Rumah Baru KisahBB

Setelah 2x ga diterima di Wordpress sehubungan penjualan DVD, Shusaku akhirnya memutuskan memindahkan blog cerita seru KisahBB kesayangan kita ke sini.

kirim cerita karya anda atau orderan DVD ke:


Order via email: mr_shusaku@yahoo.com


tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan


email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.

Promo diskon gede-gedean

Paket istimewa 500rb (50dvd),

untuk dalam Pulau Jawa free ongkos kirim, untuk luar Pulau Jawa tergantung daerah.

Harga normal Rp 15rb/dvd kalau beli banyak Rp.12.500/dvd, untuk paket kali ini jatuhnya Rp. 10rb/dvd, murah banget!!


Tapi ini terbatas hanya untuk 10 orang saja.

jadi silakan order, bisa dilihat list barang di

- list semi & softcore

- list western xxx

- list jav


untuk pemesanan email ke mr_shusaku@yahoo.com

Subject: paket istimewa 500rb

tuliskan: nama, alamat jelas, nomor HP, dan list barang yang diinginkan di email pemesanan

email akan segera saya balas dengan rincian harga & no ac bank bca/mandiri unk transfer. barang akan dikirim dengan tiki/pos setelah konfirmasi transfer diterima.


-untuk pesanan di atas 50dvd, selanjutnya dihitung @Rp.10.000,-

-hanya untuk film2 satuan (JAV, western XXX, dan Semi), tidak berlaku untuk koleksi pics & kompilasi

Sabtu, 06 Agustus 2011

Hell on Earth 2: Black Hawk Down

  • Sebelumnya Blackheart ingin menyampaikan permohonan maaf sekaligus meminta izin pada P. Binal karena mengutip kalimat berikut tanpa seizinnya, hal ini Blackheart lakukan karena malas nulis sendiri dan merasa sependapat dengan P. Binal:
  • Cerita bersambung ini ditulis dimaksudkan sebagai hiburan bagi mereka yang sudah dewasa. Di dalamnya termuat kisah erotis dan dewasa terkait dengan hubungan seksual. Jika anda termasuk dalam golongan minor yang masih berusia di bawah umur dan atau tersinggung serta tidak menyukai hal-hal yang berkenaan dengan hal tersebut di atas, tolong JANGAN DIBACA!!! Internet adalah media bebas untuk menyalurkan semua kreasi.
  • Cerita ini adalah karya fiksi. Semua karakter dan peristiwa yang termuat di dalamnya bukanlah tokoh dan peristiwa nyata. Kemiripan akan nama dan perilaku ataupun kejadian yang terdapat dalam cerita ini murni ketidaksengajaan dan hanya kebetulan belaka. Penulis tidak menganjurkan dan atau mendukung aktivitas seperti yang diceritakan.
  • Cerita ini diperbolehkan disebarluaskan secara gratis namun tidak boleh digunakan untuk kepentingan komersil tanpa menghubungi penulis terlebih dahulu. Bagi mereka yang ingin menyebarluaskan cerita ini secara gratis, diharapkan untuk tetap mencantumkan disclaimer ini.
  • Apabila ada adegan pemerkosaan dalam cerita ini, JANGAN DIPRAKTEKKAN!!!
  • Saya amat menantikan kritik dan saran para pembaca. So… Fasten your seatbelt and enjoy the ride… ^^


Copyright (c) 2009 Blackheart



######################################

“Ugh…” tubuh Charlotte terduduk lunglai, matanya terbuka sedikit, tangannya memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Beberapa kali ia menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba memfokuskan pandangannya yang masih agak kabur dan ia tahu benar kalau itu bukan karena ia terkena penyakit mata.Dengan mengumpulkan segala daya tenaga yang ia miliki, Charlotte mengumpulkan pakaiannya yang berserakan. Tubuhnya menggigil bukan hanya karena udara malam yang dingin, akan tetapi juga oleh perasaannya yang campur aduk antara marah, benci, kesal, dan sedih. Peristiwa yang baru saja menimpanya benar-benar sebuah mimpi buruk yang tidak pernah ia bayangkan selama 20 tahun ia menjalani kehidupan normal. Meski sudah berupaya keras untuk tidak melihat bercak darah diselangkangannya dan dilantai, tetap saja kenyataan yang telah terjadi tak bisa dipungkiri apalagi diubah. Tumpukan kain itu ia dekap erat-erat didadanya dan Charlotte-pun mulai menangis sesunggukan.



*********************************

Grogol, you know where. 21:56

Julia

“Beres.” Doni mendatangi kumpulan mahasiswa yang sedang duduk santai, beberapa ada yang berdoa, sebagian besar mencoba menghubungi keluarga lewat handphone.

“Yakin?” Tanya Bimo yang sesuai dengan namanya memiliki bibir monyong.

“Tidak.”

Semua orang disana langsung memelototi Doni karena merasa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. “Hey, hey. Apa lagi yang kalian harapkan? Kami cuma berempat menyisir satu gedung.” Doni ikut duduk ditengah-tengah kerumunan. “Dengar. Setidaknya kami sudah memeriksa semua ruangan dimall ini. Jadi berterimakasihlah sediki--.”

“HEH APA MAKSUD LO HAH?!”

“NAPA EMANGNYA? GUA CUMA NGOMONG YANG SEBENERNYA. KALO LO GA TERIMA AYO BERANTEM!!”

Seorang lelaki berkaus biru bertubuh kerempeng bermata sipit dengan wajah jelek meremas kerah baju berwarna hitam seorang lelaki berbadan tegap dengan rambut keriting ala Giring Nidji.

“Hey cukup. Cukup!” Doni masuk diantara mereka berdua, kedua tangannya yang memiliki otot-otot yang terlatih memisahkan tubuh mereka berdua.

“Ada apa ini?” tanya Doni tegas. Ia melepas kacamata hitam yang diperolehnya ketika memeriksa gedung dari salah satu etalase dengan menarik kuat salah satu sisi gagangnya, dengan gaya “The Rock” smackdown. Ia melotot kearah si kerempeng sebentar lalu berganti ke pria yang satu lagi.

Pertama kita menembaki penduduk, kedua semua yang selamat laki-laki, dan sekarang mereka bertengkar… Tak bisakah hari ini menjadi jauh lebih buruk lagi, pikir Doni.

Keduanya terdiam, tubuh kekar Doni plus tampangnya yang memang agak-agak mirip dengan pegulat yang sekarang sudah alih profesi menjadi aktor tersebut sukses membuat nyali mereka ciut, belum ditambah pistol yang tersimpan disakunya.



“Lu.” Doni menunjuk si kerempeng. “Siapa nama lo?”

“Di… Dito,” jawab lelaki itu lemah.

Doni mendongakkan kepala pada pria satu lagi. “Budi,” jawabnya.

“Jadi apa salah satu dari kalian ada yang mau mulai menjelaskan?”

Keduanya terdiam sejenak hingga akhirnya Dito angkat bicara. “Gua tadi bilang, kalau kita semua bakalan mati. SEMUA! Gak bakalan ada satupun dari kita yang bakal selamat.”

Cukup dengan penjelasan Dito seorang saja, Doni sudah bisa menangkap asal perkara ini. “Apa yang membuatmu berpikir begitu?”

Dito menunjuk kelantai bawah. “Liat dibawah itu, lo kira berapa lama kita bisa bertahan dengan persediaan makanan dan minuman yang ada sekarang? Itupun kalau barikade itu ga ditembus duluan.”

“Ngemeng aja lo bisanya. Bantuin masang barikade aja kagak!” Balas Budi.

“Cukup. Cukup,” kata Doni berusaha menenangkan keduanya. “Apa yang lo bilang bener, tapi gua juga ga berencana tinggal disini terus. Segala alasan yang lo sebutin itu ga cukup buat menjadi alasan untuk membuang “harapan”,” ujar Doni. Meski berkata begitu sebetulnya dalam hati Doni juga terdapat keraguan yang teramat besar. Harapan ya? Menggelikan, bisa-bisanya gua bilang begitu, padahal gua sendiri ga tau harapan itu kayak apa…

“Sekarang kita harus kompak, perpecahan cuma…”

David hanya mengamati keributan yang terjadi dari jauh, Ia tak tahu dan tak mau tahu penyebab keributan itu. Tangannya terus menggenggam handphone yang ditempelkan pada daun telinganya. Pandangannya sesekali melihat kearah bawah dimana kerumunan zombie memadati lantai ground mall Ciputra. Ia melihat jam tangan Rolexnya Jam 10 malam. Gawat! Tak ada waktu lagi… Harus segera keluar dari tempat ini. Harus…



*****************************

Manhattan, pukul 1 subuh



Charlotte sedang mengenakan celana panjang ketika suara menggeram terdengar begitu keras dan dekat. Dua zombie laki-laki dan seorang zombie perempuan masuk ke dalam caffe mengemis meminta “daging segar”. Charlotte segera mengancing celananya dan berlari kedalam caffe. Keluar lewat pintu belakang, kalau tidak salah Ethan juga keluar lewat sini, pikir Charlotte. Ia melompati tubuh pria gemuk yang ditembak mati olehnya beberapa jam lalu. Ia berlari memasuki lorong sempit, di ujung lorong ada sebuah pintu cokelat begitu pula disebelah kanannya saat ini. Ia bergegas munuju pintu diujung yang ia yakini sebagai pintu belakang. ‘JGREKK JGREKK JGREKK’ pintu berwarna coklat itu bergeming, meski berapa kalipun Charlotte mencoba. Gagangnya hanya bisa bergeser kebawah sedikit. Apa pintunya dikunci? Bukan. Ini… Ethan, dia meletakkan sesuatu dibalik pintu sebagai pengganjal, pikir Charlotte.

Ethan why…

“Run Charlotte! This is not the time… Only death will follow if you just stand here,” jerit Charlotte dalam hati. Ia berlari menyusuri gang sempit sekali lagi, tepat ketika ia berada didepan belokan menuju ruang makan dimana ia mengalami peristiwa mengenaskan, zombie lelaki menabrak tubuhnya hingga mereka jatuh bersamaan.

“Ahhhggghghghg,” erang si zombie. Tangannya terus menggapai-gapai kaki Charlotte yang meronta-ronta. Sebuah tendangan tepat mengenai wajahnya yang sudah hancur, membuat cengkramannya sedikit mengendur.

Charlotte segera bangkit berdiri dengan berpegangan pada meja bertender yang menjadi pemisah antara ruang makan dan sang bartender tentunya, dihadapannya – dibelakang zombie yang ditendang – dua zombie lainnya masih bergerak ke arahnya. “They’re slow. I’ve got to find some way to slip thru.”



Charlotte berlari terus hingga mencapai tembok. Di sisi kanannya meja bartender yang cukup tinggi dan memanjang hingga tempat ia bertubrukan, belakang dan kirinya hanya tembok. Ketika zombie itu cukup dekat ia segera melompati meja itu hingga membuat para zombie dibelakangnya tidak bisa mengikutinya.

“Oh, no.” ada sekitar lima sampai delapan zombie yang memasuki caffe itu sekarang. Para zombie mulai mengangkat kedua tangannya diiringi suara erangan yang berat. Charlotte melihat dibelakang mereka seorang zombie mendengus-dengus dan diikuti suara erangan yang mengerikan yang berbeda dengan zombie lainnya, ia mulai berlari.

“Another running zombie!?” Charlotte melihat kesekelilingnya mencari jalan keluar. Tepat ketika zombie itu melompat menerjang tubuhnya dengan mulut menganga lebar, Charlotte melesat ke arah kanan. PRANGG!! Tubuhnya menerjang jendela dan jatuh berguling dipinggir jalan. Charlotte sedang berusaha bangkit ketika sekelabat bayangan melintas diatasnya. “KYAA!!” jeritnya. Zombie pelari itu tak mau kalah melihat aksi laga Charlotte, ia juga mengikuti aksinya, bedanya ia tidak mempersiapkan diri untuk jatuh berguling, tapi bersiap memangsa gadis manis di hadapannya. Charlotte menahan dagu zombie itu menjauh dari wajahnya. Tangannya bergemetar menahan wajah busuk dihadapannya, semakin lama wajah zombie itu semakin mendekat. Ya, Charlotte yang bertubuh ramping pastinya kesulitan menahan zombie yang sudah bernafsu itu. Air liurnya mulai menetes-netes jatuh kewajah imut Charlotte.



*********************************

“Doni sini,” panggil Jaka.

Doni beranjak pergi, menjauh dari kumpulan mahasiswa. Ia masuk kedalam tangga darurat, begitu ia masuk Julia segera menutup pintunya.

“Ada apa?”

“Kita berhasil melakukan kontak ke markas,” terang Made yang berada dibelakang Jaka.

“Benarkah. Akhirnya…”

“Tapi ada beberapa masalah.”

“Apa itu?”

Wajah mereka bertiga mendadak jadi tegang. Doni ikut merasakan ketegangan yang ditularkan rekan-rekannya. Butuh helaan napas berkali-kali sebelum akhirnya Made maju untuk menjelaskan. Made melihat kesekeliling terlebih dahulu, memastikan para “anak-anak” tidak curiga.

“Pertama-tama kabar baiknya dulu,” kata Made membuka percakapan. “Mereka setuju untuk menjemput kita.”

“Bagus. Lalu kabar buruknya?”

Huff… Made kembali menghela nafas. “Pertama mereka tidak bisa berangkat dalam cuaca seperti ini.”

“Cuaca apa?”

Doni baru menyadari suara berisik membentur dinding.

“Dari tadi kamu ngapain aja? Sekarang lagi hujan lebat.”

“Oh. So… sori gua ga sadar. Lagipula itu bukan masalah besar’kan? Kita cuma tinggal menung—“ Doni tercekat. Ia teringat kejadian dijembatan. Benar. Kita tidak boleh berlama-lama disini, tumpukan barang itu juga cuma tinggal menunggu waktu saja…

“Lalu yang kedua?”

“Mereka hanya akan mengirim 1 helikopter. Kau tahu apa artinya’kan?”



Berita kali ini benar-benar mengejutkan Doni, ia mencengkram kerah baju Made. “Apa maksudmu? Maksudnya kita harus meninggalkan bocah-bocah itu? Memangnya kau tidak bilang keadaan kita saat ini?”

“Hey bukan aku yang pegang kuasa. Tujuan mereka cuma menjemput kita, bukan mereka,” Made melepas cengkraman Doni dan beranjak keluar dari pintu darurat. “Dan tentu saja aku sudah melaporkan keadaan kita saat ini, menurut mereka menyelamatkan orang-orang seperti mereka cuma akan menambah stok pangan saja.”

Made terdiam sejenak, tangan kirinya menahan pintu. Tatapannya menerawang jauh melihat pemuda-pemuda yang sedang duduk. “Aku juga tidak suka ini, tapi kita tidak punya pilihan,” katanya sambil berlalu pergi.

“Julia, Jaka. Apa kalian…”

“Aku tidak bisa bilang sepenuhnya setuju. Tapi menurutku kesempatan kita selamat dari bencana ini lebih besar dari mereka, bagaimanapun juga mereka “cuma” orang sipil tanpa skill apa-apa. Dengan kata lain: beban”

“Tapi tugas kitalah menyelamatkan orang-orang sipil itu YA KAN?”

“….” Jaka pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

“SIAL!!” Doni mengumpat dan menendang pintu dihadapannya, ia berputar-putar beberapa saat sebelum akhirnya duduk manis dianak tangga.

Julia duduk disebelah Doni. “Tenanglah Don. Aku juga tidak suka ini, tapi tak ada yang bisa kita perbuat. Kita tak mungkin bertukar tempat dengan mereka, meski kita melakukannya, tetap saja beberapa dari mereka harus tinggal dan itu akan menimbulkan kekacauan. Kau mengerti kan?”

Doni hanya terdiam tertunduk.



**************************

Tangan kanannya bergerak ke sana kemari. Setelah mencari beberapa saat, akhirnya ia mendapatkan apa yang dicarinya. Dengan sekuat tenaga Charlotte menancapkan pecahan kaca yang dipungutnya tepat di kepala. Kurang dalam…zombie itu masih meronta-ronta mencoba menancapkan giginya ke tubuh seksi Charlotte dalam-dalam. Charlotte menarik pecahan kaca dikepala zombie itu untuk ditancapkannya lagi. CRASHH…

“Gyaakkkhh…” Charlotte meringis kesakitan, tangannya terluka ketika berusaha mencabut pecahan kaca, darah mengalir deras dari telapak tangan. Tapi zombie yang berada diatas tubuhnya tidak memberikan Charlotte kesempatan “menikmati” rasa sakitnya, ia terus mencoba mengigit pundaknya.

Menyadari tenaganya mulai habis untuk menahan zombie ini, Charlotte memejamkan matanya erat-erat. “Hyaahhh…” Diiringi teriakan kuat Charlotte mendorong kuat kaca yang masih menempel dikepala zombie yang sukses membuat wajah imut Charlotte belepotan oleh air liurnya yang mungkin karena ia sudah bukan manusia, menjadi begitu kental. Tubuh zombie itu menegang sebentar sebelum akhirnya roboh menindih tubuh indah dibawahnya. Charlotte segera menyingkirkan tubuh zombie itu dari atas tubuhnya. Tidak menunggu serangan gelombang kedua maupun ketiga Charlotte bangkit berdiri dan segera berlari menjauh. Ia mulai menyusuri jalan besar guna mencapai rumah sakit pusat yang berdasarkan info Ethan disana berkumpul para survivor. Charlotte mencuci tangannya, berharap apabila bencana ini disebabkan oleh virus, seperti di film-film zombie yang pernah ia lihat maka besar kemungkinan ia terinfeksi, karena mungkin saja darah zombie tadi masuk kedalam tangannya. Charlotte mengambil perban dari dalam tas mini yang tergantung dipinggang dan mulai membalut tangan kanannya yang masih terus mengeluarkan darah segar, setelah itu baru ia mulai mengelap wajahnya dengan tangan kiri dibantu sebotol air minum dan sabun yang ia ambil dari dalam sebuah mini market yang kebetulan terbuka dan kosong dalam perjalanannya.

Medical Center… It’ll took 2 hours by foot…

Tak ada pilihan lain bagi Charlotte selain mencapai tempat itu selain jalan kaki, pertama ia tidak bisa menyetir mobil, meskipun bisa tak ada jalan untuk itu, karena seluruh jalanan benar-benar dalam keadaan kacau, motor? Apalagi.. Dan sialnya ia tidak menemukan sepeda selama perjalanan.



*******************************

BLARR!!! DUARRR!!!! TAR TAR TARRR!!!!

Made dan Jaka sedang beradu tatap dengan David ketika bunyi gemuruh itu terjadi. Gedung itu berguncang akibatnya. Mereka bertiga serentak mendongakkan kepala mengetahui bunyi itu berasal dari atas mereka. Julia dan Doni keluar dari tangga darurat dengan wajah panik.

“Ada apa?!”

Para mahasiswa pun langsung berkumpul mendekati para anggota polisi yang sama-sama masih celingak-celinguk. “Ada apa barusan? Kukira kalian sudah mengamankan gedung ini?”

“Tenanglah, lagipula sudah kukatakan tentang “kepastiannya” kan?” Jawab Doni.

Atap.

Tanpa dikomando lagi, keempat anggota polisi bergerak serentak menuju tangga jalan yang sudah tak bergerak untuk menuju lantai teratas, karena tentunya hanya dari sanalah mereka bisa mengakses daerah atap.

Sial. Kita belum memeriksa daerah atap. Bodohnya aku…

Mereka bereempat mulai mengutuk kebodohan mereka sendiri sambil terus bergerak cepat menuju lantai teratas. Dibelakang mereka para mahasiswa dengan senjata seadanya mengikuti mereka dengan kecepatan yang tak kalah.

Lantai 5! Mereka bereempat mulai celingak-celinguk lagi, kali ini mencari pintu untuk menuju atap. Julia menunjuk ke sebuah pintu berwarna merah. “Itu dia.” Serentak Made, Julia, dan Jaka disusul mahasiswa segera berlari menuju pintu merah yang ditunjuk Julia.

Matanya melotot, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ya Tuhan… “SEMUANYA TIARAAAP!!!”



*************************

1 menit sebelumnya…



“Echo one to echo two, do you read me?”

“This is echo two, we got bad signal, must be this bad weather.”

“Roger! It’s dangerous to keep moving with this hard rain. Better find someplace to land.”

“Right. Let’s head to that mall.”

“Echo one this is echo two. There’s a big smoke from ins—“

BLARR!!!

“What the?!”

“My God!!!”

“What happen?”

“Engine failure. We’re going down!!! We’re going down!!!”

BLARR!!

“OH SHIT!”

This can’t be happening…

TUUT TUUT TUUT

“What is it now?”

“Fuck me. Seems we’ve got an engine failure too. Hold on tight.”

PRAANGG!!!





(Untuk meningkatkan imajinasi pembaca budiman alias mupenger maka disarankan untuk SEGERA membayangkan adegan ini dilakukan dengan gerakan slow motion ala film action holywood Ok ^^)



Slow motion mode: On.

Doni berlari secepat kilat menuju 2 mahasiswa yang berhenti berlari dan kebingungan akan perintah Doni, dengan tangan kekarnya ia segera melompat menerjang kedua mahasiswa itu dan mendorong mereka jatuh. Rekan-rekannya tak perlu mencari asal muasal bahaya yang datang hingga disuruh untuk tiarap oleh rekannya, dengan dasar ikatan saling percaya yang kuat mereka segera berlari kearah berlawanan dari tujuan semula dan turut menerjang mahasiswa yang dapat digapai untuk segera ikut tiarap. Made melihat bayangan hitam besar disisi kirinya jauh dibalik kaca besar ketika menerjang Erick dan Rizal jatuh ke lantai.

PRAANGG!!!

Sebuah helikopter berwarna hitam menerobos masuk kedalam mall. BRAKK!!! BLARRR!!!! Menubruk dinding dan lantai membuatnya hancur berantakan. Baling-balingnya hancur dan terlempar ke berbagai arah termasuk kearah para survivor. Pecahan kaca yang diakibatkan penetrasi itu bagaikan tembakan senapan mesin, menyebar ke segala arah dalam jumlah banyak.

“Waa!!!” “AAAA!!!” jerit para mahasiswa histeris.

Para polisi terus menekan kepala para mahasiswa, berusaha melindungi mereka semampu mereka (Emang para polisi Indo paling top dah ^_^ hahaha).





Slow motion mode: off

Mereka terus tiarap hingga bunyi gemuruh sudah berkurang drastis hingga hampir nol. Meski debu masih menyulitkan pandangan, keempat polisi bangkit berdiri.

“Julia?” Made bertanya.

“Uhuk uhuk. Aku baik-baik saja,” jawab Julia

“Gua ga uhuk apa-apa,” lapor Doni.

“Sama.”

“Kalian gimana? Ada yang terluka?” Tanya Made lagi.

Butuh waktu agak lama hingga mereka mendapat jawaban pertama. Hingga akhirnya debu yang bertebaran mulai berkurang kesemua mahasiswa sudah diperiksa dan untungnya semua baik-baik saja, hanya Erick saja yang mendapat luka di lengannya akibat pecahan kaca, tapi itupun tak parah.

“Kalian semua tunggu disini. Julia ambil sisi kiri. Jaka kanan. Doni kover,” perintah Made, sambil menggerakkan tangan kanannya dan langsung dituruti rekan-rekannya. Julia menyiapkan pistolnya diatas pundak dan bergerak melebar kearah kiri, Jaka berlari kesisi kanan dan mengangkat senapan MP-5 digenggamannya. Mereka maju sedikit demi sedikit mendekati helikopter itu. Sementara Doni dan Made lurus dari arah depan dengan Doni berada 5 langkah dibelakang Made. KLIK. Bunyi pistol Julia ketika ia menarik pelatuk belakang Beretta dalam genggamannya. Punggungnya terus menempel dinding sambil terus berjalan mendekati sasaran mereka.

“Hei hati-hati, nanti meledak!” Seru Dito.

“Dasar bodoh. Meledak itu cuma terjadi didunia film, selama tangki bensinnya tidak apa-apa maka kemungkinan terjadinya ledakan amatlah minimal,” ujar David yang muncul tiba-tiba dari balik pilar. Dengan gayanya yang khas -- tangan dimasukkan ke dalam saku -- , ia turut mendekati lokasi. Apa yang dilakukan heli blackhawk disini? Memangnya negara ini punya heli jenis ini? Pikir David. Matanya tertuju kearah ekor heli, disana ada sebuah lambang. PBB!? Pasukan PBB?! Pintu belakang heli itu terbanting keras, terdengar suara rintihan dari dalamnya. Tak lama sepasang kaki melompat turun. Jaka yang paling dekat dari sosok itu segera mengarahkan senapannya kearah kepala.



“Jangan bergerak!” seolah tak mendengar perintah Jaka, pria itu terus bergerak keluar memunggungi Jaka. Tangannya terlihat sedang menyeret sesuatu keluar dari dalam heli.

Julia bergerak ke sisi kanan, ia melihat ke balik kaca, disana ada dua pilot yang sudah tak bernyawa lagi. Lalu ia melihat sosok pria yang sedang asyik menarik sesuatu dari dalam heli. Brian? “Is that you Brian?”

“Ukhh…” Pria yang disebut Brian itu memegangi kepalanya sambil mengeluarkan rekannya yang terluka dari dalam. Melihat hal itu Jaka langsung mendekat membantunya. Sial, gua kira dia zombie, nyaris gua dor, pikir Jaka.

Tak lama temannya berhasil dibawa keluar. Ia baik-baik saja, hanya sepertinya agak shok, sama seperti Brian. Tangan kanannya terborgol dengan sebuah koper alumunium. Brian dan temannya segera duduk bersender pada dinding. Meski tak mengerti ilmu pengobatan, Julia berjongkok dan mulai memeriksa luka-luka mereka. “Wow. Is that you, Julia. It’s been a while eh?” Julia hanya tersenyum saja melihat Brian sudah menyadari kehadirannya.

“Kau mengenalnya Julia?”

“Ya, dulu. Ketika aku mengikuti pelatihan gabungan bersama anggota SAS di Inggris.”

“Anggota SAS. WOW!”

“Bukan, dia orang Amerika, US Army mungkin.”

“Mercenaries,” potong Brian. Tubuhnya agak kepayahan ketika mencoba untuk bangkit berdiri. “I need to get to the roof…”

Roof itu kalo ga salah artinya atap, pikir Jaka. Ia teringat kembali, suara gemuruh yang pertama. “Made.”

Made menjawab dengan anggukan, rupanya sedari tadi ia sudah bersiap didepan pintu merah. CKREGG. Bunyi kokangan shotgun M3 ditangannya.

Keempat polisi Indonesia segera masuk dan naik keatap, Brian menyusul dibelakang setelah mengambil senapan M4A1 custom miliknya yang tertinggal didalam helikopter. Para mahasiswa sesuai perintah yang diberikan, tetap tinggal dilantai 5.



******************************



“Hosh… hosh…”

Peluh memandikan seluruh tubuhnya, perjalanan yang begitu jauh, ketegangan, rasa takut dan pemerkosaan yang menimpanya semakin memperparah kondisi fisik dan mental Charlotte. Ia memegang lututnya dan melihat sekeliling. Di sebelah kirinya api berkobar hebat dari dua buah mobil, yang satu milik polisi dan yang satunya mobil biasa. Charlotte menyeret tubuhnya mendekati mayat seorang polisi muda yang berbaring bersebelahan dengan mayat ibu-ibu. Biasanya ia langsung meninggalkan mayat yang ia temukan di pinggir jalan, kalau-kalau mayat itu bangkit dan menyerangnya. Tapi kali ini lain, ia sadar betul dengan kondisi tubuhnya saat ini mustahil baginya untuk melindungi diri menggunakan pemukul kasti yang ia temukan beberapa waktu lalu.

“Gun… I need gun…” ia duduk disebelah mayat polisi dan mulai memeriksa tubuhnya, di pinggangnya terdapat sarung untuk menyimpan pistol, tapi pistol itu tak berada di sana begitu juga di genggaman tangannya, beruntung ia menemukan dua magasin yang terisi penuh disakunya.

Charlotte mulai menggulingkan tubuh polisi didepannya, berharap menemukan pistol itu dibawah tubuhnya.

“Where is it? Has someone took it?” Pikir Charlotte

Charlotte sudah berniat pergi ketika ia melihat benda yang dicarinya berada dibawah mobil polisi yang berada didepannya. There you are. Senyumnya mengembang melihat “harapan hidup” yang tersembunyi di bawah kolong mobil. Tangannya menggapai-gapai mencoba meraih pistol yang ia yakini tipe Glock. Sebetulnya jarak senjata laras pendek itu tidak terlalu jauh, hanya saja badan Charlotte masih kurang masuk kedalam. Tanpa diketahui Charlotte yang asik menyusup masuk ke bawah mobil, di belakangnya mayat ibu-ibu yang sebelumnya berbaring, bangkit berdiri. Seolah mendapat petunjuk dari angin malam yang berhembus, zombie itu langsung menolehkan kepalanya ke arah Charlotte yang memunggunginya. Kaki mulusnya yang tertutup celana panjang berwarna hijau menjadi incarannya…



**********************************



Hawa udara hangat menyeruak masuk ketika pintu terbuka. Dihadapan mereka kobaran api begitu besar menyelimuti onggokan besi yang mereka yakini merupakan puing-puing helikopter. Saat itu hujan telah berhenti.

“No… GREENNNN!!!” Jerit Brian histeris.

Tak perlu diperiksa-pun semua orang tahu, tak mungkin ada yang bisa selamat dari kecelakaan itu. Tak lama dibelakang mereka pria dengan koper itu muncul. Made melihat ke arah Brian yang terduduk dengan tatapan tak percaya akan pemandangan di hadapannya lalu pandangannya beralih pada koper milik pria berkacamata di sebelahnya. “Julia tolong terjemahkan. Apa yang kalian lakukan disini?”

Julia menyampaikan pertanyaan Made pada Brian yang sudah agak tenang. “Aku cuma disuruh mengantarkan orang ini.” Julia menunjuk pria dengan koper yang berusaha mendekati pintu belakang heli itu, tak lama ia menyerah karena kobaran api begitu besar.

“Kemana?” Tanya Julia.

“Australia.”

“Kau tahu apa isi koper itu?”

“…” Brian menatap mata Julia lalu Made, cukup lama mereka beradu tatap. “You don’t want to know.”

Julia hendak menerjemahkannya ketika tiba-tiba Made memberi tanda dengan tangannya seraya berkata. “Tak perlu, aku tahu artinya.” Julia menatap Brian dengan tatapan tak percaya, ia ingin bertanya lebih jauh lagi, tapi sepertinya Brian tak berniat memberikan jawaban. Made berjalan ke arah pria berkoper, perasaannya benar-benar kesal saat itu. “Jaka hubungi pusat, batalkan penjemputan. Kita tak bisa dijemput dilandasan seperti ini,” bisik Made.

“Hey—“

BRAKK

Belum sempat Made mengajukan pertanyaan pada si pria dengan koper di tangan, pintu di belakangnya terbuka. Andi ada di sana dengan nafas terengah-engah. “Ga… hah hah… Gawat… I… Itu… Ba… Baling…”

“Hei tenangkan dulu dirimu.”

Setelah mengatur nafasnya sejenak, Andi mulai menyampaikan kabar buruk yang dibawanya. “Gawat. Baling-baling heli mereka… Blokade yang kita buat tersingkir oleh patahan baling-balingnya!!!”



********************************



Gotcha…Srekk srekk…bunyi seretan kaki di belakangnya membuat Charlotte bergerak cepat, ia segera keluar dari kolong mobil, berdiri dan membidikkan pistol yang baru diambilnya kearah kepala zombie didepannya.

KLIK KLIK

“Shit. It’s empty.” Charlotte buru-buru mengeluarkan magasin kosong di dalam Glock-nya dan memasukkan magasin yang ia temukan di tubuh polisi.

PRANGG!! Secara tiba-tiba zombie itu membenturkan kepalanya ke kaca mobil di sampingnya. Charlotte segera melihat kesebelah kanannya. “Don’t shoot. I’m not one of them.”

“I can tell that,” jawab pria botak, sambil mengangkat pistol berperedam di tangannya.

“Are you… No way, you’ve gotta be kidding me. You are Bruce Willis, are you?” Tanya Charlotte penasaran.

“Yes. But it won’t do any good right now, would it?”

“… Yes,” jawab Charlotte lemah.

“So do you have… Some kind of plan or something?”

Charlotte menganggukkan kepalanya. “Yes, there’s some… Guy… We should head to the Medical Center. It seems the army turn that place into some kind of save point.”

“Medical Center?”

“Yes. What is it?”

“Trust me. The information that your boyfriend told you was false. That place is full of them.”

Kata-kata boyfriend yang dikatakan aktor beken itu membuat kuping Charlotte terasa panas. Bagaimana mungkin orang yang memperkosanya secara brutal disebutnya sebagai pacar, tapi ia sadar itu bukan salah Bruce.

“So, where should we go?”

“Beats me.”



************************************



“Sial.”

“Made, Jaka ambil lemari itu,” perintah Julia. “Doni ayo.”

“Sip,” jawab Doni, sambil mengokang senapannya.

Zombie itu masih berada dilantai 3, cukup jauh memang tapi tetap saja amat berbahaya apabila dibiarkan. Para mahasiswa terlihat membuat blokade di tangga seberang.

“Jika kita bisa memblokade tangga ini, mereka harus memutar cukup jauh untuk mencapai tempat ini. Lalu setelah itu…” Julia menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menyingkirkan berbagai pikiran buruk didalam kepalanya. Tidak. Kita tidak akan mati. Tidak malam ini. Kita akan memblokade tangga ini lalu kita akan dapat waktu untuk… Untuk menyelamatkan diri… Tapi bagaimana?

“Ngapain kau Julia? Konsentrasi musuh didepan. Zombie atlet itu mendekat.”

Satu dua tiga. Tujuh. Ada tujuh zombie pelari di depan, gara-gara mereka garis pertahanan yang kita buat di jembatan jadi kacau balau, kita tak menduga ada jenis seperti mereka, tapi kali ini…Mereka berdua turun kelantai empat dan menunggu di depan tangga. Dor Dor Dor… Tatatata…sudah 3 zombie pelari berhasil dirobohkan. Dua yang lain sudah terlalu dekat. Zombi berbaju cokelat menerjang Julia, Julia melakukan gerakan berputar, ia memutari tubuh lawan menendang kakinya dari belakang, membuatnya bertekuk lutut dan Bam! Doni menggeser tubuhnya ke samping mengabaikan rasa sakit dikakinya, menahan tubuh zombie yang menerjang dengan tangan kanannya yang berotot lalu membantingnya dengan kuat ketanah. Dengan kaki kanan ia menahan tubuh zombie yang meronta-ronta lalu ia mengarahkan moncong senapannya ke wajah zombie dan…Begitu Doni mengangkat kepalanya, satu lagi zombie menerjangnya, tanpa sempat dicegah mereka berdua terlempar melewati pagar pembatas. Zombie yang menerjangnya meluncur langsung ketanah, sementara Doni berhasil berpegangan meski hanya dengan satu tangan.

“Doni!” Seru Julia seraya mengulurkan tangannya menahan tubuh Doni agar tidak mengikuti langkah zombie yang telah lebih dulu jatuh ke lantai satu.

“Julia belakangmu!” Seru Doni.



Zombie pelari yang tersisa berlari sekuat tenaga ke arah Julia yang sedang berusaha menahan tubuh Doni. BLARR JGREKK BLARR JGREKK…bunyi shotgun di tangan Made menggelegar. Satu tembakan diperut menghentikan gerakan zombie yang sedang “Jalanin niat”. Tembakan kedua dikaki membuat lawannya bertekuk lutut, setelah itu moncong shotgun itu diarahkan kedepan wajah busuk sang zombie. “Makan nih!” BLARR!!!! Brian, Jaka, dan Made segera membantu Julia mengangkat tubuh Doni. Segera mereka naik kelantai 5 dan menggeser berbagai barang yang sudah dipersiapkan untuk menghalangi para zombie.

“Sekarang gimana?” Tanya Jaka.

Sebentar lagi mereka bakal kesini lewat tangga disana, bikin garis pertahanan disini sama aja mati konyol…

Para mahasiswa mulai panik, beberapa dari mereka yang sejak awal sudah siap mati mengambil ancang-ancang untuk menyerbu. Rizal mulai menstarter senjata yang bisa dibilang paling “kelas berat” diantara mereka, yaitu gergaji mesin. Bahkan sebuah topeng hockey telah ia kalungkan di lehernya, wajahnya tersenyum jahat.

Bagi para mantan pasukan elit seperti Julia dan Doni yang pernah terjun langsung ke medan perang, tahu betul apa arti seringai jahat itu. Itu adalah seringai ketika seseorang yang telah melewati rasa takut, panik, dan putus asa, sehingga dipenuhi amarah kesetanan hingga lupa akan keadaan sekelilingnya, lupa jumlah lawan yang dihadapinya.

“Harus segera disadarkan sebelum dia bertindak gegabah,” gumam Doni.

“Ayo maju kesini kalian semua!!! HAHAHA!!!” Tawa Rizal. GRENGG GRENGG bunyi raungan gergaji mesin ditangannya.

Seperti virus yang menyebar, kata-kata Rizal membakar adrenaline mahasiswa yang awalnya panik dan ketakutan. Mereka segera mengangkat senjata mereka masing-masing.

“Ya, sini lo semua!!! gua bacok pala lo!!! Hihihi Hahahaha…” Seru Bimo, sambil mengeluarkan golok dipinggang kiri dan kanannya.



“Kalau mereka bersemangat begini, berarti kita memang mesti bikin garis pertahanan disini” pikir Made yang tidak mengetahui kondisi mental sebenarnya yang dialami mahasiswa dihadapannya.

Jaka sendiri hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal melihat tingkah laku menghebohkan para mahasiswa yang mendadak dangdut eh mendadak berani itu.

“Kalian semua tenanglah. Kita takkan selamat kalau berhadapan secara langsung begini,” ujar Julia.

Sia-sia. Suara Julia tidak terdengar oleh mahasiswa yang sudah gelap mata. Ia mencoba lagi, tapi para mahasiswa malah membalasnya dengan pelototan penuh amarah. Pemandangan ini mengingatkannya akan pengalaman ketika dikirim ke daerah pemberontakan di Aceh. Ketika itu Julia dan teman-temannya berada dalam kondisi genting karena terjebak oleh perangkap pasukan pemberontak. Pada saat itu teman-temannya tiba-tiba seperti kesurupan; tertawa-tawa sendiri dan akhirnya maju menerjang kehadapan musuh sambil berteriak-teriak dan menembak kesegala arah. Dan berakhir dengan hujan peluru. Julia sendiri ketika melihat rekan-rekannya roboh, ikut kesurupan dan langsung maju kedepan sambil berteriak dan menembak kesegala arah. Beruntung tiba-tiba sebuah helikopter lewat diatasnya disusul dengan bala bantuan yang entah darimana datangnya tiba-tiba sudah mengepung daerah itu dan sukses meredakan amarahnya yang meledak-ledak. Julia kembali berusaha menenangkan mereka, sia-sia. Kuping mereka seperti tersumbat oleh sesuatu yang tidak bisa dilihat atau dirasa.

“Hey kumpulan orang-orang bodoh. Ngapain kalian jerit-jerit gitu? Sini, gua ketemu cara buat kabur dari sini,”

Mereka semua serentak mengalihkan pandangan mereka pada David yang muncul tiba-tiba. Dengan sebuah gerakan kepala, ia mengajak semua orang disana untuk mengikutinya.



*********************************

GGRRRROOOOAARRR!!!

“Wha… what was that?!”

“Shit, it’s that fuckin monster from before,” umpat Bruce.

“Mo… Monster? What monster?”

“C’mon!” Seru Bruce, sambil menarik lengan kecil Charlotte.



**********************************

“Lewat sini?”

“Hahaha lucu. Gondola ini bisa dijalanin pake mesin di bawah dodol!”

Mereka melihat benda yang ditunjukkan David diatap. Sebuah gondola yang digunakan untuk mengelap kaca luar mall.

“Gua ga bilang pake gondolanya.” David naik keatas gondola, lalu mulai memeluk talinya dan mulai turun perlahan-lahan. “Boleh pinjem pistolnya?”

Jaka melihat ke bawah, jika sampai mereka akan berada di belakang mall. Hanya ada beberapa zombie berkeliaran dibawah sana. Sebagian besar pasti udah masuk kedalem, pikir Jaka. “Nih.” Jaka menyerahkan pistol disakunya. “Pelurunya cuma ada 13.”

“Thanks. Turun pertiga orang, bahaya kalo sampe kelebihan beban.”

“Baik kalo gitu pertama-tama…” Made melihat kearah Doni yang malah berbalik kedalam mall. “Doni mau kemana?”

“Yang terluka ditumbalkan.” Doni mengangkat senapan dan mengokangnya. Wajahnya tersenyum simpul.

Meski mereka paham maksud kata-kata Doni, kalau mereka butuh lebih banyak waktu agar semua dapat turun dengan selamat, tapi tetap saja sangat sulit bagi mereka untuk menerima keputusan Doni, menerima kenyataan kalau mereka harus kehilangan seorang sahabat yang begitu baik.

“Doni, jangan,” kata Julia mencoba menghentikan Doni.

“Kau sendiri paling tahu, kalau aku akan memperlambat kalian.” Doni menatap wajah sedih sahabat-sahabatnya yang telah menemaninya dalam masa senang maupun sulit. “Tenang saja aku tak berencana mati kok,” katanya sambil memaksakan diri tersenyum.

Made mendekati Doni dan memeluknya. “Baik kalau itu keputusanmu. “Cuma ada 3 gedung didekat sini yang memiliki landasan helikopter. Mall Taman Anggrek, Trisakti, dan Untar. Pergilah kesalah satu gedung itu, kami PASTI menjemputmu. Kami sendiri akan mencoba ke gedung terdekat. Untar.”

“Baik kalau gitu kita akan ketemu lagi disana. Tapi jangan berharap banyak…” Doni berjalan menuju pintu untuk turun kembali kebawah.

“Doni.” Julia kembali memanggilnya.

Ketika Doni membalikkan tubuhnya, Julia langsung membetulkan posisi tubuhnya dan memberi salute padanya. Made dan Jaka yang melihat tindakan Julia langsung ikut menirunya.

Doni menghela nafas; meletakkan senapan disamping pinggangnya, membetulkan posisi tubuhnya dan membalas hormat teman-temannya hingga mereka menurunkan lengannya.

Untuk mencapai atap… Ada sebuah gang kecil sebelum dapat mencapai tangga, tempat itu bagus untuk menghentikan mereka…



*****************************

JLEG JLEG JLEG JLEG

“What is—“

“Sshh.” Bruce meletakkan jarinya didepan bibir mungil Charlotte.

“KKKRRRKKK” Monster itu membalikkan tubuhnya, ia mendengar suara Charlotte meski hanya samar-samar.

Fuck! Shit! What to do? What to do? Think Bruce! Think!

Bruce melihat kebelakang mereka, gang buntu disana…

Sebuah bayangan besar dan gelap muncul dibalik mereka yang bersembunyi dibalik tembok. Semakin lama bayangan itu semakin membesar, menandakan pemiliknya semakin mendekat. Charlotte benar-benar tak percaya akan apa yang dipantulkan lampu jalan saat itu. Bayangan itu begitu besar dan lebar berbentuk manusia, ketika makhluk itu mengangkat tangannya, terpantul semacam tombak besar disana.

My God, what is that thing? What with that claw? It can rip me apart in an instant…

Charlotte mulai memejamkan matanya, menyiapkan senjatanya dan berdoa dalam hati. Sementara Bruce menyiapkan pistolnya, bersiap-siap memberi tembakan kejutan.

Entah darimana asalnya, Charlotte seperti bisa mencium bau kematian ketika melihat bayangan itu semakin mendekat. Perasaannya kalut. Keringat dingin mengalir deras. Jantungnya berdebar kencang. Tubuhnya bergemetar hebat. Ia ingin berteriak dan lari dari tempat itu sekuat tenaga.

JLEG JLEG!! Beberapa langkah lagi, mereka akan saling berhadapan satu sama lain…



*************************

Julia berusaha untuk tidak mendengarkan raungan senapan mesin di belakangnya ketika ia memeluk tali tambang di dadanya dan meluncur turun. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan desakan air mata dalam pelupuk matanya. Begitu juga dengan Jaka dan Made, meski tak sampai ingin menangis.

Doni… Terima kasih… dan… Selamat tinggal…

“Ayo, kita harus segera bergerak,” ujar Made begitu mereka sampai dibawah. Ia melihat Brian dan pria berkoper itu sudah berada cukup jauh dari mereka.

“Julia. Kurasa kau harus berhati-hati pada si bule. Gua ga percaya sama mereka.”

“Ga perlu dibilang kan. Pria berkoper itu mencurigakan.”

“Tanpa bermaksud buruk, menurut gua temen lama lo itu juga ga bisa dipercaya,” tambah Jaka.

Julia menghela nafas. “Ya.”

Mereka bergerak memutar, menuju Untar. Dari samping mereka melihat kerumunan zombie begitu banyak menyerbu masuk ke dalam. Sesuai rencana yang mereka susun sebelumnya. Tak boleh ada suara tembakan dalam perjalanan mereka kali ini. Sepertinya para zombie itu lebih sensitif pada suara.

Beberapa zombie yang mereka temui dalam perjalanan mereka habisi dengan senjata jarak dekat atau ditinggalkan begitu saja. Mereka bergerak dengan formasi Made, Jaka, Brian, dan pria berkoper didepan. Sementara Julia berada dibelakang sebagai pengawas “punggung”.

Mereka sedang menyebrangi jembatan ketika sesuatu disamping mereka muncul…

BLASSHH

“WOI!” Seru Dito, sambil menunjuk sesuatu yang keluar dari dalam kali yang memisahkan CL dengan 2 kampus yang kesohor atas biaya mahal ga sesuai kualitas itu (Terutama Trisakti!).



Slow motion mode: on

Cacing berukuran raksasa keluar dari dalam kali. Serentak mereka yang memegang senjata jarak jauh mengarahkan senjata mereka kearah kanan.

“Holy shit!” Ujar Brian dan rekannya.

Dengan gerakan cepat cacing itu menubruk jembatan tempat mereka berdiri dan menghancurkannya. Beruntung mereka bereaksi cepat dan segera menghindar. Sial bagi Jefri yang hanya bisa terpana, dia gagal menghindar…

BLARRR!!! GREKKK!!! GREKKK!!! jembatan itu berguncang hebat dan bersiap roboh. Dengan segera mereka berlari pontang-panting dan berlari berusaha secepatnya pergi dari jembatan yang roboh.

“GO! GO! GO!” Seru Brian.

Tepat diujung jembatan, tanpa pikir panjang lagi mereka melompat kesebrang bertepatan dengan jatuhnya jembatan ke dalam kali.



Slow motion mode: off

Made tak percaya dengan apa yang dilihatnya ketika ia kembali berdiri. Bukan oleh cacing berukuran super itu saja, tapi lebih jauh lagi. Julia tertinggal di seberang sana dengan beberapa mahasiswa, rupanya Julia berlari menghindar kebelakang dan bukan kedepan ketika serangan cacing terjadi. Hanya dengan mahasiswa itu…

“Made awas! Cacing itu kesini!”

Made segera menyiapkan shotgun ditangannya.

Julia tak bisa berkata apa-apa lagi ketika menyaksikan jembatan dihadapannya roboh. Ia sedikit lega ketika melihat teman-temannya berhasil mencapai seberang dengan… ehm susah payah. Tapi melihat cacing itu naik ketanah dan mencoba melahap teman-temannya, membuat rasa khawatir Julia meningkat lagi.

“Ayo. Kita tak bisa disini terus. Mungkin cacing itu punya teman,” kata Rizal mengajak rekan seperjuangannya untuk segera beranjak pergi.



****************************

Manhattan 01:23 subuh



Charlotte bergemetar dengan hebatnya, ia bahkan bisa mendengar bunyi degup jantungnya dengan jelas sekali. Berkali-kali ia bersusah payah untuk sekedar menelan ludahnya sendiri. Pistol di genggaman tangannya bergemetar hebat kertika sebelah kaki monster itu sudah terlihat. Kaki itu berukuran sangat besar dibalut dengan warna kulit hijau. Kukunya terlihat besar dan tajam seolah-olah sudah diasah. Charlotte nyaris menjerit ketika tiba-tiba terdengar suara deru motor atau mobil dibelakang monster itu. Diiring suara erangan kuat, monster itu segera berlari menjauh dari pasangan seleb dan non-seleb itu. Bruce mengeluarkan kepalanya untuk melihat keadaan, ia melihat monster itu berlari mengejar motor tadi.

“Whoever they are, they’ve save us.”

Charlotte langsung jatuh lemas, wajahnya seperti orang yang menemukan oasis di tengah padang gurun. Sungguh lega.

“Hey…”

“Charlotte, my name’s Charlotte. Twenty years old, just graduate from college.”

Bruce merasa geli mendengar Charlotte yang tanpa diminta memberi keterangan selengkap itu. “Look Charlotte—“

Klik

“Who the fuck are you?” Seorang pria berkulit hitam tiba-tiba muncul dari belakang Bruce dan menodongkan pistol dikepalanya. Bruce memutar mencoba mengenali wajah orang yang menodongnya. Charlotte segera berdiri dari duduknya dan mengangkat pistol, mengarahkan pada si pria kulit hitam.

“Holy shit. Hey guys! Look what I found” Pria itu melambaikan tangannya dan memanggil teman-temannya. “Hey put the goddamn gun down and kick it over here”

Melihat begitu banyak teman pria ini dan bersenjata pula, Bruce dan Charlotte tak memiliki banyak pilihan, mereka meletakkan senjatanya di bawah dan menendangnya.



“What is it?” Sekelompok pemuda kulit hitam datang mengerumuni mereka berdua yang masih berada di dalam gang.

“Holy shit. Wuhuhu. I can’t believe this. I can’t fucking believe it. It’s Mr. “Yippie Kayay”.”

Bruce hanya tersenyum-senyum saja, ia tahu mereka ini berandalan dan bukan orang baik-baik.

“Wow. Hehehe. Hold on a second guys. Wow. Look at this white cutie…”

Dua orang pria maju mendekati Charlotte yang memasang muka galak. Tanpa meminta ijin pada sang pemilik, mereka meremas payudara Charlotte dan pantatnya. Dengan kasar Charlotte menepis tangan itu dan menampar pria didepannya.

Pria kulit hitam kekar itu melotot marah. “You wanna do it rough eh? Fine with me bitch.” Sebuah tamparan kuat dan keras mendarat dipipi Charlotte ditambah sebuah pukulan kuat diperut yang membuat Charlotte langsung ambruk sambil mengaduh kesakitan memegangi perutnya.

“Hey, leave her alone,” bela Bruce.

Bletak.

Kepalanya dipukul dari belakang dengan kuat. “Shut your mouth white boy.”

Bruce menatap mata pria yang memukulnya dengan tatapan penuh emosi, tapi pria itu tak gentar sama sekali.

Sekarang sudah lima orang mengelilingi Charlotte yang merinding ketakutan. Rambutnya dijambak kuat oleh salah seorang dari mereka dan menyeretnya semakin ke dalam gang.

“Aww No... Let go off me,” erang Charlotte sambil meronta-ronta mencoba melepaskan jambakan dikepalanya. Ia bisa melihat senyum mereka, seringai mereka yang sama seperti Ethan ketika hendak memperkosanya. No… Not again… Somebody please… Bruce help me… Ia melihat Bruce di pinggir gang masih dalam keadaan tak berdaya karena ditodong pistol tepat di hadapan wajahnya.



*****************************

Grogol 22:28



“Bangsat, peluru kita ga mempan. Mundur.”

“Made gimana nih? Kita malah makin menjauh dari Untar.”

“Ga tau,” Made membalikkan tubuhnya dan mulai memuntahkan beberapa peluru lagi pada si cacing raksasa. “Makan nih.”

“KANAN!”

Serentak mereka semua melihat ke arah kanan.

Delapan? Bukan. Belasan eh puluhan. Tai lah…

Suara pertempuran kelompok Jaka ternyata mengundang banyak zombie pelari. Dan mereka sudah teramat dekat…

“Mundur… MUNDUR!!!” Pikiran mereka mulai kacau akibat serangan mendadak yang amat berbahaya ini.

Dito menjatuhkan satu zombie dengan linggis ditangannya, memukul jatuh zombie perempuan yang berlari mendekat. Belum sempat ia membetulkan posisi tubuh setelah memecahkan kepala sang gadis, tiga zombie menerkamnya. “TOLONG!” Jeritnya. Sia-sia, semuanya sedang dalam mode perang, tak ada waktu buat mereka untuk memikirkan nyawa orang lain.

“Bukan. Bukan mundur bodoh. SEMUANYA BERPENCAR! SELAMATKAN DIRI KALIAN!” Perintah Jaka.

‘Rizal Erick Andi. Rizal Erick Andi. Rizal Erick Andi’ Julia berusaha menghapal nama “partner” barunya. Tidak bisa dipercaya, dari ber-14 jadi tinggal berempat saja, pikir Julia. Mereka sudah berada pintu masuk Taman Anggrek sekarang, di dalam terlihat banyak mayat bergelimpangan. Tetapi tidak terlihat seorang zombie-pun. Julia memberikan satu pistolnya pada Rizal yang menurutnya paling… lumayan. Erik berkacamata dan Andi berperut gendut yang artinya mobilitasnya kurang, maka yang paling tepat adalah Rizal yang berbadan atletis dan tidak rabun, meski ia melihat wajah protes pada Andi dan Erik. Mereka terus bergerak hingga mencapai atap. Kalau… Kalau Jaka dan Made… Berarti jemputan takkan datang… Tepatkah pilihanku untuk tetap kemari? Pikir Julia yang mulai meragukan kesempatannya. Tentunya Julia sudah menjelaskan pada mereka kalau akan dijemput disini.

Setelah memagari pintu masuk, Julia dan yang lain langsung berbaring tiduran dilingkaran “H” tanpa kasur maupun bantal, hanya beralaskan lantai yang disemen mulus.



Kita akan menunggu mereka disini selama… Julia melihat ke seberang, terdengar suara yang cukup keras dari arah kampus. Dan sepertinya berhasil memancing para zombie untuk bergerak kesana… 8 jam… kalau dalam 8 jam mereka tidak datang juga, kita pergi, pikir Julia.

“Capek…”

“Apa kita bisa istirahat sekarang?” Mereka bertiga menatap pada Julia.

Julia melihat kearah tumpukan barang di depan pintu masuk sejenak. “Kayaknya gapapa deh.”

“Atau ada yang jaga satu orang?”

“Ga perlu sih, kalo pintu itu didobrak paksa, gua pasti bangun,” ujar Julia berusaha meyakinkan rekan-rekannya. “Lagipula kita butuh istirahat yang cukup.”

“Buat apa lagi istirahat? Kita bakal segera dijemput toh?”

Julia menghela nafas. “Yang memegang radio adalah Jaka, kalau… sesuatu terjadi padanya, itu artinya jemputan tidak akan datang…”

Mereka bertiga ikut menghela napas…

“Ya begitu juga sudah cukup bagus, kalo gitu sekarang kita istirahat dulu. Mata gua udah berat banget soalnya,” ujar Rizal.

“Trus, gimana kalo tiba-tiba ada helikopter jatuh pas kita lagi tidur?” tanya Erick.

Diawali dengusan, lalu berlanjut menjadi tawa terbahak-bahak. “Hahaha betul juga kata lo, kalo ada heli nyasar lagi, bakal repot kita. Wakakakak,”

“Bener-bener gila tadi itu, tau-tau aja ada heli nerobos. Hahaha, jujur gua kira gua udah tamat tadi itu.”

Suatu hal yang sangat sulit dipercaya bagi mereka kalau mereka masih dapat tertawa setelah melewati mimpi buruk hari ini.



*****************************

4 jam kemudian alias pukul tengah 3 pagi



Andi mendekati tubuh molek Julia yang masih tertidur pulas. Beberapa kali bibirnya berdecak kagum akan keindahan yang terpampang di hadapannya. Kemulusan paha Julia, wajah cantiknya, dan ditambah tonjolan “maut” di dadanya semakin membakar gelora didadanya.



*************************

Hosh… hosh… hosh…

BRAKK. Jaka menendang kuat pintu kayu disebelah kiri, membuat pintu itu terbanting kuat. Tubuhnya langsung bergerak masuk. Gerakannya didasarkan insting polisi yang telah ditanam didalam dirinya selama lebih dari 5 tahun, ia langsung mengarahkan senapannya kekiri kanan atas bawah dan berlari masuk ke dalam. Segera ia mencari kamar mandi. Setelah menemukannya ia langsung mengobok-obok kotak P3K mencari perban. Dapat, dengan segera ia membalut tangan kirinya yang terus menerus mengeluarkan darah. Ya, Jaka tergigit oleh salah satu zombie dalam usahanya untuk bertahan hidup dan ia kini hanya bergerak sendiri, semuanya berkat cacing sialan dijembatan membuat mereka semua tercerai berai.



**************************

Mmhh ahh… ahh…

Julia membuka matanya dan mendapati Andi berada tepat di hadapan wajahnya sedang menciumi wajahnya. Tangannya asik meremas-remas payudara besar Julia.

Andi segera melepaskan pelukan dan menjauh dari Julia ketika menyadari kalau bola mata Julia sudah tidak tertutup lagi. Ia tertunduk antara takut dan malu.

“Maaf. Ha… Hanya saja aku… Aku takut… A… Aku… Aku tidak mau mati sebagai perjaka. Dari dulu teman-temanku selalu mengejek kalau tidak akan ada wanita yang mau tidur denganku. Makanya… Dunia udah kek gini, gua udah ga peduli lagi…”

Julia awalnya melotot marah, tapi mendengar penjelasan Andi yang cukup masuk akal meredakan amarahnya. Bener juga, mungkin besok kita udah mati. Kenapa ga seneng-seneng sedikit… Senyum nakal mulai mengembang di bibir indah Julia. Apalagi mengingat ketegangan yang dilaluinya beberapa jam lalu membuatnya ingin segera melepas stress.

“Kalo udah ga peduli kenapa menjauh gitu? Ayo sini,” goda Julia.

Andi terkaget mendengar ajakan Julia yang sulit dipercaya indera pendengarannya. Belum sempat ia berkata apa-apa lagi, Julia sudah memagut bibirnya. Kedua insan itu mulai melepaskan pakaian masing-masing diterangi cahaya rembulan yang masih bersinar terang meski waktu sudah menunjukkan pukul tengah 3 pagi dengan masih sambil berpagutan seolah-olah tidak ada waktu yang boleh terbuang selain untuk ber”aktifitas”.

Julia mulai mengajarkan berbagai teknik bercinta pada Andi yang belum berpengalaman. Andi mulai diajari untuk mencoba meniru film biru yang sering ia tonton. Lidahnya dimainkan di vagina Julia yang mulai basah. Bukan jilatan Andi yang tidak berpengalaman yang membuat Julia mendesah-desah kenikmatan, birahinya lebih terbakar oleh situasi dimana untuk pertama kali baginya melakukan seks di luar, ditambah ada dua pria disampingnya yang masih terlelap membuatnya terus berusaha meminimalkan suara desahannya.



“Ehnn… Udah dulu Ndi. Sini gantian.”

Andi mulai berdiri. Apa yang akan terjadi bakal menjadi pengalaman terbaik dalam hidupnya. Membayangkan penisnya disepong oleh cewek “standar” saja tak pernah dibayangkan olehnya, tapi kali ini akan dilakukan seorang perempuan yang kecantikan dan keseksiannya mengalahkan seluruh wanita cantik dan populer yang pernah ia jumpai sepanjang perjalanan hidupnya.

Shlop Shlop Shlop. Bunyi sepongan Julia pada penis Andi. Andi yang seumur hidupnya baru sekali ini mengalami ini mulai mendesah-desah keenakan. Apalagi ketika lidah Julia turut menjilati kepala penisnya didalam mulut seksinya.

Secara tiba-tiba Julia menghentikan kulumannya, membuat Andi kecewa karena ia sedang benar-benar menikmati mengentot wajah cantik Julia. “Jangan berisik gitu donk, enak sih enak, tapi kalo yang lain bangun kan repot,” protes Julia.

Andi hanya tersipu malu, ia tak sadar kalau sedari tadi desahannya cukup kuat. Ia pun menyodorkan penisnya lagi ke depan bibir Julia.

“Oke. Kali ini gua ga bakal berisik.”

Julia memasang wajah cemberut, meski begitu ia kembali melanjutkan “pekerjaannya”. Sudah lama ia tidak melakukan oral seks, lidahnya sudah merindukan rasa penis dan aromanya yang menyengat yang entah mengapa selalu dapat menjadi pembakar gairah bagi Julia. Sejak dulu oral seks sudah menjadi keahlian dan kegemarannya dalam aktifitas seks. Tak berapa lama kemudian Andi yang bertampang jelek dan bertubuh gempal itu mulai kelojotan.

“Ukh gua mau keluar…”

Julia tak memperdulikannya, bahkan semakin mempercepat gerakan maju mundur kepala dan permainan lidahnya, membuat Andi tak tahan lagi. Untung ia masih bisa menjaga mulutnya, ia berusaha keras meminimalkan erangannya dengan bantuan tangan.



“Mmmhhh… Gua keluar… Akhh… enak banget…” Erang Andi.

Cairan putih kental yang keluar dalam volume yang banyak itu segera ditelan habis Julia. Kepala penis Andi dijilati dan dihisap-hisap seolah-olah meminta untuk mengeluarkan lebih banyak lagi sperma dari dalam. Andi ambruk, tenaganya terkuras habis. Julia merasa kecewa sekaligus “tanggung” karena vaginanya masih terus berdenyut-denyut meminta untuk ditusuk benda tumpul.

“Bangun donk, katanya mau lepasin perjaka lo.”

“Gua udah ga kuat. Sori banget. Gila sepongan lo enak banget,” jawab Andi sambil terengah-engah.

Julia hanya menghela nafas. Ia benar-benar merasa kecewa sekaligus dimanfaatkan, ini sudah yang kesekian kali dalam pengalaman seks Julia, berakhir dengan kekecewaan dipihaknya dan semua karena kesalahannya sendiri, karena kehebatan dan kesukaannya melakukan oral, membuat lawan main kelabakan dan gempor sebelum “pertempuran” sebenarnya dimulai. Masa gua mesti masturbasi, males banget, batin Julia.

“Gimana kalo sisanya diserahin aja ama kita?”

Julia begitu terkejut mendengar suara pria dibalik punggungnya. Entah sejak kapan Erick dan Rizal sudah berdiri disana dengan penis yang sudah tegak berdiri seolah bagaikan pistol yang ditodongkan pada Julia yang masih terduduk. Dengan bercakak pinggang mereka tanpa berkata apa-apa seolah memaksa Julia menservis penis mereka yang berukuran sedang. Kapan mereka bangun? Kapan mereka buka baju? Pikir Julia keheranan. Pikiran nakal kembali memenuhi otak Julia. Ah peduli amat, nikmatin selagi ada aja hehehe.

“Egh!” Dua pria itu mulai mendesah bergantian karena Julia secara tiba-tiba menyepong penis mereka dengan teknik swapping yang cepat. Meski begitu kulumannya tetap nomer wahid, Julia sudah berpengalaman di bidang ini dan ia sudah pemanasan sebelumnya dengan Andi.

Kepalanya maju mundur di selangkangan Erick sekitar lima detik lalu berpindah ke batang Andi dan melakukan hal yang sama yang dilakukan Julia pada penis Erick. Lima detik lalu ia pindah lagi.

“Mmmm… Enak banget sih punya mereka, rupanya gini rasa penis mahasiswa”, pikir Julia, karena ini memang merupakan pertama kalinya Julia merasakan penis mahasiswa.



Semangat Julia semakin menggebu, lidahnya mulai bergerak liar dikepala penis dua mahasiswa beruntung yang tidak beruntung dalam perolehan IPK dikampus tempat mereka menuntut ilmu.

“Ah udah, ntar gua keluar. Gua mau nyoblos dulu,” kata Rizal tak sabar. Ia langsung mencoba menjauh.

Grepp. “Ow!” Rizal menjerit, bibirnya mengkerut. Rupanya Julia yang sedang mengocok batang penisnya tidak membiarkannya pergi, ia masih ingin menikmati cita rasa batang penis Rizal dilidahnya lebih lama lagi.

Segera Julia berpindah dan kembali memasukkan penis Rizal kedalam mulut dan mulai memberikan yang terbaik. Sesekali matanya yang bulat indah melirik kearah Rizal yang merem melek keenakan.

“Kak Julia, u… u… udah dulu. Ntar gua keluar… Ma… Mau nyicip i… itu kakak dulu…”

Julia menjilati kepala penis Rizal, menghisap-hisapnya beberapa kali lalu berkata. “Ok. Sekarang udah boleh.” Sebelum Rizal pergi Julia mengecup kepala penis Rizal.

“Gua duluan ya Rick.”

“Silahkan, gua mau nikmatin sepongannya dulu,” ujar Erick mempersilahkan Rizal untuk menjadi yang pertama mencicipi vagina Julia malam ini.

Julia segera memposisikan tubuhnya merangkak. Rizal berdiri di belakangnya dan mengarahkan penisnya di depan lubang vagina Julia yang sudah basah. Tak perlu waktu lama bagi Rizal yang juga berpengalaman untuk segera menemukan tempatnya.

“Ah… Ah… Mhhnn,” erang Julia keenakan. Ia tidak bisa berkata apa-apa karena mulutnya sedang asik dientot Erick dari depan. Sementara dari belakang Rizal dengan cepat dan kasar menggasak lubang vaginanya yang sempit.

“Gile sempit banget. Maknyus…”

Rizal tidak memperdulikan lagi apabila gerakannya yang kasar bisa saja mengejutkan Julia yang mungkin berakibat terjadinya gigitan tak disengaja pada daging nikmat dimulut Julia saat ini.



“Mmhhnn e… enak banget… Terus… lebi… dalem lag... aakhh…” ceracau Julia.

Meski sepongannya terhenti, Erick tetap dibuat merem melek melalui kelembutan jari jemari Julia yang pintar memainkan batangnya. Mumpung mulutnya terbebas, Julia langsung menjulurkan lidahnya menjilati kantung biji Erick. Dijilat-dilat dan dihisap-hisap kulitnya membuat Erick kelojotan karena batang dan bijinya diserang secara gencar.

Andi yang melihat adegan hot itu mulai bangkit kembali, begitu juga dengan adiknya. Tapi Rizal dan Erick enggan berbagi tempat, karena sedang asik dan belum ejakulasi.

Tangan mereka berdua-pun tidak tinggal diam. Erick mulai menahan kepala Julia dan mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, seolah-olah sedang mengentot mulut Julia yang terbuka, sesekali tangannya turun untuk berebutan meremas kuat payudara besar Julia yang terlihat semakin membusung karena gaya gravitasi. Rizal-pun tidak mau kalah, tangannya juga bermain-main di puncak payudara Julia dan sesekali meremas kuat, terkadang tangannya berebutan dengan Erick untuk dapat merasakan kekenyalannya. Pantat Julia yang bulat, putih, mulus, dan menonjol indah sungguh menantang tangan siapapun untuk memberi “hukuman” dengan menampar-namparnya dan itulah yang dilakukan Rizal, ia menampar-nampar pantat itu hingga menimbulkan cap tangannya.

Tamparan di pantat yang dilakukan Rizal menjadi lecutan birahi bagi Julia, selama ini ia amat menyukai permainan liar seperti ini. Melihat kedua pria ini berebutan menikmati buah dada ranum miliknya juga memberikan sensasi tersendiri, sensasi yang membuatnya merasa amat dibutuhkan hingga membuat para pria rela bertarung untuk memperebutkan dirinya. Maka Julia juga mulai memberikan kenikmatan pada partner seksnya kali ini. Ia mulai memutar-mutar dan menggoyangkan pinggulnya membuat erangan Rizal semakin menjadi-jadi. Erick? Kondisinya dibuat tak jauh berbeda dengan Rizal, kuluman Julia semakin dashyat diiringi permainan lidah yang cepat-lambat membuat Erick yang wajahnya merupakan salah satu pabrik jerawat terbesar merem melek menahan nikmat.

Cukup lama bermain diposisi doggie, mereka berganti posisi, kali ini missionaris. Julia tidur terlentang sementara Erick menggenjot vaginanya dan Rizal kali ini mendapat servis mulut Julia. Andi sendiri cuma bisa mengocok penisnya sendiri, karena Julia menolak bermain lagi dengannya sebagai hukuman karena Andi sudah membuat Julia kecewa sebelumnya.



Awalnya Rizal aktif memaju-mundurkan penisnya dimulut Julia, sementara tangannya meremas-remas payudara Julia dan memainkan puting susunya. Tapi lama kelamaan ia lelah juga dan mulai memegang kepala Julia dan menggerakkannya maju mundur. Tak lama kemudian Rizal semakin tergoda melihat payudara Julia yang bulat sempurna berukuran 36C, membuatnya berpikir untuk menggenjot payudara Julia serta. Ia pun mulai memposisikan penisnya diantara gunung kembar itu. Julia langsung tahu apa yang diinginkan pemuda ini, sama seperti keinginan para pacar yang pernah tidur dengannya. Menurut pengakuan pacar-pacar Julia selama ini, sangat rugi apabila tidak melakukan hal ini apabila tidur dengan wanita berdada besar.

“Nakal ya…” goda Julia disertai senyum nakal.

Julia pun menjepit penis Rizal dengan menekan payudaranya ketengah mengirimkan sensasi “empuk-empuk nikmat” bagi Rizal yang langsung menggerakkan penisnya maju mundur. Tak lupa Julia memberikan servis tambahan tiap kali kepala penis Rizal didorong hingga mendekati dagunya, Julia memberikan jilatan lidahnya.

“Ah… Gila rapet banget. Bangsat. Enak banget sih lo punya lobang,” racau Erick mulai kurang ajar. “Gua boleh keluarin di dalem ga nih?”

Julia segera melepaskan kulumannya. “Jangan. Jangan didalem.”

“Kalo gitu gua keluarin dimuka lo boleh ga?”

Julia berpikir sejenak. “I… Ah… Iya gapapa di muka gua aja… Buang di muka gua…”

“Kak ntar gua juga mo nyobain kek gitu ya.”

“Mantep brur, ga toket ga “itu” dua-duanya mantep, lo harus coba jepitan toketnya Rick. Dijamin puas.”



Bagaikan rantai makanan, dimulai dari Rizal yang keluar duluan dan menyemburkan laharnya di wajah dan dada Julia. Hangatnya lendir Rizal diwajah Julia dan aromanya yang menyengat kuat mau tak mau menghasilkan orgasme besar bagi Julia yang menimbulkan efek bagi penis Erick menjadi serasa diremas-remas kuat dan tentunya membuat Erick tak berdaya untuk bertahan lebih lama lagi. Dengan segera Erick melepas “ikatan” mereka dan segera meletakkan batangnya diantara gunung kembar Julia. Tanpa menunggu Julia untuk menekan dadanya, Erick melakukannya sendiri dan mulai memaju mundurkan penisnya hingga ia berejakulasi di wajah Julia, membuat wajah cantiknya semakin belepotan oleh lendir kental berwarna putih.

“Mba Julia… Gua juga mau donk…” pinta Andi yang sedari tadi masih asik masturbasi sendiri.

Julia tersenyum kecil melihat Andi yang seperti anak kecil merengek-rengek karena tidak dibelikan permen.

“Nggak! Gua capek mau istirahat.”

“Tapi…”

Julia, Rizal, dan Erick sama sekali tidak memperdulikan Andi yang tertunduk kecewa.

“Kalau masih mau, bakal aku kasih. Tapi, ga sekarang,” kata Julia sambil memunggungi Andi.

“Kenapa? Kalo besok mungkin aja ki—“

“Stop jangan dilanjutin. Kalo kamu memang mau, kamu harus bertahan hidup. Kalau kamu berhasil melakukannya dengan baik, pasti akan kukasih hadiah spesial. Makanya jangan pernah berpikir untuk mati. OK!”



*************************

“Pak anda takkan percaya ini, coba dengar siapa yang bicara di saluran radio ini,” seorang operator mengeraskan suara speaker di meja.

“Halo, siapapun disana? Ini Agnes Monica, sekarang saya dan belasan teman-teman saya terkurung didalam kampus UPH Jakarta, kami membutuhkan pertolongan sesegera mungkin, ada beberapa diantara kami yang terluka. Siapa saja, jika bisa, tolonglah kami. Saya ulangi…”

“Agnes Monica? Artis muda itu?” Pria berpakaian militer itu tersenyum-senyum mendengar permohonan tolong di radio…

“Apa kita akan mengirim bantuan kesana Pak?”

Bapak itu mulai mengelus-elus dagunya yang berjanggut tipis. “Hm… Bagaimana ya…”



**************************

“Stop! Hold it right there!”

Pria yang sedang berlari 10 meter didepan Made menghentikan langkahnya. Dengan kedua tangan terangkat ia membalikkan tubuhnya perlahan.

“Now hand over the case.”

Pria berkoper itu mengangkat tangannya, menunjukkan kalau tangannya terikat rantai dengan koper ditangan.

DOR! CRANGK! tembakan Made dengan tepat memutuskan rantainya. Pria itu melompat terkejut lalu segera memeriksa kopernya dengan teliti. Dengan gerakan kepala Made memerintahkan sang pria untuk segera memberikan kopernya. Sang pria menggelengkan kepalanya. “You moron. You really have no idea what you’re dealing with.”

“Just hand over the case. NOW!”

“And what are you going to do if I said go fuck yourself?”

KLIK. Suara pelatuk pistol Made dirasa cukup menjadi jawaban.

Pria itu tampak tegang. Terlihat jelas keraguan dimatanya, tapi gerak-gerik tubuhnya jelas menunjukkan kalau ia sama sekali tidak berniat memberikan sang koper.

Tepat ketika Made mencoba berjalan mendekat, sebuah tembakan mengenai permukaan tanah tepat didepan kaki Made. Refleks Made menunduk dan segera melompat kesamping, berlindung dibalik tumpukan kayu bahan bangunan sang penembak gelap.

“Now John. Run!” Seru Brian.

Dengan cekatan John mengambil kopernya dan berlari kesebuah gang sempit. Melihat targetnya berusaha kabur, Made segera bangkit berdiri dan mencoba mengejar. DOR DOR DOR. Tembakan itu menghentikan langkahnya dan memaksanya kembali berlindung.

“Damn you, Brian!” Jerit Made. Made mengintip keluar, disana ia dapat melihat Brian membidik ke arahnya dari balik jendela gedung yang sudah lama ditinggalkan, sepertinya bekas dibakar pada kerusuhan Mei dan belum sempat dirobohkan sejak saat itu.

“Allright Brian. At least tell me what’s inside that goddamn case?”

“I told you before didn’t I? You don’t need to know. … I see you can speak english, eh?”



Tentu saja Made yang besar di pulau Dewata Bali lancar berbahasa Inggirs karena kampung halamannya adalah salah satu tujuan terbaik turis mancanegara untuk berlibur.

Made mengumpulkan napasnya dalam-dalam. Ia menyarungkan pistolnya dan menyiapkan shotgun dipunggung. Pria yang disebut John tadi, begitu khawatir akan keselamatan koper itu… Made teringat kejadian ketika ia menembak rantai yang menghubungkan antara tangan dan sang koper. Pria itu lebih mendahulukan keselamatan kopernya ketimbang tangannya, ia bahkan tidak memperdulikan ancamanku. Didalamnya pasti sesuatu yang amat berharga. Tapi apa? Viruskah? Atau anti virus? Apapun itu, gua bakal melihatnya, batin Made bertekad.

“JGREK”. Bunyi kokangan shotgun ditangan. Made berdiri dari persembunyiannya, tanpa peringatan ia melepaskan tembakan. BLAR. Tembakannya tepat dilubang jendela tempat Brian berdiri.

Brian segera menunduk. Tidak mau memberikan Brian kesempatan untuk mengganggunya, Made segera melancarkan tembakan kedua dan ketiga sambil terus bergerak kedalam gang tempat John kabur.

BLAR. JGREK CKREK CKREK CKREK. Pelurunya habis. Made segera berlari secepat kilat. Brian yang terus menerus berlindung mengetahui kesempatan ini. Ia bangkit dan langsung membidik Made yang berlari, sedikit lagi targetnya akan hilang dari sasaran karena terhalang tembok.

DODODODDOOR. Kini giliran senapan serbu M4A1 Brian menunjukkan taringnya. Made terus berlari tanpa memperdulikan hujan peluru disekelilingnya. Sedikit lagi… Made melompat dan berguling di tanah. Ia sampai dizona aman. Dari sini Brian tidak mungkin bisa membidiknya karena terhalang tembok gang yang cukup tinggi.

“Cih…” Brian mengangkat senapannya, mengutuk kegagalannya.



**************************

Budi berlari kesetanan tanpa melihat pengejarnya lagi. Ia terus masuk ke dalam gang hingga kakinya tak sanggup bergerak lagi. “Hosh… hosh… Sial dimana gua?”

DEG DEG DEG

Tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang. Meski tidak ada angin yang bertiup Budi merasakan angin dingin berhembus ditenguknya. Napasnya menjadi sesak, tubuhnya bergemetar hebat, dan keringat dingin mulai mengalir. “Apaan nih. Kok tiba-tiba… rasanya… si… siapa yang mencekik leher gua…”

Dengan perlahan ia memutar kepalanya melihat belakang. Tak ada siapapun di sana. Tidak zombie maupun manusia.

CRASH…bunyi tumpahan air mengejutkan Budi yang sedang menoleh belakang. Suara itu berasal dari arah depan, tepatnya dibalik tembok. Budi mengumpulkan keberaniannya sedikit demi sedikit, ia bangkit berdiri dan menempelkan tubuhnya kedinding. Semakin ia mendekati tikungan, semakin sulit ia bernapas.

Matanya membelalak. Ia tak percaya apa yang terpampang dihadapannya. Budi mengintip dari balik tembok. Di sana ia melihat hal yang amat sangat sulit dipercaya. David berdiri di tengah-tengah puluhan zombie yang telah mati, beberapa di antaranya mengalami kehancuran total di bagian kepala dan badan. Tubuh David berlumuran darah segar. Tangan kanannya terangkat tinggi, Ia sedang mencekik dan mengangkat seorang zombie hanya dengan sebelah tangan. Dan hanya dengan sebelah tangan itu juga ia meremukkan leher si zombie lalu membuangnya. Meski Budi melihatnya dari kejauhan, tetap menimbulkan perasaan takut yang mendalam hingga merasuk kesum-sum tubuh. Ia bahkan bisa merasakan aura gelap dari balik tubuh David yang turut disertai nafsu membunuh yang luar biasa besar.

“Mustahil… Apa yang sebenarnya baru saja terjadi… Pemuda itu menghabisi semua zombie ini… Si… Siapa sebenarnya si David itu…”



Tentunya to be continued…



Catatan dari penulis:



Wih capeknya ngetik 9500 kata dalam 3 hari. Wahahaha, ternyata ngerapihin lebih lama dari bikin ceritanya sendiri dan tentunya semoga para mupenger suka. Jujur aja gua agak kesulitan bikin adegan XXX Julia. Gua pengen menghasilkan sosok Julia seperti cewek-cewek di karya penulis kesukaan gua mbak Dina_nakal, tapi kayaknya gatot nih alias gagal total.

Gua juga ga ahli bikin cerita permainan yang lembut-lembut sih (Tapi aslinya gua orang yang lemah lembut, baik budi, dan rajin menabung loh wkwkwk), jadi gua sendiri berpendapat kalau adegan XXX kali ini lebih buruk dibanding episode 1. Tentunya saya bersyukur apabila itu semua hanyalah pendapat saya pribadi dan tidak bagi mupenger.

Btw buat penulis yang jago bikin fanfics artis, gua pesen donk, mbak Wiwid Gunawan yang hot, cantik dan toge itu buat dibikin KBB-nya. Dan tentunya harus hardcore dan FULL BODY CONTACT!!! (Buset emang smackdown ARRGGHH!!!). Bakal lebih menyenangkan kalau bisa menampilkan layaknya kisah Anggie apalagi sampe bersekuel-sekuel, jujur aja mupeng berat gua tiap ngeliat dia di tipi hehehe.

Udah satu artis gua keluarin diepisode ini dan satu spoiler buat di episode berikutnya, meski gua ga menjamin akan adanya adegan XXX yang diperankan mereka (takut dituntut hehehe).

Rencananya gua pengen masukkin salah satu anggota hewan terhormat dicerita kali ini, berperan sebagai antagonis atau protagonis, tergantung kondisi. Tapi berhubung gua ga tau satupun nama anggota hewan terhormat itu, jadi batal deh… Mungkin di episode depan aja kali ya, itupun ga make nama asli aja biar aman hohoho.

Btw apakah penulis KBB juga berprofesi sebagai penulis (novel, artikel koran, dsb) di dunia nyata?

Buat bos Shu, tuh barang dagangan kalo buat penulis dapet diskon khusus ga? hehehe.

55rb dua dvd itu cuma berlaku buat koleksi pic aja ya? Kalo hentai gimana?



By: Blackheart
--------------------------------
32 komentar Post your own or leave a trackback: Trackback URL
  1. buayacakepz mengatakan:
    mantaaaafff….. keep Going!!
  2. ThaNaTos mengatakan:
    NICE ………
  3. elang ungu mengatakan:
    gw sampe lupa klo ini cerita porno, kayak lagi main game ajah atau nonton pilem action..
    gila keren abis..
    lanjut gannn!
    Re: iya ternyata jalan ceritanya pun ga kalah seru dari adegan panasnya, gini nih yang namanya cerita yang bagus, berimbang antara adegan seks dgn plot yg bagus, hebat nih ga sabar nunggu lanjutannya
  4. prince mengatakan:
    D awal2 bca emg plot n alurx serasa RE bgt.tp bgitu di bgian david yg akhir tu, gtw knp bulu kuduk gw bdri smua n lgsung trbesit dpkiran gw “DANTE…” dri DMC…gila ni crita…bru ni crita yg bkin gw mrinding…salute 4 blackheart (gw ntar mw bkin crita jg ah,pke nick johnny blaze wakakakakak…)
    Re: iya salute, gw paling suka adegan sex in dangerous situation itu, top deh
  5. Adi karna mengatakan:
    Ni cerita,versi mupeng dr game Resident Evil ya? Ane nge fans banget ama game itu.E..,ternyata nongol juga cerita yg setting nya mirip2 itu di sini.Makin hari,mulai banyak cerita yg memakai senjata di dalam nya.Mulai dari: HK-MP5 lah,M4-A1 lah,dll.Ane kan fans militer jg.
    Re: kayanya bukan RE, tapi serial the deadnya george romero, cerita sekumpulan survivor terperangkap di suatu tempat menghindar dari serbuan zombie, atau mungkin juga kombinasinya ya
  6. j-a-p-an mengatakan:
    waw…
    mantep gan.
    dah kayak cerita action gan.
    menurut daku episode ini lebi bgs dr episode sebelumnya.
    so keep writing…
    Re: betul tuh jadi better and better nih, makin asik aja deh
  7. gmox mengatakan:
    ini cerita porno? weleh-weleh…
    hampir 3/4 action, yg dikemas cukup bagus, pembaca bisa cukup berimajinasi dengan setting dan alur ceritanya…
    *halah, ngomong apaan gw…*
    tp kyknya ada yg kurang bro, khas nya kbb, beastnya kok kyknya kurang ke gambar yo? apa mngkin aq yg kecepetan mbaca?
    cukup berimbang…
    nice work.
  8. bokep88 mengatakan:
    ini sebenernya cerita bokep apa cerita berseri seh… unsur bokepnya jadi dikit neh.. ^__^. But overall good..
  9. Minami mengatakan:
    Good, salute saya kagum. Sayang ngga bisa dibuat mupeng ya? Lebih seru ceritanya daripada bokepnya hehe.
    Personally aku lbh prefer at least 1/2 bokep la, yg ini kan 1/4 bokep.
    Moga2 dilanjutannya lbh seru ya?
    Re: o iya satu lagi bro blackheart tentang kurangnya cerita ini, adegan cerita & seksnya dah ok banget emang. tapi coba kalau seksnya dipanjangin dikit pasti perfect deh, emang sih adegan seksnya terlalu pendek, jadi ibaratnya makan makanan yg enak banget tapi porsinya irit, tapi gpp overall ok kok, next time better!
  10. tawww mengatakan:
    dammm satu lagi karaya ytg buat penasran kapa nih episode slanjutannya?????????
  11. sandewa mengatakan:
    MANGSTAP!!!
    walau eksekusek nya cuma seupil…ge tetap nikmatin…
    soalnya tenggelam ama plot yg mantap bgt ..
    fuh…DAVID yg misterius..
    yah, dalam game atau film manapun kyknya karakter typikal gini memang musti ada ya …gw juga gamer
    ” tangan didalam saku”
    ni karakter pasti cakep, genius, cool, mendekati sempurna..
    dan gw percaya kalo dia bukan manusia biasa…
    PENASARAN BUAT SELANJUTNYA..wakakak..ada agnes juga !!!
  12. bocahgembul mengatakan:
    Ada Bruce Willis nya!!! plus agnes monica :drooling:
    overall keran banget bro….4 thumbs up….ditunggu lanjutannya yahhh….
    Re: sebenernya gw ga suka ama si agnes monsterkah itu, tingkahnya tambah norak, pengennya sih olga lydia (hehehe..lagi2), lena tan, atau susan bachtiar, tapi its ok lah. ga dilarang juga ada fanfics dia, yg ga boleh sih si julia perek, azhari sisters, dll yg sejenis bitchy2 tsb
  13. Henz mengatakan:
    bro blackheart, gw tertarik sama cerita ini…
    boleh gw minta izin Copy paste ke Laptop gw?
    mau di edit buat di bikin scrip Film, siapa tau bisa goal…tapi orang indonesia mana ada yang mampu bikin film kaya gini…
    kalo bisa ntar kalo udah taman hell on earthnya baru wa bikin semua scriptnya…itu juga kalo di bolehin sama bro blackheart….ini cuma buat koleksi pribadi..ntar Script yang sudah jadi bisa kukirim ke emailnya bro…
    thx
    Re: siapa tau bro henz mau menjadi sutradara bokep pertama di indonesia nih hehehe
  14. SIp mengatakan:
    SIp bgt boz..
    Nice Story..
    A+..
    He he he
  15. man the man mengatakan:
    woo..wooo
    very nice pic..
    julianya ok bgt tuh…
  16. pak dion mengatakan:
    Action thriller… dengan bumbu sex….
    Wooowww…
    Salut banget buat penulis….
    Benar2 memperhatikan alur cerita dengan detail…
    Perpidahan adegan pun PAS!!!
    Sekali lagi salut…
    Mode Slow Motion-nya bikin bayangin gerakan slow motion beneran…
    Emosipun terbawa haru saat Doni mengorbankan dirinya agar teman2nya selamat… So touchy…. hiks… (mataku sampai berkaca-kaca)
    Mestinya ada gelar Sarjana Sastra Saru (S.SaS), lalu Magister Sastra Saru (M.SaS), dan Doktor Sastra Saru (DR.SaS)
    Nama institusinya “Institut Sastra Saru”
    Jurusannya macam2 disesuaikan dengan genre cerita yang ditekuni…
    Ada jurusan Fanfict, Drama, Koncak, dsb…
    Rektornya: Prof. DR.SaS. HC. Shusaku Kato
    (HC=Honoris Causa; gelar kehormatan atas jasa2 yg telah diberikan)
    ^_^
    @Henz… Aku rela nungguin filmnya dirilis sampai kapanpun… ^_^
    Re: slow motion ala matrix nih hehe….wah kalau ada institut itu ntar dosennya pak wapres chad, ada diankanon, dinanakal, vein, terus dosen cerita komedi sis yohana, dll, asik dong
  17. man the man mengatakan:
    mantap….
    nice and very surprising story
    ——————————————————-
    BLARR!!! DUARRR!!!! TAR TAR TARRR!!!!
    Made dan Jaka sedang beradu tatap dengan David ketika bunyi gemuruh itu terjadi. Gedung itu berguncang akibatnya. Mereka bertiga serentak mendongakkan kepala mengetahui bunyi itu berasal dari atas mereka. Julia dan Doni keluar dari tangga darurat dengan wajah panik.
    “Ada apa?!”
    Para mahasiswa pun langsung berkumpul mendekati para anggota polisi yang sama-sama masih celingak-celinguk. “Ada apa barusan? Kukira kalian sudah mengamankan gedung ini?”
    “Tenanglah, lagipula sudah kukatakan tentang “kepastiannya” kan?” Jawab Doni.
    Atap.
    Tanpa dikomando lagi, keempat anggota polisi bergerak serentak menuju tangga jalan yang sudah tak bergerak untuk menuju lantai teratas, karena tentunya hanya dari sanalah mereka bisa mengakses daerah atap.
    Sial. Kita belum memeriksa daerah atap. Bodohnya aku…
    Mereka bereempat mulai mengutuk kebodohan mereka sendiri sambil terus bergerak cepat menuju lantai teratas. Dibelakang mereka para mahasiswa dengan senjata seadanya mengikuti mereka dengan kecepatan yang tak kalah.
    Lantai 5! Mereka bereempat mulai celingak-celinguk lagi, kali ini mencari pintu untuk menuju atap. Julia menunjuk ke sebuah pintu berwarna merah. “Itu dia.” Serentak Made, Julia, dan Jaka disusul mahasiswa segera berlari menuju pintu merah yang ditunjuk Julia.
    Matanya melotot, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ya Tuhan… “SEMUANYA TIARAAAP!!!”
    ——————————————————————–
    SELALU AJA ADA ‘sedikit’ kesalahan fatal yg bikin semuanya berantakan…
    mantap bro,mank ni ciri” thriller
    jantung gua deg-degan terus bro dri awal ampe to be continued..
  18. Anggur Merah mengatakan:
    One word:
    MASTERPIECE
    period.
  19. mingege mengatakan:
    Mantep nih ,,, aq paling suka crita zombie….. hehe…. gpp adegan seks ny sedikit, tapi jalur crita nya bagus.. hehe… nice … LANJUTKAN…. ^^
  20. Blackheart mengatakan:
    Thanks buat pujian dan masukannya.
    Beda dgn episode 1, kali ini ga ad komplain bhs inggris. Knp tuh? ^_^
    Buat @Henz kalo mw copy gpp asal ga dipublish. Mslh script gw pertimbangkan dl ok.
    Ide dsrnya emang dr film George Romero dan game RE. Saya jg gamer dan RE lover.
    Eksekusek kependekan ya? Memang disengaja mengingat mreka blm ad stamina yg cukup buat ‘main’ lama hehehe.
    Tp di episode 3 bklan maknyus!
    @Gmox, kbbnya krg ya? Betul banget, soalny gw orgnya plg ga suka menghina fisik org, jd kebw2 pas nulis. Gw usahakan episode 3 kbbnya lbh tergmbrkan
    Re: next must be better & hotter, ok!
  21. prince mengatakan:
    Wew…institut sastra saru?!
    Aq mw jd mahasiswax…asal asdosx sis diny y…khu khu khu khu…^_^
  22. ANNGOTA DEWAN YG TERHORMAT mengatakan:
    wah wah
    nyesel dah gua
    tau gini g bakal dah gua bikin UU yg tolol lagi
    ga nyangka banget ada orang – orang sekreatif penulis di KBB
    nyesel gua habis membatasi kreatifitas penulis disini
    orang-orang disini sebetulnya sangat berjasa bagi perkembangan sastra di negeri tetangga
    yah daripada capek rapat kan mendingan baca KBB !!
    c’mon KBB da story must go ON
    duh duh ampe kemana mana yg ON..
    Re: iya pak daripada tidur di rapat mendingan baca kbb waktu rapat kan kalau kesorot kamera jadi keliatannya serius kerja, asal jangan diclose up aja layarnya hahahha….
  23. NAGA_LANGIT mengatakan:
    PENGEN bikin cerita kayak gini gak bisa mulu…..hebat lah….
    jadi pengen sirik…hehehehehe
    Re: duh bos naga ini ngerendah melulu ah, udah bisa bikin cerita sekaliber black note & suster asti yg fenomenal itu juga, kapan nih lanjutannya,penasaran
  24. Blackheart mengatakan:
    @man the man kok gw ga ngerti maksudnya ya???
    Salahnya yang dibagian mananya?
    Re: iya salah mananya ya? sampe sedetil itu merhatiinnya weleh2
  25. PigBenis mengatakan:
    haha.. gw baca ini malah ga mikirin esek²nya.. ceritanya ok punya soalnya.. mantap lah.. :thumbup:
    next chapter bagiannya charlotte ya? request fotonya yang laen lagi dong, gan.. demen gw ngeliat bibirnya.. :genit:
  26. Harry Potter mengatakan:
    Alur ceritanya seperti kombinasi antara Resident Evil, Die Hard dan Black Hawk Down. kayaknya bagus kalau ditambah alur bergaya Tears of the Sun. heboh gak ketulungan. Pake acara dar der dor segala. Yang kurang adalah keseimbangan antara cerita utama dengan cerita KBB nya. Saya tidak memperhatikan adegan seksnya, sudah kadung tertarik dengan plotnya. Tapi itulah problem semua penulis. harus ada yang mengalah.
    Idenya menarik. Mungkin besok-besok akan ada cerita bergaya lain lagi.
    kalau dirating dapet Bintang empat..
    Re: bahkan penulis senior spt harry potter pun memberi pujian, wah ini emang cerita yang top
  27. Blackheart mengatakan:
    @Henz: padahal gw inget banget, pas gw luncurin episode 1, selanjutnya karya perdana anda nongol. Dan dalam sekejap anda menelurkan karya2 baru yang semakin dashyat dalam waktu singkat. Apa rahasianya bisa seproduktif itu?
    @Naga langit sang pencipta black note terlalu merendah nih…
    thanks ya buat pujiannya
    @Harry Potter trims banget buat pujian dan masukkannya.
  28. Henz mengatakan:
    ah itu cma lagi mood doang kok…hehe…ini sekarang lagi mandek nih..lg ga mood nulis..tau napa…lagi cari mood yang pas buat nulis hehhe..
    Re: mandeknya jangan lama2 ya bos, jalan2 dulu atau nonton tv biar moodnya nongol lagi hehe
  29. descrates mengatakan:
    wkwkwkwk moddy
  30. man the man mengatakan:
    *black heart
    kamsud gw ‘sedikit kesalahan’ adl tuh heli jatuh di atap n baling”nye ancurin blokadenye made cs…
    so kesalahan ntuh punya si heli sialan yg jatuh di atep
    bukan kesalahan pnulisan bro blackheart
    lhA klo g da kesalahan tuh heli kan tuh cerita g mulai2 dong..
    iYe nggak..???
  31. Blackheart mengatakan:
    @man the man
    heli yg jatuh ada 2 (bc 1 menit sblmny)
    1 jatuh di atap yang kemudian terbakar (ditumpangi Green)
    1 lagi masuk kedalem mall, nah heli yang ditumpangi Brian dan membahayakan polisi ini yg baling2nya patah dan nyingkirin barikade.
    Jadi heli itu nerobos msk sblm Julia dkk msk ke pintu merah.
    Gitchu…
  32. KeoZ mengatakan:
    mantap sangat gan!
    biarpun ini cerita bokep, tapi gw malah imajinasi ttg cerita zombienya. seru, seru….
    david itu inspirasi dari mana ya? koq bayangan gw malah mikirin si ‘L’ dari death note?

2 komentar:

  1. bagus bro fondasi critanya kuat, karakter cwe2nya juga d tonjolin, seperti pepatah bilang mempertahankan lbh sulit daripada mencapai maka try hard to keep up the good tension of your story
    thrilling and sex adalah 2 hal yang saling menguatkan bro. last advice jgn ragu2 wat eksplor "abuse" that girl karena ini KBB bukan RE wkwkwkwk

    BalasHapus
  2. Td na da mau bobo karna penasaran akhir na jd lanjutin baca ampe jam 4subuh (╥﹏╥),kayak lagi lihat film Residen Evil (padahal ga suka horor)sumpah keren banget,,bikin kelanjutan na jangan kelamaaaannnn,
    Aq penasaran Isi koper na
    (•͡˘˛˘ •͡)

    BalasHapus