16 April 2009
- Karya cipta ini dilindungi undang -undang hukum alam gaib. Dilarang mengcopy-paste, mengubah isinya, atau mengaku-ngaku sebagai yang nulis. Para pelanggar dijamin akan mandul!
- Yang mau muat di tempat lain, minta izin dulu sama gue atau bos Shu, plus nama penulis sama Disc nya jangan dihapus
- Cerita berikut jelas hanya fiksi semata, dan berdasarkan sebuah sinetron di salah satu TV swasta di Indonesia, namun tidak mengikuti jalan cerita sinetron tersebut (ya iyalah!).
********
|
Kepompong |
Tasya melangkah pelan menuju pintu rumahnya. Badannya terasa sakit-sakit, terutama selangkangnnya yang baru saja dihajar habis-habisan oleh penis-penis dengan berbagai ukuran. Tapi ia amat menyukai perasaan ini, perasaan nikmat dan tidak berdaya, ketika ia menyerahkan tubuhnya sepenuhnya untuk digarap sebebas-bebasnya. Perlahan Tasya membuka pintu rumahnya diiringi derit engsel yang perlu diminyaki.
“Sya, baru pulang?” terdengar suara ibunya dari dapur.
”Iya Bu. Ada ekskul dulu barusan.” Kata Tasya sambil bergegas menuju kamarnya.
Biasanya sepulang sekolah, Tasya mencium tangan ibunya terlebih dahulu, tapi hari ini tubuhnya bau sperma yang disemprotkan semena-mena hampir keseluruh bagian tubuhnya oleh geng ranmor yang baru saja menggarapnya. Meski sudah dibersihkan, namun Tasya khawatir bau itu masih bisa tercium oleh ibunya, jadi ia bergegas menjauh.
“Sya, nggak makan dulu?” Seru ibunya ketika melihat anaknya menghilang dibalik pintu kamar.
“Nanti aja Bu, masih kenyang.” Kenyang karena kebanyakan menelan sperma dari pria-pria yang ejguelasi dalam mulutnya.
“Ya udah. Tapi jangan lupa nanti makan ya, jaga kesehatan. Anak kesayangan ibu jangan sampai sakit.” Kata ibunya dari balik pintu yang tertutup.
“Iya bu.”
Tasya sedikit tersenyum. Ibunya masih menganggapnya sebagai gadis kecil lugu yang masih perlu dikelonin. Andai saja ibunya melihat kelguean Tasya beberapa jam yang lalu, ketika ia melayani nafsu pria-pria kasar dengan nafsu yang tidak kalah menggebu-gebu. Andai saja ibunya melihat ketika relung-relung tubuh Tasya dijejali penis demi penis secara bergantian. Andai ia tahu…
Tiba-tiba HP Tasya berbunyi, ketika ia melihat layarnya, tertera nama Hellen disana.
“Hai hai, ada apa Len?”
“Hai Sya. Gini, malem ini elo mau nggak nginep di rumah gue?”
“Nginep? Emang ada apaan, ortu lu pada pergi?”
“Nggak sih… Cuma pengen aja ngobrolin sesuatu.”
“Ngobrolin apaan sih?”
“Ada deh.”
“Ih sok misterius amat sih. Emang gak bisa besok aja di sekolah?”
“Ihhh sombong banget sih. Ini penting lho. Ayo dong Sya, pleasseee.”
“Iya, iya. Ntar gue nginep di rumah elo deh.”
“Siipp dah. See you later, muaachhh.”
Koneksi pun terputus, sementara Tasya bertanya-tanya masalah penting apa sih yang hendak dibicarakan Hellen sampai-sampai ia tidak besok menunggu sampai besok?
**********
“Hai Sya. Kata Hellen kamu mau nginep ya malem ini?” Tanya mamanya Hellen yang sepertinya sedang sibuk menyiapkan makan malam.
“Iya Tante. Hellen katanya lagi pengen ditemenin.”
“Aduh, emang geng de’Rainbow, nggak bisa dipisahin sebentar aja, lengket banget.” Canda mama Hellen.
“He he, biasa aja kok Tante.”
“Udah naek aja, Hellen ada tuh di kamarnya.”
“Oh iya, permisi Tante.”
Tasya melengos pergi menuju kamar Hellen yang sudah ia hafal dimana letaknya. Tasya hendak mengetuk pintu kamar Hellen ketika pintu itu terbuka, menampakkan wajah Hellen yang tersenyum-senyum aneh.
“Hai Sya, udah nyampe?”
“Belom, masih di jalan! Ya udah nyampe lah!”
“Hi hi, sewot amat, lagi sensi ya? Masuk Sya.”
Tasya pun memasuki kamar yang girly banget namun juga dihiasi buku-buku tebal yang bertebaran dimana-mana.
“Aduh, kamar cewek kok berantakan gini sih?” Protes Tasya sambil memunguti buku-buku yang berserakan.
“Eh udah biarin aja gue yang beresin. Elo pasti masih capek kan?”
Gerakan Tasya terhenti “Capek? Maksud lu?”
“Ehh, nggaakk. Udah lu tiduran aja, biar gue yang beresin.”
Dengan sedikit salah tingkah Hellen memberesi kamarnya sambil bersiul-siul nggak jelas, sedangkan Tasya memandangnya dengan tatapan curiga.
*********
“Lagi ngapain Sya?”
“Eh? Oh ini ngerjain PR Bahasa Inggris.” Jawab Tasya yang memang tampak mumet mengerjakan lembar-lembar soal PR diatas meja belajar Hellen.
“Oh yang itu? Nyontek punya gue aja, tuh ada di sebelah kanan elo.” Kata Hellen sambil menghanduki rambutnya yang basah, karena ia memang baru selesai mandi.
“Nggak ah, gue pengen ngerjain sendiri, kalau nyontek terus kapan bisanya?”
“He he tumben insyaf.” Canda Hellen sambil mengaduk-aduk tumpukan pakaiannya di lemari, mencari kaus tidur favoritnya.
Setelah menemukan apa yang ia cari, Hellen membuka jubah mandi yang ia kenakan dan membiarkannya jatuh ke lantai, hingga sekarang ia berdiri dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Hellen bukan termasuk cewek populer di sekolahnya, namun jika saja para cowok di sekolahnya melihatnya seperti ini, tidak diragukan lagi mereka pasti langsung meneteskan air liurnya melihat tubuh semolek dan putih mulus seperti ini.
“Wah nggak nyangka, ternyata Hellen si kutu buku bodinya bagus juga ya?” Canda Tasya dengan pandangan mata yang melekat pada setiap gerakan Hellen, yang kini telah mengenakan kaus warna hijau bergambar Hello Kitty di depannya.
”Eh? Biasa aja kali, bukannya bodi elo yang bagus? Sampai-sampai cowok-cowok itu nggak ada puas-puasnya…” Gumam Hellen sambil melangkah dan duduk di pinggir tempat tidurnya.
Meskipun hanya gumaman yang tidak begitu jelas, namun terdengar bagaikan petir di telingan Tasya. Jantung berdetak kencang, dan ia bertanya-tanya, mungkinkan Hellen mengetahui rahasianya dan Chacha, ataukah Hellen hanya asal bicara saja?
“Maksud lu?” Meskipun sudah berusaha tenang, namun tak ayal suara Tasya bergetar ketika mengucapkannya.
“Apa? Oh ituu… anu, sebenernya ini yang mau gue bicarakan sama elo… soal cowok-cowok dekil di rumah yang elo kunjungin tadi sore.”
Mendengar ini, untuk sejenak waktu terasa berhenti bagi Tasya. Kaget, bingung, malu, marah, semua bergejolak dalam benaknya. Tanpa sadar Tasya bergerak cepat menghampiri Hellen yang masih duduk di pinggir tempat tidur dan menekan kedua bahunya.
“Elo… elo ngelihat semuanya?”
“I… iya.” Hellen bergumam pelan.
Lutut Tasya terasa goyah dan ia pun jatuh terduduk di lantai di hadapan Hellen.
“Sebenernya Chacha udah cerita semuanya ke gue,soal penculikan itu… dan juga soal… perkosaann yang menimpa dia sama elo. Tapi dia pesen supaya gue pura-pura nggak tahu, jadi selama ini gue…”
“Chacha cerita sama elo?! Kenapa?”
“Soalnya… dia minta bantuan gue buat ngawasin elo…”
“Ngawasin gue, emang kenapa?”
“Kata Chacha, sejak perkosaan itu, tingkah elo jadi agak aneh Sya. Chacha khawatir kalau… kalau ada apa-apa sama elo, jadi gue sama Chacha gantian ngawasin elo.”
“Termasuk ngikutin gue sepulang sekolah?” Tasya terdengar sedikit geram, padahal saat ini yang ia rasakan adalah malu yang teramat sangat. Maklum, ia mengira bahwa selama ini ia berhasil menutupi perasaan dan perbuatannya dihadapan Chacha, tapi ternyata Chacha menyadari perubahan tingkah lakunya, bahkan mengajak Hellen untuk mengawasinya.
“Iya… begitu deh… tapi… kenapa Sya? Kenapa elo balik lagi ke tempat itu?” Hellen perlahan mengelus rambut di kepala Tasya yang kini tertunduk lesu.
“Gue… nggak tahu Len. Gue… terus terang gue… suka dengan perlakuan mereka sama gue.”
Hellen tersentak mendengar pengakuan jujur Tasya. Ia sungguh tidak tahu harus berkata apa.
“Elo… pasti nganggap gue cewek murahan ya Len? Nganggap kalau gue… cewek gila… sex” Kata terakhir itu hanya berupa bisikan pelan dari bibir Tasya.
“Ihh nggak kok, suer nggak.”
Hellen yang kebingungan melihat kelakuan sahabatnya itu lalu ikut duduk bersimpuh dan medekap Tasya dalam pelukannya. Tasya pun sesegukan di bahu Hellen sambil balas memeluknya, air matanya pun membasahi bagian pundak Hellen. Hellen pun mengelus-elus rambut Tasya, mencoba menenangkannya, sampai akhirnya gadis itu berhenti menangis. Tapi Hellen merasakan ada sesuatu yang aneh, hembusan nafas Tasya yang menerpa lehernya terasa berat, dan sebelum ia menyadarinya, sebuah kecupan panas menerpa lehernya yang putih mulus, mengirimkan getaran kesekujur tubuhnya.
“Sya?” Hellen mencoba melepaskan pelukannya, tapi dekapan Tasya mengunci lengannya dan sekaligus tubuhnya. Hellen pun Cuma bisa membiarkan kepala Tasya yang bergerak-gerak dilehernya, menciumi leher Hellen si bintang pelajar.
“Hellen… kamu wangi banget…” bisik Tasya di dekat telinga Hellen.
“Sya, kamu ngapain?” Erang Hellen.
Tasya melepaskan pelukannya, tapi kedua tangannya memegangi kedua bahu Hellen. Mata Tasya bertatapan dengan mata Hellen, keduanya terdiam, tidak yakin apa yang harus diperbuat. Akhirnya perlahan Tasya mendekatkan bibirnya dan melumat bibir.
“Sya…” Desah Hellen berusaha menolak ciuman sahabatnya, namun kemudian matanya terpejam ketika Tasya kembali mengulum bibirnya yang mungil. Tasya pun tampak rakus menghisap mulut gadis itu sampai air ludah keduanya bercampur dan belepotan.
Tangan Tasya pun bergerilya menyusup kebalik kaus yang dikenakan Hellen, merayap melalui perut, hingga akhirnya menggengam induk buah dada Hellen dan kemudian meremas-remasnya dalam sebuah gerakan yang teratur. Ibu jarinya bergerak mengulas-ngulas melingkari puting susu gadis itu, sambil sesekali memuntir-muntir puting susu Hellen dengan ibu jari dan telunjuknya.,Tangan Tasya pun semakin keras meremas-remas induk payudara Hellen hingga gadis itu tak terasa mulai mendesah pelan. Tasya tiba-tiba menghentikan ciumannya, membuat Hellen diamdiam merasa kecewa. TanganTasya menyingkapkan kaus Hellen keatas, hingga keindahan dan kemulusan payudara Hellen pun tersingkap.
“Wahh, ternyata Hellen si bintang pelajar punya toket sebesar dan seindah ini. Siapa sangka.” Kata Tasya yang sambil tersenyum nakal mengelus-ngelus puncak buah dada Hellen yang memang terbilang montok dan bulat sempurna, sungguh indah.
“Sya, jangan.” Mulutnya berkata tidak, tapi Hellen tidak berbuat apapun untuk menghentikan Tasya.
Tanpa berkata apa-apa, Tasya kembali menciumi leher mulus Hellen yang menebarkan wangi sabun mandi.
“Sshhh… Ssssshhh Aaahhhh…” desahan suara Hellen terdengar semakin memburu, ketika ciuman Tasya semakin turun dan hinggap dipuncak buah dada Hellen dengan lidah bergerak kesana kemari seperti gerakan orang sedang menyapu. Bibir Tasya menyusuri seluruh permukaan bukit lembut dan kenyal itu, sebelum akhirnya naik dan mengemut-ngemut payudara Hellen, memubuatnya sesekali menahan nafas merasakan kehangatan mulut Tasya yang rakus menghisap-hisap puncak buah dada gadis berkacamata itu. Tubuh Hellen pun tampak kejang-kejang seiring dengan semakin kuatnya hisapan Tasya di payudaranya.
“Owww. Akhhhh… jangan Sya. Ihhhh” tangan Hellen berusaha menyingkirkan kepala Tasya ketika mulutnya mengigit-gigit kecil puting susunya, namun tangan Tasya menangkap kedua tangan Hellen dan menguncinya kebelakang punggung. Jika Hellen serius melawan, tentu seja tenaga keduanya berimbang, namun Hellen pun hanya melawan dengan setengah hati, jadi dengan mudah Tasya bisa menahan tangannya. Mulut Tasya pun semakin buas mengecup, menggelitiki hingga mengigit-gigit puncak payudara Hellen dengan gemas.
“Aduhhh! Sya jangann… gue nga mau ahhh… Owwww!!!” Hellen masih berusaha protes, namun tiba-tiba merasa kecewa ketika Tasya menghentikan gerakannya.
“Ya udahhh. Tapi kalau elo nggak mau, gimana kalau lu yang mainin punya gue” Tasya menegakkan tubuhnya dan membuka kaus yang ia kenakan berikut bra yang ia pakai. Sehingga saat ini ia duduk bersimpuh dihadapan Hellen dengan bertelanjang dada.
Hellen hanya bisa terbengong memandangi buah dada sahabatnya itu, jadi Tasya pun menarik kedua tangan Hellen dan menggenggamkannya pada payudaranya. Perlahan Hellen pun mulai mengelusi buah dada Tasya yang meskipun tidak begitu besar, namun dihiasi putting kecoklatan yang mengacung indah. Jari telunjuk Hellen pun memutari putting Susu yang sudah mengeras itu, diikuti oleh tangan yang meremas-remas pelan bukit payudara itu. Mata Tasya pun sampai terpejam-pejam keenakan sedangkan bibirnya sedikit terbuka dan mendesis-desis. Melihat itu Hellen merasa gemas dan langsung melumat bibir sahabatnya itu dengan bibirnya, suara kecupan dan sedotan pun mulai terdengar diselingi desahan-desahan pelan penuh kenikmatan.
Ciuman-ciuman Hellen lalu menjalar turun, ke leher, hingga kebelahan dada Tasya, lidahnya menjilati belahan dada gadis itu sebelum akhirnya mengemut-ngemut buah dada Tasya. Hisapan-hisapan kuat Hellen membuat bukit susu Tasya menjadi kemerahan, butir-butir keringat lembut pun mulai muncul menghiasi payudara gadis itu, membuatnya semakin mengkilap indah dibawah sinar lampu dikamar.
“Leenn…”
Tasya tiba-tiba mendorong kepala Hellen dan mendorong tubuhnya hingga terbaring di lantai. Masih belum sadar apa yangterjadi, Hellen merasakan celana dalamnya ditarik dengan keras oleh Tasya, spontan Hellen mengangkat pinggulnya untuk memudahkan Tasya menarik lepas celana dalamnya. Begitu celana dalam itu terlepas, kedua tangan Tasya langsung mengelus-ngelus paha Hellen dan mendorongnya hingga mengangkang lebar-lebar. Mata Tasya menatap nanar gundukan bukit mungil yang terbelah tampak bersih dan terawat di selangkangan Hellen. Kedua jari telunjuknya lalu menguakkan bibir vagina Hellen, hingga menunjukkan keindahan isinya. Wajah Hellen langsung memerah karena desakan birahi yang meledak-ledak dikepalanya, ketika melihat ekspresi wajah Tasya yang kelihatan begitu bernafsu. Tasya perlahan menciumi bagian dalam paha Hellen, ciumannya kemudian terus turun kearah selangkangan Hellen. Mulut Tasya bergerak menuju liang vagina Hellen yang dihiasi rambut yang jarang. Tasya mengendus-ngendus sesaat, mencium bau aroma birahi yang sangat terasa sekali, sebelum akhirnya mulai menjilati pinggirannya, dan kemudian menaruh lidahnya di tengah-tengah vagina Hellen, perlahan lidah itu mulai mengorek-ngorek belahan bibir vagina gadis itu. Rasanya agak asin dan gurih tapi sungguh membuat tergila-gila. Tasya pun mempercepat jilatannya, membuat Hellen mulai menggeliat tak menentu. Dengan tangannya Tasya mencari bibir vagina Hellen lalu membukanya dengan menariknya ke samping, lidahnya pun menerobos lebih dalam lagi, membuat desahan Hellen makin keras dan tanpa terasa mulai mendorong kepala kepala Tasya lebih melekat ke selangkangannya, karena gemas dan kegelian. Tarian lidah Taysa membuat Hellen makin keenakan dan kegelian, pinggulnya mulai bergoyang tak menentu. Apalagi ketika Tasya menemukan benjolan kecil pada vagina Hellen. Dengan jarinya, Tasya membuka penutup clitorisnya dan lantas mengusap dan mengggesek tombol kecil itu. Diikuti lidahnya yang menyelusup masuk ke dalam vagina Hellen yang makin basah.
Tanpa sadar Hellen mulai meremas-remas buah dadanya sendiri, dan ketika Tasya menghisap clitorisnya perlahan, Hellen mengepit kepalanya di antara kedua pahanya, dan menggeliat pada waktu yang bersamaan.
“Sya… Sya… Please… don’t… don’t stop.” Rintihnya perlahan.
Lidah Tasya makin menari-nari di dalam vagina Hellen sedangkan satu tangannya menyusup kedalam celana pendeknya dan memainkan vaginanya sendiri yang juga sudah basah kuyup. Diamuk birahi seperti ini, Tasya makin bersemangat dan perlahan memasukkan jari kecilnya di lubang vagina Hellen yang masih perawan. Jari kecil pun berganti dengan jari telunjuk, ketika tiba-tiba badan Hellen mulai mengejang dan bergetar pelan.
“Syaaa…” Hellen merintih cukup keras yang mungkin terdengar sampai keluar kamarnya.
Tasya masih mengisap, dan kadang-kadang menjilati bagian dalam vagina Hellen ketika merasa himpitan paha Hellen tiba-tiba mengejang, dan vaginanya memuntahkan lendir yang berwarna putih bening yang kemudian dihisap dan dijilati Tasya dengan penuh semangat.
“Ahhhhhhh….!! Crrr Crrrttt” Hellen meliukkan tubuhnya, mengejang kemudian terbaring lemas.
Tasya menghentikan jilatannya dan mulai bergerak naik, menciumi perut, dada, leher, hingga akhirnya melumat bibir Hellen yang setengah terbuka. Dan lendir yang tadinya memenuhi mulut Tasya pun belepotan di mulut keduanya,bercampur air liur.
“Hi hi, mulut kamu bau.” Canda Hellen ketika Tasya menghentikan lumatannya.
“Emang itu salah siapa? Salah kamu kan? Memek punya kamu.” Balas Tasya sambil mencubit pinggang Hellen. Keduanya pun tertawa cekikikan, sampai akhirnya keduanya terbaring bersebelahan sambil berpelukan.
“Sya…”
“Hmm.”
“Kalau mainnya ama cowok, apa seenak barusa?” Tanya Hellen dengan pandangan sedikit menerawang.
“Hmm, susah jelasinnya.”
“Kok susah?”
“Abis beda rasanya, gak bisa dibandingin. Kayak makan jeruk sama apel, beda aja.”
“Gue pengen coba Sya… ML sama cowok.”
“Nanti aja kapan-kapan. Sekarang lu masih punya hutang ama gue.”
Tasya bergerak menindih Hellen dan kembali melumat bibir Hellen.
“Sya…” Desah Hellen.
Dan yang terdengar sesudah itu hanyalah sebuah melody yang panas dan membakar birahi. Melodi desahan dan rintihan dua gadis remaja yang sedang memuaskan nafsu birahi. Berdua dalam sebuah kamar yang tertutup.
***********
Sudah tradisi geng de’Rainbow untuk pergi jalan-jalan pada malam minggu bareng-bareng, maklum semua anggotanya termasuk golongan Jojoba alias Jomblo-jomblo bahagia. Tempat yang mereka pilih kali ini adalah sebuah pusat perbelanjaan yang baru dibuka beberapa minggu yang lalu, tentu saja niatnya sama sekali bukan untuk belanja, melainkan sekedar jalan-jalan saja, syukur-syuku bisa nemu orang yang bisa mengakhiri status jomblo mereka. Saat itu Hellen dan Tasya berjalan paling depan sambil bergandengan tangan, Chacha berjalan sendirian dengan kepala sedikit tertunduk, sedangkan Indra dan Bebi berada paling belakang agak menjauh.
“Ndra, lu perhatiin gak ada yang aneh sama Tasya, Hellen, dan Chacha belakangan ini?”Tanya Bebi.
“Aneh? Aneh bagaimana?”
“Ih, itu lho, Chacha keliatan agak down n murung. Trus Tasya sama Hellen kok kayaknya lengket banget belakangan ini, kemana-mana berdua terus, sekarang aja jalan pake gandengan tangan segala.”
“Oh, kalo Chacha emang keliatannya sih lagi ada masalah, tapi dia nggak mau bilang ada apa. Tapi kalo Tasya ama Hellen kayaknya wajar-wajar aja, namanya juga temen wajar dong kalau lengket.”
“Ih tapi ini lengketnya nggak wajar Ndra, mereka udah kayak…”
“Kayak apa?”
“Kayaakkk… orang pacaran.”
“Hushh, ngawur banget sih lu. Masak mereka pacaran? Emangnya mereka lessb…”
“Eh siapa tahu, gara-gara kelamaan jomblo mereka jadi lesbi. Lagian cewek kan beda sama cowok, cewek tuh kalau emang suka dan cinta, cowok atau cewek nggak ada bedanya.”
“Akh ngawur ngawur. Udah ah.” Indra menutup pembicaraan, tetapi dalam benaknya langsung membayangkan adegan mesra antara Hellen dan Tasya, lengkap dengan desahan dan rintihan antara mereka berdua.
“Duh, ngawur… kacau ini kacau.” Desisnya pelan sambil menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir bayangan mesum di benaknya.
***********
Selepas bel istirahat berbunyi, seperti biasa kantin sekolah langsung diserbu ratusan siswa kelaparan yang mencari pengganjal perut, diantara ratusan siswa tersebut terselip juga Chacha dan Bebi, tapi Tasya dan Hellen tidak terlihat bersama mereka.
“Beb, si Tasya sama Hellen kemana?”
“Oh, mereka katanya mau ke WC dulu.”
“Ke WC…?” Chacha sedikit merenung dan hanya mengaduk aduk milkshake pesanannya tanpa meminumnya.
”Lu perhatiin nggak Beb, kalau belakangan ini mereka kemana-mana selalu berdua terus?” Kata Chacha kemudia.
“Ih ih persis,bener tuh. Gue juga ngomong gitu ama Indra, tapi dia nggak percaya. Kata Indra gue Cuma bayangin yang nggak-nggak, tapi menurut gue mereka tuh kayak orang lagi… pacaran.”
“Pacaran…?” gumam Chacha dengan pandangan menerawang.
*********
Sementara itu Tasya dan Hellen memang sedang berada di WC sekolah, tapi bukan untuk menuntaskan hajat, melainkan untuk menuntaskan hasrat yang lain. Di salah satu bilik WC tersebut, Tasya dan Hellen sedang berciuman dengan penuh nafsu dan nafas yang memburu. Bibir keduanya berpagutan saling berkulum mesra, keduanya sudah dikuasai oleh hasrat birahi. Tasya mendorong tubuh Hellen hingga ia tersandar di tembok, ciuman keduanya menjadi liar dan Tasya pun menjelajahi leher dan rahang Hellen sambil memeluk pinggangnya erat. Hellen pun memejamkan matanya menikmati perlakuan teman satu gengnya tersebut. Hellen menurunkan tangannya dan menarik rok seragam Tasya naik lalu menyelinap masuk, hingga menyusup ke dalam celana dalam yang dikenakan Tasya, dan menyentuh vagina Tasya hingga pemiliknya menjerit pelan. Hellen menjentik-jentikkan jarinya di clitoris Tasya sambil terkadang memilin-milinnya, hingga Tasya merasakan geli dan kenikmatan yang luar biasa dari bawah sana. Tasya pun menggelinjang-gelinjang tak tahan. Tasya membalasnya dengan membuka dua kancing teratas seragam Hellen dan menyusupkan tangannya kesana, meremas-remas gundukan daging disana, sementara jari-jari Hellen terus beraksi di dalam lubang kewanitaan Tasya, menusuknya, menariknya masuk, dan begitu terus. Kenikmatan mengaliri tubuh Tasya menguasai sekujur tubuh dan membuatnya semakin menggelinjang-gelinjang kegelian. Tiba-tiba sebuah gedoran keras di pintu terdengar membahana mengagetkan keduanya. Tasya dan Hellen dengan cepat menghentikan perbuatan mereka dan merapikan pakaian mereka yang acak-acakan.
“Ada orangnya.” Teriak Hellen.
“Iya tahu, Hellen sama Tasya kan? Ayo keluar, gue mau ngomong.” Sebuah suara yang tidak asing lagi terdengar.
Tasya dan Hellen bergegas keluar dari bilik WC tersebut, dan diluar sudah menanti Claudya, musuh bebuyutan geng de’Rainbow, menatap keduanya dengan pandangan sinis dan senyum penuh kemenangan.
“Mau apa sih lu? Tuh WC yang lain kan pada kosong.” Kata Hellen dengan ketus.
“Lho, siapa yang bilang gue mau ke WC? Gue Cuma mau nunjukkin ini sama kalian.” Claudya menggerakkan tangannya yang tadinya tersembunyi di balik punggung. Di tangannya tergenggam HP canggih lengkap dengan kamera beresolusi tinggi. Claudya mengacungkan HP tersebut dan di layarnya terputar rekaman video. Bukan rekaman video biasa, melainkan adegan hot antara Hellen dan Tasya di dalam WC barusan, tampaknya diambil lewat bagian atas pintu WC yang memang dilapisi kaca tembus pandang. Rekaman tersebut memang tampak bergoyang-goyang, namun ada beberapa bagian yang di zoom, dan tampak jelas siapa dan sedang apa Tasya dan Hellen didalam WC tersebut.
“Ahh itu!” Hellen memekik tertahan, sedangkan Tasya spontan bergerak untuk merebut HP tersebut dari tangan Claudya, namun Claudya lebih gesit menarik tangannya dan menyimpannya ke belakang punggung.
“Eitts enak aja mau ngerebut barang orang.” Ejeknya.
“Claudya… hapus rekaman itu, kalau nggak…” Ancam Hellen.
“Kalau nggak apa? Emang gue takut ama lu? Ha ha ha, ngimpi kali.” Ejek Claudya sambil ketawa,
“Claudya, mau lu apa si?” Tanya Tasya yang mulai geram.
“Mau gue? Gue mau kalian membubarkan geng bulukan kalian itu, sekarang juga! Kalau nggak, gue bakalan sebarin rekaman ini ke anak-anak satu sekolah, biar mereka pada tahu kalau geng de’Derainbow itu isinya adalah cewek-cewek penyuka sesama jenis.”
“Claudya! Lu jangan berani-berani…”
“Heh, ya iyalah gue berani, siapa takut sama cewek cungkring dan kutu buku kayak kalian berdua. Lagian selama rekaman ini ada di gue, kalian emangnya bisa apa?” Ejek Claudya sambil tertawa puas.
Hellen dan Tasya berpandangan sejenak, mereka tahu kalau mereka nggak punya pilihan selain menuruti keinginan Claudya.
“Oke, kalo kami membubarkan de’Rainbow, lu akan menghapus rekaman itu kan?” tanya Hellen.
“Ya nggak lah! Gue bakalan simpen rekaman ini sebagai asuransi, supaya kalian nggak bakalan nyambung lagi abis itu. Pokoknya selama rekaman ini ada ditangan gue, kalian nggak boleh ketemuan apalagi ngumpul bareng. Pokoknya persahabatan kalian harus putus.”
“Lu keterlaluan banget sih?!”
“So what gitu lho? Toh kalian nggak punya pilihan lain. Denger ya,bubarkan de’Rainbow, atau tanggung akibatnya.” Claudya melambaikan HP di tangannya sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan Tasya dan Hellen yang kebingungan.
“Sya, gimana ini? Kita mesti gimana?”
“Tenang Len, semua pasti ada jalan keluarnya.”
“Tapi kita mesti ngomong apa sama Chacha, Bebi, dan Indra?”
“Kita nggak bakalan ngomong apa-apa sama mereka.”
“Lho, terus Claudya?”
“Dia gak bakalan nepatin janjinya, cepat atau lambat rekaman itu pasti akan nyebar keseluruh sekolah, mungkin malah keseluruh Indonesia.”
“Ihh kok malah nakutin gitu sih Sya?”
“Satu-satunya cara kita mesti ngerebut HP beserta rekaman itu.”
“Tapi gimana caranya?”
“Tenang Len, gue ada rencana.” Pandangan Tasya ketika mengatakan kalimat itu amat serius, bahkan menakutkan, sehingga Hellen sedikit gemetar melihatnya.
*********
Malam itu Claudya senyum senyum sendiri dalam kamarnya. Tangannya menggenggam HP berisi rekaman Tasya dan Hellen yang ia mabil tadi siang. Dengan rekaman ini, keinginannya untuk membubarkan geng de’Rainbow akhirnya tercapai, dan rasa iri dan dendamnya akan kepopuleran geng tersebut di sekolah akhirnya akan menemui pembalasan yang memuaskan. Tentu saja setelah geng tersebut bubar, Claudya diam diam akan menyebarkan rekaman tersebut melalui internet, hingga tuntaslah rencana pembalasan yang ia susun. Tidak cukup hanya dengan membubarkan, ia juga harus menghancurkan seluruh anggota de’Rainbow! Tiba-tiba terasa HP nya bergetar, tanda ada yang menghubunginya. Nomer HP siapa nih? Pikirnya ketika ternyata no yang menghubunginya tidak terdaftar dalam buku telepon HP-nya.
“Halo.”
“Claudya? Ini Tasya.”
“Oh kamu… mau apa pake nelpon-nelpon segala?”
“Gue sama Hellen udah keluar dari geng de’Rainbow dan gak akan temenan lagi sama semua anggotanya, tapi Chacha sama Bebi bukan urusan kita, kita nggak bisa ngapa-ngapain kalau mereka mau nerusin geng de’Rainbow.” Kata-kata Tasya terdengar tajam.
“Oh gitu… oke gue terima. Biar Bebi sama Chacha jadi urusan gue, tapi lu harus pegang janji dan jauhin mereka semua, termasuk Hellen temen lesbian lu.”
“Oke gue janji, tapi sebelumnya gue mau bicara langsung sama lu.”
“Ya udah, ngomong aja.”
“Nggak lewat telepon, gue mau ketemu langsung, sekarang juga.”
“Aduuhh banyak tingkah amat si lu?! Gue lagi males ke luar nih.” Claudya melirik jam dinding dan melihat jam menunjukkan pukul 7 malam, terhitung masih pagi memang.
“Sebentar aja, gue ada di depan rumah lu, lu tinggal keluar aja.”
“Depan rumah gue? Ngapain lu kesini…? Ya udah, tunggu sebentar.”
Claudya menutup hubungan, lalu bangkit dan mengenakan jaket kesayangannya sebelum akhirnya bergegas menuju keluar rumahnya. Tidak lupa membawa HP yang berisi adegan panas antara Tasya dan Hellen itu.
“Eh, mau kemana jam segini?” Mama Claudya yang memergokinya ketika membuka pintu keluar bertanya.
“Mau nyari snack dulu ke BeastMart.”
“Aduh, kan bentar lagi makan malem?”
“Ya ampun ma, snack doang gitu lho, bentar lagi juga dah laper.”
“Ya udah, tapi jangan lama-lama.” Kata mamanya.
“Iya.” Claudya berkata pendek sebelum melangkah meninggalkan rumahnya melewati gerbang.
Di luar ia celingukan sejenak mencari Tasya, hingga matanya tertumbuk pada sesosok tubuh yang melambai dari sudut jalan yang gelap karena lampu jalan di bagian tersebut mati. Claudya pun menghampiri Tasya.
“Ih ngapain sih pake gelap-gelapan gini? Sok misterius banget.” Ketus Claudya.
“Kan biar enak.”
“Enak apanya?”
“Enak nyuliknya.”
Claudya terlambat menyadari ketenangan dalam nada suara Tasya. Ia juga terlambat menyadari ketika beberapa sosok bayangan melompat dari kegelapan dan langsung mengurung dan memegangi tubuhnya, termasuk membekap mulut dan hidungnya dengan segumpal kain yang menyebarkan bau wangi yang memusingkan kepala. Matanya sempat tertumbuk pada wajah Tasya yang memancarkan ekspresi aneh, ekspresi yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, menakutkan. Lalu kesadarannya pun menghilang, hanya gelap.
********
Kesadaran Claudya perlahan mulai kembali. Ia membuka matanya yang masih terasa berat bagai diganduli batu. Kepalanya pun terasa amat pusing dan seluruh ruangan tempat ia berada terasa berputar. Tunggu… ruangan? Claudya mecoba memfokuskan penglihatannya dan melihat sekeliling ruangan yang sama sekali tidak ia kenal. Ia mencoba bangkit, tapi tidak bisa, karena tangannya terikat pada kepala ranjang besi tempat ia berbaring. Ia mencoba menggerakan kakinya, namun ternyata kakinya pun terikat. Tapi bukan hanya itu yang menganggetkannya, yang lebih membuatnya terkejut, ia terbaring terikat di ranjang tersebut dengan telanjang bulat! Ia tidak tertutup secarik kain pun, apalagi tubuhnya terikat membentuk huruf x, hingga kedua kakinya mengangkang, memperlihatkan vaginanya yang tidak tertutup apapun. Ia merasa panik dan mulai meronta sekuat tenaga, hingga menimbulkan bunyi derit ranjang dan benturan besi dengan lantai dan tembok. Tidak lama kemudian pintu kamar tersebut terbuka, dan lima orang pria berwajah seram dan dekil memasuki kamar tersebut, diikuti oleh… Tasya dan Hellen!
“Udah bangun neng?” Kata salah satu pria tersebut.
“Tasya… Hellen?! Kalian… mau apa?! Lepasin gue!” Meski mencoba memberanikan diri, namun melihat pandangan buas pria-pria seram yang melekat pada tubuh telanjangnya, membuatnya ketakutan setengah mati.
Tanpa menjawab pertanyaan Claudya, Tasya menggerakan tangannya yang ternyata menggenggam handicam kecil dan mulai mengarahkannya pada tubuh telanjang Claudya yang terikat tak berdaya.
“Rekaman di HP lu, lu bikin kopiannya?” Kata Tasya dingin sambil bergerak memutari ranjang tempat Claudya berbaring, memastikan handicam di tangannya merekam setiap jengkal tubuh telanjang Claudya.
“Sya… Sya… tolong, lepasin gue Sya.” Claudya kini mulai dicengkram rasa takut dan air mata pun mulai mengalir dari kedua bola matanya.
“Rekaman di HP lu, lu bikin kopiannya?” Kata Tasya dingin, seakan tidak mendengar permohonan Claudya.
“Sya…”
“Jawab! Lu bikin kopiannya nggak?!” Bentak Tasya keras.
Hellen yang Cuma berdiri di belakang sempat terkejut mendengar bentakan Tasya. Selama mereka berteman, baru kali ini Hellen mendengar Tasya membentak seperti itu.
“Nggak… nggak, gue nggak bikin kopiannya.” Kata Claudya di sela isak tangisnya.
“Bener?”
“Suer.”
Tasya menurunkan tangannya dan berhenti merekam seluruh kejadian tersebut. Ia lalu duduk diatas ranjang disamping tubuh telanjang Claudya sambil perlahan membelai-belai rambut di kepala musuh bebuyutannya itu.
“Denger ya, gue udah hapus rekaman itu dari HP lu, jadi sekarang lu nggak bisa ngapa-ngapain kita. Justru sebaliknya, gue punya rekaman ini sekarang.” Kata Tasya sambil menunjukkan Handicam di tangannya.
“Dan sekarang pun kalau gue mau, gue bisa ngancurin hidup lu dengan menyuruh temen-temen gue ini ngegarap lu habis-habisan sambil gue rekam. Dan lu bisa jadi bakalan jadi bintang bokep paling terkenal di internet, kalau rekaman itu gue sebar ke seluruh dunia.”
”Sya… jangan Sya. Lu kan anak baik, masa lu tega sih.” Wajah Claudya memucat ketika mendengar ancaman tersebut, dan ia hanya bisa memohon-mohon meminta belas kasihan.
“Hmm gimana yaaa…? Kayaknya temen-temen gue udah nggak tahan tu liat bodi mulus kamu gini. Iya nggak brur?” Kata Tasya kepada pria-pria yang berada di dalam kamar tersebut.
“Lha iya lah Sya. Udah, biar kita garap aja ni cewek rame-rame. Berani-beraninya ngancem Tasya, cewek kesayangan kita.” Kata salah satu dari mereka.
“Jangan Sya, please jangan…” Claudya semakin ketakutan.
“Oke, kalau gitu sekarang gue akan lepasin lu. Tapi inget, jangan pernah lagi lu ganggu gue atau temen-temen gue. Daannn… mulai sekarang, kalau gue suruh apapun sama lu, lu harus melaksanakan perintah gue, apapun itu. Mengerti?!” hardik Tasya.
“Iya, iya Sya. Gue janji.” Karena tidak ada pilihan lain, Claudya terpaksa setuju.
“Bagus. Brur, lepasin dia, kasih balik bajunya, terus anterin pulang ya.” Kata Tasya sambil menepuk bahu salah satu pria kasar tersebut.
“Lepasin Sya? Yaa apa nggak sayang? Kita celup dulu boleh ya?” Kata salah satu pemuda yang tampak amat bernafsu tersebut.
“Nggak boleh. Jangan diapa-apain, balikin ke rumahnya.” Kata Tasya Sambil bergegas meninggalkan ruangan tersebut, diikuti Hellen.
”Aduh Sya, lu sempet bikin gue takut. Kirain lu bakalan nyuruh mereka buat bener-bener merkosa si Claudya.”
“Ya enggak lah. Gue nggak sejahat itu. Tapi liat aja, kalau Claudya masih juga ganggu kita, gue gak bakalan segan lagi.” Ekspresi wajah Tasya yang tadi begitu serius dan dingin, kini kembali ceria seperti biasa.
“Sya, masa sih celup aja nggak boleh?” Si pemuda kasar yang tadi protes kini keluar dari kamar dan kembali kembali menyatakan keberatannya.
“Ih lu tu Den, emang nafsuan banget sih orangnya. Lu mikirin perasaan gue dong. Yang minta bantuan lu buat nyulik dia kan gue, berarti dia adalah tanggung jawab gue Den. Kalau sampai dia ngapa-ngapain, gue yang mesti tanggung jawab, gue nggak mau itu.” Kata Tasya.
“Iya iya, gue ngerti.” Deden tampak bersungut-sungut. “Tapi sebagai gantinya, lu harus ngelayanin gue malem ini, gimana?” Wajah Deden kembali berbinar nakal.
“Enak aja lu doang. Kita kerja bareng-bareng, enaknya juga bareng-bareng dong.” Empat orang pria yang juag termasuk komplotan geng ranmor itu akhirnya keluar kamar sambil salah satunya membopong tubuh Claudya yang sudah berpakaian lengkap, namun tampak tak sadarkan diri.
“Iya ah, berisik lu pade. Gue kan udah janji mau nginep disini malem ini. Itu bayaran atas bantuan kalian kan?”
“He he, siip dah. Tapi temen lu itu gimana, dia ikut nginep nggak?” Tanya salah satu dari mereka yang bernama Sigit, sambil mengarahkan pandangannya pada Hellen.
Tasya melirik sejenak kearah Hellen yang tampak tertunduk malu.
“Tau, tanya sendiri sama dia.” Kata Tasya.
“Gimana Neng, mau nginep disini nggak malem ini? Kita senang-senang sepuasnya.” Kata orang yang bernama Iwan.
Setelah ragu-ragu sejenak, Hellen pun mengangguk pelan.
“Naah gitu dong! Asyikk kita senang-senang malem ini.” Kelima pria tersebut langsung cengar-cengir nggak jelas.
“Ih udah ah, cepetan anterin Claudya balik ke rumahnya, ntar keluarganya keburu panik lagi nyariin dia. Tenang aja, abis kalian balik, kita pasti masih disini kok.”
Kelima pria tersebut tampak berunding sejenak, diikuti oleh gerakan hompimpa antara mereka. Dua orang pria tersebut mengeluarkan erangan kecewa sambil kemudian bergerak keluar melalui pintu sambil membawa tubuh Claudya yang masih tak sadarkan diri. Sementara 3 orang pria yang tersisa kini menatap Tasya dan Hellen dengan pandangan “lapar”.
“Kan nggak perlu kita semua yang nganter, bagaimana kalau kita mulai duluan pesta ini.” kata Deden sambil menatap Hellen, barang baru yang belum terjamah sebelumnya.
“Sya…” Gumam Hellen perlahan, bernada ketakutan.
“Lu takut Len? Mau kita batalin aja apa?” Bisik Tasya.
“Nggak usah… gue juga pengen… tapii gue agak-agak takut.”
“Tenang aja Len.” Tasya berusaha menenangkan Hellen yang tampak amat gugup menghadapi pengalaman pertamanya ini.
Ketiga laki-laki berwajah sangar dihadapan mereka dengan terburu-buru membuka pakaian mereka masing-masing, hingga akhirnya ketiganya menampakkan tubuh kasar dan berotot, lengkap dengan batang penis yang hitam teracung-acung dan bergoyang ketika ketiganya menghampiri Tasya dan Hellen. Kedua gadis itu kini dikepung oleh tiga batang penis yang sudah siap untuk menghujam dan mereguk habis kenikmatan dari tubuh kedua gadis cantik itu. Tasya tersenyum kecil kemudian membuka kausnya berikut bra yang ia kenakan. Ia lalu berlutut seakan-akan menyerah dalam todongan tiga batang penis yang terangguk-angguk itu. Mulut Tasya langsung mengemut kepala penis Deden, sedangkan kedua tangannya mengocok-ngocok batang kemaluan Iwan dan SIgit.
“Sya… jangan Si Deden doang dong!! gantian dong ngemutnya..!”
“Iya nih.. Emutin kontol gue juga dong!” protes Iwan.
Tasya pun mulai bergantian melumat dan mengemut-ngemut penis ketiga orang itu yang terkekeh keenakan
“Mmmhh…seeepp…ckkk…ckkk” mulut gadis itu berdecak-decak ketika mengulumi tiga batang penis yang hitam dan baunya tidak sedap, sedangkan Hellen hanya terbengong melihat kelakuan sahabatnya itu.
“Hellen, sini.” Ajak Tasya ketika melihat Hellen hanya terbengong.
“Eh, iya.” Hellen pun berjalan menghampiri Tasya, dan ketika sudah sampai di sampingnya, Tasya menarik tangan sahabatnya tersebut hingga Hellen ikut berlutut di sebelah Tasya, dan sama-sama berada dibawah todongan tiga penis hitam para pemuda kasar tersebut. Tasya meraih tangan Hellen dan meletakkannya pada batang kemaluan Iwan.
“Ayoo.. lu kocok-kocok sambil jilatin” Tasya mengajari Hellen untuk memainkan penis.
Hellen si bintang pelajar merasakan perasaan yang aneh, ketika merasakan denyutan-denyutan hangat batang Iwan dalam genggaman telapak tangannya. Tiba-tiba saja keraguannya menguap , sirna entah kemana. Tangannya dengan perlahan mulai mengocok-ngocok batang penis itu, lalu Hellen menggunakan mulutnya untuk menciumi batang penis Iwan yang hanya bisa meringis-ringis keenakan. Lidah Hellen pun terus menari-nari diatas kepala penis Iwan yang bentuknya mirip helm. Deden lalu ikut berlutut dibelakang Hellen, lalu meraih ujung kaus yang dikenakan Hellen dan menariknya keatas. Hellen yang tahu maksud Deden lalu mengangkat kedua tangannya keatas untuk memudahkan Deden membuka kausnya. Deden tidak lupa membuka kancing bra Hellen dan menariknya keatas, hingga Hellen kini berlutut dengan bertelanjang dada, memperlihatkan payudaranya yang amat montok, putih dan mulus. Kedua tangan Deden langsung meremas-remas payudara gadis itu dari belakang, kemudian jari tangannya mencubit dan menarik-narik puting susunya, sesekali dipelintir-pelintirnya puting itu sampai Hellen merintih keenakan.
“Njing… kecil-kecil toketnya montok banget… hmmm pentilnya oke juga nih.” Deden masih sempat-sempatnya berkomentar.
“Len, jilatin bijinya juga. Cowok suka kalo bijinya dijilatin.” Bisik Tasya di kuping Hellen, memberi ilmu cara memuaskan lelaki.
Mendengar itu, jilatan dan ciuman Hellen kini turun ke buah pelir Iwan yang bertekstur kasar, lidahnya terjulur-julur keluar mengulas-ngulas biji pelir si preman sambil sesekali mengulumnya dengan mulut dan menyentilnya dengan lidah, membuat si pemilik biji makin blingsatan dan hanya bisa meremas-remas rambut Hellen yang bergerak maju mundur. Tak lama kemudian Hellen menghentikan jilatannya, , Ia menatap kepala penis Iwan sebentar sebelum membuka mulutnya lebar-lebar dan…
“Hfffhhh.. hhmmm..nmm” Hellen memasukkan penis itu kedalam mulutnya dan menghisapnya dengan keras hingga mengeluarkan suara-suara nggak jelas dari mulutnya.
Suara mulut itu terdengar begitu mengasikkan ditelinga Iwan, sampai-sampai tubuhnya merinding merasakan penisnya sedang diemut-emut oleh seorang gadis cantik yang masih anak sekolahan, dengan tubuh muda yang masih segar dan kencang. Sementara Tasya sedang disibukkan oleh kegiatannya menghisap penis Sigit. Sedangkan tangan Deden yang tidak pernah berhenti merayapi tubuh Hellen kini berusaha membuka kancing dan resleting celana pendek yang dikenakan Hellen, berhasil! Dan celana pendek itupun merosot hingga ke lutut Hellen. Jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalam Hellen dan merayap mencari liang yang ada di selangkangannya. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu yang sudah terasa basah, semakin lama semakin dalam. Hellen mulai menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginanya itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginanya dengan menggunakan dua jari. Hellen pun mulai tak kuasa untuk menahan diri dan lenguhan-lenguhan panjang mulai keluar dari mulutnya. Hanya berselang lima menit kemudian, badan Iwan sudah gemetaran tak menentu dan meracau tak jelas dan kelihatan kalau ia beberapa kali hendak menarik penisnya dari isapan Hellen. Tasya yang sudah melihat gelagat, hendak memperingatkan Hellen namun terlambat, Iwan menekan kepala Hellen dan penisnya langsung menyemburkan cairan putih kental yang banyak sekali didalam mulut Hellen.
“Ueeddaann… gak tahan gueee!” Erang Iwan.
Hellen sempat terkejut merasakan semburan cairan hangat tersebut, namun tanpa kesulitan ia menelan semua cairan asin kental tersebut, bahkan tidak lupa menyeruput ujung kontol Iwan untuk mendapatkan sisa cairan yang masih tertinggal disana.
“Aduuhh… duh ngiluu…” Keluh Iwan karena isapan Hellen ternyata terlalu keras untuk penisnya yang masih terasa sensitif sehabis orgasme.
“Duh payah lu Wan, baru diisep bentar aja udah keluar.” Ejek Sigit yang masih menikmati servis oral Tasya.
“Bukan gitu men, cewek ini jago banget isep kontol. Lu mesti coba sendiri, enak banget mulutnya.” Keluh Iwan yang masih sedikit ngos-ngosan.
Mendengar ini perasaan Tasya agak campur aduk. Beberapa hari yang lalu ia mendengar bahwa memek Chacha ternyata lebih nikmat, wangi, dan peret dari punyanya. Kini ia mendengar bahwa Hellen ternyata lebih jago ngisep kontol darinya. Hati Tasya pun merasa iri dan cemburu, yang kemudian ia lampiaskan dengan memperhebat servis oralnya pada penis Sigit.
“Sya… eh… aduh Sya.” Sigit pun kelabakan menerima serangan yang amat bersemangat itu.
Sementara Deden yang merasa nafsunya sudah di ubun-ubun lalu menarik tubuh Hellen dan mendorongnya dengan kasar hingga terduduk diatas sofa. Dengan tidak sabar Deden berlutut dihadapan Hellen dan menarik celana dalam Hellen, satu-satunya yang masih melekat di tubuhnya. Setelah terlepas, Deden mencampakkan celana dalam itu sembarangan saja, lalu meraih bagian bawah lutut Hellen kemudian mengangkangkan kedua kakinya kesamping kiri dan kanan sehingga kakinya membentuk huruf “M”, seolah-olah ingin mempertontonkan keindahan vaginanya yang mungil dihadapan Deden. Deden pun sejenak nanar melihat gundukan bukit kecil yang ditumbuhi rambut jarang di bagian atasnya itu.
“Jangan… jangan dilihat…” Desis Hellen dengan wajah memerah karena malu.
Seumur hidupnya belum pernah ada lelaki yang melihatnya dengan tatapan seperti itu, wajar saja jika kali ini ada rasa malu bercampur bangga melihat ada pria yang terlihat amat sangat bernafsu melihat tubuh telanjangnya. Dada Deden pun seakan hendak meledak melihat tatapan malu-malu kucing Hellen, tampak innocent tapi sekaligus penuh nafsu dan menggoda. Dengan tidak sabar ia mengarahkan kepala penisnya menggesek-gesek bibir vagina gadis itu, setelah dirasakan pas barulah Deden menggerakkan penisnya dalam sebuah irama yang menyentak-nyentak, berusaha memasuki lubang vagina Hellen yang masih perawan.
“Awww…!” satu sentakan yang kasar dan kuat membuat gadis itu menjerit kecil, kepalanya tengadah keatas, matanya terpejam-pejam dengan bibir yang sedikit terbuka, ada suara-suara lirih yang keluar dari bibir mungil gadis itu ketika Deden menekan batang penisnya semakin dalam
“Den… aduh, pelan-pelan.” Rintih Hellen yang merasakan vaginanya dipaksa merenggang di luar batas. Padahal ukuran penis Deden termasuk biasa saja.
Deden sendiri adalah orang kasar yang terbiasa bergelut di dunia hitam. Wajahnya pun jauh dari tampan apalagi lembut. Tapi ketika melihat ekspresi wajah Hellen yang begitu mengiba, rasa kasihannya timbul juga dan dadanya terasa hangat dan aneh. Sejenak ia menghentikan gerakannya dan dengan perlahan menurunkan kepalanya dan mengecup lembut bibir Hellen. Hellen sejenak terkejut, namun tanpa ragu ia kemudian membalas kecupan lembut itu, tambah lama tambah bernafsu hingga keduanya kemudian saling melumat dan menghisap mulut lawannya.
“Heekk…” keluar suara dari mulut Hellen ketika satu sentakan keras dari Deden mengirim penisnya untuk amblas seluruhnya masuk kedalam vagina Hellen, sekaligus menembus selaput dara yang selama ini ia jaga.
“Sakit say?” kata Deden ketika melihat Hellen yang menggigit bibirnya sendiri, sambil membelai rambut Hellen.
“Hmm… erghh… nggak kok.” Desis Hellen dengan nafas ngos-ngosan.
“Gue entot lu sekarang ya?” Kata Deden.
Hellen Cuma menganggukan kepala, dan batang penis Deden pun mulai keluar masuk liang vaginanya perlahan-lahan, sepertinya Deden sedang meresapi jepitan memek Hellen yang seret dan peret dibatang kemaluannya.
“Enak gak say…? Memek lu enak banget.” Tanya Deden sambil memaju mundurkan batang kemaluannya semakin kuat merojok-rojok lubang memek gadis itu.
“Mmmhhh… enak banget Den… kontol lu eenaakk… ” Hellen mulai mengikuti kebiasaan mereka untuk mengeluarkan kata-kata kasar untuk menambah nafsu sex mereka.
“Teruuuss Den… entot gue sepuas… lu” Erang Hellen dengan terputus-putus, karena sodokan-sodokan Deden yang semakin kasar dan liar.
“Waduuhh, udah pada mulai aja, curang banget sih lu pada.”
Dua orang pria yang tadi mengantar Claudya pulang kini sudah kembali. Dengan tidak sabaran mereka langsung melucuti pakaian masing-masing dan langsung menyerbu Hellen. Pemuda yang bernama Adi langsung duduk disebelah kanan Hellen, tangannya bergerak mengelus -ngelus induk payudara Hellen sebelah bawah sambil menciumi leher mulus Hellen yang sudah dipenuhi butir-butir keringat yang wangi. Sesekali Adi meremas kuat-kuat induk payudara gadis itu sampai pemiliknya melenguh panjang. Sedangkan Maman berdiri disebelah kiri gadis itu dan menarik kepala Hellen sambil menjejalkan batang penisnya kedalam mulut gadis itu lalu menggerakkannya maju mundur.
“Asyik gue paling suka toket sama pentil montok kayak gini..! Duhhh susu…” Adi menundukkan kepalanya dan lidahnya menggeliat-geliat menggelitiki puting susu Hellen, kadang mulutnya mengecup dan melumat -lumat puncak buah dada Hellen yang memang montok dan putih mulus. Hellen sejenak melepaskan batang kemaluan Maman, gadis itu memejamkan matanya menikmati serangan-serangan Adi dibuah dadanya yang membuntal semakin padat, dan terutama sodokan-sodokan Deden yang semakin kuat.
”Plokkk… keplokkkk… keplokkkk” suara itu terdengar dengan keras berbaur dengan rintihan dan erangan lirih Hellen.
“Yeee.., kok berhenti?! Ayo dong isep kontol gue!!!” tangan Maman kembali menarik kepala Hellen dan menekankan kepala penisnya kedalam mulut si gadis. Hellen membuka mulutnya kembali dan menerima batang yang kini kembali menyesaki rongga mulutnya itu.
Sedangkan Tasya tampak sibuk di sandwich oleh Iwan dan Sigit. Tasya tampak ngos-ngosan dengan wajah meringis-ringis menahan nikmat yang diakibatkan dua penis yang menjebol vagina dan anusnya secara bersamaan. Ia paling suka dijepit seperti ini, dikeroyok dua, tiga, atau bahkan banyak kontol sekaligus untuk memuaskan nafsunya yang semakin menggebu-gebu. Hanya beberapa menit kemudian, Hellen memekik kecil ketika akhirnya Deden berhasil mengantarnya ke puncak kenikmatannya. Hellen merasakan dirinya ditelan gelombang besar yang meluluh lantakkan tubuhnya, seluruh tubuhnya gemetaran menahan nikmat yang tak tertandingi.
“Ahhh..aahhh..ahhh…erhhgggg…oh..godddd” erangnya sensual menambah semangat Deden untuk terus memacu tubuh Hellen yang terlonjak-lonjak.
Hellen pun menjerit, orgasmenya telah tiba…Tak terbayangkan rasanya, terlalu nikmat. Tubuhnya pun merenggang, lemah, lemas, pikirannya melayang. Deden merasakan semburan cairan orgasme Hellen, menerpa penisnya, hangat
“Crrrrttt.. Crrrttttttt” cairan itu keluar berdenyut-denyut diiringi rasa nikmat yang membuat tubuh Hellen mengejang, lendir-lendir lengket namun licin itu kini membuat suara berkecipak – kecipak, Ketika Deden semakin kuat memompa lubang seret itu, hingga akhirnya
“Argggg..!! Houhhhhhh.. gila ni memek… ” Deden menggeram-geram sebelum akhirnya menusukkan batang kemaluannya dalam-dalam dan menyemburkan spermanya memenuhi liang memek Hellen dan membanjiri rahim mudanya. Deden pun mencabut penisnya sambil terengah-engah.
“Man, kita bawa ke kamar aja yuk? Biar lebih enak.” Kata Adi yang masih sibuk meremas-remas payudara Hellen.
“Boleh.” Jawab Maman, ia lalu dengan mudah mengangkat tubuh Hellen dan membawanya kedalam kamar tempat tadi Claudya diikat.
Sesampainya disana Maman dengan kasar melemparkan tubuh Hellen keatas ranjang yang untungnya dilapisi spring bed yang empuk. Laki-laki berwajah sangar itu lalu berbaring di sebelah Hellen sambil mengocok-ocok penisnya yang sudah amat tegang.
“Ayo neng, naik sini.” Katanya pada Hellen.
Hellen yang sudah kesambit setan nikmat tanpa ragu segera mengangkangi penis Maman. Hellen meraih penis itu dan sejenak menggesek sambil menekan-nekankan kepala penis itu ke lubang vaginanya sendiri. Hellen perlahan menurunkan tubuhnya dan menggigit bibirnya ketika merasakan kepala penis Maman mendesak masuk dengan gagah. Dengan tidak sabaran Maman menarik turun tubuh Hellen hingga penisnya langsung amblas seluruhnya kedalam vagina gadis remaja itu, lalu Maman langsung mengentotnya dengan gerakan-gerakan yang cenderung kasar dan brutal.
“Awwww !! Akhhhhh… Mmmhh” Hellen merengek-rengek ketika penis Maman mengocok-ngocok lubang vaginanya kuat-kuat, berkali-kali gadis itu terpekik ketika Maman menyentakkan batang kontolnya menghantam vagina gadis berkacamata itu.
“He he, gimana, enak kan kontol gue?” Kata Maman disela-sela gempurannya.
“Banggeett… memek gue…. gimana?” Balas Hellen.
“Siipp… banget, ahhh.” Erang Maman.
“Wahhh…!! Gue kebagian pantatnya nih…” Adi yang entah sejak kapan ada di belakang Hellen kini menggesek-gesekkan kepala penisnya dibelahan buah pantat Hellen. Setelah menemukan lubang yang dicari, satu tangannya menahan pinggang Hellen kemudian sambil menekankan batang penisnya kuat kuat, hingga tubuh Hellen terdorong-dorong disebelah bawah ketika Adi, berkali-kali menghentakkan kemaluannya dengan kasar.
“Bang.. pelann-pelannn… Akkhhhhhh….” Hellen terpaksa berpegangan pada kedua bahu Maman.
“Udah..! Tenang aja.. Ungghhh Arggg… ” kata Adi sambil kembali menekan pantatnya.
Dan Hellen pun memekik panjang ketika penis Adi sukses menjebol lubang anusnya. Punggung Hellen pun melenting kebelakang mirip seperti sebuah busur, mencoba menahan rasa sakit dan sesak yang menyerbunya. Merasakan jepitan lubang yang begitu sempit, Adi justru malah tambah semangat. Tanpa ragu ia langgsung menggenjot lubang pantat Hellen dengan kecepatan tinggi.
“Uggghhhhhhh…. ! aduhh duhhhh…. Shhhh” gerakan Adi yang kasar membuat Hellen meringis-ringis kesakitan, terkadang mulutnya menganga lebar, kedua matanya membeliak merasakan sodokan-sodokan kasar dilubang anus dan lubang vaginanya yang bekerja sama dengan apik, seakan merobek-robek bagian bawah tubuhnya.
“Berisik lu ah…” Maman langsung menarik kepala Hellen, mulutnya langsung menyumpal bibir gadis itu yang sedang meringis-ringis, sementara tangan Adi merayap meremas-remas induk buah dada Hellen, dan sejenak yang terdengar dari dalam kamar itu hanyalah suara rintihan dan desahan tertahan dari tiga anak manusia yang sedang memuaskan nafsu birahi mereka.
Sementara diluar kamar itu, 4 tubuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga setelah memacu diri kelewat batas demi mengejar nafsu. Tasya memandangi penis-penis layu yang baru saja menjebol vagina dan anusnya. Ia sebenarnya masih ingin “nambah”, tapi sayang ketiga pria di sekelilingnya masih terbaring kelelahan. Tiba-tiba terdengar suara pintu depan rumah yang terbuka, diikuti langkah-langkah kaki berdebam. Dadang beserta 4 orang anggota geng ranmor itu rupanya sudah pulang dari “bekerja”. Mata Dadang si bos preman separuh baya itu langsung tertumbuk pada gelimpangan tubuh-tubuh lemas di ruang tengah.
“Lho, ada neng Tasya rupanya, pantesan pada lemes kayak gini,abis ngewe yah?” Kata salah satu pria yang baru tiba itu.
“Asyik ada Tasya. Sya lu nginep malem ini?” Tanya yang seorang lagi.
“Iya.” Tasya menjawab dengan suara dibuat sesendu mungkin.
“Asyiik, boleh dong kita ngentot lu sekarang?”
“Boleh…”
“Siipp, beres proyek langsung ngewe.”
Tubuh mulus gadis cantik bernama Tasya itu pun langsung dikerubuti oleh tiga orang laki-laki bertubuh hitam berwajah sangar dan bengis. Sementara Dadang dan Isman si wakil ketua geng itu tampak celingukan.
“Den, si Adi amasi Maman kemana?” Tanya Dadang pada Deden.
“Di kamar noh, lagi ngegarap barang baru, temennya Tasya. Cakep lho ceweknya.” Jawab Deden.
“Barang baru?” Dadang mengusap-usap dagunya lalu berjalan menuju pintu kamar tempat dimana Hellen berada.
Dadang langsung membuka pintu kamar tersebut dan melihat Hellen yang berbaring lemas diatas kasur, nafasnya masih terengah-engah sedangkan tangan tangan nakal Adi dan Maman merayapi tubuhnya yang mulus. Tampaknya ketiganya sudah selesai memuaskan nafsu masing-masing.
“Di, Man!” Bentak Dadang karena kedua anak buahnya itu tampak tidak menyadari kehadirannya.
“Eh bos, udah balik.” Kata Adi yang langsung bangkit, diikuti Maman.
Dadang menatap tubuh mungil Hellen yang sudah berhias keringat ditubuhnya, menimbulkan efek berkilauan yang menggoda. Nafsu Dadang langsung bangkit.
“Lu berdua keluar, gue pengen nyobain ni memek.”Kata Dadang.
“Oh, pasti bos. Silahkan pake sepuasnya.” Kata Adi sambil cengengesan meninggalkan kamar tersebut, diikuti Maman.
Hellen menatap Dadang yang membuka pakainnya satu persatu. Wajah pria itu sungguh seram, dan kelihatannya ia cukup tua untuk menjadi ayahnya. Hellen seharusnya merasa muak atau takut, tapi ketika melihat kontol raksasa Dadang yang telah mengacung perkasa, justru malah menimbulkan senyuman di bibir Hellen. Dan gadis itupun menyambut ketika tubuh Dadang yang bau keringat, menyerbu tubuh mungilnya dengan penuh nafsu. Tanpa buang-buang waktu Dadang langsung menindih tubuh Hellen dan menjilati leher dan payudara montok Hellen yang dihiasi keringat, tidak lupa tangannya meremas-remas pantat Hellen yang membusung padat. Hellen yang merasakan jilatan-jilatan Dadang merasa kegelian hingga tak terasa terkikik pelan. Tapi bukannya berhenti, Dadang justru mengangkat satu lengan Hellen hingga memperlihatkan ketiaknya yang bersih mulus dan langsung menjilatinya dengan bersemangat. Keringat si gadis muda justru terasa nikmat bagi Dadang yang sudah terbuai nafsu.
“Nggak… aduuhh geliii.” Hellen terengah-engah antara geli dan perasaan aneh yang menyerbunya. Dadang terlihat amat menikmati setiap jengkal tubuhnya, dan itu menimbulkan perasaan bangga dalam diri Hellen. Cukup lama juga keduanya bergumul,saling mulat dan saling jilat.
“Nungging lu…” Perintah Dadang sambil melepaskan tindihannya pada tubuh Hellen.
Hellen pun bangkit dan menungging membelakangi Dadang, seakan memamerkan lubang surganya yang indah kepada Dadang. Dadang pun makin bernafsu melihat “barang baru” yang liar ini. Ia langsung menggenggam penis raksasanya dan…
“Eggghhh… Heeennnnn… akkkkkkkkk” Hellen menggeleng-gelengkan kepalanya ketika merasakan suatu benda kenyal berusaha menerobos lubang vaginanya. Benda kenyal itu rasanya amat besar, hingga Hellen pun mengerang ketika merasakan lingkaran bibir vaginanya terasa dipaksa membuka selebar mungkin.
“Awwww..!! ” jeritan panjang pun keluar dari mulutnya ketika merasakan tusukan kuat Dadang menembus jauh kedalam relung tubuhnya, semakin lama semakin dalam menyentak-nyentak kasar memasuki lubang vagina gadis itu.
“Edannn!! Memek lu sempit amat…!! Baru belajar ngentot lu ya..” Kata Dadang sambil terus menjejal-jejalkan batang penisnya hingga terasa mentok.
Dadang lalu menggerakkan penisnya memutar-mutar seperti sedang mengocok-ngocok lubang vagina gadis itu. Sambil sesekali menampar pantat Hellen yang membuntal padat, putih dan mulus, hingga berwarna kemerahan dan menimbulkan cap tangan lima jari. Saat itu Dadang melihat lubang anus Hellen yang merekah dan menutup, tanpa ragu Dadang langsung menusukkan jari tengahnya kedalam lubang anus Hellen dan langsung mengocoknya didalam, merasakan jepitan lubang yang bergerinjal itu.
“Ehmm aduhh…” tangan Hellen yang tadinya menopang tubuhnya langsung ambruk, dan kini wajahnya menempel ke bantal, mencoba meredam jeritan yang hendak meloncat keluar dari mulutnya. Tapi anehnya, yang justru keluar malah…
“Enhhhh.. Osssshhhh..tteeruuss baanng…..” Erang Hellen minta tambah. Preman bertubuh tinggi besar dengan tampang yang seram itu pun menyodok-nyodok dengan semakin kasar sehingga tubuh Hellen tersentak-sentak dengan makin kuat.
Sekitar seperempat jam kemudian tubuh Hellen menggeliat dan melengkung seperti sedang mengalami siksaan yang sangat nikmat, vaginanya langsung menyemburkan cairan berwarna bening yang menyiram penis Dadang yang masih menggenjotnya habis-habisan. Kemudian tubuh Hellen terkulai lemas, namun masih dalam posisi menungging. Melihat Hellen yang sudah terkulai lemas, Dadang justru malah mempercepat genjotannya, hingga tubuh Hellen pun hanya bisa terguncang-guncang mengikuti sodokan Dadang. Hanya berselang lima menit kemudian Dadang sudah mencapai batasnya. Dengan cepat ia menggulingkan tubuh Hellen, lalu bergerak mengangkangi wajah gadis itu dan menjejalkan penisnya kedalam mulut mungil itu.
“Ngehheee… telen tuh peju gue.” Dadang mengerang sambil menyemprotkan spermanya yang kental didalam mulut Hellen, sementara tubuhnya berkedut-kedut menahan nikmat.
Hellen yang kini sudah gila peju, tanpa keberatan menerima cairan asin kental yang muncrat dari kepala kontol Dadang. Hellen bahkan menghisap dan mengurut kontol itu untuk mengeluarkan cairan yang mungkin masih tersisa dalam batangnya. Begitu semburannya selesai, Dadang langsung ambruk dan jatuh terduduk sambil bersandar ke kepala ranjang. Saat itu Hellen bangkit dan merangkak mendekati Dadang. Setelah wajahnya hanya terpisah beberapa jengkal dari wajah Dadang, Hellen membuka mulutnya, memperlihatkan cairan putih kental yang memenuhi mulutnya. Hellen lantas memutar-mutar lidahnya sambil mencecap cairan peju Dadang itu, sebelum akhirnya menelannya dengan desahan nikmat. Dadang terkekeh melihat kelakuan gadis yang baru saja hilang keluguannya itu.
“Enak neng?”
“Segeerr.”
Hellen lantas menciumi dada Dadang yang berbulu, turun ke perut, lantas memasukan dan menghisap penis dadang yang sudah layu didalam mulutnya. Dadang langsung merinding karena penisnya yang baru saja orgasme masih terasa amat sensitif, apalagi diperlakukan seperti itu oleh mulut basah dan hangat milik seorang gadis remaja cantik.
“Nama lu siapa?” Tanya Dadang.
“Hellen.” Jawab si gadis disela-sela hisapannya.
“Hellen… lu doyan kontol?”
“Ehmmm… banget.”
“Hua ha ha…” Dadang tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Hellen itu. Tanggannya lantas membelai-belai rambut Hellen yang tergerai indah.
Rintik-rintik gerimis diluar kini semakin besar, dan memang semalaman itu turun hujan tanpa henti, seakan menemani dua gadis remaja cantik yang sedang digilir oleh sepuluh orang orang laki-laki seram dan kasar itu sampai mereka puas menyalurkan nafsu binatangnya, semalam suntuk.
Bersambung… -----------------
tapi kayaknya perlu imajinasi yg lebih heboh lagi…
Re: jam 9 pagi
Tiap bangun pagi selalu ambil HP dan sambil malas-malasan di ranjang dan perasaan dag dig dug menanti ada cerita baru apa yang baru di upload bro Shusaku … ternyata ada cerita top gini …. now am going to work with a big smile on my face!
Re: wah bagus deh bisa semangat kerja berkat cerita2 disini, btw cerita u mana ya? blm lanjut lagi?
tap sepertinya bagus…
Makasih bos shu, hidup mupengers!
Re: lanjutnya lebih cepat lebih baik (slogan si jusuf kentut wahahha…padahal ngurus lapindo aja ga cepet, dasar)
Tp boz,kga da ftox si tasya ma helen yg sndri2 y?msa td aye d interupsi akan khdiran si indra.jd lmes bozz…
very damn nice….
Re: gw sendiri ga pernah tau malah aslinya, gw paling anti sinetron sih, tapi ceritanya disini sih bagus heheh, top deh
Bagus, BAGUUUSSs, Mr RAito teaaa ATUHHH…,
Jaminan Mutu kke ke ke ke ke……..
pembinalan karakternya keren, keep up the good work bro!
Re: ditunggu loh ehehe
buat yg kyk ginian lagi ya…!
tambahin artis yg lain dunk!
Abis bljar buat prsiapan UAN,rilekz smbil baca cerita gnian. . .
Boz shu boleh kirim cerita pake bahasa madura ya tp dterjemahkan ko. . .
Klo boleh abis UAN nnti mw ngrim keemail boz shu. . .
Re: boleh tar gw liat dulu kelayakannya ok, ditunggu ya
tasya tuh yg mana ?
hellen yg mana?
chcha yg mana??
fotonya atu2 dong bos
biar ngacengnya fokus
mikha tambayong (tasya) http://profiles.friendster.com/94383401
aryani fitriana (caca)
http://profiles.friendster.com/93447040
derby remero (indra)
http://profiles.friendster.com/91859944
dinda kirana (bebi)
http://profiles.friendster.com/85967654
tani putri (helen)
http://profiles.friendster.com/91071082
boss raito mana lanjutan xy nya cepetan dong dikeluarin oh ya boss shu kalo karya teteh yohana ada di waiting list tolong dikeluarin dong
Re: wah kayanya ini fansnya kepompong bisa tau gitu fs2nya
ceritanya bos shu lebih bagus dari pada aslinya..
mudah2an segera dilanjutin
Re: cerita gw apaan? ini kan ceritanya raito
Si Tasya emang udah janji sama Claudya kalo dia gak bakal diperkosa sama preman-preman itu. Tapi gimana kalo Helen & Tasya yang ngerjain Claudya??? Asyik tuh…….
claudya jangan dilupain jg…
sambungannya ditunggu.
betul betul betul betul
lebih keren dari yg pertama..
hellen maniak juga…
hohohohoh..adegan lesbongnya keren…
NICE POST GAN !!!
LANJUTKAN !!!!
gw ga ngebayangin kalo misal, salah satu kru sinetron Kepompong mbaca cerita ini, ato malah KBB-maniacs…
trus kebawa ke lokasi syuting tuh….
keren kali ya….
btw, it’s just my mind….
jangan dianggap apa-apa….
buat para MASTER FAN FICTION..
request MULAN ATAU MAHADEWI di gangbang ama anak2 nya si jenggot donk…
Re: hahaha…anak2nya si mbek? apa ga kurang pedofil tuh??
Masa seh? Perasaan cerita gue yang serius juga banyak kok?
@Henz, Minami, Dony
Thanx bros, cerita kalian juga gue tunggu2
@Naga n Bos
He he sama gue juga jarang banget nonton. Data sama cerita latar dari sinetron ni malah gue dapet dari Wikipedia,
@Joe, Pemburu, David
Walah, emang itu idenya buat cerita depan! Dah gak jadi surprise lagi dunk?! He he
@Tightass
Hi hi gue juga sering bertanya” apa salah satu “korban” cerita gue ada yang pernah baca cerita gue ya???? Kalau ada seru tuh kayaknya… hmm bisa jadi cerita tuh…
@Sandewa
He he Mulan dah di banned sama bos Shu. Kalau Mahadewi, ntu si Puri dulu masih keitung temen gue waktu SMA (nggak deket sih), jadi nggak enak bayanginnya kalau nulis cerita soal temen sendiri…
Re: wah ternyata om raito pernah sesekolah ama celeb, asik dong hehehe…iya kalau mulan jangan deh, kelakuan menyebalkan, terus muka ga alami banget, dempulnya 1cm
@fans
Sorry XY blom bikin sama sekali gue nulis pelan-pelan banget sekarang, gak bisa cepet… Gomenasai
@pemburu
episode depan, it’s all about bebi, tunggu ya.
@wede
he he, lebih bagus ya??? apa gue kirimin ke PH nya aja… Siapa tahu bisa dijadiin script episode2 depan….
Ratingnya pasti langsung melambung, wakakakaks
Re: boleh2 kirim ke phnya aja daripada script2 buatan klan punjabi yang jijay itu kan ini lebih seru
setidaknya itu buat membangun fantasi kita, asal jangan kepanjangan di drama aja, hehe..
oo…gitu ya ….ok deh..make sense
kalo gitu sapa aja kek artis republik cinta..pokoknya yg co nya al.el dan dul, mereka kelihatannya nularin bejat si kambing…kira2 mungkin ga ya ..
Trus…
INCHEST DILARANG YA..
gimana kalo mei chan ?
mei chan???
tante girang gincu tebel itu?
gak bangeth lahhh…
mending Bung Raito bikin yang kayaq melanie slade (pacarnya theo walcott), emma watson (pemeran hermione granger di harry potter), ato Bonnie Wright (pemeran ginny weasley di harry potter)…
ato kalo lokal mending aryani fitriana, ato semacemnya…
kan imut n cantik tuh…
daripada mey chan…
riasannya ketebelan!
Incest dilarang? tapi setau gue Bang Joeanchoexs bikin cerita incest sekali tuh… yang The Click 6 OoC…
gak dilarang koq bikin di blog ini, tapi emang Bro Shu kayaqnya gak bakal bikin yang kayaq gitu…
gue aja pernah minta cerita ivana (Ni Cam 6: FMFO) dipaksa ngentot oleh imron sama pak heryawan yang notabene bapaknya tuh ceweq….
Gak pernah dikabulin tuh, ampe sekarang…
tau dah kalo nerimanya dari orang lain…
Suka baca komik jepun ato nonton anime, gak?
kalo iya, you coba bikin tentang anime BLEACH…
misalnya Rukia Kuchiki ato Orihime Inoue diculik n digilir ama Espada (bawahannya Aizen yang jumlahnya 10 orang tapi cuma 9 yang cowok) cowok
Ato anime2 laen misalnya….
yang jelas jangan naruto…
bozennn bro… kezeringan… kalo mau dari naruto, pairingnya jangan yang biasa2 aja… yang bagus misalnya Anko dengan Orochimaru (guru dengan murid. kisahbb tulen, tuh)
..
setralah siapa artisnya, gw ngusulian artis manajemn republik cinta or duo maia biar make sense ama al el dan dul..
pokoke kalo boleh gw request bikin yg co nya si al el dan dul..artis ce nya terserah…hehe
boleh ya mas raito?
Re: artis ce nya terserah? ya dah kasih yati pesek aja gmn? hahahha….
ide yg sangat bagussssss
Duo Ratu? yang gincunya super tebel itu? =))
amit2 dah…
jangan2 bung sandewa pecinta cewek buruk rupa~
@ raito
yati pesek? jangan…
kan titelnya kisahbb beauty n the beast…
kalo yati pesek jadinya beast vs beast…=))
bagus jga.. karakternya juga gak jauh2 amat, serasa emang Tasya ama hellen itu anak nggak baek2..xP
bagus…lanjut baaaang..!
eh banyak banget cerita” baru
sma penulis” br ya?
makin keren nih KBB
banyak regennya
hhe
@ raito
om Raito
keren banget nih ceritanya
perubahan karakter Tasyanya kayak beneran
jangan lama-lama lanjutannya
kalo bisa si Chacha ada kisah selanjutnya…
Re: aduh, yang dah lama ilang, kemana aja neng? kangen ama tulisannya2
maap Henz
gue udah lama ya bikin cerita??
hhe
maap ya
ntar deh kalo ada waktu lagi gue bikin
hhe
Re: kalau gitu harusnya produsernya kepompong berterima kasih sama republik kita ini karena turut berperan menaikkan ratingnya, btw ada sutradara, crew, atau orang2 dari ph nya ga disini wahahaha
Tadi ntn si pemeran Beby (Dinda Kirana) jadi bintang tamu Bukan 4 Mata soalnyah.. dan ngegemesin banget!!!! Jadi berfantasi neeeh….
pgn tw klnjutannya…
LANJUTKAN!!!
andai gw bisa main ma mereka beneran, mantap kali yak,
jadi mau ngentot, cari mangsa dulu ah.
Re: iya nih ya, kepompongnya kok dah lama blm nongol bos raito?
ayo smangat bro raito ^^
smpe ckg kq lm ad lnjtnnya y???
pgn tw critanya lo ad si bebi…
si mon……tok…!!!!
tokednya gde…
hhay…
mlah fantasi sndri…
dah lama nunggu nih cepetan dong
Re: halah itu kan sinetron pembodohan yg memuakan itu, kaos kaki bisa ngomong & ngabulin permintaan itu…wakakaka
saya sudah tidak tahan, hehe..
Lama amat smpe 1 tahun?
Re: penulisnya kayanya pensiun nih, dah ga nongol lagi
Tlg kontak penulisnya kepompong ini, kasian para fans yg udh kelamaan nunggu..
Klo pun emang pensiun, minta lisensinya aj biar dilanjut sama penulis yg lain..
Sayang crita sebagus ini gk jelas kelanjutannya..