan erangan kenikmatan yang menggoda, “Aahh… ahh… ahh… paakk” Pak Dedi pun menikmati jepitan erat vagina Sherin, denyutan dinding vagina yang memijat jarinya itu sungguh luar biasa rasanya. Untuk sejenak, kami semua terbengong melihat adegan tersebut. Aku lalu langsung berlutut, dan merangkak perlahan mendekati pak Hendri, ekspresi wajahku kubuat semenggoda mungkin, pak Hendri tersenyum melihatku menghampirinya sambil merangkak. Setelah sampai, aku langsung membuka kedua kai pak Hendri tanganku meraih sabuk dan resleting celana pak Hendri hingga terbuka bebas, tanganku lalu menyelusup kebalik celana dalamnya dan menggenggam daging hangat yang sudah mengeras itu.
Kutarik keluar penis besar milik pak Hendri, perlahan aku menjulurkan lidahku dan mendekatkan kepalaku pada penis itu, hingga akhirnya lidahku menyentuh lubang kencing penis pak Hendri, sejenak aku menjilati lubang kencing itu, pak Hendri pun mengeluarkan erangan pelan,kemudian langsung kulahap batang penisnya yang besar itu. Kukulum-kulum dan kusedot kuat-kuat hingga pak Hendri mengeram-ngeram sambil menekan-nekan kepalaku sampai aku sesak nafas. Dari sudut mataku aku melihat Parjo dengan tergesa-gesa melepas pakaiannya sampai polos, lalu mendekatiku dari belakang dan menuju selangkanganku. Ia berlutut dan memelorotkan celana dalamku kemudian dia menjilati liang kewanitaanku diselingii dengan gososkan pada clitoris, dan tusukan jarinya menembus liang vaginaku, langsung aku mendesis dan mengeram dan melepaskan isapan ku pada penis pak Hendri. Tapi tangan pak Hendri membimbingku kembali untuk menghisap penisnya, iapun menaik-turunkan kepalaku, seakan ia mengocok penisnya tetapi dengan menggunakan mulutku.
Sesekali aku mendengus dan mendesis akibat ulah Parjo yang mejilat dan menggigit lembut klitorisku, sampai tubuhku mengejang dan pandanganku berkunang-kunang lalu tak lama kemudian tumpahlah cairan orgasme dari liang vaginaku, sebagian mengucur lewat paha lalu jatuh kelantai, sebagian lagi langsung diseruput oleh Parjo.
“Eenak..seggaar” komentarnya.
Birahiku pun mendesak hingga ke ubun-ubun. Setelah aku mencapai klimaks, aku semakin bersemangat mengulum dan menyedot batang penis di hadapanku, mungkin terlalu semangat. Tak lama kemudian pak Hendri meremas-remas rambutku dan mengerang-ngerang tak jelas.
“Dinda..stop…stop…bapak..gak mau..keluar dulu” erangnya.
Tapi aku tidak peduli dan meneruskan isapanku, sampai pada akhirnya cairan hangat menyembur memenuhi rongga mulutku meluncur ke tenggorokanku. Rasanya asin, gurih, dan hangat. Kulihat disampingku Sherin teraring diatas karpet tebal, ia sudah ditindih pak Dedi yang bergerak-gerak cepat, memacu naik turun. Membuat Sherin terlonjak-lonjak menerima gempuran itu. Sementara Amanda dalam posisi doggy style dengan Bang Nono menggenjotnya dari belakang.
Aku merasakan tanganku ditarik Parjo, ia lalu berbaring diatas karpet tebal tidak jauh dari Amanda.
“Naik non” katanya sambil mengacungkan penisnya keatas.
Akupun mengangkangi Parjo dan mengarahkan vaginaku diatas penisnya, ujung kepala penisnya terlebih dahulu kugesek-gesekan ke bibir vaginaku dan kugerakan menyusuri belahan vaginaku naik dan turun, hal ini membuat Parjo blingsatan dan makin tidak sabar. Aku lalu memasukkan ujung penisnya itu perlahan kedalam vaginaku dan setelah pas, aku menurunkan tubuhku hingga amblaslah seluruh batang penis itu ditelan vaginaku. Aku segera bergerak naik turun, sehingga vaginaku bergerak naik turun pula menyusuri batang penis Parjo, terkadang aku menggerakan pinggulku memutar, sehingga membuat Parjo merintih-rintih keenakan. Sebatang penis besar tiba-tiba berada di wajahku, penis millik bang Muin.
“Ayo non isep” perintahnya, kemudian penis itu didorongnya ke mulutku yang kemudian kukulum dan kusedot, di sela-sela desisan dan eranganku.
“Ayo Nona sedot yang kuat!” katanya lagi sambil menekan-nekan kepalaku. “Uuugh.. aaakh.. essst!” suara geraman dan desisan silih berganti saling sahut menyahut dalam ruangan itu.
Saat kulihat di sebelah, Sherin terkapar lemas, sesekali dia mengerang karena pak Dedi masih getol menyetubuhinya sementara Sherin tampaknya sudah lemas. Amanda lebih parah lagi keadaanya, ia disandwich oleh Nono dan pak Hendri, Amanda tampak mengomel tak jelas, wajahnya meringis menahan sakit, bisa kubayangkan bagaimana rasanya dijepit oleh 2 penis raksasa seperti itu, pasti sakit luar biasa. Tubuh Amanda pun hanya bisa terlonjak- lonjak menerima gempuran kedua lelaki bejat tersebut. Tapi ini bukan saatnya mengasihani orang lain, aku sendiri dalam posisi sulit. Bang Muin saat itu mendorong tubuhku hingga menindih tubuh Parjo, kemudian dari belakang anusku disodok penis dari belakang, tapi karena anusku masih sangat sempit maka susah sekali penis itu menembus anusku. Tapi gilanya bang Muin masih memaksanya, dengan kasar dan brutal akhirnya masuk juga seluruh batang penisnya dalam anusku, tapi sakitnya bukan main, aku menjerit dan mengeram kesakitan, rasanya luar biasa perih dan sesak, apalagi buah dadaku digerayanginya dengan brutal oleh Parjo, kurasakan payudaraku diremas- remas dan sesekali dikulum-kulum dan digigit pelan.
Aku melihat kearah kiriku, rupanya Sherin dan pak Dedi sudah selesai, pak Dedi masih terbaring lemas diatas karpet, sementara Sherin menghilang entah kemana. Baru 10 menit berjalan, Parjo tiba tiba mengerang, remasannya makin keras membuatku menjerit kesakitan. Penisnya berdenyut keras dan menyemburkan sperma didalam vaginaku, rasanya hangat.
“Eddaaann….memek toppp” erangnya.
Gila rasanya akupun mau keluar untuk kedua kalinya , dan cairan orgasme ku pun kembali mengucur deras dari vaginaku. Parjo lalu bergeser keluar dari bawah tubuhku, sehingga aku menungging dengan tertopang pada siku dan lenganku. Sekarang aku berkonsentrasi pada satu orang saja, jadi akupun membalas sodokan bang Muin pada anusku dengan bergoyang naik turun dan sedikit goyang kanan kiri, hingga tak lama kemudian pertahanannya terlihat sedikit goyang, tak lama bang Muin pun menggeram, tangannya tiba tiba menampar pantatku keras sekali hingga memerah.
“Gillaa nih pantat..enak bangett”
Kurasakan liang anusku di sembur cairan hangat , bang Muin pun lalu menggulirkan tubuhnya di samping tubuhku yang terasa lemas.
Kulihat Amanda masih di kerjai bang Nono dan Pak Hendri, Amanda tampaknya sudah berada diambang batas ketahanannya, ia terus meringis-ringis sambil terus dijejali dua batang penis yang besar itu. Karena aku merasa kasihan dengan Amanda dengan sedikit sempoyongan kuhampiri mereka, kemudian kutarik pak Hendri yang sedang getol-getolnya mengerjai vagina Amanda. Aku mendorong pak Hendri hingga jatuh terduduk diatas sofa, lalu kukangkangi selangkangannya sambil membelakanginya, setelah tepat posisi penisnya dibawah vaginaku, kududuki dan langsung masuk seluruh batang penis itu kedalam liang vaginaku dengan mulus. Kugoyang-goyang pantatku dengan gencar hingga pak Hendri kewalahan menghadapi seranganku. Kulihat sekeliling ruangan, bang Nono rupanya juga sudah selesai, ia dan Parjo berbaring menghimpit Amanda yang terbaring lemah diantara mereka. Sesekali tangan Parjo dan Nono meremas- remas bagian sensitif Amanda, kadang meremas kedua payudaranya kadang menusuk vagina Amanda dengan jari-jari tangan, Sherin pun masih belum kelihatan batang hidungnya, sementara pak Dedi sudah duduk selonjor di atas karpet, tenaganya mungkin sudah pulih.
Aku lalu kembali menggoyang-goyangkan pantatku dengan hebat, membuat pak Hendri tak kuasa menahan lahar spermanya, hingga menyemburlah spermanya dalam liang kewanitaanku.
“Gillaaa…Dinndaa…kamu hebat” erangnya sambil meremas keras kedua payudaraku
Aku lalu bangkit berdiri, hendak menyelinap ke dalam rumah untuk mencari rekaman simpanan pak Dedi, tapi baru saja hendak melangkah, pak Dedi memelukku dari depan, ia kemudian menggendongku dan melingkarkan kedua kakiku kepinggangnya, akupun terpaksa melingkarkan kedua tangannku kelehernya untuk menjaga keseimbangn. Ia menggosok- gosokan penisnya pada bibir vaginaku, perlahan mendesak masuk, dan kemudian setelah penisnya tepat di tengah-tengah liang kewanitaanku, aku sedikit diturunkan dan amblas sudah batang penisnya tertelan liang vaginaku tanpa halangan. Aku disetubuhinya sambil berdiri, sambil tangannya menopang pantatku sambil tak henti-hentinya meremas-remas pantatku yang putih bersih dan kenyal.
Aku semakin merangkul erat tubuhnya. Cukup perkasa juga rupanya guruku ini, selain menopang tubuhku dengan kokoh, genjotannya pun amat mantap, sehingga aku berpikir bahwa jika saja aku tidak dalam paksaan, mungkin aku tidak keberatan jika sesekali ditiduri olehnya. Kali ini aku benar-benar dipermainkan habis-habisan oleh pak Dedi. Perasaan nikmat dan rasa geli merambat dari daerah bagian bawah badan keseluruh tubuhku, sehingga perasaanku serasa melayang-layang bagaikan layang-layang yang putus talinya. Perasaan nikmat dan geli akhirnya tidak tertahan lagi dan, “…Paakk…, aakkkuuu…, kkeellluar…, aaauuuggghhh…, ooohhhh….!!”, dengan suatu desahan panjang disertai kedua pahaku mengejang dengan keras menjepit melingkari pantat, dan cairan orgasme ku kembali mengucur, kali ini lebih deras dan banyak, nikmat sekali rasanya. 15 menit kemudian pak Dedi akhirnya mencapai klimaks, untuk kesekian kalinya hari itu, seorang lelaki memuntahkan spermanya dalam relung tubuhku. Pak Dedi pun sejenak memelukku erat-erat, kurasakan nafasnya menerpa bahuku dan detak jantungnya menyatu dengan detak jantungku.
Setelah beberapa saat, batang penisnya dicabut dari vaginaku, dan ia menjatuhkanku dengan kasar diatas sofa. Pak Dedi lalu meraih bungkus rokok dan koreknya diatas meja, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya. Segera kepulan asap menyembur dari mulutnya. Pertempuran nafsu ini telah selesai, sudah tidak ada satu orangpun dalam ruangan ini yang masih memiliki tenaga lagi. Untuk sejenak yang terdengar hanya hembusan nafas yang kadang diselingi ketawa puas para bandot tua itu. Sherin ahirnya kembali keruang tengah, tampaknya ia telah membersihkan tubuhnya di kamar mandi, ia lalu melemparkan senyum dan menganggukan kepala, tampaknya misi kami telah berhasil. Dengan menguatkan tubuhku, akupun bangkit berdiri, berjalan menghampiri Amanda, dan membantunya berdiri pula. Kami berdua lalu berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan badan kami dari sisa-sisa pertempuran nafsu ini. Tak lama kemudian Amanda dan aku keluar dari kamar mandi dan segera menuju ruang tengah. Sherin telah berpakaian lengkap, begitu juga geng bejat itu, semuanya kini duduk di sofa melingkar sambil kembali minum-minum. Seakan tubuh kami hanya dipakai selingan minum saja, serupa dengan kacang asin atau snack lainnya. Aku dan Amanda segera memakai pakaian kami masing masing, diiringi suara tepukan dan siulan pak Dedi dkk.
“Udah kan pak? Kami mau pulang nih, nanti kemaleman” kata Sherin ketus.
“Ya..ya cukup buat hari ini. Lain kali kita lanjutin” jawab pak Dedi sambil menghisap rokoknya.
“Ya nona-nona cantik..lain kali kita main lebih hot lagi, oke” timpal Parjo.
Aku, Sherin dan Amanda pun segera berjalan keluar sambil menenteng tas masing- masing. Begitu sampai diluar, Sherin menutup pintu lalu menaruh jarinya di depan mulutnya. Iapun lalu berjalan mengendap-ngendap memutar ke belakang rumah. Tak lama, ia kembali dan kemi bertiga pun langsung berjalan menghampiri mobil Sherin yang terparkir didepan rumah itu. Kami pun segera memasuki mobil dan tak lama kemudian mobil itu segera melaju.
“Gimana Sher? Dapet gak rekamannya?” tanya Amanda harap-harap cemas.
“Ada tuh dalam tas gue, beruntung tadi gue langsung menemukannya di lemari kamar tidur si Dedi sialan itu, gak dikunci lagi lemarinya, goblok banget. Tapi karena gak mungkin gue langsung bawa keluar gitu aja, gue jatuhin keluar lewat jendela kamarnya, terus tadi gue ambil lagi lewat belakang” jawab Sherin sambil menyetir mobilnya.
Aku yang duduk di jok belakang langsung mengambil tas Sherin yang tergeletak disampingku. Aku membukanya dan mengeluarkan belasan kaset video kecil dari tas itu, HP Ryan yang menyimpan rahasiaku pun ada diantara kaset-kaset itu. Tiap kaset itu memiliki label bertuliskan nama-nama perempuan. Ada namaku, nama Sherin, Amanda, dan sejumlah nama yang tidak kukenal. Mobil itupun terus melaju menembus malam.
**************
Keesokannya tidak ada peristiwa yang terjadi, hanya saja mata pelajaran Fisika dan Bahasa Indonesia yang ditangani pak Dedi dan pak Hendri pada hari itu dikosongkan. Sherin telah mengirimkan salah satu kaset video yang kami dapatkan tadi malam, langsung kemeja kepala sekolah. Isinya adalah adegan pak Hendri, pak Dedi, Parjo dan Nono, yang sedang menggarap secara bergilir seorang gadis yang merupakan alumni sekolah kami, dua tahun diatas Amanda. Beserta kiriman itu, ada juga surat kaleng yang isinya mengancam akan menyebarkan rekaman itu, jika para guru dan staf sekolah yang terekam dalam video itu tidak segera dipecat. Namun kepala sekolah nampaknya menanganinya dengan hati hati, jangan sampai aib ini bocor keluar. Yang jelas, beberapa hari kemudian pak Dedi dan pak Hendri mengundurkan diri dan dipaksa pensiun dini. Sementara Nono dan Parjo dipecat. Hadi, dan bang Muin selamat, tampaknya pak Dedi,dan yang lainnya tidak mengadukan mereka, sebab jika mengadukan, berarti harus juga mengakui tindak perkosaan terhadap siswi lainnya.
Sejak itu, kehidupan sekolah Sherin, Amanda, dan aku, berjalan dengan damai. Hadi dan bang Muin sudah tidak berkutik lagi menghadapi kami, mereka bahkan cenderung menghindari kami bertiga. Keadaan memang menjadi damai. Tapi terasa ada yang kurang….Tidak ada lagi yang bisa aku tunggu-tunggu dengan harap-harap cemas, tidak ada lagi permainan -permainan cabul, tidak ada lagi gangbang yang bisa membuatku merasa sebal dan nikmat sekaligus. Tampaknya Sherin dan Amanda juga merasakan hal sama, dan ketika menyadarinya, kami semua hanya bisa tertawa lepas sepuasnya. Mau tidak mau, pengalaman ini telah mengubah kami semua, dari sekumpulan gadis baik-baik yang terhitung lugu dan innocent, menjadi sekumpulan gadis yang telah melewati batas tabu dan kesusilaan dari masyarakat. Dan harus kami akui, ini adalah perubahan yang cukup membuat kami bahagia. Petualangan pak Dedi dan kawan-kawannya mungkin telah berakhir. Tetapi petualanganku, Sherin, dan Amanda, baru saja dimulai….
------------------------
koq jadi cepat amat petualangannya selesai?
Ceritanya tmbh gokil n hot. .
Gw ska bgt ma ide dildo dlm vagina ce yg dbwa kmana2, ,
kalo gk slah kyk d komikny resident evil versi pornonya. .Tul gk?
Hmm. .Tmbh btah aj ne nongkrong di kisah bb,hee
oiy,rilis ceritany tiap brp hri seX sich?Thx bro
Re: ya kurang lebih 2-3 hari sekali lah ya
Akhirnya kagak seru gini…
bijimane sih nih…
harusnya itu guru2 yang dipecat pada balas dendam…
betul gak
Buat Mr shusaku cerita yg udh ada dimuat aja dulu bro soalnya mo bulan puasa itung2 bonus penutupan neh..
Re: pelan2 lah, masa yg belum rapi gw rilis juga tar turun kualitas gmn?
lanjut lagi ne kayanya..
sapa lagi korban si dinda ya ??
oh ya..
kabar misdi gmn omm ??
@Punk Rock: ide dildo itu dari hentai yang judul bulenya sih Nightshift Nurse, tapi komik Resident Evilnya dapet dari mana bro? pengen dunk!
Oh, bagian 1 ini gue tutup cepet2, soalnya mo puasa juga. Daripada ntar gantung lama2, mending gue kasih ending temporer aja, ntar abis puasa kita tancap gas lagi bro mupenger smua!
Satu lagi, Dian Kannon pernah nulis masalah hak cipta cerita2 ni. Mungkin mestinya ni blog berikut isinya didaftarin nih, kan termasuk HAKI juga, trus dibikin buku kumpulan ceritanya, gue yakin pasti sukses dan laku! (paling yang rese ya geng jenggot yang itu2 juga, he3x)
Ngimpi banget nih, kapan coba Indonesia bisa jadi negara demokrasi beneran! dimana tiap orang memiliki hak dan kewajiban untuk menyalurkan nafsunya dengan bebas, tanpa dihalangi kemunafikan.
Bos, kalo Republik Mupeng udah berdiri, gue daftar jadi rakyatnya deh. Ehmm mungkin bisa kerja jadi supir ato pembantu, abis di RM ini, yang hidupnya paling senang kan mereka2 ini yah, he3x.
Viva Republik Mupeng
Re: makasih2…tanpa dukungan pembaca & penulis ga mungkin blog ini bisa sebesar ini. gw rasa geng berjenggot itu juga suka mampir disini sambil cl deh & ngecrot di sorbannya duh…asoy!! atau jangan2 ada yg jadi penulis lagi hahahaha
pertama gw kira kalo cerita ini akan menjadi seperti eliza… ternyata 3 cerita ini hanyalah awal dari cerita yg bisa dikembangkan habis habisan. Set up yang bagus bro…
ide dildo itu keren banget…
Gw s7 bgt m idena a_ghost. .
Mending crta yg udh ada drilis smw aj dlu. .Mumpung lum mlai blan ramadhan. .
Itung2 numpuk dosa dlu,kan sayang kalo udh idul fitri qt lgsung bkin dosa lg. .Iya gk?
Mhon d pertimbgkn lg bos shu. .
Re: waduh susah nih, soalnya blm selesai dirapiin semua, lagian gw lebih suka sehari rilis 1-2 cerita supaya dibaca dgn baik dulu gitu.
Re: ngga tuh
usul aj gimana klo dibuat gantian nieh, 3 cewe manis itu hunting keluar nyari pria2 mesum tampang kucel buat jdi pemuas napsu mereka..
just idea..
Re: iya tuh ya daripada bikin sinetron2 ga mutu & jiplakan melulu, ini kan idenya asli original
Jadi kepikiran gimana kalo bikin PH bokep neh?! kalo beast nya sih gue kenal banyak, beauty nya tauk nih, he3x.
Gue yakin banyak fans nya nih, bahkan geng jenggot aja pada bakalan beli deh, dijamin!
Oh, gue mo ucapin: Selamat menjalankan ibadah puasa, bagi yang menjalankan! bagi yang tidak, tetap setia di kisahBB, oke!
Re: iya nih kalau penulis2 disini dikumpulin terus bikin ph bokep pasti ga kalah sama perusahaan2 jav & hentai jpn sana, apalagi ide2 penulis2 sini juga kreatif2 tuh. cuma sayangnya situasi yg belum mengijinkan.
Selamat menjalankan ibadah puasa juga dari kisahbb. btw raito puasa ngebokep juga ga nih? terus cerita2 u yg masih pending gw rilis ga nih?
kalo mslah crita2 gue sih, kalo bisa dipending dulu deh, tapi kalo misalnya bos kekurangan cerita ato pengennya diposting yah monggo aja, asal tahan dulu barang dua mingguan deh.
Thanx bos.
Re: oh jadi gw rilis tengah bulan ini aja ya? gitu
ooops… belum ding, masih bakal ada Session II rupanya
eps. ketiga ini menurutku agak lebih klise dibanding dua edisi sebelumnya yah.. ga ada yg spesial pas mereka digarap di rumah gurunya. yg agak unik paling ya itu, setuju ama yg laen.. pake dildo di sekolah
terus ditunggu karya2 selanjutnya, bro Raito!
btw , mungkin kalo film kita masih terbentur dengan segala hal yang disebut “norma” dan “aturan” di negeri ini ( BAHHH..BULLSHITT…!!! ) tapi mungkin kalo ada jago gambar , bisa dibuat komik , kayaknya gak akan kalah dari hentai hentai jepun…….
gue yg memang berkutat di bidang photography , kadang kadang suka “gatal” juga pengen bikin illustrasi buat cerita cerita yg ada disini , walau ada beberapa cw yg bersedia di foto seperti itu , namun gue dan mereka masih belum berani ambil resiko ke depannya…………..
anyway..sekarang gue lagi agak gila nih , banyak ide muncul di kepala ..salah satunya bikin mega story , dimana seluruh tokoh tokoh terkenal di kisahbb , tergabung dalam satu cerita…
untuk awalnya sih dengan izin mr shusaku gue lagi bikin cerita yg menggabungkan tokoh suster asti dengan imron …
gak tahu deh gimana respon publik nantinya
Re: wah ditunggu nih kejutan selanjutnya dari naga langit, boleh lah boleh aja memakai imron sebagai tokoh cerita u apalagi unk penulis sekelas u hehehe, ditunggu ya
Makasih atas apresiasinya, apalagi dari penulis sekelas Bos NG, yg karya-karyanya sempat bikin gue dimarahin gara2 ngedon terus di kamar mandi
Ditunggu masterpiecenya bos NG.
ah kalo 3 cw itu yg nyari cwo yg bs muasin.
gag enag.
enakan klo cw tuh d paksa dan diperkosa.
bkn cwe perkosa cwo ~~
Re: dah jelas kan ditulis ama penulisnya kalau ceritanya dah tamat
ditunggu deh…
Re: orang kata penulisnya dah tamat kok, lanjutan gmn?