Sandra Dewi |
RIING... Terdengar suara ringtone handphone yang berbunyi nyaring. Seorang wanita cantik dengan perawakan keturunan segera mengangkat dan menjawab panggilan dari handphone itu.
“Halo?” tanyanya.
“San, kamu ada dimana?” terdengar suara seorang wanita dengan nada panik.
“Oh, Mbak Indri! Saya sudah dalam perjalanan mbak, mungkin 10 menit lagi sampai!” jawabnya.
“Aduuh, tolong cepat ya! Soalnya klien kita ini dari luar negeri!” pinta wanita yang bernama Indri itu.
“Iya, saya usahakan mbak, moga-moga tidak macet di jalan.”
“Pokoknya kamu harus cepat lho! Kamu kan masih perlu dandan dan persiapan-persiapan lainnya! Ingat, mereka itu klien yang penting! Jangan sampai ada yang salah!”
“Beres mbak, pokoknya saya usahakan sampai secepat mungkin! Ini juga lagi ngebut kok.”
“Oke, saya tunggu ya!” jawab Indri sambil menutup telepon.
“Huff...” wanita itu menutup handphonenya sambil menghela nafas.
“Wah, Bu Indri sudah nunggu ya, Non?” tanya seorang lelaki yang sedang mengemudikan mobil yang ditumpangi wanita itu.
“Iya Pak. Tolong agak cepat ya, Pak!”
“Berees Non! Bukan supir Sandra Dewi namanya, kalau Non sampai terlambat gara-gara saya!” ujar supir itu yang hanya dibalas dengan senyuman oleh si wanita cantik itu, yang tak lain adalah artis dan model terkenal, Sandra Dewi.
Ya, hari itu memang penting bagi Sandra Dewi karena ada sesi pemotretan dan eksibisi gaun pengantin dari sebuah bridal studio ternama. Sebagai seorang model, tentunya ia harus tiba tepat waktu; apalagi acara eksibisi dan pameran ini ikut dihadiri oleh berbagai desainer bridal luar negeri, yang pastinya akan menilai profesionalismenya sebagai seorang model papan atas Indonesia dan sudah tentu akan sangat berpengaruh bagi karirnya.
Mobil sedan yang ditumpangi Sandra terus melaju dan akhirnya sampai di sebuah bridal studio. Sandra segera turun dari mobilnya, ia melihat seorang wanita berkacamata sedang menunggu sambil berkacak pinggang di pintu masuk studio itu yang tak lain adalah Indri, event organizer acara tersebut.
“Waduuh! Sampai juga akhirnya!” gerutu Indri.
“Nggak terlambat kan, mbak?” tanya Sandra.
“Nggak sih, tapi tetap saja nyaris telat! Tuh, klien kita ada yang sudah datang!” jawab Indri sambil menunjuk kearah sekumpulan orang-orang berpakaian rapi yang sedang sibuk berbicara.
“Kamu perkenalkan diri saja dulu, soalnya ada klien penting dari Taiwan yang jadi sponsor acara ini!” ujar Indri sambil menggandeng tangan Sandra kearah kumpulan orang-orang itu.
“Bapak-bapak, kenalkan model utama kita, Miss Sandra Dewi.” Ujar Indri sambil memperkenalkan Sandra ke para klien mereka. Sandra tersenyum dan membungkuk sedikit untuk memberi hormat.
“Hahaha... Miss Sandra, tidak perlu membungkuk. Orang-orang Taiwannya sudah masuk didalam.” Ujar salah seorang pria sambil tertawa. Usia pria itu sudah sekitar 50 tahunan. Dengan jas yang cukup rapi dan sebatang cerutu yang mengepul di mulutnya, sudah jelas kalau pria itu adalah orang yang cukup berpengaruh. Sandra lumayan terkejut mendengar ucapan pria itu, ia sama sekali tidak menyangka kalau yang disapanya itu orang Indonesia.
“Jangan kuatir, saya sebenarnya juga warga Taiwan, tapi saya lahir di Bandung. Saya merantau ke Taiwan waktu masih muda dan sekarang sudah diterima jadi WN disana. Anggap saja orang Taiwan asli!” lanjut pria itu.
“Bapak tidak kelihatan seperti orang Indonesia sih! Padahal bahasa Indonesianya lancar!” canda Indri.
“Hahaha... memang saya keturunan, makanya banyak yang salah sangka, sama seperti Miss Sandra yang cantik ini!” puji Pak Sanjaya. Sandra tersipu kecil mendengar pujian Pak Sanjaya itu.
“Perkenalkan, ini Pak Sanjaya, sponsor utama acara ini!” ujar Indri.
“Sanjaya!” ujar pria itu sambil tersenyum mengulurkan tangannya.
“Sandra.” Jawab Sandra sambil menyalami tangan Pak Sanjaya.
“Oh ya, perkenalkan sekretaris saya, Miss Lei! Dia agak pendiam, tapi dia fasih berbahasa Indonesia” Pak Sanjaya mengarahkan pandangannya kearah seorang wanita yang berdiri dibelakangnya. Usia wanita itu sekitar 30an tahun. Pakaian kantoran yang rapi dan sebuah kaca mata necis semakin menekankan kesan tegas dari raut wajah serius wanita itu. Jari-jari wanita itu sibuk mengetik pesan lewat telepon selulernya.
“Lei.” Wanita itu hanya mengulurkan tangannya tanpa ekspresi. Sandra agak segan, namun dijabatnya pula tangan Lei. Suasana terasa agak kaku sejenak karena sikap dingin Lei.
“Oh ya, sebentar lagi acaranya dimulai! Saya dan Miss Sandra akan segera bersiap-siap. Mohon Pak Sanjaya menunggu didalam!” tiba-tiba terdengar suara Indri yang memecah kekakuan suasana.
“OK, no problem! Sampai jumpa, Sandra!” jawab Pak Sanjaya sambil berlalu masuk kedalam studio dengan ditemani Lei.
Indri dan Sandra segera bergegas ke ruang ganti untuk mempersiapkan penampilan Sandra. Sandra lalu dirias dan dipakaikan sehelai gaun pengantin beserta aksesorisnya. Gaun pengantin berwarna krem tanpa petticoat itu tampak menonjolkan lekuk tubuh Sandra dan cukup serasi dengan aksesoris yang terpasang ditubuh Sandra.
“San, ingat kalau Pak Sanjaya juga akan melihat esksibisi ini! Ini kesempatan besar untukmu lho!” tegas Indri.
“Lho, memangnya kenapa, Mbak?” tanya Sandra heran.
“Kalau Pak Sanjaya merasa penampilanmu bagus malam ini, ada kesempatan karir untukmu di Taiwan!”
“Hah?” tanya Sandra setengah tak percaya.
“Iya, ini kesempatanmu untuk go international lho! Mungkin dia merantau dari Indonesia, tapi Pak Sanjaya itu sekarang sudah jadi pengusaha bridal terkenal di Taiwan, pastinya dia punya banyak koneksi! Kalau menurutnya kamu cocok dengan seleranya, pasti kamu ditawari untuk ikut eksibisi di Taiwan!” ujar Indri.
“Yang benar, mbak?”
“Iya, saya sering dengar kalau model-model kita yang masih muda ditawarkan untuk ikut acara di Taiwan dan rata-rata sukses lho! Mereka juga rata-rata malah jadi WN disana tuh!”
Sandra pun mulai berpikir dalam-dalam. Tentunya ini adalah kesempatan yang luar biasa baginya untuk mulai berkarir di kiblat internasional dan membuka peluang karirnya kearah yang jauh lebih baik. Tentu saja kesempatan emas ini sama sekali tidak boleh disia-siakan. Kesempatan modelling di Taiwan pastinya akan memperkenalkan dirinya dengan para desainer luar negeri yang dapat ia gunakan sebagai landasan karir modelingnya diluar negeri.
“Beres mbak! Saya akan usahakan tampil sebaik mungkin!” ujar Sandra mantap sambil melangkah ke arah panggung. Sandra segera berjalan dengan anggun diatas catwalk untuk memamerkan busana pengantin yang ia kenakan. Sandra bisa melihat Pak Sanjaya sedang duduk dikursi paling depan dengan ditemani oleh Lei. Pak Sanjaya duduk santai menonton penampilan para model sambil mengepulkan cerutunya sementara Lei sedang sibuk mengamati para model di catwalk itu sambil menulis beberapa catatan disebuah buku notes kecil. Sesaat pandangan mata Sandra dan Pak Sanjaya bertemu, Sandra pun segera tersenyum manis. Pak Sanjaya langsung merasa tertarik dengan kecantikan Sandra yang terpancar dari senyum manisnya itu. Sandra tetap menatap Pak Sanjaya sejenak sebelum memutarkan tubuhnya dan berjalan dengan anggun menuju kembali kearah ruang rias.
“Lei!” Pak Sanjaya segera memanggil Lei yang tampak masih sibuk menulis catatan di notesnya itu.
“Yes?”
“What do you think about that girl?” tanya Pak Sanjaya menanyakan pendapat Lei tentang Sandra.
“You mean, Miss Sandra, boss?” tanya Lei.
“Yes” angguk Pak Sanjaya
“She’s very talented and pretty. I heard she’s a famous model and actress in Indonesia” Jawab Lei memuji Sandra sambil menunjukkan profil Sandra yang ada dilayar telepon selulernya.
“An actress? Good! You like her?”
“Yes, I like her beauty. It’d be nice if she could join us, Boss.” Jawab Lei menekankan pendapatnya.
“Should I continue, boss?” tanya Lei yang siap untuk melanjutkan menulis pengamatannya di notes itu.
“No, it’s enough, we’ll take her with us! Call Indri, tell her that we’d like Miss Sandra to work with us.”
“OK, boss.” Jawab Lei sambil menekan tombol panggilan ke handphone Indri. Pak Sanjaya tersenyum lebar saat Lei memberitahu Indri tentang tawaran darinya untuk Sandra.
Sementara itu, Sandra terus bolak-balik dari arah catwalk ke ruang ganti dan sebaliknya untuk memperagakan semua busana-busana pengantin yang sudah dipersiapkan untuknya. Setiap kali Sandra berjalan di catwalk dan berada dihadapan Pak Sanjaya, ia tidak lupa untuk melemparkan senyum manisnya kehadapan Pak Sanjaya dan berputar anggun memamerkan kecantikannya itu. Sehingga Pak Sanjaya semakin tak kuasa menahan kesabarannya untuk mendapatkan Sandra.
Akhirnya acara peragaan itu selesai, Sandra masih sibuk di ruang ganti untuk membereskan riasannya. Terdengar suara pintu ruang itu diketuk.
“Masuk!” ujar Sandra mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk. Pintu itu dibuka dan Indri pun masuk dengan tergopoh-gopoh.
“Sandraa! Selamat ya!” ujar Indri dengan riang, senyumnya tampak mengembang lebar di wajahnya.
“Mbak Indri? Jangan-jangan...”
“Iya! Ms. Lei tadi menelepon saya! Dia bilang, Pak Sanjaya mau mengontrak kamu untuk eksibisi di Taipei!”
“Oh ya? Ya ampuun!” Sandra tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya lagi. Ia segera bangkit dari kursinya dan memeluk Indri. Indri segera membalas dengan memeluk kepala Sandra.
“Selamat ya, San! Kamu benar-benar hebat!”
“Iya mbak, makasih banyak ya mbak!”ujar Sandra. Ia masih setengah tidak percaya kalau ia berhasil mendapatkan kesempatan untuk tampil diluar negeri.
“Miss Sandra, selamat!” tiba-tiba terdengar suara Pak Sanjaya. Rupanya pria itu sudah berdiri diambang pintu ruang itu. Sandra segera menghampiri Pak Sanjaya dan menjabat tangannya.
“Pak Sanjaya! Terima kasih! Ini benar-benar kehormatan bagi saya!” ujar Sandra sambil tersenyum bahagia.
“No problem! Saya merasa puas dengan penampilanmu malam ini! Jadi apa kamu mau menerima tawaran saya?” tanya Pak Sanjaya.
“Anda akan kami sewa untuk eksibisi selama 2 bulan di Taipei dengan semua fasilitas termasuk biaya hidup anda ditanggung oleh kami. Seluruh pembayaran akan kami transfer ke rekening anda setiap kali anda menyelesaikan job dari kami. Penandatanganan kontrak akan dilakukan di kantor kami di Taipei.” Lei menambahkan isi kontrak yang akan ditandatangani oleh Sandra nantinya. Sandra terheran-heran mendengar intonasi dan kefasihan bahasa Indonesia Lei, seolah ia seorang WNI keturunan saja. Dari bahasanya, sama sekali tidak kelihatan kalau dia adalah orang Taiwan.
“Bagaimana? Tenang, biaya tiket pulang-pergi sudah kami siapkan kalau anda bersedia.” tanya Pak Sanjaya.
“Baik, saya bersedia Pak Sanjaya!” jawab Sandra sesegera mungkin.
“Bagus! Kita akan berangkat minggu depan. Tapi, saya punya 1 syarat!” tegas Pak Sanjaya.
“Syaratnya apa, Pak?”
“Kamu punya agen di Indonesia?” tanya Pak Sanjaya yang dijawab dengan anggukan Sandra.
“Jangan beritahu mereka tentang kesepakatan kita ini!” Pak Sanjaya segera mengutarakan syaratnya.
“Lho, kenapa?” tanya Sandra heran dengan syarat Pak Sanjaya.
“Kami tidak mau ada biaya-biaya tambahan dari agen anda, lagipula protokol-protokol yang ditetapkan agen akan memperlambat kontrak kita. Kami butuh anda segera di Taipei karena eksibisi kami akan dimulai minggu depan dan kami tidak bisa menunggu lama.” jelas Lei pada Sandra.
Sandra berpikir dan menimbang-nimbang alasan yang dikemukakan oleh Lei. Memang kalau menunggu protokol agen tentang kontrak, bisa memakan banyak waktu dan belum lagi tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk agen. Bisa-bisa kesempatan Sandra keburu lenyap sebelum agennya memberi izin untuk meneken kontrak dengan Pak Sanjaya.
“Baik, saya mengerti. Tapi, alasan apa yang bisa saya berikan ke agen saya supaya saya bisa berangkat dengan anda?” kembali Sandra bertanya.
“Bilang saja ada kontrak lanjutan dengan Indri. Jangan kuatir, saya bisa mengatur hal itu.” pungkas Pak Sanjaya sambil melirik ke Indri.
“Saya akan memperpanjang kontrakmu, jadi saya bisa menginformasikan ke agen kalau kamu saya sertakan dalam eksibisi diluar daerah. Tenang saja, surat pengantarnya bisa saya urus dengan bantuan Pak Sanjaya!” tegas Indri.
“OK, kalau begitu saya terima tawaran anda!” jawab Sandra dengan riang.
Lei segera mengeluarkan amplop dari tasnya dan menyodorkan amplop itu kepada Sandra.
“Ini tiket dan uang muka 20% dari kontrak anda, sisanya akan kami bayar di Taiwan begitu kita tiba. Silakan anda periksa terlebih dahulu” Ujar Lei. Sandra membuka amplop itu dan dilihatnya selembar tiket penerbangan ke Taiwan kelas VIP dan selembar cek dari bank. Nominalnya tidak tanggung-tanggung, jumlah $ 7.500 di cek itu cukup mengejutkan mata Sandra, apalagi mengingat jumlah itu hanya 20% dari seluruh jumlah yang akan ia terima kedepannya. Namun bukan uang itu yang memotivasi Sandra untuk menerima tawaran Pak Sanjaya, melainkan kesempatan yang terbentang lebar untuk masa depan karir modelingnya. Sandra sudah tidak sabar untuk mulai menapakkan kakinya di dunia modeling internasional.
“Hari Selasa nanti kita akan berangkat, kami harap anda menyediakan barang-barang yang hendak anda bawa karena anda akan di Taipei selama 2 bulan.” Lanjut Lei. Sandra mengangguk mengiyakan. Sekarang sudah terbuka jalan baginya untuk tampil di pentas Internasional yang sudah lama ia dambakan.
Hari demi hari berlalu, tanpa terasa akhirnya hari keberangkatan Sandra tiba juga. Selasa pagi harinya, Sandra dijemput oleh Pak Sanjaya ke bandara dan mereka pun berangkat ke Taiwan dan tiba di Ibukota Taiwan, Taipei pada sore harinya.
Karena menunggu proses pemeriksaan dan imigrasi, barang-barang bawaan Sandra sementara ditahan di kantor bea cukai Taiwan untuk diperiksa lebih lanjut. Tanpa menunggu pemeriksaan barang itu, Sandra pun langsung diantar ke kantor Pak Sanjaya untuk menandatangani kontrak. Sandra agak risau karena barang bawaannya ditinggal, namun Pak Sanjaya berhasil meyakinkan Sandra kalau barang bawaannya tidak akan bermasalah dan akan diantar ke hotel oleh staff Pak Sanjaya setelah diperiksa. Dalam perjalanan, Pak Sanjaya menelepon seseorang dan mereka berbicara dengan bahasa mandarin, yang tentu saja tidak dimengerti Sandra sama sekali.
“OK, come here with Mr. Wang and Ray, and bring the contract with you! She’s here.” Perintah Pak Sanjaya pada orang itu dalam bahasa Inggris sambil menutup ponselnya.
“Saya baru saja menelepon pengacara saya untuk membawakan kontrakmu, saya rasa dia sudah siap di kantor begitu kita tiba.” Ujar Pak Sanjaya pada Sandra.
Setelah beberapa menit berkendara, mereka akhirnya sampai di kantor Pak Sanjaya yang terletak di sebuah gedung perkantoran di Taipei, ibukota Taiwan. Pengaturan tata kota yang begitu indah amat berbeda dengan kesan yang sumpek yang sering ditemui Sandra di perkantoran ibukota.
Sesampainya di kantor, Pak Sanjaya, Lei dan Sandra segera masuk ke ruangan pribadi Pak Sanjaya. Disana sudah menunggu tiga orang pria yang berpakaian rapi. Salah satu pria itu sudah tua dan berjanggut putih, mungkin lebih tua dari Pak Sanjaya dengan sepasang kacamata bundar menutupi matanya yang sipit, tubuhnya yang walaupun lumayan berisi, tampak ringkih dan lemah karena ditelan usia. Disampingnya ada seorang pria paruh baya bertubuh kekar dan berwajah sangar. Pria terakhir tampak seperti eksekutif muda yang membawa sebuah koper.
“Perkenalkan, ini Mr. Fu, pengacara kami.” Ujar Lei sambil menunjuk kearah pria muda berkoper itu.
“Ini Mr. Ray dari kepolisian Taiwan.” Tangan Lei menunjuk pria bertubuh kekar itu.
“Dan Mr. Wang, klien kami.” Terakhir, Lei memperkenalkan pria tua itu.
Sandra agak heran dan curiga dengan kedatangan seorang polisi ke acara penandatanganan kontrak. Mungkin apabila yang hadir adalah pengacara atau klien, memang masuk akal karena mereka berkepentingan untuk acara itu. Sandra berusaha mengusir pikiran buruknya, mungkin saja Ray adalah bodyguard Mr. Wang, layaknya para bodyguard yang sering muncul di film-film laga Asia.
“OK, the contract!” perintah Pak Sanjaya, yang segera direspon oleh Fu. Fu langsung membuka kopernya dan mengeluarkan beberapa lembar surat. Surat-surat itu segera diserahkan ke Sandra.
“OK, Sandra, kamu boleh baca dulu.” Tukas Pak Sanjaya sambil menyandarkan dirinya. Pak Sanjaya dan Mr. Wang segera berbincang-bincang. Sandra agak risih juga karena tidak mengerti apa yang mereka bicarakan karena keduanya berbahasa Mandarin dengan dialek Kanton. Namun Sandra berusaha untuk tetap fokus membaca kontraknya. Kontrak itu ditulis dengan bahasa Inggris, Sandra yang mengerti akan pasal-pasal berbahasa Inggris itu tidak bermasalah dengan klausul-klausul kontrak itu, namun pandangannya tertuju pada sederetan huruf Mandarin yang terpampang dibagian paling bawah kontrak itu.
“Maaf, Pak Sanjaya. Apa artinya tulisan Mandarin ini?” tanya Sandra penasaran.
“Ooh, itu hanya formalitas untuk klien. Untuk administrasi dan peraturan pemerintah Taiwan.”
Sandra merasa agak aneh, sebenarnya ia hendak bertanya pada Lei. Namun sikap dingin wanita itu sudah cukup untuk membuat Sandra keburu mengurungkan niatnya
Setelah merasa kontraknya sudah sesuai, Sandra segera membubuhkan tanda-tangannya di kontrak itu. Lei mengambil kontrak itu dan meminta Pak Sanjaya dan Mr. Wang menandatangani kontrak itu. Setelah kontrak itu ditandatangani, Sandra segera disodorkan selembar kontrak yang lain, kali ini seluruhnya berbahasa Mandarin. Sandra pun makin heran dengan adanya kontrak kedua itu. Namun dibagian bawah kontrak itu tertulis kalimat dalam bahasa Inggris yang apabila diterjemahkan berbunyi:
“Kontrak ini akan berlaku dengan mutlak dengan didasari dengan hukum Taiwan. Pihak-pihak yang menandatangani kontrak ini tidak dapat membatalkan isi dan klausul kontrak ini.”
“Pak Sanjaya, apa maksudnya kontrak ini?” kembali Sandra bertanya dengan kebingungan.
“Ini kontrak antara kamu dan Mr. Wang. Dia tidak bisa berbahasa Inggris. Makanya kita pakai tulisan Mandarin supaya beliau mengerti.” Jawab Pak Sanjaya. Sandra melirik sejenak kearah Mr. Wang, dan mungkin perkataan Pak Sanjaya memang benar. Melihat penampilan Mr. Wang yang tampak tua dan kuno, pastinya ia tidak bisa berbahasa Inggris.
“Tenang saja, isinya hampir sama dengan kontrak yang kamu tandatangani barusan!” lanjutnya.
Sandra sedikit ragu, namun bayangan untuk mendapat kesempatan menjadi artis internasional membayangi pikirannya. Sandra pun membubuhkan tanda tangannya di kontrak tersebut. Pak Sanjaya dan Mr. Wang pun menyusul.
“OK, everybody we have the deal!” Pak Sanjaya lalu menstempel kontrak itu dengan cap perusahaannya sambil disaksikan oleh semua yang ada di ruangan itu.
“Pembayaran kami 20% berikutnya akan langsung kami transfer ke rekening anda di Indonesia.” Sambung Lei.
“Thank you, Pak Sanjaya, Mr. Wang!”ujar Sandra tersenyum sambil menjabat tangan kedua pria itu.
“Great! Nah, sekarang kamu boleh beristirahat dulu! Kamu akan diantar Fu ke hotel!” ujar Pak Sanjaya. Sandra mengangguk senang dan Fu pun mempersilahkan Sandra untuk ikut dengannya. Mereka pun segera keluar dari ruangan itu dan berlalu dengan mobil sedan milik Fu menuju ke hotel.
Tanpa disadari oleh Sandra, Pak Sanjaya membuka sedikit gordennya dan mengamati Sandra diam-diam dibalik celah gorden itu.
“Lei...” panggilnya pelan.
“Yes?”
“She’s just like you when I first met you.” Ujar Pak Sanjaya sambil menerawang sejenak mengingat pertemuannya dengan Lei dimasa lalu.
“It’s a history in the past boss.” Jawab Lei.
“Don’t remind me of it anymore.” Tegasnya pada Pak Sanjaya dengan dingin agar Pak Sanjaya tidak mengungkit masalah itu lagi.
“Sorry... sorry... don’t be angry, anyway, have you made the preparation?” tanya Pak Sanjaya menenangkan Lei sambil menanyakan tentang suatu persiapan pada Lei.
“All preparations have been made. She’ll be ready tonight.” Jawab Lei datar mengatakan bahwa semua persiapannya sudah beres dan siap digunakan malam itu juga.
“Good.” Pak Sanjaya lalu berjalan kearah Mr. Wang dan bercakap-cakap dengan bahasa Mandarin. Mr. Wang tampak senang dan mereka berdua tertawa-tawa. Mereka sama sekali tidak melihat atau menyadari ekspresi Lei yang sedikit menggigit bibirnya dengan geram sambil mengepalkan kedua telapak tangannya erat-erat.
Sementara itu, Sandra akhirnya tiba di kamar hotelnya. Sandra cukup kagum melihat interior kamar suite yang mewah dan luas itu. Sebuah ranjang besar dengan kasur empuk dan bantal bulu tampak nyaman untuk ditiduri, lengkap dengan pembatas kamar yang bisa ditarik untuk memisahkan ranjang itu dengan ruang santai yang dilengkapi saluran televisi dan berbagai jenis hiburan. Sebuah kamar mandi yang luas dengan dilengkapi jacuzzi kecil dan berbagai wewangian pasti bisa membuatnya betah berlama-lama berendam didalam bak itu. Sandra tidak bisa membayangkan kalau ia akan tinggal di kamar mewah itu selama dua bulan, terlebih lagi, tidak ada sepeserpun uang yang harus ia keluarkan karena semuanya sudah ditanggung.
“Have a nice rest.” ujar Fu sambil menyerahkan kunci kamar
“Thank you.” Balas Sandra. Fu segera berlalu pergi tanpa berbicara lebih lanjut.
Sandra pun segera menikmati nyamannya fasilitas-fasilitas hotel itu. Sandra segera merebahkan dirinya di ranjangnya. Rasa nyaman dan lembut ranjang itu membuatnya serasa melayang diatas awan-awan. Selama beberapa menit, Sandra melepas segala kepenatan tubuhnya sambil berbaring di ranjang itu.
Tanpa menunggu lama, Sandra segera mencoba jacuzzi kecil di bathtub hotel itu. Dibukanya keran air untuk memenuhi bathtub dengan air. Sambil menunggu air bathtub itu penuh, Sandra pun melepas pakaiannya satu persatu. Pertama-tama, dilepasnya sehelai gaun terusan berwarna hitam yang ia pakai, sehingga kini tubuhnya hanya berbalut celana dalam dan bra berwarna hitam. Kulit putih mulusnya tampak semakin jelas karena kontras dengan warna bra dan celana dalamnya.
Sejenak Sandra mengagumi keindahan tubuhnya di cermin kamar mandi itu, bra hitam yang masih menutup kedua payudaranya tetap saja tidak bisa menghilangkan keindahan dadanya yang justru tampak proporsional dengan tubuhnya itu. Belahan dadanya tampak menggemaskan karena bra yang dikenakannya itu. Perutnya yang ramping tampak menambah kemolekan tubuhnya ditambah dengan pinggang Sandra yang bulat dan pantatnya yang mulus dan montok tampak sensual dengan celana dalamnya yang terpasang ketat di selangkangannya.
“Bagus deh! Kalau begini pasti bisa untuk eksibisi minggu depan!” gumam Sandra sambil tersenyum.
Air hangat di bathtub itu pun akhirnya penuh. Sandra segera melepas seluruh pakaian dalamnya dan merendamkan tubuhnya menikmati air hangat itu. Aliran air jacuzzi itu seolah memijat-mijat ototnya yang pegal akibat perjalanannya dari tadi. Sandra segera merenggangkan seluruh tubuhnya menikmati semburan-semburan dari jacuzzi itu. Semburan air itu pada otot-ototnya memberi Sandra rasa nyaman yang tak terkira sejenak, rasa penatnya hilang seketika.
Melihat semburan air jacuzzi yang deras, timbul rasa penasaran dan iseng di benak Sandra. Sandra memposisikan tubuhnya sehingga air jacuzzi itu menyembur beberapa sentimeter dari bibir kewanitaannya. Sensasi tekanan air yang menyembur itu otomatis menggelitik vagina Sandra.
“Ah!” tanpa sadar Sandra mendesah pelan saat merasakan tekanan air itu menggesek melewati celah-celah vaginanya. Rasa geli menyergap tubuhnya sementara rasa nyaman yang menggelora menjalar secepat kilat melewati tubuhnya sehingga bulu kuduk Sandra berdiri sejenak.
Sandra beranjak bangun dari posisinya itu, dilihatnya semburan air itu masih berjarak cukup jauh dari tubuhnya, namun sudah bisa memberinya tekanan air yang menyamankan tubuhnya. Karena penasaran, Sandra kembali merebahkan tubuhnya, namun kali ini kakinya dibuka mengangkang lebar dan disandarkan dikedua sisi bathtub itu. Sandra pun mendekatkan tubuhnya kearah semburan air jacuzzi itu perlahan-lahan.
“Ooh...” Sandra meresapi nikmatnya semburan air itu divaginanya. Pelan-pelan dimajukannya tubuhnya semakin dekat kearah lubang tempat air jacuzzi itu menyembur. Semburan air itu semakin keras terasa sehingga syaraf-syaraf tubuh Sandra ikut menggelinjang. Serasa ada semburan rasa geli yang menjalari syaraf-syaraf tubuh Sandra. Sensasi kenimatan serasa menyemburkan kesetiap jengkal tubuhnya mulai dari vaginanya hingga ujung-ujung jarinya.
Jari-jari lentik Sandra perlahan-lahan membuka celah vaginanya sendiri. Akibatnya, semburan jacuzzi itu kini terasa hingga titik-titik bagian dalam vagina Sandra. Sandra memundurkan tubuhnya sedikit agar semburan air itu tidak melukai selaput daranya. Vagina Sandra serasa dipijat dengan lembut oleh air itu, dan rongga-rongga vaginanya terasa sedikit sejuk.
“Mmm... Ahh...” Sandra pun mendesah-desah kenikmatan. Sandra semakin berani untuk mengejar rasa nikmat itu; Jari Sandra kembali beraksi, kini jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya menahan celah-celah vaginanya agar terus membuka, sementara tangan kirinya mulai mengusap-usap permukaan vaginanya.
Selama beberapa menit bermain dengan air jacuzzi itu, rasa nyaman dan geli semakin mendera Sandra, kepalanya menegadah tinggi dan disandarkan dipinggiran bathtub itu, mulutnya terus mengeluarkan desahan-desahan yang kini bisa didengar diseluruh penjuru kamar mandi itu.
Sandra semakin cepat menggerakkan jari-jarinya dan ia bisa merasakan orgasmenya kian mendekat. Otot kakinya terasa pegal dan vaginanya serasa siap meledak. Pelan-pelan tubuhnya dimajukannya sedikit dan akhirnya...
“OOOKH...” Sandra mendesah keras seiring dengan meledaknya rasa nikmat dan nyaman dari vaginanya. Tubuh Sandra menggelepar sejenak saat rasa nikmat mulai meresap kedalam otot-ototnya, tubuhnya kemudian menegang kaku saat seluruh sendinya terasa lega dan nyaman selama beberapa detik. Tubuh Sandra pun akhirnya melemas seiring dengan berakhirnya orgasmenya itu.
“Haah... haah... hah...” terdengar suara nafas Sandra yang tersengal-sengal saat orgasmenya mereda. Wajah dan bahunya yang tidak terendam air kini bermandikan peluh. Sandra segera membasuh wajahnya dan membersihkan tubuhnya dari keringatnya itu.
Setelah membersihkan tubuhnya, Sandra segera mengambil sehelai handuk hotel dan melingkarkan handuk itu kesekujur tubuhnya. Sandra lalu membuka pintu kamar mandinya dan keluar ke kamarnya.
Sandra terkejut saat mendengar suara televisi yang dinyalakan. Seingatnya, ia tidak pernah menyalakan televisi di kamarnya sejak tiba di hotel. dan memang, televisi di kamar itu telah dinyalakan oleh seseorang.
“Sudah selesai?” tiba-tiba terdengar suara seorang wanita. Sandra segera mencari asal suara itu dan dilihatnya Lei sedang duduk santai menonton televisi itu. Sandra juga melihat kalau pembatas ruangan dikamar itu sudah ditarik sehingga ruang hiburan dan kamar tidurnya sudah terpisah.
“Miss Lei? Apa yang anda lakukan disini?!” tanya Sandra setengah terkejut melihat wanita itu.
“Saya datang untuk memberi tahu bahwa barang-barang bawaan anda tidak dapat dikeluarkan dari bea cukai hari ini.” Ujar Lei dengan tenang.
“Apa? Tapi semua pakaian dan peralatan saya ada disana!”
“Tenang saja, nona Sandra. Boss sudah membawakan pakaian untuk anda. Saya disini untuk mengantarkannya.” Jawab Lei sambil menunjuk kearah sebuah koper besar yang diletakkan disampingnya.
“Boss juga sudah menyiapkan segala keperluan anda. Semuanya ada di koper ini.” Lanjutnya.
“Ooh...” Sandra menghela nafas agak tenang. Tapi sebuah pikiran terbersit di benak Sandra sejenak. Apakah mungkin Lei mendengar suara desahannya saat ia bermasturbasi dengan jacuzzi barusan?
Kalau dilihat dari keadaan disekitarnya, Lei tampaknya sudah cukup lama berada di ruangan itu. Terbukti dari segelas jus jeruk diatas meja yang nyaris terminum habis.
“Ada masalah?” tiba-tiba pikiran Sandra terbuyarkan oleh suara Lei.
“Eh? Ti... tidak... tidak ada apa-apa!” jawab Sandra tergagap.
“OK, kalau begitu. Saya juga diminta oleh Pak Sanjaya untuk mencobakan busana peragaan untuk anda.”
“Busana... peragaan?” Sandra agak bingung dengan perkataan Lei barusan.
“Anda belum melihat lemari? Semuanya sudah kami siapkan disana.” Lei menoleh kearah lemari kamar itu.
Sandra segera berjalan menuju lemari kamarnya dan membuka isi lemari itu. Sandra langsung terkesima melihat berhelai-helai gaun pengantin dengan berbagai model dan variasi tertata rapi didalam lemari itu. Berbagai aksesoris-aksesorisnya pengantin juga telah tersimpan lengkap dan rapi di rak lemari.
“Silahkan anda memilih gaun yang anda suka. Pak Sanjaya juga mengizinkan apabila anda ingin menyimpan gaun yang anda pilih.” Ujar Lei sambil menelan sebutir es batu dari gelasnya.
Sandra benar-benar takjub melihat desain gaun-gaun itu. Semuanya tampak indah dan cantik, aksesorisnya tampak mahal dan pakaian pelengkapnya juga tertata lengkap hingga korset, petticoat ataupun pakaian dalam yang semuanya berwarna putih atau krem.
“Silahkan anda pilih riasan anda juga. Saya akan membantu anda untuk merias diri anda.” Lei mengeluarkan sebuah tas kecil, isi tas itu lalu ditata di meja rias. Sandra merasa cukup familiar dengan isi tas itu yang adalah berbagai jenis kosmetik yang lengkap.
Sandra pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Bagaimana tidak, dalam tiap eksibisinya, ia harus selalu memakai gaun pengantin yang ditetapkan sesuai dengan rancangan desainer yang terkadang tidak sesuai dengan selera hatinya. Tanpa ragu, Sandra segera memilih gaun pengantin dambaannya beserta segala aksesoris dan pakaian sesuai hatinya.
“OK, miss Lei! Saya pilih yang ini!” ujar Sandra dengan riang sambil menyodorkan sehelai gaun pengantin putih dan beberapa macam aksesoris kepada Lei.
“Baik, silahkan memakai lingerie anda di kamar mandi. Saya akan menyiapkan kosmetik anda.” Jawab Lei sambil mengambil gaun itu dari tangan Sandra.
Sandra segera beranjak ke kamar mandi dan memakai semua pakaian dalam yang ia pilih. Sandra memilih sehelai celana dalam sutra putih dengan renda-renda lucu, sepasang stocking putih yang halus dengan sulaman motif bunga dan sebuah bra strapless putih. Pertama-tama, ditutupnya kedua payudaranya dengan mangkuk bra itu dan kaitan bra itu dikaitkan dibelakang punggungnya. Sandra lalu memakai celana dalamnya yang segera menutupi kewanitaannya yang bersih dari rambut-rambut halus dan pantatnya yang montok. Terakhir, Sandra mengulur stocking putihnya dan memasukkan kedua jenjang kakinya kedalam stocking itu dan ditariknya stocking itu hingga kebatas pahanya, permukaan stocking yang halus itu memberi rasa nyaman bagi Sandra.
Setelah memakai pakaian dalamnya, Sandra segera menemui Lei yang sudah menunggu dimeja rias dari tadi. Sandra segera memilih kosmetik yang sesuai dengan seleranya. Lei dengan sigap merias Sandra dan memberi saran-saran dalam memilih kosmetik yang cocok untuk Sandra. Sandra terheran-heran dengan kemampuan Lei itu, seolah-olah dia seorang penata rias profesional. Memang, semua saran Lei benar-benar tepat dan sesuai sehingga Sandra terlihat makin cantik.
“Miss Lei, apa anda pernah bekerja sebagai penata rias?” tanya Sandra penasaran.
“It’s not your business. Saya disini atas perintah boss, itu saja” ketus Lei dingin. Sandra terpaksa mengurungkan niatnya untuk berbicara lebih lanjut dengan Lei. Sikap dingin wanita ini memang sering membuatnya sebal, namun Sandra tetap berusaha bersabar dan menjaga sikapnya.
Selama beberapa saat, Sandra dirias dan dipersiapkan oleh Lei. Suasana terasa dingin diantara mereka karena Lei sama sekali tidak mau berbincang-bincang. Ucapan dari mulutnya pun hanya sebatas pertanyaan mengenai pendapat Sandra tentang riasannya. Akhirnya Lei selesai merias Sandra.
“Silahkan anda lihat penampilan anda di cermin.” Tutur Lei mempersilahkan Sandra melihat cermin. Sandra segera berjalan kearah cermin dilemari pakaian untuk melihat penampilannya.
“Wow...” Sandra setengah tidak percaya saat melihat bayangannya di cermin. Bahkan ia sendiri pun takjub melihat kecantikannya dicermin itu. Sandra mengenakan gaun pengantin putih mutiara bermodel braless. Dua helai sutra tipis terjalin dari bagian dada gaunnya melewati pundak Sandra dan berakhir di pinggang Sandra, sutra itu terikat dengan hiasan bunga dari satin dipinggul Sandra. Karena bentuknya yang melewati punggung Sandra dan melebar, jalinan sutra itu tampak seperti sayap kecil.
Atasan gaun Sandra tampak polos, dengan hanya dihiasi renda mini di bagian dadanya dan sulaman benang yang rapi di bagian perutnya, yang menonjolkan kesan sederhana tapi anggun.
Pinggang Sandra yang ramping tampak jelas karena gaun itu dipersempit dibagian pinggang dan dihiasi dengan taburan manik-manik berbentuk pola garis. Dibagian bawahnya, rok gaun yang putih dan mengembang tampak cantik dengan taburan manik-manik berpola bunga. Rok itu berekor panjang, sehingga bagian belakangnya menyapu karpet kamar itu. Sandra memang sengaja memilih untuk memakai petticoat, karena gaun bermodel seperti gaun putri raja adalah impiannya sejak dulu.
Wajah Sandra dirias dengan amat baik dan serasi oleh Lei. Alis mata Sandra tampak lentik dan eye-shadow pink yang berkilau tampak serasi dipadukan dengan alisnya yang ditebalkan sempurna dengan eye pencil. Pipinya tampak merona dengan riasan make-up dan bedak, sementara bibirnya yang dilapisi lipstick merah terang tampak sensual. Sandra sengaja tidak menyanggul rambutnya, ia lebih memilih untuk membiarkan rambut panjangnya yang hitam tergerai bebas. Bando bunga sutra dipasangkan untuk menghiasi rambutnya yang tampak indah tergerai bebas. Penampilan Sandra memang tampak amat cantik, bahkan Sandra merasa penampilannya ini jauh lebih cantik dari penampilan-penampilannya sebelumnya.
“Bagaimana?” tanya Lei
“Bagus, saya benar-benar senang dengan penampilan ini.”
“OK, sekarang, silahkan anda minum pil ini.” Lei tiba-tiba menyodorkan sebutir pil dan segelas air untuk Sandra.
“Eh? O... obat apa itu?” Sandra terhenyak sesaat melihat pil yang ada di telapak tangan Lei. Sebuah firasat yang tidak mengenakkan langsung muncul di benak Sandra.
“Ini untuk servis anda ke Mr. Wang. Anda kami kontrak untuk itu.”
“Apa kaitannya dengan obat ini? Memangnya servis apa yang harus saya berikan?! Bukannya di kontrak saya tertulis kalau satu-satunya kewajiban saya adalah menjadi model eksibisi anda?” Sandra semakin kebingungan dan cemas.
“Ya, hal itu memang benar. Anda juga telah menandatangani kontrak dengan Mr. Wang bukan? Kontrak itu berisi pernyataan bahwa kami diizinkan untuk menggunakan anda sebagaimana kami kehendaki. Termasuk didalamnya anda wajib mematuhi semua perintah kami tanpa membantah. Sekarang kami ingin menggunakan jasa anda untuk melayani Mr. Wang dengan tubuh anda. Ini obat anti hamil supaya anda tidak hamil dari kegiatan anda dengan Mr. Wang.” Beber Lei dengan tenang. Seketika itu pula, Sandra merasa bagai disambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan Lei barusan.
“Apa?! Ini lelucon yang tidak lucu! Miss Lei!” bentak Sandra setengah tidak percaya.
“Saya tidak ingat kalau saya berkata bahwa ini lelucon, Miss Sandra. Ini adalah fakta. Anda telah menandatangani kontrak dengan kami dengan sukarela, maka kami berhak untuk memerintahkan anda untuk melakukan apapun.” Lei sama sekali tidak merespon kegundahan Sandra, malah Lei dengan tenang merapikan kacamatanya tanpa menghiraukan Sandra.
Mendengar pernyataan Lei, sejenak kepala Sandra serasa melayang. Ia tidak percaya kalau ia berhasil diperalat untuk menandatangani kontrak yang melacurkan dirinya. Kontrak berbahasa Mandarin yang ia tandatangani, yang disangkanya sebagai kontrak modelling ternyata malah merupakan surat kontrak bagi pelacur. Sandra tentu tidak rela kalau dirinya harus melayani lelaki tua seperti Mr. Wang. Bagaimana mungkin artis yang diidolakan oleh orang-orang sepertinya harus melayani seorang pria tua sebagai seorang pelacur? Hal itu benar-benar menghina dirinya dan menurunkan derajatnya sebagai seorang wanita.
“Tidak, saya tidak mau!! Saya akan tuntut kalian! Ini penipuan namanya!!” bentak Sandra.
Sandra segera berlari keluar dari kamar hotel dengan panik tanpa sempat mengganti busananya lagi. Ia berusaha untuk kabur secepat mungkin dari kengerian yang sebentar lagi menimpanya. Sandra berhasil membuka pintu kamar itu, namun belum sempat ia berlari keluar kamar, tiba-tiba sesosok tubuh yang kekar dri luar kamar itu langsung menangkap lengannya, memiting tangan Sandra ke pinggang dan dengan sigap menutup mulutnya sehingga suara Sandra teredam penuh. Sandra berusaha berontak, namun gaun yang dipakainya membuatnya tidak bisa leluasa bergerak dan tenaga orang itu membuat tangannya semakin terasa sakit.
Sandra sempat melihat sosok itu, yang rupanya adalah Ray, polisi Taiwan yang tadi ditemuinya di kantor Pak Sanjaya. Ray segera mendorong tubuh Sandra kembali masuk kedalam kamar hotelnya. Sandra tidak bisa melawan keras karena gaun pengantinnya membatasi pergerakannya sementara rasa sakit menyiksa tangannya yang terkunci oleh pitingan Ray. Hanya terdengar suara teredam dari mulut Sandra yang masih dibekap oleh telapak tangan Ray yang besar.
“Good job, Ray.” Puji Lei pada Ray yang masih mendekap tubuh Sandra dengan erat. Sandra tampak meronta-ronta kecil dengan suara yang teredam.
“Agh!” Sandra mengaduh saat Ray melepaskan dan mendorong tubuh Sandra dengan keras sehingga Sandra jatuh terjerembab ke ranjang itu. Sandra tidak bisa melawan banyak menghadapi tenaga pria yang kekar seperti Ray. Sandra melihat sekelilingnya dan dilihatnya Pak Sanjaya sedang duduk diatas ranjang itu sambil tersenyum. Pak Sanjaya segera bangkit dan mendekati Sandra.
“Pak Sanjaya! Apa-apaan ini!” Sandra tampak ketakutan melihat kedua pria itu dihadapannya. Pak Sanjaya hanya tersenyum menyeringai.
“Good job, Ray and Lei! She’s also a bitch, I see...” hina Pak Sanjaya pada Sandra.
“Kurang ajar! Jangan bicara sembarangan!” Sandra kembali berontak, namun Ray dengan sigap mencengkeram leher Sandra dengan tangannya dan mencekik Sandra diatas ranjang itu, sehingga tubuh Sandra tertahan di ranjang itu. Sandra megap-megap berusaha mengambil nafas karena cekikan Ray itu.
Lei memegang tangan Ray sambil menggeleng memberi isyarat. Seolah mengerti, Ray mengendurkan tekanannya dileher Sandra, sehingga Sandra bisa lebih leluasa bernafas, namun tekanan itu dapat menghentikan perlawanan Sandra.
“Itu fakta, Sandra. Suara lenguhan anda terdengar jelas sampai keruangan ini.” Jawab Pak Sanjaya. Rupanya sedari tadi ketiga orang itu telah bersiaga dikamar itu secara diam-diam, sehingga mereka dapat mendengar suara lenguhan Sandra yang sedang bermasturbasi dengan jelas.
Seketika itu pula Sandra mati kutu, ia tidak bisa membalas perkataan Pak Sanjaya karena ucapan lelaki itu memang benar. Memang tadi Sandra sempat bermasturbasi didalam kamar mandinya itu, sesuatu yang amat disesalinya saat ini. Sandra melihat ketiga orang itu dengan pandangan penuh kemarahan dan kebencian yang mendalam terhadap orang-orang itu.
“Kenapa? Mau menuntut kami? Better not to try it, Miss.” Ejek Pak Sanjaya.
“Anda telah masuk kedalam perangkap kami dan tidak mungkin anda bisa menghindari kontrak anda. Lebih baik anda menurut, atau karir anda akan melayang.” timpal Lei.
Sandra tampak tidak terpengaruh dengan ucapan Lei itu. Mana mungkin orang-orang Taiwan ini bisa merusak karirnya yang sudah gemilang di Indonesia? Hal itu tidak lebih dari sebuah propaganda konyol untuk menakut-nakutinya semata.
“Cantik tapi bodoh ya? Saya agak kecewa...” ujar Pak Sanjaya sambil menghela nafas.
“I’m tired of playing these games, Lei. Can you explain to this stupid girl? Maybe she’ll understand.” tanya Pak Sanjaya meminta Lei untuk menjelaskan keadaan pada Sandra. Sandra merasa amat tersinggung saat ia disebut “bodoh” oleh Pak Sanjaya.
“Up to you, Boss.” Jawab Lei mengiyakan permintaan Pak Sanjaya itu.
“Nona Sandra, apa anda sama sekali tidak curiga kalau kami melarang anda untuk membawa atau memberitahu agen anda tentang kontrak kita?” tanya Lei.
“Poin pertama: Agen anda tentunya akan marah apabila mereka tahu kalau anda meneken kontrak tanpa mendiskusikannya pada mereka bukan?” lanjutnya. Pikiran Sandra tiba-tiba mulai jelas dengan muslihat orang-orang ini.
“Tampaknya anda mulai mengerti. Ya, anda bisa saja menuntut kami, tapi jangan harap ada yang akan membantu anda di Indonesia. Bisa dibilang kalau anda telah mengkhianati agen anda, image anda sebagai artis baik-baik sudah hancur sejak anda menerima tawaran kami untuk ke Taiwan.” Papar Lei.
“Poin kedua: apabila media tahu apa yang terjadi pada anda di Taiwan, menurut anda apa yang terjadi? Saya dengar pers di Indonesia sangat tajam dengan hal seperti ini. Mereka pasti menganggap ini adalah balasan yang setimpal karena pengkhianatan anda yang dibutakan oleh materi dan uang. Tidak akan ada yang mau mendukung anda dan sudah jelas anda akan mendapat cap sebagai wanita murahan.” Imbuhnya.
Sandra semakin tidak berdaya mendengar perkataan-perkataan Lei. Kepercayaan dirinya yang tadinya begitu kokoh langsung runtuh begitu menyadari kalau ia telah terjebak sepenuhnya dalam rencana yang tersusun sangat rapi oleh orang-orang itu.
“Poin ketiga: anda telah menandatangani kontrak berdasarkan hukum Taiwan dan anda telah menyatakan persetujuan anda. Apabila anda melanggar kontrak itu, anda bisa berurusan dengan aparat di Taiwan atau didenda dengan nominal yang amat tinggi. Kami punya koneksi ke aparat kepolisian Taiwan. Inspektur Ray contohnya, maka kami bisa meyakinkan anda bahwa anda tidak akan diekstradisi ke Indonesia sebelum mendapatkan pelajaran dari mereka.”
“Poin terakhir: Anda sekarang berada di Taipei, ditengah Taiwan. Anda pikir siapa yang akan menolong anda?” ungkap Lei sambil berlalu pergi keluar kamar itu.
Begitu mendengar poin terakhir yang diutarakan Lei, seketika itu pula sekujur tubuh Sandra terasa lemas, semangat dan tenaganya untuk berontak langsung lenyap. Ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak punya jalan lain selain mematuhi semua keinginan orang-orang ini.
“Sekarang kamu tahu kenapa kamu saya panggil bodoh? Ada lagi, Mr. Wang juga fasih berbahasa Inggris, bodoh!” ejek Pak Sanjaya. Sandra segera menangis menyadari bahwa ia sudah tertipu mentah-mentah oleh Pak Sanjaya. Air matanya langsung mengalir turun membasahi wajahnya. Sandra sama sekali tidak menduga kalau Mr. Wang bisa berbahasa Inggris. Seharusnya ia sudah curiga sejak Mr. Wang mengamati isi kontrak yang berbahasa Inggris dengan seksama.
“Lebih baik kamu tidak macam-macam. Kalau kamu menurut, maka kami akan mengembalikan kamu ke Indonesia setelah konrtakmu selesai. Kami bisa jaga rahasia, percayalah.” Tiba-tiba Pak Sanjaya menimpali.
“Atau kamu bisa bekerja disini, seperti Lei.” Lanjutnya. Sandra membelalak mendadak tidak percaya dengan ucapan Pak Sanjaya itu.
“Maksud anda... Miss Lei...agh.. dia...” ujar Sandra terbata-bata karena cekikan Ray di lehernya.
“Yaa, Seperti kita, Lei juga Indonesian-Chinese. Kamu kira orang Taiwan bisa bisa bahasa Indonesia seperti itu? Baiklah, saya akan menceritakan sedikit tentang Lei.” jawab Pak Sanjaya.
Pak Sanjaya mulai bercerita dan akhirnya teka-teki masa lalu Lei terungkap juga, Lei adalah juga adalah korban dari jebakan Pak Sanjaya. Belasan tahun yang lalu, ada seorang gadis Indonesia yang baru menapaki karir modelingnya sebagai seorang model amatir. Pak Sanjaya berhasil menipu gadis itu dengan iming-iming kesempatan berkarir diluar negeri gadis itu pun terpaksa merelakan harga dirinya direnggut oleh penipuan itu. Saat dipulangkan ke Indonesia, keluarga gadis itu tidak mau menerimanya kembali akibat aib yang menimpa gadis itu. Akibatnya, gadis itu tidak menolak tawaran yang diberikan Pak Sanjaya sebagai sekretarisnya. Dari sanalah Pak Sanjaya memberi gadis itu nama “Lei” yang sampai saat ini masih digunakannya sehari-hari.
“Don’t worry, kami tetap akan menampilkan you di panggung modeling Taiwan. Sesuai kontrak yang kamu baca. Saya bukan penipu... I’m a real bridal businessman, saya hanya merangkap sebagai trafficker!”
“Tapi, kamu harus menuruti semua perintah kami dulu!!” lanjut Pak Sanjaya.
“Kalau... uhk... saya... tidak... mau? Uhk!” tanya Sandra terbata-bata karena ia sulit bernafas.
“Kamu bisa kami ekspor ke Cina atau Jepang untuk jadi pelacur disana! Beberapa gadis Indonesia dan Malaysia yang melawan sudah kami kirim kesana dan mereka sudah sukses, sebagai pelacur.” Jawab Pak Sanjaya santai.
Sandra sadar ia tidak mungkin menolak tawaran Pak Sanjaya ini. Bayangan dirinya yang bekerja sebagai pelacur di negeri yang asing sudah lebih dari cukup untuk membuatnya mengurungkan niat melawan orang-orang ini. Mungkin ia akan kehilangan kehormatannya disini ataupun bekerja sesuai perintah Pak Sanjaya selama ia terikat kontrak itu, namun setidaknya ia bisa kembali pulang ke Indonesia dan terhindar dari pemerasan lebih lanjut.
“So?” tanya Pak Sanjaya sambil mengrenyitkan matanya dengan tajam menatap Sandra.
“I... accept...” ujar Sandra dengan lirih, menerima tawaran Pak Sanjaya.
“Good, good! Rupanya kamu memang tidak bodoh, Sandra.” Ejek Pak Sanjaya sambil tertawa-tawa. Pak Sanjaya menepuk pundak Ray dan berbicara dalam bahasa Mandarin; memerintahkan Ray untuk melepaskan cekikannya. Ray mengangguk tampak mengerti, segera dilepaskannya cengkeraman dileher Sandra. Sandra pun langsung terbatuk-batuk dan tersengal-sengal mengambil nafasnya.
“Lei, sini!” panggil Pak Sanjaya.
“Ya, bos?” jawab Lei yang berjalan menghampiri Pak Sanjaya.
“Tolong siapkan Sandra tentang cara melayani yang baik. Malam ini dia sudah harus siap!” perintah Pak Sanjaya.
“Whatever you wish.” Jawab Lei patuh.
“Good, I’m counting on you!” Pak Sanjaya tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Lei. Pak Sanjaya menoleh dan melihat Sandra yang masih terbaring lemas diatas ranjang itu, seringainya kembali muncul.
“Lei sudah banyak pengalaman dan ahli! Pastikan kalau kamu belajar darinya atau kamu jadi barang ekspor besok! Jangan coba-coba kabur, Ray akan menunggu diluar!” ancam Pak Sanjaya pada Sandra sambil berlalu pergi ditemani oleh Ray. Lei segera membuka koper hitam yang dibawanya dan mengeluarkan isinya dihadapan Sandra yang hanya bisa terisak meratapi nasib malangnya itu.
“Nah, minumlah pil itu dulu kalau anda tidak mau hamil.” Saran Lei pada Sandra sambil mengulurkan pil itu kepada Sandra. Sandra dengan penuh keterpaksaan menelan pil anti hamil itu.
“Ah!” Sandra menjerit saat Lei tiba-tiba menarik pergelangan tangan Sandra dan melorotkan sarung tangan Sandra hingga sikut Sandra terlihat. Lei kembali mencari sesuatu didalam koper hitam itu. Akhirnya ia menemukan benda yang dicarinya itu dan mengeluarkannya dari koper. Sandra tampak tertegun saat melihat sebuah tabung jarum suntik yang penuh berisi semacam cairan bening sedang tergenggam ditangan Lei. Tampak Lei membuka sebungkus jarum suntik yang masih steril dan memasangkannya ke tabung jarum suntik itu.
“A... aapa itu?” tanya Sandra khawatir.
“Jangan takut. Ini bukan narkoba, saya jamin anda tidak akan ketagihan. Ini untuk servis anda nanti.” Beber Lei.
“Tidak, saya tidak mau disuntik!” jawab Sandra sambil menarik tangannya dari cengekeraman Lei.
“Apa perlu saya panggil Ray? Kalau anda menurut, saya tidak akan melakukan hal-hal yang akan melukai anda. Atau mungkin anda memang ingin Ray yang memaksa anda?” ancam Lei.
Sandra menggeleng. Tentu saja ia tidak mau berurusan lagi dengan pria sangar seperti Ray yang tadi bertindak kasar padanya. Mungkin memang lebih baik apabila ia mau menuruti perintah Lei. Sekali lagi, dengan terpaksa, Sandra mengulurkan tangannya kepada Lei; yang segera menyuntiknya dengan cairan itu. Sandra melihat Lei kembali mengisi ulang suntikan itu dan menyuntikkan cairan yang sama ke tubuhnya sendiri dan meminum sebutir pil merah.
Saat mengamati gerak-gerik Lei, tiba-tiba kepala Sandra terasa melayang sejenak dan tubuhnya terasa ringan seolah terbang diatas awan. Sandra pun langsung rebah diatas ranjangnya itu. Detak jantung Sandra terasa semakin cepat, wajahnya memerah dan vaginanya terasa berdenyut-denyut. Lei tersenyum saat melihat obat itu mulai bereaksi didalam tubuh Sandra, ia pun segera berbaring terlungkup diatas Sandra sambil menyibakkan rambut indah Sandra itu.
“Sekarang, mari kita mulai pelajaran anda.” Bisiknya sambil melepas kacamatanya dan tersenyum. Sandra tidak bisa berbuat banyak lagi, rasanya ia kehilangan seluruh tenaganya. Sekarang Sandra hanya bisa pasrah menuruti perintah Lei.
Sementara itu, Pak Sanjaya segera keluar dari hotel itu dan kembali ke kantornya untuk membereskan pekerjaan yang masih tersisa. Setelah selesai, Pak Sanjaya segera menjemput Mr. Wang di restorannya sambil menunggu Lei selesai mengajari Sandra. Saat bertemu dengan Mr. Wang, kedua pria itu segera berbincang-bincang mengenai bisnis mereka. Mr. Wang cukup bahagia dengan keuntungan perusahaannya, wajahnya semakin ceria saat mendengar “pesanannya” sudah datang dan siap dipakai sebentar lagi. Kedua pria itu lalu memuaskan diri mereka dengan menenggak beberapa gelas arak. Selama beberapa jam mereka tampak akrab bercengkerama sambil menyantap hidangan dan meminum arak sepuas hati mereka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tidak terasa sudah 5 jam sejak Pak Sanjaya meninggalkan Sandra dan Lei. Mereka pun segera meluncur ke hotel tempat Sandra menginap untuk mendapatkan hiburan yang sudah mereka tunggu dari tadi.
Sesampainya di hotel, mereka segera menuju ke kamar Sandra. Pak Sanjaya melihat Ray masih bersiaga didepan pintu kamar itu. Ray mengacungkan jempolnya saat melihat Pak Sanjaya, memberi tanda bahwa semua berjalan lancar. Mr. Wang menunggu tanda dari Pak Sanjaya diluar kamar sambil ditemani oleh Ray, sementara Pak Sanjaya segera masuk ke kamar itu untuk melihat persiapan Lei dan Sandra.
Pak Sanjaya melihat pintu kamar mandi yang ditutup, tanda bahwa seseorang ada didalamnya. Sementara Lei sedang berdiri diluar pintu kamar mandi itu
“How is it, Lei?” tanya Pak Sanjaya.
“Dia sudah siap untuk dipakai kapan saja. Untung dia bisa lancar berbahasa Inggris.” jawab Lei.
“Lho, kenapa kamu berbahasa Indonesia? Bukannya kita sepakat berbahasa Inggris?” tanya Pak Sanjaya heran.
“Bukannya sudah saya bilang untuk tidak mengungkit-ungkit masa lalu saya?” ketus Lei dengan dingin.
“Sudah! Anda siap-siap saja dengan Mr. Wang, nanti baru kita selesaikan urusan kita. Saya sudah menyuruh Sandra untuk bercakap-cakap dengan bahasa Inggris, supaya Mr. Wang terbiasa.” Tutur Lei.
“Sempurna! Persiapkan dirimu juga, Lei. Pakai pakaian seperti biasanya!” Pak Sanjaya tampak puas dengan jawaban Lei dan memerintahkan Lei untuk mempersiapkan dirinya. Lei segera beranjak mengambil sebungkus seragam berwarna hitam dan masuk ke kamar mandi.
Pak Sanjaya kembali keluar menemui Mr. Wang sambil menunggu tanda siap dari Lei. Beberapa menit kemudian, ponsel Pak Sanjaya berbunyi.
“We’re ready.” Ujar Lei dari balik pintu kamar itu. Tanpa menunggu lama, Pak Sanjaya segera mempersilahkan Mr. Wang untuk masuk ke kamar itu. Mereka melihat Lei yang sudah berganti pakaian. Penampilan Lei yang tadinya tampak kaku dengan baju sekretarisnya yang formal kini berubah total, ia tampak amat sensual dengan pakaiannya itu yang menonjolkan seluruh keseksiannya yang terpendam.
Lei kini memakai sebuah bra yang tidak memiliki penutup payudara sehingga payudaranya yang lumayan besar menyembul keluar dan sehelai celana dalam g-string berwarna hitam. Lei juga memakai stocking hitam dari sutra. Rambut Lei diikat membentuk ekor kuda sementara bibirnya dilapisi lipstick hitam. Kacamata Lei sudah dilepas dan ia tampak memakai kontak lens berwarna hijau.
Lei segera mempersilahkan Mr. Wang untuk duduk di ranjang dan meminumkan sebutir obat kuat kepada pria tua itu. Mr. Wang segera menelan obat berbentuk pil itu. Sambil menunggu obat itu bereaksi, Lei berdiri dihadapan Mr. Wang dan Pak Sanjaya.
“OK, now for the main course...” Ujarnya pelan sambil berjalan ke pintu lemari yang masih tertutup.
“Gentlemen, I present you Ms. Sandra Dewi!” seru Lei sambil membuka pintu lemari itu lebar-lebar.
Seketika itu pula mata kedua pria itu membelalak saat melihat seorang pengantin wanita yang amat cantik sedang berdiri didalam lemari itu. Lemari hotel yang besar itu memang lebih dari cukup untuk menampung tubuh Sandra apabila semua isinya dikeluarkan. Sandra tampak masih memakai gaun pengantinnya seperti yang dikenakannya tadi, hanya riasan wajahnya tampak diperbarui, namun tidak menggantikan bentuk riasan awalnya. Tangan Sandra tampak menyilang memegangi kedua payudaranya, wajahnya memerah, nafasnya tersengal-sengal dan tubuhnya tampak gemetar.
Lei beranjak mundur untuk memberi ruang bagi Sandra. Sandra lalu keluar dari lemari itu dan berjalan kehadapan ketiga orang itu. Pak Sanjaya puas saat melihat ekspresi wajah Sandra. Mata Sandra tampak sayu dan bibirnya tak henti-hentinya menghembuskan nafas yang berat, persis seperti wanita yang sedang dilanda nafsu birahinya.
“A bridal gown? I never thought you’ll give her a costume like that! It suits her!” komentar Mr. Wang melihat penampilan Sandra yang berbusana pengantin.
“Sure is! She’s a bridal model in Indonesia, so nothing fits her better than a wedding dress!” jelas Pak Sanjaya yang menerangkan latar belakang Sandra sebagai seorang model gaun pengantin yang cocok untuk berbusana pengantin.
“Hyah!” jerit Sandra saat Lei mendadak merangkul pinggangnya. Lei mendekatkan wajahnya ke wajah Sandra sambil menjulurkan lidahnya. Dijilatinya jenjang leher Sandra dengan pelan. Sandra hanya merintih pelan merasakan rasa geli yang ditimbulkan oleh jilatan Lei.
“Mistress...” terdengar panggilan pelan Sandra untuk Lei, seperti seorang budak pada majikannya.
“What?” tanya Lei.
“Give me orders, Mistress... hhh...” Sandra tampak terhanyut seperti orang mabuk. Ia meminta Lei untuk memberinya perintah, kini ia lebih tampak seperti seorang budak seks.
“You said she’s a good girl?! What are you giving her? She looks like a slut to me!” bisik Mr. Wang penasaran melihat tingkah laku Sandra, seolah tidak percaya bahwa Sandra adalah gadis baik-baik, seperti yang diceritakan oleh Pak Sanjaya..
“Just a dose of some strong sex drugs and some training from Lei.” Jawab Pak Sanjaya sambil mengutarakan bahwa Sandra sudah direcoki dengan berbagai obat perangsang sehingga kesadaran Sandra benar-benar lenyap dan sepenuhnya dikuasai oleh nafsu seksnya akibat pengaruh obat-obat itu.
“Really?” tanya Mr. Wang setengah tidak percaya.
“Watch this. I’ll show you.” Balas Pak Sanjaya yang hendak membuktikan ucapannya
“Sandra!” panggil Pak Sanjaya.
“Y...yes?” Sandra tampak melihat kearah panggilan Pak Sanjaya itu.
“Who are you now?” tanya Pak Sanjaya pada Sandra.
“I’m your sex-slave, boss... You’re my master and Mistress Lei is my Mistress... I’m yours...” beber Sandra yang mengakui bahwa dirinya tidak lebih dari budak seks milik Pak Sanjaya dan Lei.
“Please... give me orders... pleasee... Master...” pinta Sandra terbata-bata akibat pengaruh obatnya itu.
“Should I undress her, Master?” tanya Lei menawarkan untuk melucuti pakaian Sandra.
“No let her wear that dress. She looks pretty like a princess.” Perintah Mr. Wang sambil memuji kecantikan Sandra yang bagaikan seorang putri.
“Mmm!” tiba-tiba Lei memeluk tubuh Sandra dan memagut bibir pengantin cantik itu. Suara Sandra kini teredam oleh ciuman dari Lei. Lei segera melingkarkan tangannya kepinggang Sandra sambil meremas pantat Sandra. Kedua wanita itu saling berciuman selama beberapa menit. Pak Sanjaya dan Mr. Wang bisa melihat bagaimana Lei menjelajahkan lidahnya memasuki mulut Sandra dan menjilat-jilat bibir Sandra yang merah merekah, sementara Sandra menampung dan mereguk ludah Lei yang tertuang didalam mulutnya.
Pemandangan itu tampak amat kontras, seorang pengantin wanita cantik bergaun putih yang tampak suci kini sedang digeluti oleh seorang perempuan berpakaian serba hitam seperti wanita nakal dan murahan. Mereka saling memagut bibir pasangannya seolah mereka benar-benar saling mencintai. Namun perpaduan kekontrasan kedua wanita itu tampak elok dan merangsang kedua pria tua itu.
“Hahh...” Sandra bernafas lega sesaat setelah Lei berhenti memagut bibirnya. Lei meraih dagu Sandra dan menyelipkan sesuatu kedalam mulut Sandra.
“Thank you... Mistress...” Sandra berterima kasih pada Lei.
“That was good. Now, ask Mr. Wang to turn you on.” Perintah Lei pada Sandra.
“Yes, mistress...” jawab Sandra pelan.
Sandra segera berjalan menuju arah Mr. Wang sambil tersenyum. Sesampainya dihadapan Mr. Wang, Sandra segera membungkukkan tubuhnya seolah memberi hormat dan berlutut dihadapan Mr. Wang yang masih duduk di sofa.
“She’s got something for you. Show your hands, Wang.” Ujar Pak Sanjaya. Mr. Wang segera menegadahkan tangannya dihadapan Sandra. Sandra memposisikan wajahnya dihadapan tangan Mr. Wang. Perlahan-lahan, dikeluarkannya sebutir kapsul dari mulutnya dan diletakkannya kapsul itu ditangan Mr. Wang. Kapsul itu tampak berkilat dan basah dengan air liur Sandra.
“What’s this?” tanya Mr. Wang bingung.
“Please insert it in me...” tiba-tiba Sandra memegang tangan Mr. Wang dengan manja sambil melirik rok gaunnya, meminta Mr. Wang untuk memasukkan kapsul itu kedalam tubuhnya. Mr. Wang agak bingung, namun Sandra sudah keburu menarik tangan pria tua itu kearah ranjang. Sandra segera mengangkat roknya dan menaiki ranjang itu dalam posisi merangkak.
Sandra menarik rok gaunnya hingga ke pinggang. Celana dalamnya yang putih tampak basah dan kini terpampang jelas dihadapan Mr. Wang. Sandra pun menggoyang-goyangkan pantatnya untuk menggoda Mr. Wang yang mulai terpengaruh oleh obat yang diminumnya.
“Pleasee... Master... insert it into my pussy... Sandra loves it!” celoteh Sandra sambil mengedipkan matanya seperti seorang pelacur murahan, meminta Mr. Wang untuk memasukkan kapsul itu kedalam vaginanya.
Sandra menunggingkan tubuhnya dihadapan Mr. Wang, sementara Pak Sanjaya membetot celana dalam Sandra kesebelah kiri sehingga vaginanya terpampang dihadapan kedua pria tua itu. Mr. Wang awalnya agak ragu, namun kapsul itu akhirnya dimasukkannya kedalam vagina Sandra dan jarinya segera mendesak kapsul itu masuk kebagian vagina Sandra yang terdalam.
“Ah!” Sandra menjerit kecil saat jari-jari kasar Mr. Wang mendesak masuk kapsul itu hingga sedalam mungkin di vaginanya. Wajahnya agak tampak agak cemas saat Mr. Wang menarik keluar jarinya.
“Now, watch the show!” seru Pak Sanjaya sambil mendekati Mr. Wang. Mereka berdua lalu duduk dibelakang tubuh Sandra yang masih menungging. Selama beberapa menit awal, tampak tidak ada perubahan dengan Sandra, namun beberapa menit kemudian, Sandra tampak mulai mengeluarkan desahan pelan.
“Bagaimana?” tanya Pak Sanjaya pada Sandra.
“It’s melting... ooh...” tubuh Sandra tampak mulai berkeringat, sementara pinggulnya tampak bergetar. Kapsul itu terasa meleleh didalam vaginanya. Perlahan-lahan tampak cairan seperti busa berwarna agak putih mulai meleleh keluar dari vagina Sandra.
“Heegh... aah...” kembali terdengar suara desahan dari bibir Sandra, sementara badannya mulai bergetar. Sandra berusaha meresapi sensasi ransangan akibat kapsul itu.
“Kyah!” Sandra tiba-tiba menjerit saat Pak Sanjaya mencolek-colek vaginanya yang basah itu.
“She’s ready. But let’s play with her for a little while.” Usul Pak Sanjaya pada Mr. Wang untuk mempermainkan Sandra. Mr. Wang mengangguk senang tanda setuju.
“Lei, help us! Play with her panties!” perintah Pak Sanjaya pada Lei untuk mempermainkan celana dalam Sandra. Lei mendekati Sandra dan berlutut dibelakang tubuh Sandra. Celana dalam Sandra dipilinnya sehingga berbentuk mirip seperti G-string. Bentuk tali itu diselipkan kecelah vagina Sandra dan celana dalam itu segera digerakkan maju-mundur oleh Lei dengan cepat sehingga menggosok-gosok kewanitaan Sandra.
“Aah! Oh! Mistress!” jerit Sandra saat gesekan itu menimbulkan rasa sakit yang bercampur rasa geli di kewanitaannya. Karena celana dalam itu dihiasi oleh renda-renda, maka gesekan renda itu juga sesekali menggesek klitorisnya. Sehingga tubuh Sandra terasa tersetrum oleh kenikmatan. Lei dengan giatnya menggesek-gesek vagina ‘budak’nya itu dengan ritme yang berganti-ganti. Saat merasa Sandra akan orgasme, Lei segera menghentikan gesekannya itu atau memperlambat gesekannya dengan drastis. Akibatnya, Sandra semakin kepayahan karena orgasmenya gagal tercapai, apalagi dengan rasa nikmat yang menjalari pinggulnya akibat efek kapsul perangsang yang ditanamn kedalam vaginanya oleh Mr Wang.
“Aahh... pleasee... no moreee... Haaahh...” desah Sandra dengan keras menahan gejolak orgasmenya.
“If you wanna cum, you have to beg!” bentak Lei pada Sandra agar Sandra memohon padanya.
“Y...yes... pleasee... let me cum! Mistress!! Pleasee!” pinta Sandra memohon orgasmenya dengan putus asa. Lei melirik kearah Mr. Wang sejenak.
“She’s all yours! Do as you wished!” ujar Pak Sanjaya memberi izin kendali sepenuhnya pada Mr. Wang.
Mr. Wang tampak tersenyum dan mengangguk. Sementara Pak Sanjaya merebahkan dirinya di sofa sambil menghisap cerutu kesayangannya.
“OK, Master said you can cum.” Ujar Lei pada Sandra tentang izin orgasme dari Mr. Wang.
“Thank you... ooh.... thank you... Mas... ter... AAAHGHH!” Belum sempat Sandra menyelesaikan kalimatnya, Lei sudah menggesekkan celana dalamnya dengan kasar dan cepat hingga menyentuh klitoris Sandra. Tubuh Sandra pun ikut bergerak-gerak liar akibat rasa geli yang nikmat karena gesekan renda celana dalamnya sendiri.
“Aah... aagh... aaghhh... AAAH!” Sandra akhirnya menjerit keras saat orgasmenya melanda seluruh simpul syarafnya. Semua rasa nikmat itu benar-benar meresap hingga kedalam sumsum tulangnya akibat reaksi tambahan dari obat yang dikonsumsinya itu. Tubuh Sandra menegang kaku dan otot-otonya serasa mengeras saat gelombang kenikmatan orgasmenya melanda sekujur tubuhnya.
Tak pelak, tubuh Sandra pun roboh keatas ranjangnya itu setelah tubuhnya terasa lega. Nafas Sandra terdengar memburu kelelahan. Sekujur tubuh Sandra yang baru terbebas dari orgasmenya itu terasa lelah, namun anehnya otak Sandra masih merasa ingin meraih kenikmatan yang lebih dalam lagi.
Sandra mendongakkan kepalanya sejenak dan dilihatnya Mr. Wang sedang melucuti seluruh pakaiannya. Mata Sandra membelalak tidak percaya melihat bentuk tubuh Mr. Wang yang sesungguhnya. Walaupun sudah tua, rupanya tubuh Mr. Wang kekar berotot dan padat. Otot bisepnya tampak mencuat dengan urat-urat yang menonjol. Padahal saat mereka bertemu tadi siang, penampilan Mr. Wang tampak ringkih dan lemah, seperti orang yang sudah tinggal menunggu ajalnya saja. Sandra sama sekali tidak menduga kalau dibalik kemeja dan jas formal yang menutupi tubuh Mr. Wang, tersembunyi badan kekar bak binaragawan.
Sandra semakin tertegun saat melihat kemaluan Mr. Wang yang sudah sepenuhnya menegang, penis besar itu tampak tegak dan agak kemerahan. Urat-urat kemaluannya tampak jelas menonjol.
Mr. Wang segera naik keatas ranjang itu dan berlutut dihadapan wajah Sandra. Penis raksasanya itu kini sudah menggantung dihadapan wajah Sandra. Mata Sandra tampak berbinar saat melihat penis Mr. Wang dihadapannya.
Lei mendudukkan dirinya disamping Sandra dan ia pun segera beraksi, diraihnya penis Mr. Wang dan dipermainkannya penis itu dengan tangannya. Penis Mr. Wang diurut dan dikocok-kocok oleh Lei. Sementara Sandra tampak termangu melihat majikannya itu memainkan penis Mr. Wang dengan lihainya.
“Sandra, play with Master’s balls.” Perintah Lei sambil mengangkat batang penis Mr. Wang keatas sehingga kantung zakar Mr. Wang kini terpampang jelas.
“Yes, mistress...” Sandra segera mendekati penis Mr. Wang. Perlahan-lahan, Sandra membuka mulutnya dan melahap kantung zakar Mr. Wang. Dikulumnya kedua buah zakar Mr. Wang dan dikenyotnya dengan lembut, sehingga Mr. Wang merasa ada sensasi pijatan yang nikmat dikedua buah zakarnya itu.
“Good...” gumam Mr. Wang saat merasakan nikmatnya kehangatan mulut kedua wanita itu pada penisnya. Lidah Lei menari-nari menjilati kepala penisnya sambil mengocok lembut penis Mr. Wang naik-turun. Sementara kenyotan Sandra pada kedua buah zakarnya, kehangatan mulut Sandra dan kelembutan bibir pengantin cantik itu merangsang gairah Mr. Wang yang kian memuncak.
“Mmm... mmh...mmh...” gumam Sandra pelan sambil mengemuti dan mempermainkan kedua buah zakar Mr. Wang. Sesekali dibelainya kantung zakar Mr. Wang dengan lidahnya, seperti yang sudah diperintahkan dan diajarkan oleh Lei. Sandra sesekali melihat majikannya yang tampak senang menjilati penis Mr. Wang. Lei tampak tersenyum sambil menjilati penis itu, seolah penis itu adalah es krim. Lidah Lei yang menjulur tampak membelai-belai pangkal penis Mr. Wang sehingga Mr. Wang semakin merasa nikmat. Sandra merasa penasaran dan heran dengan tingkah majikannya itu. Lei yang biasanya diam dan dingin kini seolah-olah menjadi orang lain yang berbeda drastis, ia tampak aktif penuh semangat dan ceria.
Lei sedikit menoleh dan melihat wajah Sandra yang tampak ingin menjilati penis Mr. Wang itu. Lei lalu sedikit bergerak menyamping seolah memberi ruang bagi Sandra.
“Take it, you want to taste it too, right?” tanya Lei memberi kesempatan pada Sandra. Sandra mengangguk senang dan langsung melepas kulumannya dari buah zakar Mr. Wang dan merebut penis Mr. Wang dari Lei. Sandra segera menjulurkan lidahnya dan kini ia ikut menjilati penis Mr. Wang.
Melihat aksi Sandra, Lei tidak mau ketinggalan. Dengan sigap, Lei melahap pinggiran penis Mr. Wang dari samping.dan memijat batang penis Mr. Wang dengan bibirnya. Kedua wanita itu tampak berebutan untuk mengoral penis Mr. Wang. Mr. Wang tersenyum melihat pemandangan itu, bagaimana dua wanita cantik; seorang pengantin muda yang cantik dan seorang pelacur yang seksi sedang berebut untuk mengulum penisnya.
“Wonderful...” gumam Mr. Wang.
Sandra tiba-tiba melahap kepala penis Mr. Wang, seolah menyatakan kalau kepala penis itu adalah bagiannya. Diemutnya penis itu dengan lembut sambil menjilat-jilati ujung penis Mr. Wang.
“Mmm...” gumam Sandra seperti sehabis mencicipi makanan yang enak sekali.
“Good! You like it? Sandra?” ujar Mr. Wang sambil membelai kepala Sandra dengan pelan. Sandra mengangguk senang sambil tersenyum.
“Not bad...” puji Lei pada Sandra.
“But you’re still not good. Look at this!” tiba-tiba Lei mendorong kepala Sandra kebelakang sehingga kuluman Sandra terlepas. Lei lalu kembali mengajari Sandra, ia segera memasukkan penis Mr. Wang kedalam mulutnya. Ujung penis Mr. Wang dipencetnya dengan erat, sementara kepalanya digerakkan maju-mundur untuk menjemput penis raksasa itu.
“How is it, Master? Mmm...” Lei menanyakan pendapat Mr. Wang sambil menghisap kepala penis Mr. Wang dengan kuat.
“Good... oooh... you’re good, Lei!” puji Mr. Wang. Lei melepas penis it sesaat dan membelai penis itu dengan jari-jarinya. Lei lalu menggosok-gosok penis itu ke pipinya sambil tersenyum riang.
Sandra tampak merengut, ia segera menyambar pangkal penis Mr. Wang dengan mulutnya sebelum Lei sempat memasukkan penis itu kembali kedalam mulutnya. Kekontrasan pola mengulum antara Lei yang sudah mahir dan berpengalaman dengan Sandra yang masih pemula membuat Mr. Wang benar-benar merasa keenakan.
Lei menyingkir sejenak memberikan kesempatan bagi Sandra untuk mengoral penis Mr. Wang. Lei segera memposisikan tubuhnya disamping Sandra dan menyusupkan tangannya kedalam gaun bagian dada Sandra. Lei dengan lembut memijat payudara kanan Sandra sambil memencet puting Sandra dengan pelan.
“Hmm... ach... auh! Mmm... Mis... tress...” Sandra menggumam sambil merintih pelan karena pijatan-pijatan lembut Lei yang semakin membuat gairahnya bergejolak. Mr. Wang juga tidak ketinggalan, tangannya ikut bergerak meremas payudara Sandra bagian kiri dengan keras. Diperlakukan sedemikian rupa, Sandra semakin terhanyut dengan sensasi yang ia rasakan di dadanya.
Selama beberapa saat, Sandra terus mengoral penis Mr. Wang, namun sama sekali tidak terlihat tanda-tanda Mr. Wang akan mencapai klimaksnya. Sandra menduga bahwa itu karena obat yang diminum oleh Mr. Wang.
Tubuh Sandra terasa terbang kelangit ketujuh karena rasa nikmat akibat pijatan Lei dan Mr. Wang di payudaranya dan denyutan vaginanya yang kian basah akan cairan cintanya yang meleleh keluar bercampur dengan obat perangsang vagina yang mencair dan menimbulkan kotraksi otot vaginanya. Mr. Wang pun tidak jauh berbeda, semakin lama, ia merasa semakin terangsang akibat pengaruh obatnya itu. akhirnya pengaruh obat itu memuncak hingga keubun-ubunnya.
“Oohm... enough... Sandra...” pinta Mr. Wang kepada Sandra untuk menghentikan kulumannya itu sambil menggeser kepala Sandra menjauhi penisnya. Sandra dengan berat hati melepas kulumannya pada penis itu. Kini penis Mr. Wang sudah seutuhnya basah dengan ludah Sandra dan Lei. Mr. Wang berhenti memijat payudara Sandra dan beranjak kearah belakang tubuh Sandra yang masih menungging itu.
“Jay, I want to use her body.” Ujar Mr. Wang memberi syarat pada pak Sanjaya.
“You only paid for 1 virginity, Sir. Which one do you want? Her vagina or her ass? Tanya Pak Sanjaya memberikan pilihan pada Mr. Wang. Sandra merasa sedikit lega sejenak mendengar ucapan itu, berarti Mr. Wang hanya bisa memakai salah satu diantara vagina atau pantatnya saja, namun anehnya Sandra juga sedikit merasa kecewa dengan keputusan itu.
“I take her vagina!” Jawab Mr. Wang.
“Then, it’s all yours, sir!” balas pak Sanjaya sambil mengepulkan asap cerutunya.
“OK, master. Please!” timpal Lei mempersilahkan Mr. Wang untuk memulai aktifitasnya.
Mr. Wang segera berlutut dihadapan pantat Sandra, sementara Lei dengan sigap menghentikan pijatannya di payudara Sandra. Ia lalu mengulurkan tangannya kearah selangkangan Sandra dan membuka bibir vagina Sandra dengan kedua jarinya, sehingga lubang vagina Sandra tampak jelas dihadapan Mr. Wang.
Perlahan-lahan, Sandra bisa merasakan kepala penis Mr. Wang dihadapan bibir vaginanya. Semakin lama bibir vagina Sandra semakin membuka perlahan-lahan menerima penis Mr. Wang sebelum tiba-tiba....
“AAAKH!” Sandra menjerit keras dan kepalanya mendongak keatas saat merasakan rasa perih yang tak terkira menyengat vaginanya, seolah ada besi panas yang dicolokkan kedalam vaginanya. Rasa sakit itu membuat bulu kuduknya berdiri, belum pernah ia merasakan sakit seperti itu sebelumnya.
Penis Mr. Wang berhasil melakukan penetrasinya kedalam vagina Sandra, sekaligus merenggut keperawanan pengantin cantik itu. Sandra tampak terengah-engah sambil merasakan kesesakan dalam vaginanya yang kini tersumbat oleh penis Mr. Wang itu.
Mr. Wang tidak menunggu lama lagi, segera digerakkannya tubuhnya maju-mundur sehingga vagina Sandra terhentak-hentak terhunjam oleh penis Mr. Wang.
“Sakit! AH! ADUH! IT... IT HURTS!” jerit Sandra dengan pilu, namun Mr. Wang yang sudah dilanda nafsu tidak mempedulikan jeritan kesakitan Sandra. Ia sibuk memompa penisnya maju-mundur didalam vagina Sandra.
“NOO! AAH! PLEASEE...” Sandra memohon-mohon pada Mr. Wang untuk diberi kesempatan menghilangkan rasa sakit akibat diperawani itu, namun Mr. Wang sama sekali tidak bergeming, ia terus menunggangi Sandra tanpa rasa kasihan. Walaupun vagina Sandra sudah basah oleh cairan cintanya, bukan berarti bahwa ia juga terbebas dari rasa sakit akibat penetrasi penis lelaki di vaginanya untuk pertama kali. Air mata Sandra pun bercucuran menahan rasa sakitnya.
“Shut up! You’ll feel better soon! Bitch!” hardik Mr. Wang.
Pak Sanjaya yang melihat Sandra yang tampak kesakitan segera memberi isyarat pada Lei. Lei segera beraksi, ditahannya tubuh Mr. Wang dengan telapak tangannya.
“What are you doing?!” bentak Mr. Wang yang marah. Namun Lei dengan tenang memeluk pundak Mr. Wang.
“Master, please be gentle with Sandra. She’s still a virgin just now, don’t be harsh to her.” Pinta Lei dengan sopan pada Mr. Wang untuk memperlakukan Sandra dengan lembut.
“May I join too, master? I’ll help you to prepare her.” tanyanya dengan manis. Melihat senyum Lei, kemarahan Mr. Wang agak mereda.
“OK” jawab Mr. Wang memberi izin.
Lei menggerakkan jarinya merogoh vagina Sandra yang masih tersumbat dengan penis Mr. Wang. Jari telunjuknya mencari celah untuk memasuki belahan vagina Sandra.
“Ah! Aaa...” Sandra merintih kecil saat Lei berhasil memasukkan jari telunjuknya kedalam belahan vagina Sandra. Dengan diam-diam, Lei menyelipkan sebutir kapsul perangsang vagina yang tadi digunakan oleh Sandra. Kapsul itu ditekannya hingga masuk kedalam liang vagina Sandra yang sempit akibat dipenuhi penis Mr. Wang.
“Hgyah!” Sandra terhenyak sejenak saat merasakan ada sesuatu yang kecil kini terbenam dalam vaginanya.
“Other dose of sex drug, eh? I see...” gumam Mr. Wang saat merasakan kapsul itu didalam vagina Sandra.
Dengan pelan, Lei mulai menggerakkan jari-jarinya mempermainkan vagina Sandra. Jari telunjuknya menari-nari didalam vagina Sandra sementara jarinya yang lain sibuk mengocok vagina Sandra. Gerakan Lei mulai menimbulkan rasa geli dan nikmat yang menggantikan rasa sakit Sandra akibat kebrutalan Mr. Wang.
“Aah... Mmm... Mistress...” Sandra mulai mendesah pelan akibat rasa nyaman di vaginanya itu.
“Feeling good?” tanya Lei pada Sandra.
“Y... yes... aahn... its... good... Mistress...”
Lei terus merangsang vagina Sandra selama beberapa saat untuk membiasakan Sandra dengan penis Mr. Wang. Setelah merasa Sandra telah siap untuk menerima gerakan Mr. Wang, Lei segera memberi isyarat.
“She’s ready now, Master. Try her.” Lei mempersilahkan Mr. Wang untuk kembali memulai pompaannya dalam vagina Sandra. Mr. Wang segera menarik mundur pinggulnya sejenak sebelum menggerakkan pinggangnya maju dengan mendadak, sehingga penisnya menghentak dasar vagina Sandra.
“AAH!” jerit Sandra pelan, namun anehnya, kini vagina Sandra tidak terasa perih sama sekali, memang masih tersisa sedikit rasa sakit, namun ada rasa geli dan nyaman yang bercampur menimbulkan sebuah sensasi yang baru.
Mr. Wang mempercepat tempo pompaannya, sementara Lei terus mempermainkan vagina Sandra dengan jarinya, sehingga kini Sandra terjerat dalam sensasi rasa nikmat persetubuhannya dengan Mr. Wang. Vaginanya kembali mengeluarkan busa putih beserta cairan cintanya, membasahi penis Mr. Wang, jari-jari Lei dan sprei ranjang itu, sementara suara tumbukan tubuh Mr. Wang dan Sandra terdengar jelas diruangan itu.
“Aach... Awwh... Awh...” Sandra terus mendesah-desah kenikmatan. Dari raut wajahnya, sudah jelas kalau Sandra sudah benar-benar tenggelam dalam jeratan nafsu birahinya. Pak Sanjaya tersenyum, inilah saat yang tepat untuk melanjutkan permainan Sandra ketahap berikutnya.
“Lei, get some toys!” perintah Pak Sanjaya. Lei mengentikan permainan tangannya di vagina Sandra. Dilihatnya jari-jari lentiknya sudah berlumuran dengan cairan cinta Sandra. Lei segera meraih koper hitam yang tadi dibawanya dan mengeluarkan sesuatu. Benda itu tampak seperti sebuah kalung mutiara dengan butiran mutiara yang luar biasa besar berdiameter sekitar 1 cm. Mutiara-mutiara itu tampak terjalin dengan seutas benang tebal dan pada ujungnya ada sebuah plat besi bundar yang ditempeli cincin kecil. Lei menyusupkan jarinya ke cincin itu dan kembali mendekati Sandra yang masih terhempas-hempas oleh pompaan Mr. Wang.
“Excuse me, sir.” Pinta Lei dengan sopan sambil berlutut disamping Mr. Wang. Mr. Wang sama sekali tidak menghiraukan Lei, ia sendiri sibuk memompa tubuh Sandra dengan penisnya. Dengan cekatan, Lei mencegat pinggang Sandra sejenak dan menaikkan pinggang Sandra sehingga pantat Sandra semakin menukik dan penis Mr. Wang semakin terbenam didalam vaginanya. Melihat “kalung” ditangan Lei, Mr. Wang seolah mengerti dan menghentikan pompaannya.
“Oooh... Mis... tress?”
“Calm down... this will be good...” ujar Lei menenangkan Sandra.
Lei perlahan-lahan membuka celah pantat Sandra sehingga lubang pantat Sandra terlihat jelas. Lei lalu mengoleskan cairan cinta Sandra ke sekitar lubang pantat Sandra dan beberapa butir mutiara kalung itu sebelum mengarahkan sebutir mutiara ke lubang pantat Sandra.
“Huah... AAH!” Sandra menjerit saat Lei menekan masuk mutiara itu kedalam pantatnya. Mungkin karena licin akibat cairan cinta yang dioleskan oleh Lei, sebutir mutiara itu tergelincir masuk dengan gampangnya kedalam pantat Sandra.
“W... what is that?! My ass!! No!!! Aah...” jerit Sandra saat mengetahui bahwa pantatnya dimasuki oleh sesuatu. Namun sebelum sempat berontak, Mr. Wang sudah kembali memompa vagina Sandra.
Lei dengan santai memanfaatkan momentum pergerakan pinggang Sandra, setiap kali Mr. Wang menarik vagina Sandra kearahnya, Lei memposisikan sebutir mutiara dalam posisi yang dekat dengan lubang pantat Sandra, sehingga sesekali mutiara itu tenggelam otomatis kedalam pantat Sandra saat Mr. Wang menarik tubuh Sandra.
Tidak terasa sudah 4 butir mutiara yang kini tertanam didalam anus Sandra. Mutiara-mutiara itu menimbulkan sensasi aneh diperut Sandra. Wajahnya tampak tersiksa sekaligus menikmati sensasi mutiara dildo itu didalam pantatnya. Perutnya terasa sedikit geli saat tubuhnya bertumbukan dengan Mr. Wang.
“Huaagh... Aach...” Sandra tampak melenguh-lenguh antara tersiksa dan terhanyut dalam sensasinya itu. Wajahnya tampak sensual dengan mata yang sayu dan air liur yang mengalir disamping bibirnya yang terbuka sedikit mengeluarkan desahan-desahan penuh kenikmatan.
“HAH!” kembali Sandra menjerit bersamaan dengan terbenamnya mutiara kelima dildo itu kedalam anusnya. Kini yang tersisa hanya 3 butir mutiara dildo yang masih belum dimasukkan kedalam anus Sandra.
“There are still room for more, your ass is deeper than I thought...” gumam Lei agak kagum. Ia tidak menyangka kalau pantat Sandra yang tampak kecil itu ternyata mampu menampung lebih dari 5 butir mutiara dildo yang berukuran lumayan besar.
“Pleasee... ach... noo... more... ahaaah!” pinta Sandra terbata-bata sambil dipompa oleh Mr. Wang.
Tanpa menghiraukan permohonan Sandra, Lei menghimpitkan mutiara keenam dan ketujuh dan memaksakan memasukkan kedua butir mutiara itu kedalam anus Sandra.
PLUP! PLUP! “KYAAAH!! HAAA!!” suara jeritan pilu Sandra mengiringi suara terbenamnya kedua mutiara itu secara bersamaan. Kini pantat Sandra sudah dipenuhi dengan tujuh butir mutiara itu. Tidak terbayangkan bagaimana tersiksanya Sandra karena tekanan dalam vagina dan anusnya bersamaan.
Air mata Sandra meleleh membasahi pipinya karena rasa sakit di pantatnya itu.
“Oogh... Lei... She’s getting tight... I can’t hold much longer” ucap Mr. Wang saat merasakan dinding vagina Sandra yang kian menyempit menghimpit penisnya. Mr. Wang semakin mempercepat gerakan pinggulnya.
“You may cum inside her, Master.” Jawab Lei
“Ooh... yes... aagh... cum in me... Master...” sambung Sandra yang memohon agar Mr. Wang berejekulasi didalam tubuhnya.
“OK. Here I go... little Princess... Eergh...” Mr. Wang menggeram sejenak dan segera membenamkan penisnya sedalam mungkin kedalam rongga vagina Sandra.
“Hng... aah!!” Sandra mendesah saat sperma hangat Mr. Wang terasa menyembur kedalam vaginanya. Tubuhnya langsung terkulai lemas sambil terengah-engah mengambil nafas.
Mr. Wang mencabut penisnya dari vagina Sandra, penis yang masih tampak menegang tampak berkilat dan ada lelehan sperma diujungnya. Ia lalu menoleh kearah Lei, yang dengan sigap segera menyambar penis Mr. Wang dan menghisap-hisap sisa sperma itu dengan giat untuk membersihkan penis itu.
“How is it?” tanya Mr. Wang pada Lei.
“Good... I like it, Master...” jawab Lei pelan sambil menghisap-hisap penis Mr. Wang.
Setelah penisnya bersih dari sperma, Mr. Wang merebahkan tubuhnya untuk beristirahat sejenak. Namun Sandra dan Lei tampak masih terhanyut dengan gairah seksual mereka. Kedua wanita itu mulai beraksi sendiri. Lei merangkak kearah Sandra yang masih terbaring mengangkang diatas ranjang itu. Lei lalu memposisikan tubuhnya dalam posisi merangkak terbalik diatas tubuh Sandra, sehingga vagina Sandra yang becek terpampang dihadapan wajah Lei. Kedua wanita itu pun kini berada dalam posisi ‘69’, dengan Lei berada diatas tubuh Sandra.
“Lick it.” Perintah Lei sambil menurunkan pinggulnya dan membenamkan wajah Sandra divaginanya. Sandra segera membetot tali G-string hitam Lei dan mulai menjulurkan lidahnya menjilati vagina majikannya itu. Lei melebarkan paha Sandra sehingga vagina Sandra terkuak dihadapannya. Lei bisa melihat sperma Mr. Wang yang masih tersisa disekitar vagina Sandra. Tanpa pikir panjang, Lei langsung mengecup bibir vagina Sandra dan menghisap-hisap sisa sperma Mr. Wang divagina Sandra.
“Ooh... mmmh...” desah Sandra saat lidah Lei bergerak-gerak lembut didalam vaginanya. Rasa geli yang nikmat langsung menyebar disekitar daerah selangkangan Sandra. Terdengar pula suara decakan Lei yang sibuk menjilati dan menghisap vagina Sandra.
Sandra membenamkan lidahnya sedalam mungkin kedalam vagina Lei sambil menjilati rongga-rongga vagina Lei.
“Hssh... aah...” Lei mendesis saat lidah Sandra menyentuh klitorisnya. Sandra segera menyentil-nyentil klitoris Lei sambil memasukkan jari telunjuk dan jari tengahnya kedalam vagina Lei. Sandra kini mengocok vagina Lei dengan kedua jarinya itu.
“Hhh... ooh... ach... Sandra...” Lei mendesah-desah kecil saat jari-jari lentik Sandra yang masih terbungkus sarung tangan satin memasuki liang vaginanya dan mengocoknya maju mundur. Rasa lembut akibat sarung tangan satin itu memberi kenikmatan tersendiri bagi Lei yang merasa lebih geli dan nyaman dengan kocokan jari Sandra.
“Aah... aach... awww....” Lei kembali menggelinjang dengan erotis diatas tubuh Sandra saat Sandra mengecup dan mengisap-isap klitorisnya. Sensasi yang diberikan oleh jari dan lidah Sandra semakin membenamkan Lei ke awang-awang.
“HAAAKH....” tiba-tiba Lei melenguh keras sambil mendongakkan kepalanya. Tubuh Lei melengkung indah keatas, sementara vaginanya menekan wajah Sandra dengan keras.
“Hyah?!” Sandra menjerit terkejut saat vagina Lei memuncratkan cairan cintanya dengan mendadak tepat di wajah cantik Sandra, sehingga wajah Sandra basah kuyup. Bahkan sebagian cairan cinta Lei menyembur mengenai mata Sandra.
“Oh... ohh... oohhh...” Lei mendesah-desah pelan untuk menghirup udara, sementara selangkangannya membenamkan seluruh wajah Sandra. Sandra merasa sesak karena wajahnya tertutupi oleh selangkangan Lei, namun Sandra menggerakkan lidahnya untuk menjilat-jilati vagina majikannya yang baru saja mencapai orgasme yang hebat.
Setelah orgasmenya mereda, Lei membalikkan tubuhnya sehingga wajahnya dan wajah Sandra kini berhadapan. Lei lalu menatap wajah Sandra yang cantik itu, tampak mata Sandra agak kelilipan karena tersembur cairan cinta Lei.
“Here, pretty girl. Let me clean your beautiful eye.” Ujar Lei sambil menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilati kelopak mata dan bulu mata Sandra.
“Ah... mmm... Mistress...” Sandra terlihat kegelian saat matanya dijilati oleh Lei. Lei pun semakin gemas dengan ekspresi Sandra. Dengan sigap, dikecupnya bibir Sandra dan mereka pun berciuman dengan mesra.
Adegan lesbian yang diperagakan kedua wanita itu rupanya membangkitkan gairah Mr. Wang. Kakek tua itu kembali bangkit dan mendekati kedua wanita yang masih saling bergumul dan menikmati bibir pasangan mereka itu.
“Alright, Ladies. I’ll join you again!” tutur Mr. Wang sambil terkekeh-kekeh.
PLAAK! Telapak tangan Mr. Wang yang besar segera menampar bongkahan pantat Lei sehingga Lei terhenyak sesaat.
“Hngh!” Lei mengerang saat Mr. Wang meremas bongkahan pantatnya yang empuk.
“Give me a chance to taste my pretty princess, will you? Bitch!” bisik Mr. Wang di telinga Lei. Lei sama sekali tidak memprotes Mr. Wang, ia malah dengan patuh menurunkan tubuhnya dari tubuh Sandra.
Kini tubuh Sandra terpampang jelas mengangkang dihadapan Mr. Wang, siap untuk kembali disetubuhi. Vaginanya yang indah kini terbuka lebar akibat posisi mengangkang tubuhnya, vagina Sandra tampak sudah tidak sabar lagi untuk dimasuki penis raksasa Mr. Wang, terbukti dari cucuran cairan cintanya yang keluar meluap akibat rangsangan dan jilatan Lei sebelumnya.
Mr. Wang mengocoknya penisnya sejenak sebelum merebahkan tubuhnya disamping tubuh Sandra. Penis Mr. Wang tampak mengacung tegak dihadapan Sandra. Sandra sempat kebingungan dengan posisi tubuh Mr. Wang itu, namun Lei mengangkat tubuh Sandra bangkit dari ranjang itu.
Sandra tampak menunggingkan tubuhnya dalam posisi merangkak diatas tubuh Mr. Wang. perlahan-lahan, Lei menurunkan dan menegakkan posisi tubuh Sandra sehingga posisi tubuh Sandra dijongkokkan dihadapan penis Mr. Wang. Kalung dildo mutiara yang disumbatkan kedalam pantat Sandra tampak terjuntai keluar, menyisakan sebutir mutiara yang tersisa dan pegangan jari kalung itu. Kalung itu tampak bergoyang-goyang bagaikan ekor yang menggoda dihadapan Mr. Wang.
“Hnghh...” Sandra melenguh pelan saat penis Mr. Wang kembali memasuki vaginanya. Lei melipat kedua kaki Sandra yang terjongkok agar Sandra tidak kelelahan sehingga kaki Sandra kini dalam posisi berlutut dengan paha melebar.
“Move your ass, Sandra.” Perintah Lei. Sandra segera merespon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya, sehingga penis Mr. Wang terpompa didalam vaginanya.
“Uhh... nghh... aah...” Sandra mendesah-desah pelan merasakan penis Mr. Wang yang memenuhi tiap rongga vaginanya. Mr. Wang untuk sesaat menikmati gerakan Sandra, dibiarkannya Sandra bergerak sendiri untuk sementara. Lei hanya menyentil-nyentil memainkan pegangan cincin di kalung pantat Sandra, Sandra merasa tersengat-sengat sedikit akibat rasa sakit dan geli yang bercampur saat kalung pantatnya disentil-sentil oleh Lei. Perut Sandra terutama pusarnya terasa geli sedikit akibat kalung yang ada didalam pantatnya itu. Rasa geli itu sedikit memberikan sensasi tersendiri bagi Sandra.
“AAW!!” Sandra menjerit saat Mr. Wang tiba-tiba mencengkeram pinggang Sandra dan langsung menghunjamkan tubuh Sandra kedalam penisnya sedalam mungkin. Penis raksasa itu terasa menyentuh hingga kedalam rahim Sandra.
Mr. Wang langsung menggerakkan pinggang Sandra naik-turun dengan buas. Berbeda dengan sebelumnya, kini Sandra tidak lagi merasa kesakitan; justru sebaliknya, rasa nikmat segera menjalari tiap simpul syarafnya saat tubuhnya bertumbukan dengan penis Mr. Wang. Sandra menduga mungkin ini adalah pengaruh dari obat yang ditanamkan di vaginanya, karena vaginanya juga masih tampak mengeluarkan cairan cintanya beserta sejenis busa putih akibat reaksi obat itu.
“Aw... aaah... ah... aww...” Sandra menjerit-jerit penuh kenikmatan karena tusukan penis Mr. Wang didalam vaginanya. Bersamaan dengan pompaan keras Mr. Wang, Lei kini mulai menekan-nekan benang kalung yang tertanam didalam pantat Sandra. Akibatnya tekanan dikedua lubang selangkangannya membuat Sandra tidak bisa lagi mengontrol kondisi tubuh dan akal sehatnya. Tidak pernah terbayang di benak Sandra apabila artis yang amat dikagumi dan diidolakan di Indonesia seperti dirinya kini sedang melayani seorang pria tua renta seperti seorang pelacur murahan, dengan penis di vaginanya dan dildo anal terbenam di pantatnya.
“Aaah... al...most... almost... come...” desah Sandra saat merasa orgasmenya kian mendekat.
“Wait, let us come... together...” tolak Mr. Wang yang mengaburkan harapan Sandra untuk mencapai orgasmenya.
Mr. Wang bertindak dengan menghentikan gerakannya. Sandra membalas dengan menurunkan tubuhnya untuk menghunjamkan penis Mr. Wang ke vaginanya, namun Mr. Wang menekan telapak tangannya di pinggul Sandra, tenaga Mr. Wang yang kuat berhasil menahan gerakan pinggul Sandra. Bahkan Sandra tidak bisa menggerakkan pinggulnya seinci pun akibat tekanan telapak tangan Mr. Wang.
Sandra heran dengan tenaga Mr. Wang itu, bagaimana mungkin pria tua yang tampak ringkih itu bisa menahan total gerakan tubuh Sandra yang notabene jauh lebih muda dan seharusnya lebih bertenaga dari Mr. Wang. Bahkan saat ini stamina Mr. Wang jauh melebihi Sandra dan keperkasaannya yang menggagahi Sandra mungkin jauh lebih hebat dari pria berusia 30 tahunan.
“Nooo... Master... pleasee... let Sandra... cum... again... pleasee...” pinta Sandra dengan putus asa.
“No! You’ll cum if I want you to!” bentak Mr. Wang. Mendengar bentakan itu, Sandra tidak bisa berbuat banyak selain memasrahkan tubuhnya untuk dipermainkan Mr. Wang.
“Haakh!” Sandra menjerit saat merasakan seseorang memegang ujung kalung dildo didalam pantatnya itu. Sandra menurunkan pandangannya, namun ia tidak bisa melihat apapun karena selangkangannya tertutup oleh rok gaunnya. Sandra akhirnya menoleh kebelakang, dilihatnya jari telunjuk Mr. Wang sudah memasuki cincin kalung dildo tersebut. Mr. Wang terkekeh-kekeh saat melihat Sandra menoleh kebelakang. Tanpa dikomando, Mr. Wang mengepalkan tangannya dan mendorong masuk dildo itu kedalam pantat Sandra.
“KYAAAH!” Sandra kembali menjerit kesakitan saat mutiara dildo terakhir itu terbenam didalam pantatnya. Air mata Sandra kembali mengucur deras. Untunglah lempengan besi yang kini tertempel di bongkahan pantat Sandra mencegah seluruh kalung itu terbenam sepenuhnya didalam pantat Sandra.
Mr. Wang memutarkan kepalan tangannya seperti menyalakan mesin mobil, bedanya saat ini yang tengah dinyalakan adalah rasa nikmat dalam perut dan pantat Sandra.
Tubuh Sandra meliuk-liuk erotis bersamaan dengan putaran dildo dalam pantatnya. Sandra kini benar-benar melayang diatas awan dengan rasa nikmat di pantatnya itu, serasa ada rasa geli yang menggelitik pusarnya sementara pantatnya agak terasa geli dan sesak.
“Lei, it’s your turn.” Ujar Mr. Wang sambil melepaskan cincin itu dari jari telunjuknya dan memasangkan cincin itu ke jari telunjuk Lei. Lei mengepalkan tangannya dan memutar cincin itu sama seperti Mr. Wang sebelumnya.
“Hu... aachh... Mis... tress...” Sandra mendesah-desah saat Lei memutar-mutarkan cincin itu dalam pantat Sandra. Mr. Wang kembali melanjutkan pompaannya dalam vagina Sandra; kali ini, kecepatan pompaannya semakin ditingkatkan, sehingga Sandra semakin melenguh-lenguh keras.
“Aah! Ah! Aww... Aah!” Sandra menjerit-jerit dan kepalanya tampak menggeleng-geleng mengiringi hempasan tubuhnya diatas tubuh Mr. Wang.
“Oogh, here I come...” Mr. Wang menggeram sejenak sambil menekan turun pinggul Sandra sehingga vagina Sandra dimasuki penis Mr. Wang sedalam mungkin sementara kalung dildo itu menekan isi pantat Sandra. Tak ayal lagi, spema Mr. Wang pun kembali menyembur masuk dalam vagina Sandra, bahkan sebagian sperma itu meleleh keluar dari vagina Sandra, membasahi kelamin Mr. Wang dan Sandra.
Lei segera bertindak, dicengkeramnya pinggul Sandra dan kini giliran Lei yang menaik-turunkan tubuh Sandra. Lelehan sperma di penis Mr. Wang memberikan sensasi rasa panas dan licin dalam vagina Sandra. Sesaat setelah dipompa dengan penis yang dipenuhi sperma itu, Sandra merasa ada sebuah tekanan yang hendak meledak dari dasar vaginanya.
Lei lalu menarik pelan kalng dildo itu keluar dari pantat Sandra.
PLUP! “Awh!” Sandra menjerit kecil. Lepasnya sebutir mutiara dildo dari pantatnya memberi rasa geli bercampur lega yang menjalar seperti jalaran listrik yang menyetrum tubuhnya.
“OOOHH!” Sandra melenguh keras, seluruh otot dan simpul syarafnya menegang saat tekanan orgasmenya meledak dan menyemburkan rasa nikmat yang hebat kesetiap simpul syaraf dalam tubuh Sandra. Bersamaan dengan orgasme Sandra, Lei mengepalkan tangannya dengan erat dan menarik kalung dildo itu sekuat tenaga dari pantat Sandra. PLOOOOP! Demikianlah terdengar suara terlepasnya ketujuh butir mutiara dildo yang sudah lama terpendam didalam pantat Sandra.
“AAAKH!!!” Sandra pun menjerit pilu, anusnya seakan terkoyak oleh tarikan keras Lei yang menarik keluar seluruh mutiara dildo itu dari pantatnya. Rasa lega bercampur sakit menambah sensasi orgasme Sandra.
Sandra langsung ambruk diatas ranjangnya sesaat setelah orgasmenya mereda. Masih tersisa hasratnya untuk bercinta kembali, namun Mr. Wang keburu mengangkat pinggul Sandra dan melepaskan penisnya dari himpitan celah vagina Sandra.
“Uugh...” Sandra hendak bangkit untuk memanggil Mr. Wang agar kembali bercinta dengannya, namun tiba-tiba seluruh tubuh Sandra terasa kehilangan tenaga, seolah seluruh tulangnya telah terlolosi dari otot-otot tubuh Sandra. Sandra kembali ambruk karena keletihan, seluruh tubuhnya terasa pegal sekali.
“Aa...” Sandra hendak berbicara memanggil Mr. Wang, namun jari telunjuk Lei tiba-tiba menekan bibirnya.
“Ssh...” Bisik Lei pelan, memberi isyarat agar Sandra diam sejenak. Sandra pun mengurungkan niatnya untuk berbicara. Ia hanya bisa diam saat menatap Mr. Wang yang kembali memasangkan celana dalam dan celana panjangnya dengan berurutan.
“I feel really good, Jay! Do you have other girls?” tanya Mr. Wang pada Pak Sanjaya menanyakan tentang stok gadis lainnya yang dimiliki Pak Sanjaya.
“Well, depends on your payment, Sir!” Pak Sanjaya mengangguk tersenyum sambil mengeluarkan kotak cerutunya dan menawarkan sebatang cerutu ke Mr. Wang.
“Want some, Sir?” tanya Pak Sanjaya.
“Give me another virgin, will you? I’ll pay you tomorrow.” Jawab Mr. Wang sambil mengambil cerutu yang ditawarkan Pak Sanjaya dan menyalakan cerutu itu.
“Got it! Let’s go Sir! I’ll give you some girls from Malaysia this time.” Ujar Pak Sanjaya sambil mempersilahkan Mr. Wang untuk pergi ke tempat berikutnya.
“Excellent!” jawab Mr. Wang penuh semangat sambil merapikan jasnya. Kedua pria itu lalu berjalan keluar dari kamar Sandra. Sebelum keluar, Mr. Wang berhenti sejenak dihadapan kedua wanita yang masih terbaring diatas ranjang itu.
“What a pretty bride you are, Sandra! I like your service, I hope we can play together again next time!” puji Mr. Wang sambil merogoh koceknya dan mengeluarkan seikat uang Dollar Taiwan dan menyelipkan uang itu kedalam bra Lei.
“Make sure you wear that wedding dress again next time! It really suits you, love it!” lanjutnya sambil berlalu keluar dari kamar Sandra.
Sandra hanya menghela nafas kelelahan, harapannya untuk melanjutkan percintaannya pupus sudah. Setelah memastikan kedua pria itu sudah keluar dari kamar, Lei segera merangkul tubuh Sandra.
“Nyaris saja. Anda bisa diperkosa sampai pagi, obat yang diminum Mr. Wang itu obat kuat yang amat ampuh. Itu sebabnya stamina Mr. Wang bisa bertahan selama itu.” Jelas Lei pada Sandra
“Apalagi Mr. Wang dulu adalah mantan tentara, wajar saja tubuhnya sekuat itu walaupun sudah tua.” lanjutnya.
“Tapi... tapi...” protes Sandra.
“Jangan gegabah, saya melakukan ini untuk kebaikan anda. Pernah ada gadis Malaysia yang sampai pingsan karena stamina Mr. Wang. Saya tidak mau anda mengalami pengalaman seperti itu.” nasehat Lei.
“Ah...” Sandra tidak bisa membantah Lei, ia hanya terdiam saja dan kekecewaan tampak terpancar dari raut wajahnya.
“Jangan cemas, saya akan menemani anda semalaman ini. Kita bisa bermain bersama apabila anda mau.” Ujar Lei sambil tersenyum pada Sandra.
Mendengar ucapan Lei itu, Sandra kembali bersemangat, matanya tampak berbinar-binar.
“Mis... tress...” ujar Sandra pelan sambil tersenyum memanggil Lei.
“Anda senang menjadi budak saya?” tanya Lei. Sandra pun tersenyum manis sambil mengangguk kepada Lei. Lei segera mencium bibir Sandra dan kedua wanita itu pun memuaskan nafsu mereka yang tersisa dari pengaruh obat perangsang itu sebelum mereka berdua tertidur kelelahan.
Esok paginya, Sandra terbangun saat mendengar suara televisi yang dinyalakan. Perlahan Sandra membuka matanya dan dilihatnya Lei sedang menata sebuah nampan berisi makanan diatas meja kamar itu. Lei tampak sudah rapi dan penampilannya juga kembali seperti seorang sekretaris biasa, lengkap dengan kacamatanya. Penampilan Sandra pun sudah rapi kembali sementara semua aksesorisnya sudah dilepas, tampaknya Lei yang merapikan penampilan Sandra.
“Selamat pagi, ini sarapan anda.” Ujar Lei. Sandra merasa nada suara Lei kembali ‘normal’; ya, suara Lei kembali seperti biasanya, dengan nada rendah dan kesan dingin yang khas seperti saat mereka bertemu pertama kalinya. Lei seolah berubah menjadi orang lain, bahkan Lei yang semalam berada disamping Sandra seolah tidak pernah ada.
“Lusa nanti anda dijadwalkan untuk mengikuti program catwalk kita. Seperti janji Pak Sanjaya, anda akan kami tampilkan sebagai model mulai nanti lusa. Kita akan melayani klien anda berikutnya minggu depan. Sementara itu, anda akan kami tampilkan sebagai model.” Papar Lei tentang kegiatan Sandra berikutnya.
“Lei, kenapa nada suaramu berubah?” tanya Sandra penasaran.
“Ini perintah dari Pak Sanjaya. Saya harus menuruti perintah boss. Itu saja” Jawab Lei dingin.
“Silahkan nikmati sarapan anda. Saya akan menunggu diluar. Apabila anda ingin mandi, silahkan panggil saya; saya akan membantu melepaskan busana anda.” Lanjut Lei sambil beranjak pergi kearah pintu keluar kamar Sandra.
Entah bagaimana, saat mendengar kata-kata Lei yang terdengar seolah seperti seorang pembantu, Sandra merasa simpatik dengan nasib Lei. Pastinya sudah bertahun-tahun ia terpaksa bekerja di Taiwan dan sudah berkali-kali Lei dipaksa melayani berbagai lelaki hidung belang. Lei hanya diperlakukan sebagai alat semata oleh Pak Sanjaya dan tidak dianggap sebagai seorang wanita sama sekali.
Sandra bisa memahami betapa perihnya perasaan Lei yang terbuang oleh keluarganya, padahal Lei hanyalah seorang korban dari kelicikan Pak Sanjaya.
Sebagai sesama wanita, Sandra merasa tidak tega melihat nasib Lei yang malang itu. Tanpa sadar, muncul rasa haru dari dalam lubuk hati Sandra menghapus rasa bencinya terhadap Lei, apalagi Lei juga bisa dikatakan telah menyelamatkannya dari kebiadaban Mr. Wang semalam. Mungkin kalau tidak ada Lei, Sandra masih terus melayani Mr. Wang hingga saat ini.
“Lei! Tunggu!” tiba-tiba Sandra berseru memanggil Lei. Lei terdiam dan menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara panggilan Sandra.
“Apa ada yang anda perlukan?” tanya Lei
“Lei, apa kamu mau kembali ke Indonesia?” tanya Sandra pelan.
“Kenapa? Bukankah anda tidak ada urusan tentang saya? Anda akan dikirim pulang dua minggu lagi. Jangan khawatir, kami sama sekali tidak berniat membocorkan skandal anda.” tutur Lei dingin.
“Kalau saya pulang, maukah Lei ikut bersama saya?” tanya Sandra. Seketika itu pula Lei terhenyak mendengar tawaran Sandra.
“Saya akan mencarikan pekerjaan untuk Lei! Saya yakin, orang-orang di agen atau studio pasti butuh sekretaris tambahan!” tutur Sandra dengan serius untuk membujuk Lei.
Perkataan Sandra itu seketika menyentuh hati Lei. Lei tidak menyangka ada yang masih peduli dengan dirinya itu, walaupun sebenarnya Lei juga bertanggung jawab atas kemalangan yang menimpa Sandra. Hati Lei pun luluh dengan kebaikan hati Sandra.
Lei tersenyum sekilas dan menoleh kearah Sandra. Dilihatnya Sandra masih terduduk diatas ranjangnya dengan busana pengantin yang masih lengkap menempel di tubuh Sandra.
“Mr. Wang benar, anda memang cantik seperti seorang putri dengan busana anda.” Tutur Lei sambil membuka pintu kamar Sandra.
“Tapi dia tidak tahu, hati anda pun cantik bagaikan seorang putri sejati.” Lanjut Lei sambil berlalu keluar dan menutup pintu kamar Sandra.
---------------------------
36 komentar
akhirnya sandra dewi
sang putri berpakaian bridal
Jd cemas.. jgn2 sis Yo dah keabisan stok cerita nih..
Apa jadinya kbb tanpa bu mensesneg T_T ???
Re: bukan keabisan stok tapi gw salah rilis, episodenya keloncat 1, baru nyadar pas mau rilis, kepaksa pending dulu ddeh
go kisah bb
wkwkwkw
nice . . .
bos shu,, SD yg k 14 kpn mw keluar??.. jgn kelamaan lah…
Re: karena kesalahan teknis jadi pending, tapi skrg dah kan yg sis yo
Buat teman-teman Bridesexstory Team, ceritanya bagus banget! Semua detailnya saya nikmati, alur ceritanya juga logis (awalnya saya lihat ada ‘bolong’ tapi ternyata di tengah cerita diungkap bahwa semua itu memang sengaja), dan adegan seksnya benar-benar mantap, thumbs up! Sayang adegan Lei ngajari Sandra terjadi di background, pastinya hot banget tuh sampai Sandra takluk dan nyebut mistress. Dialognya juga mantap. Biasanya saya protes kalau dialog berasa kaku, tapi entah kenapa, dialog bahasa Indonesia-nya Sanjaya dan Lei yang formal justru cocok dengan suasana ceritanya.
Semoga Seks Cewek Pengantin 5 bisa sebagus atau bahkan lebih bagus daripada yang ini
Shusaku mana? Mau protes! Kenapa nggak ada foto Lei?
Re: sori bro, agak buru2 jadi ga sempat carinya hehehe, tapi kan ceritanya maknyus punya
apalagi mistress Lei-nya gak da gambarnya… jd rada kurang ni imajinasi ogut…
hak hak hak….
Re: hehehe ga sempat masukin nih, sori
Karya brikutny dr bridesexstory team bkal layak bgt buat d tunggu, smoga grafik kualitasny bs makin meningkat n mningkat… sumpe deh klo team ini d prtahankan pasti bkal bs masuk piala dunia 4 thn lagi (loh te2p! ha ha ha) tp cm satu aja nih masukan buat bridesexstory team, pakem pngantin mmang sudah jd ciri khusus dr team ini, tp tema yg monoton bs jd bumerang krn lama2 pmbaca akhrny bs d buat mnjadi jenuh, jd hal ini msti d prhatiin baik2, ok guys??
Re: iya sih mungkin itu kelemahannya, lama2 takutnya monoton karena ke situ2 aja, kalau divariasiin pasti lebih ok, dicoba bro!
mohon dipertahankan tema n alur cerita yg cool..peace bro.
btw…kalo gak salah sandra dewi itu ngerti bahasa mandarin juga lo…ato mungkin gue yg salah ya..??/
damn nice story……good work ..good team….!!!
Re: jangan merendah gitu bos, masa penulis senior gitu hehehe..ditunggu tulisan berikut nih
Re: silakan hubungi ram punjabi, tapi dia berani ga filmin nih cerita
@Mr. R: Wah masukannya bagus nih, agk lupa ama adegan itu
@razi ahmad, bokep88 & dodong: utk seri 3 cerita kita, judulnya “Sasha, Alyssa & Pak Anton” & seri 2 “Aku jadi pengantin muridku” yg 2-2 jg dimuat dlm kbb
@Ninja Gaijin: Hehehe… Thx bro . Awalnya kt mau masukin adegan proses “slavery” Sandra, cman kt jg mau ninggalin lubang bwt imajinasi para pembaca, akhirnya kt bolongin disitu . Pastinya kt bakal menggarap crita SCP5 nya spy bs lebih baik dr ini.
@Pendekar Maboek: Wah, trims berat bro . Masukannya jg bagus skali & sangat perlu dipertimbangkan. Memang, bbrp member jg udh pkirin ttg tema kt yg selalu berpakem pengantin. Cman mgkn emg agak susah utk smentara klo kt meninggalkan pakem kt krn kt smua bride fetish (hehehe ), spy pmbaca ga bosan mknya kt kluarin crita 1bulan 1X. Tp mgkn kedepannya kt udah siapin inovasi, setelah SCP6 . Jd stay in tune, bro
@penjaga taman langit: Stuju nih ama Mr. R, crita2 bro penjaga itu salah 1 komoditas utama kbb, jd pastinya standarnya jg tinggi, ga mgkn picisan lah . Ditunggu critanya nih bro ! Sandra sih kyknya emg bs bahasa mandarin, cman kt bikin setting pake dialek Kanton yg 100% beda ama mandarin biasa , lagian klo kontrak pake bhs madarin bcnya bs sampe jbot (pngalaman nih), soalnya hurufnya lbih dr 50.000 jenis O_o. Thx bwt apresiasinya bro !
@gelap aja: Intro cman bumbu pelengkap bro, tp it yg bkal jd poin pnting pemahaman crita & spy critanya bs dinikmati. Klo ga ad intro, bkal trasa hambar krn kt ga paham critanya. Sprti appetizer sebelum main course yg gunanya utk membangkitkan nafsu makan. cman klo yg ini utk membagkitkan nafsu mupeng, hehehe…
dan hot..!! 5 stars buat bridestory team
Btw…, perkenalkan juga dong nick anggotanya (kl ngak keberatan), jadi penasaran,
misalnya jg semenjak kapan kah pertama kali terbentuk dll he he he ^_^
Re: iya nih kok selama ini liatnya cuma1 org aja yg nongol? penulis lain kemana?
Tapi apa iya nulisnya gangbang gethu ya ? kolab ber-2 aja susah ney, nulisnya tapi ga sambil gangbang khan ? xixixi canda ^o^.
Re: emang ini tips yg harus kita pelajari dari team unik ini hehehe
Tim kt dibentuk skitar 2008, awalnya bkn tim bwt nulis crita, kt cman chat2 bareng lwat YM & FB soal interest kt yg sama (bride having sex) & tukar2 imajinasi. Lama kelamaan barulah kt dpt ide bwt kn crita & awalnya kt minta izin bwt copas crita SCP1 kt lwat pnulisnya lgsg & dikasih izin. Bru awal 2010, kt nyusun2 skenario bwt bikin crita kt sndiri & kt mulai debut crita ori kt lwat crita “Aku jadi Pengantin Muridku” (Erina & Rendy)
@Mr R: humm, mgkn bs bro, tp kt hrs nyusun skenario dl, soalnya ciri khas kt ya bikin crita peke pakem pngantin jdnya hrs diatur bagaimana si Yuanitanya bs pake gaun & ML. Klo si Sandra Dewi sih emg udh model wedding dress, jdnya gmpg dibuat
@Diny Yusvita: Wah, di tim kt ada cwenya jg loh Sis . Bnyk jg yg bingung soal cr kt nulis gangbang style. Jd kira2 bgini crnya:
1. Kt nyusun skenario barengan & menentukan kpn critanya dirilis lewat chat di YM ato FB. Kt jg bs kirim ide kt lgsg ke boss
2. Ide Critanya dilelang ke penulis member (max 4 org/crita). Klo kt mau, kontak lgsg ke boss
3. Tiap member ditugasin ke bagian2 crita (ad yg bikin prolog, eksekusi, dll) Cr nulisnya estafet, klo bag kt udh slesai, dikasih ke partner kt slanjutnya, jd klo prolog blum dikasih, member eksekusi ga bs bikin crita lanjutan.
4. Klo critanya udh slesai, br kt kirim ke boss, nnt diedit & dirapiin ama boss sblum rilis. Pnulis jg hrs siap2 klo ad adegannya yg dieliminasi ama boss
Re: wah unik juga ya group ini, bikin cerita secara gangbang, bener2 langka, pokoknya keep writting!!
Re: nanti kita adopsi caranya unk membentuk tim baru ya, hehehe…kaya di negeri tetangga lagi trend bikin tim-timan/pansus2an hihihi
perjalanannya panjang juga yach…
bikin ceritanya juga ternyata begitu teratur ,
direncanakan dengan baik, berestafet
kutunggu cerita-cerita berikutna ^_^
Re: iya tuh sis dah lama ternyata ya, perencanaannya baik lebih baik drpada pansus century yg cuma basa basi & hasilnya nol gede
@Hello K!tty: Klo kmpul2 sih emg dr 2008 Sis, tp bwt bkin crita, kt masih trgolong balita, hehehe… Jd kami menunggu masukan2 dr para penulis/pembaca skalian bwt memperbaiki kualitas cerita kami.
@Mr R: Minta dunk bro , Siapa tahu bisa jadi inspirasi, hehehe…
Re: cerita yg mana bro? yg terakhir itu?
atau mungkin kita kolab di satu episode-nya cerita Tia?
idenya Mr. R boleh tuh ditindaklanjuti, fanfics bride ke-2 “Princess Yuanita”.
Re: wah kolab ama sapa bro?
Hmm, bisa aja sih, klo mo bikin critanya, cuman kyknya hrs antri deh utk smentara bro, soalnya kt jg lg ngejar target SCP6 ama vote-story kt. Moga2 kt bs cpat rampung deh (Harap mode ON )
@Mr R: kirim aja ke bridesexstory@yahoo.com, bro. Nanti coba kita liat rame2, hehehe . Thanks bro !
dan kebetulan gwa jg mayan jago bhs inggris (nyombong dikit :p), dan ini bhs inggrisnya gk “cacad” ato “straight from hentai games”.. jadi lebih keren lagi =D
dan soal pic cewek.. kebetulan gwa koleksi (290Mb-an.. mayan la), hahaha. kl ada yg bisa dibantu silahkan di email.. :p