Cerita ini dibuat berdasarkan setting cerita buku Harry Potter. Seri ini dimulai dari setting cerita buku Harry Potter 4 : Goblet of Fire. Nantinya jalur ceritanya akan loncat-loncat sesuai alur cerita buku. Penulis hanya menuliskan bagian yang ada xxx-partnya aja. Detail setting yang nggak ada xxx-nya akan diceritakan sambil lalu aja.
Enjoy It.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Harry merasa pikirannya melayang. Dia kini ada di depan sebuah rumah besar yang tidak dia kenal. Dia berjalan memasuki rumah itu. Saat ia berada di dalam rumah itu, dia segera mengenali kalo rumah itu rumah seorang penyihir dan bukannya rumah muggle dari aksesoris yang menghiasi rumah itu. Tidak mungkin rumah seorang muggle dihiasi lukisan yang terpasang di ruang tamu dengan sosok dalam lukisan yang bisa bergerak sendiri. Tapi dia tetap tidak mengenali rumah itu. Harry sangat yakin kalau dia tak pernah berasa disini sebelumnya. Tiba-tiba Harry sadar kalau dia tidak dapat mengontrol tubuhnya sendiri, seakan-akan dia hanya berada dalam tubuh itu tanpa kontrol akan segala yang dilakukannya. Tubuhnya bergerak melangkah kearah sebuah pintu besar di salah satu sudut ruangan, lalu dia membuka pintu itu. Harry mendengar suara tangisan wanita, dan ada juga tawa dari seorang laki-laki dari dalam ruangan yang akan dimasukinya.
Saat Harry akhirnya masuk kedalam ruangan, dia melihat dua orang wanita cantik berpelukan sambil menangis duduk di tepian ranjang besar yang ada di kamar itu.
“Tolong jangan siksa dia hu..hu.hu…Lepaskan kami hu..hu..hu…”, rengek wanita yang lebih tua. Harry segera mengalihkan pandangannya. Dia melihat seorang lelaki berteriak kesakitan, tubuhnya menggeliat dan menggelepar di lantai yang beralaskan permadani. Dan tak jauh dari situ dia melihat seorang laki-laki lain sedang mengacungkan tongkatnya ke arah laki-laki yang kesakitan. Laki-laki itu berambut pirang lurus panjang, dan Harry merasa bahwa dia pernah bertemu lelaki ini tapi dia lupa siapa dan dimana. Saat Harry melihat perbuatan laki-laki itu, dia sadar kenapa laki-laki yang satunya menggelepar kesakitan. Si pirang itu sedang melancarkan kutukan cruciatus, salah satu dari tiga kutukan yang tak termaafkan karena kekejamannya. Harry berusaha menghentikan si pirang tapi dia sama sekali tak punya kontrol atas tubuhnya, dan hanya diam di tempatnya.
Tiba-tiba Harry mendengar suara geraman dari sisi lain kamar itu. Saat Harry menolehkan kepalanya, Harry melihat seekor serigala yang sangat besar di sudut lain kamar itu. Dan Harry menjadi semakin kaget ketika tiba-tiba srigala besar itu menjadi aneh. Tubuhnya seakan-akan berubah menjadi sesuatu yang lain. Perlahan Harry pun melihat dari matanya sendiri bagaimana serigala besar itu berubah menjadi sesosok laki-laki yang kumal dengan seringai kejam menghias diwajahnya.
“Selamat datang, Tuanku.”, kata laki-laki srigala itu pada Harry yang bingung karena merasa tak pernah mengenal laki-laki srigala itu.
“Selamat datang, Tuanku.”, kata seseorang yang suaranya rasanya pernah Harry dengar. Harry mengamati si pirang yang baru saja menyapanya. Harry yakin sekali dia pernah mendengar suara si pirang sebelumnya. Tiba-tiba sesuatu melintas di pikiran Harry. Suara si pirang itu adalah suara Lucius Malfoy. Akhirnya Harry mengenali sosok berambut pirang yang tadi menyiksa orang dengan kutukan cruciatus. Orang itu adalah Lucius Malfoy, hanya saja dalam sosok yang lebih muda dari Lucius Malfoy yang dikenal Harry. Kehadiran Lucius Malfoy segera menyadarkan Harry tentang keadaannya sekarang. Harry sekarang sadar bahwa dia sedang ada dalam tubuh Lord Voldermort, penyihir hitam kejam yang menyebarkan teror di dunia sihir dan penjahat besar yang membunuh kedua orangtuanya, James dan Lily Potter. Dan tampaknya Harry sedang berada dalam ingatan Voldermort di masa saat dia masih berkuasa. Harry berontak, ingin bangun dari mimpi buruknya ini, tapi ia tak sanggup. Ia juga tak mampu mengontrol tubuhnya, seakan-akan dia hanya menjadi penonton di ruangan itu dari dalam tubuh Voldermort.
“Tuanku.”, kata Lucius.
“Hhmm..”, dengus sebuah suara berat yang mengerikan. Harry tersentak karena suara itu berasal darinya, atau tepatnya dari Lord Voldermort.
“Laki-laki ini adalah Mandrake Merlion, seorang pengkhianat dunia sihir. Dia melakukan kesalahan yang sangat besar dengan mengawini seorang wanita muggle. Dia telah membuat kemurnian penyihir menjadi rusak. Dan satu kesalahan lagi adalah laki-laki ini menjadi salah satu penyokong dana untuk Ordo of The Phoenix pimpinan si tua Dumbledore. Karena itulah saya dan Fenrir menjatuhkan hukuman padanya.”, kata Lucius.
Penjelasan Lucius Malfoy membuat Harry sadar akan situasi yang terjadi di rumah ini. Dan juga memberikan keterangan tentang werewolf yang hadir di situ. Laki-laki itu adalah Fenrir Greyback, seorang werewolf yang menjadi anak buah Voldermort. Harry merasa marah dan ingin menghentikan tingkah Malfoy yang kembali menyiksa laki-laki yang bernama Mandrake dengan kutukan Cruciatus, tapi ia tak berdaya. Tapi disisi lain Harry, entah kenapa, merasakan ada perasaan lain yang menyelinap di hatinya. Perasaan senang melihat laki-laki tak berdosa itu tersiksa oleh kutukan Cruciatus. Harry sadar perasaan yang dirasakannya itu bukan perasaannya sendiri tapi perasaan Voldermort. Tapi tetap saja hal itu membuatnya frustasi.
“Ha..ha…ha… kerja bagus Malfoy. Kau dan Fenrir akan mendapat anugrah dariku. Dan dua wanita ini siapa?”, kata suara dari tubuh Harry. Matanya mengamati dua wanita cantik yang menangis tersedu-sedu dan minta ampun. Harry merasa malu karena mata voldermort seakan menelanjangi dua sosok cantik itu. Harry merasa seakan dia sendiri yang berlaku kurang ajar.
“Yang lebih tua itu istri Mandrake, sorang muggle yang bernama Helen. Dan gadis remaja itu anak mereka, Sherly, murid Hogward tahun ke enam.”, jawab Malfoy.
Harry merasakan matanya menerawang tajam ke arah ibu dan anak itu. Ada perasaan aneh yang dirasakan Harry. Harry harus mengakui kalau dia juga kagum dengan kecantikan ibu dan anak itu. Helen, sang ibu, mungkin berusia sekitar 35 tahunan, memancarkan kecantikan dan keseksian tubuh seorang wanita yang matang. Rambut pirang bergelombang dengan panjang dibawah bahu menghiasi wajah cantik dengan bibir merah yang sexy. Tubuhnya masih sangat terawat dengan lekuk yang menggairahkan. Payudaranya yang besar tampak masih bulat dan kencang dari gaun dengan belahan dada rendah yang dipakainya. Dari hati kecilnya Harry sebenarnya merasa tak pantas menatap wanita cantik itu dengan perasaan dan gairah seperti ini. Tapi bagaimana pun juga Harry, layaknya seorang remaja laki-laki yang berdarah panas tak mampu menolak gairah yang muncul pada dirinya. Harry seakan tak bisa melepaskan pandangannya dari belahan dada montok Helen. Sosok dan keseksian Helen mengingatkan Harry tentang pemain wanita dalam salah satu serial TV dalam dunia muggle yang berjudul Baywatch. Serial TV itu mengisahkan kehidupan para penyelamat pantai yang mengeksploitasi keseksian tubuh artis-artis wanitanya. Helen tak kalah seksi dan tak kalah cantik dengan penjaga pantai di serial itu.
“Kesini kamu!”, perintah suara parau dalam diri Harry sambil mengacungkan jarinya menunjuk ke arah Helen, sang istri. Helen hanya diam. Wajahnya masih tampak ketakutan dan menangis. Harry merasakan matanya terasa panas. Dadanya bergemuruh oleh amarah yang datang begitu tiba-tiba. Tampaknya Lord Voldermort merasa marah hingga Harry pun terpengaruh. Harry merasakan hawa yang sangat menyeramkan. Hampir mirip dengan hawa yang dikeluarkan oleh Dementor, makhluk penjaga penjara dunia sihir, Azkaban. Tapi bila Dementor hanya menyebarkan hawa yang membuat seluruh kebahagiaan hilang dan berganti dengan keputus asaan dan kesedihan, sedangkan hawa yang dipancarkan oleh Lord Voldermort penuh dengan rasa ingin menghancurkan dan memusnahkan segalanya. Harry sendiri sampai merasa takut dengan hawa itu.
Beberapa saat kemudian, tampak Helen, sang istri, mulai bergerak perlahan. Wanita yang cantik dan sexy itu berdiri dan menghampiri Vodelmort. Wajahnya masih tampak ketakutan. Tampaknya hawa mengancam yang dikeluarkan Voldermort membuat nyali wanita itu menjadi ciut, dan Helen pun menuruti perintah sang penyihir kegelapan.
Helen berdiri tepat dihadapan Harry atau Lord Voldermort. Wanita setengah baya itu masih tampak sangat cantik dan sexy walaupun dia sudah mempunyai anak gadis yang sudah remaja tapi kecantikan dan keindahan tubuhnya tak kalah dengan gadis remaja seperti anaknya. Helen tak berani menatap pandangan Voldermort dan tampak sangat ketakutan. Harry merasa tak dapat mengontrol matanya yang menatap liar seakan berusaha menelanjangi wanita di depannya itu. Pandangan Harry menulusuri wajah cantik dengan rambut pirang itu lalu turun ke arah dadanya. Dada Harry berdesir kala menatap bagian itu. Ketakutan Helen membuatnya bernafas lebih berat hingga payudaranya yang montok dan besar itu bergerak naik turun dengan indahnya. Gaun merah berbelahan dada rendah yang dipakai Helen membuat Harry bisa menikmati bukit indah itu dengan lebih leluasa. Harry merasa ada perasaan aneh yang perlahan menguasai dirinya. Dia juga merasakan kemaluannya semakin mengeras.
Harry merasa tangannya terulur dengan sendirinya. Dia sadar kalo Voldermort yang melakukannya, tapi Harry merasakan kalo tubuhnya sendiri yang bergerak. Tangannya meraih dagu Helen dan membuat wajahnya menengadah menatapnya.
“Berlutut!”, perintah suara parau dari dalam diri Harry.
Harry merasa kalo suara yang keluar dari dirinya itu begitu berpengaruh. Setiap orang yang mendengarnya akan merasa begidik karena ancaman dan aura kekejaman yang mengalir dari suara parau dan agak mendesis seperti suara ular itu. Helen, wanita muggle yang cantik dan sexy itu pun tak terkecuali, dia segera menjatuhkan dirinya dihadapan Lord Voldermort/Harry.
Lord Voldermort membuka jubah panjang hitamnya dalam satu tarikan tangan. Helen sedikit terpekik kaget melihat sosok Voldermort sekarang. Wajah yang begitu buruk menakutkan, tanpa hidung dan berwujud seperti wajah monster setengah manusia setengah ular itu ternyata mempunyai tubuh yag begitu kurus kering, hampir seperti tulang yang dibungkus kulit saja. Apalagi postur tubuh Voldermort yang tinggi makin membuat tubuhnya tampak makin kurus. Tapi yang paling membuat Helen kaget adalah benda yang tergantung diantara selangkangan pangeran kegelapan itu. Disana tergantung sebuah kemaluan laki-laki yang ukurannya membuat Helen merasa ngeri bercampur takjub. Helen tak pernah melihat penis sebesar ini, tak juga di film-film porno yang ditontonnya. Penis itu walaupun masih lemas tapi panjangnya hampir 25 cm dengan diameter hampir seukuran pergelangan tangannya. Pelirnya lebih besar dari bola golf, olahraga muggle yang populer diantara golongan muggle yang kaya. Dan pada batangnya tampak garis urat yang berbentuk seperti ular berwarna merah darah yang berputar seperti mengulir dan melingkari batang kontol itu dari pangkal sampai kepalanya.
“Jilat dan hisap kontolku. Berikan aku blowjob-mu yang terbaik.”, kata suara parau itu lagi. Helen terdiam ketakutan.
“Bagaimana mungkin aku melakukan hal itu? Apalagi di depan suami dan anakku. Lagipula benda sebesar itu tak akan muat dimulutku.”, suara pikiran Helen seakan bisa terdengar oleh Harry. Lord Voldermort memang penyihir yang mempunyai ilmu untuk membaca pikiran. Kalo seorang penyihir tak bisa membentengi pikirannya dengan kemauan kuat maka pikirannya akan mudah terbaca oleh pangeran kegelapan itu. Sedangkan Helen adalah manusia biasa bukan penyihir. Tentu saja pikirannya bagai buku yang terbuka saja bagi Voldermort. Harry melihat Helen perlahan menggelengkan kepalanya dengan ketakutan.
“Crucio!!!!”, bentak Voldermort sambil mengacungkan tongkat bulu phoenixnya ke arah Mandrake. Suami Helen itu segera meraung kesakitan dan tubuhnya pun mengejang dan menggeliat tak karuan di atas lantai. Malfoy dan Greyback tertawa melihat penderitaan Mandrake. Sementara Helen dan Sherly Merlion menangis melihat suami dan ayahnya mengalami penderitaan hebat.
“Hentikan! Hu..hu..hu…Tolong hentikan hiks…jangan siksa dia.”, rengek Helen sambil menangis dan berlutut memegangi kaki Voldermort.
Lord Voldermort segera menjambak rambut Helen yang pirang dengan tangannya yang tak memegang tongkat, lalu menengadahkan wajah Helen dan menatapnya bengis.
“Jangan pernah membantah perintahku. Aku akan menyiksa suamimu lalu anakmu dan membunuh kalian semua kalau kamu membantah perintahku. Mengerti??!!”, ancam Voldermort.
“Baik…baik…a..aku akan menuruti perintah. Tapi tolong bebaskan dia…tolong…..”, pinta Helen dengan menangis. Voldermort pun menurunkan tongkat sihirnya dan Mandrake pun tergolek lemas di lantai. Tapi laki-laki itu benar-benar kuat. Dia tidak pingsan walaupun setelah mendapatkan kutukan Crucio, kutukan siksaan yang paling kejam. Matanya menatap marah pada Voldermort. Tapi airmatanya mengalir melihat penderitaan dan penghinaan yang akan dialami istrinya.
Mata Voldermort menatap tajam pada Helen. Wanita cantik itu pun segera mengerti apa yang diinginkan Voldermort.
Jemari lentik Helen perlahan menuju ke arah alat kelamin Voldermort. Dengan gemetar Helen memegang kontol Voldermort yang walaupun masih agak lemas tapi ukurannya sudah dua kali lebih panjang dan lebih besar dari suaminya. Jari-jari wanita cantik itu tak sanggup untuk memutari kontol itu dengan sempurna.
Perlahan Helen mendekatkan wajah cantiknya pada kontol itu. Bibir Helen yang sexy itu mengecup ujung kontol itu.
“Aku harus melakukannya. Meskipun aku tak mau dan tak ingin melakukannya tapi aku harus melakukannya. Demi keselamatan kami. Aah…kenapa aku harus melakukan ini di depan mata suami dan anakku?”, berbagai macam pikiran bergolak di benak Helen dan Harry pun bisa mendengarnya. Harry merasa kasihan dengan wanita itu tapi di sisi lain darah remajanya menginginkan pengalaman untuk menikmati apa yang sering dibicarakan teman-teman sebayanya yang juga mulai tertarik mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seks. Helen, istri Mandrake itu tampaknya sudah membulatkan tekatnya. Perlahan lidahnya terjulur, menjilati batang kontol itu dari pangkal sampai ujung kepalanya. Jemari lentiknya mengocok lembut.
Tak perlu waktu lama bagi kontol Voldermort untuk mulai bangkit dari tidurnya. Helen bisa merasakan dan melihat kalo kontol pangerran kegelapan itu makin panjang, makin besar dan makin keras. Kini monster itu membengkak dengan panjang sekitar 28 cm dan diameter kira-kira sama dengan lengan Helen.
“Jangan cuma dijilat. Masukkan ke mulutmu.”, perintah Voldermort dengan suara dingin. Hampir saja Helen berteriak kalo hal itu tak mungkin dilakukan tapi wanita itu segera teringat akan resikonya bila ia tak menuruti kata-kata penyihir kejam itu.
Helen membuka mulutnya lebar-lebar kemudian mengarahkan kontol itu ke dalam mulutnya. Wanita itu akhirnya bisa memasukkan bagian kepala kontol Voldermort. Kemudian Helen mulai mencoba mengeluarkan teknik oral seks yang dikuasainya. Menurut suaminya, Helen cukup mahir dalam urusan yang satu ini. Tapi sekarang Helen menghadapi kontol Voldermort yang berukuran agak tak lumrah. Besarnya kontol itu membuat Helen agak kesulitan untuk mengeluarkan tekniknya.
“Hhhhmpppp…..hhhhmhmmpp…….ssllururpp……”, gumam Helen tak jelas.
“Yeah…terus….mmmm…..lumayan untuk ukuran wanita muggle.”, desis Voldermort keenakan.
Harry yang berada dalam diri Voldermort ternyata juga merasakan kenikmatan yang sama seperti yang dialami Voldermort. Harry merasa seolah kontolnya sendiri yang berada di mulut yang basah dan hangat itu. Harry seakan-akan bisa merasakan sapuan lidah Helen yang begitu lihai di kemaluannya membuat penyihir remaja itu merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini dirasakannya. Harry bagaikan melayang di dunia khayalan.
“Uuugghhh…i..inikah rasanya blow job itu. Aku pernah mendengar sekilas tentang ini dari si kembar, tapi aku benar-benar tak menyangka kalo hal ini begitu nikmat aahhhh……”, pikir Harry.
Lord Voldermort/Harry hanya bisa melenguh dan mendengus menikmati sepongan Helen. Sementara itu Helen agak kesusahan karena baru kali ini dia melakukan blow job dengan kontol sebesar punya Voldermort. Airmata Helen menetes di pipinya karena harus melakukan hal ini di depan suami dan anaknya. Rahangnya terasa agak kaku karena harus dibuka lebar hingga dapat menampung kontol itu. Apalagi saat Voldermort mulai menahan kepala Helen dengan tangannya lalu memperkosa mulut wanita cantik itu dengan kasar. Helen berusaha sebisa mungkin agar tak tersedak saat kontol itu menusuk masuk sampai ke tenggorokannya.
Sekitar lima menitan lebih telah berlalu saat Voldermort mulai merasakan orgasme itu datang. Dia menggeram dan memasukkan kontolnya sedalam mungkin ke dalam mulut Helen lalu kontolnya meuntahkan banyak sekali mani kedalam mulut Helen. Mau tak mau Helen terpaksa menerima semua mani Voldermort dan sebagian bahkan sampai tertelan olehnya. Sementara itu Harry yang merasuki tubuh Voldermort juga terbuai oleh orgasme pertamanya. Penyihir muda itu merasakan kenikmatan yang baru kali ini dirasakannya. Mungkin kalo dia sedang ada dalam tubuhnya sendiri, Harry pasti sudah tak kuat lagi berdiri.
“Aaaaghh…..yeah…..Kamu benar-benar beruntung muggle karena bisa menerima tetesan maniku di mulutmu. Telan! Jangan berani membuangnya setetespun.”, perintah Voldermort. Helen menurut bahkan lidahnya disapukan kebibirnya sendiri untuk menjilat mani yang merembes keluar.
“Ha..ha..ha…lihat betapa serakahnya istrimu menjilat setiap tetes cairan Tuanku. Tampaknya kau cukup pintar dalam memilih pelacur.”, ejek Lucius Malfoy pada Mandrake yang hanya bisa menatap marah pada Voldermort. Mata lelaki itu tampak berkaca-kaca. Helen melirik suaminya dan merasa malu dan kotor. Wanita itu merasa telah mengkhianati suaminya. Dan ia pun tak sanggup untuk melihat ke arah suaminya lebih lama lagi.
Tampaknya Lord Voldermort belum cukup kalo hanya menikmati oral dari bibir sexy Helen saja. Tongkatnya membuat gerakan di udara dan terarah pada Helen, sambil mulutnya membisikkan mantra tak terucap. Helen merasa tubuhnya seperti ditarik seseorang hingga berdiri dan wanita muggle itu tak bisa bergerak, hanya diam berdiri di tempat. Kemudian saat dia melihat tongkat Voldermort bergerak sekali lagi, tiba-tiba saja Helen merasa ada tangan tak terlihat yang meraih gaunnya dan merobek-robeknya dengan kekuatan besar. Gaun yang dikenakan Helen segera berubah menjadi serpihan serpihan kain kecil yang terlempar kesana kemari. Dalam sekejap kini wanita cantik berambut pirang bergelombang itu sudah telanjang bulat. Tubuhnya yang sexy bisa dinikmati semua orang yang ada di ruangan itu.
“Iihhh……..”, Helen terpekik menyadari ketelanjangannya. Wanita yang sudah bersuami itu berusaha menutupi tubuhnya, tapi tubuhnya tak bisa bergerak karena mantra Voldermort. Airmata Helen kembali menetes menyadari apa yang sebentar lagi akan dialaminya di depan suami dan anak perempuannya.
Sementara Harry Potter yang sedang merasuki tubuh Voldermort merasakan dadanya berdebar kencang. Penyihir muda itu merasakan gairah remajanya bergolak saat melihat tubuh Helen yang sexy itu dalam keadaan telanjang bulat. Mata Harry seakan melotot saat melihat bagian dada Helen. Payudara Helen begitu indah dan besar. Tapi walaupun berukuran besar tapi payudara itu tak menggelantung, melainkan kencang bulat dan menantang. Putingnya yang besar terlihat mengacung dan mengeras karena hawa dingin ruangan itu. Tangisan Helen malah membuat payudaranya bergerak dan bergoyang lembut dengan indahnya.
Mata Harry menelusur turun ke bawah. Helen tampaknya seorang wanita yang sangat menjaga kondisi dan bentuk tubuhnya. Hal ini bisa terlihat dari perutnya yang tampak rata, walaupun wanita itu sudah memiliki anak perempuan yang usianya bahkan lebih tua dari Harry. Perutnya yang rata itu membuat lekukan pinggulnya tampak sempurna dengan pinggul dan pantatnya yang montok. Pandangan Harry makin ke bawah dan pemuda itu pun terpaku pada vagina Helen. Vagina itu tampak indah dengan bulu yang dicukur rapi menyisakan sedikit bulu berbentuk segitiga kecil pada bagian atasnya. Bibir vagina Helen masih tampak terawat, tanpa gelambir seperti yang pernah dilihat Harry pada artis porno saat dia mengintip sepupunya Dursley menonton porno waktu Paman Vernon dan Bibi Petunia tak ada di rumah. Paha sekal yang mulus dan kaki panjang yang indah menopang tubuh sexy itu.
Harry ingin sekali menjamah tubuh sexy itu. Untunglah Voldermort tampaknya juga punya keinginan yang sama dengan Harry. Dia mendekati Helen yang semakin ketakutan. Pangeran kegelapan itu meraih wajah cantik Halen, lalu mendekatkan wajahnya sendiri ke wajah itu. Helen merasa sangat ketakutan dan juga jijik saat wajah Voldermort yang jelek dan mengerikan itu semakin mendekat. Voldermort mencoba mencium bibirnya, tapi Helen tak mau melayaninya dan menutup rapat bibirnya.
“Aauggh…mmmpphh…..mmpphh….”, Helen menjerit kesakitan karena tiba-tiba saja tangan Voldermort menjambak rambutnya dengan keras. Saat wanita itu menjerit, Voldermort segera melumat bibir Helen yang penuh dan sexy itu. Lidah Voldermort yang panjang bagaikan ular segera menerobos mulut Helen saat bibirnya terbuka sedikit karena menjerit. Voldermort pun melumat bibir indah Helen dengan penuh nafsu.
Sementara itu Harry sendiri ikut terlena karena dia merasakan nikmatnya ciuman pertamanya, walaupun secara tak langsung. Harry merasakan asyiknya saat lidah Voldermort bergerak lincah di dalam mulut Helen, seakan mengajak lidah Helen untuk bercanda dan bermain. Pemuda itu juga dapat merasakan betapa kenyalnya payudara Helen yang menempel di dada Voldermort. Satu tangan Voldermort menarik tubuh Helen hingga pelukan mereka makin rapat. Sementara itu tangannya yang satu lagi merayap ke bagian dada Helen dan meremas gemas payudara yang montok menggiurkan itu.
“Mmmpphh…. jangan mmpphh… mmmpphhh….”, Helen berusaha menolak ciuman Voldermort. Wanita yang sudah bersuami itu tentu saja tak mau bercumbu dengan orang lain dan mengkhianati suaminya. Tapi kemudian Voldermort membisikkan kata-kata aneh yang tak dimengerti Helen di telinga Helen. Helen sama sekali tak paham dengan bisikan Voldermort tapi tampaknya itu semacam mantera sihir. Tak lama kemudian Helen terkejut saat merasakan payudara dan putingnya makin mengeras. Vaginanya terasa lembab dan berdenyut-denyut. Sebagai seorang wanita dewasa tentu saja Helen memahami apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Helen merasakan gairah birahinya bangkit dan wanita itu merasa malu pada dirinya yang terpancing gairahnya karena cumbuan lelaki lain di depan suami dan anaknya. Helen sadar birahi ini datang dengan tak wajar. Mungkin mantera yang diucapkan Voldermort tadi yang membuatnya seperti ini. Tapi tetap saja Helen merasa malu karena tak ada satu orang pun yang tahu dan menyadari mantera yang diucapkan Voldermort. Helen juga menyadari bahwa orang-orang lain di ruangan itu, termasuk suami dan anaknya, hanya bisa melihat saat dia yang terpengaruh gairah tak wajar itu membalas ciuman Voldermort dengan gairah yang membara. Tangannya yang sekarang bisa bergerak, balas memeluk Voldermort dan makin merapatkan tubuhnya. Mereka mungkin juga menyadari kalo kini tubuhnya bergerak eksotis menggesek-gesekkan tubuh indahnya itu pada tubuh Voldermort yang kurus kering.
“Ssstt…aahh…”, sebuah desisan lirih tanpa sadar terlontar dari bibir Helen. Wanita yang sudah bersuami itu tak kuasa menolak birahi yang dibangkitkan mantera Voldermort dan juga kenikmatan yang dirasakannya saat lidah Voldermort yang panjang itu menjilati payudaranya yang montok dan putingnya yang makin mengeras. Lidah Voldermort yang panjangnya melebihi normal itu begitu fleksibel saat mempermainkan payudara dan putingnya. Apalagi Voldermort kadang juga menggigit bukit montok itu dan menghisap kuat putingnya yang makin mencuat karena gairah.
Desahan Helen kian lama kian sering terdengar. Apalagi kini satu tangan Voldermort mulai merayap ke bawah, dan jemarinya dengan lincah menyusup masuk ke liang vaginanya yang mulai basah oleh cairan gairahnya. Voldermort mengocok tiga jarinya di dalam liang kenikmatan Helen dan ibu jarinya bergerak nakal menggesek klitoris Helen yang berukuran cukup besar itu, membuat tubuh Helen sedikit menggeliat dalam pelukan Voldermort. Desahan Helen terdengar makin sering dan makin keras. Wanita itu tak kuasa untuk menolak gairah birahinya yang membara di seluruh tubuhnya. Helen bahkan sudah melupakan kalo suami dan anaknya juga berada dalam ruangan itu dan bisa melihatnya bertingkah bagaikan wanita jalang yang haus birahi.
“Aaahhh…aahh…..mmmppp…..oh my god sstt…….”, desahan Helen kian santer saat Voldermort akhirnya mengarahkan cumbuannya semakin ke bawah. Vaginanya yang sudah basah menjadi sasaran Voldermort berikutnya. Lidah Voldermort yang panjang menjilati belahan vaginanya dan juga klitorisnya yang makin mencuat membuat Helen semakin vokal. Apalagi saat Voldermort mulai menyusupkan lidahnya yang luar biasa itu ke dalam liang kenikmatannya. Lidah Voldermort memang memiliki panjang yang luar biasa dan mampu menyusuri bagian dalam vagina Helen dengan begitu fleksibel. Bahkan Helen merasa kalo lidah Voldermort bukan hanya mengoral vaginanya, tapi mengentot vaginanya. Bahkan Helen seperti merasakan kalo lidah itu makin memanjang dan mulai menjangkau tempat-tempat yang bahkan belum pernah terjangkau oleh penis suaminya yang hanya 15 cm itu.
“Uugghh,,,,terusss…aahh…It’s so long oohhh…. fuck me with your tongue aaagghhhh….”, ceracau Helen tanpa sadar. Harry cukup kaget dengan reaksi wanita itu. Harry tak bisa memastikan kenapa Helen bertingkah seperti itu, karena mantera Voldermort ataukah karena kenikmatan yang sekarang mulai menguasai wanita yang sudah bersuami itu. Entah kenapa hati Harry merasa senang melihat Helen luluh dalam permainan Voldermort di depan suaminya sendiri. Hatinya girang saat dia melirik ke arah Mandrake yang melihat kejadian itu dengan pandangan marah dan kecewa.
Akhirnya Helen pun tak dapat bertahan lagi. Kedua tangannya menekan kepala Voldermort agar makin menempel ke selangkangannya. Tubuhnya menggeliat dan gemetaran.
“Aaaaaahhhh……aku dapeeettttt oooohhhh………”, jerit Helen saat orgasme itu menerpanya. Vaginanya berdenyut menjepit lidah Voldermort yang masih bermain di dalamnya, dan cairan kenikmatannya membanjir keluar yang segera saja dijilat dengan sigap oleh Lord Voldermort. Helen pasti akan jatuh dan tak kuat untuk berdiri, kalo saja tangan Voldermort tak memeganginya dan menyangga pantatnya.
Setelah beberapa saat Helen mengalami orgasme sambil berdiri, akhirnya wanita cantik itu pun tak kuat lagi. Tubuhnya yang lemas segera jatuh terduduk saat Voldermort melepaskan dirinya. Kemudian Helen pun terlentang di lantai dengan mata terpejam, bibirnya menyunggingkan senyum puas dan payudaranya yang montok itu bergoyang-goyang karena nafasnya yang tak beraturan. Helen seakan tak menyadari saat Voldermort sudah mengambil posisi diantara kedua kakinya yang terbuka. Helen baru tersadar saat dia merasakan benda besar yang hangat menempel pada belahan vaginanya. Helen terkejut saat dia melihat Voldermort berusaha memasukkan kontolnya yang berukuran super itu ke dalam vaginanya.
“Jangan! Itu terlalu bes aaarrrgghhh……”, Helen tak kuasa meneruskan kata-katanya dan menjerit saat Voldermort memaksa kontolnya memasuki vaginanya. Helen merasa perih di selangkangannya karena vaginanya dipaksa meregang lebih dari biasanya untuk dapat menampung kepala kontol Voldermort yang besar itu. Tapi penyihir yang terkenal kejam itu tak memperdulikan teriakannya dan terus memaksa kontolnya memasuki memeknya. Helen meringis kesakitan selama proses penetrasi itu. Wanita itu baru bisa menarik sedikit nafas lega saat Voldermort berhenti memasukkan kontolnya lebih dalam saat kontolnya sudah masuk separuhnya ke dalam memek Helen. Voldermort mengangkat kedua kaki Helen dan mengaitkannya ke atas bahunya. Saat Voldermort membungkuk agar bibirnya bisa melumat bibir Helen yang sexy, pantat Helen ikut terangkat mengikuti kaki Helen yang dikaitkan di bahu Voldermort. Lidah Voldermort kembali menyusup masuk ke dalam mulut Helen. Wanita itu bisa merasakan cairan kenikmatannya sendiri yang membasahi lidah itu. Perlahan Voldermort menarik kontolnya hingga hanya tertinggal sedikit lalu memasukkannya lagi sampai tenggelam setengahnya, masih di kedalaman yang sama. Hal itu terus dilakukan Voldermort sambil melumat bibir Helen dan meremas payudaranya dengan gemas.
Helen mendesis sedikit menahan sakit. Memang Voldermort baru memasukkan separuh saja dari kontolnya itu dan kedalaman yang dicapainya sama dengan yang selama ini dicapai suaminya bila mereka bercinta. Tapi kontol Voldermort jauh lebih gemuk daripada suaminya. Perlahan tapi pasti, vagiana Helen mulai beradaptasi dengan monster yang bersarang di dalamnya. Rasa sakit itu perlahan berkurang. Vaginanya pun mulai mengeluarkan cairan pelumas agar benda yang ada di dalamnya bisa bergerak lebih lancar. Kini Helen malah merasakan sensasi kenikmatan yang melebihi dari apa yang pernah diberikan oleh suaminya. Gemuknya kontol Voldermort membuat vaginanya lebih merasakan tekanan pada dindingnya. Apalagi ukiran ular yang ada di kontol Voldermort bagaikan memberikan sensasi kenikmatan yang menjalar kuat ke seluruh tubuhnya.
“Aauff…ah…aahhh……”, Helen tak kuasa menahan desahannya saat merasakan nikmat yang berasal dari vaginanya yang digenjot oleh kontol Voldermort. Wanita itu mulai tenggelam dalam gairah birahinya. Helen bahkan membalas ciuman Voldermort dengan tak kalah panasnya. Tiba-tiba…
“Aaaagghhh…….”, Helen menjerit keras saat Voldermort dengan satu sentakan kuat melesakkan kontolnya sedalam mungkin kedalam liang kenikmatan Helen. Bagian vaginanya yang selama ini belum pernah dipaksa meregang kini harus menerima ukuran kontol Voldermort. Helen merasa ujung kontol Voldermort menumbuk mulut rahimnya. Kemudian Voldermort menarik keluar kontolnya secara perlahan lalu melesakkannya lagi sampai mentok, begitu terus berulang.
Jeritan Helen memenuhi ruangan itu. Tapi Voldermort tak memperdulikannya. Dia bahkan mulai memainkan payudara Helen dengan kasar. Tangannya meremas kuat dan bibirnya menghisap, kadang sedikit menggigit putingnya.
Voldermort terus memborbardir vagina Helen selama beberapa menit. Helen sendiri merasakan vaginanya mulai beradaptasi dengan monster yang kini bersarang di dalamnya. Rasa sakit itu berkurang dan digantikan oleh sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Helen seakan tak percaya kalo kontol Voldermort yang besar itu ternyata mampu membuatnya merasakan sensasi yang tak pernah dia sangka keberadaannya. Kontol itu mampu menelusuri seluruh bagian vaginanya dan memberinya kenikmatan yang luar biasa.
“Uuughh….oh my god…ssttt…aaahhh….”, desah Helen menikmati sensasi baru itu. Pantatnya mulai bergerak dan bergoyang menyambut kontol Voldermort. Saat Helen melihat ke bawah, wanita itu terkesiap dan kagum dengan pemandangan di bawahnya. Kontol besar yang terus menggenjot vaginanya itu terlihat begitu erotis. Bahkan Helen masih bisa melihat ada sedikit bagian dari kontol Voldermort yang tidak bisa masuk ke dalam vaginanya.
“Kamu suka pelacurku? Kamu menikmatinya?”, suara Voldermort yang serak terdengar oleh Helen. Walaupun dia sedang terbakar birahi tapi naluri Helen masih tak mau mengakuinya. Tiba-tiba Voldermort menghentikan gerakannya dan menarik kontolnya keluar hingga hanya sedikit ujungnya saja yang tertinggal. Helen berusaha menaikkan pantatnya untuk menggapai kontol itu. Tapi posisinya membuat Voldermort berkuasa penuh dan wanita itu tak sanggup berbuat apa-apa. Helen merasa gairahnya terbakar. Dinding vaginanya berkedut-kedut mencari sesuatu untuk dicengkeram, tapi Helen tak bisa berbuat apa-apa.
“Jawab aku pelacur. Kamu menikmatinya kan?”, kata Voldermort lagi. Helen merasa ragu untuk menjawab, tapi birahinya menuntut pelampiasan.
“Iya. Aku menikmatinya.”, kata Helen lirih. Helen mendengar suara tertawa melecehkan tapi ia tak memperdulikannya.
“Apa yang kamu mau?”, kata Voldermort lagi, penyihir kegelapan itu masih tetap diam dan mempertahankan posisinya.
“Aku mau kamu masukkan penis kamu ke..”
“Bukan penis. Ini kontol. Penis itu hanya untuk anak kecil. Kalo yang gedenya seperti ini namanya kontol.”, potong Voldermort. Wajah Helen memerah dan jengah mendengar istilah jorok itu. Tapi dia harus mendapatkan pelampiasan atas gairahnya ini.
“A..aku mau kon…kontol kamu masuk ke vag…”
“Memek, bukan vagina. Pelacur seperti kamu hanya memiliki memek yang gatal.”, potong Voldermort lagi. Helen kembali jengah.
“Iya. Aku mau kontol kamu masuk ke memek aku.”, kata Helen yang sudah tak sabar.
“Kamu mau kontol aku ngentot memek kamu?”
“Iya. Entot memek aku dengan kontol kamu yang gede itu. Cepat.”, Helen sedikit berteriak karena tak sanggup lagi menahan rasa menggantung itu. Dan usai dia mengatakan itu, Voldermort pun kembali melesakkan kontolnya ke dalam memek Helen dan memacunya dengan penuh tenaga.
“Uuff….uugghh….sstt…yesss….aaahh…..”, Helen mendesah tak karuan. Setiap sodokan dari kontol Voldermort yang besar itu mengantarkan rasa nikmat yang sangat bagi wanita itu. Besarnya ukuran kontol Voldermort yang sanggup menggapai seluruh ruang dan titik kenikmatan dalam vaginanya sudah menjanjikan kenikmatan yang lebih dari yang biasanya diberikan suaminya. Apalagi bentuk kontol itu yang agak aneh, ukiran ular yang melingkari kontol itu sangat menggelitik dinding vaginanya membuat Helen lupa diri akan keadaannya yang sedang diperkosa. Kini wanita muggle yang cantik dan sexy itu telah lupa sama sekali dengan suami dan anaknya, yang ada di pikirannya cuma menikmati kenikmatan seksual yang menjalar di seluruh tubuhnya. Apakah ini semua karena mantera Voldermort? Ataukah karena rasa nikmat yang membutakan Helen?
Sementara itu Harry Potter yang sedang merasuki tubuh Voldermort juga sedang terbuai kenikmatan yang baru kali ini dia rasakan. Penyihir muda itu tak pernah menyangka kalo seks ternyata begitu nikmat.
“Aaahhh….inikah rasanya ngentot itu? Rasanya begitu aaahhhh…… Vagina perempuan ini begitu nikmat menjepit batang kontolku uughhh……. Pantas orang dewasa begitu senang dengan permainan ini.”, pikir Harry. Untung saja Harry sedang merasuki tubuh Voldermort. Pemuda itu hanya bisa merasakan kenikmatan yang sama dengan yang dirasakan Volermort dan tak berkuasa atas kontrol tubuhnya. Kalo saja Harry yang berhubungan langsung dengan wanita itu, tentu Harry tak akan bisa bertahan lama dan segera keluar dan orgasme karena nikmatnya jepitan vagina Helen.
“Mmmppphh…..ssttt….aahhh……”, desah Helen yang benar-benar tenggelam dalam gejolak birahinya. Pantatnya bergoyang seakan menyambut tiap tusukan kontol Voldermort di liang kenikmatannya. Tangannya merangkul tubuh kurus penyihir kegelapan itu dan memeluknya erat. Bahkan tanpa rasa jijik, Helen menyambut ciuman Voldermort yang mempunyai wajah mengerikan itu dengan penuh gairah. Wanita muggle yang cantik dan sexy itu sudah benar-benar lupa tentang keadaan dirinya yang diperkosa di depan suami dan anak gadisnya. Yang ada dalam pikiran Helen sekarang hanyalah kenikmatan luar biasa yang bisa diberikan kontol Voldermort yang mengoyak vaginanya. Apakah semua itu karena mantera Voldermort? Ataukah memang Helen sudah tak bisa menolak rangsangan kenikmatan yang menjalar di seluruh tubuhnya?
“Ha..ha….ha…… istri kamu ternyata benar-benar seorang pelacur yang binal, Mandrake. Lihat, dia begitu menikmati dientot oleh tuanku Voldermort. Kamu benar-benar lelaki yang beruntung, bisa menikmati service panas dari pelacur itu tiap hari ha..ha…ha…..”, ejek Lucius Malfoy sambil tertawa. Greyback juga ikutan tertawa. Mandrake melotot marah pada mereka, tapi dia sama sekali tak bisa membalas ejekan mereka. Hatinya terasa sakit dan marah. Tapi apa mau dikata, Mandrake melihat dengan matanya sendiri bagaimana istrinya begitu bergairah menyambut setiap cumbuan Voldermort. Tak pernah dia melihat istrinya seliar dan sepanas ini dalam percintaan mereka.
Helen yang mendengar celoteh Malfoy, seakan tersadar dari buaian kenikmatan itu. Wanita itu berusaha mendorong tubuh Voldermort tapi tentu saja kekuatannya tak berarti apa-apa. Apalagi Voldermort terus menggenjot tubuhnya dengan penuh gairah, membuat Helen tak bisa kosentrasi karena kenikmatan yang dirasakan oleh tubuhnya.
“Tidak! Uukhh….i..ini. Semua karena mantera itu aaahh….dia sstt…mantera itu yang membuatku jadi begini aaahh….”, bantah Helen terbata-bata karena desahannya yang tak bisa dia tahan di sela-sela perkataannya. Helen melihat ke arah suaminya yang melihatnya dengan tatapan marah dan kecewa. Hati Helen juga terasa sakit. Wanita muggle itu mengutuk dirinya sendiri yang tak bisa bertahan dari rangsang kenikmatan ini. Dari pandangan suaminya, Helen tahu kalo suaminya tak akan mempercayai kata-katanya.
“Ha..ha…ha……kamu percaya itu? Pelacur itu masih tak mau mengakui kalo dirinya adalah seorang pelacur jalang. Semua yang ada disini bisa melihat tingkah kamu.”, ejek Malfoy.
“Tidak…..ini..uukh……ssstt…..”, Helen masih berusaha berontak. Tapi tubuhnya berkata lain. Pantatnya bergerak menyambut genjotan Voldermort. Kaki jenjangnya mengait paha Voldermort, menariknya agar menusukkan kontolnya lebih dalam dan lebih kuat. Desahan kenikmatannya tak bisa ditahan oleh Helen.
“Aaaaghhh…kenapa aku ini? Oh, Tuhan. Kenapa aku tak bisa menolak kenikmatan ini? Uughhh…..”, pikiran Helen bergulat antara kenikmatan dan rasa bersalahnya. Dan akhirnya kenikmatan itu yang akhirnya menang.
“Uuughhh…terus….sstt….aku dapet aahh….maafin aku Pa aaaghhh……”, desis Helen saat orgasme itu melandanya. Wanita muggle itu mengalami orgasme dashyat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Tubuhnya menggeliat liar sampai pantatnya terangkat. Kakinya menjepit erat pantat Voldermort seakan ingin agar kontol Voldermort menusuk makin ke dalam. Akhirnya Helen pun mengalami orgasme susulan yang lebih dashyat saat kontol Voldermort menusuk makin dalam dan kepala kontolnya mulai memasuki mulut rahimnya. Mata Helen membeliak sampai bagian hitamnya hampir tak kelihatan. Sensasi seperti ini belum pernah dia rasakan sebelumnya.
“Uughhh……terima hadiah dariku, wanita muggle uughhh….”, dengus Voldermort yang tak bisa lagi bertahan dari kenikmatan yang diberikan Helen. Kontolnya serasa dijepit dan dihisap kuat oleh memek Helen yang berdenyut kuat. Dan jepitan mulut rahim Helen pada kepala kontolnya pun membuat Voldermort akhirnya menyemprotkan banyak sekali sperma langsung ke dalam rahim wanita muggle yang cantik dan sexy itu.
Sementara itu Harry Potter yang sedang merasuki tubuh Voldermort sekarang merasakan pengalaman dan sensasi yang belum pernah ia rasakan. Pandangannya sampai terasa kabur oleh kenikmatan yang sekarang dirasakannya.
“Ya Tuhan. Ini… ini nikmat sekali aaaghhh………”, pikir Harry.
Helen memejamkan matanya, mencoba mengatur nafasnya, sambil menikmati sisa-sisa orgasmenya. Orgasme itu begitu dashyat hingga rasanya meluluhkan tulang-tulang di tubuhnya. Tubuh kurus Voldermort masih menindih tubuhnya. Samar-samar Helen mendengar suara tertawa dan ejekan Malfoy dan Greyback. Hati Helen kesal dan marah. Kenapa dia begitu menikmatinya? Di depan suaminya. Di depan anak perempuannya. Helen benar-benar merasa seperti wanita murahan. Airmata Helen perlahan menetes dari pelupuk matanya yang masih terpejam. Tiba-tiba Helen merasa Voldermort meninggalkan dirinya. Kontolnya yang besar itu ditarik keluar dari vaginanya yang membanjir oleh cairan kenikmatan mereka berdua. Helen hanya berdiam sambil terus memejamkan matanya, mencoba melupakan semua yang terjadi. Tapi teriakan seorang gadis menyadarkan dirinya. Itu suara teriakan Sherly, anak perempuannya.
“Jangan! Hentikan aaaghh…… papa…mama….tolongggg………”, teriak Sherly sambil berusaha memberontak saat Voldermort berusaha melucuti pakaian yang dikenakan gadis remaja itu. Tapi apalah daya tenaga seorang gadis remaja seperti Sherly melawan penyihir hitam yang paling kuat saat ini.
“Hentikan jangan sakiti dia. Jangan ganggu anakku! Tolong…. Kau boleh lakukan apa saja terhadapku, aku akan menuruti semua maumu. Tapi tolong, jangan ganggu anakku.”, Helen berteriak memohon pada Voldermort. Wanita muggle itu mencoba mencegah perbuatan Voldermort. Sementara itu, Mandrake yang juga berusaha menolong anaknya, kini merintih kesakitan karena malfoy kembali melancarkan kutukan cruciatus padanya.
Tiba-tiba Voldermort menghentikan perbuatannya. Helen pun segera menghampiri dan memeluk Sherly, anak perempuannya yang menangis sesenggukan. Malfoy pun segera menghentikan kutukannya pada Mandrake, dan lelaki itu pun tergeletak lemas di lantai, hampir pingsan.
“Kau akan menuruti semua perintahku kalo aku tak mengganggu anakmu? Ayo, jawab.”, kata Voldermort pada Helen dengan suara seraknya yang menakutkan itu. Helen pun menganggukkan kepalanya, sambil berusaha menenangkan Sherly yang masih menangis.
“Bagus. Sekarang, berdiri dan kemarilah.”, perintah Voldermort. Helen pun perlahan meninggalkan Sherly dan berdiri menghampiri Voldermort. Voldermort pun memluk tubuh Helen yang masih telanjang itu dengan penuh gairah. Bibirnya segera melumat bibir Helen, dan lidahnya yang panjang segera menyusup masuk di antar bibir sexy Helen. Helen sadar kalo dia harus menuruti segala nafsu binatang bajingan ini agar putrinya tak diganggu, maka wanita muggle yang cantik dan sexy itu pun membalas ciuman Voldermort dengan penuh gairah walaupun hatinya hancur.
“Hhmmm….kamu wanita yang penurut. Kalo saja kamu bukan seorang muggle, tentu kamu sudah kujadikan gundikku he…he…he…..”, kata Voldermort. Tangannya menggerayangi tubuh indah Helen, meremas payudaranya yang besar dan montok, juga pantatnya. Lidahnya yang panjang menjilat leher jenjang Helen. Tanpa sadar, Helen pun mengeluarkan desisan lirih karena cumbuan Voldermort.
“Kamu pernah bercinta dengan seorang wanita?”, tanya Voldermort tiba-tiba. Helen pun jengah mendengar pertanyaan Voldermort dan wanita itu pun menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Voldermort pun tertawa.
“Hmmm… sayang sekali. Ada satu hal yang bisa membuatku puas hingga bisa melewatkan kesempatan mengambil keperawanan anak gadismu yang cantik itu. Dan itu adalah melihat percumbuan antar wanita cantik.”, bisik Voldermort di telinga Helen. Wajah Helen pun pucat mendengar perkataan Voldermort. Ibu yang masih tampak cantik dan sexy itu pun kuatir kalo Voldermort mengurungkan niatnya untuk tak mengganggu anak perempuannya.
“To..tolong, jangan ganggu dia.”, mohon Helen pada penyihir kejam itu.
“Ha..ha…ha….oke. Seperti yang aku bilang tadi. Hanya satu hal yang bisa membuatku mengurungkan niatku. Jadi aku minta kau mengajarkan pada anak gadismu itu bagaimana nikmatnya bercumbu. Aku ingin kau bercinta dengannya. Bercinta dengan sesama wanita, tak akan membuat Sherly kehilangan keperawanannya kan ha..ha…ha….”, perintah Voldermort sambil tertawa. Helen pun semakin pucat mendengarnya.
“Ta..tapi itu gak mungkin. Aku nggak pernah melakukannya dengan sesama wanita. Dan…dan…Sherly anak kandungku sendiri. Oh, nggak mungkin.”, kata Helen terbata-bata. Wanita itu benar-benar tak menyangka kalo hal seperti itu yang diminta oleh Voldermort sebagai pengganti kehormatan anaknya. Voldermort pun marah mendengar penolakan Helen. Rambut Helen dijambaknya hingga wanita itu menjerit kesakitan.
“Baik, kalo kau nggak mau melakukannya, aku akan menikmati jepitan memek perawan anakmu sekarang juga.”, ancam Voldermort.
“Jangan! Oke…oke… aku akan melakukannya.”, kata Helen. Wanita itu akhirnya menyerah juga. Helen berpikir kalo hal ini akan lebih baik daripada membiarkan Sherly kehilangan kegadisannya oleh kontol Voldermort yang besar itu. Helen tak sanggup membayangkan bagaimana kalo Voldermort memaksakan kontolnya itu ke dalam vagina Sherly yang belum pernah dijamah siapapun.
Voldermort tertawa senang dan melepaskan jambakannya, lalu duduk di sebuah kursi yang ada disitu. Matanya yang mencorong tajam menatap Helen dengan pandangan memerintah dan mengancam. Helen pun mengerti ancaman itu. Perlahan Helen pun mendekati Sherly yang masih duduk di lantai sambil menangis.
“Ma….Sherly takut.”, kata Sherly sambil menangis dalam pelukan ibunya. Helen memeluk anak gadisnya itu dan membelai rambutnya yang berwarna merah dan panjang agak bergelombang.
“Sssshhh…..tenang sayang. Nggak apa-apa. Kita akan selamat dan segera dibebaskan, asalkan kamu mau menuruti mama, oke?”, bujuk Helen. Tangisan Sherly perlahan mulai berhenti.
Perlahan jemari lentik Helen membelai pipi Sherly yang dilinangi airmata.
“Sherly ternyata sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik sekali.”, pikir Helen dalam hati sambil menatap wajah anak perempuannya dengan kagum. Memang wajah Sherly cantik sekali. Kecantikan Helen ternyata menurun padanya, ditambah dengan perpaduan dari ayahnya, Mandrake, yang juga tampan. Wajah Sherly manis dan cantik, dengan mata indah kehijauan seperti mata ayahnya, hidung mancung dan bentuk bibir yang penuh dan sexy seperti Helen. Wajah Sherly cenderung tampak imut dan memancarkan kepolosan gadis remaja. Tapi rambut merahnya yang agak bergelombang, juga bisa membuatnya tampak “hot”.
“Mmpphh….mmppphh… ma! Mama ngapain sih?!”, kata Sherly yang kaget saat tiba-tiba Helen, ibunya sendiri, tiba-tiba saja mengecup bibirnya dan mengajaknya berciuman. Tentu saja gadis remaja itu berontak. Tapi saat Sherly menatap wajah mamanya, dilihatnya wajah Helen, mamanya, yang sedih dan matanya berlinang airmata. Sherly bingung dan heran sekali dengan tingkah mamanya yang aneh itu.
“Sher…dengerin mama. Kamu harus nurut sama mama.”, kata Helen lirih.
“Tapi…tapi.. apa maksudnya ini?”, sahut Sherly yang masih tak mengerti.
“Ah..ya Tuhan, ampunkan aku. Sher, kita harus melakukannya. Kalo tidak.. mereka akan memperkosa kamu dan membunuh kita semua.”, jawab Helen lirih. Airmata mulai turun membasahi pipinya.
“Aaakkhh..tidak. Aku nggak mau diperkosa. Tolongin Sherly ma.”, jawab Sherly yang ketakutan mendengar penjelasan Helen.
“Ssshh… tenang Sher. Kita semua akan selamat dan mereka nggak akan memperkosa kamu. Asalkan kita mau melakukan perintah Pangeran kegelapan itu.”, kata Helen mencoba menenangkan anaknya.
“Kita harus melakukan apa ma?”, tanya Sherly setelah dia dapat menenangkan dirinya. Helen terdiam sejenak. Wanita cantik itu bingung bagaimana dia harus menyampaikan perintah gila Lord Voldermort itu pada putrinya. Tapi saat dia melirik ke arah Lord Voldermort yang sudah terlihat tak sabaran lagi, Helen pun menguatkan hatinya.
“Nngg…kita…kita harus bercinta, Sher.”, kata Helen setengah berbisik.
“What?! i..itu gak mungkin!”, kata Sherly yang begitu terkejut dengan kata-kata mamanya. Gadis itu sama sekali tak pernah membayangkan hal itu. Sebagai gadis remaja, tentu saja Sherly sudah tahu sedikit-sedikit tentang bercinta. Hal itu seringkali dia denger dari cerita temen-temennya disekolah. Bahkan Sherly sudah mempunyai pacar di Hogward. Walaupun begitu Sherly masih virgin. Paling banter, gadis itu hanya berani berciuman dengan Tommy, pacarnya. Percintaan sesama wanita juga pernah dilihat oleh Sherly lewat buku-buku porno dan film porno milik temannya. Tapi dia sama sekali tak bisa membayangkan kalo dirinya yang melakukan hal itu. Apalagi dengan mamanya.
“Tapi kita harus melakukannya Sher. Kalo tidak, Penyihir Kegelapan itu akan memperkosa kamu seperti yang tadi dia lakukan pada mama. Lalu setelah itu dia akan membunuh kita semua. Kita harus melakukannya Sher. Demi keselamatan keluarga kita.”, bujuk Helen. Sherly terdiam sambil menatap Helen. Tapi tak lama kemudian, gadis itu perlahan menganggukkan kepalanya.
Helen merasa lega saat Sherly menganggukkan kepalanya, tanda setuju. Tangannya meraih wajah cantik, lalu Helen pun mendekatkan wajahnya ke wajah Sherly. Bibir Helen perlahan mengecup bibir Sherly. Helen bisa merasakan kecanggungan Sherly yang hanya bisa diam saat bibirnya dikecup. Helen sendiri juga merasakan hal yang sama.
“Stop! Kalian berhenti dulu.”, seru Voldermort tiba-tiba. Helen pun menghentikan usahanya. Dia menoleh pada Pangeran kegelapan itu.
“Kalian berdua berdirilah.”, perintah Penyihir Hitam paling berkuasa itu. Perlahan Helen pun berdiri, tangannya juga menarik Sherly agar ikut berdiri bersamanya.
“Lepaskan semua pakaian anak gadismu itu dulu. Aku ingin melihat kemolekan tubuhnya lebih dulu.”, kata Voldermort. Sherly terlihat ketakutan dan juga malu karena harus telanjang di hadapan begitu banyak orang. Tapi Helen sadar kalo dia harus menuruti perintah Voldermort. Jari-jarinya perlahan menuju ke pakaian yang dikenakan anak gadisnya itu, lalu Helen mencoba melucutinya. Sherly hanya bisa diam sambil menahan malu. Matanya mulai berkaca-kaca lagi. Tapi gadis itu hanya bisa menurut dan membiarkan mamanya melakukan apapun terhadapnya termasuk melucuti semua pakaiannya.
Harry Potter yang berada dalam tubuh dan ingatan Voldermort menahan nafas dan menelan ludahnya sendiri saat melihat keindahan yang terpampang di hadapannya sekarang. Penyihir remaja sejak tadi sudah merasa sangat tertarik dengan kecantikan wajah Sherly, dan sekarang gairah ramajnya berkobar saat melihat keelokan tubuh gadis remaja yang beberapa tahun lebbih tua darinya itu. Sherly memang memiliki tubuh indah yang sesuai dengan wajah cantiknya itu. Kulit putih mulus membugkus tubuhnya yang tinggi ramping, payudaranya yang mungil tapi berbentuk indah dengan putting merah muda yang tampak imut dan segar bertengger di puncaknya, perut rata dan tampak serasi dengan lekuk pinggul dan pantatnya yang juga bulat kencang menantang. Vaginanya tampak hanya berupa garis lurus tanpa bulu, menjanjikan kenikmatan yang berlimpah ruah. Harry juga bisa merasakan kalo Voldermort juga bangkit gairahnya melihat pemandangan indah itu.
Sherly hanya bisa diam berdiri sambil menahan perasaan malu dan takut yang bercampur di benaknya. Matanya berkaca-kaca menahan airmata yang akan turun. Tapi perbuatannya menahan tangis itu malah membuat payudara mungilnya itu bergerak naik turun dengan lembut dan menggairahkan. Ini adalah saat pertama kalinya tubuh telanjangnya bisa dilihat orang lain.
Tiba-tiba Sherly merasakan Helen, ibunya, mendekap tubuhnya dari belakang. Payudara mamanya yang besar dan montok itu terasa kenyal dan hangat di punggungnya.
“Jangan takut Sher. Selama kita menuruti semua perintah mereka, keluarga kita akan selamat.”, bisik Helen didekat telinga Sherly. Nafas mamanya terasa hangat di tengkuk dan lehernya. Sherly hanya menganggukkan kepalanya.
Kemudian Sherly merasakan jemari lentik Helen mulai meraba perlahan dari bahu gadis remaja itu lalu menyusur turun ke lengan sampai telapak tangannya. Hal itu dilakukan Helen dengan perlahan dan dengan sentuhan yang ringan seperti mengambang. Jemari Helen kemudian meneruskan penjelajahannya dari pinggang Sherly, kemudian menuju perut dan pusarnya, dan berlanjut ke dua bukit mungil didada Sherly. Jemari itu terus berputar di daerah bukit mungil itu tanpa menjamah puncaknya. Sherly merasakan bulu kuduknya meremang. Jari-jari mamanya menimbulkan sensasi aneh yang belum pernah dia rasakan.
“Hhhmmm….”, Sherly melepaskan desisan lirih saat bibir Helen menciumi leher dan bahunya sambil tangannya meremas lembut kedua payudara mungil gadis remaja itu.
Awalnya Sherly merasa risih dengan perbuatan Helen, mamanya itu. Tapi cumbuan bibir ibu kandungnya itu dileher, tengkuk dan bahunya, serta jemari Helen yang bergerak lincah dan mempermainkan payudaranya, lama-lama menimbulkan sensasi lain pada Sherly. Perasaan nyaman dan nikmat perlahan mulai timbul dalam diri gadis remaja itu. Sherly pun memejamkan matanya, dan hanya pasrah menerima segala perlakuan Helen yang mulai dinikmatinya.
Saat Sherly mulai terbuai dalam cumbuan ibbu kandungnya itu, tiba-tiba Helen melepaskan pelukannya dari belakang. Sherly pun membuka matanya, ada rasa kehilangan timbul dalam dirinya yang mulai menikmati perlakuan Helen. Tapi saat Sherly membuka matanya, ternyata Helen sudah berada dihadapannya. Sebelum Sherly sempat berbuat apa-apa, Helen sudah merengkuh tubuhnya dan bibirnya segera melumat bibir gadis remaja itu. Sherly kaget dengan ciuman mamanya itu. Ada rasa malu dan aneh karena ini untuk pertama kalinya dia berciuman dengan wanita lain, apalagi dengan ibunya sendiri.
Di sisi lain, Helen pun merasa perasaannya tak karuan. Dia juga belum pernah bercinta dan bercumbu dengan sesama wanita, dan kini dia harus melakukannya dengan anak gadisnya sendiri. Awalnya Helen bingung harus berbuat apa, tapi wanita cantik itu sadar kalo dia harus segera memulai sesuatu sebelum Lord Voldermort kehilangan kesabarannya dan keluarganya akan tertimpa bencana lebih dashyat lagi. Helen pun mengeraskan hatinya, kemudian dia pun membayangkan bagaimana dia ingin suaminya memperlakukan dia saat mereka bercinta. Lalu Helen pun mencoba melakukan hal yang dibayangkannya itu sekarang pada anak gadisnya, Sherly.
Helen mencium bibir Sherly dengan lembut tapi penuh gairah. Lidahnya mencoba menerobos masuk diantara bibir manis anak gadisnya itu. Helen sadar kalo Sherly merasa gugup dan risih hingga hanya bisa diam, tapi Helen berusaha memancing dengan permainan bibir dan lidahnya. Dua tangannya pun tak ketinggalan, aktif meraba dan merangsang titik sensitif wanita yang dia tahu.
“Hhhmmppp….mum aaahh……..”, desis Sherly lirih saat akhirnya gairah remajanya pun terusik oleh perbuatan mamanya. Mamanya seakan tahu bagaimana cara membangkitkan gairah itu. Kapan dan bagian mana yang harus disentuh dan dirangsang. Ciuman bibir mamanya pun terasa beda dengan ciuman pacarnya di Hogward. Ciuman mamanya begitu lembut tapi penuh gairah. Jemari mamanya seakan tahu bagian tubuhnya yang mana yang butuh perhatian. Dua orang, ibu dan anak itu pun larut dalam gairah birahi mereka, seakan lupa bahwa mereka itu melakukannya di depan banyak orang termasuk suami atau ayahnya.
Harry Potter yang bersemayam dalam tubuh Voldermort pun bangkit lagi gairahnya melihat percumbuan yang panas antar dua wanita cantik itu. Dan Harry merasakan kalo Voldermort juga merasakan hal yang sama.
Sementara itu Mandrake hanya bisa melihat kejadian di depannya dengan hati hancur. Lelaki itu marah dengan istrinya yang menurutnya melakukan perbuatan yang menjerumuskan anak mereka. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Untuk menolong dirinya sendiri pun, ia tak mampu.
Dua orang wanita cantik dari generasi berbeda itu tampaknya mulai tenggelam dalam gairah birahi yang mulaibangkit dalam diri mereka. Helen, sang ibu yang walaupun baru pertama kali bercumbu dengan sesama wanita tapi lebih berpengalaman dalam seks daripada Sherly, anak gadisnya yang masih remaja itu, terlihat berperan lebih aktif. Sedangkan Sherly hanya bisa pasrah menikmati sensasi kenikmatan cumbuan ibu kandungnya itu. Hanya sesekali gadis itu membalas dengan menurutkan nalurinya dan bimbingan ibunya yang mencumbunya.
Bibir Helen mulai merayap turun ke bawah, meninggalkan bibir manis Sherly yang sekarang sesekali mengeluarkan desahan lirih, menyusuri leher jenjang anak gadisnya itu dan mencumbunya. Setelah puas, bibir Helen kembali merayap turun. Setelah sampai di bagian dada Sherly, Helen melepaskan cumbuannya sejenak untuk mengagumi payudara Sherly, anak gadisnya itu. Helen kagum dengan kecantikan dan keindahan tubuh anak gadisnya itu. Helen sendiri memiliki kecantikan dan keindahan tubuh yang menawan. Ibu yang berusia 35 tahun itu masih tampak seperti gadis berusia 25 tahunan saja. Memang Helen adalah wanita yang pandai merawat tubuh dan kecantikannya hingga masih tampak seksi walaupun dia sudah mempunyai anak gadis berusia 16 tahun. Apalagi sepasang payudaranya yang besar dan montok itu pasti akan membuat birahi lelaki manapun bangkit. Tapi kali ini Helen sekarang menatap kagum saat melihat payudara Sherly, anak gadisnya yang masih remaja itu. Memang payudara Sherly tak semontok dan sebesar payudaranya, nahkan payudara Sherly boleh dibilang mungil. Tapi payudara itu tampak ranum dan segar, menjanjikan kekencangan yang tentu saja tak bisa disaingi oleh dirinya yang lebih tua. Apalagi kulit yang membungkus payudara mungil itu tampak lembut dan putih mulus. Dan di ujung payudara mungil yang kencang itu tampak sepucuk putting berwarna merah muda yang menggiurkan.
“Ssstt….ma……”, desis Sherly saat merasakan lidah mamanya menjilati putting payudaranya yang sebelah kanan. Gadis cantik 16 tahun ini baru pertama kali ini payudaranya dijamah orang. Tommy, pacarnya, hanya berani mencium bibirnya saja saat mereka berpacaran. Tentu saja gadis itu sekarang hanya bisa mendesah perlahan saat Helen, mamanya, mempermainkan payudaranya dan putingnya itu. Apalagi Helen tak hanya menjilati putting itu tapi sesekali juga menghisap kuat, bahkan kadang menjepitnya dengan gigi. Tangan Helen juga meremas lembut dan mempermainkan payudaranya yang kiri. Selang beberapa menit, Helen memindahkan bibirnya menjelajah ke payudara Sherly yang kiri, sementara tangannya beroperasi di kanan. Desahan Sherly makin sering dan makin keras seiring dengan meningkatnya gairah mudanya.
Setelah puas mempermainkan payudara Sherly hingga payudara anak gadisnya itu kini terlihat makin kencang dan putingnya makin mencuat, Helen pun segera merebahkan tubuh Sherly di atas lantai beralas karpet itu. Helen pun langsung mencumbu anak gadisnya itu lagi dengan penuh gairah. Tak tampak lagi kalo dia tadi sebenarnya terpaksa melakukan hal itu. Gairah Helen pun terbakar menikmati percintaan sesama jenis yang pertama kalinya itu. Setiap desahan Sherly bagaikan minyak yang makin membakar api gairah dalam diri Helen. Tampaknya Helen mendapatkan kepuasan tersendiri saat berhasil mempermainkan gairah anak gadisnya itu.
Voldermort tersenyum senang melihat pemandangan erotis didepannya itu. Dia berhasil membuat wanita cantik dan gadis remaja itu tenggelam dalam nafsu mereka sendiri. Tampak olehnya kalo Helen ternyata memilki bakat menjadi wanita binal yang panas dan liar. Wanita cantik itu begitu pintar mempermainkan gairah Sherly. Sherly yang terlentang pasrah itu hanya bisa mendesah tak karuan saat bibir da tangan Helen mencumbui seluruh tubuhnya. Helen menciumi bibir gadis itu dengan liar, kenudian beralih ke leher, bahu, payudaranya, lalu turun ke perutnya yang rata. Semua itu dilakukannya dengan perlahan dan tak terburu-buru. Bibir dan tangannya dengan lincah bermain di titik sensitif tubuh Sherly.
Helen sengaja melewati selangkangan Sherly. Kini cumbuannya dimulai dari telapak kaki Sherly. Tanpa ragu dan risih, Helen menciumi telapak kaki Sherly, bahkan mengulum jari-jari kakinya. Kemudian cumbuannya menyusur perlahan ke atas dari tumit, betis, sampai paha Sherly. Sherly tampaknya benar-benar terbuai dengan permainan ibunya yang perlahan tapi pasti membangkitkan gairahnya. Cumbuan Helen yang perlahan dan lembut itu membuat gairah dalam diri Sherly terus meningkat dan berkumpul, tapi tak cukup kuat untuk menghantarkan gadis remaja itu menuju ke puncak kenikmatan. Permainan Helen membuat Sherly seperti gunung berapi yang akan meletus.
Helen memandang kagum saat melihat selangkangan Sherly. Vagina anak gadisnya itu tampak masih sangat rapat dan belum pernah terjamah. Saat Helen membuka kedua kaki Sherly lebih lebar, maka liang kenikmatan itu agak sedikit terbuka dan tampaklah bagian dalam vagina Sherly yang berwarna merah muda dan tampak segar. Bagian dalam vagina itu tampak berkilauan karena sudah basah. Dan pada bagian atas tampak klitoris kecil yang mulai mencuat. Melihat ini, Helen pu tahu kalo gairah birahi anak gadisnya itu tampaknya sudah terbangun dan agaknya Sherly juga menikmati aksi Helen tadi.
“Aaugghh…ma…aahh….mama ngapain ssstt…….”, desis Sherly saat merasakan lidah mamanya menjilati belahan vaginanya.
“Tenang, Sher. Kamu diem aja dan nikmatin.”, kata Helen sambil meneruskan aksinya. Lidahnya terus menjilati belahan vagina anak gadisnya itu. Bahkan dengan lincah lidah Helen juga menusuk ke dalam liang vagina Sherly yang makin basah. Sherly hanya bisa mendesah tak karuan. Pantatnya bergerak-gerak menahan kenikmatan di memeknya.
“Mmm…jangan ma. Itu kan kotor. Mama gak jijik?”, tanya Sherly yang heran dengan sikap mamanya yang tanpa risih menjilati memeknya dengan liar. Helen tampaknya sudah ikut larut dalam gairah percintaan sesama jenis yang pertama baginya.
“Nggak ada yang kotor dari kamu, Sher. Lihat, vegi kamu bersih dan indah sekali. Kalo kamu nanti sudah punya pacar, mama yakin pacar kamu bakalan seneng banget dan ketagihan ngejilatin vegi kamu.”, puji Helen.
Sherly mendesah makin keras menikmati permainan lidah mamanya di selangkangannya. Rasa nikmat yang dirasakannya benar-benar luar biasa. Lidah mamanya dengan lincah menjilati seluruh bagian vagiananya. Apalagi saat Helen mulai mempermainkan klitoris Sherly, menjilat dan menghisapnya, Sherly sampai mengangkat pantatnya ke atas karena kenikmatan yang dirasakannya.
Tiba-tiba Sherly merasakan benda hangat dan keras menempel di bibirnya. Gadis remaja itu pun membuka matanya yang tadi terpejam. Sherly kaget sekali saat gadis itu membuka matanya. Ternyata kontol Voldermort sudah ada di depan bibirnya. Kontol itu tampak besar sekali dan mengerikan bagi Sherly. Tampaknya Voldermort sudah bangkit lagi gairahnya. Kini Penyihir Kegelapan itu ingin merasakan kontolnya disepong oleh bibir manis dara remaja itu.
“Ihh… jangan…jangan….”, kata Sherly dengan ketakutan.
“Sepongin kontolku!”, perintah Voldermort dingin.
Sherly sebenarnya merasa jijik, tapi gadis itu sadar kalo dia harus menuruti perintah penyihir yang kejam itu. Dengan menahan perasaannya, Sherly perlahan menjulurkan lidahnya menjilati batang kontol Voldermort. Untung saja Helen masih terus melakukan aksinya di vagina Sherly, hingga kenikmatan yang diberikan lidah Helen di vaginanya paling tidak bisa mengalihkan perhatian Sherly dari rasa jijiknya karena harus mengoral kontol Voldermort. Bahkan gadis itu hanya menurut saat Voldermort dengan paksa memasukkan kontolnya kedalam mulut Sherly. Tentu saja kontol Voldermort tak bisa masuk semua ke dalam mulut mungil gadis remaja itu. Baru separuh saja, Sherly sudah tersedak.
Voldermort kemudian menyuruh Helen untuk memutar badannya hingga kini dia dan Sherly dalam posisi 69. Dengan begini, Voldermort bisa memainkan jemarinya dalam memek Helen yang basah. Sementara itu Sherly hanya bisa menggumam tak jelas karena kontol Voldermort menyumpal mulutnya dan lidah Helen terus merangsang liang senggamanya.
“Mmpphh…mmmpphhh….”, desah Sherly dengan gumam tak jelas karena mulutnya tersumpal kontol Voldermort. Gadis remaja itu harus membuka mulutnya lebar-lebar agar kontol Voldermort bisa memasuki bibir mungilnya. Tapi walaupun mulutnya membuka sampai rahangnya terasa pegal, kontol itu cuma bisa masuk tak leboh dari separuh. Itu pun sudah membuat Sherly sampai tersedak. Awalnya Sherly merasa jijik tapi kenikmatan yang dirasakannya saat lidah Helen, ibu kandungnya itu bermain di vaginanya, setidaknya membuat perhatian Sherly pun teralihkan. Bahkan lama-lama gadis remaja itu pun sedikit terbiasa dengan kehadiran kontol Voldermort di mulutnya.
“Ssluurrpp…aaahh….mmmm….”, desis Helen yang masih asyik dengan tugas barunya mencumbu vagina anak gadisnya dengan bibir dan lidahnya. Jari-jari Voldermort yang mulai bermain di vaginanya, membuat Helen pun semakin larut dalam birahinya.
Tak lama kemudian Sherly merasakan kenikmatan-kenikmatan yang sedari tadi merasuki tubuhnya seakan berkumpul menjadi satu bagai gelombang besar yang akan menyapunya.
“Maaa…aaaghhh…….”, jerit Sherly saat orgasme itu melandanya. Tubuh belianya menggelepar tak karuan dan cairan kenikmatannya pun muntah menggenangi liang vaginanya yang segera disambut oleh jilatan lidah Helen yang seakan tak mau melewatkan setetes pun cairan kenikmatan anak gadisnya itu.
Helen tak menghentikan cumbuannya walaupun Sherly telah orgasme dan sekarang hanya bisa berbaring lemas dengan kontol Voldermort yang masih menyumpal mulutnya. Wanita cantik itu ingin mencapai puncaknya sendiri dengan bantuan jari Voldermort yang terus mengocok memeknya dengan liar. Apalagi Voldermort sesekali bahkan mengusap liang anusnya dengan jemarinya yang berlumuran cairan kenikmatan Helen yang sudah basah.
“Augghh…..”, jerit Helen lirih saat wanita itu merasakan jari Voldermort mulai menerobos masuk ke dalam liang anusnya yang perawan. Anusnya terasa agak perih dan panas walaupu hanya dimasuki satu jari Voldermort. Untunglah Voldermort tak menghentikan permainan jarinya yang lain d memek Helen, hingga Helen pun bisa teralihkan oleh rasa nikmat dimemeknya.
Lama-lama gerakan jemari Voldermort di anus Helen bertambah lancar. Apalagi Voldermort kadang juga mengorek cairan kenikmatan yang membanjir di memek Helen, kemudian menggunakannya sebagai pelumas untuk anusnya. Helen sendiri sekarang hanya memejamkan matanya menikmati permainan jemari Voldermort di vagina dan anusnya. Desah kenikmatannya terdengar makin sering dan makin vokal.
Tiba-tiba Helen merasakan jemari Voldermort meninggalkan memek dan anusnya, membuat Helen merasakan kehilangan karena ditinggalkan menggantung. Tapi tak lama kemudian Helen merasakan benda hangat dan keras menempel di pintu liang anusnya. Benda hangat itu mencoba menerobos masuk. Helen terkesiap, karena benda itu dirasanya jauh lebih besar dari jemari Voldermort. Perasaan tak enak dan ketakutan pun hinggap di benak Helen saat wanita cantik itu menyadari apa yang akan terjadi.
“Tidaakkk!!! Jangan!!! Aku bisa mati!”, jerit Helen panik saat dia menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi. Rasa takut dan panik itu makin menjadi saat Helen melihat apa yang diperkirakannya benar-benar terjadi. Tampak olehnya, Voldermort berusaha memasukkan kontol monsternya itu kedalam liang anusnya. Helen pun mencoba meronta sambil menjerit panik ketakutan. Tapi usahanya sia-sia karena Voldermort memegangi erat pinggulnya.
“AAAAAGGHHHH……”, jerit Helen histeris saat Voldermort akhirnya berhasil memaksa kepala kontolnya masuk ke dalam liang anusnya yang sempit itu. Helen merasa anusnya rasanya perih dan panas seperti terbakar. Wanita cantik itu pun tersungkur ke depan hingga kepalanya bersandar di selangkangan Sherly yang masih berada di bawahnya.
Voldermort hanya mendengus meraskan jepitan liang anus Helen yang begitu kuat pada kepala kontolnya. Dengan perlahan Voldermort pun mulai memopa anus Helen hanya dengan ujung kontolnya karena penyihir kegelapan itu masih merasa susah untuk melakukan penetrasi ke dalam liang yang teramat sempit itu. Sementara itu Helen hanya bisa menjerit kesakitan dengan ulah Voldermort. Voldermort tak peduli, bahkan dia perlahan menambah penetrasinya agar lebih dalam secara bertahap dan perlahan.
Sementara itu Sherly pun menangis melihat penderitaan ibunya. Tapi gadis itu tak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa melihat bagaimana kontol Voldermort yang besar dan menakutkan itu terus memborbardir lubang pantat ibunya. Tiba-tiba Sherly mendapatkan ide untuk meringankan penderitaan ibunya. Perlahan Sherly menjulurkan lidahnya, lalu gadis remaja itu pun mulai menjilati belahan vagina Helen. Sherly teringat bagaimana nikmatnya saat ibunya menjilati vaginanya tadi, dan gadis remaja itu pun berpikir kalo dia melakukan hal yang sama maka ibunya akan mendapatkan kenikmatan seperti yang tadi dia rasakan. Sherly berharap kenikmatan itu bisa mengurangi penderitaan Helen. Tanpa ragu, Gadis remaja itu mulai menjilati vagina Helen yang penuh dengan cairan mani Helen maupun mani Voldermort.
Helen agak kaget saat merasakan jilatan lidah Sherly di vaginanya, tapi perih di anusnya membuatnya tak bisa berpikir apa-apa lagi. Helen pun pasrah, dan hanya bisa melemaskan tubuhnya dan berusaha menahan rasa sakit itu.
Kepasrahan Helen ternyata membawa berkah bagi Helen. Dengan melemaskan tubuhnya, maka otot-otot liang anusnya pun bisa menjadi lebih rileks dan lentur, hingga otot-otot itu bisa lebih beradaptasi dengan benda asing yang kini bersarang didalamnya. Memang Helen masih meraskan perih, tapi tak sesakit seperti tadi. Apalagi lidah Sherly yang bermain di vaginanya membuatnya merasakan sedikit kenikmatan.
Voldermort dengan liar mulai menambah tempo penetrasinya saat dia merasa liang anus Helen makin terbiasa dengan kontolnya. Itupun Voldermort baru bisa memasukkan sertengah bagian lebih sedikit dari kontolnya ke dalam liang yang sempit itu.
Sementara itu Harry Potter yang merasuki tubuh Voldermort hanya bisa menikmati jepitan anus Helen dengan nafas memburu. Tak pernah disangkanya ada lubang lain yang bisa memberikan kenikmatan yang dashyat selain mulut dan memek. Dan jepitan yang begitu kuat itu membuat Harry agak megap-megap. Untung saja Harry hanya menikmati itu semua secara tidak langsung, melainkan lewat tubuh Voldermort. Kalo tidak, baru sekali tusuk mungkin penyihir remaja itu tak akan kuat bertahan.
Di sisi lain, Sherly mulai menyukai hal yang dilakukannya. Ternyata menjilati memek ibunya rasanya tak begitu menjijikkan. Bahkan Sherly mulai menyukainya, apalagi Sherly tahu kalo hal itu memberikan ibunya kenikmatan. Helen pun mulai berkurang jerit kesakitannya. Rasa sakit di pantatnya makin lama makin berkurang, bahkan lidah anak gadisnya yang begitu lincah bermain di vaginanya mulai membangkitkan gairahnya.
Mereka terus berpacu dalam gairah birahi mereka dan tak memperdulikan orang lain yang hanya bisa berkeringat dingin melihat pemandangan yang begitu erotis. Sementara itu Mandrake yang tak berdaya dan tersungkur di lantai, tak mempercayai apa yang dilhatnya. Tak pernah disangkanya oleh lelaki malang itu bahwa kini istrinya itu lambat laun menikmati anal seks dari penyihir jahanam itu. Hati mandrake makin hancur, apalagi melihat anak gadisnya juga terjerumus dalam permainan memalukan itu.
“Aaaaghhhh…….a..aku…aahhhh…..”, jerit Helen saat akhirnya orgasme itu menerpanya. Wanita cantik itu sama seklai tak menyangka kalo anal seks yang awalnya sangat menyiksanya itu, akhirnya bisa mengantarkannya menuju puncak kenikmatan yang begitu dashyat. Tubuhnya menggeliat liar. Cairan kenikmatannya menyemprot melali memknya dan membasahi wajah Sherly yang masih terus menjilati memeknya.
“Ggrrrrr…..oouughhh…..”, Voldermort mendengus dan menggeram sambil menyemprotkan maninya kedalam liang anus Helen yang begitu nikmat. Mereka larut dalam orgasme yang datanya hampir bersamaan itu. Orgasme yang begitu panjang dan intens.
Sejenak suasana menjadi hening. Hanya terdengar desah nafas yang tak beraturan. Helen menjatuhkan tubuhnya yang lemas menindih Sherly. Voldermort pun mencabut kontolnya yang melemas dan duduk di lantai menikmati sisa-sisa kenikmatan yang menderanya.
“Ha…ha…ha……. benar-benar pelacur yang luar biasa. My Lord, kalo boleh saya juga ingin merasakan kebinalan pelacur muggle yang satu ini.”, kata Fenrir Greyback yang memecahkan kesunyian. Voldermort menoleh pada anak buahnya yang setia itu, lalu menganggukkan kepalanya. Sambil tertawa, Fenrir pun menghampiri Helen dan menyeretnya dari atas tubuh Sherly. Helen mencoba melawan tapi tubuhnya lemas sekali, hingga wanita cantik itu tak berdaya dan akhirnya membiarkan tubuhnya setengah diseret Fenrir. Fenrir menyeret tubuh Helen menuju sofa, lalu mendorong tubuh Helen hingga tubuh Helen bagian atas telungkup di sofa itu, sedangkan kakinya masih dilantai dengan berdiri di atas lutut. Dengan begini Helen pun bisa menungging walaupun tubuhnya lemas karena bersandar pada sofa.
Fenrir pun langsung melucuti pakaiannya sendiri. Tampak kontolnya sudah berdiri karena nafsu yang menguasainya. Helen melirik dan melihat kalo kontol Fenrir ukurannya hampir sama dengan suaminya, bahkan sedikit lebih pendek. Hal ini membuat Helen agak lega, karena selangkangannya sudah terasa ngilu dan sensitif. Paling tidak vaginanya tak perlu menerima kontol monster seperti punya Voldermort.
“GRROOOAAARRRRR!!!!!!”, jerit Fenrir yang lebih mirip suara binatang daripada manusia. Helen terbelalak saat melihat ke arah Fenrir. Perlahan tubuh laki-laki itu mulai berubah. Tubuhnya menjadi lebih besar dan kulitnya tumbuh bulu-bulu yang berwarna coklat kehitaman seperti bulu anjing.
“Ya, Tuhan. Dia akan menyetubuhiku dalam bentuk manusia serigala.”, pikir Helen dengan ketakutan. Fenrir Greyback memang bangsa werewolf. Perubahan yang dilakukannya begitu mengerikan bagi yang melihatnya. Tapi ternyata semua orang salah sangka. Fenrir tak berubah sepenuhnya menjadi serigala. Biasanya saat dia berubah wajah dan tubuhnya akan berubah menjadi serigala yang besar sekali. Tapi perubahan kali ini sepertinya hanya berjalan setengah tahap saja. Wajah Fenrir masih berupa manusia. Walaupun tubuhnya dipenuhi bulu tapi bentuk tubuhnya masih seperti manusia yang berjalan dengan dua kaki. Yang begitu mengagetkan Helen adalah perubahan pada kontol Fenrir. Kontol itu membesar dan membengkak hingga kini berukuran hampir sama dengan kontol Lord Voldermort.
“Ha…ha…ha…pelacur seperti kamu hanya akan bisa dipuaskan oleh kontol-kontol yang besar seperti ini ha..ha…ha…”, kata Fenrir sambil mendekati Helen yang mencoba menghindar. Tapi wanita cantik itu tak sanggup berbuat banyak karena tubuhnya sudah lemas.
“Aaaaaaggghhhh…….”, desis Helen sambil agak meringis kesakitan saat Fenrir langsung main tancap aja kontolnya yang membesar itu ke liang memek Helen. Memang sekarang kontol Fenrir agak lebih mudah memasuki liang memek Helen karena memek itu tadi sudah dihajar oleh kontol Voldermort. Tapi tetap saja Helen masih merasa ngilu dan agak sedikit perih. Apalagi Fenrir agaknya tak memperdulikan keadaan Helen. Manusia serigala itu hanya memuaskan nafunya sendiri, dan langsung menggenjot tubu wanita cantik itu dengan tempo tinggi. Helen pun hanya bisa merintih dalam ketakberdayaannya.
“Grrrr….ugh… lonte yang satu ini emang jempolan, my lord. Memeknya masih terasa njepit banget walaupun tadi sudah dihajar sama kontol tuanku he…he…he….. Kayaknya setelah ini, pelacur ini gak akan mau lagi ngentot sama suaminya.”, celoteh Fenrir sambil menggenjot tubuh Helen dari belakang dengan kasar. Suara benturan pinggul mereka berdua terdengar keras saking semangatnya si Fenrir.
Sementara itu, Voldermort tak memperdulikan celotehan Fenrir. Perhatian Voldermort tertuju pada sosok tubuh belia yang sedang terbaring lemas di lantai beralaskan karpet itu. Sherly, gadis belia itu, sedang berbaring di atas lantai dengan mata terpejam. Gadis itu sama sekali tak sadar kalo posisi kakinya agak mengangkang hingga semua orang bisa menikmati pemandangan indah vagina perawan yang sedikit membuka dan tampaknya begitu menggairahkan dan menjanjikan berjuta kenikmatan.
Berbagai perasaan bermunculan di benak Sherly yang diam memejamkan matanya sambil terlentang di lantai. Ada rasa takut dan marah karena tragedi yang menimpa keluarganya dengan kehadiran bajingan-bajingan itu di rumahnya. Gadis itu juga merasa ngeri dan kasihan melihat penghinaan yang dialami ibunya. Makanya Sherly lebih memilih memejamkan matanya, walaupun dia masih dapat mendengar rintihan ibunya yang sudah tak jelas lagi antara kesakitan dan mendesah nikmat. Tadinya Sherly juga tak begitu paham dan seakan tak percaya kalo Helen, ibunya, kadang terlihat seperti menikmati perbuatan bajingan-bajingan itu. Tapi Sherly yang baru saja menikmati orgasme pertamanya setelah percumbuannya dengan ibu kandungnya sendiri itu, sekarang menjadi sedikit mengerti. Timbul rasa malu dalam dirinya karena Sherly juga sempay menikmati cumbuan itu. Bahkan kini gairah birahinya bangkit, dan Sherly berusaha keras menekan itu semua dan mencoba mengalihkan pergatiannya ke hal lain. Tapi desahan Helen yang masuk ke dalam telinganya, memuat Sherly mulai membayangkan hal yang tidak-tidak dalam pikirannya. Saat Sherly berkutat dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba gadis itu merasakan sesuatu yang kasar dan hangat membelai belahan vaginanya.
“Apa yang aaaaahhh…….”, Sherly terkejut saat mendapatkan kepala Voldermort sudah berada diantara dua kakinya yang mengangkang. Tapi sebelum gadis itu berbuat apa-apa, lidah Voldermort sudah lebih dulu menemukan klitorisnya, menjilat dan menghisapnya kuat. Perbuatan Voldermort itu segera membuat gadis remaja itu gemetaran dan sedikit mengangkat pantatnya karena rasa nikmat yang menyengatnya. Selanjutnya gadis remaja itu pun tak sanggup berontak karena Voldermort sudah memegangi kedua kakinya dengan erat. Apalagi lidah Voldermort yang panjang dan sangat berpengalaman segera membuat titik sensitif di selangkangannya mengirimkan berjuta sensasi kenikmatan yang tak sanggup lagi ditahannya. Tak butuh waktu lama untuk membuat gadis remaja yang masih hijau itu segera terbuai oleh kenikmatan di bawa cumbuan Voldermort yang lebih berpengalaman. Sherly hanya bisa mendesah dan mendesis lirih karena permainan lidahVoldermort yang begitu lincah di vaginanya. Apalagi lidah Voldermort jauh lebih besar dan lebih panjang dari lidah mamanya, terasa mengorek lebih jauh, walaupun Voldermort masih menjaga agar tak sampai merusak selaput dara gadsi remaja itu.
Beberapa saat kemudian, gadis remaja yang baru berusia 16 tahun itu kembali menggelepar nikmat saat gelombang orgasme kembali melandanya. Cairan kenikmatannya meluber dan segera disambut lidah Voldermort yang rakus. Sherly merasa lelah karena orgasme yang menerpanya hingga gadis itu memejamkan matanya kembali. Sherly sama sekali tak sadar kalo Voldermort sudah mengakat wajahnya dari vaginanya dan bersiap mengarahkan kontolnya yang berukuran luar biasa itu untuk melakukan penetrasi ke vagina yang masih perawan itu. Gadis itu tersentak saat tiba-tiba merasakan rasa perih saat mulut vaginanya dipaksa meregang karena desakan benda tumpul yang besar dan hangat yang mencoba memaksa masuk. Saat gadis itu membuka matanya, rasa takut dan panik segera menyergapnya. Sherly pun mencoba berontak.
“Jangan aaaaaakkkkkhhhhh…….”, jerit Sherly dengan keras karena Voldermort sudah memaksakan kontolnya untuk menerobos masuk ke dalam liang vaginanya yang perawan. Voldermort tak mau kepalang tanggung. Dengan satu sentakan, kontolnya sudah menerobos masuk jauh ke dalam dan merobek selaput keperawanan gadis remaja itu.
Sementara itu, Helen yang mendengar teriakan Sherly segera menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi. Wajah wanita cantik itu kontan menjadi pucat karena melihat mahkota anak gadisnya sudah direnggut penyihir hitam yang keji itu.
“Bajingan!! Kau aaghh…melanggar janji.”, Helen berteriak mencaci Voldermort. Tapi Fenrir yang terus menggenjotnya dengan liar dalam posisi doggy membuat wanita cantik agak kesusahan mengeluarkan suaranya. Rasa marah memenuhi benak Helen. Tak hanya marah pada Voldermort yang telah melanggar janjinya, tapi juga kepada dirinya sendiri yang tak mampu menahan kenikmatan yang terus menjalar dari selangkangannya yang digenjot kontol Fenrir yang tak kalah gedenya dengan kontol Voldermort.
Voldermort meringis menahan nikmatnya jepitan otot-otot vagina Sherly yang begitu kuat meremas kontolnya yang baru masuk setengahnya itu. Tampak olehnya tetesan cairan merah yang sedikit merembes keluar membasahi kontolnya. Wajah Voldermort yang hampir tak menyerupai manusia itu tersenyum puas karena berhasil merenggut mahkota paling berharga dari gadis remaja yang cantik itu.
Sementara itu Harry Potter yang merasuki ingatan Voldermort juga merasakan kenikmatan yang dialami Voldermort. Penyihir muda yang baru saja memasuki usia pubertas itu benar-benar dibuai oleh pengalaman-pengalaman luar biasa yang bertubi-tubi dialaminya. Dan kini, Harry bahkan mengalami rasa nikmat yang lebih luar biasa lagi. Tadinya dia mengira tak ada lagi yang bisa mengalahkan jepitan liang anus Helen, tapi sekarang vagina Sherly ternyata tak kalah kuat jepitannya atau bahkan lebih nikmat. Liang anus Helen memang sangat sempit tapi kekuatan jepitannya terfokus pada gerbang masuknya saja. Sedangkan vagina Sherly terasa menjepit kuat di seluruh bagian bagaikan meremas seluruh kontolnya.
Voldermort pelan-pelan mulai menggerakkan pantatnya naik turun. Penyihir kejam itu melakukan itu bukan karena merasa kasihan melihat Sherly yang merintih kesakitan, melainkan karena agak susah baginya untuk menggenjot gadis remaja itu dengan tempo yang agak cepat. Memek Sherly yang baru pertama kali dientot itu bagaikan menjepit erat kontol Voldermort hingga membuat penyihir kegelapan itu agak susah melakukan penetrasi dengan tempo yang lebih cepat. Setiap kali Voldermort menusukkan kontolnya kedalam, sebagian bibir vagina Sherly ikut melesak kedalam. Begitu juga kalo Voldermort menarik kontolnya, bibir vagina yang berlepotan darah keperawanan Sherly itu ikut tertarik keluar. Tapi Voldermort tak peduli dan terus berusaha menuntaskan nafsu bejatnya. Rintihan kesakitan Sherly malah membuat gairahnya semakin naik.
Sherly hanya bisa menangis dan merintih kesakitan. Kehormatannya telah terenggut. Vaginanya terasa perih dan panas karena dipaksa meregangkan ototnya untuk bisa menampung kontol Voldermort yang besar itu. Rintihan Sherly pun mulai memenuhi ruangan itu berpadu dengan rintihan Helen, ibunya, yang juga mengalami nasib yang sama di tangan manusia serigala anak buah Voldermort.
Aroma seks memenuhi ruangan itu. Apalagi setelah hampir sepuluh menitan, tampaknya vagina Sherly mulai sedikit lebih bisa beradaptasi dengan benda asing yang menghunjam dengan liar didalamnya. Reaksi alamiah dari tubuh manusia rupanya sedikit menolong Sherly. Walaupun gadis itu merasa tersiksa lahir batin karena diperkosa oleh Voldermort, tapi gerakan kontol Voldermort yang menggesek titik sensitif yang ada di liang vaginanya, terutama dari klitorisnya yang selalu tergencet dan tergesek gerakan kontol Voldermort yang keluar masuk, membuat memek gadis remaja itu mengeluarkan cairan pelumas alamiah yang timbul setiap kali orang bersenggama. Cairan mani itu membuat gerakan kontol Voldermort menjadi lebih lancar dan juga sedikit mengurangi rasa perih yang dirasakan Sherly. Bahkan lambat laun, gadis remaja 16 tahun itu mulai merasakan sensasi aneh yang membuatnya meraskan nikmat. Kini desahan gadis remaja yang cantik itu tak hanya rintihan kesakitan, tapi mulai bercampur dengan desah kenikmatan. Bahkan Sherly tanpa sadar kadang ikut menggerakkan pantatnya seakan menyambut gerakan kontol Voldermort.
“Gue kira cuman loe doang yang binal di keluarga ini. Lihat! Anak loe ternyata demen ngentot juga. Just like her mommy. She’s really enjoy it he..he..he….”, ejek Fenrir saat dia melihat Sherly mulai terlihat menikmati hunjaman kontol Voldermort di vaginanya. Helen tak menjawab ejekan Fenrir. Wanita cantik itu hanya bisa mengerang dan mendesah karena dirinya sekarang sudah tak bisa menahan lagi kenikmatan yang menjalar dari vaginanya.
Sementara itu, ocehan Fenrir membuat Sherly tersentak dan malu. Gadis remaja itu kembali berusaha memberontak walaupun rontaannya terlihat tanpa niat. Walaupun airmatanya masih menetes dari sudut matanya, tapi Sherly tak bisa menahan untuk tak mengeluarkan desah nikmat setiap kali Voldermort menghunjamkan kontolnya ke dalam memeknya. Benda yang menghunjam masuk sampai ke mulut rahimnya itu benar-benar memberikan kenikmatan yang tak bisa ditolak oleh Sherly. Apalagi kontol Voldermort mempunyai uliran di batangnya yang membuat G-spotnya selalu tergesek terus menerus.
“Aaahh..aahh….no…aku…aaaghhhhh……”, jerit Sherly. Tubuh belianya mengejang. Pantatnya sedikit terangkat, kedua kakinya melingkar erat di pinggul dan paha Voldermort. Meskipun gadis remaja itu berusaha menolak tapi Sherly tetap tak dapat menahan datangnya gelombang kenikmatan yang menerpa dirinya. Cairan kenikmatannya membanjir dan membasahi kontol Voldermort, dinding vaginanya berdenyut keras dan menjepit erat kontol Voldermort saat akhirnya orgasme itu menyerangnya.
Voldermort pun tersenyum menyeringai saat dia merasa sudah berhasil menaklukan gadis remaja itu. Penyihir kegelapan itu juga menikmati saat-saat orgasme yang melanda Sherly. Kontraksi vagina Sherly di saat gadis remaja itu orgasme benar-benar memberikan kenikmatan yang luar biasa buat Voldermort.
Lord Voldermort membungkukkan badannya , wajahnya mendekat ke arah wajah Sherly, lidahnya yang panjang terjulur dan bibirnya melumat bibir Sherly. Di luar kesadarannya, Sherly pun meladeni ciuman Voldermort dan lidahnya pun ikut bermain bersama lidah Voldermort yang sudah menyelusup masuk. Voldermort mengaitkan kedua kaki Sherly pada kedua lengannya yang kurus. Tangannya meraih punggung gadis remaja itu, kemudian Voldermort pun bangkit berdiri. Tubuh Sherly pun otomatis mengikuti tubuh Voldermort. Kini posisi Sherly ada dalam gendongan Voldermort dengan posisi berhadapan dan kedua kakinya bergantung terkait pada lengan Voldermort yang menyanggahnya. Kontol Voldermort masih bersarang di dalam memeknya, bahkan gravitasi membuat pantat Sherly ambles ke bawah dan kontol Voldermort menusuk makin dalam sampai hampir memaksa masuk mulut rahimnya.
“Aughh…..”, jerit Sherly sambil merangkulkan tangannya yang bergayut pada leher Voldermort makin erat. Gadis remaja itu berusaha mengangkat pantatnya agar kontol Voldermort yang panjangnya gak ketulungan itu tak merojok makin dalam. Tapi Voldermort memegang pantat Sherly lalu menariknya ke bawah dibarengi gerakan pinggulnya yang menyentak ke atas. Hal ini tentu saja membuat Sherly kembali menjerit sambil mencoba menaikkan pantatnya. Begitu terus berulang , hingga Sherly seperti yang aktif menunggangi Voldermort. Voldermort pun terus mempermainkan Sherly dalam posisi berdiri selama beberapa menit sebelum akhirnya berjalan membawa Sherly mendekati Helen yang sedang dikerjai Fenrir Greyback.
Voldermort pun membaringkan Sherly di sofa dengan pantat Sherly berada tepat di pinggiran sofa. Dengan begitu, Voldermort terus mengentot Sherly sambil bertumpu pada lututnya di bawah sofa. Tubuh Sherly kini berdampingan dengan Helen, ibu kandungnya. Fenrir rupanya sudah berganti posisi, hingga kini dua orang ibu dan anak itu dientot oleh dua penjahat itu dalam posisi yang sama dan berdampingan.
“Aahhh…. Maafkan mama sayang. Uggghh…. Mama gak eehhmm… gak bisa ngelindungin kamu.”, kata Helen sambil membelai pipi Sherly dengan jemari lentiknya.
Sherly menatap wajah Helen, mamanya yang terlihat sedih tapi juga kelihatan menahan gairahnya yang bisa dilihat dari erangan tertahan setiap kali Fenrir menggenjotkan kontolnya ke dalam memeknya yang sudah membanjir. Sherly paham dengan perasaan mamanya karena dia sendiri juga merasakan hal yang sama. Permainan Voldermort yang jauh lebih berpengalaman membuat gairah Sherly naik lagi. Walaupun batin mereka berdua tersiksa tapi tubuh mereka tak bisa menolak ransangan kenikmatan yang diberikan kedua kontol besar yang bersarang di memek mereka masing-masing. Sherly pun menggenggam tangan Helen sambil tersenyum menatap mamanya.
“Uughh… ma, Sherly gak tahan sstttt….. rasanya enak banget, Sherly gak tahan lagi aaahh…..”, kata Sherly sambil berusaha menahan gelombang kenikmatan yang siap menggulungnya. Helen menatap wajah Sherly dengan penuh pengertian. Dia tahu kalo gadis remaja seperti Sherly tak akan kuat menahan kenikmatan itu walaupun mereka berdua dipaksa dan diperkosa. Bahkan dirinya sendiri sama seperti Sherly. Tadi Fenrir sudah membuatnya orgasme sekali dan sekarang Helen juga merasa kalo puncak kenikmatannya akan dating lagi.
“Gak apa-apa Sher. Lepasin aja uughh…. Mama juga mau dapet kok aaaaghhh…..ssttt…..”, kata Helen. Helen menarik wajah Sherly mendekat padanya dan dia pun mendekatkan wajahnya. Bibir sexy Helen segera mencari bibir manis anak gadisnya, lalu menciumnya dengan penuh gairah. Tangannya yang bergerak meraih payudara mungil Sherly, lalu meremasnya lembut sambil jemarinya beraksi memainkan putting Sherly yang mengacung keras. Sherly membalas ciuman Helen dan tangannya juga mencari payudara montok ibunya dan meremas gemas.
“Hhhmmpp…ma hhmmmppp……”
“Sherly sstt…..mmmpphhh….”
Dua wanita cantik, ibu dan anak itu pun mengguman tak jelas dalam ciuman mereka. Tubuh mereka berdua sama-sama menggeliat liar saat gelombang kenikmatan menerpa mereka berdua dalam waktu hampir berbarengan.
“Oougghh…take this Bitch aaghhh….”, geram Fenrir yang tak kuat bertahan saat vagina Helen berdenyut begitu keras dan kuat seakan memeras mani dari kontolnya. KOntolnya menyemprotkan banyak sekali sprema dalam liang vagina Helen yang membuat ibu muda itu kembali mendapatkan orgasme susulan.
Voldermort pun ikut menggeram dan kontolnya menyemprotkan maninya jauh ke dalam rahim gadis berusia 16 tahun itu hingga membuat Sherly merasakan orgasme berkepanjangan. Sampai beberapa menit lamanya dua pasang manusia itu tenggelam dalam puncak kenikmatan mereka diiringai desah nafas berat mereka yang tak beraturan karena orgasme yang menguras energi itu.
Harry Potter yang merasuki ingatan Voldermort merasa tubuhnya lelah sekali. Tapi Harry juga merasa sangat puas. Pengalamannya kali ini benar-benar membuka matanya akan nikmatnya permainan seks. Tiba-tiba Harry merasakan Voldermort bangkit dab meninggalkan Sherly.
Penyihir Kegelapan yang paling berkuasa itu mengambil jubahnya dan memakainya kembali. Kemudian Voldermort berjalan keluar dan akan meninggalkan ruangan.
“My Lord, bagaimana dengan mereka? Apa yang harus saya lakukan dengan mereka bertiga?”, tanya Lucius Malfoy. Lord Voldermort menoleh pada Malfoy sambil menyunggingkan senyum jahat.
“Aku tak peduli pada penyihir pengkhianat, muggle, ataupun darah kotor. Terserah padamu untuk menghukum mereka. Yang pasti, mereka yang tak mau mengakui kekuasaanku dan mencoba menentangku harus dihukum atau dilenyapkan.”, kata suara serak Voldermort dengan dingin. Kemudian Voldermort membalikkan badannya dan melangkah keluar meninggalkan ruangan itu, lalu meninggalkan rumah besar itu.
Harry begitu terkejut saat mendengar teriakan yang menyayat dari dalam rumah.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Harry berbaring terlentang di atas ranjangnya yang kecil, nafasnya berat dan tak beraturan seakan-akan dia baru saja berlari berkilo-kilometer. Dia baru saja terbangun dari mimpi yang terasa seperti nyata itu sambil memegangi bekas luka di dahinya. Bekas luka yang seperti petir itu kini terasa sakit lagi. Memang akhir-akhir ini bekas luka yang membuatnya dijuluki anak-yang-bertahan-hidup itu semakin sering terasa sakit. Dan yang membuatnya semakin parah, Harry juga sering kali mengalami mimpi buruk yang terasa sangat nyata dimana dia menjadi Voldermort dalam mimpinya itu, membunuh dan menyiksa orang-orang seperti saat dia-yang-namanya-tak-boleh-disebut itu masih berkuasa. Setiap kali mengalami mimpi-mimpi itu, bekas luka Harry akan terasa sakit dan dia akan bergidik ngeri ketakutan dan tak bisa tidur lagi.
Tapi mimpi kali ini sangat lain dari biasanya. Memang bekas luka yang selalu ditutupinya dengan rambut depan yang terkesan berantakan itu masih terasa sakit. Tapi kali ini Harry tak bergidik ngeri ketakutan, malah Harry merasakan kegairahan timbul dalam dirinya. Kenikmatan yang dia rasakan saat dia menjadi Vodermort dan memperkosa ibu dan anak gadis itu seakan tak bisa dia lupakan. Kelembutan kulit gadis remaja itu, rasa kenyal dan montoknya payudara sang ibu, rasa nikmat saat kontolnya mengentot si ibu di depan suaminya, sempitnya memek perawan si gadis yang menjepit kontolnya saat dia mengambil keperawanannya di depan mata kedua orangtuanya, semuanya terasa begitu nyata. Harry menggerakkan tangannya untuk meraba selangkangannya. Kontolnya masih berdiri begitu keras dan celananya basah. Harry tahu kalau dia tidak sedang mengompol. Celananya basah karena maninya seperti saat dia atau Vodermort tumpahkan di memek sang gadis dan di liang anus ibunya.
Harry bangkit dari tempat tidurnya. Timbul rasa penasarannya layaknya seorang remaja terhadap seks setelah mengalami mimpi yang luar biasa itu. Harry menghampiri peti tuanya yang tergeletak di pojok kamar. Dibukanya peti itu dan mulai mengobrak-abrik isinya seakan mencari sesuatu. Senyuman tersungging dari mulut Harry saat dia akhirnya menarik sebuah buku tebal dengan sampul berwarna hitam yang terlihat begitu butut dan tua. Harry membawa buku itu menuju lampu belajar tua bekas Dudley yang ada di atas meja tua yang seakan mau rubuh. Sebenarnya Harry lebih suka melambaikan tongkat sihirnya dan berkata “lumos” dan membaca buku itu dari pancaran sinar yang keluar dari tongkat sihirnya. Tapi hal itu akan menyebabkan ia berurusan dengan kementrian sihir karena penggunaan sihir di lingkungan muggle oleh penyihir di bawah umur seperti insiden Dobby pada saat dia akan memulai tahun keduanya di Hogward.
“Kumpulan Sihir-Sihir Hitam tentang Seks dan Penerapannya”
Kata-kata itu tertera disampul buku tua yang dipegang Harry. Harry tak sengaja mengambil buku itu dari seksi terlarang di perpustakaan sekolah saat dia menerobos masuk kesana dengan Ron waktu mencari informasi mengenai “Chamber of Secret” di tahun keduanya di Hogward. Harry membuka buku itu dan membacanya di bawah sinar lampu belajar yang hanya bisa menyala remang-remang. Ternyata buku itu memang memuat mantra-mantra hitam yang tak pernah dia tahu. Ada mantra untuk membuat seseorang menjadi begitu horny dan bangkit gairah birahinya, mantra pembius bila ingin memperkosa wanita, mantra pesona yang akan membuat kita disukai oleh lawan jenis, mantra cinta, dan banyak lagi. Dan selain itu ada juga panduan untuk melakukan seks yang tak terlupakan, bagaimana cara mencumbu lawan jenis, titik-titik kenikmatan ditubuh manusia, berbagai macam posisi seks, aktivitas seks yang tidak biasa. Bahkan ada mantra kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Harry semakin tertarik dengan buku itu dan dia pun larut dengan membaca buku itu sampai pagi menjelang.
Harry baru menutup bukunya saat dia merasa lapar karena sudah waktunya untuk sarapan. Dia menyimpan buku itu, lalu segera beranjak menuju kamar mandi. Setelah mandi dan berganti pakaian, Harry menuju keruang makan. Ternyata keluarga Dursley sedang sarapan di meja makan. Omelan paman Vernon yang sudah menjadi hal biasa bagi Harry segera terdengar lagi oleh Harry. Sedangkan Bibi Petunia menyuapi Dudley yang kelihatan makin lebar dan besar sehingga menghabiskan tempat di meja makan. Harry hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah keluarganya itu. Kalau saja dia bisa tinggal dengan Sirius, ayah angkat dan walinya, Harry akan merasa senang sekali. Tapi keadaan Sirius yang sedang buron tak memungkinkan Harry untuk melakukan itu.
Tiba-tiba terdengar bel pintu. Paman Vernon beranjak ke pintu depan dan kembali sesaat kemudian kembali dengan membawa surat. Wajahnya terlihat marah dan matanya melotot ke arah Harry.
“Harry Potter!! Sebaiknya kau jelaskan tentang surat ini. Bagaimana ada orang yang mengirimiku surat tentang kamu? Dan orang ini pasti orang aneh seperti kau juga.”, bentak paman Vernon.
Harry bingung, tapi setelah paman Vernon membacakan surat itu yang ternyata dari nyonya Weasley, ibu Ron, yang meminta ijin paman Vernnon untuk dapat mengajak Harry menginap di rumahnya selama sisa liburan ini dan menonton Final Piala Dunia Quidditch bersama keluarganya, Harry berteriak senang dalam hatinya. Hampir saja Harry marah, saat paman Vernon akan melarangnya. Tapi dengan akalnya yang cerdik, Harry berhasil mendapatkan ijin dari paman Vernon dengan sedikit ancaman halus menggunakan nama Sirius Black, orang tua angkatnya, yang hanya diketahui paman Vernon sebagai pembunuh gila yang lolos dari penjara sihir.
Harry kembali kekamarnya dengan hati yang gembira. Dia akan menghabiskan sisa liburannya di The Burrow, rumah Ron Weasley, sahabatnya. Hermione juga akan ikut berlibur disana. Dan mereka akan menonton Final Piala Dunia Quidditch dengan keluarga Weasley.
“Yahuuu…..”, teriak Harry sambil menari kegirangan.
Setelah puas meluapkan kegembiraannya, Harry kembali mengambil buku yang tadi dibacanya. Angannya melayang ke arah Cho Chang, gadis cantik dengan wajah oriental yang khas, tubuhnya yang sexy dengan payudara yang sudah terlihat montok walaupun umurnya masih 14 tahun, sama dengan Harry. Harry membayangkan apa yang bisa dilakukannya dengan pengetahuan dari buku ini terhadap Cho Chang yang sudah lama dia taksir.
Harry menaruh buku itu ke dalam tasnya, lalu menyiapkan barang-barang yang dia perlukan selama berlibur di The Burrow lalu dia jejalkan kedalam tas itu. Setelah selesai mengepak, Harry berbaring diranjangnya, melamun. Dia tak sabar menunggu besok untuk meninggalkan keluarga Dursley, dan melewatkan liburan bersama kedua sahabatnya, Ron dan Hermione, bersama dengan keluarga Weasley, yang lebih dirasanya sebagai keluarganya sendiri daripada The Dursley.
Bersambung………….
Copyright © Joe_anchoexs, Oct, 2008
------------------------------
Selamat deh.
kalo emang gak bisa disini, ada usulan tempat yg nerima cerita model gini gak buat kelanjutannya? Kalo ada, kasih gue email adminnya ya, biar gue kirim cerita terusannya yang kemarin.
sorry, juragan. gara-gara ada si “misdi”, gue kira loli oke-oke aja. Eh, ternyata setelah gue baca lagi kriterianya kayaknya gak masuk nih.
Re: gw blm sempat baca sih, tapi kan di harpot yg sekarang tokohnya dah pada gede2 tuh, coba biar gw baca dulu, moga2 sih ga keterlaluan banget yah.
Tenang aja, bro. lanjutannya sudah jadi kok. Sekarang masih masuk ruang editingnya bos shu. Tapi masalahnya, gue bikin cerita ini pake setting HP4 Goblet of Fire, dan tentu saja karakternya masih underage. Jadi gue gak tahu deh, apa lanjutannya bisa tayang disini? Masih tunggu acc dari bos shu.
Tapi jangan kuatir. Kalo entar memang lanjutan serial HP xxx ini gak bisa dimuat disini, bos shu pasti ngasih cerita itu di blog lain. Mungkin di blognya pak wapress. Entar gue kabarin deh jadi tayang dimana.
Re: sabar ya bos, blm dibaca abis nih, masih sibuk